• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP KELIMPAHAN NEMATODA PARASIT TUMBUHAN PADA PERTANAMAN TEBU BERUMUR 11 BULAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP KELIMPAHAN NEMATODA PARASIT TUMBUHAN PADA PERTANAMAN TEBU BERUMUR 11 BULAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP KELIMPAHAN NEMATODA PARASIT TUMBUHAN

PADA PERTANAMAN TEBU BERUMUR 11 BULAN

Oleh

Maria Teofani Sibagariang

(2)

tanah meningkatkan kelimpahan seluruh nematoda, yaitu nematoda parasit tumbuhan dan nematoda hidup bebas kecuali kelimpahan beberapa nematoda parasit tumbuhan, yaitu Hemicriconemoides, Hoplolaimus, Xiphinema, Longidorus, Tetylenchus, Paralongidorus, dan Meloidogyne. Aplikasi mulsa bagas dapat menurunkan kelimpahan Meloidogyne dan Paralongidorus pada petak tanpa olah tanah, tetapi tidak pada lahan olah tanah intensif.

(3)

Judul Skripsi : PENGARUH REDUKSI OLAH TANAH DAN PEMULSAAN TERHADAP KELIMPAHAN NEMATODA PARASIT TUMBUHAN PADA PERTANAMAN TEBU BERUMUR 11 BULAN Nama Mahasiswa : MARIA TEOFANI SIBAGARIANG

Nomor Pokok Mahasiswa : 0714041041

Jurusan : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S. Ir. Solikhin, M.P. NIP 196010031986031003 NIP 196209071989031002

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S. ………..

Sekretaris : Ir. Solikhin, M.P. ….….…………

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Titik Nur Aeny, M.Sc. ………….…...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 24 Agustus 1988. Penulis merupakan anak ketiga dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak Robertus Naipos-Pos, S. Pd dengan Ibu Hetty (Alm).

Penulis memulai pendidikan pada Taman Kanak-kanak Xaverius Way Halim, selesai pada Tahun 1994; Sekolah Dasar Xaverius Way Halim Bandar Lampung selesai pada Tahun 2001; Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 19 Bandar Lampung selesai pada Tahun 2004; dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Pangudi Luhur Bandar Lampung selesai pada Tahun 2007.

Tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPBM) dan pada tahun 2008 penulis menjadi mahasiswa Agroteknologi disebabkan adanya

(6)

“ Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah

langit ada waktunya.”

(Pengkhotbah 3:1)

Lebih banyaklah berbuat bagi dunia daripada yang diperbuat

oleh dunia kepadamu- itulah keberhasilan

Sejarah telah menunjukkan bahwa pemenang yang paling

termasyhur biasanya menghadapi rintangan yang sangat

mendebarkan sebelum akhirnya meraih keberhasilan.

(B. C. Forbes)

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada

pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu

rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,

untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

(7)

Dengan mengucap rasa syukur kepada

Tuhan Yesus Kristus

Penulis ingin mempersembahkan

Karya kecil ini

Sebagai ungkapan rasa cinta kasih, hormat dan sayangku

kepada:

Bapak, Mama (Alm), Kakak Uli, Abang Goel, dan Seluruh

keluarga besar yang selalu ada di hatiku dan setia

menunggu keberhasilanku

Serta almamaterku tercinta

(8)

SANWANCANA

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah memberikan berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluargaku tercinta: Bapak, Mama (Alm), Kakak, dan Abang yang telah membantu baik secara moril maupun material serta atas kasih sayang, perhatian, dan doa yang senantiasa diberikan selama menyelesaikan skripsi ini;

2. Bapak Dr. Ir. I Gede Swibawa, M. S., selaku Pembimbing I yang telah memberikan segala ide, bimbingan, motivasi, perhatian serta pengertian kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi hingga selesai. Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari penelitian beliau yang bertopik ‘Soil Rehabilitation’;

3. Bapak Ir. Solikhin, M. P., selaku Pembimbing II atas segala saran, bimbingan dan

kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini; 4. Ibu Ir. Titik Nur Aeny, M. Sc., selaku Dosen Penguji atas saran, kritik, bimbingan, dan

pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. F.X Susilo, M. Sc., selaku Pembimbing Akademik atas saran, kritik, bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis selama kuliah di Perguruan Tinggi Universitas Lampung;

(9)

7. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M. P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

8. Seluruh dosen Bidang Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan selama belajar di Perguruan Tinggi Universitas Lampung ini;

9. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

10.Rekan-rekan penelitianku: M. Badrus Solikh, S.P., Uswatun Hasanah, S.P., Fazri Firdaus, S.P., Jaya Saputra, S.P., dan Stenia Ruski Yusticia, S.P., atas segala kerjasama, bantuan, dan perhatian yang telah diberikan.

11.Teman-teman angkatan HPT 2007: Resma, Kristina, Yulianti, Eka, Selvi, Meri, Riki, Septiana, Siti Juariah, Wika, Yanti, Yani, Oviana, Lilis, Pebriana, Ovy ,Tere, Anto, Furqon, Ahmad, Yosua, Juwita, Tedy, Marjuki, dan Leo atas cerita indah, persahabatan, dan kebersamaan yang berkesan selama perkuliahan.

12. Mas Iwan, Mba Uum, Bapak Paryadi, dan Mas Rahmat, atas bantuannya selama ini.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membaca dan penulis berharap semoga Tuhan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bandar Lampung, Mei 2013

(10)

DAFTAR ISI

3.4.4. Perhitungan populasi dan identifikasi nematoda... 20

3.4.5. Analisis data... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... ... ... 22

4.1. Kelimpahan Seluruh Nematoda ... ... 22

(11)

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 30

5.1. Kesimpulan... 30

5.2. Saran... 30

PUSTAKA ACUAN... 31

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai F hitung kelimpahan seluruh nematoda individu per 300 cc

tanah. ... 22

2. Kelimpahan seluruh nematoda pada petak perlakuan olah tanah

(individu/300 cc tanah). ... 23

6. Kelimpahan Paralongidorus pada lahan yang diberi perlakuan

olah tanah dan pemulsaan. ... 28

7. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Helicotylenchus. ... 34

8. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Hemicriconemoides. ... 34

9. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Hoplolaimus. ... 34

10. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

(13)

xv

11. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Xiphinema. ... 35

12. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Meloidogyne. ... 35

13. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Paralongidorus. ... 36

14. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Longidorus. ... 36

15. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Trichidorus. ... 36

16. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Tylenchorhynchus. ... 37

17. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Tylenchus. ... 37

18. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Ditylenchus. ... 37

19. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Tylenchida MG-1. ... 38

20. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Tylenchulus. ... 38

21. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Paratylenchus. ... 38

22. Sidik ragam olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan

Tetylenchus. ... 39

23. Kelimpahan dan Rerata Nematoda Tanah per 3 ml. ... 40

(14)

xvi

25. Kelimpahan nematoda parasit tumbuhan pada lahan tanpa olah tanah dan olah tanah intensif. ... 43

26. Data kelimpahan relatif genus pada nematoda parasit tumbuhan. ... 44

27. Beberapa genus nematoda yang didapat pada pertanaman tebu

di PT. Gunung Madu. ... 45

28. Perlakuan olah tanah, pemupukan, dan pemulsaan pada

plot percobaan. ... 48

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tanaman tebu berumur 11 bulan. ... 8

2. Posisi letak sub sampel tanah. ... 18

3. Denah plot percobaan di PT. GMP. ... 47

4. Kondisi tanaman tebu pada empat petak

dengan perlakuan yang berbeda . ... 50

5. Kondisi petak OTI dan TOT pada plot percobaan . ... 51

6. Sampel tanah dari pertanaman tebu di PT. GMP. ... 51

7. Prosedur ekstraksi nematoda dari tanah. ... 52

8. Ordo Tylenchida genus Hemicriconemoides (a), Hoplolaimus (b), Helicotylenchus (c), Pratylenchus (d), Paralongidorus (e)

dan Xiphinema (f). ... 53

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Masalah

Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai penghasil gula.Tanaman tebu mengandung gula dengan kadar mencapai 20%. Dari tanaman ini dapat diproduksi kristal-kristal gula pasir atau gula merah (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2000), sebagai bahan pangan dan bahan industri.

Konsumsi gula di Indonesia cukup tinggi. Pada tahun 2010 konsumsi gula di Indonesia mencapai 4,85 juta ton, meliputi gula konsumsi 2,7 juta ton dan gula untuk kebutuhan industri 2,15 juta ton. Berdasarkan Skenario Gula Global tahun 2000, Indonesia merupakan konsumen gula ke delapan di dunia setelah Pakistan dan Jepang (Anonim, 2011 a).

Luas areal tebu di Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan mencapai 473.923 ha yang terdiri dari 280.067 ha perkebunan rakyat, 79.302 ha perkebunanan

(17)

Pada umumnya budidaya tebu di Indonesia dilakukan secara intensif yang meliputi pengolahan tanah, irigasi, pengendalian gulma, pemupukan dan pemanenan. Pengolahan tanah sebelum tanam meliputi pencacahan tunggul, pembajakan, penggaruan, pembuatan alur pemecahan akar dan tempat pupuk (Raya, 2011). Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida sedangkan pengendalian secara mekanik menggunakan alat sederhana seperti koret.

Penerapan budidaya tanaman intensif untuk mencapai produksi tinggi diketahui membawa dampak negatif terhadap kondisi fisik dan biologi tanah. Kenyataan ini mendorong para peneliti untuk mengkaji teknologi budidaya tanaman yang dapat menjaga produktivitas tetap tinggi tetapi membawa dampak negatif sekecil mungkin. Penerapan reduksi olah tanah diketahui memberikan dampak positif. Salah satu teknologi yang dikembangkan adalah teknologi olah tanah minimum (OTM) dan tanpa olah tanah (TOT). Studi secara intensif mengenai sistem tanpa olah tanah di Indonesia di mulai sejak tahun 1980-an (Utomo, 2000).

(18)

Komunitas nematoda meliputi dua kelompok, yaitu nematoda parasit tumbuhan dan nematoda hidup bebas. Nematoda yang hidup bebas umumnya mikrobiovora dan bersifat menguntungkan karena berperan dalam penyehatan tanah.

Sebaliknya, nematoda parasit bersifat merugikan karena berperan sebagai organisme penggangu tanaman (OPT).

Nematoda parasit tumbuhan memiliki arti penting secara ekonomi karena merusak tanaman. Whitehead (1998, dalam Oktarino, 2008) menyebutkan sekitar 24 genus nematoda memiliki anggota atau jenis yang berperan sebagai hama penting

tanaman. Dilaporkan bahwa lebih dari 275 jenis nematoda parasitik tumbuhan berasosiasi dengan tanaman tebu (Taylor dan Sasser, 1978). Di Indonesia dilaporkan terdapat 11 jenis nematoda parasit tumbuhan berasosiasi dengan pertanaman tebu (Spaull dan Caddet, 1995). Empat jenis diketahui sangat merusak, yaitu Pratylenchus spp, Radopholus, Hirschmanniella, dan Rotylenchulus reniformis (Kalshoven, 1981). Di Australia Pratylenchus

khususnya Pratylenchus zeae dianggap sebagai nematoda paling penting, populasi 100 individu per 200 gram tanah sebelum tanam telah dapat menurunkan hasil secara nyata.

Reduksi olah tanah dan pemulsaan umumnya dilakukan untuk mengatasi

(19)

menggunakan C-organik sebagai sumber nutrisinya. Pemulsaan pada reduksi olah tanah merupakan sumber C-organik tanah dan menjadi sumber hara bagi tanaman. Selain itu, pemulsaan berperan menjaga stabilitas suhu dan kadar air tanah

sehingga cocok bagi biota tanah, termasuk nematoda (Utomo, 2000).

Belum diketahui apakah tanpa atau reduksi olah tanah dan pemulsaan pada pertanaman tebu mempengaruhi kelimpahan nematoda parasit tumbuhan. Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh reduksi olah tanah dan pemulsaan terhadap populasi nematoda parasit tumbuhan pada pertanaman tebu perlu dilakukan.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh reduksi olah tanah dan pemulsaan terhadap kelimpahan nematoda parasit tumbuhan pada pertanaman tebu di PT. Gunung Madu Plantations.

1.3. Kerangka Pemikiran

(20)

munculnya masalah hama termasuk nematoda parasit tumbuhan. Olah tanah intensif juga memberikan dampak negatif dalam jangka panjang, yaitu kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan antara lain terjadinya

peningkatan degradasi lahan akibat erosi pencucian dan pengangkutan hara; meningkatnya polusi perairan oleh limbah pertanian berupa sedimen, pestisida, dan pupuk, meningkatnya serangan hama, meningkatnya ketergantungan petani terhadap input dari luar, dan mengurangi produksi pertanian (Utomo, 1995). Pengolahan tanah intensif dengan tujuan membersihkan gulma dan menciptakan media tumbuh yang gembur ikut berperan dalam menurunkan produktivitas lahan dan turunnya produksi terutama untuk tanaman pangan.

Reduksi olah tanah dan pemulsaan yang meningkatkan aktivitas biota tanah diperkirakan akan dapat menurunkan populasi nematoda parasit tumbuhan. Keberadaan mulsa akan berpengaruh positif terhadap keragaman biota tanah. Tanah yang tidak terusik, dan bahan organik yang melimpah selain sebagai nutrisi bagi mikroba perombak, juga menjaga stabilitas kondisi iklim mikro tanah sehingga cocok bagi kehidupan biota tanah yang meliputi biota antagonis terhadap nematoda parasit tumbuhan. Menurut Utomo (2000), pada reduksi olah tanah, keragaman biota tanah lebih tinggi daripada olah tanah intensif.

(21)

mikroba perombak bahan organik yang tumbuh dengan kondisi iklim mikro yang cocok. Mikroba perombak bahan organik merupakan makanan nematoda non parasit tumbuhan. Aktivitas nematoda non-parasit yang tinggi dapat

menyebabkan nematoda parasit tumbuhan tidak dominan dan populasinya rendah sehingga tidak menjadi hama.

1.4. Hipotesis

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budidaya Tanaman Tebu

Tanaman tebu dengan nama ilmiah Saccharum officinarum L termasuk dalam famili Poaceae atau kelompok rumput-rumputan. Secara morfologi, tanaman tebu dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu batang, daun, akar, dan bunga (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2000). Tebu telah dibudidayakan sejak ribuan tahun lalu dan mendorong munculnya industri perkebunan gula komersial sejak abad 19. Tebu banyak ditanam di daerah tropis untuk pembuatan gula.

Klasifikasi tanaman tebu menurut Steenis dkk., (2006) adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Saccharum

(23)

8

Gambar 1.Tanaman tebu berumur 11 bulan

Tebu memiliki batang yang tinggi, tidak bercabang dan tumbuh tegak. Tinggi tanaman dapat mencapai 3-5 meter, kulit batang keras berwarna hijau, kuning, unggu, merah tua atau kombinasinya. Batang tebu beruas-ruas, dibatasi oleh buku-buku yang merupakan tempat kedudukan daun. Di setiap ketiak daun terdapat mata tunas yang nantinya dapat dijadikan bibit.

(24)

9

Budidaya tebu di PT. GMP secara umum meliputi tanaman tebu baru (plant cane) dan tebu keprasan (ratoon cane) yang sampai tiga kali keprasan. Pada

budidaya plant cane bibit tebu ditanam sehingga perlu dilakukan penyiapan lahan dan pengolahan tanah agar tanaman tebu tumbuh secara maksimum, sedangkan pada ratoon cane tidak perlu dilakukan penanaman, melainkan memanfaatkan tunas yang tumbuh dari tunggak pada lahan setelah tebu dipanen (IPB, 2011 dalam Oktavia, 2012). Umumnya tebu ditanam pada awal musim kemarau sampai musim penghujan.

Di Indonesia, tanaman tebu tumbuh di beberapa tempat di Pulau Jawa dan Sumatera, sejak sekitar tahun 400 M (abad ke 4). Namun baru pada abad ke15, tanaman tersebut diusahakan secara komersil oleh sebagian imigran asal Cina. Industri pergulaan dalam skala yang besar baru berdiri seiring kedatangan Belanda yang selanjutnya mendirikan perusahaan dagang Vereeniging Oost Indische Compagnie (VOC) pada bulan Maret 1602. Produksi gula tersebut dipasarkan untuk memenuhi permintaan gula dari Eropa. Di bawah kendali VOC, industri gula Indonesia pernah mencapai puncak produksi pada tahun 1930-an dengan areal pertanaman seluas 200.000 ha dengan 179 pabrik gula yang terkonsentrasi di Pulau Jawa. Total produksinya mencapai 14,8 ton gula per hektar (Anonim, 2010฀).

(25)

10

perusahaan gula di luar Pulau Jawa, terutama di Lampung. Kehadiran PT. GMP sebagai pionir perusahaan gula di Lampung membuat beberapa perusahaan gula lain ikut mengembangkan produksinya di Lampung, seperti PT. Bunga Mayang, PT. Gula Putih Mataram, PT. Sweet Indo Lampung, PT. Indo Lampung Perkasa, dan PT. Pemuka Sakti Manis Indah. Kehadiran beberapa perusahaan gula di Lampung turut andil dalam mengembangkan budidaya tebu oleh rakyat (tebu rakyat) di beberapa kabupaten, seperti Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Utara, Way Kanan, dan Kabupaten Tulangbawang. Budidaya tebu rakyat

dilakukan dengan pola kemitraan dengan sistem bagi hasil (IT-GMP, 2009 dalam Nugroho, 2011).

(26)

11

Beberapa genus nematoda dilaporkan menjadi OPT penting di pertanaman tebu, seperti Hoplolaimus, Pratylenchus, Xiphinema, Meloidogyne, Helycotylenchus, Tylenchorhynchus, Trichodorus, dan Paratrichodorus (Spaull dan Caddet, 1995).

2.2. Sistem Olah Tanah dan Pemulsaan

Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanis terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan utamanya untuk menyiapkan tempat persemaian, menutup biji waktu tanam, tempat bertanam, dan mengendalikan gulma (Suwardjo & Dariah, 1995). Reduksi olah tanah merupakan bagian dari olah tanah konservasi . Olah tanah konservasi terdiri dari sistem olah tanah minimum dan sistem tanpa olah tanah. Dalam sistem ini, tanah dibiarkan tidak terganggu kecuali alur dan lubang tugalan untuk

penempatan benih. Sisa tanaman dibiarkan menutupi permukaan tanah untuk mengurangi evaporasi, melindungi kehidupan organisme tanah dan

mempertahankan kandungan unsur hara tanah.

(27)

12

berkurangnya pembongkaran/pembalikkan tanah dan penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa.

Salah satu acuan olah tanah konservasi adalah penggunaan mulsa. Mulsa adalah bahan material penutup tanah dalam tanaman budidaya seperti jerami yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman tumbuh dengan baik. Tujuan pemulsaan adalah

teknik/cara untuk menjaga stabilitas suhu tanah di sekitar akar tanaman, menahan laju penguapan air, dan mencegah erosi.

Salah satu bahan mulsa yang dapat digunakan pada pertanaman tebu adalah bagasse. Bagasse (ampas tebu) adalah sisa tanaman yang tersedia dalam jumlah yang melimpah sehingga cocok digunakan sebagai bahan mulsa. Ampas tebu merupakan produk sampingan dari proses pembuatan gula yang rata-rata dapat mencapai 32%. Namun demikian, selama ini hampir di setiap pabrik gula ampas tebu tidak digunakan sebagai mulsa, melainkan sebagai bahan bakar boiler. Umumnya ampas tebu buatan pabrik lebih halus. Padahal apabila digunakan sebagai mulsa akan dapat memperbaiki kondisi tanah yang rusak akibat budidaya tebu secara intensif.

(28)

13

melapuk akan menambah kandungan bahan organik tanah dan hara. Secara umum pemberian mulsa akan berperan dalam perbaikan sifat fisik tanah.

2.3. Nematoda

Nematoda adalah hewan invertebrata kecil berbentuk seperti benang yang berukuran panjang 0,15- 5 mm dan lebar 2- 100 µm, dengan bobot 20-60ng (Goodey, 1963). Tubuh nematoda bersifat transparan dengan dinding tubuh terluar berupa kutikula yang tidak berwarna yang biasanya ditandai dengan

adanya alur (Agrios, 1998). Rongga tubuh nematoda disebut pseudocoeloem yang berisi cairan kental berperan sebagai kerangka hidrostatik (Luc et al., 1995). Kutikula pada kebanyakan nematoda terdiri atas tiga lapisan, yaitu korteks luar, matriks tengah, dan lapisan basal bagian dalam (Dropkin, 1992).

Siklus hidup nematoda yang hidup bebas dan kebanyakan parasit tumbuhan pada umumnya sederhana dan langsung. Nematoda betina meletakkan telur-telurnya kemudian menetas menjadi larva. Nematoda pada umumnya mempunyai empat stadium larva untuk mencapai ukuran yang lebih besar. Setiap memasuki stadium baru ditandai oleh pergantian kulit. Satu daur hidup dari telur sampai dewasa siap menghasilkan telur generasi berikutnya dapat diselesaikan dalam waktu tiga atau empat minggu di bawah keadaan lingkungan optimal (Agrios, 1998).

(29)

14

mineralisasi C dan N baik secara langsung maupun tidak langsung (Wang and McSoriey, 2005 dalam Swibawa, 2007).

Hampir semua nematoda parasit tumbuhan memiliki stadium yang hidup di dalam tanah. Banyak di antaranya hidup berpindah-pindah (migratory) di dalam tanah tetapi ada pula yang bersifat menetap (sedentary). Bagi nematoda yang bersifat menetap , sebagian stadiumnya seperti telur, larva parasitik dan nematoda jantan hidup di dalam tanah (Agrois, 1998). Menurut Luck et al. (1995), nematoda parasit tumbuhan memiliki tiga tipe utama parasitisme, yaitu (1) Ektoparasit, yaitu nematoda tidak masuk ke dalam jaringan tumbuhan, tetapi memperoleh makanan dengan menggunakan stilet untuk menusuk sel-sel tumbuhan; (2) Semi

endoparasit, yaitu hanya tubuh nematoda bagian anterior yang masuk ke jaringan akar dan bagian posterior tubuhnya tetap berada di dalam tanah; dan (3)

Endoparasitik, yaitu nematoda masuk ke dalam jaringan akar. Nematoda yang berasosiasi dengan tebu antara lain Pratylencus, Helicotylenhus,

Tylenchorhynchus, dan Xiphinema (Spaull dan Cadet, 1995).

(30)

15

(hypal feeders), pemakan bakteri (bacterial feeders), predator hewan (animal predator), pengurai substrat (substrate ingestion), parasit hewan (animal

(31)

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang “Soil

Rehabilitation” yang dilaksanakan atas kerjasama GMP-UNILA-YNU .

Pengambilan sampel tanah pada plot percobaan di PT. Gunung Madu Plantations Lampung Tengah dilakukan pada bulan Juli 2011, yaitu tebu Plant cane ketika berumur 11 bulan. Nematoda diekstraksi dan diidentifikasi di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2011- Maret 2012.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah bor tanah, pipet tetes, hand counter, sekop, nampan, ember, botol semprot, cawan Petri, penggaris, cover glass, gelas ukur, spidol, kertas label, saringan dengan ukuran lubang 1 mm, 53 µm dan 38 µm, centrifuge, botol spesimen, mikroskop bedah stereo dan mikroskop compound, kait

nematoda, stopwatch, kaca preparat, dan syringe. Sedangkan bahan yang

(32)

17

3.3. Metode Penelitian

Perlakuan dalam penelitian ini disusun dalam Rancangan Percobaan Petak Terbagi (Split Plot Experimental Design) dengan lima blok sebagai ulangan. Petak utama adalah sistem olah tanah dan anak petak adalah pemulsaan. Sistem olah tanah terdiri dari dua perlakuan, yaitu sistem tanpa atau reduksi olah tanah (T0) dan olah tanah intensif (T1), sedangkan pemulsaan terdiri dari dua perlakuan, yaitu tanpa mulsa dan pemberian mulsa bagas (80 ton/ha). Jadi ada empat kombinasi, yaitu sistem olah tanah intensif dengan pemberian mulsa (T1M1), sistem olah tanah intensif dengan tanpa mulsa (T1M0), tanpa olah tanah dengan pemberian mulsa (T0M1); dan tanpa olah tanah dengan tanpa pemberian mulsa (T0M0).

Lahan pertanaman tebu seluas 2 ha, dibagi menjadi 5 blok. Tiap blok dibagi menjadi 4 petak dengan ukuran tiap petaknya 25 m x 40 m. Pada setiap blok terdapat 4 petak dan diberi simbol A, B, C, dan D. Petak A dan B diberi perlakuan sistem tanpa olah tanah, sedangkan petak C dan D diberi perlakuan olah tanah intensif . Pemberian mulsa dilakukan secara acak, pada petak tanpa olah tanah maupun olah tanah intensif.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Pengolahan lahan

(33)

18

00-838. Pada setiap plot percobaan diberikan pupuk sebanyak dua kali, pertama menggunakan pupuk dasar sehari sebelum dilakukan penanaman, dengan dosis Urea 150kg/ha dan MOP 150kg/ha yang dicampur dengan bagas, blotong, abu ketel (BBA) perbandingannya 3:5:1 sebanyak 80 ton/ha.

3.4.2. Pengambilan sampel tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada bulan Juli 2011 saat tebu berumur 11 bulan, tebu ditanam pada bulan Agustus 2010. Dari setiap petak percobaan sampel tanah diambil pada 12 titik sub sampel dengan menggunakan bor tanah (Gambar 2). Sampel tanah diambil sampai kedalaman 20 cm dan kemudian disatukan sebagai sampel komposit. Sampel tanah dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label. Sampel tanah diambil pada lingkaran dengan monolith sebagai pusatnya, empat titik berjarak 3 m dari pusat dan delapan titik berjarak 3 m dari titik pertama (Susilo dan Karyanto, 2005).

Gambar 2. Posisi letak sub sampel tanah

Keterangan: = titik pengambilan sampel = Monolith

(34)

19

3.4.3. Metode ekstraksi nematoda

Metode ekstraksi nematoda dari tanah yang digunakan adalah metode

penyaringan dan sentrifugasi dengan larutan gula (Gafur dan Swibawa, 2004). Larutan gula disiapkan dengan cara melarutkan 500 gr gula dalam air sehingga volume larutan menjadi 1000 ml.

Sebanyak 300 cc tanah setara dengan 329 gram berat kering tanah dimasukkan ke dalam ember, kemudian ditambah air 2 liter, diremas-remas sambil diaduk

kemudian didiamkan selama 3 menit. Suspensi disaring dengan menggunakan saringan yang ukuran lubangnya 1 mm dan ditampung dalam ember lain. Tanah dan kotoran dari ember pertama dibuang. Kemudian suspensi yang berada di ember kedua didekantasi dengan saringan yang ukuran lubangnya 53 µm dan ditampung dalam ember ketiga. Suspensi yang berada di ember ketiga didekantasi dengan saringan yang ukuran lubangnya 38 µm.

Suspensi tanah yang ada pada saringan dikumpulkan ke dalam tabung centrifuge dan di centrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit. Setelah itu,

(35)

20

Fiksasi dilakukan untuk mengawetkan nematoda hasil ekstraksi. Sebelum difiksasi nematoda dimatikan dengan cara botol suspensi dipanaskan sehingga suspensi mencapai suhu 50º-70 º C, kemudian di diamkan sampai dingin, lalu ditambah dengan larutan Golden X (formalin 1,15 ml, glycerin 0,28 ml, dan aquades 8,6 ml) sehingga suspensi menjadi 15 ml.

3.4.4. Perhitungan populasi dan identifikasi nematoda

Populasi nematoda dihitung dengan mengambil suspensi sebanyak 3 ml dari 15 ml dengan tiga kali ulangan, kemudian dituang ke cawan Petri bergaris dan di hitung populasinya di bawah mikroskop bedah streo binoculer dengan perbesaran 35 kali. Perhitungan populasi adalah rata-rata dari 3 kali penghitungan dikalikan 5.

Identifikasi nematoda berdasarkan ciri-ciri bentuk tubuh (stilet, esofagus, ekor) dan ciri morfologi dilakukan terhadap 100 nematoda yang diambil secara acak untuk setiap sampel dengan membuat preparat semi permanen. Satu persatu nematoda dikait di bawah mikroskop streo binoculer, sekirat 10-15 nematoda diletakkan pada kaca preparat, untuk selanjutnya ditutup dengan coverglass, lalu diamati di bawah mikroskop majemuk dengan perbesaran 100 – 400 kali.

Nematoda diidentifikasi sampai pada tingkat genus dengan bantuan buku

(36)

21

3.4.5. Analisis data

Data yang diperoleh meliputi kelimpahan seluruh nematoda dan populasi genus nematoda dari yang diidentifikasi pada setiap sampelnya. Berdasarkan nama genus nematoda dikelompokkan menjadi nematoda parasit tumbuhan dan nematoda hidup bebas.

Data populasi nematoda parasit tumbuhan dianalisis ragam dengan

(37)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Ditemukan 16 genus nematoda parasit tumbuhan pada pertanaman tebu umur 11 bulan setelah tanam.

2. Perlakuan tanpa olah tanah (TOT) meningkatkan kelimpahan seluruh nematoda, yaitu nematoda parasit tumbuhan dan nematoda hidup bebas dan kelimpahan beberapa nematoda parasit tumbuhan.

3. Pemberian mulsa bagas dapat menurunkan kelimpahan Meloidogyne dan

Paralongidorus pada lahan tanpa olah tanah (TOT), tetapi tidak pada lahan olah tanah intensif (OTI).

5.2. SARAN

Pengambilan sampel nematoda dalam penelitian ini hanya dilakukan sebanyak satu kali, yaitu pada fase tanaman plant cane umur 11 bulan. Diharapkan pada penelitian selanjutnya

(38)

PUSTAKA ACUAN

Agrios, G. N. 1998. Ilmu Penyakit Tumbuhan Edisi Ketiga. Department of Plant Pathology University of Florida, Gainesville. 713 hal.

Anonim. 2011a. Konsumsi Gula di Indonesia.

http://www.rudi.affianto@bisnis.co.id. Diakses tanggal 11 Agustus 2011. Anonim. 2011b. Luas Areal Pertanaman Tebu.

http://ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/images/pdf/tebu.pdf. Diakses tanggal 11 Agustus 2011.

Dropkin, V. H. 1992. Pengantar Nematologi Tumbuhan Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 366 hal.

Fiqhan, A. M. 2009. Pengaruh Varietas Tebu terhadap Beberapa Karakter Biologi Hama Penggerek Batang Tebu Berkilat Chilo auricilius Dudgeon (Lepidoptera: Pyralidae) di Laboratorium – Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 25 hal.

Freckman, D. W dan C. H. Ettema. 1993. Assessing Nematode Communities in Agroecosystems of Varying Human Intervention. Agriculture Ecosystem and Environment 45: 239-261.

Gafur, A dan IG. Swibawa. 2004. Methods in Nematodes and Soil Microbe Research for Belowground Bioversity Assessment. in F. X. Susilo, A. Gafur, M. Utomo, R. Evizal, S. Murwani, IG. Swibawa (eds.), Conservation and Sustainable Management of Below. Ground Biodiversity in Indonesia, Universitas Lampung. P. 117-123.

Goodey, J.B. 1963.Soil and Freswater Nematodes. Methuen CO. LTD. London. 544 p.

(39)

32

Luc,M., J.D. Hunt dan J.E. Machon. 1995. Morfologi, Anatomi, dan Biologi Nematoda. Dalam.Luc, M., R. A. Sikora dan J. Bridge (eds.), Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian Tropik dan Subtropik. Dialihbasakan oleh Supratoyo. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 1- 48. Mai, W. F dan H. H. Lyon. 1975. Pictorial Key to Genera of Plant Parasitic

Nematodes. Comstock Publishing Associates, Cornell University Press. 220 p.

Neher, D. A. 2001. Role of Nematode in Soil Health and Their Use as Indicators. Journal of Nematology 33 (4): 161- 168 .

Nugroho, A. 2011. Serangan Penggerek Pucuk dan Batang Tebu serta Parasitasi Trichogramma chilonis pada Pertanaman Tebu dengan Reduksi Olah Tanah dan Pemulsaan – Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 75 hal.

Oktarino, H. 2008. Dinamika Populasi Nematoda dalam Tanah dengan Berbagai Tingkat Kadar Air – Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 12 hal.

Oktavia,S. H. 2012. Pengaruh Reduksi Olah Tanah dan Pemulsaan Terhadap Kelimpahan Nematoda Nir Parasit dan Parasit Tumbuhan pada

Pertanaman Tebu – Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 43 hal.

Rachman, A., A. Dariah, dan E. Husen. 2004. Olah Tanah Konservasi- Konservasi Tanah pada Lahan Kering Belerang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbag Pertanian Departemen Pertanian. Hal. 183- 204.

Raya, A.E. 2011. Pengelolaan Hama Kutu Perisai (Aula caspis tegalensis Zehntn) di PT. Indolampung Perkasa Tulang Bawang- Laporan Praktik Umum. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 63 hal.

Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.Edisi kedua. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 835 hal.

Spaull. V. W dan P. Caddet.1995. Nematoda Parasitik Pada Tanaman Tebu dalam Luc, M., R. A. Sikora, dan J. Bridge ( eds.), Nematoda Parasitik

Tumbuhan di Pertanian Tropik dan Subtropik. Dialihbasakan oleh Supratoyo. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 621- 664. Steenis, V, G.D, Hoed, dan P.J. Eyma. 2006. Flora. Dialihbahasakan oleh

(40)

33

Susilo, F.X dan A. Karyanto. 2005. Methods For Assessment of Below- Ground Biodiversity In Indonesia. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Suwardjo, H dan A. Dariah. 1995. Teknik Olah Tanah Konservasi Untuk

Menunjang Pengembangan Pertanian Lahan Kering yang Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional V Budidaya Pertanian Olah Tanah

Konservasi. Bandar Lampung. Hal. 8- 13.

Swibawa, I. G. 2001. Keanekaragaman Nematoda dalam Tanah pada Berbagai Tipe Tataguna Lahan di ASB;Benchmark Area Way Kanan. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 1 (2) : 54-49.

Swibawa, I. G. 2007. Alih Guna Hutan Menjadi Lahan Pertanian Berbasis Kopi : Berubahnya Lingkungan Tanah Sebagai Pemacu Peningkatan Populasi Nematoda Parasit Tumbuhan- proposal disertasi. Universitas Brawijaya. Malang. 80 hal.

Swibawa, I. G. 2010. Komunitas Nematoda Tanah Pada Lahan Jagung Setelah 23 Tahun Penerapan Sistem Budidaya Tanpa Olah Tanah Secara Terus

Menerus. Prosiding Seminar Nasional Keragaman Hayati Tanah-1. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 148 hal.

Taylor, A. L., dan J. N. Sasser. 1978. Biology, Indentification and Control of Root- Knot Nematodes (Meloidogyne species). International Meloidogyne Project North Carolina State Universty Graphics. USA. 111 hal.

Tim Penulis Penebar Swadaya. 2000. Pembudidayaan Tebu. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hal.

Utomo, M. 1995. Reorientasi Kebijakan Sistem Olah Tanah. Prosiding Seminar Nasional V Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi. Bandar Lampung. Hal. 1- 7.

Gambar

Gambar  Halaman
Gambar 2. Posisi letak sub sampel tanah

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul “Strategi pengembangan Kompetensi bagi mahasiswa dalam membangun social entrepreneur di Komunitas Sahabat Muda Yayasan Lagzis Peduli

Desain; merupakan tahap perancanaan pengembangan modul audio visual dengan teknik lagu pada materi sistem periodik unsur berupa modul pembelajaran yang terdiri dari

Produk kosmetik merek Avon ini memberikan banyak variasi warna, sehingga konsumen dapat dengan mudah untuk memilih warna yang sesuai dengan keinginannya.. Produk kosmetik Avon

Pola hubungan antara variabel respon (Persentase Penduduk Miskin) dengan variabel prediktor dalam penelitian ini, menunjukkan pola hubungan yang tidak jelas,

Berdasarkan hasil penelitian mengenai KcBK, KcBO, produksi VFA dan NH3 pakan komplit dapat disimpulkan bahwa penggunaan jerami padi dengan level 25%

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh partisipasi pada kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah terhadap sikap demokratis siswa di SMA Negeri

Dari Proses Penelitian Tindakan sekolah yang di lakukan di SDN 007 Kampung Baru Kecamatan Cerenti dapat disimpulkan bahwa : 1) Pada komponen Perumusan indikator

Data hasil pengamatan dan hasil belajar pada penelitian dari siklus pertama sampai dengan siklus ke-3 , yaitu pengamatan proses belajar, pengamatan kerja