• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

(PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan)

Oleh

FERTIKA DWI YOSWITA

Hasil observasi di kelas VII SMP Negeri 26 Bandar Lampung, diketahui bahwa hasil

belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk meningkatkan

aktivitas dan kemampuan berpikir kritis siswa, salah satunya dengan menggunakan

model PBL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

PBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes

non-equivalen.Sampel penelitian adalah siswa kelas VII E dan VII F yang dipilih dari

populasi secara cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif

dan kualitatif. Data kuantitatif berupa data kemampuan berpikir kritis siswa yang

diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes dan N-gain yang dianalisis secara statistik

menggunakan uji Mann-Withney U melalui bantuan program SPSS 17. Data kualitatif

berupa aktivitas belajar siswa, dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan

(3)

Hasil aktivitas belajar siswa rata-rata berkriteria tinggi. Pada aspek bekerjasama

dengan teman (82,35%); melakukan kegiatan diskusi (76,96%); mempresentasikan

hasil diskusi kelompok (87,75%). Hasil kemampuan berpikir kritis juga mengalami

peningkatan dengan rata-rata nilai pretes (53,38%); postes (68,88%); N-gain

(32,57%). Selain itu, semua siswa memberikan tanggapan positif terhadap

penggunaan model PBL. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model PBL

berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

(4)
(5)
(6)
(7)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... .xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

F. Kerangka Pikir ... 6

G. Hipotesis ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran PBL ... 9

B. Kemampuan Berpikir Kritis ... 14

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

B. Populasi dan Sampel ... 20

C. Desain Penelitian ... 21

D. Prosedur penelitian ... 21

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Teknik Analisis Data ... 28

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35

(8)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN 1. Silabus ... 51

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 55

3. Lembar Kerja Siswa ... 71

4. Soal Pretes dan Postes ... 101

5. Data Hasil Penelitian ... 108

6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 119

(9)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah “malas berpikir”

mereka cenderung menjawab suatu pertanyaan dengan cara mengutip buku

atau bahan pustaka lain tanpa mengemukakan pendapat atau analisisnya

terhadap pendapat tersebut. Bila keadaan ini berlangsung terus maka peserta

didik akan mengalami kesulitan mengaplikasikan pengetahuan yang

diperolehnya di kelas dengan kehidupan nyata. Pembelajaran di kelas hanya

untuk memperoleh nilai ujian dan nilai ujian tersebut belum tentu relevan

dengan tingkat pemahaman mereka. Salah satu proses berpikir yang

kompleks adalah berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan

kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi

efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya, berpikir kritis juga telah lama

menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942 (Achmad, 2007:32).

Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan

guru biologi kelas VII dan observasi di SMP N 26 Bandar Lampung diketahui

bahwa pencapaian hasil belajar biologi untuk materi pokok pengelolaan

lingkungan selama ini masih rendah. Ini ditunjukkan dari nilai rata-rata kelas

(10)

2

pengelolaan lingkungan yaitu 6,0. Rata-rata tersebut belum memenuhi standar

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Standar yang ditentukan sekolah untuk

pelajaran biologi adalah ≥ 70. Berdasarkan hasil diskusi tersebut didapatkan

informasi bahwa rendahnya nilai rata-rata biologi tersebut diduga karena

pembelajaran yang selama ini dilakukan cenderung menyebabkan siswa lebih

banyak menerima informasi dari guru, dan kurang memberikan kesempatan

bagi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan dalam berpikir kritis.

Model pembelajaran yang biasanya digunakan untuk materi pokok

pengelolaan lingkungan adalah diskusi, tanya jawab, dan ditutup dengan

pemberian tugas serta latihan. Kelemahan diskusi yang digunakan oleh guru

selama ini adalah tidak semua siswa dapat berperan aktif dalam proses

pembelajaran. Kondisi seperti ini menurut Hasnunidah (2009:1) tidak

memberdayakan siswa untuk mau berpikir dan mampu berbuat untuk

memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan

interaksi dengan lingkungannya, sehingga tidak akan bisa membangun

kemampuan berpikir kritis, pemahaman, dan pengetahuannya terhadap dunia

di sekitarnya (learning to how dan learning to know).

Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu model pembelajaran yang diduga

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah model PBL.

PBL adalah alternatif model pembelajaran inovatif yang dikembangkan

berlandaskan paradigma konstruktivisme. Esensi dari model pembelajaran

tersebut adalah reorientasi pembelajaran dari semula berpusat pada guru

(11)

3

masalah memberikan peluang pemberdayaan potensi berpikir peserta didik

dalam aktivitas-aktivitas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan

dalam konteks kehidupan dunia nyata yang kompleks (Adyana, 2009:55).

PBL dapat melatih dan mendorong siswa berpikir dan bekerja daripada hanya

menghafal dan bercerita. Hal tersebut sesuai dengan rumusan mengenai PBL

yang dikemukakan oleh Dutch (Amir, 2009:21) yaitu PBL mempersiapkan

peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis. Begitu pula menurut Rudito

dan Susento (2009:72) yang menyatakan bahwa dalam langkah pembelajaran

PBL terhadap eksplorasi (penjelajahan) yaitu, memberi kesempatan kepada

siswa untuk memecahkan masalah dengan strategi yang diciptakan sendiri

oleh siswa. Hal ini tentu akan membuat siswa untuk berpikir termasuk di

dalamnya adalah berpikir kritis. Selain itu didukung oleh salah satu

penelitian yang menggunakan model PBL Relista (2011:10) bahwa

penggunaan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan suatu penelitian

pendidikan mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based

Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok

(12)

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok pengelolaan

lingkungan?

2. Apakah model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap aktivitas belajar

siswa pada materi pokok pengelolaan lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh model pembelajaran PBL terhadap kemampuan berpikir kritis

siswa pada materi pokok pengelolaan lingkungan.

2. Pengaruh model pembelajaran PBL terhadap aktivitas belajar siswa pada

materi pokok pengelolaan lingkungan.

D. Manfaat Penelitian

(1) Bagi Siswa

Menyiapkan siswa agar memiliki kemampuan berpikir kritis, sehingga

diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.

(2) Bagi Peneliti

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman mengajar sebagai

(13)

5

(3) Bagi Guru

Guru memperoleh tambahan pengetahuan tentang teknik merancang dan

mengimplementasikan model pembelajaran, sehingga diharapkan agar

guru lebih inovatif dalam mengembangkan model-model pembelajaran.

(4) Bagi sekolah

Memberikan masukan untuk menggunakan model pembelajaran yang

lebih optimal dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa, sumbangan informasi dan ide pemikiran dalam upaya

peningkatan mutu dan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut.

E. Ruang Lingkup Penelitian

(1) Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII semester genap SMP N 26

Bandar Lampung.

(2) Materi pokok pada penelitian ini adalah pengelolaan lingkungan yang

terdapat pada KD 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan

lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

(3) Model pembelajaran yang digunakan adalah model PBL.

(4) Kemampuan berpikir kritis diperoleh dari hasil pretes dan postes pada

materi pokok pengelolaan lingkungan.

(5) Indikator kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah: (1)

merumuskan masalah; (2) berhipotesis; (3) menginterpretasi

(14)

6

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran akan lebih bermakna ketika pembelajaran itu dapat mudah

diingat dan dipahami oleh peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang

mudah diingat dan dipahami oleh siswa yaitu model pembelajaran berbasis

masalah atau model PBL. Apabila dalam proses pembelajaran dapat

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa maka secara teori hasil

belajar siswa dapat meningkat.

Permasalahan yang diberikan melalui model di atas akan menstimulus siswa

untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut, sehingga siswa menemukan

berbagai cara atau jalan dari permasalahan yang diberikan. Proses pencarian

solusi itu dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dimana siswa

akan termotivasi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Apabila

motivasi siswa tinggi maka dalam penyelesaian masalah tersebut akan

berhasil, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat

tercapai. Tujuan dari proses belajar tidak lain adalah hasil belajar yang

merujuk kepada prestasi belajar siswa.

Pada umumnya siswa yang menggunakan kemampuan berpikir kritis dengan

baik akan memiliki motivasi agar dapat menyelesaikan masalah dengan baik,

dapat menentukan tujuan belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian

tujuan belajar, dan memilih alternatif untuk mencapai tujuan belajar tersebut.

Kemampuan berpikir kritis yang timbul dari dalam diri siswa diharapkan

akan menuju kekreatifan di mana siswa dapat menemukan berbagai solusi

(15)

7

Jadi model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap kemampuan berpikir

kritis dan hasil belajar siswa, di mana apabila pembelajaran menggunakan

model PBL maka kemampuan berpikir kritis siswa akan tinggi. Beberapa

model pembelajaran yang dapat memberdayakan kemampuan berpikir kritis

adalah PBL.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat, di mana

variabel bebasnya adalah model pembelajaran PBL, sedangkan variabel

terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok

pengelolaan lingkungan. Hubungan antara variabel tersebut digambarkan

dalam diagram di bawah ini.

Gambar 1. Diagram Kerangka pikir Keterangan : X: model pembelajaran PBL dan Y:

kemampuan berpikir kritis

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Pengaruh model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap aktivitas

belajar siswa pada materi pokok pengelolaan lingkungan.

2. H0 = Tidak ada pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran

PBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok

pengelolaan lingkungan.

(16)

8

= Ada pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran PBL terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa pada materipokok pengelolaan

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran PBL

Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan

kenyataan.Dalam konteks pembelajaran biologi masalah dipandang sebagai

suatu kondisi yang sengaja diciptakan agar siswa dituntut untuk

menyelesaikan persoalan-persoalan biologi yang belum pernah dikerjakan

sebelumnya dan siswa belum memahami cara pemecahannya. Artinya

persoalan itu masih baru bagi siswa meskipun proses atau pengetahuan yang

sudah dimilikinya dapat digunakan sebagai pengalaman untuk

memecahkannya.

Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran

telah menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik

untuk kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan perubahan paradigma

belajar tersebut terjadi perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar

yang berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa. Dengan kata

lain, ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi

(18)

10

belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif

mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran

yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi

yang berorientasi pada masalah dunia nyata. Menurut Nurhadi (2003:56)

PBLadalah: Suatu model pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Menurut Pannen (2001:86) PBL mempunyai 5 asumsi utama yaitu:

(1) Permasalahan sebagai pemandu. Permasalahan menjadi acuan yang harus

menjadi perhatian siswa dan kerangka berpikir bagi siswa dalam mengerjakan

tugas; (2) Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi. Permasalahan

disajikan kepada siswa setelah penjelasan diberikan;

(3) Permasalahan sebagai contoh. Permasalahan digunakan untuk

menggambarkan teori, konsep, prinsip dan dibahas dalam diskusi kelompok;

(4) Permasalahan sebagai sarana untuk melatih siswa dalam bernalar dan

berpikir kritis; (5) Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dikatakan bahwa dalam pembelajaran

berbasis masalah ini pada dasarnya siswa dilibatkan pada suatu masalah

dalam materi pembelajaran dan siswa diharapkan terlibat aktif dalam proses

(19)

11

Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat

tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk didalamnya belajar

bagaimana belajar. Menurut Ibrahim (2003:55)pembelajaran berbasis masalah

dikenal dengan nama lain seperti ProjectBased teaching (Pembelajaran

berbasis proyek). Experience-Based Education (Pendidikan berdasarkan

pengalaman), Authentic learning (Pembelajaran Autentik) dan Anchored

Instruction (pembelajaran berakar pada kehidupan nyata).

Adapun ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah yang dikemukakan oleh

Yassa (2002:23). Yassa mengemukakan beberapa ciri penting dari

pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut:

(1) Tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan melibatkan

siswa dalam pola pemecahan masalah, sehingga siswa diharapkan mampu

mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung dalam

mengidentifikasi masalah;(2) Adanya keberlanjutan permasalahan dalam hal

ini ada dua tuntutan yang harus dipenuhi yaitu: pertama, masalah harus

memunculkan konsep dan prinsip yang relevan dalam kandungan materi yang

dibahas. Kedua, permasalahan harus bersifat real sehingga dapat melibatkan

siswa tentang kesamaan dengan suatu permasalahan; (3) Adanya presentasi

permasalahan, siswa dilibatkan dalam mempresentasikan permasalahan

sehingga siswa merasa memiliki permasalahan tersebut; (4) Pengajar

berperan sebagai tutor dan fasilitator. Dalam posisi ini maka peran dari

fasilitator adalah mengembangkan kreatifitas berpikir para siswa dalam

bentuk keahlian dalam pemecahan masalah dan membantu siswa untuk

(20)

12

Berdasarkan pendapat diatas dikatakan bahwa dalam pembelajaran berbasis

masalah membuat siswa menjadi mandiri, artinya siswa dapat memilih

strategi belajar yang sesuai,terampil menggunakan strategi tersebut untuk

belajar dan secara otomatis siswa dapat mengontrol proses belajarnya, serta

siswa termotivasi untuk menyelesaikan masalah dalam proses

pembelajarannya.

Implementasi pembelajaran dengan model PBL dirancang dengan struktur

pembelajaran menurut Yassa (2002:24), sintaks pembelajaran PBL adalah

sebagai berikut:

(1)Orientasi siswa kepada masalah; (2) Mengorganisasi siswa untuk belajar;

(3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; (4)

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

PBL memberikan peluang bagi siswa untuk membangun kecakapan hidup

(life skill), mengatur diri sendiri (self directed), berpikir metakognitif

(reflektuf dengan pikiran dan tindakannya), berkomunikasi dan berbagai

kecakapan terkait. Dalam PBL, siswa akan meningkat kecakapan pemecahan

masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkatkan pemahamannya,

meningkatkan pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktek,

mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan

(21)

13

Berdasarkan pendapat menurutRatnaningsih (2003:126) mengemukakan

bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan

pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

(1) Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan

sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain,

menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong siswa untuk mampu

menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukan dugaan

dan rencana penyelesaian; (2) Inkuiri dan investigasi (inquiry dan

investigation) yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribusikan

informasi; (3) Performansi (performance) yaitu menyajikan temuan; (4)

Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan

refleksi terhadap proses pemecahan masalah.

Berdasarkan pendapat diatas dikatakan bahwa dalam pembelajaran berbasis

masalah siswa memahami konsep suatu materi dimulai dari belajar dan

bekerja pada situasi masalah yang disajikan pada awal pembelajaran,

sehingga siswa diberi kebebasan berpikir dalam mencari solusi dari situasi

masalah yang diberikan. Siswa secara individu akan meningkat kecakapannya

dalam menyelesaikan masalah, mudah mengingat, meningkat pemahamannya

(22)

14

B. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang

digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil

keputusan, membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah.

Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang

terorganisasi. Menurut Reason dalam Sanjaya (2006:228) mengemukakan

bahwa berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari

sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending).

“Mengingat” pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu

yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan,

sedangkan “memahami” memerlukan perolehan apa yang didengar dan

dibaca serta melihat keterkaitan antar aspek dalam memori. Kemampuan

berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di

luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang

untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi.

Beberapa pengertian berpikir kritis yang dikutip dalam Achmad (2007:35)

adalah:

a. Berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif

dalam menentukan tujuan (Halpen, 1996:44).

b. Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau

berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus

(23)

15

Chaffee dalam Johnson (2009:35) mendefinisikan berpikir kritis sebagai

berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri.

Maksudnya tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti

bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika.

Kemampuan berpikir kritis menurut Ennis (2011:10) mencakup kemampuan

memberikan penjelasan dasar,membangun keterampilandasar, menyimpulkan,

membuat penjelasan lebih lanjut serta mengatur strategi dan taktik,

selanjutnya dijelaskan menjadi aspek-aspek agar lebih terperinci sesuai tabel

1.

Tabel 1. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis Kemampuan

Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek

(24)

16

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek

f. Mencari struktur dari sebuahpendapat/argu

b. Apa yang menjadi

alasan utama?

c. Apa yang kamu

maksud dengan?

d. Apa yang menjadi

contoh?

g. Apa yang menjadikan

perbedaannya?

h. Apa faktanya?

i. Apakah ini yang

kamu katakan?

j. Apalagi yang akan

kamu katakan tentang d. Mencatat hal-hal yang

sangat diperlukan

(25)

17

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek

f. Kemungkinan dalam

penguatan

g. Kondisi akses yang

baik

3. Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan

mempertimbangkan

a. Latar belakang fakta

b. Konsekuensi

a. Alasan yang tidak dinyatakan

(26)

18

Kemampuan Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek

solusi permasalahan

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial

untuk kehidupan.Kemampuan berpikir kritis dapat menjadi penentu

kemampuan siswa dalam menjawab permasalahan yang ada pada saat

mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hence critical thinking is necessary and important for every person. It depends on the thinking styles of person and varies from each others. Critical thinking is important for learning process. Without critical

thinking learning is not complete. For better learning in classroom critical thinking strategies should be used. In the classroom activities critical thinking must be applied by the teacher. Critical thinking helps students and teachers for improvement of their knowledge, skill and attitude in the field of their profession.

(27)

19

Ada beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Untuk

meningkatkan berpikir kritis maka diperlukan suatu rangsangan agar

seseorang mampu untuk berpikir kritis, dalam hal ini diperlukan suatu

masalah untuk mengetahui sejauh mana seseorang mampu untuk berpikir

kritis. Dalam Sholihah (2011:30-32), cara untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis di dalam kelas atau ketika berinteraksi dengan orang lain,

meliputi: membaca dengan kritis sehingga dapat meningkatkan daya analisis

terhadap kalimat yang dibacanya, mengembangkan kemampuan observasi

dengan mengoptimalkan indra untuk mendapatkan informasi pada obyek yang

diamati,memunculkan rasa ingin tahu melalui bertanya mengenai suatu

masalah, memadukan antara pengetahuan awal dan baru setelah mendapatkan

informasi dan melakukan diskusi sehingga banyak memunculkan pertanyaan

dan jawaban.

Aspek-aspek kemampuan berpikir kritis yang akan dikembangkan pada materi

pengelolaan lingkungan dalam kompetensi dasar 7.4: mengaplikasikan peran

manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan

kerusakan lingkunganadalah: (1) merumuskan masalah, (2) berhipotesis, (3)

menginterpretasi pernyataan, (4) memberikan alasan dan (5) memberikan

solusi yang tepat. Aspek-aspek tersebut sesuai dengan desain masalah pada

model pembelajaran berdasarkan masalah sehingga dengan adanya masalah

diharapkan mampu mengembangkan kelima aspek kemampuan berpikir kritis

(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013,

yaitu pada bulan Meibertempat di SMP Negeri 26 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIIsemester genap

SMP Negeri 26 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri

dari VI kelas.Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random

sampling.Yang dimaksud cluster random sampling yaitu populasi tidak

terdiri dari individu-individu,melainkan terdiri dari kelompok-kelompok

individu atau kelas sebagai cluster (Margono, 2009:127). Diperoleh kelas VII

E yang berjumlah 34 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII F yang

(29)

21

C. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah kuasi eksperimen (eksperimen semu) dengan desain

pretes postes kelompok tak ekuivalen.Penelitian ini terdapat dua kelas, yaitu

kelas eksperimen dan kelas kontrol yang penguasaan materinya bersifat

homogen.Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan

model pembelajaran PBLsedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan

dengan menggunakan metode diskusi dan tiap kelas diberikan pretesserta

postesyang sama kemudian hasilnya dibandingkan berdasarkan nilai n gain

yang dinormalisasi (N gain).

Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok non ekuivalen Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1=

Pretes; O2 =Postes; X = Perlakuan menggunakanModel

Pembelajaran PBL, C = Perlakuan menggunakan metode diskusi kelompok(dimodifikasi dari Sukardi 2007:186).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap,yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian.

Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut adalah sebagai berikut :

1. Prapenelitian

a. Membuat izin penelitian pendahuluan ke FKIP untuk sekolah.

Kelas Pretes Perlakuan Postes

I O1 X O2

(30)

22

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya

penelitian,untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang

akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus,Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKK untuk setiap pertemuan.

e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretesdan postes.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran PBL untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas

kontrol.Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali

pertemuan.Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :

a. Kelas eksperimen(Pembelajaran dengan model PBL) . Kegiatan awal

 Guru memberikan pretes pada pertemuan pertama mengenai

materi pengelolaan lingkungan.

 Guru memberikanapersepsi :

Pertemuan I: “Mengapa sungai di perkotaan airnya berubah warna,

berbau busuk dan penuh sampah?”.

Pertemuan II:“Mengapa limbah industri tidak boleh langsung

(31)

23

Motivasi :

Pertemuan I : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui

berbagai macam kerusakan lingkungan,sehingga kita dapat berusaha

untuk menjaga lingkungan disekitar kita.

. pertemuan II : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui

berbagai upaya untuk melestarikan lingkungan,sehingga lingkungan

dapat terjaga hingga generasi selanjutnya.

siswa memperhatikan guru memberikan pengarahan sebelum

melaksanakan pembelajaran,misalnya menyampaikan tujuan yang

ingin dicapai,dan karakter yang ingin dicapai serta aturan-aturan

belajar yang ingin dilaksanakan.

Kegiatan inti :

 siswa dibagi menjadi 6 kelompok secara heterogen,masing-masing

kelompok terdiri dari 5 orang.

 siswa diberikan masalah dalam bentuk LKK pada siswa.Guru

membagikan kepada tiap kelompok dengan topikpermasalahan

yang berbeda tiap pertemuannya.Guru meminta siswa mencari

informasi untuk menjawab LKK sesuai dengan model yang telah

diberikan dan buku-buku biologi yang telah tersedia.

 Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam mengerjakan

LKK.

 Guru meminta siswa dari tiap masing-masing kelompok untuk

(32)

24

 Guru membahas soal-soal dalam LKK yang belum dapat

dipecahkan oleh siswa.

 Guru dan siswa secara bersama-sama menarik kesimpulan tentang

materi yang disampaikan.

 Guru meminta siswa mengumpulkan LKK yang telah dikerjakan.

Kegiatan Penutup

 Guru mengadakanpostespada pertemuan terakhir (pertemuan II)

berupa soal essay tentang pengelolaan lingkungan.

 pada pertemuan pertama dan kedua guru meminta siswa untuk

membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

 Guru menutup pelajaran dengan memberikan kesimpulan tentang

materi yang telah diajarkan

b.Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan metode diskusi) . Kegiatan awal

 Guru memberikan pretes pada pertemuan pertama mengenai materi

pengelolaan lingkungan.

Apersepsi :

 pertemuan 1 : “Mengapa sungai di perkotaan,airnya berubah

warna,berbau busuk dan penuh sampah?”.

 pertemuan II: “Mengapa limbah industri tidak langsung dibuang ke

(33)

25

Motivasi :

 Pertemuan 1 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat

mengetahui berbagai macam kerusakan lingkungan,sehingga kita

dapat berusaha untuk menjaga lingkungan disekitar kita.

 Pertemuan II : Dengan mempelajari materi ini kita dapat

mengetahui berbagai upaya untuk melestarikan

lingkungan,sehingga lingkungan dapat terjaga hingga generasi

selanjutnya.

 Siswa memperhatikan guru memberikan pengarahan sebelum

melaksanakan diskusi,misalnya menyampaikan tujuan yang ingin

dicapai.

Kegiatan inti :

 siswa duduk dalam kelompok yang sudah ditentukan,setiap

kelompok terdiri dari 5 orang yang terdiri dari 6 kelompok

heterogen.

 setiap kelompok siswa memperoleh LKK yang harus dikerjakan.

 setelah masing-masing kelompok mengerjakan LKK,siswa

mengumpulkan LKK.

 Masing - masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi.

 Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah berlangsung

dan memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan

datang.

(34)

26

 Guru mengadakan postes pada pertemuan terakhir.

 Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah

dibahas.

 Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam.

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah :

1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data kemampuan berpikir kritis siswa pada

materi pokok pengelolaan lingkunganyang diperoleh dari nilai pretes dan

postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dan postes, lalu

dianalisis secara statistik.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa dan data angket tanggapan

siswa terhadap modelPBL.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Pretes dan Postes

Data kemampuan berpikir kritis berupa nilai pretes dan postes. Nilai

pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen

maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil diakhir pembelajaran

(35)

27

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

S = 100

N R

Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112).

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Dalam LKS digunakan untuk mengetahui KBK dan aktivitas siswa di

kedua kelas selama proses pembelajaran. Kelas eksperimen menggunakan

LKS berbasis masalah, sedangkan kelas kontrol menggunakan LKS

dengan metode diskusi.

c. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang

diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan

yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi

sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu:

aktivitas siswa bekerjasama dengan teman, melakukan kegiatan diskusi,

mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

d. Angket Tanggapan Siswa

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat dengan model

PBL dalam pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 10 pernyataan,

terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Angket

tanggapan siswa ini memiliki 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak

(36)

28

Tabel 2. Item pernyataan pada angket

No. Pernyataan- Pernyataan S TS

1 Saya senang mempelajari materi pokok

Pengelolaan Lingkungan dengan pembelajaran yang digunakan oleh guru

2 Saya lebih mudah memahami materi yang

dipelajari melalui modelpembelajaran yang digunakan oleh guru

3 Pembelajaran yang digunakan tidakmampu

mengembangkan kemampuan saya dalam berpikir kritis

4 Pembelajaran yang digunakan menjadikan saya

lebih aktif dalam diskusi kelas dan kelompok.

5 Saya merasa bosan dalam proses belajar dengan

pembelajaran yang diberikan guru

6 Saya merasa bingung menggunakan pembelajaran

yang diberikan guru

7 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalamproses pembelajaran yang berlangsung. 8 Saya termotivasi untuk mencari data/informasi

dari berbagai sumber (buku, internet, dan sebagainya) untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS

9 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS

dengan pembelajaran yang digunakan oleh guru.

10 Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru

tentang materi pokok yang dipelajari

F. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

Nilai pretes,postes,dan N- gain pada kelas eksperimen dan kontrol

dianalisis menggunakan uji U dengan program spss versi 17,yang

sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan

(37)

29

A.Uji Prasyarat

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji lilifoers dengan

menggunakan program spss versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal

H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho

untukharga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

2. Uji Kesamaan Dua Varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan

denganuji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi

17.

a. Hipotesis

H0= Kedua sampel mempunyai varians sama

H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda

b. Kriteria Pengujian

Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya> 0,05

maka H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka

(38)

30

3.Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan uji U karena sampel tidak berdistribusi

normal. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan program SPSS

versi 17.

1. Uji Hipotesis dengan uji U 1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

2. Kriteria Pengujian

Jika –Z tabel < Z hitung< Z tabel atau p-value> 0,05, maka

Hoditerima

Jika Z hitung< -Z tabel atau Z hitung> Z tabel, maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004: 17)

G.Mendeskripsikan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran

biologi sebagai berikut:

1. Menjumlahkan skor seluruh siswa.

2. Menentukan skor tiap indikator keterampilan berpikir kritis dengan

menggunakan rumus:

P = 100

(39)

31

Keterangan:P= Poin yang dicari; F = Jumlah poin keterampilan berpikir kritis yang diperoleh; N= Jumlah total poin keterampilan berpikir kritis tiap indikator (Sudijono, 2004:40)

3. RubrikKeterampilan Berpikir Kritis Siswa sebagai berikut:

Tabel 3.Rubrik kemampuanberpikir kritis siswa.

No. Urut Siswa

Aspek Kemampuan Berpikir Kritis

A B C D E

No.soal No.soal No.soal No.soal No.soal

1

Catatan :Memberi tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai. (dimodifikasi

dari Arief, 2009:9 dalam Permata, 2011:37).

Ket : A = Merumuskan masalah, B = Berhipotesis,

C = Menginterpretasi pernyataan, D = Memberikan alasan, E = Memberikan solusi yang tepat

4. Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka kemampuan berpikir kritis

siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut:

Tabel 4.Kriteria berpikir kritis siswa

(40)

32

H.Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data

yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan

indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:

1. Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:

% diperoleh; n = Jumlah skor maksimum (9)(Sudjana,2002:69).

Tabel 5. Lembar observasi aktivitas siswa

No Nama

Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa: a. Bekerja sama dengan teman :

1. Tidak bekerja sama dengan teman (diam saja). 2. Bekerja sama tetapi hanya satu atau dua teman.

3. Bekerja sama baik dengan semua anggota kelompok.

b. Melakukan kegiatan diskusi :

1.Diam saja, tidak melakukan diskusi dalam kelompok.

2.Melakukan diskusi, tapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan Permasalahan.

(41)

33

1. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara yang kurang sistematis,dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

2. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara yang kurang sistematis tetapi dapat menjawab pertanyaan dengan benar. 3. Siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan

sistematis dan dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

2) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswasesuai

klasifikasi pada tabel 6.

Tabel 6. Klasifikasi indeks aktivitas siswa

Kategori Indeks Aktivitas Siswa (%) Interprestasi

0,00–29,99 Sangat Rendah

30,00–54,99 Rendah

55,00–74,99 Sedang

75,00–89,99 Tinggi

90,00–100,00 Sangat Tinggi

Dimodifikasi dari Hake dalam Coletta dan Phillips (2005:1176).

I. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran PBL

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui

penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 10 pernyataan yang terdiri

dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Pengolahan data

angket dilakukan sebagai berikut:

1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan

ketentuan pada Tabel 7.

Tabel 7.Skor perjawaban angket

Sifat

Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju

(42)

34

2) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan

klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 8. Data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran PBL

(dimodifikasi dari Rahayu, 2010:31).

Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran PBL (Hendro dalam Hastriani, 2006:43) pada Tabel 9.

(43)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap aktivitas

belajar siswa pada materi pokok pengelolaan lingkungan.

2. Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok

pengelolaan lingkungan.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut :

1. Pembelajaran menggunakan model PBL dapat digunakan oleh guru biologi

sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan

aktivitas dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok

pengelolaan lingkungan.

2. Guru diharapkan lebih cermat dan tepat dalam mempertimbangkan waktu

dalam setiap sintaks pembelajaran PBL, karena penerapan model

pembelajaran PBL membutuhkan waktu yang cukup lama dan disarankan

agar pembentukan kelompok dilakukan pada waktu sebelum jam

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Adyana, G. P. 2009. Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah. (online) http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan kemampuanberpikir- kreatif-siswa/ (21 Oktober 2012).

Achmad, A. 2007. Memahami Berpikir Kritis.(online)

http://www.fk.undip.ac.id/Pengembangan-Pendidikan/clinical- reasoning dan- berpikir-kritis.html (21 Oktober 2012).

Amir, M.T. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.

Ennis. Robert H. (2011). Developing Mind: Goal for a critical Thinking Curriculum. Arethur L.Costa Editor.

Hasnunidah, N. 2009. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP

Melalui Penggunaan Model Problem Based learning Pada Pembelajaran Konsep Struktur dan Fungsi Organ Manusia. (online). ( http ://pustaka ilmiah Unila Wordpress 21 Oktober 2012).

Ibrahim, M dan Nur, M. 2003. Pengajaran Berdasarkan Masalah. University Press:Surabaya.

Johnson, E.B.2007. Contextual Teaching and Learning. Kaifa Learning:Bandung.

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT Rineka Cipta 2007. Jakarta.

Nurhadi, Agus Gerrad 2003. Pembelajaran Konteksual dan penerapannya dalam

KBK. Penerbit Universitas Negeri Malang:Malang.

Pannen, Paulina, Dina Mustafa, Mestika Sekarwahyu, 2001. Kontruktivisme

dalam Pembelajaran. PAU PPAI Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional:Jakarta.

Permata. 2011. Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL)

(45)

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya:Bandung.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistika dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta:PT Elex Media.Computindo.

(http://books.google.co.id/books?id=v3NrFrZnEFIC&pg=PR5&lpg=PR5&d q=Cara+Mudah+Mengatasi+Masalah+Statistik+dan+Rancangan+Percobaan +dengan+SPSS+12 ).

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Ratnaningsih, N. 2003. Pengembangan Kemampuan Berpikir Fisika Siswa SMU

Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis Program Pasca Sarjana

UPI: Bandung.

Relista, R. 2011. Pengaruh Penggunaan Media Komik dengan Model Problem

Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Pokok Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan. (Skripsi). Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Rudhito, M. A. dan Susento 2009. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah. (online) (http://warungpendidikan.blogspot.com/2009/01/pendekatan pembelajaran berbasis.html.21 Oktober 2012).

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran:Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Edisi Kedua. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media:Jakarta.

Sholihah, (2011). Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis. MTS Ma’arif Kaliwiro. Yogyakarta.

Sudjana, Nana dan Akhmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Sinar Baru Algesindo:Bandung.

Sukardi. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Techonly. 2010. Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Keguruan. (online)

( http://techonly13.wordpress.com).

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif:Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Satuan

(46)

Winkel, W.S 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT. Gramedia: Jakarta.

Yassa. 2002. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk

Mengembangkan Kecakapan Fisika Siswa sebagai Implementasi KBK

(Usulan Research grant Program DUELIKE-BATCH III Tahun anggaran

Gambar

Tabel 1. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis
Tabel 2.  Item pernyataan pada angket
Tabel 4.Kriteria berpikir kritis siswa
Tabel 5. Lembar observasi aktivitas siswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai be rikut : “Adakah hubungan antara luas ventilasi rumah,

[r]

Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Penguasaan Kosa Kata Bahasa Inggris Pada Anak Kelompok B di

Berkaitan dengan hal ini, yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan, bentuk wanprestasi para

Kriteria pertambahan bobot badan (PBB) prasapih dipilih dalam penelitian ini, dengan pertimbangan bahwa seleksi dapat dilakukan lebih dini akan lebih ekonomis,

[r]

Disodium phosphate heptahydrate banyak digunakan dalam industri kimia seperti sebagai bahan baku pada pembuatan deterjen, sebagai bahan pelunak air ( water treatment) ,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan anak menjadi disgrafia, serta mengetahui upaya yang dilakukan guru dan orang tua untuk mengatasi