• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MODELDISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

SMP PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI

MAKHLUK HIDUP

(Skripsi)

Oleh

INDAH SURYA PERTIWI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MODELDISCOVERY LEARNING

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG

PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

Oleh

INDAH SURYA PERTIWI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan modelDiscovery Learningterhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desainpretest -postestkelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII A dan VII B yang dipilih dari populasi secarapurposive sampling.Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari dari rata-rata pretest,postest, danN-gainyang dianalisis dengan menggunakan uji t dan uji u. data kualitatif berupa kemampuan berpikir kritis siswa terhadap penggunaan modelDiscovery Learningyang dianalisis secara deskriptif.

(3)

Indah Surya Pertiwi

N-gaindaripretestdanpostestkelas eksperimen lebih tinggi disbanding kelas kontrol (eksperimen = 62,80; kontrol = 27,49). Rata-rata peningkatan pada aspek memberikan penjelasan dasar adalah 68,92, membangun keterampilan dasar 44,37, membuat penjelasan lebih lanjut 66,58, dan menyimpulkan 63,42. Peningkatan ini didukung dengan aktivitas belajar siswa terhadap penggunaan modelDiscovery Learning. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model Discovery Learningberpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

(4)

PENGARUH PENGGUNAAN MODELDISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

SMP PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI

MAKHLUK HIDUP

Oleh

INDAH SURYA PERTIWI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Syahidi Arfan, S.Pd dengan Ibu Marhedah, S.Pd yang dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 29 November 1992. Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK

Transmigrasi (1997-1999), SDN 3 Labuhan Ratu (1999-2005), SMPN 19 Bandar Lampung (2005-2008), dan SMAN 9 Bandar Lampung (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Undangan.

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih

lagi Maha penyayang

Kupersembahkan karya ini teruntuk yang tersayang

Ibu,Ibu,Ibu

Ayah

Kakak (Tuti Andaya Pratiwi, S.E)

Adik (Briliyan Agung Nugraha)

Atas limpahan cinta yang tak terhitung

Sahabat-sahabat terbaik

Atas semangat, keceriaan, dan bantuan yang diberikan

Diriku, Indah Surya Pertiwi

Atas semangat, kelelahan, dan perjuangan yang dilakukan

(9)

Moto

Jika kamu tidak kuat menanggung lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan

(Imam Syafi i)

Barang siapa membereskan urusan akhiratnya, niscaya Allah akan membereskan baginya urusan dunianya

(Ali bin Abi Thalib)

Pendidikan memang bukan segalanya, tapi dengan pendidikan kita bisa memiliki segalanya

(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudulPENGARUH

PENGGUNAAN MODELDISCOVERY LEARNINGTERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila.

3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan Pembimbing II atas motivasi, saran, dan masukannya.

4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembahas atas bimbingan dan masukan yang diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik atas motivasi, saran, dan masukannya.

6. Dina Maulina, S.Pd., M.Si., sebagai Pembimbing II atas motivasi, saran, dan masukannya.

7. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala ilmu yang telah diberikan.

(11)

9. Bapak Syahidi Arfan, S.Pd. dan Ibu Marhedah, S.Pd. orang tuaku tercinta, atas limpahan kasih sayang, motivasi, dan materi yang tidak terhitung.

10. Rekan seperjuangan dalam penelitian Winda Riana dan Janggan Asmoro, atas kerjasama, semangat, dan kesabarannya.

11. Rekan-rekan Pendidikan Biologi 2011 yang tak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas kebersamaan, keceriaan dan persahabatan yang terjalin. Semoga persahabatan ini tidak berakhir seiring berakhirnya masa studi kita. Aamiin

12. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, Aamiin.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis

(12)

xii

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

F. Kerangka Pemikiran ... 6

G. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. ModelDiscovery Learning... 9

B. Kemampuan Berpikir Kritis ... 19

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel ... 26

C. Desain Penelitian ... 26

D. Prosedur penelitian... 27

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

(13)

xiv V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN 1. Silabus... 56

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 60

3. Lembar Kerja Siswa... 86

4. Kisi Soal Pretes dan Postes ... 139

(14)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis ... 21

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 36

3. Keterangan Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 36

4. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 38

5. Kriteria Berpikir Kritis Siswa ... 38

6. Hasil uji normalitas, homogenitas, persamaan dan perbedaan dua rata-rata, dan uji u nilaipretest, posttest,danN-gainoleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol.... 42

7. Hasil uji normalitas dan uji U rata-rataN-gainindikator kemampuan berpikir kritis siswa pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. .... 44

(15)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat... 8 2. Desainpretest–posttest kelompok tak ekuivalen ... 27 3. Contoh jawaban siswa untuk indikator memberikan penjelasan

sederhana (LKS eksperimen pertemuan ke-2 soal nomor 2b) ... 47 4. Contoh jawaban siswa untuk indikator membangun keterampilan dasar

(LKS eksperimen pertemuan ke-2 soal nomor 2a)...48 5. Contoh jawaban siswa untuk indikator membuat penjelasan lanjut

(LKS eksperimen soal nomor 3b) ... 49 6. Contoh jawaban siswa untuk indikator menyimpulkan (LKS

(16)
(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang bermuara pada penarikan kesimpulan tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama adalah mempertanyakan jawaban, fakta, atau informasi yang ada (Noer, 2009: 474). Kemampuan berpikir kritis telah menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam perkembangan berpikir siswa. Beberapa negara maju telah

mengembangkan sistem pendidikan yang mampu mengasah dan melatih kemampuan berpikir kritis siswa agar berkembang dengan baik (OECD, 2013: 1).

Di era globalisasi ini, semua informasi dengan sangat mudah masuk ke dalam diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa harus berpikir secara kritis untuk menyaring informasi-informasi tersebut. Karena tidak semua di dalam informasi global tersebut bersifat baik,

(18)

2

Namun pada kenyataannya, kemampuan berpikir kritis siswa-siswi Indonesia masih terbilang rendah. Hal ini diketahui berdasarkan hasilProgramme for International Student Assessment(PISA) 2012, skor literasi sains Indonesia adalah 382 dengan peringkat 64 dari 65 negara yang ikut serta (PISA, 2012). Soal yang diujikan dalam PISA terdiri atas 6 level (level 1 terendah dan level 6 tertinggi) dan soal-soal yang diujikan merupakan soal kontekstual yang permasalahannya diambil dari dunia nyata. Siswa di Indonesia hanya mampu menjawab soal-soal rutin pada level 1 dan level 2 (Kertayasa, 2014: 1). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam menjawab soal yang mengacu pada kemampuan berpikir kritis, logis, dan pemecahan masalah masih sangat rendah.

(19)

3

dari materi yang diajarkan di sekolah berdasarkan buku pegangan siswa. Siswa hanya dituntut untuk menyelesaikan tugas berupa soal-soal yang diberikan oleh guru yang diambil dari buku pegangan siswa di sekolah saja. Pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered) sehingga siswa tidak terpacu untuk menemukan sendiri atau mencari informasi-informasi mengenai materi kajian pelajaran yang sedang dipelajari yang dapat lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan fakta-fakta mengenai permasalahan pendidikan tersebut, diperlukan suatu model dan atau metode pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses penemuan fakta/informasi materi yang diajarkan. Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran penemuan (discovery learning). Pembelajarandiscovery learningmengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama diingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berpikir analisis dan memecahkan sendiriproblemyang dihadapi. Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat (Hosnan, 2014: 281).

(20)

4

Mengubah modus ekspositori siswa hanya menerima informasi secara

keseluruhan dari guru ke modusdiscoverysiswa menemukan informasi sendiri (Komara, 2014: 107).

Berdasarkan hasil penelitian Arbaitin (2010: 22), pada materi pokok Sistem Pernafasan Manusia dengan pembelajarandiscovery, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan pembelajarandiscoverylebih tinggi daripada kelas yang pembelajarannya menggunakan metode diskusi (Arbaitin, 2010: 31). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Alisyani (2011: 45)

menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran materi pokok Fotosintesis menggunakan pembelajarandiscoverymeningkat sebesar 65,29%. Merujuk pada hasil penelitian tersebut diduga model

Discovery Learningdapat diterapkan dalam pembelajaran sub materi ciri-ciri makhluk hidup untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitiandengan judul “PengaruhPenggunaan Model Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(21)

5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modeldiscovery learningterhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa, untuk mendapatkan pengalaman belajar yang berbeda dalam hal meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

2. Bagi guru, dapat menjadikan modeldiscovery learningsebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Bagi peneiliti, dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah serta sebagai bekal untuk mempersiapkan diri sebagai calon guru. 4. Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan masukan dalam usaha

meningkatkan mutu proses dan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :

1. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Perintis 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 dengan subjek penelitian siswa kelas VIIAsebagai kelompok eksperimen dan kelas VIIB sebagai kelompok kontrol.

(22)

6

Langkah-langkah pembelajarandiscoveryadalah sebagai berikut : (1) stimulation(2)problem statement(3)data collection(4)data processing (5)verification(6)generalization(Kurniasih dan Sani, 2014: 67).

3. Materi pokok pada penelitian ini adalah Ciri-ciri Makhluk Hidup di kelas VII semester 2 yang terdapat dalam KD 6.1 Mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup.

4. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis yang diperoleh dari hasilpretestdanposttest.

5. Aspek kemampuan berpikir kritis yang diamati adalah: (1) memberikan penjelasan dasar, (2) membangun keterampilan dasar, (3) membuat penjelasan lanjut, (4) menyimpulkan.

F. Kerangka Pemikiran

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu pelajaran yang erat kaitannya dengan kehidupan nyata. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Selain itu melalui pembelajaran IPA, siswa dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta mampu berkomunikasi.

(23)

7

mendorong keterlibatan dan motivasi siswa seraya membantu mereka mendapatkan pemahaman mendalam tentang topik-topik yang jelas.

Modeldiscovery learningdapat membuat perserta didik belajar secara aktif untuk membangun konsep dan prinsip. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.

Salah satu tujuan pembelajarandiscovery learningadalah agar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis. Hal ini disebabkan siswa melakukan aktivitas mental sebelum materi yang dipelajari dapat dipahami. Aktivitas mental tersebut misalnya menganalisis, mengklasifikasi, membuat dugaan, menarik kesimpulan, menggeneralisasi dan memanipulasi informasi. Pembelajaran yang menggunakandiscovery learningdapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa karena siswa dilatih untuk mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengomunikasikan melalui sintaksnya seperti pada tahap stimulationsiswa diajak untuk mengamati dan menanya, tahapproblem statementsiswa diajak untuk menanya dan mengumpulkan informasi, tahap data collectionsiswa diajak untuk mencoba dan mengamati, tahapdata processingsiswa diajak untuk menalar dan menanya dan tahap terakhir verificationsiswa diajak untuk menalar, dan mengomunkiasikan.

(24)

8

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk kemampuan berpikir kritis siswa melalui modeldiscovery learningpada materi pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup.

Hubungan antar variabel dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram berikut:

Keterangan: X = Modeldiscovery learning; Y = kemampuan berpikir kritis Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut. Ho = Modeldiscovery learning tidak berpengaruh

signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

H1= Modeldiscovery learning berpengaruh signifikan terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

(25)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Discovery Learning

Model pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan nama lain dari pembelajaran penemuan (Kosasih, 2014: 83).Discovery adalah

menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan (Sani, 2014: 97).Discoveryterjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip (Komara, 2014: 107).

Pembelajarandiscoverymerupakan metode pembelajaran kognitif yang menurut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri (Sani, 2014: 97).

(26)

10

penemuan. Bentuk penemuan yang dimasud tidak selalu identik dengan suatu teori ataupun benda sebagaimana yang biasa dilakukan kalangan ilmuwan dan profesional dalam pengertian yang sebenarnya. Penemuan yang dimaksud berarti pula sesuatu yang sederhana, namun memiliki makna dengan kehidupan para siswa itu sendiri. Penemuan itu tetap berkerangka pada kompetensi-kompetensi dasar (KD) yang ada pada kurikulum (Kosasih, 2014: 83).

Belajar penemuan (discovery) pada umumnya membutuhkan kemampuan untuk bertanya, mengobservasi, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan membuat kesimpulan berdasarkan data/informasi sehingga dapat menemukan hubungan antarvariabel atau menguji hipotesis yang diajukan (Sani, 2014: 97). Prinsip belajar yang nampak jelas padadiscovery learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasikan atau

membentuk (konstruksi) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir (Komara, 2014: 107).

Dalam mengaplikasikan metodediscovery learningguru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Kurniasih dan Sani, 2014: 65). Dalamdiscovery learning, hendaknya guru harus

(27)

11

seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengatagorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. (Kurniasih dan Sani, 2014: 65).

Ciri utama belajar menemukan, yaitu (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada (Hosnan, 2014: 284).

Bell (dalam Hosnan, 2014: 284) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut.

a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan. b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola

dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.

c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.

(28)

12

e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.

f. Keterampilam yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

Adapun peranan guru tidak lagi sebagai penyuplai ilmu pengetahuan. Guru lebih memerhatikan pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan

kreativitas siswa. Dalam hal inilah peran guru sebagai motivator, fasilitator, manajer pembelajaran sangat diharapkan. Proses pembelajaran semacam inilah yang sering disebut sebagaistudent-centereddengan tujuan

mengembangkan kompetensi siswa dan membantu siswa mengembangkan self-concept-nya (Kosasih, 2014: 84).

a. Motivator, yakni mendorong siswa untuk mau berpikir dan bekerja keras untuk bisa belajar dengan baik. Mereka tampil percaya diri bahwa mereka pun mampu menemukan suatu yang penting dan bermanfaat. b. Fasilitator, yakni penyedia sumber belajar yang diperlukan para siswa

dalam mewujudkan penemuan-penemuannya.

(29)

13

Selain itu guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Kegiatan belajar mengajar berlangsung dariteacher orientedmenjadistudent oriented. Dalam hal ini siswa melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan, serta membuat kesimpulan sebagai produk dari penemuan-penemuannya (Kosasih, 2014: 84).

Penemuan yang dimaksud dapat berupa teori, rumus, pengertian, ciri-ciri, perbedaan, persamaan, contoh, dan materi-materi lainnya yang bersifat baru dan merupakan sesuatu yang berguna bagi para siswa. Bentuk-bentuk penemuan itu pun bergantung pula dengan KD yang sedang dikembangkan guru. Dengan melihat rumusan KD-nya, guru harus bisa menentukan bentuk penemuan yang harus dilakukan para siswanya. (Kosasih, 2014: 84).

Adapun keuntungan-keuntungan dariDiscovery Learningmenurut Kurniasih dan Sani (2014: 66) yaitu:

1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara

belajarnya.

2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer. 3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa

(30)

14

4) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.

11) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

12) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. 13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar

menjadi lebih terangsang.

14) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.

15) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

16) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

(31)

15

Kelemahan-kelemahan daridiscovery learningmenurut Hosnan (2014: 288) yaitu:

1) Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman antara guru dengan siswa.

2) Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator,

motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Untuk seorang guru, ini bukan pekerjaan yang mudah karena itu guru memerlukan waktu yang banyak, dan sering kali guru merasa belum puas kalau tidak banyak memberi motivasi dan membimbing siswa belajar dengan baik. 3) Menyita pekerjaan guru.

4) Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan. 5) Tidak berlaku untuk semua topik.

6) Kesukaran dalam menggunakan faktor subjektivitas, terlalu cepat pada suatu kesimpulan.

7) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan metode ceramah.

(32)

16

Langkah-langkah operasional dari Discovery Learning menurut Kurniasih dan Sani (2014: 67) terdiri dari sebagai berikut:

1. Langkah Persiapan StrategiDiscovery Learning a) Menentukan tujuan pembelajaran.

b) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar dan sebagainya).

c) Memilih materi pelajaran.

d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).

e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik. f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,

dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.

g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. 2. Prosedur Aplikasi StrategiDiscovery Learning

Dalam mengaplikasikan strategidiscovery learningdi kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut :

a) Stimulation(stimulasi/pemberian rangsangan)

(33)

17

mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.

b) Problem statement(pernyataan/identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah. c) Data collection(pengumpulan data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi

sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan

narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

(34)

18

untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan

permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak sengaja peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

d) Data processing(pengolahan data)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.Data processingdisebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternative jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis. e) Verification(pembuktian)

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasildata processing. Berdasarkan hasil pengolahan data dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah

dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

(35)

19

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan

memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menenkankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang

mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

B. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberikan keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah (Sukmadinata dan Erliany, 2012: 122). Kemampuan berpikir kritis merupakan penerapan dari aspek hasil belajar. Berpikir kritis merupakan multitahap dari konstruksi makna (Jufri, 2013: 103).

Menurut Zeidler, et al (1992, dalam Jufri, 2013: 104) beberapa karakteristik orang yang mampu berpikir kritis antara lain ialah: a) memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah, b)

(36)

20

atas, maka tentu saja proses pendidikan mengharapkan agar seluruh siswa dapat berkembang menjadi manusia yang mampu berpikir secara kritis. Oleh karena itu, maka pendidik pada semua jenjang pendidikan seharusnya dapat memberikan perhatian penuh pada proses perkembangan keterampilan berpikir kritis siswa.

Berpikir kritis itu rasional, logis, dan menujang keberhasilan peserta didik. Untuk belajar dan mempraktekkan cara berpikir kritis peserta didik perlu difasilitasi untuk berlatih mengembangkan beberapa indikator berpikir kritis seperti:

1. Mengidentifikasi kejadian, peristiwa, proses, dan kegiatan. 2. Mengidentifikasi hubungn antarkejadian, objek, dan peristiwa. 3. Mendeduksi implikasi atau dampak.

4. Menyimpulkan motif.

5. Mengombinasikan elemen bebas untuk mengkreasi pola pikir baru yang mengarah pada perkembangan kreativitas.

(37)

21

Indikator keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (2011: 2) terdiri atas 12 komponen, yaitu:

Tabel 1. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis Kemampuan

Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek 1. Memberikan c. Menjaga pikiran

terhadap situasi yang sedang dihadapi

alasan yang tidak dinyatakan

d. Mencari persamaan dan perbedaan e. Mengidentifikasi

dan menangani ketidakrelevanan f. Mencari struktur

dari sebuah

pendapat/argumen g. Meringkas

3. Bertanya dan menjawab

b. Apa yang menjadi alasan utama? c. Apa yang kamu

maksud dengan? d. Apa yang menjadi

contoh?

e. Apa yang bukan contoh?

(38)

22

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek g. Apa yang

menjadikan perbedaannya? h. Apa faktanya? i. Apakah ini yang

kamu katakan? j. Apalagi yang akan

kamu katakan

b. Mengurangi konflik interest

c. Kesepakatan antar sumber

d. Reputasi e. Menggunakan

prosedur yang ada f. Mengetahui resiko g. Keterampilan

memberikan alasan h. Kebiasaan

berhati-hati 5. Mengobservasi dan

mempertimbangkan

c. Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri

d. Mencatat hal-hal yang sangat diperlukan e. Penguatan

f. Kemungkinan dalam penguatan

g. Kondisi akses yang baik

h. Kompeten dalam menggunakan teknologi

i. Kepuasan pengamat atas kredibilitas criteria

(39)

23

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek mempertimbangkan

7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi

a. Menggeneralisasi b. Berhipotesis

8. Membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan

a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi

c. Mengaplikasikan konsep (prinsip-prinsip, hukum dan asas)

Ada 3 dimensi: a. Bentuk: sinonim,

klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan noncontoh b. Strategi definisi c. Konten (isi) 10. Mengidentifikasi

asumsi

a. Alasan yang tidak dinyatakan

b. Asumsi yang diperlukan: rekonstruksi argument 5. Strategi dan

taktik

11. Memutuskan suatu tindakan

a. Mendefinisikan masalah

b. Memilih kriteria yang mungkin

d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan e. Me-review

(40)

24

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek 12. Berinteraksi dengan

orang lain

a. Memberi label b. Strategi logis c. Strategi retorik d. Mempresentasikan

suatu posisi, baik lisan atau tulisan (Ennis, 2011: 2).

Orlich, et al (1998, dalam Jufri, 2013: 104) menyatakan bahwa kemampuan yang berasosiasi dengan berpikir kritis yang efektif meliputi: 1)

mengobservasi, 2) mengidentifikasi pada hubungan, hubungan sebab-akibat, asumsi-kesalahan-alasan, kesalahan logika dan bias, 3) membangun criteria dan mengklasifikasi, 4) membandingkan dan membedakan, 5) menginferensi dan menginterpretasi, 6) membuat ringkasan, 7) menganalisis, mensintesis, menggeneralisasi, 8) merumuskan hipotesis, 9) membedakan data yang relevan dengan yang tidak relevan, data yang dapat diverifikasi dan yang tidak, membedakan masalah dengan pernyataan yang tidak relevan.

Langkah-langkah berpikir kritis menurut Sukmadinata dan Erliany (2012: 122) adalah:

1. Penentuan isu, masalah, rencana atau kegiatan pokok yang akan dikaji. Pokok yang akan dikaji perlu ditentukan dan dirumuskan dengan jelas sebab akan menjadi focus kajian.

(41)

25

3. Alasan pemilihan pokok kajian. Setiap pemilihan pokok kajian perlu memiliki alasan yang kuat. Alasan tersebut akan menjelaskan pentingnya pokok kajian.

4. Perumusan asumsi. Asumsi adalah ide atau pemikiran-pemikiran dasar yang dijadikan pegangan dalam mengkaji suatu pokok kajian. Asumsi-asumsi tersebut menentukan arah dari kajian.

5. Penggunaan bahasa yang jelas. Bahasa merupakan alat berpikir.

Penggunaan bahasa yang jelas dalam merumuskan, dan mengkaji masalah akan meningkatkan kemampuan berpikir.

6. Dukungan fakta-kenyataan. Apakah pendapat, pandangan, argumentasi didasarkan atas fakta-fakta nyata? Pendapat atau pandangan yang kuat adalah yang didukung oleh kenyataan. Fakta kenyataan ini bisa bersumber dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, informasi dari pemegang kekuasaan atau data statistik.

7. Kesimpulan yang diharapkan. Rumusan tentang kesimpulan-kesimpulan apa yang diharapkan diperoleh dari kajian tersebut. Kesimpulan

merupakan hasil akhir dari suatu kajian. Rumusan kesimpulan hendaknya didasari oleh logika berpikir, alasan, dan fakta-fakta nyata.

(42)

26

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester Genap Tahun Pelajaran

2014/2015, yaitu pada bulan April 2015 bertempat di SMP Perintis 2 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Perintis 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIIAyang berjumlah 37 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIIByang berjumlah 37 siswa sebagai kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknikpurposive samplingyaitu pengambilan sampel didasarkan pada tujuan tertentu (Arikunto, 2006: 140).

C. Desain Peneletian

(43)

27

eksperimen diberi perlakuan dengan modeldiscovery, sedangkan kelompok kontrol dengan menggunakan metode diskusi. Hasilpretestdanposttestpada kedua kelompok subyek dibandingkan. Sehingga struktur desain

penelitiannya adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Desainpretest posttesttak ekuivalen (Dimodifikasi dari Purwanto, 2008: 90)

Keterangan : I = Kelompok eksperimen II = Kelompok Kontrol O1 =Pretest

O2 =Posttest

X = Perlakuan modeldiscovery learning C = Perlakuan dengan metode diskusi

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Langkah-langkah dari tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap prapenelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan dari FKIP Universitas Lampung ke SMP Perintis 2 Bandar Lampung, tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti. Kelompok pretes perlakuan posttest

I O1 X O2

(44)

28

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soalpretestdanposttestberupa soal pilihan jamak beralasan dengan empat alternatif jawaban dan uraian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajarandiscovery untuk kelas eksperimen dan menggunakan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a) Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan ModelDiscovery) 1) Kegiatan Pendahuluan

a. Siswa mengerjakan soalpretestmengenai keanekaragaman ciri makhluk hidup pada pertemuan pertama.

b. Siswa diberikan apersepsi oleh guru: Pertemuan I:

(45)

29

memiliki hidung yang dapat digunakan sebagai alat pernafasan seperti manusia dan hewan?, sehingga akan menimbulkan rasa penasaran dan ketertarikan siswa terhadap materi yang akan dipelajari.

Pertemuan II:

Berapa umurmu sekarang? Berapa tinggi badanmu sekarang? Berapa kira-kira tinggi badanmu pada saat kamu berumur 2 tahun? Apakah tinggi badanmu dapat kembali seperti saat kamu berumur dua tahun? Mengapa?

c. Guru memberikan motivasi kepada siswa: Pertemuan I:

Guru memberikan informasi mengenai manfaat mempelajari materi keanekaragaman ciri-ciri makhluk hidup antara lain dapat mengklasifikasi makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya, serta dapat mengetahui morfologi serta fisiologi suatu

makhluk hidup. Pertemuan II:

Guru menunjukkan bidang ilmu pengetahuan lain yang relevan dalam mempelajari identifikasi keanekaragaman ciri-ciri makhluk hidup seperti klasifikasi, morfologi, dan fisiologi. d. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai

(46)

30

2) Kegiatan Inti

a. Siswa diorganisasikan dalam 9 kelompok yang sudah ditentukan, 1 kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang dan membagikan LKS per siswa dalam kelompok tersebut. b. Siswa diberi stimulasi oleh guru berupa wacana singkat yang

dimuat dalam LKS.

c. Siswa dibimbing untuk mengidentifikasi masalah yang ada di LKS.

d. Siswa dibimbing untuk mengumpulkan data melalui pengamatan terhadap ciri makhluk hidup dari gambar

keanekaragaman ciri makhluk hidup yang ada di LKS , video keanekaragaman ciri makhluk hidup, dan pengamatan dengan melakukan percobaan pada pertemuan :

Pertama:

Melakukan pengamatan video keanekaragaman bergerak dan menanggapi rangsang pada makhluk hidup dan gambar keanekaragaman adaptasi dan bernafas makhluk hidup yang ada di LKS.

Kedua:

Melakukan pengamatan dari hasil percobaan tanaman kacang hijau, video keanekaragaman reproduksi, dan gambar

keanekaragaman ekskresi dan memerlukan makan/ nutrisi. dan lalat buah serta gambar keanekaragaman tumbuh dan

(47)

31

makhluk hidup yang ada di LKS pengamatan gambar contoh keanekaragaman ciri tumbuh dan berkembang dan

memerlukan makanan/ nutrisi pada makhluk hidup. e. Siswa dibimbing untuk mengolah data dengan cara

mengomunikasikan hasil pengamatan yang berupa data atau informasi yang diperoleh ke dalam bentuk tabel serta

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS. f. Siswa dibimbing untuk melakukan verifikasi.

g. Siswa dibimbing untuk membuat kesimpulan berdasarkan hasil kegiatan yang dilakukan siswa.

h. Siswa mengumpulkan LKS.

i. Siswa maju ke depan untuk mencatat hasil diskusi kelompok dari kelompok lain.

3) Kegiatan Penutup

a. Siswa bersama guru menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

b. Pada pertemuan pertama siswa diberikan PR untuk melakukan percobaan menggunakan tanaman kacang hijau yang akan dibawa pada pertemuan kedua.

(48)

32

b) Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan Metode Diskusi) 1) Kegiatan Pendahuluan

a. Siswa mengerjakan soalpretestmengenai mengenai keanekaragaman ciri-ciri makhluk hidup untuk pertemuan pertama.

b. Guru memberikan apersepsi kepada siswa : Pertemuan I:

Guru memberikan pernyataan dan pertanyaan kepada siswa berupa: Manusia bernafas melalui hidung, lalu apakah hewan juga bernafas melalui hidung? Bagaimana dengan tumbuhan? Apakah tumbuhan juga bernafas? Apakah tumbuhan juga memiliki hidung yang dapat digunakan sebagai alat pernafasan seperti manusia dan hewan?, sehingga akan menimbulkan rasa penasaran dan ketertarikan siswa terhadap materi yang akan dipelajari.

Pertemuan II:

Berapa umurmu sekarang? Berapa tinggi badanmu sekarang? Berapa kira-kira tinggi badanmu pada saat kamu berumur 2 tahun? Apakah tinggi badanmu dapat kembali seperti saat kamu berumur dua tahun? Mengapa?

c. Guru memberikan motivasi kepada siswa : Pertemuan I:

(49)

33

dapat mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya, serta dapat mengetahui morfologi serta fisiologi suatu makhluk hidup.

Pertemuan II:

Guru menunjukkan bidang ilmu pengetahuan lain yang relevan dalam mempelajari identifikasi keanekaragaman ciri-ciri makhluk hidup seperti klasifikasi, morfologi, dan

fisiologi.

d. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran, keterampilan sosial, dan karakter yang harus dicapai.

2) Kegiatan Inti

a. Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing-masing, setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya, yang terdiri dari 9

kelompok).

b. Guru menyajikan materi sebagai pengantar proses pembelajaran.

c. Guru membagikan Lembar Kerja Peserta Didik(LKS) mengenai ciri-ciri makhluk hidup kepada siswa : Pertemuan I:

Diberikan LKS mengenai keanekaragaman cirri-ciri makhluk hidup (adaptasi, bergerak, menanggapi rangsang, dan

(50)

34

Pertemuan II:

Diberikan LKS mengenai keanekaragaman ciri-ciri makhluk hidup (tumbuh dan berkembang, reproduksi, memerlukan makan/ nutrisi, dan ekskresi).

d. Siswa mengkaji literatur untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, dan meminta bantuan dari guru mengenai kesulitan yang mereka hadapi saat mengerjakan LKS.

e. Siswa berdiskusi, saling mengemukakan pendapat, dan bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. f. Siswa mengumpulkan LKS.

g. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya didepan siswa lainnya, sedangkan siswa yang lain yang belum maju mendengarkan kelompok yang sedang presentasi kemudian melakukan tanya jawab mengenai hasil presentasi kelompok yang maju ke depan.

h. Guru memberikan evaluasi dari hasil tugas kelompok yang telah dikerjakan oleh siswa.

i. Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang belum dipahami oleh siswa.

3) Kegiatan Penutup

(51)

35

b. Guru menyampaikan rencana pertemuan yang akan datang c. Siswa mengerjakanposttestberupa soal pilihan jamak

beralasan dan uraian pada pertemuan kedua.

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu nilaipretestdanposttestdan data kualitatif berupa kemampuan berpikir kritis siswa. Kelebihan penggunaan metode dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau berdasarkan perbandingan skor N-gainantara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Teknik Pengambilan Data a. PretestdanPosttest

Data hasil belajar kognitif siswa berupa nilaipretestdanposttest. Nilai pretestdiperoleh pada awal pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol pada pertemuan pertama, sedangkan nilai posttestdiperoleh setelah pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol pada pertemuan terakhir.

Adapun teknik penskoran nilaipretestdanposttestyaitu:

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).

(52)

36

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Aspek yang diamati yaitu: (a) memberikan penjelasan dasar, (b) membangun keterampilan dasar, (c) membuat penjelasan lebih lenjut, dan (d) menyimpulkan. Setiap siswa diamatipointkemampuan berpikir kritisnya yang dilakukan dengan cara memberi skor nilai pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama Siswa Aspek yang di amati

a b c d

Catatan:Berilah skor pada setiap item sesuai dengan aspek penilaian. Sumber: dimodifikasi dari Darojah (2011: 48)

Tabel 3. Keterangan Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Aspek Skor Deskriptor

a) Memberikan penjelasan dasar

1 Tidak memberikan penjelasan dasar. 2 Menjawab pertanyaan dengan benar

namun tidak memberikan penjelasan yang benar

3 Menjawab pertanyaan dengan benar disertai dengan penjelasan atas jawaban tersebut dengan tepat

b) Membangun keterampilan dasar

1 Tidak melakukan kegiatan yang mampu membangun keterampilan dasar

(53)

37

3 Melakukan observasi, membuat laporan hasil observasi, dan dapat

mempertimbangkan hasil observasi. c) Membuat

penjelasan lebih lanjut

1 Tidak membuat penjelasan lebih lanjut 2 Memberikan penjelasan lebih lanjut

berupa alasan untuk memperkuat jawab namun kurang tepat.

3 Memberikan penjelasan lebih lanjut berupa alasan yang tepat yang dapat memperkuat jawaban.

d)Menyimpulkan 1 Tidak membuat kesimpulan

2 Membuat kesimpulan namun kurang tepat

3 Membuat kesimpulan yang tepat dengan mempertimbangkan data-data hasil pengamatan yang ada.

F. Teknik Analisis Data 1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa data kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari nilaipretest, posttestdan gain. Untuk mendapatkan skor gaindihitung dengan formula Loranz (2008: 1) sebagai berikut:

Skor Gain = x 100%

Keterangan: X = nilaiposttest Y = nilaipretest

Z = skor maksimum.

2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Pengukuran kemampuan berpikir kritis siswa dilakukan dengan: 1. Menjumlahkan skor seluruh siswa

2. Menentukan persentase tiap indikator kemampuan berpikir kritis siswa dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:

(54)

38

Keterangan: P= Persentase

f= Jumlah poin kemampuan berpikir kritis yang diperoleh

N= Jumlah total poin kemampuan berpikir kritis (Sudijono, 2004: 18). 3. Menghitung persentase skor tiap indikator.

Tabel 4. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

No Nama

Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

f P Kriteria Memberikan

4. Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka keterampilan berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut:

Tabel 5. Kriteria Berpikir Kritis Siswa Persentase Kriteria

80,1100 Sangat tinggi

60,1–80 Tinggi

40,160 Sedang

20,140 Rendah

0,020 Sangat rendah

(55)

39

sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas data dan uji homogenitas, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan ujiLillieforsdengan program SPSS versi 17.

• Hipotesis

H0= Sampel berdistribusi normal H1= Sampel tidak berdistribusi normal • Kriteria Pengujian

Terima H0jika Lhitung< Ltabelatau p-value > 0,05, tolak H0untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

b. Uji Kesamaan Dua Varians

Masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17. • Hipotesis

H0= Kedua sampel mempunyai varians sama H1= Kedua sampel mempunyai varians berbeda • Kriteria Pengujian

Dengan kriteria uji yaitu jika Fhitung< Ftabelatau probabilitasnya > 0,05 maka H0diterima, jika Fhitung> Ftabelatau probabilitasnya < 0,05 maka H0ditolak (Pratisto, 2004:71).

c. Pengujian Hipotesis

(56)

40

menggunakan program SPSS 17, namun untuk data yang tidak

berdistribusi normal pengujian hipotesis di lakukan dengan uji Mann-WhitneyU.

1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata • Hipotesis

H0= Rata-rataGainkedua sampel sama H1= Rata-rataGainkedua sampel tidak sama • Kriteria Pengujian

Jikattabel< thitung< ttabel, maka Ho diterima.

Jika thitung< -ttabelatau thitung> ttabelmaka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).

2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata • Hipotesis

H0= rata-rataGainpada kelompok eksperimen lebih rendah atau sama dengan kelompok kontrol.

H1= rata-rataGainpada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

• Kriteria Pengujian

Jikattabel< thitung< ttabel, maka H0diterima.

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:10).

3) UjiMann-WhitneyU

(57)

41

• Hipotesis

H0= Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama

H1= Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama

• Kriteria Uji :

(58)

52

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari modelDiscovery

Learningterhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan modelDiscovery Learningdapat

digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

(59)

53

DAFTAR PUSTAKA

Aghnia, E. W. 2014.Pengaruh Penggunaan Metode Diskoveri Terhadap Aktivitas dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Alisyani. 2011.Mengungkap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melaluiMetode Diskoveri pada Materi Pokok Fotosintesis(Skrirpsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Arbaitin, N. 2010.Pengaruh Metode Discovery Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Pada Siswa SMPN 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2009/2010 (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Arikunto, S. 2006.Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Darojah, R.U. 2011.Peningkatan Kemampuan Berbicara Melaporkan Dengan Media Film Animasi Siswa Kelas VIII SMPN 12 Yogyakarta(Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Ennis, Robert H. 2011.The Nature of Critical Thinking:An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities.

http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCritica lThinking_51711_000.pdf (31 Januari 2015; 14.12 WIB).

Hake, R.R. 1998.Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Course. Am. J. Phys., Vol. 66, No. 1 [Online]

http://web.mit.edu/rsi/www/2005/misc/ minipaper/papers/Hake.pdf (29 Desember 2014; 22.40 WIB).

Hosnan, M. 2014.Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor.

(60)

54

Jufri, A. Wahab. 2013.Belajar dan Pembelajaran Sains. Pustaka Reka Cipta. Bandung.

Kertayasa, I. Ketut. 2014.Indonesia PISA Center.

http://www.indonesiapisacenter.com/2014/03/tentang-website.html (12 Januari 2015; 08.30 WIB).

Komara, E. 2014.Belajar dan Pembelajaran Interaktif. PT Refika Aditama. Bandung.

Kosasih, E. 2014.Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Yrama Widya. Bandung.

Kurniasih dan Sani. 2014.Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013 Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013. Kata pena. Jakarta. Loranz, D. 2008.TMCC Program and Discipline Report.http://www.gbcnv.edu

(29 Desember 2014: 21.35 WIB).

Noer, S. H. 2009.Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah(Jurnal).

http://eprints.uny.ac.id/7048/1/P33%20Dra.%20Sri%20Hastuti%20Noer.p df (12 Januari 2015; 09.08 WIB).

OECD. 2013. Asian countries top OECD’s latest PISA survey on state of global education. (Online). http://www.-oecd.-org/newsroom/asian-countries-top-oecd-s-latest-pisa-survey-on-state-of-global-education.-htm (26 Februari 2015; 06:30 WIB).

PISA, 2012.Snapshot of Performance in Mathematics, Reading and Science. http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/PISA-2012-results-snapshot-Volume-I-ENG.pdf (2 Januari 2015; 08.57 WIB).

Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17.Bumi Aksara. Jakarta.

Purwanto, N. 2008.Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Sani, R. 2014.Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Sudijono, A. 2004.Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis
Gambar 2.  Desain pretest posttest tak ekuivalen (Dimodifikasi dari
Tabel 3. Keterangan Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Tabel 4. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Referensi

Dokumen terkait

RPJM Daerah Kota Balikpapan Tahun 2011-206 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Balikpapan Tahun

Skor kemampuan menulis siswa secara keseluruhan berdasarkan jenis pendekatan pembelajaran (eksperimen dan kontrol) adalah 0,57 dan 0,23; simpangan baku

KMP Gili Ketapang Jaya adalah kapal yang akan berfungsi sebagia sarana transportasi penyeberangan, rekreasi dan edukasi. Pada trip penyeberangan kapal ini akan

Pelatihan dalam penelitian ini adalah pelatihan perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri bagi guru-guru kimia SMA pada konsep larutan elektrolit dan non

3. Setiap kali diberi tugas rumah, rata-rata nilai siswa masih memperoleh nilai rendah, hal ini terlihat ketika diperiksa bersama-sama hanya 50% dari sebagian

Pengaruh Persepsi Pasien atau Keluarganya Tentang pelayanan Rawat Inap Terhadap Minat Untuk Kembali Bila Memerlukan Pelayanan rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahun

Karakter fisiologi yang diamati adalah daya kecambah konidia, pertumbuhan koloni, dan sporulasi, Cendawan diperbanyak pada media SDAY dan uji virulensi dilakukan

Kemampuan orang tua untuk mengendalikan penggunaan gawai sesuai dengan teori mediasi orang tua berpendapat bahwa orang tua menggunakan strategi