• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Adekuasi Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien End Stage Renal Disease di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Adekuasi Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien End Stage Renal Disease di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2014"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE RELATIONS BETWEEN HEMODIALYSIS ADEQUACY AND THE LIFE QUALITY OF END STAGE RENAL DISEASE PATIENTS IN

RUMAH SAKIT ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG 2014

By

MARADEWI MAKSUM

(2)

AB ✁ ✂A

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar albumin dalam urin. GGK merupakan masalah kesehatan yang mengenai 5-10% populasi dunia.

✏✑✒ ✓ ✔✕✖ ✗ ✘ ✗✑ ✕✙ ✚✛✜ ✗✕✜ ✗ (ESRD) merupakan stadium akhir dari GGK dan membutuhkan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis. Keberhasilan hemodialisis berhubungan dengan adekuasi hemodialisis. Adekuasi hemodialisis memiliki keterkaitan yang kuat terhadap kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup pada pasien ESRD di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2014. Penelitian ini adalah penelitian analitik korelatif dengan pendekatan ✢ ✣ ✤✜✜

✓✗✥ ✔✛✤✑✕✙. Pasien hemodialisis dihitung adekuasinya dan dibagikan kuesioner

SF-36. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 65% pasien yang tidak tercapai adekuasi, 53,8% pasien dengan nilai kualitas hidup buruk. Secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup pasien ESRD di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2014 (p<0,05), walaupun korelasinya lemah (0,405).

(3)

HUBUNGAN ANTARA ADEKUASI HEMODIALISIS DENGAN KUALITAS HIDUP PASIENEND STAGE RENAL DISEASE DI RUMAH

SAKIT ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

Oleh

MARADEWI MAKSUM

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

✦✧★✩Y✩✪ H✧ ✫✬✭

✮✯✰✱ ✲✳✴✵ ✳✲✶✷ ✳✸✹ ✶✰ ✵ ✳ Jakarta pada tanggal 3 Februari 1996, sebagai anak pertama

dari dua bersaudara dari pasangan Ari Prayoga Maksum dan Handiyas Evita.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Mini Pak Kasur Pasar

Minggu pada tahun 2001, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Al-Azhar Syifa

Budi Kemang Jakarta Selatan pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama

(SMP) diselesaikan di SMP Negeri 19 Jakarta pada tahun 2009, dan Sekolah

Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Al-Azhar Syifa Budi Kemang

Jakarta Selatan pada tahun 2011.

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) jalur tertulis. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah

menjadi bagian dari Genitalial Education and Health Counselour, dan Paduan

(8)

Untuk Mama dan Papa atas segala doa, kasih sayang, dan kesabarannya.

Semoga Mama dan Papa selalu dalam lindungan Allah dan diberi keselamatan

dunia dan akhirat.

“The will to win, the desire to succeed, the urge to

reach your full potential, these are the keys that

(9)

✺✻✼✽✻CANA

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT

yang senantiasa mencurahkan segala nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa terhaturkan kepada junjungan kita,

Rasulullah SAW.

Skripsi dengan judul ✾✿ ❀✿ ❁❂ ❃❁ ❃❁ ❄❃ ❅❃ ❆❇❈❉✿❃ ❊ ❋ ✾❈ ●❍ ❇❋❃ ■❋❊ ❋❊ ❇❈❁❂ ❃❁ ❏✿❃ ■❋❄❃ ❊

✾❋ ❇✿❑▲❃ ❊ ❋❈❁▼❁ ❇◆❄❃❂ ❈❖❈❁❃ ■P❋❊ ❈❃❊ ❈❖✿ ●❃◗ ◆❃ ❉❋❄ ❆❀ ❇✿ ■❘❍❈■ ❍❈❉❙❃◗✿❁❚❯ ❱❲

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di

Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas

Lampung;

2. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed., selaku Dekan Fakultas Kedoketran

Universitas Lampung;

3. dr. Agustyas Tjiptaningrum, Sp.PK, selaku Pembimbing Utama atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

(10)

4. dr. Khairun Nisa, M.Kes, AIFO selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan

memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi

ini;

5. dr. Jenny Maria Carolina Siagian, Sp. KJ selaku Penguji Utama. Terima kasih

atas waktu, ilmu, serta saran-saran yang telah diberikan.

6. Terima kasih kepada mama tercinta, Handiyas Evita, atas curahan kasih

sayang, doa di setiap sholatnya, perhatian, nasihat, motivasi-motivasi, dan

juga semangatnya. Terima kasih juga kepada papa tersayang, Ari Prayoga

Maksum, atas doa, kesabaran, beserta nasihat-nasihatnya. Tak lupa saya

ucapkan terima kasih kepada adik satu-satunya, Arvi Maradewa Maksum;

7. Cuik, Eyang Bos, beserta anggota keluarga lainnya atas doa-doa yang

diucapkan;

8. dr. Tri Umiana Soleha, M. Kes selaku Pembimbing Akademik atas segala

doa, motivasi, perhatian, kesabaran dan bantuan dalam membimbing penulis

selama ini;

9. Seluruh staf dosen dan staf karyawan FK Unila.

10. Terima kasih kepada Ibu Meni selaku Kepala Unit Hemodialisis RSAM atas

kesabaran, motivasi, dan kebaikannya.

11. Terima kasih kepada para perawat unit hemodialisis RSAM atas bantuan,

ilmu, serta kesabarannya dalam membantu penulis;

12. Pak Sigit beserta pegawai-pegawai laboratorium RSAM Bandar Lampung.

13. Terima kasih atas segala-galanya kepada sahabat-sahabat yang telah saya

(11)

Putri, Fauzia Andini, Lita Marlinda, Narita Ekananda, Roseane Maria V,

Fadia Nadila, Fini Amalia, dan Sabrine Dwigint.

14. Terima kasih kepada teman sebelah kamar saya, Annisa Ratya, atas segala

ilmu, saran-saran, kebaikan, kesabaran, dan canda tawanya.

15. Terima kasih kepada dr. Muhamad Ibnu Sina atas ilmu beserta

saran-sarannya.

16. Terima kasih kepada ibu kos (Ibu Kurniawati) dan keluarga atas kebaikan dan

kesabarannya selama tiga tahun ini.

17. Terima kasih kepada sahabat tersayang Saadaturrohim Nafi ah Al-Khoir dan

Nur Amalyna Yusrin yang selalu memberi semangat dan berbagi cerita

bersama di saat suka dan duka.

18. Terima kasih kepada sahabat-sahabat sejak kecil yang akan menjadi rekan

sejawat nantinya, Alya Putri Khairani, Larasati Kusuma Putri, dan Shafira

Ananda Setiawan atas canda tawa, semangat, dan sarannya;

19. Sahabat-sahabat terbaik sejak TK, M. Fachri Maulana, Shabrina Aufari, dan

Meisya Citraswara V yang telah menyemangati, berbagi keceriaan dan canda

tawa;

20. Teman-teman S.E.L.F Fathiyah, Siti Nur Rezki, Reza Fahlevi atas ilmu,

pelajaran hidup, dan canda tawanya;

21. Teman-teman tutorial kelompok 3, Bertha Yolanda, Neola Amanda, Raissa

Eja, Fitrianisa Burmana, Yuda Ayu, Putri Rinawati, Angga Alpiansyah,

Kevin Tagor, Jaya Ndaru, dan Selvia Farahdina atas kebersamaannya selama

(12)

22. Terima kasih kepada seluruh keluarga mahasiswa angkatan 2011 yang tidak

bisa disebutkan satu persatu atas canda tawa, susah senang, dukungan, serta

kebersamaannya selama 3,5 tahun ini;

23. Pejuang-pejuang KKN Desa Tanjung Jaya Bangun Rejo, Kiki, Lisa, Lia,

Irine, Jery, Kabul, Mail, Janu, Jimmy, Yayan atas ilmu, canda tawa, serta

dukungannya;

24. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat (angkatan 2002 2014), yang sudah

memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran;

25. Teman-teman kelas akselerasi, akademik, SKS-IPA, dan teman-teman

lainnya dari TK Mini Pak Kasur Pasar Minggu, SD Al-Azhar Syifa Budi

Kemang Jakarta Selatan, SMPN 19 Jakarta, dan SMA Al-Azhar Syifa Budi

Kemang Jakarta Selatan, terima kasih atas kebersamaannya.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Namun, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat

dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Semoga segala

perhatian, kebaikan dan keikhlasan yang diberikan selama ini mendapat balasan

dari Allah SWT. Terima kasih.

Bandar Lampung, 17 Desember 2014

(13)

DAFTAR ISI

II.3.2 Proses Hemodialisis ... 17

II.3.3 Adekuasi Hemodialisis ... 18

II.4 Kualitas Hidup ... 19

II.4.1 Definisi ... 19

II.4.2Penilaian Kualitas Hidup ... 20

II.5 Hubungan antara Adekuasi Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 23

III.1 Desain Penelitian ... 23

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

III.3 Populasi dan Sampel ... 23

(14)

III.3.2 Sampel ... 24

III.4 Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 25

III.4.1 Identifikasi Variabel ... 25

III.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 26

III.5 Prosedur Penelitian... 27

III.6 Diagram Alur Penelitian ... 28

III.7 Alat dan Bahan ... 29

III.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 29

III.8.1 Pengolahan Data ... 29

III.8.2 Analisis Data ... 30

III.9 Etik Penelitian ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

IV.1 Gambaran Umum Penelitian ... 32

IV.2 Hasil ... 33

IV.2.1 Analisis Univariat ... 35

IV.2.2 Analisis Bivariat ... 35

IV.3 Pembahasan... 36

IV.3.1 Rerata dan Frekuensi Nilai Adekuasi Hemodialisis ... 36

IV.3.2 Rerata dan Frekuensi Nilai Kualitas Hidup ... 37

IV.3.3 Analisis Hubungan Adekuasi Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

V.1 Kesimpulan ... 43

V.2 Saran ... 44

V.2.1 Bagi Institusi Hemodialisis ... 44

V.2.2 Bagi Pasien Hemodialisis ... 44

V.2.3Bagi Peneliti Lain ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I-1 Kerangka teori ... 5

Gambar I-2 Kerangka konsep ... 6

Gambar II-1 Anatomi Ginjal ... 8

Gambar II-2. Perbedaan ginjal normal dengan GGK ... 13

Gambar II-3Proses hemodialisis ... 17

Gambar II-4Klasifikasi Pertanyaan SF-36 ... 21

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi GGK (Harrison, 2012) ... 12

Tabel 3.1 Definisioperasional ... 26

Tabel 4.1 Rerata nilai adekuasi hemodialisis dan kualitas hidup ... 33

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Adekuasi Hemodialisis ... 34

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi kualitas hidup ... 34

(17)

1

BAB I.PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan suatu kondisi yang ditandai

dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

albumin dalam urin. Gagal ginjal kronik merupakan masalah kesehatan

yang telah meluas dan mengenai 5-10% populasi dunia (Kidney

International Organization, 2009). Penyakit ini termasuk ke dalam

sepuluh besar penyakit tidak menular yang sering terjadi dengan

prevalensi sebesar 0,2% di Indonesia (Riskesdas, 2013). Prevalensi GGK

seringkali diabaikan, meskipun GGK merupakan gangguan yang bersifat

menahun dan dapat berlangsung progresif (Lancet, 2013).

Kidney Disease Outcomes Quality Initiative membagi GGK

menjadi lima stadium berdasarkan glomerular filtrate rate (GFR) dimana

End Stage Renal Disease (ESRD) merupakan stadium akhir dari GGK

yang ditandai dengan kerusakan ginjal secara permanen dan irreversibel

(Shdaifat, 2012). Seluruh individu yang sudah mencapai stadium ini

membutuhkan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis, peritoneal

(18)

2

Hemodialisis merupakan terapi pengganti yang paling banyak

dilakukan oleh pasien ESRD. Pasien ESRD yang telah menjalani terapi,

sebanyak 1.929.000 dari 2.786.000 pasien menjalani hemodialisis,

235.000 pasien menjalani peritoneal dialisis, dan 622.000 pasien menjalani

transplantasi ginjal (Fresensius Medical Care, 2011). Hemodialisis

merupakan suatu metode yang diperuntukkan bagi para penderita gagal

ginjal yang berfungsi untuk membuang produk sisa metabolisme seperti

potasium dan urea dari darah (Himmelfarb, 2010). Menurut Clinical

Practice Guideline on Adequacy of Hemodialysis, kecukupan dosis

hemodialisis yang diberikan diukur dengan istilah adekuasi hemodialisis,

yaitu dosis yang direkomendasikan untuk mendapatkan hasil yang adekuat

sebagai manfaat dari proses hemodialisis yang dijalankan oleh pasien

gagal ginjal (NKF-KDOQI, 2006).

Keberhasilan hemodialisis berhubungan dengan adekuasinya.

Hemodialisis dikatakan adekuat bila terdapat kadar ureum darah menurun

(Ureum Reduction Ratio) dan rasio antara darah yang dihemodialisis per

waktunya dengan fraksi hemodialisis yang terbentuk (Kt/V)lebih dari

sama dengan 1,8 (Rahman, 2013).

Adekuasi hemodialisis memiliki keterkaitan yang kuat terhadap

kualitas hidup pasien. Ketidakadekuatan hemodialisis dapat meningkatkan

progresivitas kerusakan fungsi ginjal, kerugian material, dan menurunnya

produktivitas pasien (Pourfarziani et al, 2008). Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Cruz MD et al (2011), terdapat penurunan kualitas hidup

(19)

3

Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin melihat keterkaitan antara

adekuasi hemodialisis pasien ESRD dengan kualitas hidupnya. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.

I.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana adekuasi hemodialisis yang dicapai oleh pasien End Stage

Renal Disease di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung pada

tahun 2014?

b. Bagaimana kualitas hidup pasien End Stage Renal Disease di Rumah

Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung pada tahun 2014?

c. Apakah terdapat hubungan antara adekuasi hemodialisis dengan

kualitas hidup pada pasien End Stage Renal Disease di Rumah Sakit

Abdul Moeloek Bandar Lampung pada tahun 2014?

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup pada

pasien End Stage Renal Disease di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar

Lampung.

I.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi adekuasi hemodialisis yang dicapai oleh pasien End

(20)

4

2. Mengidentifikasi kualitas hidup pasien End Stage Renal Disease di

Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

I.4.1 Manfaat Teoritis

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan mengenai hubungan adekuasi

hemodialisis pada penderita End Stage Renal Disease dengan kualitas hidup

pasien.

I.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Menambah wawasan tentang hubungan adekuasi hemodialisis pada

penderita End Stage Renal Disease dengan kualitas hidup pasien.

b. Bagi peneliti lain

Sebagai referensi bagi peneliti lain mengenai hubungan adekuasi

hemodialisis pada penderita End Stage Renal Disease dengan kualitas

hidup pasien.

c. Bagi masyarakat

Memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai hubungan

adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup pasien serta melakukan

pencegahan secara mandiri seperti mencegah faktor risiko seperti

(21)

5

I.5 Kerangka Pemikiran

I.5.1 Kerangka Teori

(22)

6

I.5.2 Kerangka Konsep

(23)

7

I.6 Hipotesis

- H0 : Tidak terdapat hubungan antara adekuasi hemodialisis pada

penderita End Stage Renal Disease dengan kualitas hidup pasien

- Ha : Terdapat hubungan antara adekuasi hemodialisis pada

(24)

8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal

II.1.1 Anatomi

Gambar II-1. Anatomi Ginjal

(diunduh dari http://higheredbcs.wiley.com/legacy/college/tortora/)

Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada

dinding abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra

T12 hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena

besarnya lobus hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan

yang terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah

(25)

9

berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan memfiksasi ginjal (Tortora,

2011).

Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat

terang dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap.

Korteks ginjal mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap

nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari

beberapa massa-massa triangular disebut piramida ginjal dengan basis

menghadap korteks dan bagian apeks yang menonjol ke medial. Piramida

ginjal berguna untuk mengumpulkan hasil ekskresi yang kemudian

disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis ginjal (Tortora, 2011).

II.1.2 Fisiologi

Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan

mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi

sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang

tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh

dalam urin melalui sistem pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2012).

Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu:

a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.

b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan

(26)

10

c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.

d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.

e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.

. Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal

kemudian akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang

diambil dari darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan

dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu

di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan

keadaan memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih

akan di keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011).

Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin,

yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan

filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler

glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali

protein, di filtrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat

glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya

zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak

difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian

(27)

11

II.2 Gagal Ginjal Kronik

II.2.1 Definisi

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan

penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana

memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau

transplantasi ginjal. Salah satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal

ginjal adalah uremia. Hal ini disebabkan karena menurunnya fungsi ginjal

(Sudoyo, 2009).

Kriteria penyakit GGK menurut KDOQI (2002), adalah:

a. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari tiga bulan, berupa kelainan

struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan GFR, dengan

manifestasi:

- Kelainan patologis

- Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi

darah atau urin

b. GFR < 60 ml/menit/1,73m2

II.2.2 Klasifikasi

Menurut Harrison (2012), berikut ini adalah klasifikasi dari GGK

(28)

12

Tabel 2.1 Klasifikasi GGK (Harrison, 2012)

Stage Penjelasan GFR (mL/menit/1,73m2 )

0 Memiliki faktor risiko ≥ 90 dengan faktor risiko

1 Kerusakan ginjal dengan GFR

Etiologi dari GGK berbeda-beda antara satu negara dengan negara

(29)

13

II.2.4 Patofisiologi

Gambar II-2. Perbedaan ginjal normal dengan GGK

(diunduh dari http://medicine.stonybrookmedicine.edu/)

Patofisiologi GGK pada awalnya tergantung dari penyakit yang

mendasarinya. Namun, setelah itu proses yang terjadi adalah sama. Pada

diabetes melitus, terjadi hambatan aliran pembuluh darah sehingga terjadi

nefropati diabetik, dimana terjadi peningkatan tekanan glomerular

sehingga terjadi ekspansi mesangial, hipertrofi glomerular. Semua itu akan

menyebabkan berkurangnya area filtrasi yang mengarah pada

glomerulosklerosis (Sudoyo, 2009). Tingginya tekanan darah juga

menyebabkan terjadi GGK. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan

perlukaan pada arteriol aferen ginjal sehingga dapat terjadi penurunan

filtrasi (NIDDK, 2014).

Pada glomerulonefritis, saat antigen dari luar memicu antibodi

spesifik dan membentuk kompleks imun yang terdiri dari antigen,

(30)

14

proses inflamasi dalam glomerulus. Endapan kompleks imun akan

mengaktivasi jalur klasik dan menghasilkan Membrane Attack Complex

yang menyebabkan lisisnya sel epitel glomerulus (Sudoyo, 2009).

Terdapat mekanisme progresif berupa hiperfiltrasi dan hipertrofi

pada nefron yang masih sehat sebagai kompensasi ginjal akibat

pengurangan nefron. Namun, proses kompensasi ini berlangsung singkat,

yang akhirnya diikuti oleh proses maladaptif berupa nekrosis nefron yang

tersisa (Harrison, 2012). Proses tersebut akan menyebabkan penurunan

fungsi nefron secara progresif. Selain itu, aktivitas dari renin-angiotensin-

aldosteron juga berkontribusi terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis, dan

progresivitas dari nefron (Sudoyo, 2009). Hal ini disebabkan karena

aktivitas renin-angiotensin-aldosteron menyebabkan peningkatan tekanan

darah dan vasokonstriksi dari arteriol aferen (Tortora, 2011).

Pada pasien GGK, terjadi peningkatan kadar air dan natrium dalam

tubuh. Hal ini disebabkan karena gangguan ginjal dapat mengganggu

keseimbangan glomerulotubular sehingga terjadi peningkatan intake

natrium yang akan menyebabkan retensi natrium dan meningkatkan

volume cairan ekstrasel (Harrison, 2012). Reabsorbsi natrium akan

menstimulasi osmosis air dari lumen tubulus menuju kapiler peritubular

sehingga dapat terjadi hipertensi (Tortora, 2011). Hipertensi akan

menyebabkan kerja jantung meningkat dan merusak pembuluh darah

ginjal. Rusaknya pembuluh darah ginjal mengakibatkan gangguan filtrasi

(31)

15

Gangguan proses filtrasi menyebabkan banyak substansi dapat

melewati glomerulus dan keluar bersamaan dengan urin, contohnya seperti

eritrosit, leukosit, dan protein (Harrison, 2012). Penurunan kadar protein

dalam tubuh mengakibatkan edema karena terjadi penurunan tekanan

osmotik plasma sehingga cairan dapat berpindah dari intravaskular menuju

interstitial (Kidney Failure, 2013). Sistem renin-angiotensin-aldosteron

juga memiliki peranan dalam hal ini. Perpindahan cairan dari intravaskular

menuju interstitial menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal.

Turunnya aliran darah ke ginjal akan mengaktivasi sistem renin-

angiotensin-aldosteron sehingga terjadi peningkatan aliran darah (Tortora,

2011).

Gagal ginjal kronik menyebabkan insufisiensi produksi eritropoetin

(EPO). Eritropoetin merupakan faktor pertumbuhan hemopoetik yang

mengatur diferensiasi dan proliferasi prekursor eritrosit. Gangguan pada

EPO menyebabkan terjadinya penurunan produksi eritrosit dan

mengakibatkan anemia (Harrison, 2012).

II.2.5 Manifestasi Klinis

Pasien GGK stadium 1 sampai 3 (dengan GFR ≥ 30 mL/menit/1,73

m2) biasanya memiliki gejala asimtomatik. Pada stadium-stadium ini

masih belum ditemukan gangguan elektrolit dan metabolik. Sebaliknya,

gejala-gejala tersebut dapat ditemukan pada GGK stadium 4 dan 5 (dengan

GFR < 30 mL/menit/1,73 m2) bersamaan dengan poliuria, hematuria, dan

(32)

16

peningkatan limbah nitrogen di dalam darah, gangguan keseimbangan

cairan elektrolit dan asam basa dalam tubuh yang pada keadaan lanjut

akanmenyebabkan gangguan fungsi pada semua sistem organ tubuh

(Arora, 2014).

Kelainan hematologi juga dapat ditemukan pada penderita ESRD.

Anemia normositik dan normokromik selalu terjadi, hal ini disebabkan

karena defisiensi pembentukan eritropoetin oleh ginjal sehingga

pembentukan sel darah merah dan masa hidupnya pun berkurang (Arora,

2014).

II.3 Hemodialisis

II.3.1 Definisi

Hemodialisis merupakan tindakan menyaring dan mengeliminasi

sisa metabolisme dengan bantuan alat. Fungsinya untuk mengganti fungsi

ginjal dan merupakan terapi utama selain transplantasi ginjal dan

peritoneal dialisis pada orang-orang dengan penyakit ginjal kronik.

Indikasi hemodialisis adalah semua pasien dengan GFR < 15mL/menit,

GFR < 10mL/menit dengan gejala uremia, dan GFR < 5mL/menit tanpa

(33)

17

II.3.2 Proses Hemodialisis

Gambar II-3 Proses hemodialisis

(diunduh dari http://www.medbroadcast.com/)

Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu

tabung ginjal buatan (dializer) yang terdiri dari dua kompartemen.

Kompartemen tersebut terdiri dari kompartemen darah dan kompartemen

dialisat yang dibatasi oleh selaput semipermeabel buatan. Kompartemen

dialisat dialiri oleh cairan dialisat yang berisi larutan dengan komposisi

elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung sisa metabolisme

nitrogen. Darah pasien dipompa dan dialirkan menuju kompartemen darah.

Selanjutnya, akan terjadi perbedaan konsentrasi antara cairan dialisis dan

darah karena adanya perpindahan zat terlarut dari konsentrasi tinggi ke

(34)

18

Pasien akan terpajan dengan cairan dialisat sebanyak 120-150 liter

setiap dialisis. Zat dengan berat molekul ringan yang terdapat dalam cairan

dialisat dapat berdifusi ke dalam darah. Untuk itu, diperlukan reverse

osmosis. Air akan melewati pori-pori membran semi-permeabel sehingga

dapat menahan zat dengan berat molekul ringan. Terdapat dua jenis cairan

dialisat, yaitu asetat dan bikarbonat. Cairan asetat bersifat asam dan dapat

mengurangi kemampuan tubuh untuk vasokonstriksi yang diperlukan

tubuh untuk memperbaiki gangguan hemodinamik yang terjadi setelah

hemodialisis. Sementara cairan bikarbonat bersifat basa, sehingga dapat

menetralkan asidosis yang biasa terdapat pada pasien GGK. Cairan

bikarbonat juga tidak menyebabkan vasokonstriksi (Sudoyo, 2009).

II.3.3 Adekuasi Hemodialisis

Adekuasi hemodialisis merupakan kecukupan dosis hemodialisis

yang direkomendasikan untuk mendapatkan hasil yang adekuat pada

pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis (NKF, 2006).

Standar tetap dari adekuasi hemodialisis adalah berdasarkan klirens urea

dan waktu dialisis. Standar tetap tersebut dapat diukur secara kuantitatif

(35)

19

Kt/V = -Ln (R-0,008 x t) + (4 – 3,5 x R) xUF/W

Keterangan:

K : klirens urea pada dialiser (mL/menit),

t : durasi hemodialisis (jam)

V : volume cairan tubuh dalam liter (pria 65% berat badan, wanita

55% berat badan)

Ln : Logaritma natural

R :

UF : BB pre dialisis – BB post dialisis

W : BB post dialisis (Breitsameter, 2012).

II.4 Kualitas Hidup

II.4.1 Definisi

Menurut WHO, kualitas hidup merupakan persepsi individu

mengenai posisi mereka dalam kehidupan dilihat dari konteks budaya dan

sistem nilai dimana mereka tinggal serta hubungannya dengan tujuan,

harapan, standar, dan hal-hal lain. Kualitas hidup merupakan konsep yang

luas karena dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kesehatan fisik,

psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, keyakinan pribadi, dan

(36)

20

Menurut WHOQOL (2012), kualitas hidup terdiri dari enam

dimensi yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, tingkat

kemandirian, hubungan sosial, hubungan dengan lingkungan, dan keadaan

spiritual. Dalam hal ini, dimensi fisik terdiri dari aktivitas sehari-hari,

energi dan kelelahan, serta tidur dan istirahat. Sementara pada dimensi

psikologis terdapat penampilan tubuh, perasaan negatif, dan perasaan

positif. Aspek kemandirian meliputi mobilitas, aspek sosial meliputi

dukungan sosial dan aktivitas seksual. Kemudian aspek lingkungan

meliputi sumber finansial, kebebasan, keselamatan fisik,dan yang terakhir

dimensi spiritual terdiri dari kepercayaan spiritual(WHOQOL, 2012).

II.4.2 Penilaian Kualitas Hidup

Kualitas hidup merupakan suatu parameter yang perlu

dipertimbangkan bila hendak mengevaluasi pasien yang sedang menjalani

perawatan terutama pada pasien dengan penyakit kronik. Hal ini

disebabkan karena pasien dengan penyakit kronik kebanyakan tidak dapat

sembuh (Hacker, 2014). Kualitas hidup sangat dipengaruhi oleh dimensi

yang akan dinilai, terdiri dari kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis,

tingkat kemandirian, hubungan sosial, hubungan dengan lingkungan, dan

keaadaan spiritual.

Kualitas hidup memiliki banyak dimensi yang perlu diperhatikan

dalam penilaian. Saat ini sudah terdapat bermacam-macam kuesioner baku

untuk menilai kualitas hidup seseorang, salah satunya adalah Short

(37)

21

Gambar II-4 Klasifikasi Pertanyaan SF-36 (diunduh dari http://www.sf-36.org/)

SF-36 merupakan suatu kuesioner yang terdiri dari 36 pertanyaan

dan telah mencakup delapan dimensi kualitas hidup, yaitu terdiri dari fisik,

keterbatasan peran karena kesehatan fisik, tubuh sakit, persepsi kesehatan

secara umum, vitalitas, fungsi sosial, peran keterbatasan karena masalah

emosional, dan kesehatan psikis. Pengukuran ini menghasilkan nilai skala

untuk masing-masing delapan domain dan dua ukuran ringkasan kesehatan

fisik dan psikis. Nilai skor kualitas hidup rata-rata adalah 60, dibawah skor

tersebut kualitas hidup dinilai kurang baik dan nilai skor 100 merupakan

tingkat kualitas hidup yang sangat baik (Ware, 2000).

Delapan dimensi dalam SF-36 terbagi lagi menjadi dua, yaitu

(38)

22

ekuasi

asin. sakit, persepsi kesehatan secara umum, dan vitalitas. Selain itu terdapat

Mental Component Summary yang terdiri dari fungsi sosial, peran

keterbatasan karena masalah emosional, dan kesehatan psikis (Ware,

2000).

II.5 Hubungan antara Adekuasi Hemodialisis dengan Kualitas Hidup

Pasien

Pasien hemodialisis mengalami perubahan fungsi tubuh yang

menyebabkan pasien harus beradaptasi melakukan penyesuaian diri selama

hidupnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sathvik (2008),

terdapat penurunan kualitas hidup pada pasien hemodialisis dibanding

pasien dengan transplantasi ginjal dan populasi umum. Menurut penelitian

yang dilakukan oleh Mann (2002), pasien yang adekuasi hemodialisisnya

baik, memiliki skor kualitas hidup yang lebih tinggi dibanding dengan

pasien yang hemodialisisnya tidak adekuat. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Rahman (2013), tidak terdapat hubungan antara ad

(39)

23

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analitik korelatif dengan

pendekatan Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan

dependen akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Gedung Hemodialisis Rumah Sakit

Abdu lMoeloek Bandar Lampung dan akan dilaksanakanselama satubulan

dan dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2014.

III.3 Populasi dan Sampel

III.3.1Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien menderita

ESRD yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis Rumah Sakit

(40)

24

III.3.2Sampel

Besar sampel dihitung dengan rumus perkiraan proporsi dalam

suatu populasi:

n = Zα2PQ

d2

Keterangan:

n : jumlah sampel yang dibutuhkan

Zα : tingkat kemaknaan (1,96)

P : perkiraan prevalensi (jika tidak diketahui maka nilai P =0,5)

Q : 1-p

d : ketelitian sekitar ± 5% (d = 0,05).

Hasil perhitungan:

n = (1,96)2 x 0,05 x (1-0,05)

(0,05)2

n = 73 ≈ 80

Sehingga dibutuhkan sampel minimal sebanyak 80 pasien, dimana semua

(41)

25

Kriteria Inklusi:

1. Pasien ESRD yang menjalani hemodialisis minimal 1 bulan.

2. Pasien ESRD yang menjalani hemodialisis dua kali seminggu.

3. Pasien ESRD yang menjalani hemodialisis yang bersedia dijadikan

responden dalam penelitian.

Kriteria eksklusi:

1. Pasien hemodialisis ESRD yang memiliki riwayat gangguan jiwa.

2. Pasien hemodialisis ESRD yang mengalami penurunan kesadaran.

III.4 Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

III.4.1Identifikasi Variabel

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

 Variabel bebas pada penelitian ini adalah adekuasi

hemodialisis.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

 Variabel terikat pada penelitian ini adalah kualitas hidup

(42)

26

III.4.2Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan pelaksanan penelitian ini dan agar penelitian

tidak terlalu luas maka dibuat definisi operasional sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisioperasional

No. Variabel Definisi Cara ukur Hasil

(43)

27

III.5 Prosedur Penelitian

1. Penimbangan berat badan sebelum hemodialisis

2. Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian

3. Pengambilan sampel serum kreatinin pre dan post hemodialisis di

Gedung Hemodialisis Abdul Moeloek Bandar Lampung

4. Pengisian Informed Consent

5. Pengisian kuesioner SF-36

6. Penimbangan berat badan setelah hemodialisis

7. Pencatatan hasil penelitian

(44)

28

III.6 Diagram Alur Penelitian

(45)

29

III.7 Alat dan Bahan

a. Kertas

b. Pulpen

c. Kuesioner kualitas hidup

d. Timbangan

e. Spuit 3cc

III.8 Pengolahan dan Analisis Data

III.8.1Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan dioleh

menggunakan software statistik. Kemudian, proses pengolahan data

menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah:

a. Editing, untuk melakukan pengecekan apakah semua data

pemeriksaan sudah lengkap, jelas, relevan, dan kuisioner.

b. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang

dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk

keperluan analisis.

c. Entry, merupakan suatu kegiatan memasukkan data ke dalam

komputer.

d. Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang

(46)

30

III.8.2Analisis Data

Untuk analisis data akan digunakan dua macam analisis data, yaitu

analisis univariat dan analisis bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis yang digunakan dengan menjelaskan secara deskriptif untuk

melihat distribusi variabel-variabel yang diteliti, baik variabel

dependent maupun independent.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan

menggunakan uji statistik.

- Uji Korelatif

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan

menggunakan uji statistik. Uji statistik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Uji Gamma dan Somer’s d merupakan uji

korelatif yang digunakan dalam data di penelitian ini. Uji signifikan

antara data yang diobservasi dengan data yang diharapkan dilakukan

dengan batas kemaknaan (α < 0,05) yang artinya apabila diperoleh p <

α, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebasdengan

variabel terikat dan bila nilai p > α, berarti tidak ada hubungan yang

signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Dahlan,

(47)

31

III.9 Etik Penelitian

Penelitian ini telah diajukan keethical clearance kepada komisi etik

(48)

43

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat 52 (65%) pasien End Stage Renal Disease di Rumah Sakit Abdul

Moeloek Bandar Lampung tahun 2014 yang adekuasi hemodialisisnya

tidak tercapai.

2. Terdapat 43 (53,8%) pasien End Stage Renal Disease di Rumah Sakit Abdul

Moeloek Bandar Lampung tahun 2014 dengan nilai kualitas hidup yang

buruk.

3. Terdapat hubungan yang sedang antara adekuasi hemodialisis dengan

kualitas hidup pada pasien End Stage Renal Disease di Rumah Sakit Abdul

(49)

44

V.2 Saran

V.2.1Bagi Institusi Hemodialisis

1. Perlunya dosis yang adekuat bagi pasien ESRD yang menjalani

hemodialisis.

2. Perlunya edukasi kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya

serta meningkatkan adekuasi hemodialisisnya.

V.2.2Bagi Pasien Hemodialisis

1. Perlunya pengendalian faktor risiko ESRD seperti hipertensi maupun

diabetes mellitus.

2. Perlunya dukungan dari keluarga pasien untuk meningkatkan kesadaran

akan pentingnya hemodialisis bagi pasien ESRD.

V.2.3Bagi Peneliti Lain

1. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai penyebab faktor-faktor yang

(50)

45

DAFTAR PUSTAKA

Arora, P. 2014. Chronic Kidney Disease. MedScape. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/238798-overview. Pada tanggal 20 September 2014.

Badan Litbang Kesehatan. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

McGraw-Hill Companies, inc. p. 2308-22

Bolhke M, Nunes DL, Scaglioni S, Kitamura C, et al. 2008. Predictors of Quality of Life Among Patients on Dialysis in Southern Brazil. Sao Paulo Med. J. 126(5).

(51)

46

Breitsameter G, Figuireido AE, Kocchhan DS. 2012. Calculation of Kt/V in Haemodialysis; A Comparison Between the Formula. Jornal Brasileiro de Nefrologia. 34(1):22-4.

Cruz MC, Andrade C, Urrutia M, Draibe S, Noguiera-Martins LA, Sesso RC. 2011. Quality of Life in Patients with Chronic Kidney Disease. Clinics. 66(6):991-5.

Dahlan, Sopiyudin. 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Emmanuel J, Unni VN, Deepa AR, Aboobacker S. 2010. Evaluation of Quality of Life in Hemodialysis and Renal Transplant Patients. Int J.Pharm. & Health Sci. 1(2):77-83.

Frenesius Medical Care. 2011. ESRD Patients in 2011 A Global Perspective. Frenesius Medical Care. Jerman: Fresensius Medical Care Deustchland GmbH.

Hacker ED, Zimmerman S, Burgener SC. 2014. Measurement of Quality of Life Outcomes. State of The Science Commentary. 7(1):7-12.

Harris C, Neilson EG. 2012. Adaption of the Kidney to Renal Injury. In Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J (Eds.),

Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. Amerika Serikat: The

McGraw-Hill Companies, inc. p. 2289-92

Himmelfarb J, Ikizler TA. 2010. Hemodialysis. N Engl J Med. 363(19):1833-45.

Kidney Failure. 2013. Edema in Chronic Kidney Disease. Diakses dari http://www.kidneyfailureweb.com/ckd/889.html. Pada tanggal 6 Oktober 2014.

(52)

47

Disease-Mineral and Bone Disorder (CKD-MBD). Diakses http://www.nature.com/ki/journal/v76/n113s/full/ki2009189a.html. Pada tanggal 21 September 2014.

Lessan-Pezeshki M, Rostami Z. 2009. Contributing Factors in Health-Related Quality of Life Assessment of ESRD Patients: A Single Center Study. Int J Nephrol Urol. 1(2):129-36.

Lewis JB, Neilson EG. 2012. Glomerular Diseases. In Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J (Eds.), Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. Amerika Serikat: The McGraw-Hill Companies, inc. p. 2334-54.

Liu KD, Chertow GM. 2012. Dialysis in the Treatment of Renal Failure. In Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J (Eds.),

Harrison’s Principles of Internal Medicine 18th ed. Amerika Serikat:The

McGraw-Hill Companies, inc. p. 2332-26.

Manns. 2002. Dialysis Adequacy and Quality of Life in Hemodialysis Patients. Diunduh pada http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12296580pada tanggal 21 Septermber 2014.

(53)

48

National Kidney Foundation. 2013. Coping with the Five Side Effects of Dialysis. Diakses dari http://www.kidney.org/news/ekidney/january12/top5. Diunduh pada 21 Septermber 2014.

National Kidney Foundation. 2006. KDOQI Clinical Practice Recommendations for 2006 Updates: Hemodialysis Adequacy, Peritoneal Dialysis Adequacy, Vascular Access, Am J Kidney Dis 48:S1-S322.

National Kidney Foundation. 2002. KDOQI Clinical Practice Guideline Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, Stratification. New York: National Kidney Foundation, inc.

Nofitri. 2009. Gambaran Kualitas Hidup Orang Dewasa pada Lima Wilayah di Jakarta [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Perkumpulan Nefrologi Indonesia. 2011. 4th Report of Indonesian Renal Registry. Diakses

http://www.pernefriinasn.org/Laporan/4th%20Annual%20Report%20Of%2 0IRR%202011.pdf. Diunduh pada 21 September 2014.

Pourvarziani, Vahid. 2008. Laboratory Variables and Treatment Adequacy in Hemodialysis Patients in Iran. Saudi Journal of Kidney Disease and Transplantation. 19(5):842-6.

Price SA, Wilson LM. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC.

Rahardjo JP, Susalit E, Suhardjono.2009. Hemodialisis. Dalam Sudoyo AW (Ed.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. hlm. 1050-3.

(54)

49

Saad, Ehab. 2014. High Blood Pressure/Kidney Disease. Medical College of

Wisconsin. Diakses di

http://www.mcw.edu/Nephrology/ClinicalServices/HighBloodPressure.htm. Diunduh 6 Oktober 2014

Santos, PR. 2010. Depression and Quality of Life of Hemodialysis Patients Living in a Poor Region of Brazil. Sao Paulo Med. J. 33(4).

Sathvik B.S. 2008. An Assessment of the Quality of Life in Hemodialysis Patients Using the WHOQOL-BREF Questionnaire. Indian Journal of Nephrology. 18(4): 141-9.

Sawatzky, Richard. 2007. The Measurement of Quality of Life and its Relationship with Perceived Health Status in Adolescents [Thesis]. British Columbia: Studi Pascasarjana Universitas British Columbia.

Shdaifat EA, Manaf, MR. 2012. Quality of Life of Caregivers and Patients Undergoing Haemodialysis at Ministry of Health, Jordan. Int J Appl Sci and Tech. 2(3):75-86.

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Suwitra, Ketut. 2009. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam Sudoyo AW (Ed.), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. hlm. 1035-41.

The Lancet. 2013. The Global Issue of Kidney Disease. The Lancet. Vol. 382: 101

Tortora GJ, Derrickson B. 2011. Principles of Anatomy and Physiology Maintanance and Continuity of the Human Body 13th Edition. Amerika Serikat: John Wiley & Sons, Inc.

(55)

50

Principles of Internal Medicine. 18th ed. Amerika Serikat: The McGraw-Hill Companies, inc. p. 2293-307.

Ware, JE. 2000. SF-36 Health Survey Update. Diakses di http://www.sf-36.org/tools/sf36.shtml. Diunduh pada 21 September 2014

Gambar

Gambar I-1 Kerangka teori
Gambar I-2 Kerangka konsep
Gambar II-1. Anatomi Ginjal
Tabel 2.1 Klasifikasi GGK (Harrison, 2012)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Galtung telah mengembangkan beberapa teori yang berpengaruh, seperti perbedaan perdamaian negatif dan positif, kekerasan struktural, teori tentang konflik dan resolusi konflik,

Dikemukakan oleh Khan dan Bhatnagar (1997) bahwa, perubahan konsentrasi fosfat pada kultur dipengaruhi oleh fosfat yang mengendap karena metabolit organik dan atau

Walaupun peta persepsi memperlihatkan distro mana yang paling unggul dalam atribut tertentu namun tiap distro harus tetap memperhatikan segmentasi dan target pasar

Timah (Persero) Tbk dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah, mengetahui efektivitas pelaksanaan Program Kemitraan dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) di

Anshari juga mengemukakan bahwa kompetensi profesional mengharuskan guru menguasai materi pembelajaran Ba hasa Indonesia (masukah sastra. .?) secara luas dan mendalam

Alhamdullilah, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang maha kuasa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul “ Respon

Menggunakan hasil pembahas- an penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1)Terdapat peningkatan rata- rata penguasaan konsep fisika siswa sebesar 0,55; (2) Terdapat

Setelah analisis struktur pada ketiga jenis graf diatas, selanjutnya analisis dilakukan pada graf jembatan yang terbentuk dari (1) graf lingkaran dan lingkaran, (2) graf bintang dan