• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Citra Tokoh Perempuan Dalam Novel مذكرات طبيبة Karya Nawal As-Ss’Dawi (Kritik Sastra Feminis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Citra Tokoh Perempuan Dalam Novel مذكرات طبيبة Karya Nawal As-Ss’Dawi (Kritik Sastra Feminis)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS CITRA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL

ﺔﺒﻴﺒﻁ ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

/

MU

ẒAKARĀT ṬABĪBAH/ `

MEMOAR SEORANG

DOKTER PEREMPUAN` KARYA NAWĀL AS

-

SA’DĀWĪ

(KRITIK SASTRA FEMINIS)

SKRIPSI SARJANA

PUTRI DINA SOFIANA

090704015

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS CITRA TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVEL ﺔﺒﻴﺒﻁ ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

KARYA NAWᾹL AS-SA’DᾹWῙ (KRITIK SASTRA FEMINIS)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN SKRIPSI SARJANA

DISUSUN O

L E H

PUTRI DINA SOFIANA NIM. 090704015

Pembimbing I

U

Drs.Suwarto, M.Hum NIP. 195503061983031002

Pembimbing II

U

Drs.Bahrum Saleh, M.Ag NIP. 196209191990031003

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab

5UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTASILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB MEDAN

(3)

Disetujui oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

Ketua,

NIP.19621204198703 2 001 Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D.

Sekretaris,

(4)
(5)

PENGESAHAN:

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Ilmu Bahasa pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, pada:

Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

NIP. 19511013 197603 1001 Dr. Syahron Lubis, M.A

No. Nama Tanda Tangan

Panitia Ujian

1. Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D. (...)

2. Dra. Fauziah, M.A. (...)

3. Drs. Suwarto, M.Hum (...)

4. Drs. Bahrum Saleh, M.Ag (...)

(6)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Binjai, 13 Desember 2013 Penulis,

Putri Dina Sofiana

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang senantiasa melimpahkan taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam kepada junjungan besar baginda yang tercinta Nabi Muhammad SAW yang telah mengangkat manusia dari lembah jahiliyah kepada kehidupan yang islamiyah.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, maka penulis mengangkat judul :

“Analisis Citra Tokoh Perempuan Dalam Novel

ﺔﺒﻴﺒﻁ ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

/ muẕakarat

ṭabībah/ ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawāl as-Sa’dāwī.”

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan bimbingan yang penulis peroleh dari para pembimbing serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam skripsi ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis memohon saran dan kritikan yang membangun dari semua pihak agar skripsi ini dapat tersusun dengan lebih baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pada pembaca pada umumnya.

Binjai, November 2013

Penulis

(8)

viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Berkat ridha dan rahmat allah SWT, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, dengan penuh rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Untuk Ibunda Hj. Sofiah dan Babah yang paling dirindukan Alm.H. Amirsyah yang telah melimpahkan segala kerja keras, cinta kasih, serta doanya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan menyampaikan kata-kata di dalam skripsi ini sebagai ucapan terima kasih . “Allahummagfirli wali walidayya wa arhamhuma kama rabbayani sagiran”.

2. Bapak Dr.H.Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saya kesempatan menempuh studi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Pembantu Dekan I Dr. M. Husnan Lubis, M.A, Bapak Pembantu Dekan II Drs. Syamsul Tarigan dan Bapak Pembantu Dekan III Drs. Yuddi Adrian M. M.A

3. Ibu Dr.Hj.Pujiati, M.Soc.Sc.Ph.D dan Ibu Dra. Fauziah M.A selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs.H.Suwarto M.Hum,selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing penulis serta memberikan inspirasi dalam penulisan skripsi. 5. Bapak Drs. Bahrum Saleh M.Ag, selaku Dosen Pembimbing II yang

telah meluangkan waktu dan kesempatannya untuk membimbing penulis dan memberikan inspirasi dalam penulisan skripsi.

(9)

7. Seluruh staf pengajar Program Studi Sastra Arab dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang dengan ikhlas mencurahkan ilmu dan perhatiannya sejak penulis memulai perkuliahan hingga menyelesaikannya dan menjadi sarjana.

8. Kepala perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan stafnya yang melayani Penulis dalam peminjaman buku selama penulisan ini.

9. Teristimewa buat saudara-saudara terkasih yang telah memberi dukungan moril maupun materilselama penulis hidup. Muhammad Sofwan Syahputra, S.IP, M.AP, Ahmad Ananda Prawira, SE, dan Muhammad Ibnu Amir.

10. Teristimewa untuk Azhar Mufawwad yang memberikan penulis yang memberikan rasa, semangat, dan doanya hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ini.

11. Teristimewa untuk sahabat terbaik Citra Gandhini Putri dan Riska Anggraini yang telah hadir memberikan semangat semenjak masa OSPEK hingga sekarang.

12. Untuk sahabat kecil hingga sekarang Sailana Mira Rangkuti. Terima kasih atas motivasi dan semangatnya.

13. Keluarga besar Sastra Arab angkatan 2009. Nurul Hidayah, Raudha, Walimah SS, Rodiah Saragih SS,Agiyani Rachmatika Siregar, Halimah, Nazwa Mustika, Nur Indah Sari, Deffi Syahfitri Ritonga SS, Dicky Zulkarnain, Budiansyah Ritonga, Ryan Rizky Siahaan, Ali Hasymi, Annur Raja Navator, Abdul Halim, dan Andi Rizwan.

14. Untuk kakak-kakak tercinta Ratu Bulan Haspina SS, Saidah Farhanah, dan Nurul Hidayah. Terima kasih atas keakraban, semangat, bantuan, dan motivasinya selama ini.

15. Tema-teman satu semangat penulis yang tergabung di IMBA Faklutas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(10)

x

17. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak terhingga kepada penulis dan penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu tapi yang pasti anda memberikan ruang memory tersendiri pada penulis.

ﺍﺮﻴﺜﻛ ﺍﺮﻜﺷ

ﺎﻌﻴﻤﺟ ﻢﻬﻴﻠﻋ

Semoga segala kebaikan yang telah mereka berikan mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, dan dapat menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.

Binjai, November 2013 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAKSI ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 5

1.2 Batasan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Metode Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

3.1 Sinopsis Novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

ﺔﺒﻴﺒﻁ

/ Muẕakkarat Ṭabībah/ ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawāl as -Sa’dāwī ...17

3.2 Sekilas Tentang Biografi Pengarang ...19

3.3

Citra Tokoh Perempuan Dalam Novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

ﺔﺒﻴﺒﻁ

/ Muẕakarat Ṭabībah/ ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawāl as -Sa’dāwī...21

3.3.1 Citra Perempuan Ditinjau Dari Segi Fisik ... 21

3.3.2 Citra Perempuan Ditinjau Dari Segi Psikis ... 29

(12)

xii

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 47

4.1 Kesimpulan ... 47

4.2 Saran ... 48

(13)

ﺔﻳﺪﻳﺮﺠﺗ ﺓﺭﻮﺻ

,

ﺎﻧﺎﻳﻔﺻ ﺎﻧﻳﺩ ﻱﺭﺗﻭﻓ

۰۹۰۷۰٤۰۱٥

,

ﺎﻧﻳﺩ ﺓﺭﻳﻣﻷﺍ

ﻝﺍﻭﻧ ﻑﻳﻟﺄﺗ

"

ﺔﺑﻳﺑﻁ ﺕﺍﺭﻛﺫﻣ

"

ﺔﻳﺍﻭﺭ ﻲﻓ ﺔﻳﺋﺎﺳﻧﻟﺍ ﺕﺍﺩﺎﻳﻘﻟﺍ ﺓﺭﻭﺻ ﻥﻋ ﻝﻳﻠﺣﺗﻟﺍ

.(

ﻱﻭﺳﻧﻟﺍ ﻲﺑﺩﻷﺍ ﺩﻘﻧﻟﺍ

)

ﻱﻭﺍﺩﻌﺳﻟﺍ

ﺔﻳﺍﻭﺭ ﻲﻓ ﻱﻭﺳﻧﻟﺍ ﻲﺑﺩﻷﺍ ﺩﻘﻧﻟﺍ ﻊﻣ ﺓﺃﺭﻣﻟﺍ ﺓﺭﻭﺻ ﻰﻟﺇ ﺞﻬﻧﻣﻟﺍ ﺔﺳﺍﺭﺩﻟﺍ ﻩﺫﻫ ﺵﻗﺎﻧﺗ

ﺏﻳﺑﻁ ﺓﺃﺭﻣﺍ ﺕﺍﺭﻛﺫﻣ

.

ﻥﻣ ﺔﻌﻁﻗ ﺓﺭﻳﻘﻓ ﺓﺃﺭﻣﺍ ﺕﻧﺎﻛ ﺍﺫﺇ ﺎﻣ ﻡﻳﻳﻘﺗﻟ ﺭﻭﺻﻟﺍ ﻝﻳﻠﺣﺗ

ﻰﺗﺣ ،ءﺎﺳﻧﻟﺍ ﺩﺎﻌﺑﺗﺳﺍ ﻡﺗﻳ ﺎﻣ ﺎﺑﻟﺎﻏ ﺏﺎﺑﺳﻷﺍﻭ ﺓﺃﺭﻣﻠﻟ ﺔﺋﻁﺎﺧﻟﺍ ﻡﻳﻫﺎﻔﻣﻟﺍ ﻝﻭﺣ ﺏﺩﻷﺍ

ﺓﺭﻭﺻ ﻝﻼﺧ ﻥﻣ ﻱﻭﺳﻧﻟﺍ ﻲﺑﺩﻷﺍ ﺩﻘﻧﻟﺍ ﺞﻬﻧ ﺭﻅﻧﻳﻭ ﻲﺑﺩﻷﺍ ﺩﻘﻧﻟﺍ ﻲﻓ ﺎﺑﻳﺭﻘﺗ ﺎﻬﻠﻫﺎﺟﺗ

ﻲﺑﺩﻷﺍ ﻝﻣﻌﻟﺍ ﻝﻼﺧ ﻥﻣ ﺓﺃﺭﻣﻟﺍ

.

ﺔﻳﺳﻔﻧﻟﺍﻭ ﺔﻳﺩﺳﺟﻟﺍ

:

ءﺍﺯﺟﺃ ﺔﺛﻼﺛ ﻥﻣ ﻥﻭﻛﺗﺗ ﻲﺗﻟﺍ ﺓﺃﺭﻣﻟﺍ ﺓﺭﻭﺻ ﻭﻫ ﺱﺭﺩ ﺔﻠﻛﺷﻣ

ﻝﻣﻌﻟﺍ ﻭ ﻭﻫ ﺎﻣﻛ ﻱﻭﺍﺩﻌﺳﻟﺍ ﻝﺍﻭﻧ ﺏﻳﺑﻁ ﺓﺃﺭﻣﺍ ﺕﺍﺭﻛﺫﻣ ﺔﻳﺍﻭﺭ ﻲﻓ ﺔﻳﻋﺎﻣﺗﺟﻻﺍ ﻭ

.

ﺓﺭﻭﺻ ﺔﻓﺭﻌﻣ ﺔﻳﺍﻭﺭﻟﺍ ﻲﻓ ﺓﺃﺭﻣﻟﺍ ﺓﺭﻭﺻ ﺩﻳﺩﺣﺗﻟ ﺔﺳﺍﺭﺩﻟﺍ ﻩﺫﻫ ﻥﻣ ﺽﺭﻐﻟﺍ ﻥﺎﻛﻭ

ﺓﺃﺭﻣﺍ ﺕﺍﺭﻛﺫﻣ ﻝﻟ ﺔﻳﻋﺎﻣﺗﺟﻻﺍ ﺏﻧﺍﻭﺟﻟﺍﻭ ، ﺔﻳﺳﻔﻧﻟﺍﻭ ﺔﻳﺩﺎﻣﻟﺍ ﺏﻧﺍﻭﺟﻟﺍ ﻥﻣ ﺓﺃﺭﻣﻟﺍ

ﻝﻣﻌﻟﺍ ﻭ ﻭﻫ ﺎﻣﻛ ﻱﻭﺍﺩﻌﺳﻟﺍ ﻝﺍﻭﻧ ﺏﻳﺑﻁ

.

ﻰﻔﺻﻭﻟﺍ ﺞﻬﻧﻣﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﺔﻳﺋﺍ ﺭﻘﺗﺳﺇ ﺔﻳﺑﺗﻛﻣﻟﺍ ﺔﺳﺍﺭﺩﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﺎﻬﺛﺣﺑ ﻲﻓ ﺔﺛﺣﺎﺑﻟﺍ ﺕﺩﻣﺗﻋﺇ

ﺔﻳﺭﻅﻧﺳ

"

ﺔﺛﺣﺎﺑﻟﺍ ﺕﻣﺩﺧﺗﺳﺇ ﻁﻭﺑﺿﻣ ّﻲﻌﻗﺍﻭ ّﻲﺟﻬﻧﻣ ﻑﺻﻭ ﻰﻠﻋ ﻝﻭﺻﺣﻠﻟ

."

ﻲﺗﻭﺗﺳﺣﻳﻏﻭﺳ

"

"

ﺭﺎﻐﻧﺎﺟﺟ ﻲﺗﺭﻧﻭﺳ

، ﺔﻌﺑﺭﻷﺍ ﺏﻧﺍﻭﺟﻟﺍ ﺙﺎﻧﻹﺍ ﻙﺳﻳﻓ ﺔﻳﺻﺧﺷ ﺓﺭﻭﺻ ﺔﺳﺍﺭﺩﻟﺍ ﻩﺫﻬﻧﺃ ﻰﻠﻋ ﺞﺋﺎﻧﺗﻟ ﻭ

ﺓﺃﺭﻣﻟﺍ ﺓﺭﻭﺻ ﺞﺋﺎﺗﻧﻭ ،ﻝﺎﻔﻁﺃ ﺔﺳﻣﺧﻟ ﺔﻳﺳﻔﻧﻟﺍ ﺏﻧﺍﻭﺟﻟﺍ ﻥﻣ ﺓﺃﺭﻣﻟﺍ ﺓﺭﻭﺻ ﺞﺋﺎﺗﻧﻭ

ﺔﺛﻼﺛ ﻥﻣ ﺔﻳﻋﺎﻣﺗﺟﻻﺍ ﺏﻧﺍﻭﺟﻟﺍ ﻥﻣ

(14)

xiv ABSTRAK

Putri Dina Sofiana, 090704015. Analisis Citra Tokoh Perempuan Dalam Novel Memoar Seorang Dokter Perempuan (Kritik Sastra Feminis) Karya Nawāl As-Sa’dāwī

Penelitian ini membahas tentang citra perempuan dengan pendekatan kritik sastra feminis dalam novel Memoar Seorang Dokter Perempuan. Analisis citra tokoh perempuan dapat menilai baik buruknya sebuah karya sastra tentang kesalahpahaman wanita dan sebab mengapa wanita sering ditiadakan, bahkan nyaris diabaikan dalam kritik sastra dengan pendekatan kritik sastra feminis yang dilihat melalui citra perempuan melalui sebuah karya sastra.

Permasalahan yang diteliti adalah citra tokoh perempuan yang terdiri dari tiga bagian yaitu fisik, psikis, dan sosial dalam novel Memoar Seorang Dokter Perempuan karya Nawāl as-Sa’dāwī.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui citra tokoh perempuan dalam novel mengetahui citra perempuan dari aspek fisik dan psikis, aspek sosial dalam Memoar Seorang Dokter Perempuan karya Nawāl as-Sa’dāwī.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dam akurat mengenai data yang diteliti penulis dengan menggunakan teori Soenarti Djajanegara dan teori Sugihastuti.

(15)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - Tidak dilambangkan

Ba b -

Ta t -

ṡa ṡ ṡ dengan titik di atasnya

Jim j -

Ha ḥ ḥ dengan titik di bawahnya

Kha kh -

Dal d -

Żal ż ż dengan titik di atasnya

Ra r -

Zai z -

Sin s -

Syin sy -

ṣad ṣ ṣ dengan titik di bawahnya

ḍad ḍ ḍ dengan titik di bawahnya

ṭa ṭ ṭ dengan titik di bawahnya
(16)

xvi

`ain ‘ Koma terbalik

Gain g -

Fa f -

Qaf q -

Kaf k -

Lam l -

Mim m -

Nun n -

Waw w -

Ha h -

ء

Hamzah `

Apostrop, tetapi lambang ini tidak dipergunakan untuk hamzah di awal kata

Ya y -

II. Konsonan Rangkap

Konsonan Rangkap (tasydid) ditulis rangkap.

Contoh :

ﺔﻣَﺪﻘﻣ

= muqaddimah

ﺓﺭﻮﻨﻤﻟﺍ ﺔﻨﻳﺪﻤﻟﺍ

= al-Madīnah al-Munawwarah

III. Vokal

1. Vokal Tunggal

/fathah/ ditulis “a” Contoh :

ﺃﺮَﻗ

= qara`a /kasrah/ ditulis “i” Contoh :

ﻢﺣﺭ

= raḥima
(17)

2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap

/

fathah/ dan

/ya/ ditulis “ai”

Contoh :

ﺐﻨﻳ ﺯ

= Zainabun

ﻒﻴﻛ

= kaifa

Vokal rangkap /fathah/ dan

/

u/

ditulis “au”

Contoh :

ﻝﻮﺣ

= ḥaula

ﻝﻮﻗ

= qaula

IV. Vokal Panjang

/fathah/ ditambah

ditulis “ā” Contoh :

ﻡﺎﻗ

= qāma /kasrah/ditambah

ditulis “ī” Contoh :

ﻢﻴﺣﺭ

= raḥīm

/dhammah/ ditambah

ditulis “ū” Contoh :

ﻡﻮﻠﻋ

=

‘ulūm

V. Ta` Marbutah

Ta` marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun dituliskan dengan “ha”.

Contoh :

ﺔﻣﺮﻜﻤﻟﺍ ﺔﻜﻣ

= makkatu al-mukarramah

ﺔﻴﻣﻼﺳﻹﺍ ﺔﻌﻳﺮﺸﻟﺍ

=

al-syari`atu al-islamiyyah

Ta` marbutah yang hidup, transliterasinya “t”

Contoh :

ﺔﻴﻣﻼﺳﻹﺍ ﺔﻣﻮﻜﺤﻟﺍ

=

al-ḥukūmatual-islamiyyah

ﺓﺮﺗﺍﻮﺘﻤﻟﺍ ﺔﻨﺴﻟﺍ

=

al-sunnatu al-mutawattirah

VI. Hamzah

Huruf Hamzah () di awal kata ditulis dengan vokal tanpa didahului oleh

ء

tanda apostrof ( ` ).

Contoh :

ﻥﺎﻤﻳﺇ

=

iman Bukan `imān
(18)

xviii

VII. Lafzul-Jalalah

Lafzul-jalalah (kata

) yang berbentuk frase nomina ditransliterasi tanpa hamzah.

Contoh :

ﷲ ﺪﺒﻋ

ditulis : ‘Abdullah, bukan ‘Abdu allah

ﷲ ﺭﺎﺟ

ditulis : Jarullah

VIII. Kata Sandang

1. Kata sandang “al: tetap ditulis “al” baik pada kata yang dimulai dengan huruf qamariyah maupun syamsiah.

Contoh :

ﻦﻛﺎﻣﻷﺍﺔﺳﺪﻘﻤﻟﺍ

=

al-amākinu al-muqaddasah

ﺱﺎﻴﺴﻟﺍ

ﺔﻴﻋﺮﺸﻟﺍ ﺓ

=

al-siyasiyatu al-syar’iyyah

2. Kata sandang “al-“ tetap ditulis dengan huruf kecil, meskipun merupakan nama diri.

Contoh :

ﻱﺩﺭﻭﺎﻤﻟﺍ

= al-Māwardi

ﺮﻫﺯﻷﺍ

= al-Azhar

ﺓﺭﻮﺼﻨﻤﻟﺍ

= al-Mansūrah

3. Kata sandang “al” di awal kalimat pada kata “Allah swt dan Qur’an” ditulis dengan huruf kapital.

(19)

DAFTAR SINGKATAN

SWT : Subhana Wa Ta’ala

SAW : Şallallāhu ‘Alaihi Wassalam

a.s : ‘Alaihi Salam

SM : Sebelum Masehi

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

H : Hijriah

IMBA : Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab

(20)

xiv ABSTRAK

Putri Dina Sofiana, 090704015. Analisis Citra Tokoh Perempuan Dalam Novel Memoar Seorang Dokter Perempuan (Kritik Sastra Feminis) Karya Nawāl As-Sa’dāwī

Penelitian ini membahas tentang citra perempuan dengan pendekatan kritik sastra feminis dalam novel Memoar Seorang Dokter Perempuan. Analisis citra tokoh perempuan dapat menilai baik buruknya sebuah karya sastra tentang kesalahpahaman wanita dan sebab mengapa wanita sering ditiadakan, bahkan nyaris diabaikan dalam kritik sastra dengan pendekatan kritik sastra feminis yang dilihat melalui citra perempuan melalui sebuah karya sastra.

Permasalahan yang diteliti adalah citra tokoh perempuan yang terdiri dari tiga bagian yaitu fisik, psikis, dan sosial dalam novel Memoar Seorang Dokter Perempuan karya Nawāl as-Sa’dāwī.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui citra tokoh perempuan dalam novel mengetahui citra perempuan dari aspek fisik dan psikis, aspek sosial dalam Memoar Seorang Dokter Perempuan karya Nawāl as-Sa’dāwī.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dam akurat mengenai data yang diteliti penulis dengan menggunakan teori Soenarti Djajanegara dan teori Sugihastuti.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup berbudaya dan berkomunikasi. Salah satu cara manusia untuk berkomunikasi yaitu melalui sastra. Sastra merupakan salah satu unsur dari kebudayaan karena merupakan pendukung dari berkembangnya kebudayaan itu sendiri. Sastra merupakan perwujudan kebudayaan dalam sebuah kata-kata.

Teeuw dalam Ratna (2005: 24), mengatakan “kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang berasal dari kata “sas” yang berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi; dan kata “tra” yang berarti alat atau sarana. Kata sastra dikombinasikan dengan kata “su” yang berarti baik. Jadi secara leksikal susastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik.”

Kamil (2009: 3), mengatakan “dalam bahasa Arab, sastra disebut

ﺏﺩﻻﺍ

/ al-adabu. Bentuk jamak (plural)-nya adalah Adâb. Secara leksikal, kata adab selain berarti sastra, juga etika (sopan santun), tata cara filologi, kemanusiaan, kultur, dan ilmu humaniora”.

Siswanto (2008: 67), mengatakan “sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa. Sastra adalah kekayaan rohani yang memperkaya rohani”. Muzakki (2011:17), mengatakan “ilmu sastra adalah ilmu yang memiliki keterkaitan dan hubungan langsung dengan kajian sastra”.

(22)

xxi

Atmazaki dalam (Muzakki, 2011: 17) juga mengatakan, ilmu sastra meliputi: teori sastra (

ﺏﺩﻷﺍ ﺔﻳﺮﻈﻧ

/

naẓriyatu al-adabi), sejarah sastra (

ﺦﻳﺭﺎﺗ

ﺏﺩﻷﺍ

/

tārikh al-adabi), dan kritik sastra (

ﺏﺩﻷﺍ ﺪﻘﻧ

/

naqdul adabi).

Muzzaki (2011: 18), mengatakan teori sastra tidak dapat dilepaskan dari sejarah sastra dan kritik sastra, dan sejarah sastra tidak dapat dipisahkan dari teori dan kritik sastra, begitu juga dengan kritik sastra, ia memerlukan teori dan sejarah sastra. Dengan kata lain ketiga bidang ilmu sastra tersebut saling berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi.

Wellek dalam (Pradopo, 2002: 29), mengatakan kata “kritik” (criticism) sangat luas dipergunakan dalam bermacam-macam hubungan, seperti politik, masyarakat, sejarah musik, seni, dan filsafat. Karena itu dalam pembicaraan sastra harus dibatasi pada kritik sastra. Kritik sastra merupakan bidang studi sastra yang berhubungan dengan pertimbangan karya sastra (Semi, 1989: 9).

Kritik sastra feminis merupakan salah satu ragam kritik sastra yang memanfaatkan kerangka teori feminisme dalam menginterprestasikan dan memberikan evaluasi kepada karya sastra. Menurut Djajanegara (2003:27) kemunculan kritik sastra feminis berawal dari hasrat pertama yang mendorong munculnya gerakan feminisme dalam sastra adalah adanya kesadaran dari kaum perempuan bahwa dalam sastra pun perempuan masih tampak sebagai pihak yang tersubordinasi.

Sedangkan menurut Sugihastuti (2005:29), kritik sastra feminis yang mempunyai definisi sebagai kajian sastra yang mengarahkan pada fokus analisis perempuan muncul dari adanya kenyataan bahwa di dalam karya sastra terdapat permasalahan gender.

(23)

sastra yang banyak digemari oleh pembaca adalah novel. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan novel di Indonesia sekarang cukup pesat.

Menurut Kamil (2009: 41), yang dimaksud dengan novel (riwayah) adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas, dalam arti plot (alur) dan temanya kompleks, karakternya banyak, suasana dan setting ceritanya beragam.

Di dalam sebuah novel juga tidak terlepas dari tokoh yang merupakan pelaku didalam suatu cerita di dalamnya. Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165)

Novel mempunyai juga bermacam tema dan isi, antara lain tentang problem-problem sosial yang pada umumnya terjadi pada masyarakat, termasuk yang berhubungan dengan perempuan. Di dalam kehidupan sehari-hari perempuan adalah salah satu topik yang sering diperbincangkan.

Penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan menganalisis citra tokoh perempuan dengan pendekatan kritik sastra feminis, karena banyak dalam anggapan masyarakat, perempuan adalah makhluk yang lemah dibandingkan para laki-laki dan kebanyakan perempuan hanya mengurus pekerjaan rumah tangga saja dan tidak diperuntukkan lingkungan publilk yang banyak diceritkan dalam bentuk novel tentang perempuan serta pemikiran-pemikiran perempuan bahwa perempuan berhak memiliki kebebasan yang sama dengan laki-laki. Juga memunculkan bagaimana citra perempuan dalam suatu novel.

Melalui analisis citra tokoh perempuan dengan pendekatan kritik sastra feminis penulis mencoba menilai baik buruknya sebuah karya sastra. Maka dari itu penulis tertarik untuk menganalisis citra perempuan dalam novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

(24)

xxiii

Soenarti Djajanegara dalam bukunya “Kritik Sastra Feminis : Sebuah Pengantar” dan teori citra menurut Sugihastuti dalam bukunya “Wanita di Mata Wanita”. Di samping itu, sepanjang yang penulis ketahui kajian tentang analisis citra perempuan dengan pendektan kritik sastra feminis belum pernah dilakukan di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Adapun novel yang akan diteliti adalah novel yang berjudul :

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

ﺔﺒﻴﺒﻁ

/

Muẕakkarat Ṭabībah karya Nawāl as-Sa’dāwī yang diterbitkan pada tahun 1985 di Kairo dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Kustiniyati Mochtar dengan judul “Memoar Seorang Dokter Perempuan”.

Memoar merupakan sebuah karya sastra non-fiksi yaitu karya yang menceritakan tentang subjek atau satu titik tertentu dalam kehidupan seseorang. Novel ini mengisahkan tentang sosok “Aku” yang terlahir sebagai seorang perempuan Mesir. Sejak kecil “Aku” mendapat perlakuan yang berbeda dari saudara laki-lakinya, baik dalam makan, bermain, melakukan pekerjaan, berpakaian, ataupun dalam bertingkah laku. Ia merasa tidak bebas sebagaimana saudara laki-lakinya. Dalam hal berpakaian misalnya, ibunya akan marah bila melihat baju yang dikenakannya tersingkap ke atas paha. Hal ini yang demikian tidak dapat diterima oleh “Aku” sehingga hal itu menimbulkan tekanan dalam dirinya karena keberadaannya sebagai perempuan.

(25)

Hal inilah yang menarik peneliti untuk mengkaji tentang citra perempuan dalam novel ini. Perlu diketahui sebelumnya menurut KBBI (2002:206) citra adalah kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh suatu kata, frasa atau kalimat, dan merupakan unsur yang khas dalam karya prosa dan puisi.

Keadaan “Aku” sebagai perempuan yang tidak dapat diterima yang membawanya untuk menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan memilki kemampuan yang sama. Novel ini merupakan novel karangan seorang perempuan yang di dalam ceritanya mampu menyampaikan keinginan kaum perempuan dan cerita yang memihak pada kaum perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh sosok “Aku” yang mampu menunjukkan kesamaan haknya dengan kaum laki-laki. Novel ini diduga memuat ide-ide feminis sehingga menarik untuk diteliti dengan menggunakan teori kritik sastra feminis.

1.2 Batasan Masalah

Agar pembahasan ini tidak menyimpang dari pembahasan yang dikehendaki maka penulis membuat batasan masalah yaitu bagaimana citra perempuan dari aspek fisis dan psikis, dan aspek sosial dalam novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

ﺔﺒﻴﺒﻁ

/muẕakkarat ṭabībah / ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’Karya Nawāl as-Sa’dāwī?

1.3Tujuan Penelitian

(26)

xxv

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menambah wawasan tentang ilmu sastra khususnya tentang kajian sastra feminisme di Program Studi Bahasa arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran pada mahasiswa agar lebih banyak memahami mengenai novel

ﺔﺒﻴﺒﻁ ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

/muẕakkarat ṭabībah/‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’Karya Nawāl as-Sa’dāwī khususnya tentang citra perempuan yang terdapat di dalamnya.

1.5Metode Penelitian

Adapun penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan analisis Deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, menganalisis dan mengkalsifikasikan, dam mendeskripsikan data dalam fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya untuk kemudian di analisis.

(27)

literatur-literatur yang berhubungan dengan judul penelitian yang akan diteliti oleh penulis.

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan oleh penulis adalah berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI No.158 tahun 1987 dan No. 0543/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

Adapun tahapan metode penelitian ini adalah:

1. Membaca dan memahami novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣﺔﺒﻴﺒﻁ

/muẕakkarat ṭabībah/‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī .

2. Membaca literatur yang dianggap berhubungan dengan analisis citra perempuan dalam novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣﺔﺒﻴﺒﻁ

/muẕakkarat ṭabībah/‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī.

3. Mengidentifikasi data-data dalam novel

ﺔﺒﻴﺒﻁ ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

/muẕakkarat

ṭabībah/‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī

berdasarkan teori kritik sastra feminis.

4. Menguraikan data-data yang telah dapat dikaitkan serta menyusun secara sistematis.

(28)

xxvii BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian mengenai analisis citra perempuan dalam novel

ﺔﺒﻴﺒﻄﺗﺍﺮﻛﺬﻣ

/muẕakkarat ţabībah/‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’Karya Nawāl as -Sa’dāwī di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya USU sepanjang penulis ketahui belum ada.

Secara etimologi kata kritik berasal dari bahasa Yunani kuno: Krités (seorang hakim), Krinein (menghakimi), Kriterion (dasar penghakiman), dan Krtikós (hakim kesusastraan), kritik sastra itu berarti penghakiman karya sastra (Wellek dalam (Pradopo, 2002: 32).

Ahmad al-Syayib dalam (Muzakki, 2011: 64), mengatakan kritik sastra adalah:

ﻭﺃ ﺎﻬﻟ ﺔﻬﺑﺎﺸﻤﻟﺍ ﺎﻫﺮﻴﻐﺑ ﺎﻬﺘﻧﺯﺍﻮﻣﻭ ﺎﻬﻠﻴﻠﺤﺗﻭ ﺎﻫﺮﻴﺴﻔﺗﻭ ءﺎﺷﻷﺍ ﺔﺳﺍﺭﺩ ﺪﻘﻨﻟﺍ

ﺕﺎﻴﺴﺤﻟﺍ ﻰﻓ ﺍﺬﻫ ﻯﺮﺠﻳ ﺎﻬﺘﺟﺭﺩ ﻭ ﺎﻬﻨﻤﻴﻓ ﻥﺎﻴﺒﺑ ﺎﻬﻴﻠﻋ ﻢﻜﺤﻟﺍ ﻢﺛ ﺔﻠﺑﺎﻘﻤﻟﺍ

ﺓﺎﻴﺤﻟﺎﺑ ﻞﺼﺘﻣ ﺊٮﻴﺷ ﻞﻛ ﻰﻓ ﻭ ﻥﻮﻨﻔﻟﺍ ﻭ ﻡﻮﻠﻌﻟﺍ ﻰﻓ ﻭ ﺕﺎﻳﻮﻨﻌﻤﻟﺍﻭ

/annaqdu dirāsatu al-asyāi tafasīruhā wa taḥlīluhā wa mawāzinatuhā bigayrihā

al-musyābahati lahā aw al-muqābalati ṡumma al-ḥukmu ‘alayhā bibayānin

fīmanihā wa darajatihā tajrī hażā fī al-hasyāni walma’nawi bāni wa fī al-‘ulūmi

(29)

menafsirkan, menganalisis, dan membandingkan sesuatu dengan lainnya, baik yang dianggap setara maupun tidak, kemudian menetapkan kedudukannya terhadap hal-hal yang konkrit dan abstrak, baik yang terkait dengan ilmu pengetahuan, bidang-bidang seni, maupun yang terkait dengan kehidupan.`

Kritik sastra ialah pertimbangan baik dan buruk karya sastra, penerangan dan penghakiman karya sastra (Jassin dan Hudson dalam (Pradopo, 2002: 17). Kritik sastra merupakan studi yang berhubungan dengan pendefinisan, pengolongan, penguraian (analisis), dan penilaian (evaluasi) karya sastra (Abrams dalam (Pradopo, 2002: 18)

Muzakki (2011: 18) mengatakan, kritik sastra ialah bagian dari ilmu sastra yang memperbincangkan tentang pemahaman, penghayatan, penafsiran, dan penilaian terhadap karya sastra.

Kritik sastra menurut Ahmad al-Syabib dalam (Muzakki, 2011: 64-65) yaitu:

ءﻯﺩﺮﻟﺍ ﻭ ﺪﻴﺠﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻑﺮﻌﺘﻟﺍ ﻭ ﺔﻴﺑﺩﻷﺍ ﺐﻴﻟﺎﺳﻻﺍ ﺔﺳﺍﺭﺩﻮﻫ ﻰﺑﺩﻷﺍ ﺪﻘﻨﻟﺍ

ﺎﻬﻴﻓ

/annaqdu al-adabī huwa fī dirāsati al-asālībi al-adabiyati watta’rifu ‘alā al

-jayyidi warradī`i fīhā/‘kritik sastra adalah kajian tentang stilistika bahasa sastra

serta mengetahui (memberikan penilaian) baik dan buruknya.’

Menurut Semi (1989: 11-13), berdasarkan pendekatannya terhadap karya sastra, kritik sastra dapat digolongkan ke dalam empat jenis, yaitu:

1. Kritik mimetik (mimetic crticism), yaitu kritik bertolak pada pandangan bahwa karya sastra merupakan suatu tiruan atau penggambaran dunia dan kehidupan manusia. Oleh sebab itu kritik sastra mimetik cenderung untuk mengukur kemampuan suatu karya sastra menangkap gambaran kehidupan yang dijadikan sebagai objek.

(30)

xxix

tertentu kepada pembacanya, seperti efek kesenangan, estetika, pendidikan, dan sebagainya. Kritik pragmatik ini kecenderungan untuk memberi penilaian terhadap suatu karya berdasarkan ukuran keberhasilannya dalam mencapai tujuan tersebut.

3. Kritik ekspresif, yaitu kritik sastra yang menekankan telaah kepada kebolehan pengarang dalam mengekspresikan atau mencurahkan idenya ke dalam wujud sastra. Dalam hal ini kritik sastra cenderung untuk menimbang karya sastra dengan meoerlihatkan kemampuan pencurahan, kesejatian, atau visi penyair yang secara sadar atau tidak tercermin pada karyanya tersebut.

4. Kritik objektif, yaitu suatu kritik sastra yang menggunakan pendekatan atau pandangan bahwa suatu karya sastra adalah karya yang mandiri. Ia tidak perlu dilihat dari segi pengarangn pembaca, atau dunia sekitarnya. Ia harus dilihat sebagai objek yang berdiri sendiri, yang memiliki dunia sendiri. Dari macam-macam kritik sastra tersebut juga mengalami perkembangan dan memunculkan beberapa teori berikutnya yaitu salah satunya kritik sastra feminis.

Feminis berasal dari kata femme (woman), artinya perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak perempuan (jamak) sebagai kelas sosial. Tujuan feminis adalah keseimbangan interelasi jender. Feminis dalam pengertian yang luas adalah gerakan kaum perempuan untuk menolak segala sesuatu yang direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial (Ratna, 2005: 414).

Feminisme menurut Goefe dalam (Sugihastuti, 2000: 37) ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan wanita di bidang politik, ekonomi, dan sosial; atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan wanita.

Moeliono (1988) dalam Sugihastuti (2000: 37) mengatakan bahwa feminisme ialah gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria.

(31)

makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarki yang dominan (Djajanegara, 2000: 27).

Tujuan feminis adalah untuk meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sederajat dengan kedudukan serta derajat laki-laki. Cara mencapai tujuan feminis adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki dan membebaskan perempuan dari ikatan lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga. Menurut para feminis, nilai tradisional inilah yang menjadi penyebab utama inferioritas atau kedudukan dan derajat rendah kaum wanita. Nilai-nilai ini menghambat perkembangan wanita untuk menjadi manusia seutuhnya (Sugihastuti, 2000: 4-5).

Fakih dalam (Sugihastuti dan Saptiawan) mengatakan asumsi bahwa perempuan telah ditindas dan dieksploitasi menghadirkan anggapan bahwa feminisme merupakan satu-satunya jalan untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut.

Kritik sastra feminis merupakan kesadaran membaca sebagai wanita sebagai dasar menyatukan pendirian bahwa perempuan dapat membaca dan menafsirkan sastra sebagai perempuan (Sugihastuti, 2002: 202). Kritik sastra feminis adalah membaca sebagai perempuan, yakni kesadaran pembaca bahwa ada perbedaan penting dalam jenis kelamin pada makna karya sastra (Culler dalam Djajanegara, 2002:7). Para pengkritik sastra feminis memiliki tujuan penting dari kritik sastra feminis, yaitu ingin membantu agar pembaca dapat memahami, mendeskripsikan, menafsirkan, serta menilai karya-karya yang ditulis oleh pengarang (Djajanegara, 2000: 27).

Kritik sastra feminis diibaratkan sebagai alas yang kuat untuk menyatukan pendirian bahwa seorang wanita dapat membaca karya sastra sebagai wanita, pengarang menulis novel sebagai wanita, dan mengungkapkan citra wanita yang ada (Satoto dan Fanannie, 2000: 85)

(32)

xxxi

Langkah-langkah untuk mengkaji sebuah karya sastra dengan menggunakan pendekatan feminis antara lain:

1. mengidentifikasikan satu atau beberapa tokoh wanita, dan mencari kedudukan tokoh-tokoh itu dalam masyarakat;

2. meneliti tokoh lain, terutama tokoh laki-laki yang memiliki keterkaitan dengan tokoh perempuan yang sedang diamati;

Macam kritik sastra feminis menurut Djajanegara (2000: 28-39) adalah sebagai berikut.

1. Kritik sastra feminis ideologis, yaitu kritik sastra feminis yang melibatkan wanita, khususnya kaum feminis sebagai pembaca. Adapun yang menjadi pusat perhatian pembaca wanita dalam penelitiannya adalah citra serta stereotipewanita dalam karya sastra. Selain itu meneliti kesalahpahaman tentang wanita dan sebab mengapa wanita sering ditiadakan, bahkan nyaris diabaikan dalam kritik sastra. 2. Kritik sastra feminis-gynocritic atau ginokritik, yaitu kritik sastra feminis yang

mengkaji penulis-penulis wanita. Kajian dalam kritik ini adalah masalah perbedaan antara tulisan pria dan wanita.

(33)

4. Kritik sastra feminis-psikoanalitik adalah kritik sastra feminis yang diterapkan pada tulisan-tulisan wanita, karena para feminis percaya bahwa pembaca wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya atau menempatkan dirinya pada si tokoh wanita, sedang tokoh wanita tersebut pada umumnya merupakan cermin penciptanya.

5. Kritik sastra feminis-ras atau kritik sastra feminis-etnik yaitu kritik sastra feminis yang mengkaji tentang adanya diskriminasi seksual dari kaum laki-laki kulit putih atau hitam dan diskriminasi rasial dari golongan mayoritas kulit putih, baik laki-laki maupun perempuan.

6. Kritik sastra feminis lesbian, yakni kritik sastra feminis yang yang hanya meneliti penulis atau tokoh wanita saja. Dalam kritik sastra feminis ini, para pengkritik sastra lesbian lebih keras untuk memasukkan kritik sastra feminis lesbian ke dalam kritik sastra feminis serta memasukkan teks-teks lesbian ke dalam kanon tradisional maupun kanon feminis.

Selanjutnya untuk memfokuskan penelitian ini, di sini peneliti menggunakan kritik sastra feminis ideologis, karena kritik sastra feminis yang melibatkan perempuan khususnya sebagai pembaca.Kritik sastra feminis ini merupakan cara menafsirkan suatu teks, yaitu satu diantaranya banyak cara yang dapat diterapkan untuk teks yang paling rumit sekalipun.Yang dikaji adalah citra serta stereotipe perempuan dan meneliti kesalahpahaman mengenai perempuan. Cara ini bukan saja memperkaya wawasan para pembaca wanita, tetapi juga membebaskan cara berfikir mereka (Djajanegara, 2000: 28).

(34)

xxxiii

Kata citra dalam penelitian ini mengacu pada makna setiap gambaran pikiran. Menurut Sugihastuti (2007: 45), citra artinya rupa, gambaran; dapat berupa gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, atau kesan mental (bayangan) visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase, atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi.Citra perempuan diambil dari gambaran-gambaran citraan yang ditimbulkan oleh pikiran, pendengaran, penglihatan, perabaan, atau pencecapan tentang perempuan.

Menurut Sugihastuti (2007: 46), perempuan dicitrakan sebagai makhluk individu, yang beraspek fisik dan psikis, dan sebagai makhluk sosial, yang beraspek keluarga dan masyarakat.

Gambaran pikiran yang terdapat dalam citra merupakan efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata, saraf penglihatan, dan daerah-daerah otak yang berhubungan. Dengan demikian citra dalam penilitian ini adalah wujud gambaran sikap dan sifat dalam keseharian perempuan yang menunjukkan wajah dan ciri khas perempuan.

Dalam kajian citra perempuan dalam novel

ﺔﺒﻴﺒﻁ ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

/muẕakkarat

ţabībah/ ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī

peneliti ingin mengkaji sesuai dengan pendapat Sugihastuti bahwa citra perempuan meliputi tiga hal yaitu citra perempuan dari aspek fisik, psikis, dan sosial. Proses peneletian ini dilakukan sesuai dengan teori kritik sastra feminis Soenarjati Djajanegara dalam bukunya “Kritik Sastra Feminis : Sebuah Pengantar”.

(35)

1. Citra perempuan dalam aspek fisik dan psikis. Citra perempuan dalam aspek fisik dan psikis dikongkretkan dalam sistem komunikasi sastra, yaitu menempatkannnya dalam tegangan antara penyair, teks, pembaca, dan semestaan. Sebagai contoh:

Citra perempuan dalam aspek fisik dalam novel

ﺔﺒﻴﺒﻁ ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

/muẕakkarat ţabībah/ ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī. Tokoh “Aku” dalam novel tersebut merupakan seorang perempuan. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut :

BAB I halaman 1

!

ﺖﻨﺑ ﻰﻣﺃ ﻦﻣ ﻊﻤﺳﺃ ﺎﻤﻛ ﺖﻨﺑ ﻰﻨﻧﺃ ﺖﻗﻮﻟﺍ ﻚﻟﺫ ﻲﻓ ﻪﻓﺮﻋﺃ ﺖﻨﻛ ﺎﻣ ّﻞﻛ

ﺖﺴﻟ

...

ًﺍﺪﻟﻭ ﺖﺴﻟ ﻰﻧﺃ ﻮﻫ

...

ﺪﺣﺍﻭ ﻰﻨﻌﻣ ﻯﻮﺳ ﻯﺮﻈﻧ ﻲﻓ ﺖﻨﺑ ﺔﻤﻠﻜﻟ ﻦﻜﻳ ﻢﻟ ﻭ

...

ﻰﺧﺃ ﻞﺜﻣ

/kullu mā kuntu a’rifuhu fī ẕalikal waqti 'ananī bintun kamā'asma’u min amī

bintun. Wa lamma yakunu likalimatin bintin fī naẓrī sawiya ma’nan wā hidin...

huwa 'annaī lastu waladan ... lastu miṣla 'akhī/ ‘satu-satunya yang kuketahui

waktu itu hanyalah bahwa aku seorang anak perempuan dan seorang gadis. Sepanjang hari aku mendengar kata-kata itu dari ibuku. “Gadis!” demikian ia biasa memanggilku dan bagiku sebenarnya ini hanya berarti bahwa aku bukan seorang anak laki-laki dan bahwa aku memang berbeda dari saudara lelakiku.’

2. Citra perempuan dalam aspek psikis dalam novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣﺔﺒﻴﺒﻁ

/ muẕakkarat

ţabībah/ ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī. Tokoh

“Aku” dalam novel tersebut merupakan sosok perempuan yang tidak pernah puas dengan apa yang diraihnya. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut :

(36)

xxxv

.

ﻰﺴﻔﻧ ﻲﻓ ﺔﺠﺟ ﺄﺘﻤﻟﺍ ﺔﻠﻌّﺸﻟﺍ ﻚﻠﺗ ءﻰﻔﻄﻳ ﻦﻟ

...

ﻲﻨﻴﻔﻜﻳ ﻦﻟ ﻉﺎﻔﺗﺭﺍ ﻱﺃ ﻥﺃ ﺖﻠﺧ

ﺓﺪﺣﻭ

...

ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺓﺮﻣ ﻉﻮﺿﻮﻤﻟﺍ ﺃﺮﻗﺃ ﺖﻨﻛ

...

ﺔّﻴﺑﺎﺸﻴﻤﻟﺍ ﺓﺭّﺮﻜﺘﻤﻟﺍ ﺱﻭﺭّﺪﻟﺍ ﺖﻫﺮﻛ

...

ًﺍﺪﻳﺪﺟ

...

ًﺍﺪﻳﺪﺟ ﺄﻴﺷ ﺪﻳﺭﺃ ﺖﻨﻛ

...

ﻰﻨﻠﺘﻘﻳ

...

ﻰﻨﻘﻨﺘﻳ ﺭﺍﺮﻜﺘﻟﺍ ﻥﺃ ﺖﺴﺴﺣﺃ

...

ﻂﻘﻓ

...

ًﺎﻤﺌﻟﺍﺩ

/khaltu 'anna ayya irtafā’in lan yakfaynī ... lan yaţfa'a tilka asysya’lata al-muta`a

jajata fī nafsī. Wakarahtu ad-durūsa al-mutakarrirata al-mutasyābiyyata ... kuntu

`aqra`u al-mawdū’a maratan wāhidatan ... wāhidatan faqaţ ... `ahsastu `anna al -tikrāra yatnaqunī ... yaqtulunī ... kuntu 'urīdu syay'an jadīdan ... jadīdan ... dā`iman .../ ‘bagiku rasanya, ketinggian seberapa pun dapat kuraih, tak akan memuaskan hatiku, api yang membara di dalam diriku rasanya tak akan dapat dipadamkan. Pada waktu itu, aku mulai membenci pengulangan dan persamaan-persamaan yang kujumpai dalam pelajaran; biasanya aku membaca materi pelajaran dan hanya satu kali saja; mengulang membacanya bagiku terasa mencekik, dan membunuhku. Aku selalu menginginkan sesuatu yang baru, yang baru senantiasa!’

3. Citra perempuan dalam aspek sosial. Citra perempuan dalam aspek sosial disederhanakan dalam dua peran, yaitu peran perempuan dalam keluarga dan peran perempuan dalam masyarakat.

Citra perempuan dalam aspek sosial dalam novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣﺔﺒﻴﺒﻁ

/muẕakkarat

ţabībah/ ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī. Tokoh

“Aku” dalam novel tersebut merupakan sosok perempuan yang aktif berjiwa organisasi. Hal ini digambarkan dalam kutipan berikut:

BAB I halaman 13

ﺔﺑﺎﻄﺨﻟﺍ ﺔﻴﻌﻤﺟ ﻭ ﻞﻴﺸﻤﺘﻟﺍ ﺔﻴﻌﻤﺟ ﺖﻠﺧﺩ

...

ﺔﺳﺭﺪﻤﻟﺍ ﻁﺎﺸﻧ ّﻞﻛ ﻲﻓ ﺖﻛﺮﺘﺷﺍﻭ

(37)

/wāsytaraktu fī kulli nasyāţ i al-madrasati ... dakhaltu jami’iyataal-tamśīliwa jami’iyyataal-khiţābati wa jam’iyyataaryādati wa jam’iyyataal-mawsīqi wa jam’iyyata ar-rasmi.../‘aku mengikuti semua aktivitas di sekolah, juga menggabungkan diri dalam kelompok drama, ikut kelompok diskusi, tak ketinggalan pula ikut olahraga atletik, ikut bermain musik serta kegiatan kesenian lainnya.’

Identifikasi citra perempuan dalam novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣﺔﺒﻴﺒﻁ

/muẕakkarat

ṭabībah/ ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī

digunakan untuk melihat perempuan yang dipresentasikan melalui karya sastra. Untuk mengungkapkan citra perempuan tersebut dapat ditelusuri melalui peran tokoh perempuan tersebut dalam masyarakat. Secara leksikal peran dapat didefinisikan sebagai peringkat tingkah yang diharapkan untuk dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (KBBI, 2002: 854).

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sinopsis Novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

ﺔﺒﻴﺒﻁ

/ Muakkarat Ṭabībah/ ‘Memoar Seorang
(38)

xxxvi

/wāsytaraktu fī kulli nasyāţ i al-madrasati ... dakhaltu jami’iyataal-tamśīliwa

jami’iyyataal-khiţābati wa jam’iyyataaryādati wa jam’iyyataal-mawsīqi wa jam’iyyata ar-rasmi.../‘aku mengikuti semua aktivitas di sekolah, juga menggabungkan diri dalam kelompok drama, ikut kelompok diskusi, tak ketinggalan pula ikut olahraga atletik, ikut bermain musik serta kegiatan kesenian lainnya.’

Identifikasi citra perempuan dalam novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣﺔﺒﻴﺒﻁ

/muẕakkarat

ṭabībah/ ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī

digunakan untuk melihat perempuan yang dipresentasikan melalui karya sastra. Untuk mengungkapkan citra perempuan tersebut dapat ditelusuri melalui peran tokoh perempuan tersebut dalam masyarakat. Secara leksikal peran dapat didefinisikan sebagai peringkat tingkah yang diharapkan untuk dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (KBBI, 2002: 854).

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sinopsis Novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

ﺔﺒﻴﺒﻁ

/ Muakkarat Ṭabībah/ ‘Memoar Seorang
(39)

Novel ini mengisahkan tentang sosok “Aku” yang terlahir sebagai seorang perempuan Mesir. Sejak kecil “Aku” mendapat perlakuan yang berbeda dari saudara laki-lakinya, baik dalam makan, bermain, melakukan pekerjaan, berpakaian, ataupun dalam bertingkah laku. Ia merasa tidak bebas sebagaimana saudara laki-lakinya. Dalam hal berpakaian misalnya, ibunya akan marah bila melihat baju yang dikenakannya tersingkap ke atas paha. Hal ini yang demikian tidak dapat diterima oleh “Aku” sehingga hal itu menimbulkan tekanan dalam dirinya karena keberadaannya sebagai perempuan.

Ketika dewasa “Aku” memilih untuk belajar di fakultas kedokteran agar ingin dipandang sejajar dengan laki-laki. Dan “Aku” sangat menyukai dunia ilmu pengetahuan, dikarenakan ilmu pengetahuan tegas dan tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini yang membawa “Aku” menjadi seorang dokter yang kaya dan sukses, juga merasa berhasil menunjukkan bahwa “Aku” tidak berbeda dari laki-laki. Tentunya hal ini sangat menarik karena latar yang diambil adalah Mesir pada tahun 1940-1960 dan dapat dilihat pada saat itu latar belakang politik dan sosialnya yang masih konservatif dan menjadikannya sebuah fenomena baru dalam isu kesetaraan gender.

(40)

xxxviii

Dalam bidang pendidikan “Aku” seorang perempuan yang cerdas dan itu merupakan suantu kebanggaan tersendiri bagi ayahnya. Ketika tamat sekolah “Aku” memilih kuliah di Fakultas Kedokteran karena menurutnya bidang kedokteran adalah sesuatu yang mengerikan dan mengundang rasa hormat bahkan setengah rasa memuja dari ibu, ayah, dan saudara laki-lakinya. Dan menurutnya ilmu kedokteran adalah ilmu yang tidak membedakan antara perempuan dan laki-laki. Karena keseriusannya menggeluti bidang kedokteran akhirnya “Aku” menjadi seorang dokter perempuan yang sukses dan memilki nama yang cukup melambung. Di tengah-tengah kesuksesannya sebagai dokter perempuan “Aku” juga menginginkan sosok pendamping hidup dan “Aku” bertemu seorang lelaki yang saat itu telah menarik perhatiannya. Mereka pun menikah tetapi di tengah pernikahannya “Aku” merasa semua terbatasi karena kehendak suaminya, bahkan “Aku” dilarang membuka prakteknya karena suaminya merasa tugas seorang istri hanya di rumah mengurus rumah dan suami. Hal ini sangat bertentangan dengan apa yang telah dijalankan “Aku” selama hidupnya. Perbedaan ini akhirnya membawa perceraian di antara mereka berdua dan membuat “Aku” merasakan kebebasan seperti pada saat sebelum “Aku” menikah.

Setelah terjadinya perceraian “Aku” kembali fokus dengan karirnya dan menikmati kesendiriannya, padasaat kesediriannya itu “Aku” merenungi kebahagiaan apa yang telah dicapainya selama ini dan merasa kesukesessan bukanlah kebahagiaan yang sebenarnya “Aku” rasakan. Sampai akhirnya “Aku” bertemu dengan seorang lelaki seniman dan menganggap profesi sebagai dokter mempunyai seni tersendiri. Hal inilah yang membuat “Aku” merasa lelaki itulah yang cocok dengannya dan mengerti dengan profesinya sebagai perempuan yang bukan hanya berdiam diri dirumah untuk melayani suami. Akhirnya “Aku” merasakan bahwa ia membutuhkan kehadiran orang lain untuk membantunya dan melepaskan rasa keegoisannya selama ini.

(41)

Nawal As-Sa’dāwī adalah dokter bangsa Mesir. Ia terkenal di seluruh dunia sebagai novelis dan penulis wanita peluang hak-hak wanita. Dilahirkan di sebuah desa bernama Kafr Tahla, sebuah perkampungan kecil di luar Kairo. Saudaranya delapan orang. Ia tumbuh di lingkungan keluaega yang cukup religius dan dalam kondisi negara sedang di bawah tekanan kolonial. Ayahnya seorang sarjana perguruan tinggi, terdidik, dan mengharagai pendidikan. Sehingga ia menuntut kepada semua anak-anaknya untuk selalu belajar dan belajar. Pada tahun 1947 ayahnya menjabat sebagai Pengawas Umum Pendidikan untuk Provinsi Minufia di daerah Delta, wilayah yang terletak di sebelah utara Kairo. Tidak hanya ayahnya, ibu Nawāl juga seorang perempuan yang terdidik.

Nawāl menggambarkan ibunya sebagai “seorang revolusioner yang berambisi”. Ibunya telah meninggal dunia ketika dia berumur 25 tahun, dan ayahnya tak lama kemudian ikut menyusul ibunya. Keduanya tak dapat menyaksikan prestasi anak perempuannya yang luar biasa itu.

Pendidikannya Nawāl diselesaikan pada sekolah dasar, sekolah menengah, dan juga sekolah tingginya di dalam negeri. Ia tidak seperti intelektual Mesir yang lain sezamannya, yang kebanyakan mereka menghabiskan masa studinya di luar negeri. Setelah tamat di tingkat menengah, Nawāl memilih Fakultas Kedokteran di Universitas Cairo, sebuah jurusan yang disentuh oleh kaum laki-laki, tetapi justru itu yang dikehendaki oleh Nawāl. Ia meraih gelar sarjana psikiatri pada tahun 1955 dan dinyatakan sebagai lulusan terbaik dari ratusan mahasiswa laki-laki maupun perempuan.

Pekerjaan yang pernah dijalani Nawāl adalah di departemen Kesehatan Mesir (1958) dan sempat menjadi Direktur Departemen Kesehatan Masyarakat Mesir. Saat itulah Nawāl berjumpa dengan suaminya, Sherif Hetata yang juga seorang dokter. Hetata pernah aktif di salah satu aliran kiri dengannya. Oleh karenanya, ia pernah dipenjara selama 13 tahun.

(42)

xl

observasi, terutama mengenai masalah ketidakadilan gender (gender anequity). Tahun 1972 Nawāl diberhentikan dari instansi tempatnya bekerja, sekaligus dicopot dari posisinya sebagai Direktur Kesehatan Masyarakat. Pemberhentian itu lebih banyak disebabkan oleh pemikirannya yang blak-blakkan yang dituangkan dalam bukunya Woman and Sex. Dalam karya pertamanya non-fiksi tersebut ia menguraikan dengan vulgar hal-hal yang bersifat tabu tentang kewanitaan dan seksualitas, serta hal-hal yang sensitif yang terkait dengan masalah politik dan agama.

Nawāl melakukan penelitian tentang wanita dan neurosis di Fakultas Kedokteran University ‘Ain Syams (1973-76). Hasilnya dipublikasikan dengan judul “Wanita dan Neurosis” pada tahun 1976, yang telah memasukkan 20 studi kasus wanita di penjara dan rumah sakit. Penelitian initelah memberikan inspirasi baginya untuk menulis novel Women at Point Zero (Perempuan di Titik Nol).

Pada tahun 1977, Nawāl mempublikasikan karya termahsyurnya, yaitu The Hidden Face of Eve yang dilingkupi dengan topik-topik besar yang terkait dengan wanita Arab sebagai sebuah reaksi atau kasus-kasus yang terkait dengan kewanitaan. Seperti pemotongan alat kelamin wanita, aborsi, hubungan seksual, pernikahan, dan talak, serta Islam fundamentalis.

Pada Tahun 1979-1980 menjabat sebagai Penasehat PBB untuk Program Wanita di Afrika (ECA) dan juga Timur Tenga (ECWA). Pada tahun 1982 Nawāl mendirikan sebuah organisasi perempuan bernama AWSA (Arab Women’s Solidary Association) atau Persatuan Solidaritas Kaum Perempuan. Tujuan pendirian organisasi ini adalah mengupayakan kekuatan politik yang memperjuangkan aspirasi kaum perempuan. Pada tahun 1985, organisasi ASWA telah mendapatkan pengakuan resmi dari Dewan Ekonomi dan Sosial PBBsebagai organisasi non-pemerintah (NGO) Arab.

(43)

ke dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, Spanyol, Portugis, Swedia, Norwegia, denmark, Italia, Belanda, Finlandia, Indonesia, Iran, Turki, dan Urdu.

3.3 Citra Tokoh Perempuan Dalam Novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

ﺔﺒﻴﺒﻁ

/ Muakarat

Ṭabībah/ ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawāl as-Sa’dāwī

3.3.1 Citra Perempuan Ditinjau Dari Aspek Fisik

Untuk mempresentasikan citra perempuan dalam

ﺔﺒﻴﺒﻁ ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

/muẕakkarat ṭabībah/ ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ , maka citra perempuan ditinjau dari segi fisik merupakan metode pertama penganalisisan yang dipergunakan.

Tokoh “Aku” dalam novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

ﺔﺒﻴﺒﻁ

/ Muẕakarat Ṭabībah/ ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ digambarkan seorang perempuan yang memiliki citra fisik berambut panjang ketika umur sembilan tahun dan pada saat itu “Aku” mulai merasa tidak menerima dan merasa malu dengan fisiknya sebagai perempuan dikarenakan segala aktivitas selalu dibatasi dengan keadaannya sebagai perempuan dan ini membuat “Aku” iri kepada saudara laki-lakinya yang selalu bebas melakukan segala hal.

a. Citra fisik berambut panjang

ﻪﻄﺸﻤﺗ ﻭ ﻝﻮﻄﻳ ﻭ ﻝﻮﻄﻳ ﻱﺮﻌﺷ ﺎﻧﺍﺃﻭ ﻪﻄﺸﻤﻳ ﻻ ّﺍﺮﺣ ﻪﻛﺮﺘﻳ ﻭ ﻩﺮﻌﺷ ﺺﻘﻳ ﻲﺧﺃ

...

ﺔﻁﺮﺷﺄﻳ ﻪﻓﺍﺮﻁﺃ ﺲﻴﺤﺗﻭ ﺮﺋﺎﻔﺿ ﻲﻓ ﻩﺪﻴﻘﺗ ﻭ ﻦﻴﺘﻣ ﻡﻮﻴﻟﺍ ﻲﻓ ﻲﻣﺃ

(pada BAB I halaman 5)

/akhī yaquṣṣu syi’rahu wa yatarkahu harran lā yamsyaṭhu wa anā syi’rā yaṭūlu

wa yaṭūlu tamsyaṭhu ammī fīl yawmi marratayni wa taqīdihi fī dafāiri watahbisi

aṭrāfihi ba`ayirṭah.../ `Rambut saudara lelakiku dipotong pendek, lepas begitu

(44)

xlii

menjadi kepang-kepang yang pada ujungnya diikat dengan tali karet serta pita.`

!

ﺖﻨﺑ ﻲﻣﺃ ﻦﻣ ﻊﻤﺳﺃ ﺎﻤﻛ ﺖﻨﺑ ﻲﻧﺃ ﺖﻗﻮﻟﺍ ﻚﻟﺫ ﻲﻓ ﻪﻓﺮﻋﺃ ﺖﻨﻛ ﺎﻣ ّﻞﻛ

/kulla mā kuntu a’rifuhu fī żalikal waqti `anni bintun kamā asma’u min ammi

bintun/`Satu-satunya hal yang kuketahui pada waktu itu hanyalah bahwa aku

adalah seorang anak perempuan, seorang gadis.`

ّﻞﻛ ﻰﻨﻠﻄﻌﻳ

...

ﻥﺎﻜﻣ ّﻞﻛ ﻲﻓ ﻰﺳﺃﺭ ﻕﻮﻓ ﻪﻠﻤﺣﺃ ﻱﺬﻟﺍ

...

ﻞﻴﻘﺜﻟﺍ ﻞﻳﻮﻄﻟﺍ ﺮﻌﺸﻟﺍ ﺍﺬﻫ

...

ﻒﺒﺼﻟﺍ ﻲﻓ ﻲﺘﺒﻗﺭ ﺐﻬﻠﻳﻭ

,

ﻡﺎﻤﺤﻟﺍ ﻲﻓ ﻰﻨﻘﻫﺮﻳﻭ

,

ﺡﺎﺒﺻ

(BAB I halaman 12)

/hażā asysyi’ru aṭṭawīlu aśśaqīlu... allażī ahmiluhu qawqa ra`sī fī kulli makānin...

ya’ṭulunī kulla ṣabāhin, wa yarhiqnī fī al-hammām, wa yalhabu raqbatī fī aṣ

-ṣayfi.../`Rambutku yang tebal dan panjang di kepalaku, setiap hambatan bagiku, sangat mengganggu bila aku mandi, dan di musim panas selalu membuat leherku sebelah belakang terasa sangan panas.

ﻰﻟﺇ ﻱﻮﻬﻧ ّﻢﺛ ﺩﺎﺤﻟﺍ ﺺﻘﻤﻟﺍ ﻰﻜﻓ ﻦﻴﺑ ﻯﻮﻠﺘﺗ ﻲﻫﻭ ﻱﺮﻌﺷ ﺕﻼﺼﺧ ﻰﻟﺇ ﺕﺮﻈﻧ

...

ﺽﺭﻷﺍ

(BAB Ihalaman 15)

/nazartu ilā khuṣsilāti syi’rā wa hiya tatlūya bayna fakiya al-maqṣi al-hādi

śumma nahwiyaa ilal ardi/`kusaksikan betapa untaian rambut yang tebal dan

panjang berguguran jatuh ke lantai karena menjadi mangsa jepitan gunting

(45)

b. Citra fisik bertubuh tinggi

...

ًﺎﻨﺳ ﻰﻨﻣ ﺮﺒﻛﺃ ﻪﻧﺃ ﻊﻣ ﻲﺧﺃ ﻦﻋ ﺕﺮﺒﻛ

...

ﺕﺮﻴﻛ

(BAB I halaman 9)

/sa`aś bitu liṭṭabī’ati annahā barragmi min żalika al-jasadi adda’īfi allażī al

-bustannī iyyāhu... wa birragmi mimmā dākhilhi wa khārijihi min ‘awrāti fasawfa ana’libu/`Aku tumbuh lebih cepat. Aku menjadi lebih tinggi dibandingkan saudara lelakiku, walau ia lebih tua dariku.`

ﻰﻟﺇ ﺓﺮﺴﺣ ﻲﻓ ﺮﻈﻧﺃﻭ ﻲﻋﺍﺮﻨﺑ ﻯﺭﺪﺻ ﻰﻔﺧﺃ ﺔﻋﺭﺎﻔﻟﺍ ﺔﻠﻳﻮﻄﻟﺍ ﻲﺘﻣﺎﻘﺑ ﺔﻨﻳﺰﺣ ﺖﻔﻗﻭ

...

ﻥﻮﺒﻌﻠﻳ ﻢﻫﻭ ﻪﺋﻼﻣﺯﻭ ﻲﺧﺃ

(BAB I halaman 9)

/wa qaftu hazīnati biqāmatī aṭṭawīlati al-fāri’ati akhfī ṣadrī binarā’ī wa anzara

fī hasrata ilābakhī zamalā`ihi wa hum yal’abūna.../`Aku sungguh sedih dengan

tubuhku yang semakin tinggi dan langsing, karena itu aku suka bersedekap,

merentang lengan di atas dadaku untuk menyembunyikan dadaku, dan

(46)

xliv c. Citra fisik sebagai wanita

ﻸﻟ ﻲﺘﻬﺷ ﻰﻔﺧﺃ ﻥﺃ ﻰﻠﻋ

...

ﻲﺗﺎﻨﻜﺳﻭ ﻲﺗﺎﻛﺮﺣ ﺐﻗﺍﺭﺃ ﻥﺃ ﻰﻠﻋ

!

ﺖﻨﺑ ﺎﻧﺃ

...

ﺎﻧﺃ ﺎﻣﺃ

...

ﺕﻮﺻ ﻼﺑ ءﺎﺴﺤﻟﺍ ﺏﺮﺷﺃ ﻭ ءﻂﺒﺑ ّﻞﻛ ﺎﻓ ّﻞﻛ

(BAB I halaman 5)

/ammā anā... anā bintun! ‘alā an arāqiba harakātī wa sakanātī... ‘alāban akhī

syahiyyati lilakli fa`kulu bayṭi`u wa asyrabu al-hasā`i bilā ṣawti.../`Aku adalah

seorang gadis yang harus sangat berhati-hati dalam melakukan setiap gerakan

tubuh, harus pula pandai menyembunyikan keinginan jika suatu waktu menginginkan suatu jenis makanan, memakannya pun harus lambat-lambat dan menelan supku tanpa suara.`

!

ﻱﺮﻤﻋ ﻦﻣ ﺔﻌﺳﺎﺘﻟﺍ ﻲﻓ ﺔﻠﻔﻁ ﺎﻧﺃﻭ ﺓﺭﻮﻋ ﻲﻓ ءﻲﺷ ّﻞﻛ

!

ﺓﺭﻮﻋ

(BAB I halaman 6)

/’awrah! Kullu syay`in fī ‘awrati wa anā ṭiflatu fī attāsi’ati min

‘umrī!/`Memalukan! Segalanya dalam diriku adalah memalukan, padahal ketika

itu aku hanyalah seorang anak perempuan yang baru berumur sembilan

tahun.`

ًﺎﺌﻴﺷ ﺏﺮﺴﻛ ﻲﻧﻷﻭﺃ ﻲﺘﺳﺭﺪﻣ ﻲﻓ ﺖﻠﺸﻓ ﻲﻧﻷ ﻲﺗﺎﻴﺣ ﻲﻓ ﻲﻟﻭﻷﺍ ﻲﻋﻮﻣﺩ ﻦﻜﺗ ﻢﻟ

(47)

(BAB I halaman 6)

/lam takun damū’i al-ūlā fī hayātī liannī fasyaltu fī madrastīaw lianni kasartu

syay`an gāliban... walakinna laiannī bintun!/`Air mata sungguhan pertama yang

kutumpahkan bukanlah karena aku tidak pandai di sekolah atau karena aku telah memecahkan suatu benda berharga, melainkan karena aku seorang anak

perempuan.`

...

ﺪﻳﺪﺠﻟﺍ ﻯﺮﺳ ﺖﺤﻀﻓ ﻲﻣﺃ ﻥﺃ ﻚﺷ ﻻﻭ

...

ﻲﺗﺭﻮﻋ ﻰﻠﻋ ًﺎﻌﻴﻤﺟ ﺍﻮﻌﻠﻁﺍ ﻢﻬﻧﺃ ﺪﺑ ﻻ

ﻙﺎﻨﻫ ﻦﻜﺗ ﻢﻟﺃ

...

ﺔﺒﻴﻐﻟﺍ ﺓﺮﻫﺎﻈﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻲﺴﻔﻧ ﻦﻴﺑ ﻭ ﻲﻨﻴﺑ ﺮﺴﻓﺃ ﻰﻠﻋ ﺏﺎﺒﻟﺍ ﺖﻘﻠﻏﺃﻭ

؟ﺔﺛﻮﻠﻤﻟﺍ ﺔﻘﻳﺮﻄﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﺮﻴﻏ ﺕﺎﻨﺒﻟﺍ ﺎﻬﺑ ﺞﻴﻀﻨﺗ ﻯﺮﺧﺃ ﺔﻘﻳﺮﻁ

(BAB I halaman 8)

/lā budda anhum uṭlu’ū jamī’an ‘alā ‘awratī... wa lā syakka anna ammī fadahat

sara al-jadīdu... wa aglaqtu albāba ‘alā afsaru baynī wa bayna qafsī hażihi

azzāhiratu al-garbiyyatu... alam takun hunāka ṭarīqatu ukhrā tandiju bihā al

-banāti gayru hażihi aṭīarīalmalūśatu?.../`Aku mengira tentunya mereka semua

telah mendengar tentang peristiwa memalukan yang telah menimpa diriku: tentunya ibuku telah mengungkapkan rahasia pribadiku ini kepada mereka. Aku mengunci diri di kamar, berusaha mengatasi gejala baru ini. Betulkah cara tidak bersih seperti ini adalah satu-satunya jalan bagi para gadis untuk memasuki

masa kedewasaan?...`

Kutipan di atas menunjukkan bahwa “Aku” mengalami masa kedewasaan seorang perempuan yaitu menstruasi atau haid.

ﻥﺍءﻮﺘﻧ ؟ﺍﺬﻫ ﺎﻣ

...

ﺓﺁﺮﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﺕﺮﻈﻧﻭ ﻞﻴﻘﺜﻟﺍ ﻲﻧﺎﻴﻛ ﺮﺟﺃ ﻲﺷﺍﺮﻓ ﻦﻣ ﺖﻀﻬﻧﻭ

!

ﻯﺭﺪﺻ ﻰﻠﻋ ﺎﺘﺒﻧ ﻥﺍﺮﻴﻐﺻ

(48)

xlvi

/wa nahditu min qurasyī ajara kayānī aśśaqīla wanazartu fī al-marrati... mā hażā?

Nataw`āni ṣagīrani nabatan ‘alā ṣadrī!/`Aku bangun dari tempat tidur, memaksa

diriku sendiri berdiri di depan kaca dan memandangi dua bukit kecil yang

sedang tumbuh di dadaku.`

d. Citra fisik berambut pendek ketika dewasa

...

ﻲﻨﻴﻋ ﺭﺎﺼﺘﻧﻻﺍ ﻖﻳﺮﺒﻟﻭ ﺮﻴﺼﻘﻟﺍ ﻱﺮﻌﺸﻟ ﺖﻤﺴﺘﺑﺍﻭ ﺓﺁﺮﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﺕﺮﻈﻧﻭ

(BAB I halaman 16)

/wa nazartu fīl marāti wabtasamat lisyi’rī al-qaṣīri wa libarīqi al-intiṣāri fī

‘aynī.../`Aku melihat di cermin dan tersenyum memandangi rambutku yang kini

pendek, sinar kemenangan di mataku!

Kutipan-kutipan di atas menunjukkan bahwa “Aku” adalah anak perempuan yang pada umur sembilan tahun memiliki fisik berambut panjang. Perasaan iri kepada saudara lakinya pun muncul dikarenakan saudara laki-lakinya boleh memotong rambut mereka hingga pendek, sedangkan “Aku” dibiarkan tumbuh panjang karena menurut ibunya begitulah seharusnya perempuan. Sosok “Aku” pada saat itu masih menuruti semua perintah dari ibunya.

(49)

perhatian lelaki bahkan “Aku” tak pernah lagi keluar rumah hanya sekedar untuk bermain.

Yanggo (2010: 21), mengatakan haid dapat menimbulkan berbagai macam persoalan yang apabila perempuan sendiri tidak dapat memahami arti haid yang sebenarnya, baik dari segi hukum Islam maupun dari segi kesehatan.

Kartono (1992: 114), mengatakan gejala yang sering terjadi dan mencolok pada peristiwa haid pertama ialah: kecemasan atau ketakutan diperkuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis. Kadang-kadang pada saat itulah timbul pula sikap meyalahkan ibunya, mengapa ibunya melahirkan dirinya sebagai wanita dalam kondisi “genangan dosa”, yang harus ditebusnya dengan siklus menstruasi setiap bulan.

Wanita tidak menganggap atau melihat sesuatu hal dengan cara yang sama dengan pria. Wanita juga mempunyai pikiran dan perasaan yang berlainan tentang apa yang penting dan tidak penting baginya. Hanya wanita, menurut alasan tertentu, mengalami ovulasi, menstruasi, dan bersalin. Namun bagi “Aku” proses menstruasi merupakan suatu hukuman baginya, semua ciri fisiknya sebagai perempuan satu persatu muncul ketika ia beranjak dewasa. Hal ini yang membuatnya menangis dan memusuhi ciri fisik yang terdapat pada tubuhnya, bahkan hal yang pertama yang membuat “Aku” menangis bukan karena prestasinya sekolahnya yang buruk, namun karena ciri kewanitaannya.

Dalam kenyataannya perempuan dan laki-laki memang diciptakan memilki perbedaan fisik, keduanya sama-sama mengalami proses pendewasaan. Hal inilah yang tidak disadari oleh “Aku” bahwa semua proses pendewasaan yang dialami olehnya memang sudah kodratnya dan diciptakan sesuai dengan fungsinya, bahkan ketika ada wanita yang tidak mengalami menstruasi dapat diduga wanita itu menderita suatu penyakit.

(50)

xlviii

karena buah dadanya mulai membesar. Tanda-tanda fisik yang mengantarkan anak perempuan menjadi wanita dewasa ini mempengaruhi pula perilaku yang dianggap pantas baginya sebagai wanita dewasa. Sehubungan dengan karakteristik sekunder itu, wanita juga harus mengambil keputusan yang tidak terlepas dari keinginannya sebagai wanita dewasa dan hanya dianggap pantas baginya.

Hal inilah yang dilakukan “Aku” ketika pertama kali ia memotong pendek rambutnya seperti laki-laki. Kali ini “Aku” mengambil keuputusan yang sama sekali tidak diizinkan oleh ibunya. Tapi ini justru membuat dirinya puas dan bahagia, “Aku” merasa kali ini dia telah mengalahkan ibunya. Rasa takutnya selama ini kepada ibunya pun hilang karena “Aku” telah merasa berhasil mengambil keputusan sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Di dalam pandangan islam perbedaan antara laki-laki dan perempuan memang ada tetapi bukan suatu pembedaan. Seperti yang dinyatakan Umar (2006: 308), bahwa islam mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan, bukan pembedaan (distcirimintaion). Perbedaan tersebut didasarkan atas kondisi fisik-biologis perempuan yang ditakdirkan berbeda dengan laki-laki, namun perebdaan itu dimaksudkan untuk memuliakan yang satu dan merendahkan lainnya.

(51)

`Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain, karena bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi para perempuan pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS An-Nisa’: 32).`

Berdasarkan ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Islam telah memproklamirkan kesetaraan laki-laki dan perempuan serta adanya integrasi antara keduanya dalam memerankan fungsinya masing-masing.

Perbedaan ini yang disalahartikan “Aku” sebagai suatu hukuman baginya, yang menurutnya perbedaan antara perempuan dan laki-laki memanglah tidak adil. Pikiran ini bahkan membuat dirinya sendiri merugi karena telah mengorbankan masa kanak-kanaknya hanya untuk memerangi dirinya sendiri.

3.3.2 Citra Perempuan Ditinjau Dari Aspek Psikis

Wanita sebagai makhluk individu, selain terbentuk dari aspek fisik, juga terbangun oleh aspek psikis. Di dalam novel

ﺕﺍﺮﻛﺬﻣ

ﺔﺒﻴﺒﻁ

/ Muẕakarat Ṭabībah/ ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ banyak tergambar bagaimana psikis dari tokoh “Aku” yang terdapat di dalamnya. “Aku” merupakan sosok perempuan yang sedari kecil menunjukkan sifat kritisnya yang mempertanyakan mengapa sebagai perempuan dirinya selalu dibedakan dan merasa diperlakukan tidak sama dibandingkan dengan saudara laki-lakinya oleh ibunya.

a. Citra psikis membenci kewanitaannya

...

ﺎﻬﻓﺮﻋﺃ ﻥﺃ ﻞﺒﻗ ﻲﻨﺛﻮﻧﺃ ﻰﻠﻋ ﺖﻴﻜﺑ

.

ءﺍﺪﻋ ﻰﺘﻌﻴﺒﻁ ﻦﻴﺑ ﻭ ﻰﻨﻴﺑﻭ ﺓﺎﻴﺤﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻰﻨﻴﻋ ﺖﺤﺘﻓ

(52)

l

/bakītu ‘alā anwaśatī qabla an a’rafahā... fatahtu ‘aynī ‘alā al-hayāti bayni wa

bayna ṭabi’aṭi ‘adā`a/`Aku menangisi kewanitaanku, sebelum aku tahu betul

akan artinya. Tepat ketika kubuka mataku terhadap kehidupan, suatu keadaan

permusuhan telah berlangsung antara diriku dan ciri pembawaanku.`

؟ًﺎﻨﻨﺑ ﻲﺘﻘﺒﺧﻭ ﺔﻣﺎﻤﺤﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻞﺜﻣ ءﺍﻮﺤﻟﺍ ﻲﻓ ﺮﻴﻁﺃ ًﺍﺮﺋﺎﻁ ﷲ ﻢﻟ ﺍﺫﺎﻤﻟ

(BAB I halaman 6)

/limāżā lam yakhliqunī Allahu ṭā`iran aṭīru fī al-hawā’i miślu hażihi al-hamāmati

wa khalaqni bintan?/‘Mengapa Tuhan menciptakan diriku sebagai anak

perempuan dan bukan sebagai seekor yang dapat terbang seperti burung dara?’

...

ﻲﻨﺛﻮﻧﺃ ﺖﻫﺮﻛ

ﻱﺮﺟﺃ ﻥﺃ ﻊﻴﻄﺘﻳﺃ ﻼﻓ ﺮﻳﺮﺴﻟﺎﺑ ﻲﻨﻄﺑﺮﺗ ﺎﻧﺃ ﻰﻣﺩ ﻦﻣ ﺪﻴﻗ

...

ﺪﻴﻗ ﺎﻬﻧﺃ ﺖﺴﺴﺣﺃ

...

ﺰﻔﻗﺃﻭ

(BAB I halaman 8)

/karahtu anwaśī... ahsastu anhā quyūdun... quyūdun min dammī anā ṭarbitunī

bissarīru falā astaṭī`u an ajrī wa aqfiz/`Aku benci jadi orang perempuan. Aku

merasa seperti terbelenggu oleh rantai yang ditempa oleh darahku sendiri, mengikatku erat-erat pada tempat tidurku sehingga aku tak mampu berlari dan meloncat.

ﻱﺪﺴﺟ ﻦﻣ ﺃﺮﺒﺗﺃﻭ ﻲﺘﻌﻴﺒﻁ ﻰﻠﻋ ﻢﻘﻧﺃﻭ ﻲﺘﺛﻮﻧﺃ ﻩﺮﻛﺃ ﺎﻧﺃﻭ ﻞﻌﻓﺃ ﻥﺃ ﻲﻟ ﻦﻜﻤﻳ ﺫﺎﻣ

!

؟

!

ﺔﻣﻭﺎﻘﻤﻟﺍ

...

ﻯﺪﺤﺘﻟﺍ

...

ﺭﺎﻜﻧﻹﺍ ﻱﻮﺳ ءﻲﺷ ﻻ

(BAB I halaman 20)

/māżā yumkinu lī an af’ala wa anā akraha anwaśatī wa anqama ‘alā ṭabi’atī wa

(53)

sungguh membenci kewanitaanku, menyesalkan ciri diriku sementara aku tak tahu apa-apa tentang tubuhku. Apa yang dapat kulakukan adalah: menolak, menetang dan men

Referensi

Dokumen terkait

Citra Perempuan Rasional dan Emosional dalam Layar Terkembang Karya Sutan Takdir Alisjahbana: Analisis Kritik Sastra Feminis..

sastra Feminis terhadap novel “Istana Kedua” karya Asma Nadia tentang nilai -nilai feminis gambaran tokoh perempuan yang kuat, mandiri, keras, tegas, cerdas, dan

Kajian novel Sepenggal Bulan Untukmu karya Zhaenal Fanani: Kritik Sastra Feminis ini, dapat diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat pada umumnya, khususnya

citra wanita, dan ketidakadilan gender Djenar Maesa Ayu dalam kumpulan cerpen Jangan Main-. Main (dengan Kelaminmu) berdasarkan pendekatan kritik

KETIDAKSETARAAN GENDER DALAM NOVEL PEREMPUAN JOGJA KARYA ACHMAD MUNIF: TINJAUAN SASTRA FEMINIS..

Penelitian ini akan menganalisis mengenai ketidakadilan jender terhadap tokoh wanita dalam novel Perempuan Kembang Jepun dengan menggunakan tinjauan kritik sastra

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sastra feminis, pendekatan ini digunakan untuk menganalisis karya sastra yang berkaitan dengan perempuan.

Trêsnaku Kêlara-lara Karya Fitri Gunawan (Tinjauan Kritik Sastra Feminis) Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret