• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Fungsi Psikomotor, Status Vitamin A, Besi dan Status Gizi Anak Batita Malnutrisi yang Anemia Melalui Model Minuman Suplemen Multi-Mikronutrien

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Fungsi Psikomotor, Status Vitamin A, Besi dan Status Gizi Anak Batita Malnutrisi yang Anemia Melalui Model Minuman Suplemen Multi-Mikronutrien"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN TAHUNAN

PENELITIAN HIBAH BERSAING

PENINGKATAN FUNGSI PSIKOMOTOR, STATUS VITAMIN A, BESI DAN STATUS GIZI ANAK BATITA MALNUTRISI

YANG ANEMIA MELALUI MODEL MINUMAN SUPLEMEN MULTI-MIKRONUTRIEN

TIM PENGUSUL

Siti Zulaekah, A., M.Si (NIDN : 06-0612-7501) Setiyo Purwanto, Msi.Psi

(NIDN : 06-2510-7401) Listyani Hidayati, M.Kes

(NIDN : 06-2012-6703)

dibiayai oleh :

Koordinasi Perguruan Tinggi Wilayah VI, Kemendikbud RI, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor: 008/K6/KL/SP/2013

Tanggal 16 Mei 2013

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SURAKARTA DESEMBER 2013

(2)
(3)

iii

RINGKASAN

Malnutrisi merupakan penyebab utama hampir separuh anak-anak meninggal di negara sedang berkembang. Seringkali anak yang malnutrisi juga mengalami anemia. Malnutrisi maupun anemia dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, psikomotor dan daya tahan tubuh anak, karena pada umumnya anak yang malnutrisi selain kekurangan energi dan protein juga mengalami kekurangan berbagai mikronutrien. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah meningkatkan performa anak baik fisik maupun psikomotornya, sehingga diharapkan akan terbentuk generasi muda yang berkualitas.

Target luaran pada tahun pertama adalah dihasilkan model minuman suplemen multi-mikronutrien, pada tahun kedua adalah peningkatan status psikomotor, status mironutrien dan status gizi anak batita, sedangkan pada tahun ketiga diharapkan terjadi peningkatan fungsi kognitif dan pertumbuhan anak menjelang usia pra sekolah. Untuk mencapai target tersebut pada tahun pertama desain yang digunakan adalah crossectional untuk mengetahui kemampuan psikomotor, status besi, vitamin A dan status gizi anak malnutrisi yang anemia dan non anemia sebelum diberi intervensi, selanjutnya telah dilakukan uji coba pembuatan minuman suplemen sekaligus uji kesukaannya.

Hasil penelitian menunjukkan anak malnutrisi yang anemia mempunyai tingkat kecukupan zat gizi makro dan mikro yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak anemia. Hasil uji beda menunjukkan ada beda nyata tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi energi, protein dan vitamin A antara anak malnutrisi yang anemia dengan anak malnutrisi yang tidak anemia. Namun tidak ada beda nyata tingkat konsumsi vitamin C, Fe dan Zn antara anak malnutrisi anemia dengan anak malmutrisi tidak anemia.

(4)

iv

sebelum dilakukan intervensi antara anak malnutrisi anemia dan tidak anemia menunjukkan ada beda nyata kadar hemoglobin anak sebelum intervensi antara anak malnutrisi yang anemia dengan tidak anemia, namun tidak ada beda nyata kadar feritin dan kadar retinol sebelum intervensi antara anak malnutrisi anemia dengan anak malmutrisi tidak anemia.

Penelitian in juga menunjukkan bahwa anak yang anemia mempunyai skor psikomotor halus, psiokomotor kasar, maupun perkembangan bahasa yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak anemia. Hasil uji beda perkembangan motorik halus anak sebelum dilakukan intervensi menunjukkan tidak ada beda nyata perkembangan motorik halus, pmotorik kasar dan perkembangan bahsa anak sebelum intervensi antara anak malnutrisi yang anemia dengan tidak anemia.

Bila dibandingkan antara kelompok anak anemia dan non anemia, maka tampak bahwa anak yang anemia mempunyai lama sakit batuk, pilek maupun batuk pilek yang lebih lama dibandingkan dengan anak yang tidak anemia. Hasil uji beda tingkat morbiditas anak meliputi lama batuk, lama pilek dan lama batuk pilek anak sebelum dilakukan intervensi menunjukkan tidak ada beda nyata perkembangan motorik halus, perkembangan motorik kasar dan perkembangan bahsa anak sebelum intervensi antara anak malnutrisi yang anemia dengan tidak anemia.

(5)

v PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul ” Peningkatan Fungsi Psikomotor, Status Vitamin A, Besi dan Status Gizi Anak Batita Malnutrisi yang Anemia Melalui Model Minuman Suplemen Multi-Mikronutrien” Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW sebagai suri tauladan bagi kita, semoga kita dimasukkan dalam golongannya dan mendapatkan syafaatnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan ini tidak akan pernah terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta melalui Ketua Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Arif Widodo, A.Kep., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Kepala Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta yang

telah memberikan ijin dan bantuan selama penelitian dilaksanakan.

4. Kepala Puskesmas Semanggi, Surakarta yang telah memberikan bantuan selama penelitian dilaksanakan.

5. Responden dan keluarga yang telah memberikan kesediaan dan waktu dalam pengambilan data.

6. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan selama penyusunan laporan penelitian ini.

(6)

vi Semoga penelitian ini bermanfaat. Amien.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Oktober 2013

(7)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL. ... i

HALAMAN PENGESAHAN . ... ii

RINGKASAN . ... iii

PRAKATA. ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Tinjauan Teoritis ... 5

B. Kerangka Teoritis ... 12

C. Kerangka Konseptual ... 13

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 14

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 15

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 15

B. Populasi dan Sampel ... 15

C. Tempat Penelitian ... 16

D. Bahan dan AlatPenelitian ... 17

E. Uji Daya Terima Minuman Suplemen ... 17

F. Teknik Pengumpulan Data ... 18

G. Manajemen dan Analisis Data ... 19

H. Bagan Alir Penelitian ... 20

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 21

B. Alur Perolehan Subjek Penelitian ... 22

(8)

viii

D. Karakteristik Subjek ... 23

E. Tingkat Kecukupan Zat Gizi Subjek ... 25

F. Gambaran Status Besi dan Vitamin A pada Subjek ... 28

G. Gambaran Perkembangan Psikomotor Subjek ... 30

H. Gambaran Tingkat Morbiditas Subjek ... 33

I. Uji Daya Terima Minuman Suplemen ... 36

BAB VI RANCANGAN TAHAPAN BERIKUTNYA ... 39

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN . ... 40

A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Hal

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Hal

1 KERANGKA TEORI. ... 12

2 KERANGKA KONSEPTUAL . ... 13

3 BAGAN ALUR PENELITIAN . ... 20

4 ALUR PEROLEHAN SUBJEK. ... 22

5 DAYA TERIMA TERHADAP RASA SUPLEMEN ... 36

6 DAYA TERIMA TERHADAP WARNA SUPLEMEN ... 37

(11)

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goal) adalah menurunkan kejadian malnutrisi menjadi separuhnya pada tahun 2015 (Svedberg, 2006). Sementara itu malnutrisi merupakan masalah yang utama yang menimpa anak-anak di dunia, yang membahayakan baik bagi anak-ank tersebut maupun negara. Malnutrisi dapat membebani sebuah negara miskin hingga 3% dari pendapatan kotor negara. Bila tidak ditangani dengan serius, maka diduga akan terjadi peningkatan anak-anak malnutrisi dari 166 juta anak menjadi 175 juta pada tahun 2020. Akar permasalahan malnutrisi adalah kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, serta rendahnya akses ke pusat-pusat pelayanan kesehatan (Khan, et al., 2007).

Fakta menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit infeksi pada anak yang malnutrisi 3 hingga 27 kali lebih besar daripada anak-anak yang gizinya baik, sehingga malnutrisi merupakan faktor risiko yang signifikan penyebab kematian pada anak (UNS/SCN, 2005). Sementara itu, prevalensi anemia pada anak-anak di dunia mencapai angka 47,4% atau sekitar 300 juta anak menderita anemia. Bila prevalensi ini didasarkan pada wilayah, maka separuh (47,7%) atau sekitar 170 juta dari anak-anak yang anemia ini berada di wilayah Asia, sehingga Asia merupakan wilayah dengan peringkat tertinggi, masih sangat jauh dibandingkan dengan angka anemia di Eropa yang mencapai 16,7% dan Amerika Utara yang hanya mencapai 3,4% (McLean, et al., 2007; Khan, et al, 2008; Geogieff, 2007). Dari sejumlah anak-anak yang anemia tersebut, sekitar 200 juta anak mengalami “kegagalan” untuk mencapai perkembangan kognitif dan sosio -emosional (Darnton-Hill, et al., 2007). Selain itu, anemia pada anak-anak menyebabkan pertumbuhan yang lebih lambat (Sharieff, et al., 2006).

(12)

2

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), anak kecil yang baru belajar berjalan usia 1-3 tahun memiliki resiko tinggi untuk defisiensi besi (Brotanek et al., 2008).

Ketiga jenis kekurangan mikronutrien ini secara bersama-sama merupakan sebuah masalah kesehatan yang sangat besar kontribusinya terhadap siklus terjadinya penurunan perkembangan dan menghalangi pencapaian pendidikan, kesehatan dan tujuan produktivitas di negara-negara di seluruh dunia. Tiga strategi utama yang biasa digunakan untuk mengontrol kejadian ini dan kekurangan mikronutrien penting yang lain adalah diversifikasi pangan, fortifikasi dan suplementasi. Fortifikasi dapat dilakukan dengan menambahkan zat gizi ke dalam makanan yang dikonsumsi secara luas oleh orang-orang yang mengalami defisiensi mikronutrien. Hasil investigasi Baltussen, et al. (2004). di negara Afrika dan Asia Tenggara menunjukkan sisi lain dari fortifikasi. Fortifikasi besi lebih memakan biaya lebih rendah, sehingga lebih ekonomis dibandingkan dengan suplementasi besi, selain itu dampak jangka panjang fortifikasi diestimasi lebih panjang dibandingkan dengan suplementasi.

Fortifikasi multimikronutrien pada makanan atau minuman diharapkan dapat menurunkan prevalensi anak yang malnutrisi. Untoro, et al. (2005) mengungkapkan bahwa multimikronutrien yang diberikan setiap hari lebih efektif dalam meningkatkan status mikronutrien dalam tubuh dibandingkan dengan mikronutrien tunggal. Hal yang sama diungkapkan oleh Smuts, et al., (2005). Wijaya-Erhardt, et al. (2005) penelitian pada bayi di Indonesia membuktikan bahwa suplementasi multimikronutrien mampu meningkatkan cadangan besi dalam tubuh dibandingkan dengan plasebo.

(13)

3

Malnutrisi tingkat berat bermula dari kejadian kurang gizi tingkat ringan dalam waktu yang lama dan tidak mendapatkan penanganan yang baik, sehingga menangani anak yang kurang gizi adalah masalah yang sangat penting dan harus ditangani secara serius. Selain itu masa anak-anak adalah masa pertumbuhan yang sangat cepat (growth spurt), yang sangat membutuhkan zat-zat gizi baik makronutrien maupun mikronutrien dalam jumlah maupun kualitas yang memadai.

Pemilihan anak usia dini di wilayah Surakarta sebagai subjek dalam penelitian ini, didasarkan pada beberapa fakta yang didapatkan pada hasil penelitian sebelumnya oleh Zulaekah, Purwanto dan Hidayati (2011), yaitu (a) Lokasi penelitian termasuk wilayah perkotaan dengan kondisi lingkungan yang kumuh dan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi; (b) Angka anemia (Hb anak < 11,0 g/dL) pada anak Batita cukup tinggi yaitu 25%; (c) Tingkat konsumsi zat gizi Fe, vitamin C dan vitamin B1, dan Zn masih rendah yaitu dibawah 80% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan; (c) Jumlah anak yang mengalami malnutrisi dengan kategori stunted sebesar 57,61%, underweight 46,74%, wasted 9,78% Angka ASI Eksklusif di wilayah peneltian masih sangat kecil, yaitu 2%; (d) Hampir separuh (44,57%) keluarga di wilayah ini memiliki pendapatan dibawah Upah Minimum Regional/UMR. Permasalahan ini akan semakin bertambah parah apabila tidak dilakukan berbagai upaya penanganan yang serius. Suplementasi merupakan salah satu upaya untuk menangani permasalahan ini sejak dini,sehingga tidak akan memberikan dampak negatif bagi performa anak di masa mendatang.

B. RUMUSAN MASALAH

Masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah :

a. Apakah ada perbedaan tingkat kecukupan zat gizi makro dan mikro anak malnutrisi yang anemia dan tidak anemia?

b. Apakah ada perbedaan status gizi ( nilai Z score) anak malnutrisi yang anemia dan tidak anemia sebelum diberikan intervensi minuman suplemen multi-mikronutrien?

(14)

4

anemia sebelum diberikan intervensi minuman suplemen multi-mikronutrien ? d. Apakah ada perbedaan status vitamin A anak malnutrisi yang anemia dan tidak

anemia sebelum diberikan intervensi minuman suplemen multi-mikronutrien? e. Apakah ada perbedaan fungsi psikomotor anak malnutrisi yang anemia dan non

(15)

5 BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Malnutrisi dan Dampak Malnutrisi

Malnutrisi secara bahasa berarti “gizi salah”. Gizi salah dapat berarti kekurangan gizi dapat pula berarti kelebihan gizi. Namun pengertian umum yang digunakan oleh WHO adalah malnutrisi yang berarti kekurangan gizi. Gizi kurang adalah bentuk dari malnutrisi sebagai akibat kekurangan ketersediaan zat gizi yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh. Salah satu tanda-tanda kurang gizi adalah lambatnya pertumbuhan yang dicirikan dengan kehilangan lemak tubuh dalam jumlah berlebihan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Malnutrisi pada anak dicirikan oleh 3 bentuk yaitu stunting yang berarti tinggi badan kurang menurut umur (TB/U), wasting yang berarti berat badan kurang menurut umur (BB/U), dan undernutrition berat badan kurang menurut tinggi badan (BB/TB) (Gibson, 2005).

Menurut UNICEF (2004) malnutrisi berarti lebih dari sekedar perasaan lapar atau tidak mempunyai cukup makanan untuk dimakan. Ketidakcukupan makanan ini meliputi asupan protein (penting untuk mempertahankan kesehatan tubuh dan membentuk otot), kalori (ukuran kebutuhan energi tubuh), besi (untuk fungsi sel darah), dan nutrien lain yang menyebabkan berbagai tipe malnutrisi. Jika tubuh tidak menerima energi yang dibutuhkan dalam makanan, maka kehilangan berat badan akan terjadi.

(16)

6

vitamin C, folat, seng, kalsium, iodium dan besi. Defisiensi vitamin A merupakan masalah kesehatan yang sangat serius di dunia, karena defisiensi ini penyebab utama terjadinya kebutaan pada anak-anak. Makanan yang difortifikasi dan meningkatkan konsumsi buah dan sayur dalam makanan juga penting sebagai salah satu cara untuk mengurangi terjadinya defisiensi vitamin A (Torpy, et al., 2004).

2. Faktor-faktor yang menjadi prediktor bagi terjadinya malnutrisi

Malnutrisi merupakan akibat dari multifaktor. Menurut Pongou, et al. (2006), kebijakan ekonomi makro tentang pangan merupakan faktor mendasar penyebab malnutrisi pada anak. Hal yang sama terjadi di negara Indonesia, krisis ekonomi yang terjadi beberapa tahun yang lalu sangat berdampak pada status ekonomi keluarga dan kemudahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, demikian pula dengan akses untuk memperolah pangan yang baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

Hasil kajian Muller and Crawinkel (2005) menyebutkan bahwa pengenalan awal terhadap makanan pertama yang rendah kulaitas dan kuantitasnya, rendahnya pemberian ASI eksklusif dan tingginya frekuensi penyakit pada masa awal bayi merupakan alasan-alasan sebab terjadinya lambatnya pertumbuhan.

Infestasi cacing merupakan faktor lain yang dapat memicu terjadinya malnutrisi. Menurut Windle, et al. (2007) infeksi Helicobacter pylori pada anak-anak di negara sedang berkembang merupakan inisiator dalam siklus yang tak berujung pangkal yang pada akhirnya menghasilkan malnutrisi dan gangguan pertumbuhan. Infeksi ini mempengaruhi kondisi asam lambung yang berakibat pada terjadinya diare dan anemia defisiensi besi.

Hal yang sama diungkapkan oleh Friedman, et al. (2005) yang membuktikan hubungan antara infeksi Schistosoma japonicum dengan

kejadian malnutrisi dan anemia. Infestasi cacing ini menyebabkan kehilangan

(17)

7

prevalensi anak yang malnutrisi: stunting 47%, undernutrition 30% dan wasting 7%, dan faktor-faktor yang menjadi prediktor bagi terjadinya malnutrisi di Kenya adalah pemberian makanan yang lebih awal pada saat bayi, vaksinasi memproteksi stunting, tinggal bersama orang tua angkat, faktor-faktor ini secara signifikan dapat meningkatkan risiko stunting. Hasil penelitian Deolalikar (2005) menemukan bahwa ada perbedaan yang cukup besar tentang kejadian malnutrisi pada anak berdasarkan gender, wilayah geografis dan status ekonomi, sedangkan hasil kajian Gur, et al (2006) beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian malnutrisi di Istanbul adalah yaitu faktor umur, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga.

3. Keterkaitan Mikronutrien dengan Status Gizi (Malnutrisi)

(18)

8

ini dilakukan pada anak sekolah di Tanzania yang diberi suplemen setiap hari selama tiga bulan.

Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anemia bisa disebabkan oleh karena kekurangan vitamin A dimana vitamin A berperan pada modulasi eritropoiesis. Vitamin A berperan menstimulasi transkripsi eritropoietin yaitu hormon yang berperan merangsang eritropoiesis dengan meningkatkan jumlah sel progenitor yang terikat untuk eritropoiesis (Neumann, et al., 2003; Ramakrishnan, et al.,2004, Thurlow, et al., 2005).

Menurut Menon, et al. (2007), hasil suplementasi berbentuk springkles yang mengandung 12.5 mg besi, 5 mg seng, 400 mg vitamin A, 160 mg asam folat, dan 30 mg vitamin C selama 2 minggu pemberian terbukti dapat menurunkan anemia di Haiti. Berger, et al (2007) menyatakan bahwa distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi secara periodik adalah sebuah intervensi yang efektif untuk meningkatkan kelangsungan hidup anak-anak di negara sedang berkembang. Berdasarkan data sistem surveilen gizi, terdapat perbedaan status gizi, proporsi anak yang anemia, morbiditas (diare dan demam) yang signifikan antara anak yang mendapatkan kapsul dan anak yang tidak mendapatkan kapsul. Walaupun kehilangan akses terhadap intervensi program kesehatan yang lain seperti imunisasi dan faktor-faktor demografi juga memberikan kontribusi terhadap terjadinya malnutrisi pada anak-anak, namun terbukti bahwa suplementasi vitamin A dapat memaksimalkan kelangsungan hidup anak. Hasil evalusi program Gizi Pangan Nasional di Ekuador menunjukkan anak-anak yang mengkonsumsi energi, protein, lemak, besi, vitamin A dan kalsium angka anemia turun dari semula 76% menjadi hanya 27%, sedangkan pada kelompok kontrol tutun dari 76% menjadi 44%. Berarti terjadi penurunan yang signifikan pada kelompok yang mendapat asupan gizi yang cukup. Perbedaan yang berarti juga pada berat badan anak (Lutter, et al., 2008).

(19)

9

terbukti dapat meningkatkan perkembangan motorik anak dibandingkan dengan yang tidak mendapat intervensi ini atau yang hanya mendapat makanan yang difortifikasi minerel tunggal. Öhlund, et al. (2008) membuktikan pada anak-anak yang bergizi baik (tidak malnutrisi), prevalensi anak-anak yang mengalami defiseinsi besi lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang bergizi baik. Menurut Payne, et al. ( 2007) mekanisme dampak suplementsi vitamin A terhadap infestasi cacing belum dapat dijelaskan sepenuhnya. Namun hasil evaluasi program suplementasi vitamin A 200 000 IU (60 mg retinol) di Panama terhadap terjadinya infestasi cacing berulang menunjukkan dampak yang berbeda untuk kondisi anak yang berbeda. Untuk anak yang tingginya badannya normal intensitas dan prevalensi terjadinya infeksi berulang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang stunting (tinggi badannya tidak normal). Kaitan antara status vitamin A dengan malnutrisi juga diungkapkan oleh Oso, et al. (2003) di Nigeria yang menunjukkan bahwa anak yang mengalami malnutrsi kronik mempunyai kadar serum retinol lebih rendah dibandingkan dengan anak yang gizi baik. Ada sekitar 26,8% anak yang defisien serum retinol <10µg/dl dan 47,9% mempunyai kadar serum retinol kategori rendah (10–19µg/dl).

Malnutrisi tetap merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak-anak di seluruh dunia. Penelitian di rumah sakit pada anak yang mengalami malnutrisi menunjukkan bahwa suplementasi seng menghasilkan penurunan diare, infeksi pernafasan dan demam serta muntah pada anak yang malnutrisi. Kematian pada anak yang mendapat suplementasi seng juga lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan seng. Prevalensi anak-anak yang memiliki berat badan menurut umur di atas persentil 80 juga secara signifikan lebih tinggi pada anak-anak yang mendapat suplementasi seng (Makonnen, et al., 2003).

(20)

10

pertumbuhan. Shrimpton, et al. (2005) dan Penny, et al., (2004) melaporkan tentang manfaat suplementasi besi dalam proses pertumbuhan. Hal yang berbeda ditunjukkan oleh hasil penelitian Walker, et al (2007) yang menyatakan tidak ada pengaruh suplementasi besi dengan atau tanpa seng terhadap pertumbuhan anak, namun penelitian ini menggunakan dosis yang rendah dan diberikan tidak setiap hari melainkan sekali dalam seminggu. Mekanisme yang pasti bagaimana seng dapat mempengaruhi pertumbuhan sampai ssat ini belum jelas akan tetapi efek secara langsung yang telah diketahui adalah seng dapat menstimulasi rasa dan asupan energi serta meningkatkan massa bebas lemak pada tubuh (Arsenault, et al., 2008).

Hyder, et al. (2007) menunjukkan bahwa fortifikasi mikronutrien pada anak remaja dapat menurunkan anemia, meningkatkan status mikronutrien dan status gizi remaja wanita di Bangladesh. Efek yang sama diungkapkan dari hasil penelitian Ramakrishnan,et al (2009), pemberian suplemen multimikronutrien pada masa awal dapat meningkatkan ukuran antropometri anak pada saat usia 2 tahun.

4. Kaitan Antara Mikronutrien dengan Fungsi Psikomotor dan Kognitif

Performan yang kurang pada masa anak-anak merupakan faktor risiko

rendahnya performan anak pada saat di sekolah tingkat atas dan di tingkat

universitas, sebagaimana terjadinya kemiskinan pada akhir hidup mereka. Prestasi

di sekolah sangat ditentukan oleh banyak faktor. Kebijakan untuk meningkatkan pendidikan, memonitor pertumbuhan, makanan yang cukup jumlah dan gizinya, lingkungan yang sehat tidak hanya akan menunjang kesehatan fisik akan tetapi juga menunjang perkembangan kognitif generasi muda.

(21)

11

mikronutrien ini adalah menambah program yang bervariasi untuk meningkatkan kebiasaan makan. Atamna et al. cit McCann dan Ames (2007) menunjukkan bahwa kekurangan besi heme menyebabkan mitokondria mengeluarkan oksidan yang dapat membahayakan berbagai fungsi sel dalam otak. Lambatnya proses mielinasi dan menurunnya aktivitas beberapa enzim, menurunnya densitas dan afinitas reseptor dopamin D2 mempengaruhi sistem neurotranmiter yang semua ini berhubungan dengan terbatasnya besi dan kemungkinan yang bertanggung jawab terhadap performan motor, kognitif dan perilaku. Perubahan morfologi dan biokimia pada otak tikus juga terjadi setelah dilakukan pembatasan besi pada tingkatan yang parah, termasuk penurunan aktivitas atau konsentrasi protein meliputi metabolisme energi (cytochrome C oxidase dan cytochrome c) lambatnya pertumbuhan dendrit, dan penurunan metabolit syaraf dalam hippokampus.

(22)

12

Mengurangi kasus malnutrisi berarti membantu mengurangi kasus defisiensi kognitif. Olney, et al (2007) mengungkapkan bahwa anak yang kurang gizi mengalami hambatan dalam perkembangan motorik, demikian pula dengan anak yang anemia defisiensi besi.

B. KERANGKA TEORITIS

Gambar 1. Diagram Penyebab Malnutrisi (UNICEF, 1990)

Status Gizi

Asupan Zat Gizi Infeksi dan Penyakit

Pendidikan

(Formal dan Non Formal) Ketahanan pangan

tingkatRumah Tangga

SUMBERDAYA Perilaku dan Praktek

Perawatan

Pelayanan Kesehatan

(23)

13 C. Kerangka Konseptual

(24)

42

DAFTAR PUSTAKA

Adhisti,AP ; Puruhita,N. 2011. Hubungan Status Antropometri dan Asupan Gizi dengan Kadar HB dan Ferritin Remaja Putri, Skripsi. Fakultas Kedokteran UNDIP. Semarang

Adu-Afarwuah, S., Lartey, A., Brown, KH., Zlotkin, S., Briend, A., Dewey, KG. 2008. Home fortification of complementary foods with micronutrient supplements is well accepted and has positive effects on infant iron status in Ghana. American Journal of Clinical Nutrition; 87(4): 929-938.

Adu-Afarwuah, S., Lartey, A., Brown, KH., Zlotkin, S., Briend, A., Dewey, KG. 2007. Randomized comparison of 3 types of micronutrient supplements for home fortification of complementary foods in Ghana: effects on growth and motor development. Am. J. Clin. Nutr.; 86(2): 412-420.

Arsenault, JE., de Romaña, DL., Penny, ME., Van Loan, MD., Brown, KH. 2008. Additional Zinc Delivered in a Liquid Supplement, but Not in a Fortified Porridge, Increased Fat-Free Mass Accrual among Young Peruvian Children with Mild-to-Moderate Stunting . J. Nutr; 138:108-114.

Baltussen, R., Knai,C., Sharan, M. 2004. Iron Fortification and Iron Supplementation are Cost-Effective Interventions to Reduce Iron Deficiency in Four Subregions of the World. J. Nutr. 134: 2678–2684.

Berger, SG., de Pee, S., Bloem, MW., Halati, S. and Semba, RD. 2007. Malnutrition and Morbidity Are Higher in Children Who Are Missed by Periodic Vitamin A Capsule Distribution for Child Survival in Rural Indonesia. J. Nutr. 137: 1328–1333.

Bloss, E., Wainaina, F., Bailey, RC. Prevalence and Predictors of Underweight, Stunting, and Wasting among Children Aged 5 and Under in Western Kenya. Journal of Tropical Pediatrics; 50(5):260-270.

(25)

43

Citra,P; Yusuf, IM; Facthan,ACH. 2003. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat morbiditas balita di wilayah kelurahan Jodipan Kecamatan Blimbing Kota Malang, Skripsi. Universitas Negeri Malang.

Clark, SF. 2008. Iron Deficiency Anemia. Nutrition in Clinical Practice, 23(2):128-141.

Cusick, HE., Tielsch, JM., Ramsam, M., Jape, JK., Sazawal, S, Balack, RE., Stolzfus, RJ. 2005. Am J Clin Nutr82: 406-12

Darnton-Hill, I. Webb, P., Harvey, PW., Hunt, JM., Dalmiya, N., Chopra,M., Ball., MJ., Bloem, MW., De Benoist, B, 2005. Micronutrient Deficiencies and Gender : Sosial And Economic Cost. Am. J. Clin, Nutrition, 81 : 1198s-1205s Deolalikar, AB. 2005. Poverty and Child Malnutrition in Bangladesh . Journal of

Developing Societies, Vol. 21, No. 1-2, 55-90

Dijkhuizen, M. A., Wieringa, F. T., West, C. E., Muherdiyantiningsih & Muhilal. 2001. Concurrent micronutrient deficiencies in lactating mothers and their infants in Indonesia. Am. J. Clin. Nutr. 73: 786–791.

Franchini, M., Salvagno, GL., Montagnana, M., Lippi, G., 2007. Serum ferritin levels correlate with haemoglobin concentration: a report on 589 outpatients from a single centre. Blood Transfus ; 5:244-245

Friedman, JF., Kanzaria, KK., Acosta, LP., Langdon, GC., Manalo, DL., Wu, H., Olveda, RM., Mcgarvey, ST., Kurtis, JD. 2005. Relationship Between Schistosoma Japonicum And Nutritional Status Among Children And Young Adults In Leyte, The Philippines. Am. J. Trop. Med. Hyg., 72(5): 527–533 Georgieff, MK. 2007. Nutrition and the developing brain: nutrient priorities and

measurement. Am J Clin Nutr 2007;85(suppl):614S–20S.

Gibson. 2005. Only A Small Proportion Of Anemia In Northeast Thai

(26)

44

Hidayati, L ., Zulaekah, S., Purwanto, S. 2012. Prediksi Peningkatan Fungsi dan Status Gizi Motorik, Status Gizi Anak Malnutrisi yang Anemia setelah Suplementasi Multi-Mikronutrien. Jurnal Kesehatan FIK UMS, 6(1) :74-82 Hyder, SMZ., Haseen, F., Khan, M., Schaetzel,T., Jalal, CSB., Rahman, M.,

Lönnerdal, B., Mannar, V., Mehansho, H. 2007. A Multiple-Micronutrient-Fortified Beverage Affects Hemoglobin, Iron, and Vitamin A Status and Growth in Adolescent Girls in Rural Bangladesh . J. Nutr. 137:2147-2153. International Zinc Nutrition Consultative Group. 2004. Assessment of the risk of

zinc deficiency in populations and options for its control. Food Nutr Bull ;25:S91-204.

Jones G, Steketee RW, Black RE, Bhutta ZA, Morris SS, Bellagio Child. 2003. Survi-val Study Group. How many child deaths can we prevent this year? Lancet;362:65-71.

Jumrakh, M. Lubis, Zl., & Aziz , N. 2001. Nutrition status and hemoglobine level in elementary School Children. Pediatric Indonesia. 41 : 296-298.

Kaur, PRD ;Garg,B.S. 2006. Epidemiological correlates of nutritional anemia in adolescent girls in rural wardha. Indian Journal of Community Medicine. (Serial online) 31(4): 155-8

Khan, AA., Bano, N.,Salam, A. 2007. Child Malnutrition in South Asia, A comparative Perspective. South Asian Survey; 14(1): 129-145.

Khomsan, A. 20013. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Raja Grafinda Persada. Jakarta.

Liu, J., Raine, A., Venables, PH., Dalais, C., Mednick, SA. 2003. Malnutrition at Age 3 Years and Lower Cognitive Ability at Age 11 Years: Independence From Psychosocial Adversity. Arch Pediatr Adolesc Med; 157: 593 - 600. Lutter, CK., Rodríguez, A., Fuenmayor, G., Avila, L., Sempertegui, F., and

Escobar , J. 2008. Growth and Micronutrient Status in Children Receiving a Fortified Complementary Food. J. Nutr. 138:379-388.

Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans Info Medika : Jakarta

(27)

45

Menon, P., Marie T. Ruel,MT., Cornelia U. Loechl, CU., Mary Arimond,M., Habicht, J., Pelto, G., Michaud, L. 2007. Micronutrient Sprinkles Reduce Anemia among 9- to 24-Mo-Old Children When Delivered through an Integrated Health and Nutrition Program in Rural Haiti. J. Nutr. 137: 1023– 1030.

Müller, O., Krawinkel, M. 2005. Malnutrition and health in developing countries. Can. Med. Assoc. J., 173: 279 - 286.

Muslim. 2007. Perbedaan perkembangan anak pendek(stunted) dengan anak normal. Skripsi. Program Studi S-1 Gizi Kesehatan. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Neumann, CG., NO.Bwibo, SP. Murphy,M Sigman, 2003. Animal Source Foods Improve Dietary Quality, Micronutrient Status,Growth and Cognitive Function in Kenyan School Children: Background, Study Design and Baseline Findings J. Nutr. 133: 3941S–3949S.

Nga, TT, Winichagoon, P, Dijkhuizen, MA, Khan, NC., Wasantwisut, E., Furr, H, Wierenga, FT. 2009. Decrease Prevalence of Anemia and Improved micronutrient Status and Effectiveness of Deworming in Rural Vietnamese School Children. J. Nutr. 139 : 1013-1021

Öhlund, I., Lind, T., Hörnell, A., Hernell, O. 2008. Predictors of iron status in well-nourished 4-y-old children. American Journal of Clinical Nutrition; 87(4), 839-845.

Olney,DK., Pollitt, E., Kariger, PK., Khalfan, SS., Ali, NS., Tielsch, JM., Sazawal,S., Black, R., Mast, D., Allen,LH., Stoltzfus, RJ. 2007. Young Zanzibar Children with Iron Deficiency, Iron Deficiency Anemia, Stunting, or Malaria HaveLower MotorActivity Scores and Spend Less Timein Locomotion. J. Nutr; 137:2756-62.

Oso, OO., Abiodun, PO., Omotade, OO., and Oyewole, D. 2003. Vitamin A Status and Nutritional Intake of Carotenoids of Preschool Children in Ijaye Orile Community in Nigeria. Journal of Tropical Pediatrics, 49(1):42-47. Pasricha, SR., Black, J, Muthayya, S, Shet A, Bhat V, Nagaraj, S, Prasant, NS.,

Sudarsan H, Buggs, BA. Determinants of Anemia Among Young Children in Rural India. Pediatrics. 2010 : e140-e149.

Payne, LG., Koski, KG., Eduardo Ortega-Barria, EO., Marilyn E. Scott, ME. 2007. Benefit of Vitamin A Supplementation on Ascaris Reinfection Is Less Evident in Stunted Children . J. Nutr; 137:1455-1459.

(28)

46

Morbidity, Growth, And Micronutrient Status Of Young Peruvian Children. Am J Clin Nutr;79:457– 65.Pin˜ ero, DJ., Nan-Qian Li, Connor, JR., Beard, JL. 2007. Variations in Dietary Iron Alter Brain Iron Metabolism in Developing Rats. J. Nutr. 130: 254-263.

Pongou, R. Salomon, JA., Ezzati, M. 2006. Health impacts of macroeconomic crises and policies: determinants of variation in childhood malnutrition trends in Cameroon. International Journal of Epidemiology , 35:648–656

Rahayu,R. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Morbiditas Balita di Wilayah Desa Pagerjo Kecamatan Ngadirojo kabupaten Malang. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial UM.

Ramakrishnan, U., Nancy Aburto, George McCabe, and Reynaldo Martorell. 2004. Multimicronutrient Interventions but Not Vitamin A or Iron Interventions Alone Improve Child Growth: Results of 3 Meta-Analyses. J. Nutr. 134: 2592–2602.

Ramakrishnan, U., Neufeld, LM., Flores, R., Rivera,J., Martorell, R. 2009. Multiple micronutrient supplementation during early chilhood increase child sizeat2 y of age among high compliers. Am J Clin Nutr;89:1125-31.

Riskesdas. 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta

Santrock, JW. 2009. Perkembangan Anak. Erlangga. Jakarta

Sharieff, W., Zlotkin, S., Tondeur, M., Feldman, B., and Tomlinson, G. 2006. Physiologic mechanism can predict hematologic responses to iron supplements in growing children : a computer simulation model. Am J Clin Nutr; 83: 681-7.

Shrimpton, R., Gross, R., Darnton-Hill, I., Young. M. 2005. Zinc deficiency: what are the most appropriate interventions? BMJ ;330;347-349

Smuts, CM., Lombard, CJ., Benade´ , AJS., Dhansay, MA., Berger, J., Hop,LT., de Roman˜ a, GL., Untoro,J., Karyadi, E., Erhardt, J., and Gross, R. 2005. Efficacy of a Foodlet-Based Multiple Micronutrient Supplement for Preventing Growth Faltering, Anemia, and Micronutrient Deficiency of Infants: The Four Country IRIS Trial Pooled Data Analysis1. J. Nutr. 135: 631S–638S.

(29)

47

Svedberg, P. 2006. Declining child malnutrition: a reassessment. International Journal of Epidemiology; 35:1336–1346

Sylvia, N. 2010. Hubungan status gizi dengan perkembangan motorik kasar Balita Usia 2-5 tahun di Posyandu Kecamatan Salem Kabupaten Brebes. Skripsi. Program Studi S-1 Kedokteran . Fakultas Kedokteran./ Universitas Muhammadiyah Surakarta

Tarleton, JL., Haque, R., Mondal, D., Shu, J., Farr, BM., Petri, WA. 2006. Cognitive Effects Of Diarrhea, Malnutrition, And EntamoebaHistolytica Infection On School Age Children InDhaka, Bangladesh. Am. J. Trop. Med. Hyg., 74(3): 475–481.

Thurlow, RA., Pattanee Winichagoon, Timothy Green, Emorn Wasantwisut, Tippawan Pongcharoen, Karl B Bailey, And Rosalind S

Torpy, JM., Cassio Lynm; Richard M. Glass. 2004. Malnutrition in Children JAMA;292(5):648.

Unger, EL., Paul, T., Murray-Kolb, LE., Felt, B., Jones, BC., Beard, JL. 2007. Early Iron Deficiency Alters Sensorimotor Development and Brain Monoamines in Rats. J. Nutr. 137: 118–124.

UNS/SCN. 2005. 2005. Crisis Situations Report n° 6 – Summary. United Nations System Standing Committee on Nutrition. Geneva.

UNICEF. 2004. Micronutrient Initiative: Vitamin and Mineral Deficiency. A Global Progress Report. Ottawa.

Untoro, J., Karyadi, E., Wibowo, L., Erhardt, MW., Gross. R. 2005. Multiple Micronutrient Supplements Improve Micronutrient Status and Anemia But Not Growth and Morbidity of Indonesian Infants: A Randomized, Double-Blind, Placebo-Controlled Trial. J. Nutr. 135: 639S–645S.

Walker, CLF., A H Baqui, S Ahmed, K Zaman, S El Arifeen, N Begum, M Yunus, R E Black, and L E Caulfield. 2007. Low-dose weekly supplementation with iron and/or zinc does not affect growth among Bangladeshi infants FASEB J; 21: A681.

WHO. 2004. Malnutrition: The Global Picture. WHO. Geneva.

(30)

48

Windle, HJ., Dermot Kelleher, D., Crabtree, JE. 2007. Childhood Helicobacter pylori Infection and Growth Impairment in Developing Countries: A Vicious Cycle? Pediatrics;119;e754-e759

Gambar

Gambar 1.  Diagram Penyebab Malnutrisi (UNICEF, 1990)
Gambar 2.  Kerangka Konseptual  Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini tidak sejalan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara ketuhanan (rabbaniyyah) dengan keputusan nasabah menggunakan

Saat bronkoskopi berlangsung banyaknya sekret dahak dinilai menjadi 3 derajat, yaitu derajat 1: hampir tidak ada sekret dahak; derajat 2: memerlukan larutan garam fisiologis

Sedangkan untuk kebutuhan di WC (water closed) maka dengan perencanaan sistem yang sama digunakan sistem air laut (sea water) yang disuplai ke tiap deck yang memiliki kamar

Hamzah sebagai tokoh antagonis utama dalam film, juga menjadi representasi ideologi kelompok ulama yang melarang memainkan dan mendengarkan musik.. Dilekatkannya

Pelebaran Badan Jalan Jurusan Jalan Kalapane M enuju Jalan Labuhan dan Pengaspalan Jalan Bilal, Jalan Bukit, Jalan Halim, Jalan SD I, Dan Jalan menuju SM K KH. Dewantara di

Completely Randomized Design (CRD) menjadi 6 kelompok perlakuan, masing- masing kelompok perlakuan terdiri dari 5 ulangan dengan pola pengelompokkan Kn (kontrol

Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar.Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan

Karena asam lemak tidak jenuh mengandung ikatan karbonhidrogen yang lebih sedikit dibandingkan dengan asam lemak jenuh pada jumlah atom karbonnya yang sama, asam lemak tak