• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRITIK SASTRA FEMINIS TERHADAP NOVEL “ISTANA KEDUA” KARYA ASMA NADIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KRITIK SASTRA FEMINIS TERHADAP NOVEL “ISTANA KEDUA” KARYA ASMA NADIA."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KRITIK SASTRA FEMINIS TERHADAP

NOVEL “ISTANA KEDUA”

KARYA ASMA NADIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh ATI ROSMIATI NIM 062222710026

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

KRITIK SASTRA FEMINIS TERHADAP

NOVEL “ISTANA KEDUA”

KARYA ASMA NADIA

Skripsi ini Diajukan oleh Ati Rosmiati, NIM 062222710026 Program Studi S-1 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

Disetujui untuk Diajukan dalam Ujian Mempertahankan Skripsi

Medan, Juni 2010 Dosen Pembimbing Skripsi,

(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Ati Rosmiati. NIM 062222710026. Kritik Sastra Feminis terhadap Novel “Istana Kedua” Karya Asma Nadia. Skripsi. Medan. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sosok perempuan dalam rumah tangga yang terangkai dalam kepingan-kepingan kisah, Mendeskripsikan, serta mengevaluasi bagaimana nilai-nilai feminis dalam novel ”Istana Kedua” Karya Asma Nadia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kritik sastra feminis sebagai pedoman atau acuan teori dalam menggambarkan sosok perempuan dalam novel seperti menggambarkan sosok kuat, sosok mandiri, sosok keras, sosok tegas, sosok cerdas, dan sosok sopan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif evaluatif kualitatif. Metode deskriptif evaluatif kualitatif ialah metode yang menuturkan, memecahkan masalah yang ada, dan mengadakan evaluasi melalui suatu cara pengamatan dan penelaahan dokumen penelitian. Penelaahan yang dimaksudkan yaitu teks sebagai objek diamati dengan cara membaca. Sedangkan penelaahan dokumen dipergunakan untuk menelaah data-data yang berhubungan dengan hasil penelitian yang dicapai. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar simak untuk mempermudah teknik simak (observasi) dan teknik catat.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai feminis dalam novel

”Istana Kedua” karya asma Nadia menggambarkan sosok perempuan kuat,

mandiri, keras, tegas, cerdas, dan sopan.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Kritik Sastra Feminis terhadap Novel Istana Kedua Karya Asma Nadia.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra.

Ucapan terima kasih khusus disampaikan kepada Ayahanda M. Samin dan Ibunda Jaminah yang dengan ketegarannya menjadi orangtua dalam mencurahkan kasih sayang, motivasi, memberikan dukungan materi dan moril kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, ucapan terimakasih juga diucapkan kepada pihak yang terkait dalam penyusunan skripsi ini yaitu sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan, sekaligus sebagai Pembimbing Skripsi dan para pembantu dekan serta seluruh staf pegawai dan administrasi.

3. Dra. Rosmawaty, M.Pd. selaku ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang merupakan Dosen Pembimbing Akademik sekaligus orang yang telah dianggap sebagai ibu oleh penulis.

(7)

iii

5. Drs. Tingkos Sinurat, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Bapak Muhammad Surip, S. Pd, M. Si. selaku pengganti Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan perkuliahan selama peneliti dalam menuntut ilmu, khususnya kepada ibu Atika Wasilah, dan Dra. Mursini, M. Pd. yang banyak memberi dukungan moril kepada penulis.

6. Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumatera Utara beserta staf-staf yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

7. Kakak (Jamaliah dan Susilawati), Abang Ipar (Abd. Jamil dan M. Arif), adik (Hindah Sumaiyah, Siti Fatimah, Nurul Qomariah, Zainul Fajri, Fahrul Luthfi, Jauharotul Millah, dan tersayang Maulana Husein), keponakan (Inamul Hasan, Abd. Sa’ad Muwafi dan Rasyid)

8. Salam hangat dari penulis buat teman-teman yang telah banyak memberi dukungan kepada penulis khususnya mahasiswa Sastra Indonesia.

Medan, Agustus 2010 Penulis,

Ati Rosmiati

(8)

iv

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoritis ... 6

1. Kajian Sastra Feminis ... 6

a. Pengertian Kritik Sastra ... 6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. Metode Penelitian ... 26

B. Lokasi dan Waktu ... 26

C. Instrumen Penelitian ... 27

(9)

v

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Nilai-Nilai Feminis dalam Novel ... 29 B. Evaluasi Nilai-Nilai Feminis dalam Novel ... 45 C. Pembahasan ... 49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(10)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

I Deskripsi Nilai-Nilai Feminis dalam Novel Istana Kedua Karya Asma Nadia ... 65

II Tabel Gambaran Nilai-Nilai Feminisme dalam Novel “Istana Kedua” Karya Asma Nadia ... 77

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan, tetapi dapat dilakukan dengan cara menggali karya-karya fiksi seperti buku-buku sastra atau novel agar pandang an suatu budaya dapat diketahui. Suatu hal yang dapat dimengerti bahwa karya fiksi adalah suatu produk kehidupan yang banyak mengandung nilai-nilai sosial, politik, etika, religi, dan filosofis.

Novel sebagai karya sastra pada dasarnya lahir karena reaksi terhadap keadaan. Secara sosiologis, manusia dan peristiwa dalam novel adalah pantulan realitas yang dicerminkan oleh pengarang dari suatu keadaan dalam masyarakat dan tempat tertentu.

Keterpojokan perempuan dalam sastra Indonesia juga terjadi. Sejarah kesusastraan Indonesia sempat mencatat nama-nama dan karya-karya perempuan. Akan tetapi, banyak terjadi pengabaian dalam karya-karya mereka. Kritik kesusastraan lebih banyak difokuskan pada karya laki-laki sehingga pendeskripsian tentang wawasan estetik hanya didasarkan pada apa yang dicapai laki-laki. Akibatnya, apa yang pernah dicapai perempuan, yang sebenarnya penting tidak dijelaskan.

Novel karya perempuan lahir akibat kegelisahan perempuan Indonesia yang tertindas dan terpinggirkan oleh budaya patriarkhi, sehingga mendorong mereka untuk beraksi mengupayakan sebuah perikeadilan setara dengan laki-laki, khususnya dalam

(12)

2

hal penulisan karya sastra, sehingga citra perempuan yang lemah dalam karya laki-laki bisa di bantah dengan kehadiran penulis perempuan.

Dunia sastra Indonesia melahirkan penulis perempuan seperti Ayu Utami, Djenar Mahesa Ayu, Oka Rusmini, dan Fira Basuki, yang mengusung feminisme dalam karya-karya mereka. Meski dinyatakan sebagai gender sastra biru dengan tema

dan bahasa ’tabu’, eksistensi mereka menjadi penanda kegelisahan perempuan di

Indonesia.

Novel merupakan sebuah struktur yang kompleks, unik, dan menggunakan pandangan kehidupan yang banyak mengandung nilai-nilai sosial, politik, etika, religi, dan filosofis. Hal inilah, antara lain yang menyebabkan sulitnya pembaca menafsirkan sebuah novel dan untuk keperluan tersebut dibutuhkan suatu upaya untuk menjelaskannya disertai bukti-bukti hasil kerja kajian yang dihasilkan.

Mengkaji kembali teori-teori dan pendekatan tentang sastra dan karya sastra yang ada selama ini dan tentang watak serta pengalaman manusia yang ditulis dan dijelaskan dalam sastra. Selama ini para feminis melihat ada pengabaian terhadap pengalaman-pengalaman perempuan. Di sini, kritik sastra feminis menyediakan konteks bagi penulis perempuan yang mendukung mereka agar mampu mengungkapkan pengalaman, perasaan, dan pikiran yang selama ini diredam.

(13)

3

Beberapa bulan terakhir ini, di beberapa koran nasional terjadi perdebatan yang cukup sengit dan panas tentang kecenderungan beberapa sastrawan dalam merepresentasikan perempuan dan seksualitas dalam karya-karya mereka. Ada kalangan yang berdiri di titik ekstrem: menghujat atau membela, dan ada pula yang berusaha menengahi. Karya sastra yang kental dengan tema seksualitas pada tingkat tertentu identik dengan perempuan penulis yang melahirkan karya tersebut. Polemik tersebut, hingga tingkat tertentu, berpeluang untuk mengabaikan kreativitas dan pergulatan perempuan penulis lainnya yang juga melahirkan karya-karya sastra. Jika sastra bertema seksualitas perempuan oleh beberapa kalangan dipandang sebagai karya yang bernuansa pemberontakan atas pengekangan seksualitas perempuan dalam lingkungan budaya patriarki, maka sebenarnya para perempuan penulis memiliki caranya masing-masing untuk menunjukkan

“perlawanannya” terhadap konstruksi budaya yang melingkupinya. Contohnya bisa

ditemukan dalam novel karya Asma Nadia. Dalam novel ini, Asma mengangkat tema poligami dengan memberi penekanan pada segi nasib dan pergulatan perempuan di ruang keluarga.

Dalam novel ini, banyak bagian yang memuat gugatan kritis terhadap praktik poligami sehingga di duga secara awal terdapat nilali-nilai feminis yang perlu pembahasan khusus. Ada bagian yang mencoba menelaah dalih kaum laki-laki yang beralasan poligami dalam rangka mengikuti agama, sementara dalam praktiknya mereka kurang menghargai istri pertama dan anak-anaknya.

Banyak hal lain yang bisa digali dan didiskusikan lebih lanjut dari novel yang ditulis oleh penulis berbakat yang saat ini menjadi CEO Lingkar Pena Publishing

House ini. Terlepas dari pro dan kontra masalah poligami dan “pesan” yang berusaha

(14)

4

masalah poligami. Hal itu menegaskan bahwa perempuan penulis di Indonesia tidak hanya bisa menggugat budaya patriarki dengan mengeksplorasi tema seksualitas, tetapi bisa juga berangkat dari tema yang lain yang sebenarnya juga masih cukup kaya dan bernilai penting untuk terus digali.

Menurut Damono dalam Kritik Sastra Feminis Sebuah Pengantar (2000: xii), hanya perempuan yang bisa menulis tentang perempuan dan bukan sekedar konsep mengenai bagaimana seharusnya menjadi perempuan (maju). Oleh karena itu, peneliti

memilih kritik sastra Feminis terhadap novel ”Istana Kedua” karya Asma Nadia

Berdasarkan hal di atas, dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti

Kritik Sastra Feminis Terhadap Novel ”Istana Kedua” Karya Asma Nadia.

B.Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan proses atau tahapan yang menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, adapun masalah yangt diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan kritik sastra Feminis terhadap novel “Istana Kedua” karya Asma Nadia?

2. Bagaimana pandangan Asma Nadia terhadap poligami dalam novel “istana

kedua”?

3. Bagaimana kritik sastra Feminis terhadap novel “Istana Kedua” tentang nilai-nilai feminis gambaran tokoh perempuan yang kuat, mandiri, keras, mapan, ayu, tegas, cerdas, dan sopan?

C. Pembatasan Masalah

Berangkat dari identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada

(15)

-5

nilai feminis gambaran tokoh perempuan yang kuat, mandiri, keras, tegas, cerdas, dan sopan.

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pandangan kritik

sastra Feminis terhadap novel “Istana Kedua” karya Asma Nadia tentang nilai-nilai feminis gambaran tokoh perempuan yang kuat, mandiri, keras, tegas, cerdas, dan sopan?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini sebagai berikut.

Mendeskripsikan dan mengevaluasi bagaimana nilai-nilai feminis dalam novel

”Istana Kedua” Karya Asma Nadia. F. Manfaat Penelitian

Secara praktis, manfaat yang dapat diambil dalam penelitian sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis

Bagi ilmu kesusastraan, penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan terutama dalam bidang sastra, dapat mempelajari kebudayaan dan masalah kehidupan sosial menyangkut perempuan, sehingga mengetahui bagaimana gambaran tokoh

perempuan dalam novel ”Istana Kedua” karya Asma Nadia.

2.Manfaat Praktis

(16)

51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan sehubungan dengan temuan penelitian ini sebagai berikut. 1. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang kuat yaitu perempuan mampu bangkit dari keterpurukan bahkan tidak mau merasakan kesedihan dalam waktu yang lama, sehingga dalam novel ”Istana Kedua” karya Asma Nadia tersebut perempuan dapat menjalani segala masalah kehidupan terutama masalah dalam keluarga.

2. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang mandiri dalam novel ”Istana

Kedua” karya Asma Nadia dengan menjalani segala masalah hidup terutama

masalah dalam keluarga dengan mandiri, tidak tergantung kepada orang lain seperti mampu mengatasi masalah ekonomi.

3. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang keras dalam novel ”Istana Kedua”

karya Asma Nadia dengan menjalani segala masalah hidup dengan bijak, tahu kapan harus bersikap terutama pada waktu harus keras dalam menghadapi masalah hidup seperti ketika perempuan dalam novel ini bersikap keras dalam mendidik anak-anaknya.

4. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang tegas dalam novel ”Istana Kedua”

karya Asma Nadia Bersikap tegas berarti menunjukkan pendirian terhadap sesuatu hal, khususnya pada hal-hal yang sifatnya prinsipil atau nilai-nilai hidup. Akan tetapi, pengertian tegas di sini bukan berarti memiliki sifat keras kepala, tidak mengenal kompromi, dan mengabaikan kritik serta saran dari orang lain, Akan tetapi lebih kepada paham terhadap situasi seperti sikap Lia yang tegas

(17)

52

mengatakan kepada suaminya bahwa dia tidak mau berbagi dengan wanita lain sehingga ketika suaminya tetap melaksanakan hal tersebut, Lia meminta cerai. 5. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang cerdas dalam novel ”Istana Kedua”

karya Asma Nadia dengan menjalani segala masalah hidup, mudah memahami sesuatu seperti penggambaran sosok Bulan yang cepat memahami suatu masalah dan mampu mencari solusi dari masalah tersebut .

6. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang sopan dalam novel ”Istana Kedua” karya Asma Nadia dengan menjalani segala masalah hidup beradat istiadat dengan baik, bertingkah laku, dan bertutur kata dengan baik. Bahkan, tetap menjaga etika terhadap orang yang telah melakukan kesalahan karena kesopanan adalah suatu prinsip untuk melakukan kebaikan.

(18)

54

DAFTAR PUSTAKA

Arivia, Gadis, dkk. 2003. Jurnal Perempuan untuk Pencerahan dan kesetaraan,

No. 30. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan

Badrun, Ahmad. 2001. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra). Surabaya: Usaha Nasional

Dagun. 1991. Feminizm dan Maskulin. Yogyakarta: Pustaka Widiatama

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Djajanegara, Soenarjati. 2003. Kritik Sastra Feminis Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widiatama

Hakim, Ali Husein. 2005. Membela Perempuan Menakar Feminisme dengan Nalar

Agama. Jakarta: Al Huda

Hasan, L. Nadia, dkk. 2007. Perempuan di Rantai Harapan Kumpulan Kisah. Jakarta: Esensi Erlangga Group

Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Pradopo, Rahmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia. Yogyakarta: Gama Media Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rueda, Marisa, dkk. 2007. Feminisme untuk Pemula. Yogyakarta: Resist Book Sugihastuti. 2005. Rona Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sugihastuti, 2002. Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

(19)

55

Sugihastuti, Suhartono. 2002. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Yudiono, K. S. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: Gramedia

Wirawan, Sarwono Sarlito. 2000. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang http://wennydesyanti.multiply.com/journal/item/239/Definisi_Mandiri_Kajian_Psikol

ogis_

http://my.ayodance.com/blog.php?pid=viewblog&blogid=10292&uid=3315 http://id.wikipedia.org/wiki/Feminisme/ Fraggan/2010/

http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/

(20)

56

Lampiran

Deskripsi Nilai-Nilai Feminis

dalam Novel ”Istana Kedua” Karya Asma Nadia

Catatan: P (Paragraf), H (Halaman), B (Bab)

1. Deskripsi gambaran sosok kuat dalam novel ”Istana Kedua” karya Asma

Nadia

a. Istana bunda serasa runtuh sayang...Arini menggigit bibir kuat-kuat. Ia gila kalau sampai curhat pada anak-anaknya, dia tidak boleh kehilangan kontrol diri.

(P:4, H:23, B:I)

b. Aku tak ingin mengeluh...selalu ada harga yang harus di bayar untuk sesuatu yang ingin kita capai.

(P:4, H:31, B:II)

c. Memang panas. Tapi ku tak beraksi apa-apa. Letih membuatku kuat. Panas menjadikanku lebih kuat.

(P:4, H:23, B:I)

d. Arini diam. Menggigit bibir. Menahan suara hati agar tak terbaca oleh Nadia. (P:3, H:47, B:IV)

e. ”Kami sudah bercerai.” ucapan itu dilontarkan Lia begitu saja. Tanpa

intonasi, begitu ringan seolah bukan sesuatu yang penting. (P:1, H:84, B:VII)

(21)

57

g. Kucurahkan seluruh energi mati-matian ke urusan kantor, hingga tak sempat mengingat luka. Perlahan aku mencoba meluaskan pergaulan. (P:2, H:90, B:VIII)

h. Pemikiran itu lambat laun membantu Arini bangkit. Dia tidak menolak ketentuan Allah, tapi menuntut keadilan, dan menolak kesalahan melulu dituduhkn kepada perempuan. Sebab lebih dari siapa pun, Arini tahu, kecuali kondisi fisiknya yang berubah, bertahun-tahun dia telah meladeni Mas Pras sebaik yang di bisa. (P:1, H:105, B:IX)

i. Arini bangkit dari keterpurukannya. Perempuan itu mulai mengetik lagi, jemarinya bermain cepat di tas keyboard. Meski kisah-kisah yang ditulisnya tak lagi berakhir bahagia. (P:2, H:105, B:IX)

j. Pilihan pertama adalah bangkit dari kesedihan. Hadapi Sang suami. Tatap tepat pada kedua matanya dan bertanya langsung.

(P:3, H:169, B:XVI)

k. ”Dia belum bayar mbak”. Terperangah, si perempuan kembali ke dalam.

Panik mencri dompet, setelah sebelumnya susah payah membawa si lelaki yang dalam keadaan mabukmasuk ke rumah.

(P:1, H:199, B:XVIII)

l. Seperti bangun dari kematian...suara hati yang dengan cepat kubantah sendiri. Tidak, tidak ada yang bangun dari kematian.

(P:1, H:203, B:XIX)

(22)

58

n. Dia masih perempuan yang sama yang terluka dan kecewa. Bedanya, kini dia memutuskan untuk bangkit dari kepasrahan. Untuk anak-anak, untuk kebahagiaan mereka, ia akan berjuang. (P:1, H:215, B:XX)

o. Arini berhenti berlari. Tak lagi berusaha menghindar dari luka. Sebaliknya, seperti busa, tubuh arini perlahan menghisap anak-anak panah yang menyimpan perih itu semakin dalam, hingga menyatu dalam diri. (P:7, H:242, B:XXII)

2. Deskripsi gambaran sosok keras dalam novel ”Istana Kedua” karya

Asma Nadia

a. Satu lagi jangan coba-coba membalas e-mail ini jika Anda masih bujangan. Aku tidak butuh suami sungguhan yang nantinya mlah merepotkan dengan banyaknya tuntutan. (P:9, H:12, B:I)

b. Ya, aku Mei Rose. Ketika kecil teman-teman selalu menganggapku sombong, sebab aku tak mau bergaul dengan mereka. (P:2, H:28, B:II) c. Aku tak ingin berteman. Bahkan meski rumahku sangat dekat dengan

sekolah. Aku tak mau teman-teman sekelas mampir ke rumah untuk minta minum, atau menumpang ke kamar kecil karena toilet sekolah yang bau. Aku tak bisa. Tidak boleh. (P:3, H:28, B:II)

(23)

59

e. Dan hati Arini membenarkan kalimat itu diam-diam. Hari benar, meski tak banyak lelaki yng berkomentar sejujur itu. Begitu banyak cara untuk menolong seorang perempuan. Memberinya sejumlah uang atau pekerjaan misalnya, menyekolahkan anak-anak, jika dia seorang janda. Kenapa harus dinikahi? (P:7, H:102, B:X)

f. Akan kubalas A-ie...suatu saat akan kubalas. A-ie akan bergantung padaku, seperti Parasit pada pohon induk. (P:1, H:107, B:X)

g. Bicara pada siapa? Jangan pura-pura tak tahu, aku orang paling kesepian di dunia! (P:4, H:108, B:X)

h. Biar! Tapi mereka tak mendapatkan sepatah kata pun dariku. Jangan berharap pengakuan apalagi air mata. Kau lihat sendiri...aku tak bisa kalah!tak boleh! (P:2, H:120, B:XI)

i. Arini gemas dengan kepasrahan perempuan-perempuan di sekitarnya. Kenapa mereka mau saja dibodohi? Kenapa tidak marah? Kenapa menerima saja kesewenangan suami? (P:2, H:132, B:XII)

j. Terkadang naluri kewanitaan timbul dan merongrongku untuk meratapi nasib. Tapi sekuat tenaga kulawan. Aku tak boleh kalah. Tidak akan kubiarkan lelaki jahannam itu tersenyum lebih lebar.

(P:3, H:138, B:XIII)

k. Berjanjilah! Jangan pernah menolongku lagi.| ”sekarang, pergilah.” (P:7, H:167, B:XV)

l. ”Labrak saja.” arini terlengak. Sita mengucapkan kalimat itu dengan

(24)

60

m. Sejak dulu kamu telah punya segalanya, Arini: orangtua, suami yang baik, anak-anak yang sehat, karier kepenulisan. Segalanya.

(P:7, H:241, B:XXII)

n. Dia bisa melihat bara yang membayang di mata lawan bicaranya. Tampaknya Mei Rose akhirnya memutuskan untuk berhenti menyembunyikan perasaan.... (P:8, H:241, B:XXII)

o. Mata Mei Rose berkilat, pandangannya membuat tubuh Arini terasa menciut. (P:2, H:242, B:XXII)

3. Deskripsi gambaran sosok tegas dalam novel ”Istana Kedua” karya Asma

Nadia

a. Aku tak butuh kunjungan rutin yang dapat mengurangi jatah waktu bagi keluarga istri pertama. Aku tidak butuh perhatian, bahkan seks sekalipun. Kecuali bila kuinginkan.

(P:7, H:12, B:I)

b. Aku hanya ingin menjadi istri part-time yang sah. Jik Anda berminat, silahkan menghubungiku dan kita atur pertemuan.

(P:8, H:12, B:I)

c. Ya Allah duniaku bukan Cuma Pras. Duniaku sekarang juga milik anak-anak yang menjadi bukti kebersamaan manis yang pernah ada. (P:5, H:22, B:I )

(25)

61

e. Aku Mei Rose. Dan hidupku bukan dongeng. Sebab dongeng selalu bermuara pada dongeng tentang kebahagiaan. Kehadiran Pangeran gagah yang selalu tahu kapan dan dimana harus muncul demi menyelamatkan Putri Cantik. (P:6, H:27, B:II)

f. Selalu ada harga yang harus di bayar untuk sesuatu yang ingin kita capai. (P:4, H:30, B:II)

g. Halo, nyonya Prasetya di sini...

Suara itu tegas, jelas dan riang. Ada celoteh seorang anak di dekatnya ketika perempuan itu menyapa. (P:1, H:51, B:IV)

h. Itulah aku. Cewek antik!

Apakah aku marah? Tentu saja tidak.... (P:7, H:52, B:IV)

i. ”Maaf A-ie Aku tak bisa lagi mengepel kolong tempat tidurmu, tapi si

Iyem bisa.” (P:4, H:57, B:IV)

j. Aku, Mei Rose, dan Aku bersumpah: Kebodohan ini tidak akan terulang. Tidak tanpa kehendakku. (P:8, H:76, B:VI)

k. Sementara Arini msih sibuk menata hati, seorang perempuan dalam balutan pakaian katun kasual dan rok batik khas, dilengkapi sebuah syal melingkar di leher dan sepatu hak tinggi, menghampiri mereka...kerudung itu telah ditanggalkan setahun lalu.

(P:7, H:82, B:VII)

l. Aku tak siap kalah oleh kehidupan.... (P:1, H:106, B:X)

(26)

62

n. Aku tak bisa kalah. Hidup telah kuperjuangkan dengan teramat berat. Tak bisa kubiarkan Ray menghancurkannya, juga tidak melalui bajingan kecil yang kini meringkuk di perutku yang membukit.

(P:2, H:109, B:X)

o. ”Ada sesuatu yang berbeda pada mereka, ketika mulai selingkuh....”

(P:2, H:179, B:XVII)

p. ...”Kalau begitu saya minta kamu beresi pakaianmu sekarang”, kamu

boleh pergi. (P:7, H:184, B:XVII)

q. Aku tidak merampas apapun dari Arini, Aku hanya memaksanya berbagi. (P:1, H:232, B:XXII)

r. Jika hanya untuk diri sendiri, percayalah saya tidak akan memohon

padamu.” (P:4, H:234, B:XXII)

s. Jika ibu bisa melakukan itu seharusnya aku juga bisa, bukankh darah ibu mengalir padaku? (P:5, H:235, B:XXII)

t. Aku tidak bisa”. (P:2, H:237, B:XXII)

u. ”Aku tidak bisa”, ulang Mei Rose. Bagaimana dia bisa melepas lelaki

yang akhirnya sanggup mengubah pandangannya tentang Andika? (P:3, H:237, B:XXII)

v. Mei Rose menatap Arini dengan ketegasan yang tidak mungkin diruntuhkan. Ketegasan yang menyedot seluruh kekuatan yang tersisa di tubuh Arini. (P:4, H:237, B:XXII)

w. Sementara satu-satunya hal baik yang pernah terjadi seumur hidupku, hany Pras! (P:1, H:242, B:XXII )

(27)

63

4. Deskripsi gambaran sosok Mandiri dalam novel ”Istana Kedua” karya Asma Nadia

a. Nama-ku Bulan. Aku perempuan normal, mapan, dan mandiri, yang mencari laki-laki yang siap menjadikan aku istri kedua.

(P:5, H:12, B:I)

b. Tidak perlu repot, memberiku nafkah, sebab gajiku lebih dari cukup untuk itu. Bahkan aku tidak keberatan memberi jaminan hidup.

(P:6, H:12, B:I)

c. Kamu cewek paling mandiri yang pernah aku kenal. (P:2, H:53, B:IV)

d. ...hidupku kini lumayan, gajiku tak besar, tapi cukup untuk membyar seorang pembantu.

(P:3, H:57, B:IV)

e. Semua jerih payah yang kerap menghabiskan energinya untuk menulis dan membangun eksistensi diri. Tugas-tugas rumah tangga memang tidak pernah selesi. Sebab sejak awal pernikahan Arini tidak pernah mengijinkan pembantu untuk mencuci, untuk menyetrika pakaian-pakaian Pras. Dia suka melakukannya sendiri.

(P:1, H:100, B:IX)

f. Aku belajar keras dan berusaha menguasai pelajaran meski susah payah. Karier kurintis dari bawah, hanya sebagai operator telepon, tetapi dengan dedikasi dia atas seratus persen. Aku tahu harus berusaha lebih keras....

(P:2, H:107, B:X)

(28)

64

(P:1, H:108, B:X)

h. Begitu pun saat aku merintis karier di kantor, dari seseorang yang diremehkan dan tidah diperhitungkan, sehingga sampai pada posisi yang cukup mapan. Semua murni dengan prestasi sebab aku tidak memiliki kecantikan, lenggok, dan senyum genit seperti Mamiek, Lolita, dan gadis-gadis lain. (P:6, H:215, B:XX)

i. ...dia bahkan tidak pernah meminta uang belanja yang menjadi haknya sebagai istri, pada Pras. Anak-anakmu lebih membutuhkan. Tidak usah mengkhawatirkan aku. (P:5, H:238, B:XXII)

5. Deskripsi gambaran sosok cerdas dalam novel ”Istana Kedua” karya

Asma Nadia

a. Sebelum koneksi tersambung, perempuan itu bisa membayangkan isi

inbox nya setumpuk e-mail sampah. (P:,2 H:9, B: I)

b. Hidup yang bukan dari negeri dongeng membuatku sangat mengakalkan akal sehat. Logika mengatakan bahwa racun mematikan yang menyentuh bibir Putri salju bisa saja membahayakan Sang Pangeran. Pikiran membuatku merasa ketujuh orang kerdil itu merupakan sosok berhati dingin... (P:3, H:27, B:II)

c. Usiaku tiga puluh tahun. Aku mulai percaya, Pangeran itu tak akan pernah bisa menemukanku, barangkali pun krena aku tak cukup cantik. (P:7, H:31, B:II)

(29)

65

e. Gadis kecil itu sudah kelas tiga SD. Cerdas, perhatian, pek itulah Nadia. Tidak mudah dibohongi, tidak puas dengan satu-dua jawaban. Matanya yang bulat akan terus mengejar sampai yakin tak ada yang disembunyikan. (P:4, H:46, B:IV)

f. Arini tahu pernikahan bukan hanya bertemunya dua hati, dua raga, dua keluarga. Tapi pernikahan juga panandatanganan perjanjian. Nasibnya atas nasib Pras, umurnya atas umur Pras. Senang dan susah, tawa dan air mata, ada dan tiada. (P:7, H:47, B:IV)

g. ”Kamu gadis cerdas, Mei! Puji Ray melambungkanku ke angkasa.

(P:2, H:53, B:IV)

h. Aku tak pernah bertanya kenapa dia melakukan itu, sebab dengan cara yang aneh, ku tahu dia mencintaiku... (P:4, H:95, B:VIII)

i. ...dan diam-diam, ketika tak ada satu pegwaipun yang tersisa di kantor, aku membuka-buka file mereka, mencoba menyerap apa pun. Dengan begitu pengetahuanku bertambah. Bahkan pada bidang-bidang yang dulu tak pernah kupelajari. (P:3, H:107, B:X)

j. Arini gadis cerdas, pasti bisa mengira-ngira. (P:3, H:151, B:XIV)

k. Arini yang aku kenal lewat cerita-cerita Pras memang bukan seorang pemarah. Tetapi aku telah merampas sesuatu yang paling berharga dari hidupnya. Dan sangat wajar jika perempuan ini datang dengan segunung lahar api. (P:5, H:231, B:XXII)

(30)

66

m. Mei Rose, perempuan cerdas dengan wajah sederhana yang semakin lama kian menarik.... (P:4, H:238, B:XXII)

6. Deskripsi gambaran sosok sopan dalam novel ”Istana Kedua” karya

Asma Nadia

a. ...pandangan gadis itu bersirobok dengan sepasang mata coklat. Cepat Arini menundukkan pndangannya.

(P:5, H:16, B:I)

b. ”Maaf” ujarku canggung, sambil menahan kaca mata agar tidak

merosot. (P:2, H:52, B:IV)

c. Semula Arini ingin melabrak Pras. Mencaci maki lelaki itu, memukul dan menendangnya kalau perlu tapi dia seorang istri. Dan sejak kecil Arini melihat betapa hormatnya ibu kepada bapak.

(P:2, H:97, B:IX)

d. ”Saya belum terlalu lancar menyetir, pak. Mungkin nanti-nanti...”

(P:3, H:121, B:XI)

e. Perasaan Ratih panas. Sungguh, ingin sekali dia mengamuk. Tapi itu bukan dia. Semarah apa pun selama lima tahun pernikahan, Ratih tidak pernah berteriak-teriak di depan suaminya. Tidak sekalipun. Bahkan meskipun dia sedang sangat ingin menjerit, perempuan itu tidak sanggung melakukannya.

(P:5, H:180, B:XVII)

f. Bisa saya bicara?”

(31)

67

g. Sekarang dia memahami, kenapa Pras jatuh cinta setengah mati pada istri pertamanya. Lelaki menyukai perempuan lembut dengan kemanjaan yang santun. Perempuan dengan stok pengertian dan pemakluman tanpa batas. (P:4, H:233, B:XXII)

h. ”Saya memintamu, demi anak-anak saya, untuk meninggalkan Pras.

(32)

68

Lampiran II

TABEL GAMBARAN NILAI-NILAI FEMINIS

DALAM NOVEL "ISTANA KEDUA" KARYA ASMA NADIA

(33)
(34)

70

5 180 XVII

2 232 XXII

4 233 XXII

1 236 XXII

(35)

71

Lampiran III

Jumlah Paragraf dan Kalimat per Bab

dalam Novel "Istana Kedua" Karya Asma Nadia

No. Bab Jumlah Paragraf Jumlah Kalimat

Jumlah paragraf dalam novel tersebut ialah 1.307 paragraf

Gambar

Tabel Gambaran Nilai-Nilai Feminisme dalam Novel “Istana
TABEL GAMBARAN NILAI-NILAI FEMINIS

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui lebih jauh dan menjawab permasalahan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Penjumlahan Murid Tunanetra Kelas 1

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 2006 Tentang Perizinan bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing dan Orang Asing

Membuat dokumen pengolah angka dengan teks, tabel, grafik, gambar dan diagram. Teknik Dasar Operasional LibreOffice Calc Membuat dan menyimpan

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program Diploma 3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut : (1) Lingkungan Kerja Fisik dan Lingkungan Kerja Non Fisik secara simultan berpengaruh terhadap

Biaya diferensial yang dipakai sebagai landasan penentu harga jual pesanan khusus dapat pula terdiri dari biaya variabel dan tetap, manakala pesanan khusus. diperkirakan

Penguji pada Sidang Tugas Akhir tanggal 17 Oktober

[r]