ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN
HASIL BELAJAR SISWA
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)
Oleh
MERRY AGUSTINA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain Control Group Pretest-Postest. Sampel penelitian adalah kelas VIIA sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIKK sebagai kelas kontrol
yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh dari jawaban lembar kerja siswa (LKS) dan persepsi siswa mengenai model pembelajaran discovery learning yang dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretest dan postest,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran discovery learning lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan rata-rata persentase (eksperimen = 75.58% dengan kriteria baik; kontrol = 70.08% dengan kriteria cukup). Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen juga berpengaruh sangat signifikan dengan nilai rata-rata
N-gain (eksperimen = 65.06; kontrol = 47.13). Kemudian semua siswa
memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model pembelajaran discovery learning. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran discovery learning sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN HASIL BELAJAR SISWA
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)
Oleh
MERRY AGUSTINA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN HASIL BELAJAR SISWA
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)
(Skripsi)
Oleh
MERRY AGUSTINA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ... 21
2. Desain Control GrupPretest-Postest... 23
3. Grafik Persepsi Siswa Mengenai Model Discovery Learning ... 44
4. Siswa Mengerjakan Soal Pretest ... 139
5. Siswa Mendengarkan Apersepsi dari Guru ... 139
6. Siswa Berdiskusi Bersama Kelompoknya ... 140
7. Guru Membimbing Siswa Dalam Berdiskusi ... 140
8. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi Kelompoknya ... 141
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 8
B. Berpikir Kritis ... 12
C. Hasil Belajar ... 17
D. Kerangka Pikir ... 19
E. Hipotesis ... 21
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22
B. Populasi dan Sampel ... 22
C. Desain Penelitian ... 22
D. Prosedur Penelitian ... 23
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 31
F. Teknik Analisis Data ... 35
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41
B. Pembahasan ... 45
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50
B. Saran ... 50
xiv
LAMPIRAN
1. Silabus Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 56
2. RPP Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 60
3. Kisi-kisi Soal Pretest-Postest ... 73
4. Soal Pretest-Postest ... 79
5. Rubrik Penilaian Pretest-Postest ... 82
6. Lembar Kerja Siswa (LKS) Eksperimen dan Kontrol ... 84
7. Kunci Jawaban LKS Eksperimen dan Kontrol ... 96
8. Rubrik Penilaian LKS Eksperimen dan Kontrol ... 105
9. Persepsi Siswa Mengenai Model Discovery Learning ... 107
10. Hasil Uji Statistik ... 109
11. Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa... 128
12. Lembar Penilaian Hasil Belajar Siswa ... 132
13. Contoh Jawaban Siswa Pada LKS ... 136
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis ... 14
2. Pernyataan Persepsi Siswa Mengenai Model Discovery Learning ... 32
3. Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 34
4. Skor Setiap Jawaban Siswa ... 35
5. Data Persepsi Siswa Mengenai Model Discovery Learning ... 36
6. Kriteria Tingkat Persepsi Siswa Mengenai Discovery Learning ... 36
7. Kriteria Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 37
8. Persentase KBK Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 41
9. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji t Hasil Belajar Siswa ... 42
10.Hasil Uji Normalitas dan Uji U Hasil Belajar Siswa Per Indikator ... 43
11.Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 109
12.Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 112
13.Hasil Uji t1 dan t2 Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 115
14.Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Siswa Per Indikator ... 120
15.Hasil Uji U Mann-Whitney Hasil Belajar Siswa ... 124
16.Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen ... 128
17.Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol .... 129
18.Akumulasi Penilaian Agket Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 130
19.Nilai Pretest, Postest dan N-gain Kelas Eksperimen ... 132
20.Nilai Pretest, Postest dan N-gain Kelas Kontrol ... 133
21.Lembar Penilaian Hasil Belajar Per Indikator Kelas Eksperimen ... 134
Moto
“
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan
sesuai kesanggupannya
”
(Al Baqarah: 286)
“Setiap kamu merasa beruntung,
Percayalah doa Ibumu telah didengar”
(Unknown)
“
Sukses itu bukan bakat tetapi kerja keras
”
(Arwin Achmad)
“Don’t just
be your self, but just be your better self”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala
kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini.
Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk
orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:
Ayahanda (Joharman) dan Ibunda (Lis Barida)
Sosok ayah yang bijaksana dan bertanggung jawab.
Sosok bunda yang penuh kesabaran menjadi sebuah motivasiku untuk
terus maju.
Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang tiada terhingga serta
doa dan penantian keberhasilanku..
Uni (Armelya), Hoya (Arlan Wijaya),
Ayuk (Kartini), dan adikku (Dodi Lisman)
Terimakasih untuk segala cinta, sumber inspirasi, motivasi, dan segala
bentuk dukungan yang kalian berikan untukku..
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 5 Agustus 1992, anak keempat dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak
Joharman dengan Ibu Lis Barida. Bertempat tinggal di Jalan Putri Balau No.8 Tanjung Agung Kedamaian, Bandar Lampung, Lampung. No. Hp 08975936351.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SDN 1 Tanjung Agung (1999-2004), SDN 1 Kaliawi (2004-2005), SMP Negeri 14 Bandar Lampung (2005-2008), SMA Negeri 3 Bandar Lampung (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Undangan.
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta saran dan kritik yang diberikan selama kuliah dan dalam proses penyusunan skripsi;
xii
6. Dr. H. Erjati Abas, M.Ag., selaku Kepala MTs Negeri 1 Bandar Lampung dan Siti Zainab, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIIA dan VIIKK MTs Negeri 1
Bandar Lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung; 8. The best I have!! Sofa, Cibon, Wo Sherly, Diah, Pumai, Oneng, Heru, Budi,
dan Doni. Terima kasih atas persahabatan selama 7 tahun ini dan seterusnya, tanpa kalian hidup terasa hampa guys;
9. Agit, Deaz, Rizkur, Rudi.. terima kasih atas segala pertolongan, motivasi, dan selalu siap sedia ketika dibutuhkan. Kalian luarbiasaa baiknya;
10.Tim skripsi Welly Mentari dan Khoirunnisa, atas kesabaran, motivasi, dan masukan-masukan yang diberikan;
11.Teman-teman KKN dan siswa-siswa SMA Negeri 1 Liwa, kebersamaan kita mungkin memang hanya sebentar tetapi kalian telah memberikan pelajaran dan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan;
12.Teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi 2011, kakak dan adik tingkat yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk persaudaraan, semangat dan motivasi, nasihat, kritik dan bantuannya selama perkuliahan; 13.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 07 Juli 2015 Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Proses pendidikan pun dituntut untuk menyiapkan serta menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memproses informasi tersebut dengan baik dan benar (Prayoga, 2013: 1).
Salah satu upaya dalam bidang pendidikan yang dapat dilakukan untuk mencetak SDM yang berkualitas yaitu dengan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan aspek pengetahuan siswa. Kedua potensi tersebut dapat dikembangkan pada siswa dalam proses pembelajaran melalui pelajaran IPA. Hal ini didukung dengan pernyataan Prayoga (2013: 2) yang menyatakan bahwa pada pelajaran IPA, siswa diajarkan untuk memperoleh pengetahuan melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan komunikasi untuk menghasilkan suatu penjelasan yang dapat dipercaya, sehingga
kemampuan berpikir kritis dan aspek pengetahuan siswa dapat dimunculkan.
2
2011 menunjukan kemampuan penalaran siswa Indonesia berada pada tingkat amat rendah yaitu hanya 17% siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang baik. Siswa Indonesia kesulitan dalam kemampuan memahami informasi berupa fakta-fakta, konsep dan prosedur yang kompleks, serta menerapkan pengetahuan dan pemahaman konsep untuk menyelesaikan masalah (Janariani, 2014: 2). Selain itu, dalam studi Program for
International Students Assessment (PISA) tahun 2012, siswa Indonesia lemah dalam menyelesaikan soal-soal yang membutuhkan Higher Order Thinking Skill (HOTS) seperti soal yang berhubungan dalam penyelesaian masalah kehidupan nyata. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa pada umumnya masih rendah (Pratiwi, 2014: 2).
Disamping itu, hasil belajar siswa Indonesia juga berada pada taraf rendah. Pada TIMSS 2011 posisi Indonesia menempati peringkat ke-40 dari 42 negara dengan nilai rata-rata 406. Kemampuan sains siswa Indonesia di TIMSS masih di bawah nilai rata-rata (500) dan secara umum berada pada tahapan terendah (Low International Brenchmark) (Syaadah, 2013: 1).
Selanjutnya, hasil studi PISA tahun 2012, rata-rata nilai sains siswa Indonesia adalah 382, dimana Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara peserta, atau dengan kata lain menempati peringkat kedua terbawah dari seluruh negara peserta PISA (Janariani, 2014: 2).
3
Rendahnya kemampuan berpikir kritis ini dibuktikan dengan siswa kesulitan merumuskan masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi, melakukan induksi, serta melakukan evaluasi untuk memecahkan suatu masalah pada saat proses pembelajaran. Sementara rendahnya hasil belajar siswa dibuktikan dengan masih banyaknya siswa (65%) yang belum mencapai KKM pada materi pokok ekosistem tahun pelajaran 2013/2014.
Penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa ini diduga karena guru belum mengetahui macam-macam model pembelajaran yang dapat membuat siswa turut serta aktif dalam proses pembelajaran seperti aktif bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat.
Berdasarkan hasil observasi, dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional. Metode konvensional menyebabkan kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru, siswa kurang aktif dan cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat menarik siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir ktiris dan mencapai hasil belajar yang optimal.
Salah satu model pembelajaran yang menuntut keterlibatan siswa aktif dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran melalui penemuan
4
memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat. Lebih lanjut Suprijono (2012: 70)
menyatakan bahwa belajar penemuan menekankan pada berpikir tingkat tinggi. Belajar ini memfasilitasi siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui induksi logika yaitu berpikir dari fakta ke konsep.
Pada pengaplikasian discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, guru membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi ini akan mengubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented (berorientasi pada guru) menjadi student oriented (berorientasi pada siswa). Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut umtuk melakukan berbagai kegiatan seperti menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mengorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan (Sani, 2014: 65).
Beberapa penelitian yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
discovery learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2014: 1) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model discovery learning
memberikan pengaruh terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa SMA Negeri 7 Pontianak sebesar 28, 23%. Selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2013: 1) menyatakan bahwa ada pengaruh
5
Penerapan model pembelajaran discovery learning diharapkan tepat untuk materi pokok ekosistem. Mengingat materi ini memiliki banyak manfaat karena berkaitan langsung dengan lingkungan sekitar. Selain itu dengan model pembelajaran discovery learning ini diharapkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Pengaruh Model
Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Ekosistem di MTs Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajarandiscovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ekosistem?
6
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ekosistem.
2. Pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
1. Peneliti yaitu memberikan pengalaman, wawasan dan pengetahuan bagi peneliti sebagai calon guru untuk menggali kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa yang optimal.
2. Guru IPA yaitu memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
3. Siswa yaitu membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
7
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah yang akan dikemukakan, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian yaitu:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah discovery learning.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah: (1) merumuskan masalah, (2) membuat hipotesis, (3) merencanakan kegiatan, (4) melaksanakan kegiatan, (5) mengumpulkan dan menganalisis data, dan
(6) menyimpulkan.
2. Sub indikator kemampuan berpikir kritis yang akan diamati yaitu: (1) memberikan argumen, (2) melakukan deduksi, (3) melakukan induksi, dan (4) melakukan evaluasi.
3. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan terhadap siswa yaitu pada ranah kognitif, diperoleh dari selisih hasil pretest dan postest.
4. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIIA (kelas eksperimen) dan
VIIKK (kelas kontrol) semester genap tahun pelajaran 2014/2015
di MTs Negeri 1 Bandar Lampung.
5. Materi pokok pada penelitian ini adalah ekosistem.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Discovery Learning
Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri (Hosnan, 2014: 281).
Belajar penemuan siswa didorong belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Siswa didorong menghubungkan pengalaman yang telah dimiliki dengan pengalaman baru yang dihadapi sehingga siswa menemukan prinsip-prinsip baru. Siswa dimotivasi menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban-jawaban atas problem yang dihadapi. Siswa berusaha belajar mandiri dalam memecahkan problem dengan
9
Belajar penemuanmemberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam pembelajaran ini siswa diberi peluang untuk mencari, memecahkan, hingga menemukan cara-cara penyelesaiannya dan jawaban-jawabannya sendiri (Riyanto, 2012: 138).
Proses belajar penemuan meliputi proses informasi, transformasi, dan evaluasi. Pada proses informasi, tahap ini siswa memperoleh informasi mengenai materi yang sedang dipelajari. Tahap transformasi, pada tahap ini siswa melakukan identifikasi, analisis, mengubah, mentransformasikan informasi yang telah diperolehnya menjadi bentuk abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Tahap evaluasi, pada tahap ini siswa menilai sendiri informasi yang telah ditransformasikan itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi (Suprijono, 2012: 69).
Discovery Learning memiliki tujuan dalam proses pembelajarannya, Bell (dalam Hosnan, 2014: 284) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan yaitu: (1) dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika
10
informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain, (5) terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna, dan (6) keterampilan yang dipelajari dalam penemuan, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi yang baru.
Adapun langkah-langkah pembelajaran discovery learning menurut Hosnan (2014: 289) yaitu:
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa. 3. Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari.
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif. 5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
6. Mengatur topik-topik pelajaran yang sederhana ke kompleks, dari konkret ke abstrak.
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Selanjutnya Riyanto (2012: 138) menyatakan bahwa dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus
dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
11
2. Problem statement. Siswa diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, kemudian memilihnya. Selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis.
3. Datta collection. Untuk menjawab benar atau tidaknya hipotesis itu, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.
4. Datta processing. Semua data informasi diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi bahkan perlu dihitung dengan cara tertentu.
5. Verification. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran data, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan dicek apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, siswa belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.
Keuntungan dalam menggunakan discovery learning menurut Kurniasih dan sani (2014: 66) yaitu:
1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.
2. Pengetahuan yang diperoleh sangat pribadi dan ampuh menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
3. Menimbulkan rasa senang pada siswa karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
12
5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6. Model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.
8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan). 9. Mendorong siswa berfikir intuisi dan bekerja atas inisitatif sendiri.
B. Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir Kritis adalah kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan penuh
percaya diri, “Ide saya bagus karena berdasarkan alasan yang logis”,atau “ide
anda bagus karena didukung oleh bukti yang kuat”. Berpikir kritis
memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran ditengah banjir kejadian informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan
mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam.
13
mereka kritis, yang berarti “tepat” dan “tajam” dalam berpikir, yang secara tersirat juga berarti keras. Mungkin berpikir kritis dicurigai sebagian orang karena orang-orang mempraktikkannya wajib bertanya. Bahkan, ketika disusun sangat rapi pun, tentu saja pertanyaan masih membuat orang takut (Johnson 2007: 185).
Banyak ahli yang mengemukakan definisi berpikir kritis, diantaranya adalah Liliasari (dalam Muhfahroyin 2009: 1) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Sedangkan Johnson (2007: 183) menerangkan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisa asumsi, dan melakukan penelitian. Kemudian Eggen dan Kauchak (dalam Muhfahroyin 2009: 1) berpendapat bahwa berpikir kritis adalah (1) sebuah keinginan untuk mendapatkan informasi, (2) sebuah kecenderungan untuk mencari bukti, (3) keinginan untuk mengetahui kedua sisi dari seluruh permasalahan, (4) sikap dari keterbukaan pikiran, (5) kecenderungan untuk tidak mengeluarkan pendapat (menyatakan penilaian), (7) menghargai pendapat orang lain, dan (8) toleran terhadap keambiguan.
Menurut Reason (dalam Sanjaya, 2008: 230), berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). “Mengingat” pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat
14
perolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antaraspek dalam memori. Kemampuan berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi. Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransfer informasi-informasi dalam memori kita.
Kemampuan berpikir kritis dapat dilatih pada siswa melalui pendidikan berpikir yaitu melalui belajar penalaran, dimana dalam proses berpikir tersebut diperlukan keterlibatan aktivitas pemikir itu sendiri. Salah satu pendekatan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis adalah memberi sejumlah pertanyaan, sambil membimbing dan mengkaitkannya dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya. Kemampuan dan indikator berpikir kritis lebih lanjut diuraikan pada tabel 1.
Tabel 1. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis
Kemampuan Berpikir Kritis
Sub Kemampuan
Berpikir Kritis Aspek 1. Memberikan
penjelasan sederhana
1. Memfokuskan pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu masalah
b. Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin
15
Kemampuan Berpikir Kritis
Sub Kemampuan
Berpikir Kritis Aspek alasan yang tidak dinyatakan
d. Mencari persamaan dan perbedaan e. Mengidentifikasi dan
menangani ketidakrelevanan f. Mencari struktur dari
sebuah
b. Apa yang menjadi alasan utama? c. Apa yang kamu
maksud dengan? d. Apa yang menjadi
contoh? g. Apa yang menjadikan
perbedaannya? h. Apa faktanya? i. Apakah ini yang
kamu katakan? j. Apalagi yang akan
kamu katakan tentang itu?
b. Mengurangi konflik
interest
c. Kesepakatan antar sumber
d. Reputasi e. Menggunakan
prosedur yang ada f. Mengetahui resiko g. Keterampilan
memberikan alasan h. Kebiasaan berhati-hati 5. Mengamati serta
mempertimbangkan suatu laporan hasil
a. Mengurangi
16
Kemampuan Berpikir Kritis
Sub Kemampuan
Berpikir Kritis Aspek observasi antara observasi
dengan laporan c. Laporan dilakukan
oleh pengamat sendiri d. Mencatat hal-hal yang
sangat diperlukan e. Penguatan
f. Kemungkinan dalam penguatan
g. Kondisi akses yang baik
h. Kompeten dalam menggunakan teknologi
i. Kepuasan pengamat atas kredibilitas kriteria
3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan deduksi
a. Kelas logika b. Mengkondisikan
logika
c. Menginterpretasikan pernyataan
7. Menginduksi dan mempertimbangkan
a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi
c. Mengaplikasikan konsep (prinsip-prinsip, hukum dan asas) definisi, dan juga dimensi
Ada 3 dimensi: a. Bentuk: sinonim,
klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan noncontoh b. Strategi definisi c. Konten (isi) 10.Mengidentifikasi
asumsi
17
Kemampuan Berpikir Kritis
Sub Kemampuan
Berpikir Kritis Aspek b. Asumsi yang
diperlukan:
rekonstruksi argumen 5. Strategi dan
taktik
11.Memutuskan suatu tindakan
a. Mendefinisikan masalah
b. Memilih kriteria yang mungkin sebagai solusi permasalahan c. Merumuskan
alternatif-alternatif untuk solusi
d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan e. Me-review
f. Memonitor implementasi 12.Berinteraksi dengan
orang lain
a. Memberi label b. Strategi logis c. Strategi retorik d. Mempresentasikan
suatu posisi, baik lisan atau tulisan Sumber : Ennis (dalam Costa, 1985: 54)
C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan proses mencapai tujuan, dengan
18
Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2012: 5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, serta apresiasi dan keterampilan yang berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Hasil belajar dapat diketahui dengan adanya evaluasi hasil belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Davies (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009: 201) evaluasi hasil belajar adalah sebagai kegiatan yang berupaya untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang
19
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application
(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan
evaluation (menilai). Domain afektif meliputi receiving (sikap menerima),
responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), dan characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi
initiatory, pre-routine, dan rountinized. Selain itu keterampilan psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap (Suprijono, 2012: 6).
Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh pakar pendidikan tidak hanya dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono, 2012: 7).
D. Kerangka Pikir
20
pendidik untuk mengembangkan pola belajar yang menekankan agar siswa merasa mengalami dan melakukan sesuatu dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak cenderung bersifat verbalistik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta mengoptimalkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan model discovery learning.
Penerapan model discovery learning yang tepat akan mempengaruhi cara berpikir siswa dan menciptakan proses pembelajaran yang dinamis dan efektif, dimana kondisi lingkungan di dalam kelas yang saling mendukung melalui belajar dalam kelompok kecil serta diskusi kelompok dalam kelas, siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran.
Discovery learning merupakan salah satu model dalam pembelajaran yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir, model pembelajaran ini memiliki potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir kritis siswa dan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya.
Pada penelitian ini akan digunakan model discovery learning untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem. Dengan model ini diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat dan mencapai hasil belajar yang optimal.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat. Dimana variabel bebasnya adalah pengaruh model pembelajaran discovery learning,
21
Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut:
Keterangan: X = Model pembelajaran Discovery Learning
Y1 = Kemampuan berpikir kritis
Y2 = Hasil Belajar
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Penerapan model pembelajaran discovery learning memiliki pengaruh
terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
Y1
X
22
III. METODE PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester genap pada bulan April Tahun Pelajaran 2014/2015, di MTs Negeri 1 Bandar Lampung.
B.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung, Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri atas 8 kelas. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel tidak didasarkan strata ataupun random namun untuk tujuan tertentu (Arikunto, 2006: 139-140). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIKK sebagai kelas
kontrol dan siswa kelas VIIA sebagai kelas eksperimen.
C.Desain Penelitian
23
Hasil pretest dan postest pada kedua kelas kemudian dibandingkan. Struktur dari desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
I O1 X O2
II O1 C O2
Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretest;
O2 = Postest; X = Perlakuan model pembelajaran discovery learning; C = Perlakuan metode diskusi kelompok
(Sugiyono, 2014: 10)
Gambar 2. Desain Control Group Pretest-Postest
D.Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut, sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke FKIP UNILA untuk sekolah tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti, untuk mengetahui kondisi awal nilai siswa serta mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi guru mata pelajaran IPA.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester genap yang akan
24
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap pertemuan.
f. Membuat instrumen evaluasi yaitu lembar kerja siswa (LKS) untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, soal uraian (pretest dan
postest) untuk mengetahui hasil belajar siswa, dan lembar persepsi siswa mengenai model pembelajaran discovery learning.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
discovery learning untuk kelas eksperimen dan metode diskusi kelompok untuk kelas kontrol. Penelitian ini direncanakan 2 kali pertemuan dengan membahas materi pokok ekosistem. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
1) Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan Model Discovery Learning) Pertemuan ke-1
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Sintaks Discovery Learning
Waktu 1.Pendahuluan
a. Guru memberikan soal
pretest materi pokok ekosistem kepada siswa. b. Guru memberikan Apersepsi:
Dengan menanyakan “Jika
kalian melihat kucing, apakah kucing selalu terlihat bersama dalam jumlah kelompok yang
besar?” dan “Apakah air termasuk makhluk hidup?”
a. Siswa mengerjakan soal
pretest dengan jujur dan teliti.
b. Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan memperhatikan motivasi yang diberikan.
25
Motivasi:
Menjelaskan bahwa setelah mempelajari KD 7.1 siswa dapat menjelaskan satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan menjelaskan komponen-komponen ekosistem.
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok dengan jumlah anggota 4-5 siswa. b. Guru membagikan Lembar
Kerja Siswa (LKS) materi satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan komponen-komponen ekosistem, yang berisi permasalahan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi. c. Guru memperlihatkan
beberapa video mengenai satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan komponen-komponen ekosistem.
d. Guru meminta siswa untuk menggali informasi, sesuai petunjuk dalam LKS mengenai satuan makhluk hidup dan komponen-komponen ekosistem. e. Guru meminta siswa
menganalisis setiap data yang diperoleh.
f. Guru meminta siswa mendiskusikan bersama kelompok hasil pengamatan yang mereka lakukan, menjawab dan melengkapi pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS.
a. Siswa mengondisikan diri duduk dengan kelompoknya. b. Siswa menerima
LKS dari guru dan mendengarkan penjelasan dari guru.
c. Siswa memperhatikan video yang diberikan oleh guru.
d. Siswa menggali informasi.
e. Siswa menganalisis data yang diperoleh.
f. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya dan menjawab
26
g. Guru berkeliling dalam membimbing siswa mengerjakan LKS. h. Guru meminta siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas. Persentasi di lakukan kelompok 1- 8.
h. Siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Menyimpulkan
3. Kegiatan Penutup a. Guru bersama siswa
membuat kesimpulan dari materi satuan makhluk hidup dan komponen-komponen ekosistem.
b.Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berkinerja baik.
c. Guru menugaskan siswa membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
a. Siswa bersama guru membuat kesimpulan.
b. Siswa menerima Penghargaan
c. Siswa melaksanakan tugas membaca.
5 menit
Pertemuan ke-2
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Sintaks Discovery Learning
Waktu 1. Pendahuluan
a. Guru memberikan Apersepsi:
Dengan menanyakan “Apa yang
terjadi pada hewan pemakan tumbuhan jika tumbuhan
menjadi langka atau habis?” dan “Apakah kupu-kupu dapat bertahan hidup jika tidak
menghisap nektar bunga?”
Motivasi:
Menjelaskan bahwa setelah mempelajari KD 7.1 ini siswa dapat menjelaskan aliran energi pada makhluk hidup dan menjelaskan pola interaksi organisme.
a. Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan memperhatikan motivasi yang diberikan.
27
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok dengan jumlah anggota 4-5 siswa. b. Guru membagikan Lembar
Kerja Siswa (LKS)
mengenai aliran energi pada makhluk hidup dan pola interaksi organisme, yang berisi permasalahan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi.
c. Guru memperlihatkan beberapa video aliran energi pada makhluk hidup dan pola interaksi organisme. d. Guru meminta siswa untuk
menggali informasi, sesuai petunjuk dalam LKS mengenai aliran energi pada makhluk hidup dan pola interaksi organisme. e. Guru meminta siswa
menganalisis setiap data yang diperoleh.
f. Guru meminta siswa mendiskusikan bersama kelompok hasil pengamatan yang mereka lakukan, menjawab dan melengkapi pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS.
g. Guru berkeliling dalam membimbing siswa mengerjakan LKS. h. Guru meminta siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas. Persentasi di lakukan kelompok 1- 8.
a. Siswa mengondisikan diri duduk dengan kelompoknya. b. Siswa menerima
LKS dari guru.
c. Siswa memperhatikan video yang diberikan oleh guru.
d. Siswa menggali informasi.
e. Siswa menganalisis data yang diperoleh.
f. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya dan menjawab
28
3. Penutup
a. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan. b.Guru memberikan
penghargaan kepada kelompok yang berkinerja baik. c. Guru mengkondisikan
siswa untuk
c. Siswa mengerjakan soal
postest.
20 menit
2) Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan Metode Diskusi Kelompok) Pertemuan ke-1
Kegiatan Guru Kegiatan siswa Waktu 1. Pendahuluan
a. Guru memberikan soal pretest materi pokok ekosistem.
b. Guru memberikan Apersepsi:
Dengan menanyakan “Jika kalian melihat
kucing, apakah kucing selalu bersama
dalam jumlah kelompok yang besar?” dan “Apakah air termasuk makhluk hidup?”
Motivasi:
Menjelaskan bahwa setelah mempelajari KD 7.1 ini siswa dapat menjelaskan satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan menjelaskan komponen-komponen ekosistem.
a. Siswa mengerjakan soal pretest. b. Siswa menjawab pertanyaan dari
guru dan memperhatikan motivasi yang diberikan.
20 menit
2. Kegiatan inti
a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok dengan jumlah anggota 4-5 siswa.
b. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) materi satuan makhluk
a. Siswa mengondisikan diri duduk dengan kelompoknya. b. Siswa menerima LKS dari guru.
29
hidup dalam ekosistem dan komponen-komponen ekosistem, yang berisi permasalahan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi.
c. Guru menjelaskan materi mengenai satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan komponen-komponen ekosistem dengan menggunakan slide power point.
d. Guru meminta siswa untuk menggali informasi, sesuai petunjuk dalam LKS mengenai satuan makhluk hidup dan komponen-komponen ekosistem. e. Guru meminta siswa menganalisis
setiap data yang diperoleh. f. Guru meminta siswa mendiskusikan
bersama kelompok hasil pengamatan yang mereka lakukan, menjawab dan melengkapi pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS.
g. Guru berkeliling dalam membimbing siswa mengerjakan LKS.
h. Guru meminta siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas. Persentasi di lakukan kelompok 1–8.
c. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru.
d.Siswa menggali informasi.
e. Siswa menganalisis data yang diperoleh.
f. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya dan menjawab pertanyaan yang ada di LKS.
h. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
3. Penutup
a. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berkinerja baik.
b. Guru bersama siswa menarik
kesimpulan dari materi satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan komponen-komponen ekosistem.
c. Guru menugaskan siswa membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
a. Siswa menerima penghargaan. b. Siswa bersama guru menarik
kesimpulan dari materi yang telah dibahas.
c. Siswa melaksanakan tugas membaca.
30
Pertemuan ke-2
Kegiatan Guru Kegiatan siswa Waktu 1. Pendahuluan
a. Guru memberikan Apersepsi:
Dengan menanyakan “Apakah yang terjadi
pada hewan pemakan tumbuhan jika
tumbuhan menjadi langka atau habis?” dan “Apakah kupu-kupu dapat bertahan hidup
jika tidak menghisap nektar bunga?”.
Motivasi:
Menjelaskan bahwa setelah mempelajari KD 7.1 ini siswa dapat menjelaskan aliran energi pada makhluk hidup dan
menjelaskan pola interaksi organisme.
a. Siswa menjawab pertanyaan dari guru dan memperhatikan motivasi yang diberikan.
10 menit
2. Kegiatan inti
a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok dengan jumlah anggota 4-5 siswa.
b. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai aliran energi pada makhluk hidup dan pola interaksi organisme, yang berisi permasalahan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi.
c. Guru menjelaskan materi mengenai aliran energi pada makhluk hidup dan pola interaksi antar makhluk hidup dengan menggunakan slide power point.
d. Guru meminta siswa untuk menggali informasi, sesuai petunjuk dalam LKS mengenai aliran energi pada makhluk hidup dan pola interaksi organisme. e. Guru meminta siswa menganalisis
setiap data yang diperoleh.
f. Guru meminta siswa mendiskusikan bersama kelompok hasil pengamatan yang mereka lakukan, menjawab dan melengkapi pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS.
a. Siswa mengondisikan diri duduk dengan kelompoknya. b. Siswa menerima LKS dari guru.
c. Siswa memperhatikan penjelasan guru.
d. Siswa menggali informasi.
e.Siswa menganalisis data yang diperoleh.
f.Siswa berdiskusi bersama kelompoknya dan menjawab pertanyaan yang ada di LKS.
31
g. Guru berkeliling dalam membimbing siswa mengerjakan LKS.
h. Guru meminta siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke depan kelas. Persentasi di lakukan kelompok
1–8.
h. Siswa mempresentasikan hasil diskusi
3. Kegiatan Penutup
a. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berkinerja baik.
b. Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari materi aliran energi dalam ekosistem dan pola interaksi antar organisme.
c. Guru mengkondisikan siswa untuk melaksanakan test akhir (postest)
untuk materi pokok ekosistem.
a. Siswa menerima penghargaan.
b. Siswa bersama guru menarik kesimpulan dari materi yang
E.Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 1) Jenis Data
a. Data Kualitatif
Berupa persentase kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari lembar kerja siswa (LKS) dan persepsi siswa mengenai model pembelajaran
discovery learning.
b. Data Kuantitatif
32
N –gain (%) =
X 100 %
Keterangan: X = nilai postest
Y = nilai pretest
Z = skor maksimum
2) Teknik Pengumpulan Data
Data diambil dengan menggunakan instrumen penelitian berupa: persepsi siswa mengenai model pembelajaran discovery learning, lembar penilaian
kemampuan berpikir kritis siswa, dan lembar soal pretest dan postest.
a.Persepsi Siswa Mengenai Model Pembelajaran Discovery Learning
Persepsi siswa mengenai model pembelajaran discovery learning berisi semua aspek kegiatan diambil setelah proses pembelajaran. Setiap siswa mengisi persepsi dengan cara memberi tanda (√) pada pernyataan setuju dan tidak setuju.
Tabel 2. Pernyataan Persepsi Siswa Mengenai Model Pembelajaran
Discovery Learning
No. Pernyataan S TS 1. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning
membuat saya mudah untuk menuliskan argumen tentang perbedaan individu, populasi, dan komunitas.
2. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat memberikan argumen tentang perbedaan antara ekosistem alami dan ekosistem buatan.
3. Setelah melakukan pengamatan, saya tidak dapat
memberikan argumen tentang keterkaitan antara komponen biotik dan biotik, komponen biotik dan abiotik, maupun komponen abiotik dan abiotik.
33
5. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning
membuat saya dapat memberikan argumen tentang jenis interaksi antar makhluk hidup.
6. Menurut saya melakukan pengamatan sangat diperlukan karena dari pengamatan tersebut saya dapat menentukan individu, populasi, dan komunitas.
7. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning tidak membuat saya dapat menuliskan definisi dari komponen biotik dan abiotik maupun menuliskan contoh dari masing-masing komponen.
8. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan definisi dari komponen biotik dan abiotik serta contoh dari masing-masing komponen.
9. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan definisi dari rantai makanan dan jaring-jaring makanan serta menuliskan rangkaian peristiwa rantai makanan dan jaring-jaring makanan.
10. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning tidak dapat membuat saya menuliskan definisi dari interaksi maupun menuliskan jenis-jenis interaksi antar makhluk hidup.
11. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan contoh individu, populasi dan komunitas sehingga saya dapat menuliskan definisi individu, populasi, dan komunitas. 12. Setelah melakukan pengamatan, saya justru tidak dapat
menuliskan contoh individu, populasi, dan komunitas sehingga saya tidak dapat menuliskan definisi individu, populasi, dan komunitas.
13. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning justru membuat saya kebingungan dalam menuliskan jenis-jenis ekosistem dan definisi dari ekosistem.
14. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning tidak dapat membuat saya menuliskan jenis-jenis interaksi sehingga saya tidak mengetahui definisi dari interaksi. 15. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan
jenis-jenis interaksi sehingga saya mengetahui definisi dari interaksi.
16. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan perbedaan antara individu, populasi, dan komunitas. 17. Setelah melakukan pengamatan, saya tidak dapat
menuliskan perbedaan antara komponen biotik dan abiotik serta keterkaitan antara kedua komponen.
18. Setelah melakukan pengamatan, saya tidak dapat membedakan antara rantai makanan dan jaring-jaring makanan.
19. Setelah melakukan pengamatan, saya tidak dapat
menuliskan piramida makanan dan bingung dengan urutan saat membuat piramida makanan.
20. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat membedakan antara simbiosis mutualisme, simbiosis komensalisme, dan simbiosis parasitisme.
34
b. Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Lembar penilaian kemampuan berpikir kritis diperoleh dari skor jawaban LKS pada materi pokok ekosistem, dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Lembar penilaian kemampuan berpikir kritis siswa
No Responden
Aspek yang diamati
A B C D 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2 3 Dst
∑Xi
X
Kriteria
Berilah tanda checklist(√) pada setiap skor yang sesuai
(dimodifikasi dari Arikunto, 2012: 183)
Keterangan: A = melakukan induksi; B = melakukan evaluasi; C = melakukan deduksi; D = memberikan argumen.
c. Pretest dan Postest
Nilai pretest dilakukan pada pertemuan I, sedangkan nilai postest dilakukan pada akhir pertemuan II dengan bentuk soal uraian. Pretest yang diberikan pada awal pertemuan I, mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan
postest yang diberikan di akhir pertemuan.
Teknik penskoran nilai pretest dan postest yaitu dengan cara:
S =
x 100
Keterangan:
S = nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
35
F. Teknik Analisis Data
1) Pengolahan Persepsi Siswa Mengenai Model Pembelajaran Discovery Learning
Persepsi siswa berisi 20 pernyataan yang terdiri dari 11 pernyataan positif dan 9 pernyataan negatif. Jumlah skor setiap pernyataan dihitung dalam bentuk persentase. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1. Menghitung skor persepsi pada setiap jawaban siswa yang sesuai dengan ketentuan pada Tabel 4.
Tabel 4. Skor setiap jawaban siswa
Sifat Pernyataan Skor
1 0
Positif S TS
Negatif TS S
Sumber: dimodifikasi dari Shintia (2013: 3) Keterangan:
S = Setuju TS = Tidak Setuju
Menghitung persentase jawaban siswa dengan rumus:
100% S
S %X
maks
in
xKeterangan: %Xin= Persentase jawaban siswa,
S= Jumlah skor jawaban, Smaks= Skor maksimum yang diharapkan36
2. Melakukan tabulasi data temuan pada persepsi berdasarkan klasifikasi yang dibuat, dimana bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan pada persepsi, seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Persepsi Siswa Mengenai model pembelajaran discovery learning
No. Pernyataan
Pilihan Jawaban
Nilai Responden
(siswa) Persentase (%)
1 2 3 dst
1 S
TS
Dst S
TS
Sumber: dimodifikasi dari Arikunto (2012: 224)
3. Menafsirkan atau menentukan kategori persentase persepsi sesuai klasifikasi pada Tabel 6.
Tabel 6. Kriteria Tingkat Persepsi Siswa Mengenai Model Pembelajaran Discovery Learning
No. Persentase (%) Kriteria
1. 100 Semuanya
2. 76 – 99 Sebagian besar
3. 51 – 75 Pada umumnya
4. 50 Setengahnya
5. 26 – 49 Hampir setengahnya
6. 1 – 25 Sebagian kecil
7. 0 Tidak ada
37
2) Pengolahan Skor Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Skor kemampuan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran
berlangsung merupakan skor yang diambil melalui jawaban yang ada pada LKS yang dikerjakan oleh siswa. Skor tersebut dianalisis dengan
menggunakan indeks kemampuan berpikir kritis siswa. Langkah-langkah yang dilakukan, ialah sebagai berikut:
1. Menghitung persentase kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan rumus:
̅ = ∑ x 100 %
n
Ket :̅ = Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa
∑Xi = Jumlah skor kemampuan berpikir kritis yang diperoleh
n = Jumlah skor kemampuan berpikir maksimum (Purwanto, 2012: 102)
2. Menafsirkan atau menentukan kategori persentase kemampuan berpikir kritis siswa sesuai dengan kriteria pada Tabel 7.
Tabel 7. Kriteria persentase kemampuan berpikir kritis siswa
Sumber: (Purwanto, 2012: 103)
Persentase (%) Kriteria
87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99
0 – 49,99
38
3) Pengolahan Data Hasil Belajar
Nilai pretest, postest, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis menggunakan Uji t dengan program SPSS versi 17.
1. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas data dilakukan menggunakan Uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.
a. Hipotesis
H0 : Sampel berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
b. Kriteria Pengujian
Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga
yang lainnya (Susetyo, 2012: 148)
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua
keadaan atau populasi. Uji Homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher. Dengan rumus yang digunakan, yaitu:
F =
=
=
Keterangan: F = Homogenitas
= Varian antar kelompok = Varian dalam kelompok
a. Hipotesis
H0 = Kedua sampel memiliki varians yang sama
39
b. Kriteria Pengujian
Terima H0 jika harga Fhitung < Ftabel dan tolak H0 jika harga Fhitung >
Ftabel = 0,05 (Susetyo, 2012: 258)
3. Uji Hipotesis
Setelah melakukan Uji Normalitas dan Homogenitas data, analisis berikutnya menguji hipotesis yang dilakukan dengan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata dan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata dengan menggunakan program SPSS 17.
1. Uji Kesamaan Dua Rata – Rata a. Hipotesis
H0 = Rata – rata N-gain pada kedua kelas tidak berbeda secara
signifikan
H1 = Rata – rata N-gain pada kedua kelas berbeda secara signifikan
b. Kriteria Uji
Jika -ttabel < thitung < ttabel , maka H0 diterima
Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel , maka H0 ditolak
(Pratisto, 2007: 13)
2. Uji Perbedaan Dua Rata – Rata a. Hipotesis
H0 = Rata – rata N-gain pada kedua kelas tidak berbeda secara
signifikan
H1 = Rata – rata N-gain pada kedua kelas berbeda secara signifikan
b. Kriteria Uji
Jika -ttabel < thitung < ttabel , maka H0 diterima
Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel , maka H0 ditolak
40
4. Uji U Mann Whitney
Uji U Mann Whitney dilakukan jika skala pengukuran lebih rendah dari skala interval dan asumsi distribusi normalitas sampel dan homogenitas tidak terpenuhi.
a. Hipotesis
H0 = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol.
H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol.
b. Kriteria pengujian
Jika p-value > 0,05 maka H0 diterima dan jika p-value ≤ 0,05 maka H0
50
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran discovery learning sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok ekosistem.
2. Penerapan model pembelajaran discovery learning sangat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Untuk calon peneliti berikutnya dalam pelaksanaan penelitian sebaiknya
diperhatikan waktu pelaksanaan tiap sintaks sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam RPP.
2. Untuk guru IPA dalam proses pembelajaran menggunakan model
discovery learning siswa diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok sehingga guru harus pandai mengendalikan kondisi kelas
51
3. Untuk siswa pada saat proses pembelajaran agar lebih fokus sehingga hasil yang dicapai akan lebih optimal.
4. Untuk sekolah agar dapat memberikan masukan kepada guru-guru lainnya untuk mencoba menggunakan model pembelajaran discovery learning
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. 413 hlm.
________. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. 344 hlm.
Althaf, R. 2013. Angket Berpikir Kritis. (Online), (http://www.slideshare.net/ rosyidalthaf/angket-berpikir-kritis-ok, diakses pada 07 Maret 2015; 19.10 WIB).
Costa, A.L. 1985. Developing Minds A Resource Book For Teaching Thinking. Association for Supervision and Curriculum Development. Virginia. 592 hlm. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
298 hlm.
Djamarah, S.B. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta. 238 hlm.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Jakarta. 472 hlm.
Janariani. 2014. Pengaruh Keterampilan Bertanya dalam Remediasi Miskonsepsi Berbasis Pendekatan Saintifik. (Online), (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/ jpdpb/article/viewFile/6207/6343, diakses pada 20 Januari 2015; 17.55 WIB). Johnson, E.B. 2007. Contextual Teaching and Learning. MLC. Bandung. 259 hlm. Kurniasih, I dan B. Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013
53
Loranz, D. 2008. Gain Skor. (Online), (http://www.tmcc.edu./up/acstu/assesment/ downloads/document/reports/archives/discpline/0z08/SLOAPHYSDispline Rep0708.pdf, diakses pada 9 Desember 2014; 16.35 WIB).
Muhfahroyin. 2009. Critical Thinking as a Core Skill, the Ability to ThinkCritically is a Key Skill for Academic Success. (Online), (http://zanikhan.multiply.com/ journal/item/5570, diakses pada 21 November 2014; 20.10 WIB).
Pratiwi, F.A. 2014. Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dan Pendekatan Saintifik Terhadap Ketrampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.
(Online), (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/6488/6712,
diakses pada 13 Januari 2015; 16.12 WIB).
Prayoga, Z.N. 2013. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan dengan Pendekatan Ketrampilan Proses Sains.
(Online), (http://lib.unnes.ac.id/19004/1/4401409022.pdf, diakses pada 21 Januari 2015; 19.55 WIB).
Pratisto, A. 2007. Cara Mudah Mengevaluasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara. Jakarta. 340 hlm.
Purwanto, C.E. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Learning Pada Materi Pemantulan Cahaya Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis. (Online), (http://journal.unnes.ac.id, diakses pada 20 April 2015; 21.55 WIB). Purwanto, M.N. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja
Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.
Riyanto, Y. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana. Jakarta. 310 hlm. Sanjaya, W. 2008. Perancangan dan Desain Sistem Pembelajaran. Prenada Media
Group. Jakarta. 300 hlm.
Shintia, D. 2013. Kelayakan Teoritis Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berpikir Kritis Pada Materi Pencernaan Makanan di SMP. (Online),
(http://ejournal.unesa.ac.id/article/12471/37/article.doc, diakses pada 06 Maret 2015; 10.50 WIB).
Siregar, S. 2014. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Bumi Aksara. Jakarta. 538 hlm.
Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
54
Susetyo, B. 2012. Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Rafika Aditama. Bandung. 250 hlm.
Syaadah, E. 2013. Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu pada Tema Air dan Kesehatan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. (Online),
(http://repository.upi.edu/4351/1/S_FIS_0800553_Title.pdf, diakses pada 23 Januari 2015; 22.10 WIB).
Wulandari, A.M. 2013. Pengaruh Pendekatan Guided Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika.(Online),