• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN ORAL KANDIDIASIS PADA PENGGUNA GIGI TIRUAN LEPASAN BERBASIS RESIN AKRILIK DI YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN ORAL KANDIDIASIS PADA PENGGUNA GIGI TIRUAN LEPASAN BERBASIS RESIN AKRILIK DI YOGYAKARTA"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ORAL KANDIDIASIS PADA PENGGUNA GIGI

TIRUAN LEPASAN BERBASIS RESIN AKRILIK

DI YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

SHEINA WIDYANINGRUM 20120340072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

DI YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

SHEINA WIDYANINGRUM 20120340072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Sheina Widyaningrum NIM : 20120340072

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benas-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 13 Juni 2016 Yang membuat pernyataan

Tanda tangan

(4)

iv

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS Al-Baqarah, ayat 282)

Janganlah membanggakan dan menyombongkan diri atas apa yang kita peroleh, turut dan ikutilah ilmu padi makin berisi makin tunduk dan makin bersyukur

kepada Allah SWT.

Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkannya mendapat jalan ke syurga

(HR. Muslim)

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiah ini saya persembahkan kepada,

Ayahanda tersayang (Alm) H. Bambang Widartono, S.Pd, M.Pd. yang telah menjadi motivator terbaik untuk saya, mendidik, mengajarkan tentang kehidupan,

dan kerja keras dalam berjuang untuk mendapat ridha Allah SWT Ibunda tersayang Hj. Istiyah Noveni Haryanti, S.E. yang selalu memberikan doa dalam sujudnya untuk anak-anaknya, dan tak pernah lelah memberikan dukungan

, motivasi, semangat dalam berjuang menggapai cita-cita dan mendapatkan ridha Allah SWT.

Kakak saya Shinta Widyarini, S.Pd. dan adik saya Muhammad Ridho Widartono yang tiada henti memberikan doa, dukungan, dan semangatnya dalam berjuang.

(6)

vi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Oral Kandidiasis Pada Pengguna Gigi Tiruan Lepasan Berbasis Resin Akrilik di Yogyakarta” dengan lancar.

Karya Tulis Ilmiah ini ditujukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik berupa bimbingan, pengarahan, nasihat maupun dukungan moral dan material. Maka pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu : 1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(7)

vii

5. drg. Novitasari Ratna Astuti, MPH., selaku dosen penguji Karya Tulis Ilmiah yang telah menguji, memberi arahan dan saran dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Kedua orang tuaku, Bapak (Alm) H. Bambang Widartono, S.Pd. M.Pd. dan Ibu Hj. Istiyah Noveni Haryanti, S.E. yang sangat saya cintai yang selalu memberikan doa dan dukungan yang tidak terhingga dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Kakakku Shinta Widyarini, S.Pd dan adikku Muhammad Ridho Widartono yang selalu memberikan motivasi, canda, tawa, dan semangat.

9. Nenekku Hj. Sri Sukarti yang sangat saya sayangi dan selalu memberi dukungan dan semangat dalam penelitian ini.

10. Seluruh subyek penelitian yang telah bersedia menjadi responden penelitian ini.

11. Fauzia Farassinta Zahra, Memed Nurrohman, dan Gali Armadhana Ibnu Hasbi, teman seperjuangan Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

(8)

viii

14. Teman- teman KG 2012 yang saling memberikan semangat dari penyusunan hingga penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

15. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Karya Tulis ilmiah ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran sangat diperlukan. Akhirnya, penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada ilmu kedokteran gigi dan bagi semua pembaca.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Yogyakarta, 13 Juni 2016

(9)

ix

D. Pertanyaan Penelitian ... 26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel... 27

C. Tempat Dan Waktu Penelitian... 28

D. Kriteria Penelitian...28

E. Variabel Penelitian ... 28

F. Definisi Operasional ... 29

G. Instrumen Penelitian ... 30

H. Jalannya Penelitian ... 30

I. Alur Penelitian ... 32

(10)

x

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Blastospora dan hifa membentuk Kandida... 11

Gambar 2 : Pemeriksaan Histologi Blastospora dan Hifa Kandida albican... 11

Gambar 3 : Kandida albicans terlihat di bawah mikroskop cahaya... 12

Gambar 4 : Gambaran klinis Kandidiasis Pseudomembranosa... 15

Gambar 5 : Gambaran klinis Kandidiasis Hiperplastik... 16

Gambar 6 : Gambaran klinis Kandidiasis Hiperplastik Kronik... 17

Gambar 7 : Gambaran klinis Median Rhomboid Glossitis... 17

Gambar 8 : Gambaran klinis Angular Cheilitis... 18

Gambar 9 : Gambaran klinis Kandidiasis Eritematosa... 20

Gambar 10 : Kandidiasis Eritematosa tipe 1... 20

Gambar 11 : Kandidiasis Eritematosa tipe 2... 21

Gambar 12 : Kandidiasis Eritematosa tipe 3... 21

Gambar 13 : Presentasi klinis Oral Kandidiasis... 22

Gambar 14 : Skema Kerangka Konsep... 25

(12)

xii

Tabel 2. Temuan Oral Kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan... 35

Tabel 3. Jenis Oral Kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan... 36

Tabel 4. Distribusi jenis Oral Kandidiasis Berdasarkan Jenis Kelamin... 36

Tabel 5. Distribusi jenis Oral Kandidiasis Berdasarkan Usia... 37

Tabel 6. Distribusi jenis Oral Kandidiasis Berdasarkan Jenis Gigi Tiruan... 38

Tabel 7. Distribusi jenis Oral Kandidiasis Berdasarkan Lama Pemakaian... 38

Tabel 8. Distribusi jenis Oral Kandidiasis Berdasarkan Pendidikan... 40

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi penelitian

Lampiran 2. Lembar persetujuan subyek penelitian (Informed Consent) Lampiran 3. Lembar pemeriksaan subyek penelitian

(14)
(15)

xiv

INTISARI

Latar Belakang : Dampak kehilangan gigi pada seseorang dapat menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan psikologi. Perubahan tersebut dapat ditanggulangi dengan menggunakan gigi tiruan. Gigi tiruan berbasis resin akrilik mempunyai pori-pori mikro yang menyebabkan sisa makanan dan bakteri dapat menumpuk sehingga sering terjadi inflamasi mukosa yang disebabkan oleh jamur kandida. Kandida yang sering ditemukan di rongga mulut yaitu candida albicans, candida glabrata, candida krusei, candida tropicalis, dan candida dubliniensis. Tujuan Penelitian. untuk mengetahui gambaran Oral Kandidiasis pada pengguna gigi tiruan di Yogyakarta.

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah pengguna gigi tiruan lepasan di Yogyakarta dengan sampel 81 orang. Penelitian dilakukan pada bulan November 2015 hingga Januari 2016 di Yogyakarta. Instrumen penelitian satu set alat diagnostik dan lembar pemeriksaan. Hasil Penelitian : Analisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian adalah prevalensi jenis Oral Kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan tertinggi adalah Kandidiasis Eritematosa sebanyak 38 orang (49,35%) , sedangkan prevalensi terendah adalah Kandidiasis Hiperplastik kronik sebanyak 2 orang (2,60%).

Kesimpulan : Tingginya prevalensi lesi Oral Kandidiasis terutama Kandidiasis Eritematosa disebabkan oral hygiene subyek yang buruk, perawatan gigi tiruan tidak maksimal dan jarang melepas gigi tiruan.

(16)

xv

psychological changes. The changes can be overcome using dentures. Mostly the base of dentures are made from acrylic resin which have micro pores that can make food left-over, yeast or bacteria piled up. Mucosal inflamation often happen because of Candida yeast. Kinds of Candida that often found in oral cavity such as Candida albicans, Candida glabrata, Candida krusei, Candida tropicalis, and Candida dubliniensis. Purpose. The aim of this research is to describe oral candidiasis in people with dentures in Yogyakarta.

Research Method. This is an descriptive observational study using cross sectional research design. The samples of this study are 81 denture users in Yogyakarta.This study was conducted on November 2015 until January 2016. The instrument used are a set of diagnostic tools and examination sheet.

Result. Analysis used were statistical descriptive. The result of study shows that the highest prevalence of oral candidiasis are the erythematous candidiasis there are 38 peoples (49,35%), meanwhile the lowest prevalence are the Chronic Hyperplastic candidias there are 2 peoples (2,60%).

Conclusion. The conclusion of this study erythematous candidiasis has the highest prevalence of oral candidiasis caused by poor oral hygiene on denture users, insufficient treatment, and rarely take of the denture.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gigi memiliki berbagai macam fungsi, seperti estetik, fonetik, mastikasi dan penelanan. Kehilangan gigi merupakan tanggalnya gigi dari soketnya yang disebabkan oleh pencabutan karena karies atau penyakit periodontal dan trauma (Siagian et. al., 2015). Dampak kehilangan gigi dapat menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi dan psikologi. Perubahan tersebut dapat ditanggulangi dengan menggunakan gigi tiruan, baik lepasan maupun cekat. Agtini (2010) melaporkan persentase pengguna gigi tiruan di Indonesia mencapai 4,5 % , sedangkan di Yogyakarta sebesar 5,9%.

Gigi tiruan adalah gigi yang digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang dan mengembalikan fungsi gigi (Irmagita dan Paskalis, 2012). Bahan yang digunakan untuk membuat gigi tiruan terdapat berbagai macam. Lebih dari 95% bahan yang sering digunakan adalah resin akrilik. Pada gigi tiruan lepasan berbasis resin akrilik , plat selalu berkontak dengan saliva, minuman dan makanan. Kurangnya pemeliharaan kebersihan gigi tiruan lepasan resin akrilik menyebabkan peningkatan stain, karang gigi dan plak. Plak merupakan faktor penting penyebab inflamasi pada mukosa. Masalah yang umum terjadi adalah infeksi Kandida ( Wahyuningtyas, 2008).

(18)

(Rao, 2012). Oral Kandidiasis dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu lokal dan sistemik. Faktor lokal seperti kebersihan rongga mulut yang buruk, penggunaan gigi tiruan terus menerus, dan hiposaliva. Faktor sistemik yaitu konsumsi antibiotik berkepanjangan, penggunaan obat kortikosteroid, diabetes melitus, system imun menurun, dan keganasan (Palanivelu, et. al., 2011). Faktor lain yang berpengaruh pada Kandidiasis adalah jenis kelamin, usia, lama pemakaian gigi tiruan, jenis gigi tiruan, pekerjaan dan tingkat pendidikan (Karthik, et. al., 2010)

Kandidiasis pada rongga mulut diawali dengan adanya kemampuan Kandida untuk melekat pada mukosa mulut, sehingga menyebabkan terjadinya infeksi. Perlekatan jamur pada mukosa mulut mengakibatkan proliferasi, kolonisasi tanpa gejala atau disertai dengan gejala infeksi. Kandidiasis pada pengguna gigi tiruan terjadi karena adanya invasi jamur kandida ke dalam jaringan, sedangkan penggunaan gigi tiruan menyebabkan akan bertambahnya mukus dan serum, namun pelikel saliva berkurang (Gaib, 2013).

Oral Kandidiasis diklasifikasikan sebagai Kandidiasis Pseudomembranosa (Oral Trush), Median Rhomboid Glossitis, Angular Cheilitis, Kandidiasis Eritematosa, Kandidiasis Hiperplastik Kronis (Bhat, et. al., 2013). Oral Kandidiasis secara klinis terlihat sebagai lesi kemerahan atau lesi putih pada mukosa rongga mulut. Oral Kandidiasis yang umum ditemukan pada pengguna gigi tiruan adalah Kandidiasis Eritematosa Kronik atau disebut Denture Stomatitis (Siagian, et. al., 2015).

(19)

3

kepada umatku atau kepada manusia, pasti aku perintahkan mereka untuk

bersiwak (menggosok gigi) pada setiap kali hendak sholat” (HR Bukhari). Hadits

ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada setiap umat beliau untuk bersiwak setiap hendak sholat. Karena bersiwak atau menggosok gigi ini dapat menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut. Selain itu juga menghindarkan dari penyakit yang dapat timbul akibat kebersihan rongga mulut yang buruk (Baqi, 2014).

Berdasarkan uraian latar belakang maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran berbagai jenis Oral Kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan dan berbasis resin akrilik di Yogyakarta karena belum pernah dilakukan sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah gambaran Oral Kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan berbasis resin akrilik di Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

(20)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Ilmu Pengetahuan

a. Memberikan tambahan informasi dalam ilmu pengetahuan di bidang kedokteran gigi.

b. Sebagai referensi penelitian selanjutnya. 2. Bagi Masyarakat

a. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang terjadinya infeksi Kandidiasis terkait penggunaan gigi tiruan.

b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan mulut pada pengguna gigi tiruan supaya masyarakat dapat mencegah terjadinya infeksi Kandidiasis.

3. Bagi Peneliti

a. Sebagai proses pembelajaran dalam mengenali ciri-ciri jenis Oral Kandidiasis yang terdapat di rongga mulut.

b. Menambah pengetahuan dan pengalaman terkait dengan proses penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang baik dan benar. E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya yaitu :

1. “Prevalence of Kandida Associated Denture Stomatitis (CADS) and Speciation of Kandida Among Complete Denture Wearers of South

West Coastal Region of Karnataka” , penelitian dilakukan oleh Vinaya

(21)

5

pengambilan sampel menggunakan teknik Swab, dan dilakukan pemeriksaan menggunakan Chromagar Medium. Hasil penelitian menunjukkan 50% koresponden positif Kandidiasis Eritematous Kronik. Perbedaan dengan penelitian ini dilakukan di Yogyakarta, jenis penelitian observasional deskriptif dan pengumpulan data prevalensi berbagai jenis Oral Kandidiasis, tidak dengan pemeriksaan kultur. 2. “Prevalence of Oral Mucosal Lesions in a Group of Iranian Dependent

Elderly Complete Denture Wearers ”, penelitian dilakukan oleh Parsa

Atashrazm dan Donia Sadri pada tahun 2013. Penelitian cross-sectional dilakukan pada subyek pengguna gigi tiruan. Hasil penelitian menunjukkan 36% Kandidiasis Eritematosa Kronis. Terdapat hubungan signifikan antara prevalensi Kandidiasis Eritematosa Kronis dengan gender dan waktu pemakaian. Prevalensi Epulis Fissuratum 16,4%, terdapat hubungan signifikan antara prevalensi epulis fissuratum dengan gender, kualitas gigi tiruan dan kebiasaan penggunaan gigi tiruan . Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada subyek yang diteliti baik dewasa maupun lanjut usia dengan gigi tiruan lepasan lengkap maupun sebagian. Tujuannya untuk mengetahui prevalensi berbagai Oral Kandidiasis.

3. “Prevalence of Kandida Species in The Oral Cavity of Patients With Periodentitis”, penelitian dilakukan oleh Batool Sadeghi Nejad, et. al.,

(22)
(23)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Gigi Tiruan Lepasan

Gigi tiruan adalah gigi yang digunakan untuk menggantikan gigi yang hilang dan mengembalikan fungsi gigi yaitu estetika, mastikasi, fonetik, dan kondisi fungsional lainnya. Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi asli tetapi tidak seluruh gigi atau struktur pendukungnya, dapat dilepas dari mulut dan dipasangkan kembali oleh pasien sendiri. Gigi tiruan penuh adalah gigi tiruan lepasan yang menggantikan seluruh gigi asli dan struktur pendukungnya baik di maksila dan mandibula (Herwanda, et. al., 2013).

(24)

Noort, (2002) mengemukakan bahwa bahan basis gigi tiruan harus mempunyai syarat ideal supaya dapat diterima oleh kondisi rongga mulut. Kriteria ideal bahan basis gigi tiruan yaitu terlihat natural, High strength (kekuatan tinggi), stiffness (kaku), hardness (keras), dan toughness (kuat), dimensi stabil, tidak berbau dan tidak toksik, tahan terhadap absorbsi saliva, retensi bagus untuk polimer, porcelain, dan metal, mudah di preparasi, mudah dimanipulasi, kepadatan sedikit, tahan terhadap pertumbuhan bakteri, mudah dibersihkan.

2. Resin Akrilik

Resin akrilik merupakan derivat dari etilen dan mengandung vinil, mempunyai rumus struktur H2C=CHR. Dalam kedokteran gigi terdapat 2 jenis resin akrilik yaitu derivat asam akrilik CH2=CHCOOH dan derivat asam metakrilik CH2=C(CH3)COOH (Anusavice, 2003)

Komposisi bahan penyusun resin akrilik adalah a. Powder

Polimer : kristal poli metakrilat

Initiator : peroksida, seperti benzoil peroksida Pigmen : garam cadmium atau besi

b. Liquid

Monomer : metil metakrilat

(25)

9

Inhibitor : hidrokuinon activator : dimetil toluidine. Hanya terdapat pada resin self curing (John, 1996 cit Kuspramaiswara, 2011).

Anusavice (2003) mengemukakan bahwa terdapat 5 tahap dalam pencampuran resin Akrilik, yaitu :

a. Tahap Sandy : adonan seperti pasir. Polimer larut kedalam monomer sedikit demi sedikit.

b. Tahap Sticky : adonan lengket dan lunak. Polimer mulai penetrasi ke monomer.

c. Tahap Dough : terbentuk adonan yang plastis dan tidak menempel atau lengket di dinding stelon pot.

d. Tahap Rubbery : polimer dan monomer tercampur, adonan seperti karet dan elastis.

e. Tahap Stiff : adonan kering dan kaku setelah dilakukan polimerisasi.

Masalah utama yang sering terjadi pada resin akrilik yaitu terjadi porositas sewaktu tahap pemrosesan. Terdapat 2 penyebab porositas yaitu polymerisation shrinkage disebakan oleh kontraksi porositas dan monomer

mudah menguap (gaseous porosity). Kontraksi porositas terjadi karena kontraksi monomer lebih dari 20% selama pemrosesan, kontraksi monomer normalnya 5-8%. Porositas terjadi karena proses pencampuran kurang baik

sehingga Gaseous porosity disebabkan oleh temperatur resin lebih dari 100

(26)

proses polimerisasi maka monomer akan menguap dan menyebabkan gaseous porosity. Dapat dicegah dengan mengontrol temperatur (Noort, 2002)

Basis gigi tiruan lepasan yang berbahan akrilik berkontak langsung dengan saliva, mengabsorbsi saliva, dan membentuk lapisan organik tipis (acquired pellicle). Pelikel mengandung protein yang mengikat perlekatan mikroorganisme rongga mulut, sehingga pada permukaan gigi tiruan banyak mikroorganisme melekat dan berkembang biak dengan koloni mikroorganisme lain membentuk plak gigi tiruan. Plak tersebut menyebabkan permasalahan dengan jaringan mulut, stomatitis angularis, rasa tidak enak, bau mulut, perubahan warna pada gigi tiruan. Sehingga terjadi peradangan di sekitar jaringan mukosa yang tertutupi gigi tiruan, keadaan ini disebut Eritematosa (Gaib, 2013).

3. Kandida

(27)

11

Gambar 1 : Blastospora dan hifa membentuk Kandida (Samaranayake, 2012).

Gambar 2 : Pada pemeriksaan histologi dari permukaan gigi tiruan terdapat blastospora dan hifa Kandida (Samaranayake, 2012).

Klasifikasi jamur Kandida Albicans adalah sebagai berikut : Divisi : Mycotina

Class : Eumycetes Bangsa : Deuteromycetes Suku : Pseudosaccaceae Marga : Cryptococcaceae

(28)

blastopora. Banyak diantara yeast berkembang menjadi pseudohifa, dan beberapa diantaranya berkembang menjadi hifa. Yeast pada genus Kandida adalah jamur yang paling sering menginfeksi pada rongga mulut (Gambar 2). Kandida yang sering ditemukan di rongga mulut yaitu candida albicans (Gambar 3), candida glabrata, candida krusei, candida tropicalis, dan candida dubliniensis (Samaranayake, 2012).

Gambar 3 : candida albicans terlihat di bawah mikroskop cahaya (Akpan and Morgan, 2002).

McCullough dan Savage (2005), menyatakan bahwa Kandida merupakan jamur yang tidak sempurna karena tidak memiliki siklus seksual dan isodiploid, tidak mempunyai kemampuan untuk meiosis dan membentuk haplophase. Faktor virulensi Kandida yang paling sering diteliti adalah yang berkaitan dengan dinding sel, adhesi, dan produksi enzim proteolitik ekstraseluler.

(29)

13

pertumbuhan dan metabolisme. Candida albicans tergolong organisme anerob fakultatif (Gaib, 2013).

4. Oral Kandidiasis

Oral Kandidiasis adalah infeksi jamur Kandida yang disebabkan oleh berbagai faktor baik lokal maupun sistemik. Secara klinis terlihat lesi putih dan kemerahan karena peradangan pada area mukosa pendukung gigi tiruan baik terlokalisir atau menyeluruh (Magio, et. al., 2013).

Busciolano, et. al., (2011) mengemukakan bahwa faktor predisposisi Oral Kandidiasis dibagi menjadi 2 faktor, yaitu :

a. Faktor lokal

1) Trauma : Trauma menyebabkan terbentuknya lesi kemudian menyebar pada mukosa. Hal ini menguntungkan bagi jamur untuk melakukan adhesi dan penetrasi, sehingga meningkatkan permeabilitas epitel terhadap racun dan bahan-bahan mudah larut yang diproduksi jamur Kandida. Trauma gigi tiruan biasa disebabkan oleh gigi tiruan yang tidak stabil.

2) Saliva : penurunan aliran saliva seseorang menstimulasi ketidakseimbangan flora normal, maka dapat mendukung terjadinya proliferasi bakteri seperti Staphylococcus aureus dan perlekatan Kandida pada bahan material gigi tiruan.

(30)

Kandida karena terdapat efek cytotoxic dan citolytic. Selain itu karbohidrat yang tinggi di dalam saliva berperan sebagai nutrisi untuk Kandidadengan metabolisme glukosa, kemudian memproduksi asam metabolik dan berkontribusi untuk mempertahankan pH dalam kondisi rendah.

4) Permeabilitas resin akrilik : perlekatan Kandida pada permukaan gigi tiruan terjadi apabila terdapat porositas .

5) Adhesi : Kemampuan Kandida untuk melekat pada permukaan basis gigi tiruan yang terdapat porositas merupakan langkah awal infeksi Kandida. Kemudian terbentuk hifa yang melekat dan menyerang jaringan lebih cepat.

b. Faktor sistemik

1) Diabetes Melitus : Saliva penderita diabetes melitus mendukung pertumbuhan in vitro Kandida dan telah menunjukan peningkatkan jumlah koloni jamur pada basis gigi tiruan. Hal ini telah dibandingkan pada pasien non DM.

2) Defisiensi nutrisi

3) Xerostomia : Kualitas dan kuantitas perubahan aliran saliva pada pasien dewasa dimungkinkan karena obat-obatan, seperti antihipertensi.

(31)

15

Infeksi Kandida dalam rongga mulut terdapat klasifikasi bentuk , ciri dan gejala klinis yang berbeda, yaitu :

a. Akut Pseudomembranosa Kandidiasis (Trush)

Akut Pseudomembranosa Kandidiasis sering disebut “Thrush”. Pseudomembranosa Kandidiasis secara klinis terlihat bercak putih multiple terdiri dari kumpulan hifa dan dapat dikerok. Mukosa yang tertutupi basis gigi tiruan terlihat kemerahan (erythema), gejalanya pasien merasa geli dan selera buruk (Dangi, et. al., 2010).

Pseudomembranosa putih terdiri atas sel epitel desquamatif, fibrin, hifa jamur. Bercak putih terlihat pada permukaan mukosa labial dan bukal, palatal durum dan mole, jaringan periodontal dan orofaring (Gambar 4). Lesi dapat dikerok dengan teknik swab. Penyebab umum infeksi Kandidiasis pada pasien immunocompromised yaitu konsumsi obat-obatan (corticosteroid), HIV, usia yang sangat tua, Diabetes melitus tidak terkontrol, pasien dengan konsumsi obat antibiotik jangka panjang dan obat psikotropika (McCullough dan Savage, 2005).

(32)

b. Kandidiasis Hiperplastik Kronik

Kandidiasis Hiperplastik mempunyai berbagai bentuk yang berbeda. Pertama bentuk Oral Kandidiasis seperti terdapat bercak garis batas putih di beberapa tempat mukosa (Gambar 5), tetapi kadang pada commisura pipi apabila pasien tersebut berumur lebih dari 35 tahun dan mempunyai kebiasaan merokok. Bercak putih tersebut tidak dapat dikerok (Gambar 6). Hal tersebut penting untuk dikenali karena Kandidiasis Hiperplastik ini mempunya insisdensi yang tinggi terjadinya transformasi menjadi dysplasia dan malignant. Sebaliknya apabila terdapat bercak putih

keratosis pada mukosa yang mirip tetapi tidak disebabkan Kandida tidak transformasi menjadi malignant. Presentasi Kandidiasis Hiperplastik adalah bagian dari Kandidiasis mucocutaneus yang menyebar (McCullough dan Savage, 2005).

(33)

17

Gambar 6 : Gambaran klinis Kandidiasis Hiperplastik Kronik (Akpan dan Morgan, 2002)

c. Central Pappillary Atrophy (Median Rhomboid Glossitis)

Infeksi kronis pada area lidah anterior sampai papilla circumvallata yang terlihat simetris, disebabkan oleh papila filiform atrophic (Gambar 7). Penyebab pasti kasus ini belum diketahui secara pasti. Tetapi pada pemeriksaan biopsi yang telah sering dilakukan, biasanya terdapat hifa Kandida pada lebih dari 85% kasus. Biasanya disebabkan rokok dan penggunaan inhalasi steroid (McCullough dan Savage, 2005).

(34)

d. Angular cheilitis

Secara klinis angular cheilitis terlihat seperti retak, mengelupas, atau ulcer yang terdapat di sudut mulut (Gambar 8). Kadang terlihat sebagai komplikasi Kandidiasis Eritematosa. Angular cheilitis bisa disebabkan karena Kandidiasis (20%), infeksi Kandida (Dangi, et. al., 2010).

Organisme lain terlibat yaitu Staphylococcus dan streptococcus. Pada saat ekspresi wajah berkedip dan sepanjang lipatan nasolabial mengawali lingkungan yang lembab yang menyebabkan terjadi faktor predisposisi . Faktor lain yang mempengaruhi adalah kekurangan zat besi, anemia, dan kekurangan vitamin B12 (McCullough dan Savage, 2005).

Gambar 8 : Gambaran klinis Angular Cheilitis (Akpan and Morgan, 2002). e. Kandidiasis Eritematosa Akut

(35)

19

dianjurkan berkumur-kumur dengan air untuk mengurangi jumlah steroid di dalam rongga mulut (Lewis, 1998).

f. Kandidiasis Eritematosa Kronik

(36)

Gambar 9 : Gambaran klinis Kandidiasis Eritematosa atau denture stomatitis (McCullough dan Savage, 2005).

Gaib (2013), menjelaskan bahwa klasifikasi denture stomatitis terbagi menjadi 3 tipe, yaitu :

a. Tipe 1 : menunjukkan lesi kemerahan, terlokalisir dan sedikit inflamasi (Gambar 10).

b. Tipe 2 : lesi kemerahan menyebar luas hingga ke bagian mukosa yang tertutupi gigi tiruan secara menyeluruh (Gambar 11).

c. Tipe 3 : permukaan granular / inflamatory papillary hyperplasia (Gambar 12).

(37)

21

Gambar 11 : Kandidiasis Eritematosa tipe 2 (Gaib, 2013).

Gambar 12 : Kandidiasis Eritematosa tipe 3 (Gaib, 2013).

Magio, et. al., (2013) berpendapat bahwa inflamasi dapat disembuhkan dengan perawatan antifungal yang dapat mengurangi kolonisasi mikrobial pada gigi tiruan. Dan juga mengedukasikan pasien untuk merawat gigi tiruan secara baik dengan benar, yaitu melepas gigi tiruan saat malam hari, menyimpan gigi tiruan dalam tempat yang steril, kebersihan rongga mulut yang baik, kebersihan gigi tiruan yang baik, merendam dan membersihkan gigi tiruan untuk menghilangkan biofilm Kandida.

(38)

demikian, denture stomatitis ini mempunyai prognosis yang bagus apabila rutin melakukan perawatan (Gaib, 2013).

Gambar 13 : Presentasi klinis Oral Kandidiasis (Lewis dan William, 2011). Gambaran klinis lesi Oral Kandidiasis, gambar (A) menerangkan lesi Kandidiasis Pseudomembranosa Akut, gambar (B) Kandidiasis Eritematosa Kronik, gambar (C) Kandidiasis Eritematosa Akut, gambar (D) Kandidiasis Hiperplastik Kronik (Lewis dan William, 2011).

(39)

23

menyebabkan peningkatan eksudat inflamasi, banyak terjadi pada permukaan gigi tiruan yang berkontak dengan mukosa. Gigi tiruan memiliki potensi meningkatkan zat bakteri yang dapat menyebabkan immunoglobulin air liur rusak. Kemudian sistem imun merespon deposit plak sehingga terbentuk lesi.. Gigi tiruan yang mempunyai porositas yang banyak dapat melemahkan gigi tiruan sehingga mudah patah dan makanan mudah menempel sehingga gigi tiruan cepat berbau. Selain itu mikroorganisme yang melekat dipengaruhi oleh kekasaran permukaan dan porositas bahan gigi tiruan sehingga dapat berpentrasi dengan mudah. Volume saliva yang menurun mengakibatkan perubahan pada mukosa mulut dan predisposisi invasi jamur Kandida (Gaib, 2013).

B. Landasan Teori

Perawatan gigi tiruan bertujuan untuk mengembalikan fungsi gigi yaitu estetika, mastikasi, fonetik, dan kondisi fungsional lain. Gigi tiruan lepasan terdapat 2 macam yaitu gigi tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan lepasan penuh. Bahan material basis gigi tiruan yang sering digunakan adalah resin akrilik. Keuntungan resin akrilik yaitu murah, warna sama dengan warna gingiva, mudah proses pembuatan, dan mudah dilakukan preparasi. Sifat resin akrilik adalah bentuk stabil, tidak iritasi, tidak toksik, tidak berbau, tidak larut oleh saliva , dan mudah dimanipulasi.

(40)

ditemukan di rongga mulut adalah candida albicans. Penetrasi jamur kandida ke dalam basis gigi tiruan resin akrilik menyebabkan inflamasi rongga mulut atau denture stomatitis. Perlekatan kandida dapat terjadi apabila pada permukaan basis gigi tiruan resin akrilik tersebut terdapat porositas, sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi jamur dan sulit untuk dibersihkan. Kemudian bakteri dan jamur berkolonisasi dan menyebabkan inflamasi mukosa rongga mulut.

(41)

25

C. Kerangka Konsep

Gambar 14 : Skema Kerangka Konsep Pembuatan Gigi Tiruan

Gigi Tiruan Lepasan

Logam

Oral Kandidiasis Non Logam

Kandidiasis Pseudomembranosa Akut

Median Rhomboid Glossitis Kandidiasis Hyperplastik Kronik

Angular Cheilitis

Kandidiasis Erythematosa Akut

Prevalensi Oral Kandidiasis Kehilangan gigi

Gigi Tiruan Cekat

(42)

D. Pertanyaan Penelitian

(43)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui gambaran Oral Kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian adalah pengguna gigi tiruan lepasan dengan karakteristik yang telah ditentukan.

2. Sampel penelitian ini ditentukan secara consecutive sampling. Besar sampel minimal yang akan digunakan dalam penelitian ini, menggunakan rumus :

Keterangan :

: Jumlah sampel minimal yang diperlukan

: Confidence level 95% (1,96)

: Persentase prevalensi (penelitian terdahulu) : (1-P)

: Ketetapan absolut (0,10)

(44)

C. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada pasien pengguna gigi tiruan lepasan berbasis resin akrilik di Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan November 2015, sampai bulan Januari 2016.

D. Kriteria Penelitian 1. Kriteria Inklusi

a. Pengguna gigi tiruan lepasan

b. Pemakaian gigi tiruan selama ≥ 3 bulan

c. Pasien yang bersedia menjadi subyek penelitian 2. Kriteria Eksklusi

a. Gigi tiruan berbasis selain akrilik b. Adanya lesi selain Oral Kandidiasis E. Variabel Penelitian

1. Variabel pengaruh : Gigi tiruan lepasan berbasis resin akrilik 2. Variabel terpengaruh : Oral Kandidiasis

3. Variabel terkendali :

a. Bahan basis gigi tiruan lepasan

b. Pasien mengkonsumsi alkohol dan merokok c. Pasien dengan penyakit sistemik

(45)

29

4. Variabel tak terkendali : a. Viskositas saliva

b. Tingkat porositas permukaan basis resin akrilik

F. Definisi Operasional

1. Gigi tiruan lepasan adalah pengganti gigi asli pada seseorang yang kehilangan gigi baik sebagian maupun seluruhnya dengan basis terbuat dari resin akrilik.

2. Oral Kandidiasis adalah lesi mukosa rongga mulut secara klinis terlihat sebagai lesi kemerahan atau putih merata di daerah mukosa rongga mulut yang tertutup plat gigi tiruan, diklasifikasikan sebagai :

a. Kandidiasis Pseudomembranosa Akut (Oral Trush) yaitu secara klinis terlihat sebagai lesi putih, mudah dikerok dan meninggalkan area kemerahan.

b. Kandidiasis Hiperplastik Kronis yaitu lesi yang secara klinis terlihat bercak putih pada mukosa dan tidak dapat dikerok.

c. Median Rhomboid Glossitis yaitu lesi kemerahan pada area lidah anterior sampai papilla circumvallata yang terlihat simetris.

d. Angular cheilitis yaitu lesi yang secara klinis terlihat sebagai cracking pada kedua sudut mulut dan tampak kemerahan.

(46)

3. Pengguna gigi tiruan lepasan adalah subyek penelitian yang menggunakan gigi tiruan yang dapat dipasang dan dilepas sendiri selama mininimal 3 bulan..

G. Instrumen Penelitian

Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini berupa hand gloves, masker, bengkok, kapas dan satu alat diagnostik yang berupa : kaca mulut, pinset, ekskavator, dan sonde. Bahan berupa kapas dan alkohol. Alat tulis dan lembar pemeriksaan subyek penelitian (Mayvira, 2008).

H. Jalannya Penelitian

Penelitian ada dua tahap, yaitu : 1. Tahap persiapan penelitian :

a. Skreening data pasien, disesuaikan dengan kriteria inklusi. b. Mengambil sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi.

c. Perkenalan diri dan menjelaskan kepada pasien mengenai jalannya penelitian.

d. Meminta persetujuan medis (informed consent) kepada pasien

e. Anamnesa dan pencatatan identitas dari subyek penelitian yang akan diteliti, yaitu nama pasien, jenis kelamin, usia, alamat, tingkat pendidikan, informasi tentang pemakaian gigi tiruan.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

(47)

31

b. Dilakukan pemeriksaan klinis untuk melihat jenis Oral Kandidiasis yang terdapat dalam rongga mulut.

c. Pemeriksaan jenis Oral Kandidiasis dilakukan pada seluruh mukosa rongga mulut baik bagian yang tertutupi plat gigi tiruan maupun yang tidak. Pemeriksaan menggunakan kaca mulut.

d. Secara klinis terlihat lesi kemerahan atau lesi putih di permukaan mukosa.

(48)

I. Alur Penelitian

Gambar 15 : Skema Alur Penelitian Ujian proposal

Proposal Penelitian

Ethical

Clearance Persiapan alat Ijin penelitian

Skreening dan penetapan sampel penelitian

Pemeriksaan Oral Kandidiasis

Data hasil penelitian

Analisis data

Hasil dan Pembahasan

(49)

33

J. Analisis Data

Data gambaran lesi Oral Kandidiasis diperoleh dari pengamatan langsung pada pengguna gigi tiruan lepasan kemudian semua data (jenis kelamin, usia,jenis gigi tiruan lepasan, lama pemakaian, tingkat pendidikan, pekerjaan,dan jenis lesi Oral Kandidiasis) yang diperoleh dicatat dan dikumpulkan. Lalu ditabulasikan kedalam bentuk tabel deskriptif yang sesuai.

Untuk mengetahui besarnya angka prevalensi jenis Oral Kandidiasis, dilakukan uji analisa deskriptif yang berupa perhitungan frekuensi jenis Oral Kandidiasis berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis gigi tiruan, lama pemakaian gigi tiruan, tingkat pendidikan, pekerjaan, pada data yang telah ditabulasikan dalam bentuk tabel.

K. Etika Penelitian

(50)

34 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian tentang gambaran Oral Kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan di Yogyakarta. Subyek penelitian sebanyak 81 orang. Data dasar subyek penelitian yang diteliti meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis gigi tiruan, lama pemakaian gigi tiruan dan pekerjaan. Secara jelas, pengamatan tersaji pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. Karakteristik subyek penelitian

No. Karakteristik Subyek Frekuensi % 1. Jenis Kelamin 3. Tingkat pendidikan

(51)

35

Pada tabel 1 menjelaskan distribusi subyek penelitian secara keseluruhan. Berdasarkan jenis kelamin terdapat 28 orang laki-laki (34,56%) dan 53 orang perempuan (65,43%). Berdasarkan kelompok umur terdapat 44 orang (54,32%)

dengan usia < 60 tahun dan 37 orang (45,67%) dengan usia  60 tahun. Berdasarkan latar belakang pendidikan terbanyak berpendidikan SD 30 orang (37,03%), dan terendah tidak sekolah 3 orang (3,70%). Berdasarkan jenis gigi tiruan, terdapat 39 orang (48,15%) menggunakan Gigi Tiruan Lengkap (GTL) dan 42 orang (51,85%) menggunakan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) . Berdasarkan lama pemakaian , terdapat 25 orang (30,86%) yang menggunakan

gigi tiruan ≤ 1 tahun dan 56 orang (69,14%) yang menggunakan gigi tiruan  1 tahun. Berdasarkan pekerjaan, sampel terbanyak 39 orang (48,14%) bekerja sebagai pelajar, mahasiswa , petani, ibu rumah tangga. Sampel paling sedikit 6 orang (7,41%) bekerja sebagai PNS.

Temuan Oral kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan pada penelitian ini dapa dilihat jelas pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Temuan Oral kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan

Frekuensi %

Ditemukan Oral kandidiasis 52 64,20% Tidak ditemukan Oral kandidiasis 29 35,80%

Jumlah 81 100%

(52)

kandidiasis, namun beberapa diantaranya ditemukan lebih dari 1 macam lesi Oral Kandidiasis.

Jenis Oral kandidiasis yang ditemukan meliputi Angular Cheilitis, Oral Trush, Kandidiasis Hiperplastik Kronis, Median Rhomboid Glossitis, Kandidiasis Eritematosa. Distribusi Oral kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan berdasarkan jenis Oral kandidiasis dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Jenis Oral kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan.

Jenis Kandidiasis Frekuensi %

Angular Cheilitis 7 9,09%

Oral Trush 13 16,88%

Kandidiasis Hiperplastik Kronis 2 2,60% Median Rhomboid Glossitis 17 22,08% Kandidiasis Eritematosa 38 49,35%

Jumlah 77 100%

Berdasarkan tabel 3, distribusi Oral kandidiasis yang banyak ditemukan adalah Kandidiasis Eritematosa 38 kasus (49,35%) , sedangkan Oral kandidiasis yang paling sedikit dialami pasien adalah Kandidiasis Hiperplastik Kronik 2 kasus (1,88%).

Berdasarkan jenis kelamin, data distribusi jenis Oral kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 4. Distribusi jenis Oral Kandidiasis Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kandidiasis Laki-laki Perempuan

Frekuensi % Frekuensi %

Angular Cheilitis 4 5,19% 3 3,90%

Oral Trush 7 9,09% 6 7,79%

Kandidiasis Hiperplastik Kronis 1 1,30% 1 1,30% Median Rhomboid Glossitis 5 6,49% 12 15,58% Kandidiasis Eritematosa 10 12,99% 28 36,36%

Jumlah 27 35,06% 50 64,94%

(53)

37

Tabel 4 menunjukkan distribusi jenis Oral kandidiasis berdasar jenis kelamin. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki ditemukan prevalensi terbanyak adalah Kandidiasis eritematosa sebanyak 10 orang (12,99%) dan prevalensi paling sedikit adalah Kandidiasis Hiperplastik Kronis sebanyak 1 orang (1,30%) . Berdasarkan jenis kelamin perempuan prevalensi terbanyak kandidiasis eritematosa sebanyak 28 orang (36,36%) dan prevalensi paling sedikit adalah Kandidiasis Hiperplastik Kronis sebanyak 1 orang (1,30%).

Berdasarkan usia, data distribusi Oral kandidiasis pada pengguna gigi tiruan dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.

Tabel 5. Distribusi jenis Oral Kandidiasis Berdasarkan Usia

Jenis Kandidiasis Usia < 60 tahun Usia  60 tahun

Frekuensi % Frekuensi %

Angular Cheilitis 2 2,60% 5 6,49%

Oral Trush 6 7,79% 7 9,09%

Kandidiasis Hiperplastik Kronis 1 1,30% 1 1,30% Median Rhomboid Glossitis 9 11,69% 8 10,39% Kandidiasis Eritematosa 13 16,88% 25 32,47%

Jumlah 31 40,26% 46 59,74%

Total ditemukan kandidiasis 77

Tabel 5 menunjukkan distribusi jenis Oral kandidiasis berdasarkan kelompok usia. Berdasarkan kelompok usia < 60 tahun prevalensi terbanyak Kandidiasis eritematosa sebanyak 13 orang (16,88%) dan prevalensi paling sedikit Kandidiasis Hiperplastik Kronis sebanyak 1 orang (1,30%). Berdasarkan

(54)

Data distribusi jenis Oral kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan berdasarkan jenis gigi tiruan dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6. Distribusi jenis Oral Kandidiasis Berdasarkan Jenis Gigi Tiruan

Jenis Kandidiasis GTL GTSL

Frekuensi % Frekuensi %

Angular Cheilitis 6 7,79% 1 1,30%

Oral Trush 8 10,39% 5 6,49%

Kandidiasis Hiperplastik Kronis 2 2,60% 0 0,00% Median Rhomboid Glossitis 9 11,69% 8 10,39% Kandidiasis Eritematosa 26 33,77% 12 15,58%

Jumlah 51 62,23% 26 33,77%

Total ditemukan kandidiasis 77

Pada tabel 6 menunjukkan distribusi jenis Oral kandidiasis berdasarkan jenis gigi tiruan. Berdasarkan pengguna GTL prevalensi tertinggi adalah Kandidiasis eritematosa sebanyak 26 orang (33,77%) dan paling sedikit Kandidiasis Hiperplastik kronis sebanyak 2 orang (2,60%). Berdasarkan pengguna GTSL prevalensi tertinggi Kandidiasis eritematosa sebanyak 12 orang (15,58%), dan tidak ditemukan Kandidiasis hiperplastik kronis.

Data distribusi jenis Oral kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan berdasarkan lama pemakaian dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut.

Tabel 7. Distribusi Oral Kandidiasis Berdasarkan Lama Pemakaian

Jenis Kandidiasis < 1 Tahun  1 Tahun

Frekuensi % Frekuensi %

Angular Cheilitis 2 2,60% 5 6,49%

Oral Trush 4 5,19% 9 11,69%

Kandidiasis Hiperplastik Kronis 0 0,00% 2 2,60% Median Rhomboid Glossitis 1 1,30% 16 20,78% Kandidiasis Eritematosa 5 6,49% 33 42,86%

Jumlah 12 15,58% 65 84,42%

(55)

39

Pada tabel 7 menunjukkan distribusi Oral kandidiasis berdasarkan lama pemakaian gigi tiruan. Baik berdasarkan lama pemakaian kurang dari 1 tahun maupun lebih dari 1 tahun prevalensi tertinggi adalah Kandidiasis Eritematosa dan prevalensi terendah Kandidiasis Hiperplastik kronis.

(56)

Tabel 8. Distribusi jenis Oral Kandidiasis Berdasarkan Pendidikan

Jenis Kandidiasis SD SMP SMA Sarjana Tidak Sekolah

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

Angular Cheilitis 7 9,09% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

Oral Trush 6 7,79% 2 2,60% 2 2,60% 3 3,90% 0 0,00%

Kandidiasis Hiperplastik Kronis 1 1,30% 0 0,00% 1 1,30% 0 0,00% 0 0,00%

Median Rhomboid Glossitis 9 11,69% 5 6,49% 2 2,60% 1 1,30% 0 0,00%

Kandidiasis Eritematosa 16 20,78% 8 10,39% 8 10,39% 4 5,19% 2 2,60%

Jumlah 39 50,65% 15 19,48% 13 16,88% 8 10,39% 2 2,60%

(57)

41

Pada tabel 8 menunjukkan distribusi Oral kandidiasis berdasarkan latar belakang pendidikan. Dari total subyek penelitian sebanyak 81 orang berlatar pendidikan yang berbeda meliputi berpendidikan terakhir SD 30 orang (37,03%) , SMP 18 orang (22,22%) , SMA 14 orang (17,28%) , Sarjana 16 (19,75%) , dan tidak bersekolah sejumlah 3 orang (3,70%). Distribusi Oral kandidiasis terbanyak berdasarkan latar belakang pendidikan adalah Kandidiasis eritematosa, sedangkan paling sedikit adalah Kandidiasis hiperplastik kronis.

(58)

Tabel 9. Distribusi jenis Oral Kandidiasis Berdasarkan Pekerjaan

Jenis Kandidiasis PNS Swasta Wiraswasta Pensiunan Lain-lain

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

Angular Cheilitis 0 0,00% 0 0,00% 4 5,19% 0 0,00% 3 3,90%

Oral Trush 3 3,90% 1 1,30% 2 2,60% 1 1,30% 6 7,79%

Kandidiasis Hiperplastik Kronis 0 0,00% 0 0,00% 1 1,30% 1 1,30% 0 0,00%

Median Rhomboid Glossitis 1 1,30% 0 0,00% 7 9,09% 4 5,19% 6 7,79%

Kandidiasis Eritematosa 1 1,30% 1 1,30% 12 15,58% 6 7,79% 18 23,38%

Jumlah 5 6,49% 2 2,60% 26 33,77% 12 15,58% 33 42,86%

(59)

43

Pada tabel 9 menjelaskan distribusi jenis Oral Kandidiasis berdasarkan latar belakang pekerjaan. Dari total subyek penelitian sebanyak 81 orang berlatar pekerjaan yang berbeda meliputi bekerja sebagai PNS 6 orang (7,41%) ; Swasta 7 orang (8,64%) ; Wiraswasta 20 orang (24,69%) ; Pensiunan 9 orang (11,11%) ; dan lain-lain (meliputi bekerja sebagai pelajar , mahasiswa , ibu rumah tangga, dan petani) sejumlah 39 orang (48,14%). Distribusi Oral kandidiasis berdasarkan latar belakang pekerjaan ditemukan prevalensi terbesar yaitu Kandidiasis Eritematosa dan prevalensi paling sedikit adalah Kandidiasis Hiperplastik kronis dan angular cheilitis.

B. Pembahasan

Penelitian ini telah dilakukan pada pengguna gigi tiruan lepasan yang berjumlah 81 orang. Dari jumlah tersebut ditemukan 52 orang yang mendapatkan infeksi Oral kandidiasis , sedangkan 29 orang tidak ditemukan Oral kandidiasis. Prevalensi terbesar untuk jenis Oral kandidiasis adalah Kandidiasis Eritematosa yang mencapai 38 orang (49,35%) sedangkan prevalensi terendah yaitu Kandidiasis Hiperplastik Kronis sebanyak 2 orang (2,60%). Pada penelitian ini menemukan beberapa pasien yang mempunyai Oral Kandidiasis lebih dari 1 tipe kandidiasis.

(60)

dimensi terutama pada lanjut usia. Hal ini diperkuat oleh beberapa peneliti diantaranya Ezpinoza et. al., (2003) dan Mujica et. al., (2008) menemukan hasil berbeda terhadap prevalensi Kandidiasis Eritematosa sebesar 22,3% dan 18%.

Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sitheque et. al., (2003) menyatakan bahwa denture stomatitis sering terjadi pada pengguna gigi tiruan akibat iritasi sehingga terjadi ulserasi dan kerusakan integritas mukosa.

Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan prevalensi Oral kandidiasis pada subyek penelitian tertinggi adalah Kandidiasis Eritematosa sebanyak 34,56% untuk jenis kelamin perempuan dan 12,34% untuk jenis kelamin laki-laki. Sedangkan prevalensi terendah Kandidiasis Hiperplastik Kronis sebanyak 1,23% pada perempuan dan laki-laki. Angular Cheilitis dan Oral Trush ditemukan lebih banyak terjadi pada laki-laki. Median Rhomboid Glossitis lebih banyak ditemukan pada perempuan.

(61)

45

Hal ini sesuai dengan penelitian Dimova et. al., (2006) yang menyatakan bahwa perempuan lebih banyak terinfeksi Kandidiasis Eritematosa yaitu sebanyak 72,22% sedangkan laki-laki 27,78%.

Atashrazm dan Sadri (2013), pada penelitiannya juga menyebutkan bahwa selain kebiasaan pemakaian gigi tiruan jenis kelamin juga berpengaruh signifikan berhubungan dengan denture stomatitis. Oral kandidiasis lebih banyak terjadi pada perempuan bisa jadi karena kebiasaan pemakaian gigi tiruan karena pada perempuan memakai gigi tiruan lengkap secara terus menerus karena lebih mementingkan segi estetik.

Hal ini diperkuat pula dari penelitian Mujica et. al., (2008) menyebutkan bahwa perempuan lebih sering terjadi infeksi Oral kandidiasis. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Lin et. al., (2001) didapat bahwa laki-laki lebih banyak memiliki lesi Oral kandidiasis daripada perempuan.

Subyek penelitian dengan kelompok umur paling banyak mengalami lesi

Kandidiasis Eritematosa pada usia  60 tahun. Prevalensi lesi Kandidiasis paling

sedikit terjadi yaitu Kandidiasis Hiperplastik kronis pada kedua kelompok umur. Hal ini bisa berkaitan dengan faktor usia.

(62)

Atashrazm dan Sadri (2013) menyatakan bahwa tingginya prevalensi denture stomatitis juga dikarenakan faktor usia baik laki-laki maupun perempuan, karena pada usia lanjut terjadi perubahan epitelium mukosa mulut dan terjadi penurunan kemampuan regenarasi epitel sehingga kemampuan tubuh untuk melawan mikroba dan mengatasi trauma rongga mulut berkurang.

Prevalensi Oral kandidiasis berdasarkan jenis gigi tiruan lengkap maupun gigi tiruan sebagian lepasan paling banyak ditemukan lesi Kandidiasis Eritematosa. Pengguna GTL ditemukan 26 orang (33,77%) mengalami Kandidiasis Eritematosa dan terendah Kandidiasis Hiperplastik kronis sebanyak 2 orang (2,60%) . Pada pengguna GTSL sebanyak 12 orang (15,58%) mengalami lesi Kandidiasis Eritematosa dan paling sedikit mengalami Angular Cheilitis sebanyak 1 orang (1,30%). Tidak ada yang mengalami Kandidiasis Hiperplastik kronis pada pengguna GTSL.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lodam et. al., (2010) menyatakan bahwa semakin luas permukaan basis gigi tiruan maka semakin luas pula mukosa yang dapat tertekan oleh basis gigi tiruan. Permukaan gigi tiruan terdapat mikropit dan mikropositas sebagai tempat mikroorganisme melekat (Coulthwaite et. al., 2007).

(63)

47

Berdasarkan lama pemakaian, pasien yang menggunakan gigi tiruan lebih dari 1 tahun lebih banyak mengalami infeksi Oral kandidiasis terutama Kandidiasis Eritematosa. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya perubahan lingkungan dalam rongga mulut yang menyebabkan pertumbuhan Kandida albikans dan didukung oleh kebiasaan pasien yang tidak bisa merawat gigi tiruan dengan baik.

Kebersihan rongga mulut yang buruk, penggunaan gigi tiruan yang lama dan tidak diganti dalam beberapa tahun juga sebagai faktor predisposisi denture stomatitis. Apalagi waktu pemakaian gigi tiruan secara terus-menerus. Sebenarnya denture stomatitis bukan menjadi penyakit serius atau abnormalitas, tetapi pemakaian gigi tiruan yang lama dapat menyebabkan lesi rongga mulut. Didukung oleh ketahanan tubuh pengguna yang rendah. Padahal pada pemakaian gigi tiruan yang sudah lama dan belum diganti menyebabkan gigi tiruan tersebut menjadi kurang pas dan terkadang terjadi kerusakan, sehingga pemakaian gigi tiruan yang kurang pas menyebabkan pergerakan parafunctional gigi tiruan yang dapat menimbulkan trauma mukosa dan pembentukan lesi (Atashrazm dan Sadri, 2013).

(64)

et. al., (2004) menyebutkan bahwa seiring dengan waktu penggunaan gigi tiruan

yang lebih lama terjadi hiperplasi lesi akibat invasi kandida semakin berkembang. Disamping itu pada lesi kandidiasis dapat terjadi karena kebiasaan subyek yang buruk. Masih banyak subyek penelitian yang belum mengetahui tentang cara perawatan gigi tiruan yang baik. Mereka hanya melakukan perawatan sekedar menggosok gigi dan melepas gigi. Tetapi tidak semua subyek melepas gigi tiruan pada malam hari, dan apabila dilepas pada malam hari beberapa subyek hanya membiarkan gigi tiruan tersebut tanpa dibersihkan dan direndam di air. Hal ini sesuai dengan penelitian Jeganathan dan Lin (1992), menyatakan bahwa apabila pemakaian gigi tiruan terus-menerus dan tidak dilepas sewaktu malam hari dapat meningkatkan jumlah koloni candida albicans sehingga menyebabkan inflamasi pada mukosa palatum.

Pada penelitian ini pola kebiasaan subyek yang melepas gigi tiruan pada malam hari sebesar 40 dan tidak melepas gigi tiruan sebesar 41. Hal ini juga diperkuat dengan teori Compagnoni et. al., (2007) menyatakan bahwa pemakaian gigi tiruan di malam hari, buruknya kebersihan rongga mulut merupakan faktor predisposisi Oral kandidiasis.

(65)

berbeda-49

beda, sehingga berbeda pula kebiasaan dalam cara perawatan dalam menjaga kebersihan gigi tiruan maupun oral hygiene.

Pada subyek penelitian ini memiliki latar belakang pendidikan yang

berbeda. Pada usia  60 tahun sebagian besar lahir pada masa penjajahan, pada masa itu pendidikan hanya ditujukan untuk keluarga mampu. Diantara mereka hanya sekolah hingga pada jenjang Sekolah Dasar atau pada masa itu disebut Sekolah Rakyat. Hal ini sesuai dengan penelitian Sarsito et. al., (1997) menyatakan bahwa tingginya kasus infeksi kandidiasis pada latar belakang pendidikan terakhir SD dan tidak bersekolah. Latar belakang rendah menyebabkan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan rongga mulut. Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan tentang kebersihan dan kesehatan rongga mulut.

Berdasarkan jenis pekerjaan Oral Kandidiasis banyak ditemukan pada pekerjaan lain-lain yang meliputi pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga dan petani ditemukan infeksi Oral kandidiasis. Tetapi pada data yang didapat, banyak diantara nya berprofesi sebagai petani yang lebih banyak mengalami lesi Oral kandidiasis.

(66)

50 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran Oral Kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan , maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi jenis Oral Kandidiasis pada pengguna gigi tiruan lepasan tertinggi adalah Kandidiasis Eritematosa Kronik sebanyak 38 orang (49,35%) .

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi Oral Kandidiasis terendah adalah Kandidiasis Hiperplastik kronik sebanyak 2 orang (2,60%) .

3. Prevalensi Oral Kandidiasis pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. 4. Berdasarkan lama pemakaian, prevalensi Oral Kandidiasis pada pemakaian ≥

1 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan yang ≤ 1 tahun.

5. Berdasarkan jenis gigi tiruan, prevalensi lebih banyak ditemukan lesi Oral Kandidiasis pada pengguna GTL daripada GTSL.

(67)

51

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan penelitian ini, antara lain :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat faktor-faktor risiko terbesar terjadinya Oral Kandidiasis.

2. Perlu dilakukan edukasi pada pengguna gigi tiruan tentang pentingnya merawat gigi tiruan dengan baik, menjaga kebersihan mulut dan pemeriksaan rongga mulut secara berkala.

(68)

52 Kesehatan. Vol. XX. No. 2. Hal 50-58.

Akpan, A. Morgan, R. 2002. Oral Kandidiasis. Postgrad Med J. No.78. Hal 455–459

Anusavice, KJ. 2003. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 10. EGC : Jakarta

Atashrazm, P. Sadri, D. 2013. Prevalence of Oral Mucosal Lesions in a Group of Iranian Dependent Elderly Complete Denture Wearers.J Contemp Dent Pract 2013;14(2):174-178.

Bhat, V. Sharma, S.M. Shetty ,V. Shastry, C.S. Rao, V. Shenoy, S.M. et. al. 2013. Prevalence of Kandida Associated Denture stomatitis (CADS) and Speciation of Kandida Among Complete Denture Wearers of South West Coastal Region of Karnataka. Nitte University Journal of Health Science Vol. 3. September 2013.

Baqi, M.F.A. 2014. Kumpulan Hadits Shahih Bukhari-Muslim. Penerbit Insan Kamil Solo Solo.

Busciolano, M. Contaldo, M. Esposito, V. Milillo, L. Pascale, M. Salerno, C. et. al. 2011. Kandida Associated Denture Stomatitis. Journal section: Oral Medicine and Pathology. Mar 1;16 (2). Hal 139-143.

Coelho, CMP. Dare, AMZ. Sousa, YTCS. 2004. Denture Related Oral Mucosal Lesion in a Brazilian School of Dentistry. Journal Oral Rehabilitatif.

Compagnoni, MA. Marra, J. Perro, AC. Souza, RF. 2007. Relationship Between Candida and Nocturnal Denture Weare : Quantitative Study. Journal Oral Rehabilitatif.

(69)

53

Dahlan, MS. 2008. Statistik untuk Kedokteran da Kesehatan. Edisi 3. Salemba Medika : Jakarta.

Dangi, Y. S. Namdeo, K. P. Soni M. L. 2010. Oral Kandidiasis. Int J Pharm Sci, Vol 2, Issue 4, 36-4.1

Dimova, M. Hadjieva, H. Todorov. 2006. Stomatitis Prosthetic-a Polyetiologic Disorder. Journal of IMAB. Vol 12, Issue 2, 38-41.

Dorlan, W.A. Newmann. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta

Ezpinoza, I. Gamonal, J. Rojas, R. 2003. Prevalence of Oral Mucosal Lesion in Ederly People in Santiago, Chile. Journal Oral Patol Med. 32(10)

Gaib, Z. 2013. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Terjadinya Kandidiasis Eritematosa Pada Penggung Gigi Tiruan Lengkap. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi.

Herwanda. Idawani, M. Rahmayani, L. 2013. Perilaku Pemakai Gigi Tiruan

TerhadapPemeliharaan Kebersihan Gigi Tiruan Lepasan (Denture wearer’s behavior towards removable denture cleansing care). Jurnal PDGI Vol. 62. No. 3. September-Desember 2013. 83-88.

Irmagita, A. Paskalis, S. 2012. Kandidal Leukoplakia on Patient with Removable Denture. Journal of Dentistry Indonesi., Vol. 19, No. 2. 47-50.

Ismael, S. Sastroasmoro, S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 4. Sagung Seto : Jakarta.

Juliatri. Lampus, B.S. Titjo,O.C. Perilaku Masyarakat Pengguna Gigitiruan Lepasan di Kelurahan Bahu. Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Kuspramaiswara, D.K . 2011. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Pertumbuhan Kandida Albicans Pada Resin Akrilik. Yogyakarta : FKIK UMY.

(70)

Lewis, M. Williams, D. 2011. Pathogenesis and Treatment of Oral Candidosis. Journal of Oral Microbiology 2011.Hal. 1-11.

Lin, HC. Lo, EC. 2001. Oral Mucosal Lesion in Adult Chinese. J Dent Res. 80 (5)

Lodam, S. Pattanaik, B. Pattanaik, S. Sahu, S. Vikas. 2010. Denture Stomatitis : A Literature Review. Journal of Indian Academy of Oral Medicine and Radiology.22(3). 136-140.

Magio, B. Rogers, H.Wei, X-Q. Lewis, MAO. Patel, V.Rees, JS. et al. 2013. Immune Response and Kandidal Colonisation in Denture Associated Stomatitis. J Clin Cell Immunol 4: 178.

Mayvira, S. 2008. Prevalensi dan Distribusi Lesi-Lesi Mukosa Mulut Pada Manusia Lanjut Usia di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai Sumatera Utara. Sumatera Utara : FKG USU.

McCullough, MJ. Savage, NW. 2005. Oral candidosis and The Therapeutic Use of Antifungal Agents in Dentistry. Australian Dental Journal Medications Supplement 2005;50:4.

Milillo, L. Muzio, L. Scully, C. Serpico, R. 2005. Candida-Related Denture Stomatitis : A Pilot Study of The Efficacy of An Amorolfine Antifungal Varnish. Int Journal Prosthodont.

Monroy TB, Maldonado VM, Martinez FF, et. al.2004.Candida albicans, Staphylococcus aureus and Streptococcus mutans Colonization in Patients Wearing Dental Prothesis. Med Oral Patol Oral Cir Bucal ; 10:27-39

Moosanejad, F. Nejad,B.S. Rafiei, A. 2011. Prevalence of Kandida Species in The Oral Cavity of Patients With Periodentitis. African Journal of Biotechnology Vol. 10(15). 2987-2990

Mujica, V. Rivera, H. 2008. Prevalence of Oral Soft Tissue lessions in an Ederly Venezuelan Population. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 13 (5).

Noort, RV. 2002. Introduction to Dental Materials. Edisi 2. Elsevier

(71)

55

Sebagai Bahan Pembersih Gigi Tiruan Resin Akrilik Terhadap Jamur Kandida Albican. Yogyakarta : FKIK UMY.

Palanivelu, S. Ramalingam, S. Seshadri, S. Sivakumar, K. 2011. Denture Stomatitis : Treatment With Diode Laser. International Journal of Prosthodontics and Restorative Dentistry. April-June 2011 (1).

Rao, PK. 2012. Oral Kandidiasis. Scholarly Journal of Medicine, Vol.2 pp. 26-30.

Samaranayake, L . 2012. Essential microbiology for dentistry. Edisi 4. Hongkong: Elsevier

Sarsito, AS. Setyawati, T. Sumariyah, S. 1997. Epidemiological Study on Oral Mucosal Disease among the institutionalized Elderly in Jakarta. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas indonesia. 596-602.

Siagian, K.V. Watuna, F.F. Wowor, M. P. 2015. Gambaran Rongga Mulut pada Lansia Pemakai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan di Panti Werda Kabupaten Minahasa. Jurnal e-Gigi. Vol.3. Hal. 94-99

Sitheeque, MAM. Samaranayake, LP. 2003. Chronic Hyperplastic Candidosis / Candidiasis (Candidal Lukoplakia). Crit Rev Oral Bio Med.

Setiawan, R. 2013. Penatalaksanaan Relining pada Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL). Jurnal Ilmiah Widya Vol. 1 No. 1. Hal 60-64.

Susantina. Tyasrini, E. Winata T. 2006. Hubungan antara Sifat dan Metabolit Kandida spp. dengan Patogenesis Kandidiasis. JKM. Vol. 6, No.1, Juli 2006.

(72)
(73)
(74)
(75)
(76)

Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Saya ingin memberitahukan kepada bapak/ ibu bahwa saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Oral Kandidiasis pada Pengguna Gigi Tiruan Lepasan Berbasis Resin Akrilik di Yogyakarta”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian Oral Kandidiasis pada pasien pengguna gigi tiruan lepasan. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai langkah pembelajaran tentang ciri-ciri setiap luka akibat infeksi jamur Kandida, agar mengetahui perawatan dan pencegahan yang tepat pada kasus tersebut.

Bapak / Ibu, pada usia yang semakin bertambah maka akan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh termasuk rongga mulut, seperti timbulnya kelainan-kelainan pada jaringan lunak mulut. Hal ini terjadi karena proses menua pada tubuh sendiri.

Saya akan mencatat identitas Bapak / Ibu (Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan,Alamat, dan Pendidikan. Setelah itu saya akan bertanya beberapa pertanyaan mengenai keluhan-keluhan pada rongga mulut yang Bapak / Ibu rasakan. Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan diantaranya hanya melihat mulut Bapak / Ibu selama beberapa menit. Apabila dijumpai adanya kelainan, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk memperbolehkan saya mengambil gambar tersebut.

Partisipasi Bapak / Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tidak akan terjadi efek samping sama sekali. Apabila selama penelitian berlangsung ada keluhan yang Bapak / Ibu alami, silakan menghubungi saya Sheina Widyaningrum (085643624859).

Demikian Penjelasan dari saya. Atas partisipasi dan kesediaan Bapak / Ibu saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

(77)

LEMBAR INFORMED CONSENT (PERSETUJUAN)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Jenis Kelamin : Alamat : No. Telp :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadarandan tanpa paksaan, Saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan judul “Gambaran Oral Kandidiasis pada Pengguna Gigi Tiruan Lepasan Berbasis Resin Akrilik di Yogyakarta” oleh peneliti mahasiswa yang bernama Sheina Widyaningrum, NIM 20120340072.

Yogyakarta,

Peneliti Subyek Penelitian

( Sheina Widyaningrum ) ( )

NIM . 20120340072

Saksi 1 :

(78)

2. Tempat dan Tanggal Lahir :

5. Berdasar lama pemakaian gigi tiruan : ฀ 3 bulan

฀ 6 bulan

฀  1 tahun ฀ ≤ 1tahun

6. Apakah anda menerima instruksi tentang cara membersihkan gigi tiruan setelah pemasangan?

฀ Ya ฀ Tidak

7. Apakahan dan membersihkan gigi tiruan setiap hari?

฀ Ya ฀ Tidak

8. Apakah subyek pernah melepas gigi tiruan ? :

฀ Ya ฀ Tidak

9. Jika iya, seberapa sering subyek melepas gigi tiruan ? : ฀ Satu kali seminggu

฀ Tiga kali seminggu

(79)

10.Melepas gigi tiruan saat malam hari?

฀ Ya ฀ Tidak

11.Jika iya melepas gigi tiruan , apa yang dilakukan subyek ? ฀ Merendam

฀ Menyikat

฀ Merendam dan menyikat ฀ Di diamkan saja

12.Berapa kali subyek membersihkan gigi dalam sehari ? ฀ Tidak pernah 15.Apa pekerjaan subyek ?

฀ PNS

17.Diagnosa (jenis oral kandidiasis) : ฀ Angular Cheilitis

฀ Kandidiasis Pseudomembranosa Akut (Oral Trush) ฀ Kandidiasis Hiperplastik Kronis

(80)

Gambar

Gambar 1 : Blastospora dan hifa membentuk Kandida (Samaranayake, 2012).
Gambar 3 : candida albicans terlihat di bawah mikroskop cahaya
Gambar 4 : Gambaran klinis Pseudomembranosa Kandidiasis
Gambar 5 : Gambaran klinis Kandidiasis Hiperplastik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan dari desand ke saluran primer digabung menjadi satu bangunan dengan pembilas agar seluruh panjang desand dapat dimanfaatkan agar supaya air tidak mengalir kembali

Dengan adanya instrumen yang lebih memadai, pengamatan dengan teleskop portabel pada observatorium profesional dan edukasional menjadi kurang penting, sehingga pada

Penulis melakukan survey terhadap 30 responden mengenai hal yang biasanya menjadi pertimbangan konsumen saat memutuskan untuk memilih kafe, dengan hasil mini

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2002 merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA) Tahun 2002, di

wawancara yang didapatkan peneliti, dengan subjek 1 yang sudah terlibat. dalam

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak

scaffolding ), peneliti memberikan lembar tugas. Lembar tugas yang digunakan dalam penelitian ini disusun untuk mengetahui proses berpikir siswa kelas IV di SDN

Proses eksekusi terhadap pidana tambahan berupa uang pengganti pada tindak pidana korupsi oleh Kejaksaan Negeri Padang dilakukan melalui pelaksanaan putusan pengadilan yang