• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG KIRIMAN DENGAN MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM PADA PT ROSALIA EXPRESS BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG KIRIMAN DENGAN MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM PADA PT ROSALIA EXPRESS BANDAR LAMPUNG"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG KIRIMAN DENGAN MENGGUNAKAN

KENDARAAN BERMOTOR UMUM PADA PT ROSALIA EXPRESS BANDAR LAMPUNG

Oleh

CHANDRA EVITA

Perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain memerlukan sarana yang menunjangnya. PT Rosalia Express merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa angkutan barang dengan menggunakan kendaraan bermotor umum seperti bus box dan truck box. Penyelenggaraan proses pengangkutan ini tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pengirim ataupun penerima barang. Ketentuan seperti tanggung jawab pengangkut, ganti rugi dan sebagainya dibuat oleh pengangkut secara sepihak, dan dengan ditandatanganinya surat perjanjian pengangkutan maka pengirim barang dianggap telah menyetujui ketentuan-ketentuan tersebut. Berkaitan dengan hal ini, yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan, bentuk wanprestasi para pihak, dan tanggung jawab pengangkut dalam pelaksanaan pengangkutan barang kiriman dengan menggunakan kendaraan bermotor umum.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif empiris dengan tipe penelitian deskriptif dan pendekatan masalah normatif terapan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara kepada karyawan bagian operasional PT Rosalia Express dan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder serta bahan hukum tersier. Pengumpulan data dilakukan melaui studi pustaka dan studi dokumen. Pengolahan data dengan cara, pemeriksaan data, rekonstruksi data dan sistematisasi data serta dianalisis secara kualitatif.

(2)

dilakukan oleh pengangkut antara lain terlambatnya barang kiriman ditempat tujuan dan barang kiriman rusak saat proses pemuatan. Pengangkut bertanggung jawab terhadap keterlambatan yang diakibatkan karena kelalaian pihak pengangkut, dan kerusakan barang kiriman yang terjadi selama proses pemuatan barang dan pengangkutan yang diakibatkan oleh pihak pengangkut. Dalam perjanjian baku yang dibuatnya, pertanggungjawaban dilakukan dengan memberikan layanan ganti kerugian sebesar 10 kali biaya pengiriman atau maksimum nominal Rp. 1.000.000,-. Besarnya ganti rugi yang harus diberikan diatur dalam Pasal 193 Ayat (2) UU LLAJ yang mengatur bahwa besarnya ganti rugi dihitung berdasarkan kerugian yang nyata-nyata dialami. Hal ini apabila dikaitkan dengan pasal diatas tidak terdapat kesesuaian. Ganti kerugian yang hanya sebesar 10 kali biaya pengiriman dinilai tidak adil dan sangat merugikan bagi pihak yang mengalami kerugian yaitu pengirim.

(3)

DAFTAR ISI

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Perjanjian Secara Umum ... 8

1. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian ... 8

2. Syarat-Syarat Sahnya Suatu Perjanjian ... 10

B. Tinjauan Umum Pengangkutan ... 12

1. Pengertian dan Jenis-Jenis Pengangkutan ... 12

2. Tujuan,Manfaat dan Unsur-Unsur dalam Pengangkutan ... 15

C. Tinjauan Umum Perjanjian Pengangkutan ... 18

1. Perjanjian Pengangkutan ... 18

2. Subjek Perjanjian Pengangkutan ... 19

3. Objek Perjanjian Pengangkutan ... 22

D. Konsep Wanprestasi dan Tanggung Jawab dalam Pengangkutan ... 23

1. Konsep Wanprestasi ... 23

2. Konsep Tanggung Jawab dalam Pengangkutan ... 25

(4)

III. METODE PENELITIAN ... 32

A. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan ... 41

1. Hak dan Kewajiban Pengangkut ... 41

2. Hak dan Kewajiban Pengirim ... 47

3. Hak dan Kewajiban Penerima ... 48

B. Bentuk Wanprestasi Para Pihak dalam Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan ... 49

1. Wanprestasi yang dilakukan Pihak Pengangkut... 49

2. Wanprestasi yang dilakukan Pihak Pengirim... 50

C. Tanggung Jawab Pengangkut dalam Pelaksanaan Perjanjian Pengangkutan Barang ... 51

1. Tanggung Jawab Pengangkut Karena Keterlambatan ... 51

2. Tanggung Jawab Pengangkut Karena Kehilangan Kerusakan Barang ... 53

V. Penutup ... 57

(5)

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PELAKSANAAN PENGANGKUTAN BARANG KIRIMAN DENGAN MENGGUNAKAN

KENDARAAN BERMOTOR UMUM PADA PT ROSALIA EXPRESS BANDAR LAMPUNG

Oleh

Chandra Evita

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

MOTTO

Ilmu itu lebih baik dari harta, Ilmu akan menjagamu sedang harta harus kau jaga. Ilmu akan bertambah jika diberikan kepada orang lain, sedangkan harta akan

berkurang lantaran itu (Ali bin Ali Thalib)

When you know better you do better (Maya Angelou)

Awali Harimu Dengan Impian dan Pengaharapan, Jalani dengan Perjuangan dan Doa.

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SW T atas segala rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsinya dan dengan segenap hati karya ini

kupersembahkan kepada :

Kedua orangtuaku, Buat Papa M . Yusri, B.Sc. dan M ama Puji Astuti, yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, dan doa kalian yang selalu

menyertai setiap langkah di hidupku.

Adikku tercinta I van Chandra Fradipta yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis setiap harinya terutama dalam penyelesaian

skripsinya.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Panaragan Jaya pada hari Kamis 3 Oktober 1991 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Muhammad Yusri, B.Sc. dan Puji Astuti. Sebagai anak pertama, penulis memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Ivan Chandra Fradipta.

Riwayat pendidikan dimulai pada Tahun 1996 di TK Makarti Muktitama Tulang Bawang. Kemudian di Tahun 1997 melanjutkan ke SD Negeri 6 Kotabumi hingga Tahun 2003. Lulus SD, penulis melanjutkan ke SMP Negeri 7 Kotabumi hingga Tahun 2006. Kemudian pendidikan SMA ditempuh di SMA Negeri 3 Kotabumi dengan mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan lulus pada Tahun 2009.

(9)

SANWACANA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan nikmat sehat dan rizki hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Tanggung Jawab Pengangkut dalam Pelaksanaan Pengangkutan Barang Kiriman dengan Menggunakan Kendaraan Bermotor Umum pada PT Rosalia Express Bandar Lampung”

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan baik menyangkut isi maupun cara penulisannya disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Penulis pun menyadari bahwa karya ini bukanlah hasil jerih payah sendiri, melainkan dengan bimbingan dan dukungan orang-orang hebat yang membantu penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

(10)

3. Bapak Wahyu Sasongko, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Keperdataaan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

4. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing I, terima kasih atas waktu yang telah diluangkan, saran, masukan, bimbingan dan bantuan yang sangat berarti dalam perbaikan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Ahmad Zazili, S.H., M.H. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dalam memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.

6. Ibu Rilda Murniati, S.H., M.Hum. selaku pembahas I, terima kasih atas waktu, masukan, saran, dan evaluasi dalam Seminar I dan II guna kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Kasmawati, S.H., M.H. selaku pembahas II, terima kasih atas waktu, masukan, saran, dan evaluasi dalam Seminar I dan II guna kesempurnaan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Unila, terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan, sungguh Bapak/Ibu adalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Kepada seluruh Staff dan Karyawan FH Unila, khususnya Mba Siti, Pak Tarno dan Pak De, terima kasih atas segala informasi dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis.

(11)

memberikan dukungan dan semangatnya kepada penulis dalam kesehariannya dan dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku Indah Puspitarani, S.H., Maria Hadivta, S.H., Vika Trisanti, S.H., Helda Novriliana, S.H., Trie Zaskia Cholita Putri Rene, S.H., dan Danar Okta Ps, S.H.. terima kasih untuk persaudaraannya dari awal kuliah. Semoga tali silaturahmi di antara kita tetap terjaga selalu untuk selamanya, i will miss you girls.

12. Teman seperjuangan Clara Novianti, Rintar Zahrina Ali dan Sandika Rizky yang sungguh telah sangat berjuang menjalani panjangnya proses bimbingan yang melelahkan dan mengharukan.

13. Rekan-rekan Hukum Perdata Ekonomi Angkatan 2009, Vina Ruzikna, Novia Anggraini, Rini Rima, Lia Anggraini, Jasmine Hannafi, Tyas H.M., Citra Ratu, Noey, Adam, Galuh, Wanda, Dafson, Amri, Suntan dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang selalu ada setiap harinya selama masa perkuliahan di fakultas hukum khususnya ‘Pentagon’ dan tempat penulis berbagi keluh kesah serta selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

(12)

saya untuk dapat memberikan penghargaan yang setinggi-setingginya bagi kalian atas segala jasa yang kalian berikan. Semoga dapat menjadi pahala bagi kita semua. Amin.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan sehingga penulis dapat menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima Kasih.

Bandar Lampung, Mei 2013

(13)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia saat ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang yang membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Salah satu kebutuhan hidup yang tak kalah penting di era globalisasi ini adalah kebutuhan akan sarana transportasi. Mobilitas yang tinggi tidak hanya berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain memerlukan sarana yang menunjangnya. Pengangkutan sebagai alat transportasi atau alat angkut adalah sarana penunjang tersebut dan juga sebagai alat yang memperlancar segala aktivitas manusia. Kebutuhan sarana transportasi tersebut yang menyebabkan timbulnya berbagai macam alat pengangkutan, yang masing-masing mempunyai ciri khas pelayanan, kelemahan serta kelebihan yang berbeda-beda.

(14)

angkut dijalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.

Pengangkutan merupakan kegiatan memindahkan barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, maka dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa angkutan atau dengan perkataan lain produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan, yaitu sangat bermanfaat bagi pemindahan atau pengiriman barang-barang.1

Menurut Abdulkadir Muhammad pengangkutan juga dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pengangkutan reguler dan pengangkutan carter. Pada pengangkutan reguler, pengangkut bebas menyediakan alat pengangkutannya kepada yang berkepentingan, untuk menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu menurut trayek yang telah di tetapkan. Sedangkan dalam pengangkutan carter, pengangkut hanya menyediakan alat pengangkutannya kepada pihak tertentu saja, untuk menyelenggarakan pengangkutan menurut perjalanan atau menurut waktu.2

Pada pengangkutan, khususnya pengangkutan barang terjadi suatu perjanjian yang sifatnya consensual (timbal balik), dengan cara pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dari dan ke tempat tujuan tertentu, dan pengirim barang (pemberi order) membayar biaya atau ongkos angkutan sebagaimana yang disetujui bersama. Dan hal tersebut merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh kedua belah pihak.

1

Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hlm. 1.

2

(15)

Perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengangkutan barang adalah PT Rosalia Express. Perusahaan ini adalah perusahaan yang sedang berkembang pesat dan merupakan perusahaan pribumi yang diperhitungkan dalam bisnis jasa angkutan. Kegiatan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan armada kendaraan bermotor umum yang terdiri dari Bus Box dan Truck Box. Perusahaan ini dalam menyampaikan barang kiriman hanya berhenti sampai tempat terminal yang dituju, untuk selanjutnya proses pengambilan barang kiriman diambil sendiri oleh pihak penerima.

Penyelenggaraan proses pengangkutan ini tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pengirim ataupun penerima barang. Kerugian tersebut dapat disebabkan karena kelalaian atau kesalahan pengangkut. Kerugian yang ditimbulkan dapat berupa kerusakan barang baik seluruh atau sebagian, juga dapat menyebabkan hilangnya barang, serta waktu penyerahan barang yang terlambat sampai ditempat tujuan.

Dalam hal kerugian karena kesalahan atau kelalaian pengangkut, maka pihak penerima atau pengirim barang sebagai pihak yang dirugikan berhak untuk menuntut haknya. Dalam hal kerusakan atau kelalaian yang terjadi diluar kesalahan atau kelalaian pengangkut, maka pengangkut dapat dibebaskan dari tanggung jawab.

(16)

kepada pengangkut. Prakteknya, pengangkut mewajibkan pengirim untuk mengisi kertas formulir surat pengiriman barang yang telah disediakan oleh pengangkut, dengan demikian timbul kesan bahwa semua syarat pengangkutan ditentukan oleh pengangkut. Dan jelas menguntungkan pihak pengangkut. Pada pengangkutan barang melalui darat dengan kendaraan bermotor umum ketentuan seperti tanggungjawab pengangkut, ganti rugi dan sebagainya dibuat oleh pengangkut secara sepihak, dengan ditutupnya perjanjian pengangkutan maka pengirim barang dianggap telah menyetujui ketentuan-ketentuan tersebut. Begitu pula ketentuan yang ada pada PT Rosalia Express yang mana ketentuan tersebut telah di tentukan secara sepihak yang mana konsumen harus menerima ketentuan yang telah dibuat tersebut.

Mengenai tanggung jawab pengangkut juga diatur dalam dalam Pasal 193 Ayat (1) UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk selanjutnya disebut UU LLAJ yang menyatakan Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim barang karena barang musnah, hilang, atau rusak akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali terbukti bahwa musnah, hilang, atau rusaknya barang disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau kesalahan pengirim.

(17)

secara nyata ini adalah ketentuan undang –undang yang tidak boleh disimpangi oleh pengangkut melalui ketentuan perjanjian yang menguntungkannya karena ketentuan ini bersifat memaksa.3

Dari hal-hal tersebut menunjukkan bahwa penyelenggaraan pengangkutan adalah masalah yang perlu diperhatikan secara serius dan menyeluruh agar tercipta keamanan dan kelancaran untuk sampai ke tempat tujuan, serta sebagai usaha perlindungan guna menjamin kerugian-kerugian yang timbul akibat terjadinya kecacatan, kerusakan, atau kemusnahan yang disebabkan bahaya yang mengancam. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan tanggung jawab suatu perusahan pengangkutan dalam hal ini PT Rosalia Express cabang Bandar lampung pada proses pengangkutan pengiriman paket barang. Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Tanggung Jawab Pengangkut dalam Pelaksanaan Pengangkutan Barang Kiriman dengan Menggunakan Kendaraan Bermotor Umum pada PT Rosalia Express Bandar Lampung.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan?

3Abdulkadir Muhammad

, Hukum Pengangkutan Niaga, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,

(18)

2. Bagaimana bentuk wanprestasi para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan?

3. Bagaimana tanggung jawab pengangkut dalam pelaksanaan pengangkutan barang kiriman dengan menggunakan kendaraan bermotor umum pada PT Rosalia Express?

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada lingkup bidang pembahasan dan lingkup bidang ilmu. Ruang lingkup bidang pembahasan dalam penelitian ini adalah mencakup hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan, bentuk wanprestasi para pihak dan tanggung jawab pengangkut dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan barang kiriman dengan menggunakan kendaraan bermotor umum pada PT Rosalia Express. Sedangkan lingkup bidang ilmu adalah Hukum Keperdataan (ekonomi) khususnya Hukum Pengangkutan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran secara jelas, rinci dan sistematis mengenai :

1. Hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan 2. Bentuk wanprestasi para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan 3. Tanggung jawab pengangkut dalam pelaksanaan perjanjian pengangkutan

(19)

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai dua aspek kegunaan, yakni kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu:

a. Kegunaan Teoritis

1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi awal guna mengetahui lebih lanjut tentang tanggung jawab pengangkut dalam pelaksanaan angkutan barang kiriman melalui darat.

2) Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan untuk mengambil kebijakan secara preventif dan represif mengenai tanggung jawab penyedia jasa pengiriman barang apabila terdapat kelalaian dan atau kesalahan yang menimbulkan kerugian pada pengguna jasa.

b. Kegunaan Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan penulis dan dijadikan sumber informasi bagi pembaca yang memerlukan informasi mengenai tanggung jawab pengangkut dalam pelaksanaan angkutan barang kiriman melalui darat.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perjanjian Secara Umum

1. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian

Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Perjanjian menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan.1 Hukum perjanjian diatur dalam buku III BW (KUHPerdata). Definisi perjanjian secara umum adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Para Sarjana Hukum umumnya berpendapat bahwa defenisi perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan di atas adalah tidak lengkap dan juga terlalu luas.2 Atas dasar alasan-alasan yang dikemukakan di atas maka perlu dirumuskan kembali apa yang dimaksud dengan perjanjian itu. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian kata-kata yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau tertulis.

Menurut R. Subekti yang dimaksud dengan perjanjian adalah sebagai berikut :

1

R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2005, hlm. 1

2

(21)

“Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”.3

Menurut Abdulkadir Muhammad yang dimaksud dengan perjanjian adalah:

“Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu dalam lapangan harta kekayaan”4

Pendapat para sarjana mengenai defenisi dari perjanjian memang berbeda-beda. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar sebab dalam mengemukakan defenisi dari perjanjian itu, para pakar hukum tersebut memiliki sudut pandang masing-masing. Namun dalam setiap defenisi yang dikemukakan oleh para sarjana tersebut tetap mencantumkan secara tegas bahwa dalam perjanjian terdapat pihak-pihak yang menjadi subjek dan objek dari perjanjian tersebut yaitu adanya hubungan hukum yang terjadi diantara para pihak yang menyangkut pemenuhan prestasi dalam bidang kekayaan.

Adapun yang menjadi dasar hukum dari perjanjian ini antara lain Buku ke Tiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang perikatan, Bab I sampai dengan Bab XVIII. Salah satunya terdapat dalam Pasal 1313 KUHPerdata mengenai definisi perjanjian yaitu “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.

3

R. Subekti, loc.cit. 4

(22)

2. Syarat-syarat Sahnya Suatu Perjanjian

Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, terdapat 4 (empat) syarat agar suatu perjanjian dinyatakan sah, antara lain:

a. Kesepakatan bagi mereka yang mengikatkan dirinya

Dengan sepakat dimaksudkan bahwa pihak-pihak yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju atau seia sekata mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain. Kesepakatan kedua belah pihak dalam suatu perjanjian itu harus diberikan secara bebas.

Mereka menghendaki sesuatu hal yang sama secara timbal balik. Dalam hal

persetujuan ini, kedua belah pihak dalam suatu perjanjian harus mempunyai

kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri dan kemauan itu harus dinyatakan.

Dengan demikian kata sepakat antara kedua belah pihak atau lebih di dalam

mengadakan perjanjian itu harus tanpa cacat, sebab jika terdapat cacat dalam

perjanjian itu, persetujuan itu dapat dimintakan pembatalannya kepada pengadilan.

Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1321 KUHPerdata yang menyebutkan

bahwa tiada kesepakatan sah apabila kesepakatan itu diberikan secara kekhilafan

(dwaling) atau diperoleh dengan paksaan (dwang) atau penipuan (bedrog)

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

(23)

1) Orang-orang yang belum dewasa ,

2) Mereka yang di bawah pengampuan (curatelen),

3) Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

Menurut Pasal 108 KUHPerdata, seorang perempuan yang bersuami, untuk mengadakan suatu perjanjian, memerlukan bantuan atau izin (kuasa tertulis) dari suaminya.

c. Suatu hal tertentu

Artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu perselisihan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit harus ditentukan jenisnya. Bahwa barang itu sudah sudah ada atau sudah berada di tangannya si berutang pada waktu perjanjian dibuat, tidak diharuskan oleh undang-undang. Juga jumlahnya tidak perlu disebutkan, asal saja kemudian dapat dihitung atau ditetapkan. Dengan demikian, perjanjian yang objeknya tidak tertentu atau jenisnya tidak tertentu maka dengan sendirinya perjanjian itu tidak sah.

d. Suatu sebab yang halal

(24)

mengakibatkan perjanjian itu batal demi hukum. Dengan demikian tidak ada dasar untuk membuat pemenuhan perjanjian di muka hakim.

Dua syarat yang pertama disebut dengan syarat-syarat subjektif karena menyangkut subjek yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat terakhir disebut syarat-syarat objektif karena mengenai perjanjian itu sendiri atau objek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.5

B. Tinjauan Umum Pengangkutan

1. Pengertian dan Jenis-Jenis Pengangkutan

Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Kehidupan manusia modern senantiasa didukung oleh pengangkutan. Bahkan salah satu barometer penentu kemajuan kehidupan dan peradaban suatu masyarakat adalah kemajuan dan perkembangan kegiatan maupun teknologi yang dipergunakan masyarakat tersebut dalam kegiatan pengangkutan.

Istilah “Pengangkutan” berasal dari kata “angkut” yang berarti “mengangkut dan membawa”, sedangkan istilah “pengangkutan” dapat diartikan sebagai “pembawaan barang-barang atau orang-orang (penumpang)”. Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang

5

(25)

dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.6

Pengertian lain dari pengangkutan adalah rangkaian kegiatan pemindahan penumpang atau barang dari suatu tempat pemuatan (embarkasi) ke tempat tujuan (debarkasi) sebagai tempat penurunan penumpang atau pembongkaran barang muatan.7

Pihak-pihak yang terdapat dalam perjanjian pengangkutan barang adalah pengangkut dan pengirim serta penerima. Adapun sifat perjanjian pengangkutan adalah timbal balik, artinya kedua belah pihak, baik pengangkut maupun pengirim masing-masing mempunyai kewajiban. Kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pengirim adalah membayar uang angkutan sebagai kontra prestasi dari penyelenggaraan pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut.8 Pembagian jenis-jenis pengangkutan pada umunya didasarkan pada jenis alat angkut yang dipergunakan dan keadaan geografis yang menjadi wilayah tempat berlangsungnya kegiatan pengangkutan.

Secara umum, pengangkutan terbagi atas 3 (tiga jenis), yakni:

6

H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta 1981, hlm. 60

7

Abdulkadir Muhammad,2008, op.cit. hlm. 48

8

(26)

a. Pengangkutan Darat

Ruang lingkup angkutan darat dinyatakan sepanjang dan selebar negara, yang artinya ruang lingkupnya sama dengan ruang lingkup negara. Angkutan darat dapat dilakukan dengan berjenis-jenis alat pengangkutan, antara lain dengan kendaraan kereta api dan listrik di atas rel dan kendaraan di atas jalan raya. Kendaraan di atas jalan raya terdiri dari mobil, motor dan lainnya.

Pasal 1 Angka 7 UU LLAJ menyebutkan, kendaraan adalah suatu sarana angkut

dijalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel. Kendaraan tidak bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/ hewan. Pengangkutan barang dengan kendaraan umum menggunakan kendaraan bermotor untuk barang, misalnya truk dan truk gandeng.

Angkutan barang dengan kendaraan bermotor umum terdiri atas angkutan barang umum dan angkutan barang khusus. Berdasarkan Pasal 161 UU LLAJ,

pengangkutan barang umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Prasarana jalan yang dilalui memenuhi ketentuan kelas jalan

2) Tersedia pusat distribusi logistic dan/atau tempat untuk memuat dan membongkar barang

3) Menggunakan mobil barang

Angkutan barang dengan kendaraan bermotor umum wajib dilengkapi dengan dokumen, yang meliputi surat perjanjian pengangkutan dan surat muatan barang (Pasal 166 Ayat (3) UU LLAJ).

(27)

1) KUHD, Buku I, Bab V, Bagian 2 dan 3, mulai pasal 90-98.

2) Peraturan khusus lainnya, misalnya, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

b. Pengangkutan Laut

Laut memiliki fungsi yang beraneka ragam. Selain berfungsi sebagai sumber makanan dan mata pencaharian bagi umat manusia, sebagai tempat berekreasi, dan sebagai alat pemisah atau pemersatu bangsa, laut juga berfungsi sebagai jalan raya perdagangan. Jenis pengangkutan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

c. Pengangkutan Udara

Agar terjadi pengangkutan dengan pesawat udara perlu diadakan perjanjian pengangkutan terlebih dahulu antara Perusahaan Penerbangan Sipil dan penumpang atau pemilik barang yang dibuktikan dengan tiket penumpang atau tiket bagasi. Jenis pengangkutan udara diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang penerbangan.

2. Tujuan, Manfaat dan Unsur-Unsur dalam Pengangkutan

(28)

Selain itu pengangkutan juga memiliki manfaat dalam meningkatkan daya guna dan nilai, yang berarti dengan dilakukannya kegiatan pengangkutan maka barang atau benda yang diangkut tersebut akan meningkat daya guna maupun nilai ekonomisnya.9

Ada pun yang menjadi unsur-unsur dalam pengangkutan antara lain: 10 a. Manusia, yang membutuhkan;

Kecuali anak-anak dan orang jompo, semua orang yang sehat akan mampu mengangkut beban seberat tertentu dengan mengeluarkan tenaga tambahan, namun jarak yang dapat ditempuh juga terbatas. Untuk memenuhi kebutuhannya, orang perlu untuk mencari nafkah. Kekayaan yang diperoleh dari usaha tersebut berbeda-beda, dan ini mempengaruhi kemampuannya membayar biaya angkutan. Dalam memilih sistem pengangkutan pun pilihan orang tidak sama, sedangkan orang yang pilihannya sama dasar alasannya mungkin berbeda.

b. Barang yang dibutuhkan

Barang hasil produksi yang merupakan keluaran (output) proses produksi dinyatakan berguna apabila telah sampai kepada konsumen. Dengan kata lain, produksi itu baru berguna apabila diangkut dari tempat produsen ke tempat konsumen atau pasar dan sampai ke konsumen dalam kondisi yang dikehendaki.

9

H.M.N Purwosutjipto, op.cit. hlm.1.

10

(29)

c. Kendaraan (angkutan), sebagai alat angkut;

Kendaraan (angkutan) pada umumnya dibuat dengan menggunakan alat buatan manusia yang banyak digali dari bentuk alami. Bentuk angkutan yang paling luas pemakaiannya adalah angkutan darat. Angkutan dirancang sedemikian rupa agar mampu bergerak sesuai dengan medan dan sekaligus dapat melindungi muatannya. Fungsi angkutan yang pokok adalah memindahkan orang dan/atau barang. Muatan dapat berupa benda hidup (orang, binatang dan tumbuhan) dan benda mati (makanan, bahan baku industri). Selain orang dan binatang, barang lain pada umumnya diangkut tidak dalam kondisi alaminya (misalnya kayu dan bahan makanan), sehingga membutuhkan teknologi yang tepat.

d. Jalan

Sebagai prasarana angkutan komponen pokok dalam pengangkutan adalah jalan (prasarana) dan kendaraan (sarana). Menurut Pasal 1 Angka 12 UU LLAJ, yang dimaksud dengan seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.

e. Organisasi

(30)

Umum, Dinas Perhubungan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan. Di bawahnya, pada tingkat pelaksanaannya terdapat Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan, Polisi Lalu Lintas dan perusahaan pengangkutan.

C. Tinjauan Umum Perjanjian Pengangkutan

1. Perjanjian Pengangkutan

Perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi dengan aman membawa orang atau barang dari satu kelain tempat, sedangkan pihak yang lainnya menyanggupi akan membayar ongkosnya.11 Perjanjian pengangkutan adalah persetujuan di mana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan penumpang atau pemilik barang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan. Perjanjian pengangkutan pada umumnya bersifat lisan (tidak tertulis), tetapi selalu didukung oleh dokumen pengangkut.

Pada pengangkutan barang, Perusahaan Angkutan Umum yang mengangkut barang wajib memuat surat muatan barang sebagai dokumen perjalanan. Pasal 168 Ayat (2) UU LLAJ menyebutkan, perusahaan pengangkutan yang mengangkut barang wajib membuat surat perjanjian pengangkutan barang. Perjanjian pengangkutan barang selalu didukung oleh dokumen/surat pengangkut. Surat pengangkutan barang juga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

11

(31)

(KUHD) Indonesia. Menurut ketentuan Pasal 10 KUHD, surat pengangkutan barang memuat keterangan sebagai berikut:

a. Nama dan alamat perusahaan pengangkutan (pengangkut) b. Nama dan alamat pengirim dan penerima

c. Nama, jumlah, berat, ukuran, dan merek barang yang diangkut d. Jumlah biaya pengangkutan

e. Tempat dan tanggal pembuatan surat pengangkutan barang f. Tanda tangan pengangkut dan pengirim/ekspeditur

Dokumen pengangkutan berfungsi sebagai bukti sudah terjadi perjanjian pengangkutan dan wajib dilaksanakan oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. Dokumen pengangkutan barang lazim disebut surat muatan. Surat pengangkutan barang biasanya sudah dibakukan dan dicetak oleh perusahaan pengangkutan dalam bentuk formulir.

2. Subjek Perjanjian Pengangkutan

Pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan adalah mereka yang secara langsung terikat memenuhi kewajiban dan memperoleh hak dalam perjanjian pengangkutan. Pihak-pihak dalam perjajian pengangkutan penumpang hanya terdiri dari pihak pengangkut dan penumpang saja, sedangkan pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan barang terdiri dari :

a. Pengangkut

(32)

pengangkut adalah penyelenggara pengangkutan. Dilihat dari sisi kepemilikan badan usaha, pengangkut dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu: 12

1) Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Ada yang berbentuk perusahaan perseroan (Persero), dan ada juga yang berbentuk perusahaan umum (Perum).

2) Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)

Umumnya berbentuk badan hukum perseroan terbatas, contohnya PT Lintas Sumatra, PT Rosalia Express, sedangkan yang berbentuk badan hukum koperasi contohnya Taksi Kopti Jaya. Akan tetapi ada juga yang berbentuk persekutuan bukan badan hukum CV, contohnya Titipan Kilat. 3) Badan Usaha Milik Perseorangan

Contohnya PO Rosalia Indah b. Pengirim

Dilihat dari pihak dalam perjanjian pengangkutan, pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan pengangkutan barang dari pengangkut. Pengirim barang dalam pengangkutan dengan kendaraan umum adalah:

1) Pihak dalam perjanjian yang berstatus sebagai pemilik barang atau orang yang bertindak atas nama pemilik barang atau sebagai pihak penjual 2) Membayar biaya pengangkutan

3) Pemegang dokumen pengangkutan barang

12

(33)

Pengirim dapat berstatus sebagai pemilik barang sendiri atau orang lain yang bertindak atas nama pemilik barang, contohnya ekspeditur. Selain itu pengirim dapat juga berstatus sebagai penjual dalam perjanjian jual beli atau ekspor impor yang berkewajiban menyerahkan barang melalui jasa pengangkutan. Pengirim dapat juga berstatus sebagai perusahaan perseorangan atau sebagai perusahaan badan hukum atau bukan badan hukum, atau pengirim dapat juga berstatus sebagai manusia pribadi atau badan hukum nonprofit oriented, contohnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kemanusiaan atau kegiatan sosial.

c. Penerima

Dalam perjanjian pengangkutan, penerima mungkin pengirim sendiri, mungkin juga pihak ketiga yang berkepentingan. Dalam hal penerima adalah pengirim, maka penerima adalah pihak dalam perjanjian pengangkutan. Dalam hal penerima adalah pihak ketiga yang berkepentingan, penerima bukan pihak dalam perjanjian pengangkutan, melainkan sebagai pihak ketiga yang berkepentingan atas barang kiriman, tetapi tergolong juga sebagai subjek hukum pengangkutan.

(34)

berstatus pembeli dapat badan hukum, dapat juga bukan badan hukum, Akan tetapi yang berstatus importer selalu badan hukum.

Berdasarkan uraian tersebut, kriteria penerima menurut perjanjian, yaitu: 1) Perusahaan atau perseorangan yang memperoleh hak dari pengirim 2) Membayar atau tanpa membayar biaya pengangkutan

3. Objek Perjanjian Pengangkutan

Objek adalah segala sasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sasaran tersebut pada pokoknya meliputi barang muatan, alat pengangkut, dan biaya angkutan. Jadi objek hukum pegangkutan adalah barang muatan, alat pengangkut, dan biaya yang digunakan untuk mencapai tujuan hukum pengangkutan niaga, yaitu terpenuhinya kewajiban dan hak pihak-pihak secara benar, adil, dan bermanfaat.

a. Barang Muatan (Cargo)

Barang muatan yang dimaksud adalah barang yang sah dan dilindungi oleh Undang-Undang. Dalam pengertian barang yang sah termasuk juga hewan. Secara fisik barang muatan dibedakan menjadi 6 golongan, yaitu :

1) barang berbahaya (bahan-bahan peledak);

2) barang tidak berbahaya;

3) barang cair (minuman);

4) barang berharga;

5) barang curah (beras, semen,minyak mentah); dan

6) barang khusus.

(35)

Pengangkut adalah pengusaha yang menjalankan perusahaan pengangkutan, memiliki alat pengangkut sendiri, atau menggunakan alat pengangkut milik orang lain dengan perjanjian sewa. Alat pengangkut di atas atas rel disebut kereta api yang dijalankan oleh masinis. Alat pengangkut di darat disebut kendaraan bermotor yang dijalankan oleh supir. Alat pengangkut di perairan disebut kapal yang dijalankan oleh nahkoda. Sedangkan alat pengangkut di udara disebut pesawat udara yang dijalankan oleh pilot. Masinis, supir, nahkoda, dan pilot bukan pengangkut, melainkan karyawan perusahaan pengangkutan berdasarkan perjanjian kerja yang bertindak untuk kepentingan dan atas nama pengangkut.

c. Biaya pengangkutan (Charge/Expense)

Pemerintah menerapkan tarif yang berorientasi kepada kepentingan dan kemampuan masyarakat luas. Dengan berpedoman pada struktur dan golongan tarif tersebut, perusahaan umum, kereta api, perusahaan angkutan umum, perusahaan laut niaga, dan perusahaan udara niaga menetapkan tarif berorientasi kepada kelangsungan dan pengembangan usaha badan penyelenggara dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan serta perluasan jaringan angkutan.

D. Konsep Wanprestasi dan Tanggung Jawab dalam Pengangkutan

1. Konsep Wanprestasi

(36)

dirugikan. Tetapi adakalanya perjanjian tersebut tidak terlaksana dengan baik karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak atau debitur.

Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya prestasi buruk. Adapun yang dimaksud wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahannya, debitur tidak dapat memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian dan bukan dalam keadaan memaksa.

Menurut Subekti, bentuk wanprestasi ada empat macam yaitu:13

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan;

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana dijanjikannya;

c. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Untuk mengatakan bahwa seseorang melakukan wanprestasi dalam suatu perjanjian, kadang-kadang tidak mudah karena sering sekali juga tidak dijanjikan dengan tepat kapan suatu pihak diwajibkan melakukan prestasi yang diperjanjikan.

Dalam hal bentuk prestasi debitur dalam perjanjian yang berupa tidak berbuat sesuatu, akan mudah ditentukan sejak kapan debitur melakukan wanprestasi yaitu sejak pada saat debitur berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam perjanjian. Sedangkan bentuk prestasi debitur yang berupa berbuat sesuatu yang memberikan sesuatu apabila batas waktunya ditentukan dalam perjanjian maka

13

(37)

menurut pasal 1238 KUH Perdata debitur dianggap melakukan wanprestasi dengan lewatnya batas waktu tersebut. Dan apabila tidak ditentukan mengenai batas waktunya maka untuk menyatakan seseorang debitur melakukan wanprestasi, diperlukan surat peringatan tertulis (somasi) dari kreditur yang diberikan kepada debitur.

2. Konsep Tanggung Jawab dalam Pengangkutan

Pengertian tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan).14 Sedangkan pengertian tanggung jawab menurut kamus hukum adalah suatu keharusan bagi seseorang untuk melaksanakan dengan selayaknya apa yang telah diwajibkan kepadanya.

Hukum pengangkutan mengenal tiga prinsip tanggung jawab, prinsip-prinsip tanggung jawab merupakan salah satu unsur penting dari segi perlindungan hukum bagi konsumen jasa angkutan. Prinsip-prinsip tanggung jawab tersebut antara lain :15

1. Tanggung Jawab Karena Kesalahan (Base on Fault)

Menurut prinsip ini, setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam penyelenggaraan pengangkutan harus bertanggung jawab membayar segala kerugian yang timbul akibat kesalahannya itu. Pihak yang menderita kerugian wajib membuktikan kesalahan pengangkut. Beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, bukan pada pengangkut. Pada pengangkutan dengan

14

Departemen Pendidika, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 4, Pusat Bahasa, Gramedia Pustaka Umum, Jakarta, 2008, hlm.341.

15

(38)

kendaraan umum, pengusaha pengangkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang, pengirim barang, atau pihak ketiga, karena kelalaian atau karena kesalahan dalam pengangkutan. Tanggung jawab Pengusaha Pengangkutan Umum terhadap penumpang dimulai sejak diangkutnya penumpang sampai di tempat tujuan yang disepakati. Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggaraan angkutan (Pasal 191 UU LLAJ).

2. Tanggung Jawab karena Praduga

Menurut prinsip ini setiap pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya. Tetapi jika pihak pengangkut dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah, maka ia dapat dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi kerugian tersebut. Tidak bersalah adalah tidak melakukan kelalaian, telah mengambil tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian, atau peristiwa yang msenimbulkan kerugian itu tidak mungkin dapat dihindari.

(39)

seluruh atau rusaknya barang itu karena peristiwa yang tidak dapat dicegah atau tidak dapat dihindari terjadinya.

3. Prinsip tanggung jawab mutlak

Menurut prinsip ini, pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakan tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. Prinsip ini menitikberatkan pada penyebab bukan kesalahannya. Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian dan unsur kesalahan tak perlu dipersoalkan. Pengangkut tidak mungkin bebas dari tanggung jawab dengan alasan apapun yang menimbulkan kerugian itu.

E. Tinjauan Umum PT Rosalia Express

PT Rosalia Express merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa Pengiriman barang yang mencakup akan kebutuhan distribusi dan logistik. Pelayanan jasa distribusi pengiriman barang sudah dikenal sejak dahulu khususnya 10 tahun terakhir. Kebutuhan ini terus-menerus berkembang sejalan dengan kemajuan usaha-usaha bisnis dan pelayanan jasa pengiriman yang semakin hari dirasakan semakin dibutuhkan. Walaupun era globalisasi berkembang sedemikian pesatnya sekarang ini, namun peranan layanan jasa pengiriman ini pun tidak kalah pentingnya sebagai sarana pelangkap sekaligus penunjang bagi aktifitas operasional perusahaan-perusahaan ataupun individu- individu dalam hubungannya dengan pihak ketiga.

(40)

usaha yang demikian ketatnya dalam dunia perekonomian yang masih belum dapat dikatakan sehat secara makro, namun dengan didasarkan pada modal intergritas dan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang jasa pengiriman, PT Rosalia Express mencoba untuk menjawab kebutuhan akan pelayan jasa tersebut yang mencakup kebutuhan distribusi dan logistik. Konsentrsi utama perusahaan ini adalah pelayanan jasa yang semaksimal mungkin bagi semua pelanggan yaitu cepat, tepat dan aman dalam penyampaian pengiriman. Karena bagi PT Rosalia Express kepuasan pelanggan adalah kepuasan kami dan merupakan kebanggaan bagi PT Rosalia Express bisa membantu pelanggan dalam bidang jasa pengiriman barang.

Rosalia Express diawali dengan barang titipan di bagasi penumpang baik Bis maupun Travel. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan usaha pada tahun 2004 dengan badan hukum PT Rosalia Express menjadi sebuah perusahaan Jasa Titipan Paket dengan didukung dengan tenaga kerja yang profesional pada bidangnya, dalam kegiatannya selalu mengutamakan pelayanan yang terbaik pada pelanggan yang telah memberikan kepercayaan pengiriman baik partai kecil maupun dalam partai besar.

(41)

masalah pengiriman paket sehingga tujuan perusahaan dalam memberikan service

yang baik akan tercapai.

Rosalia Express selain telah mendapatkan kepercayaan dari berbagai perusahaan

Textille, Garment, Meubel, Furniture, Electronic juga melayani paket pindahan. Dengan lebih dari 200 karyawan yang komit dalam tugasnya sehingga keamanan kiriman serta kenyamanan pelanggan menjadi prioritas utama. Rosalia Express merupakan salah satu perusahaan jasa layanan paket yang berkualitas, terbukti dari telah banyaknya perusahaan Nasional maupun Multinasional yang menjadi "Pelanggan Tetap" sampai saat ini. Keberhasilan ini diharapkan akan terus berlanjut dengan diciptakan pelayanan pengurusan handling barang-barang yang cepat dengan rate yang relatif kompetitif. Perusahaan senantiasa melakukan riset dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal, serta sistem informasi yang efisien dengan orientasi kenyamanan para pelanggan.16

16

(42)

F. Kerangka Pikir

Berdasarkan bagan di atas, maka dapat diuraikan kerangka pikir sebagai berikut: Berkembangnya bisnis jasa pengangkutan dan pengiriman barang yang sedemikian pesat di Indonesia mendorong pemerintah untuk memfasilitasi penyelenggaraan pengangkutan barang kiriman nasional dengan menerbitkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Undang-undang ini dibuat tidak terlepas dari tujuan untuk melindungi pengirim barang yang memiliki hubungan secara horizontal terhadap pengangkut (PT Rosalia Express) agar pelaksanaan hak dan kewajiban di antara kedua belah pihak tidak terjadi pelanggaran.

UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga mengatur tentang pertanggungjawaban pengangkut apabila pengirim barang mengalami kerugian. Tanggung jawab pengangkut juga tercermin dalam klausula dokumen pengangkutannya, dimana dokumen pengangkutan merupakan wujud dari

UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PT Rosalia Express

Tanggung Jawab Hak dan Kewajiban

Pengirim

(43)
(44)

III. METODE PENELITIAN

Metode Penelitian merupakan salah satu cara atau langkah-langkah yang digunakan untuk memecahkan dan menganalisis masalah dengan melakukan suatu kegiatan yang terencana berdasarkan suatu sistem untuk mendapatkan data yang baru sehingga pada akhirnya akan didapatkan suatu kesimpulan secara komprehensif. Dalam suatu penelitian, mutlak diperlukan adanya suatu metode penelitian yang nantinya akan membeikan bahan bagi peneliti sehingga tidak keluar dari jalur penelitian yang direncanakan.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif empiris, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengkaji keberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang, atau kontrak) secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang berlaku dimasyarakat.1 Fokus penelitian ini adalah pada penerapan hukum atau implementasi ketentuan hukum normatif, yaitu Keppres Nomor 166 Tahun 2000 jo Keppres Nomor 103 Tahun 2001 tentang tugas dan fungsi BPOM secara umum yang menjadi pengawas peredaran produk obat tradisional terdaftar, Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional, Peraturan Kepala Badan

1

(45)

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal, Terstandar dan Fitofarmaka yang memuat tentang prosedur pendaftaran obat tradisional di BPOM. Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan juga Undang-Undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang memuat tentang hak-hak konsumen serta peraturan-peraturan yang terkait dengan penelitian yang diteliti. Dalam hal ini yang akan diteliti adalah kriteria, syarat dan prosedur pendaftaran obat tradisional di BPOM serta meneliti peran dan fungsi BPOM dalam pengawasan produk obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe deskriptif, yaitu penggambaran secara jelas, rinci dan sistematis bagaimana prosedur pendaftaran obat tradisional di BPOM yang berkaitan dengan kriteria obat tradisional yang didaftarkan, syarat pendaftaran dan tahap-tahap pendaftaran obat tradisional di BPOM serta peran dan fungsi BPOM dalam pengawasan produk obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung. Berdasarkan dengan ketentuan Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Keppres Nomor 166 Tahun 2000

(46)

keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi didalam masyarakat.2

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian.3 Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif-terapan, yaitu pendekatan masalah yang dilakukan dengan mengkaji pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum normatif yaitu undang-undang no 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen serta undang-undang no No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan secara in action dalam hal ini masalah yang dibahas adalah bagaimana kriteria, syarat dan prosedur pendaftaran obat tradisional di BPOM serta peran dan fungsi BPOM dalam peredaran produk obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung.

D. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) wilayah Bandar Lampung.

E. Data dan Sumber Data

Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka.4

2

Abdulkadir Muhammad, 2004, Ibid,. hlm.50

3

Abdulkadir Muhammad, 2004. Ibid, hlm.112

4

(47)

Adapun dalam mendapatkan data atau jawaban yang tepat dalam membahas skripsi ini, serta sesuai dengan pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini maka jenis data yang digunakan dalam penellitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil wawancara. Data primer meliputi data penelitian terapan dari ketentuan normatif terhadap peristiwa hukum in concerto.5 Data primer ini didapatkan dari wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini pihak yang diwawancarai adalah dari Badan POM, yaitu Ibu Evita sebagai anggota dari bidang pemeriksaan dan penyidikan dan Bapak Hartadi selaku kepala bidang sertifikasi dan layanan informasi konsumen pada lembaga negara non-departmen BBPOM wilayah Bandar Lampung.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Data sekunder diperoleh dengan mempelajari dan mengkaji literatur-literatur dan peraturan perundang-undangan serta keputusan presiden yang terkait dengan peran dan fungsi BPOM dalam pengawasan peredaran produk obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung. Data sekunder itu mencakup :

a. Bahan hukum primer, yang terdiri dari

1) Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK);

2) Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (UUK);

5

(48)

3) Peraturan-peraturan pelaksana dari kedua undang-undang tersebut diatas yang berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan peran dan fungsi BPOM terhadap peredaran obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung, antara lain:

a) Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 2000 jo Keppres Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen;

b) Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional;

c) Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal, Terstandar dan Fitofarmaka.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan baku primer dan dapat membantu dalam menganalisa serta memahami bahan hukum primer, seperti literatur dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan-bahan

(49)

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

1. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dapat dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam penelitian hukum normatif.6 Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yaitu melakukan serangkaian kegiatan studi dokumentasi, dengan cara membaca, memcatat, dan mengutip buku-buku atau literatur yang berhubunga dengan kriteria, syarat dan posedur pendaftaran obat tradisional serta fungsi dan peran Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan tugasnya dalam pengawasan peredaran produk obat tradisional terdaftar di Bandar Lampung.

2. Studi Wawancara

Studi wawancara dilakukan untuk mendapatkan data primer. Adapun cara mengumpulkan data primer yaitu dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terpimpin, yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu dan dilakukan wawancara secara langsung dengan narasumber. Dimana narasumber yang diwawancarai adalah narasumber langsung dari penelitian dilapangan, diantaranya:

a. Bapak Hartadi Kepala Bidang Sertifikasi dan Layanan Informasi Konsumen Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) wilayah Bandar Lampung.

6

(50)

b. Ibu Evita anggota dari Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) wilayah Bandar Lampung.

3. Studi Dokumen

Merupakan pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang tidak dipublikasikan secara umum, tetapi boleh diketahui oleh pihak tertentu. Studi dokumen dilakukan dengan cara menelaah dokumen yang berkaitan dengan pendaftaran obat tradisional. Teknik yang digunakan yaitu membaca dan memahami isi dokumen tersebut sehingga akan memudahkan dalam proses pengolahan data.

G. Metode Pengolahan Data

Setelah semua data yang diperoleh terkumpul baik data dari studi kepustakaan, studi wawancara maupun studi dokumen, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengelolaan data-data tersebut dengan cara sebagai berikut:

1. Editing, yaitu data yang diperoleh diperiksa dan diteliti secara selektif untuk menjamin kelengkapan data-data tersebut sehingga didapatkan data yang akurat, selektif dan relevan.

2. Evaluasi, yaitu dengan melakukan perbaikan jika ada data yang keliru dan salah, menambah dan melengkapi data-data yang kurang serta menidentifikasi apakah data yang diperoleh sudah lengkap dan sesuai dengan masalah yang diteliti.

(51)

H. Analisis Data

(52)

V. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hak dan kewajiban pihak-pihak telah dirumuskan dalam perjanjian yang mereka buat. Karena perjanjian pengkutan pengiriman barang umumnya tidak tertulis tetapi didukung oleh dokumen angkutan, maka hak dan kewajiban pihak-pihak tertulis dalam dokumen pengangkutan PT Rosalia Express tersebut. Pihak pengirim mempunyai kewajiban membayar biaya angkutan yang telah ditetapkan dan disetujui bersama, sedangkan pihak pengangkut mempunyai kewajiban untuk mengirim barang kiriman yang diangkut sampai di tempat tujuan dengan tepat dan aman.

2. Perbuatan wanprestasi yang pernah dilakukan oleh PT Rosalia Expres antara lain terlambatnya barang kiriman ditempat tujuan dan barang kiriman rusak saat proses pemuatan barang yang dilakukan karena kelalaian pihaknya, karyawan, perwakilan atau agen.

(53)
(54)

DAFTAR PUSTAKA

1. Literatur

Departemen Pendidikan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta

Muhammad, Abdulkadir. 1990. Hukum Perjanjian. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

__________. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

__________. 2008. Hukum Pengangkutan Niaga. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.

Purwosutjipo, H.M.N. 1981. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Djambatan. Jakarta.

Sasongko, Wahyu. 2007. Ketentuan- Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Satrio, J. 1995. Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Soekanto, Sarjono. 1990. Penelitian Hukum Normatif. Rajawali Pers. Jakarta Subekti, R. 1995. Aneka Perjanjian. PT Citra Aditya Bakti. Jakarta.

__________. 2005. Hukum Perjanjian. PT. Intermasa. Bandung. Suhamoko. 2004. Hukum Perjanjian. Prenada Media. Jakarta.

Tjakranegara, Soegijatna. 1995. Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang. Rineka Cipta. Jakarta.

(55)

2. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdta) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 3. Bahan-Bahan Lain

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunkana media lingkungan dapat meningkatkan

Apabila terjadi selisih terhadap barang, maka mengecek kembali catatan mutasi barang yang ada pada kartu stok gudang untuk menelusuri

Aplikasi ini dapat digunakan siswa untuk media pembelajaran dan tolak ukur dalam memahami program linier, karena dalam aplikasi ini disediakan materi dan soal-soal latihan yang

The data and clock output signals of bit- synchronizer unit are given to a PC based DAQLB system where real-time telemetry processing is carried out and data is recorded onto hard

Morphometric analysis consists of 5 parameters geomorphic indices: drainage basin asymmetry (AF), hypsometric curve and integral (Hc and Hi), stream length gradient (SL)

Dalam lingkungan keluarga diharapkan antara lain: orang tua menjadi masyarakat belajar atau pembaca, orang tua menemani anaknya belajar, bukan sekadar menyuruh

[r]

Lembaga ini merupakan kebijakan pemerintah era Soeharto untuk mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun (PNS dan ABRI) dan keluarga