• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMITMEN KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA HOTEL MINI DI PROVINSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMITMEN KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA HOTEL MINI DI PROVINSI"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMITMEN KERJA DAN IKLIM ORGANISASI

TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA HOTEL MINI DI

PROVINSI LAMPUNG

Oleh :

DIAN WULANSARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Dian Wulansari

ABSTRAK

PENGARUH KOMITMEN KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA HOTEL MINI DI PROVINSI

LAMPUNG

Oleh

DIAN WULANSARI

Hotel Mini Lampung adalah sebuah perusahaan perorangan yang bergerak di

bidang jasa perhotelan yang berada di Provinsi Lampung. Belakangan ini Hotel

Mini dalam kegiatan operasionalnya merupakan hotel dengan tipe melati harus

bersaing dengan banyaknya hotel berbintang yang mulai tumbuh di Provinsi

Lampung. Dalam menghadapi persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan

harus dijunjung dengan usaha yang baik dan manajemen yang baik. Terciptanya

manajemen yang baik tak lepas dari baiknya kinerja karyawan yang ada dan untuk

meningkatkan kinerja yang baik dari seorang karyawan tidak lepas dari adanya

komitmen kerja yang tinggi serta iklim organisasi yang baik di perusahaan

tersebut. Masalah yang terjadi adalah tingginya tingkat perputaran karyawan yang

hampir terjadi disetiap bulannya yang disebabkan oleh tidak adanya minat dan

tujuan yang sama antara perusahaan dan karyawan yang bersangkutan, serta iklim

organisasi perusahaan yang terkadang dinilai tidak sesuai dengan apa yang

diingikan oleh karyawan. Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam

penelitian ini adalah Apakah Komitmen kerja dan iklim organisasi mempunyai

(3)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komitmen kerja dan

iklim organisasi terhadap peningkatan kinerja karyawan. Hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah komitmen kerja dan iklim organisasi mempunyai

pengaruh terhadap kinerja karyawan pada Hotel Mini di Provinsi Lampung.

Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, maka hipotesis yang dirumuskan

komitmen kerja dan iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada

Hotel Mini di Provinsi Lampung dapat teruji, hal ini didasarkan Secara statistik

bahwa secara keseluruhan variabel bebas (variabel Komitmen kerja (X1), Iklim

organisasi (X2)) mempengaruhi kinerja karyawan. Besarnya pengaruh variabel

bebas tersebut terlihat dari nilai Koefisien Determinasi (R2) = 0,578. Ini berarti

sumbangan seluruh variabel bebas terhadap kinerja karyawan Hotel Mini di

Provinsi Lampung sebesar 57,80 % dan sisanya 42,20 % dipengaruhi oleh

variabel bebas lain yang tidak diidentifikasi pada penelitian ini.

Berdasarkan hal tersebut, disaran kan agar Karyawan dan pimpinan Hotel Mini

menerapkan komitmen kerja dan iklim organisasi di dalam perusahaan terbukti

mempunyai peranan dalam meningkatkan kinerja kerja karyawan. Pimpinan

perusahaan perlu memperbaiki budaya organisasi sehingga akan tercipta

lingkungan yang harmonis yang dapat membantu karyawan merasa nyaman

dalam proses aktualisasi diri dan mengembangkan mental yang sehat dalam diri

karyawan sehingga kinerja karyawan dapat meningkat. Karyawan dan pimpinan

hendaknya juga harus meyamakan maksud dan tujuan agar perasaan manunggal

yang tercipta sejalan dengan tujuan orgaisasi yang akan membantu meningkatkan

(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

2.2.1 Aspek-aspek Komitmen Organisasi ... 13

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Organisasional ... 15

2.2.3 Jenis- jenis Komitmen Organisasi ... 16

2.2.4 Pendekatan Komitmen Organisasi ... 17

2.2.5 Teori-Teori Dasar Komitmen ... 17

2.3 Iklim Organisasi ... 22

2.3.1 Dimensi Iklim Organisasi ... 23

2.3.2 Pendekatan Iklim Organisasi... 25

2.4 Pengertian Kinerja Karyawan ... 27

2.4.1 Tujuan Penilaian/Evaluasi Kinerja ... 29

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan ... 31

2.5 Kerangka Pikir ... 33

2.6 Hipotesis ... 36

III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Sumber Data ... 38

3.3 Metode Penelitian... 39

(7)

3.6 Populasi ... 43

4.3 Gambaran Karakteristik Responden ... 49

4.4 Uji Validitas dan Realibilitas Kuisioner ... 52

4.4.1 Uji Validitas dengan Product Moment ... 52

4.6 Hasil Rata-rata Masing-Masing Variabel……… 61

(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan Karyawan Hotel Mini ... 4

2. Tingkat Perputaran Karyawan Hotel Mini Tahun 2012 ... 5

3. Tabel Indikator Pengaruh Komitmen Karyawan dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan ... 41

4. Jumlah Karyawan dan Omet Perusahaan ... 49

5. Pengelompokan Responden Menurut Jenis Kelamin ... 50

6. Pengelompokan Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 50

7. Pengelompokan Responden Menurut Usia ... 51

8. Pengelompokan Responden Menurut Status Pernikahan... 51

9. Pengelompokan Responden Menurut Lamanya Bekerja ... 51

10.Hasil Uji Validitas Variabel Kualitas ... 52

11.Hasil Uji Realibilitas ... 54

12.Hasil Jawaban Responden Tentang Komitmen ... 55

13. Hasil Jawaban Responden Tentang Iklim Organisasi... 57

14.Hasil Jawaban Responden Tentang Kinerja ... 59

15.Analisis Determinasi (R2) ... 62

16.Hasil Uji F ... 63

17.Hasil Uji T ... 64

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... ... 35

(10)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan dunia pariwisata di Lampung tidak terlepas dari dukungan

perkembangan dunia usaha perhotelan yang tersebar di seluruh kabupaten dan

kota yang tersebar di Provinsi Lampung. Industri perhotelan atau akomodasi,

merupakan bagian dari pariwisata yang tidak bisa dipisahkan, tanpa kegiatan

kepariwisataan, usaha perhotelan akan lumpuh, sebaliknya, pariwisata tanpa

sarana akomodasi merupakan hal yang mustahil, dengan kata lain, hidup dan

kelangsungan usaha perhotelan tergantung pada banyak atau tidaknya tamu yang

datang dan menginap. Meningkatnya jumlah tamu yang menginap di suatu hotel

tidak terlepas dari fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan oleh sebuah hotel.

Pelayanan yang baik dari sebuah hotel sangat bergantung dari kinerja sumber

daya manusia (karyawan) yang bekerja di hotel yang bersangkutan. Karyawan

adalah mahluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi setiap perusahaan.

Karyawan menjadi pelaku yang menunjang tercapainya tujuan, mempunyai

pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikapnya terhadap

pekerjaan. Sikap-sikap tersebut yang nantinya akan menentukan kinerja serta

komitmen terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan tersebut.

Pengertian komitmen hampir sama dengan istilah kesetiaan, pengabdian, dedikasi

(11)

setia terhadap pekerjaannya adalah karyaawan yang mengidentifikasikan dirinya

dengan nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta memperlakukan perusahaan seperti

milik mereka sendiri. Karyawan cenderung setia kepada pemimpin yang

membantu karyawan mewujudkan pekerjaan, sehingga kinerja yang ditampilkan

akan lebih baik.

Selain itu, di dalam melaksanakan suatu pekerjaan, faktor lingkungan perusahaan

juga sangat penting untuk mendukung terciptanya keharmonisan dalam bekerja.

Persaingan yang semakin ketat mengehendaki iklim organisasi pada setiap

perusahaan secara internal untuk dapat mengantisipasi perubahan lingkungan

eksternal. Hubungan interpersonal antar karyawan yang lebih harmonis akan lebih

dapat mengantisipasi adanya persaingan di dalam organisasi jika terdapat

kebersamaan dan rasa saling percaya. Penghargaan yang sesuai dengan prestasi

yang telah di raih oleh seorang karyawan juga dapat memberikan motivasi kepada

karyawan lainnya untuk ikut meningkatkan kinerja agar menjadi lebih baik.

Sebaliknya iklim kerja dengan semangat kerja kelompok yang rendah akan dapat

menciptakan rasa saling mencurigai dan sulit untuk percaya terhadap para anggota

kelompok.

Keunggulan kinerja perusahaan dalam jangka waktu yang panjang hanya dapat

diraih jika perusahaan memiliki iklim yang dapat mendorong perusahaan untuk

mengantisipasi dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan bisnis. Perubahan

pasti akan datang dengan sangat cepat dan pola perubahan tersebut dapat

(12)

3

Pada dasarnya kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat individual

karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam

mengerjakan tugas pekerjaannya. Kinerja seorang bergantung pada kombinasi dan

kemampuan, usaha dan kesempatan yang diperoleh.

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk

menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat

kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan

seseorang tidaklah cukup untuk mengerjakan sesuatu pemahaman yang jelas

tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kinerja

merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang yang dihasilkan oleh

karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan

merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk

mencapai tujuannya.

Dunia perhotelan di Lampung berkembang begitu pesat beberapa tahun

belakangan ini, hal ini dikarenakan Provinsi Lampung merupakan pintu gerbang

Pulau Sumatera menuju Jawa, begitu pula sebaliknya. Industri perhotelan

merupakan sebuah usaha yang menjual produk jasa di dalamnya. Kualitas jasa

perhotelan dapat dinilai melalui kepuasan yang dirasakan oleh konsumen.

Layanan yang diberikan suatu hotel harus sesuai dengan apa yang diinginkan dan

diharapkan para konsumen, dimana kinerja karyawan yang baik sangat diharapkan

untuk dapat memberikan pelayanan terbaik kepada konsumennya. Demikian

halnya dengan Hotel Mini, tempat dimana penelitian ini dilakukan. Hotel Mini

merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang penyediaan jasa

(13)

Hotel Mini selain bertujuan untuk mencari laba, juga turut serta dalam hal

penyediaan lapangan pekerjaan. Sampai akhir tahun 2012, Hotel Mini telah

menyerap tenaga kerja sebanyak 58 orang karyawan, termasuk pimpinan

perusahaan. Komitmen kerja karyawan sangat dibutuhkan disini, dikarenakan

Hotel Mini merupakan Hotel jenis melati yang berusaha bertahan di tengah

gempuran hotel berbintang dan boutique hotel yang kian menjamur belakangan

ini, walaupun demikian, para karyawan tetap bertahan dikarnakan diterapkannya

sistem manajemen kekeluargaan di hotel ini, sehingga para karyawan merasa

nyaman dan bersikap loyal terhadap perusahaan.

Sistem kekeluargaan diberlakukan agar mempersempit jurang antara atasan dan

bawahan sehingga karyawan bisa lebih dekat dengan atasan, ini dapat membantu

agar karyawan bisa memberikan masukan atau ide-ide kepada perusahaan demi

kemajuan perusahaan tanpa adanya rasa takut ataupun rasa canggung terhadap

pimpinan hotel. Jumlah karyawan dan tingkat pendidikan karyawan Hotel Mini

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan Karyawan Hotel Mini, Tahun 2012

(14)

5

Berdasarkan Tabel diatas, dapat dilihat bahwa Hotel Mini memilliki 58 karyawan

sampai dengan akhir tahun 2012. Dengan jumlah karyawan terbanyak ada pada

Departemen House keeping sebanyak 30 orang. Tingkat pendidikan karyawan

juga bervariasi, mulai dari SD sampai dengan sarjana, namun lulusan SMA

(Sekolah Menengah Atas) merupakan yang paling banyak bekerja di Hotel Mini

Lampung.

Menyadari bahwa Hotel Mini merupakan perusahaan milik perseorangan yang

masih sedang berkembang, maka faktor sumber daya manusia merupakan salah

satu faktor terpenting di dalam membangun dan melaksanakan kegiatan

perusahaan untuk mencapai tujuannya., dimana diperlukan adanya komitmen

kerja karyawan sehingga diharapkan karyawan akan memiliki rasa kecintaan

terhadap pekerjaan dan timbulnya rasa tanggung jawab sehingga akan tercipta

kinerja karyawan yang berkualitas, selain itu bila adanya komitmen kerja yang

tinggi bagi tiap-tiap karyawan , tentunya hal itu juga akan berpengaruh terhadap

tingkat perputaran karyawan setiap bulannya.

Data tingkat perputaran karyawan Hotel Mini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut

ini :

Tabel 2. Tingkat Perputaran Karyawan Hotel Mini Tahun 2012

(15)

Tabel 2. Tingkat Perputaran Karyawan Hotel Mini Tahun 2012

Sumber : Hotel Mini Lampung 2012

Keterangan :

Rumus TPK : Tingkat Perputaran Karyawan (Hasibuan, 2001 : 51)

Dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa setiap bulannya terjadi perputaran

karyawan yang cukup tinggi dengan rata-rata 1,83% setiap bulannya di Hotel

Mini Lampung. TPK tertinggi terjadi di bulan Mei sebesar 5,66%. Hal tersebut

terjadi dikarenakan karyawan mengundurkan diri atau diberhentikan oleh

pimpinan hotel karena pimpinan menilai karyawan tersebut tidak dapat bekerja

dengan baik di lingkungan Hotel Mini Lampung. TPK yang tinggi mengakibatkan

pembengkakan biaya gaji karyawan. Karna apabila ada karyawan yang keluar,

maka tugas karyawan tersebut digantikan sementara oleh karyawan yang masih

bertahan. Dengan demikian perusahan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk

(16)

7

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Megawati (2005) didapatkan

komitmen dan iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja, selain itu hasil

pengolahan data didapatkan nilai R2 (koofisien determinasi) sebesar 0,443yang

menunjukan bahwa komitmen karyawan dan iklim organisasi secara

bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja sebesar 44,3%.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tercipta baik buruknya

kinerja karyawan, ada hubunganya dengan komitmen kerja yang dipegang oleh

karyawan itu sendiri, Iklim organisasi beserta faktor intrinstik dan ekstrinsik

karyawan sangat berpengaruh terhadap teciptanya komitmen kerja pada

masing-masing diri karyawan, maka penulis tertarik untuk meneliti dan menulis skripsi

yang berjudul : “Pengaruh Komitmen Kerja dan Iklim Organisasi Terhadap

Kinerja Karyawan Pada Hotel Mini di Provinsi Lampung”

1.2 Permasalahan

Komitmen kerja dan iklim organisasi memiliki pengaruh terhadap kinerja.

Penelitian dari Megawati (2005) pada asuransi Allianz di Surabaya

menyimpulkan bahwa komitmen dan iklim organisasi berpengaruh terhadap

kinerja agen. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Natalia (2010)

mengatakan bahwa Komitmen organisasional berpengaruh terhadap kinerja.

Pada Hotel Mini sendiri, Tingkat perputaran karyawan yang tinggi, dengan

rata-rata 1,83% setiap bulannya. Akibat tingkat perputaran yang tinggi, perusahaan

diharuskan mengeluarkan biaya lebih untuk membayar uang lembur para

(17)

untuk membayar pesangon kepada para karyawan yang diberhentikan.

Berdasarkan situasi diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah komitmen karyawan berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada

Hotel Mini Lampung?

2. Apakah Iklim Organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan Hotel

Mini Lampung?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui adanya pengarruh

antara komitmen kerja terhadap kinerja karyawan pada Hotel Mini di

Provinsi Lampung.

1.3.2 Mengetahui adanya pengaruh atau tidak antara iklim organisasi terhadap

kinerja pada Hotel Mini di Provinsi Lampung.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi dunia perhotelan dan Hotel Mini adalah sebagai sumbangan

pemikiran dan bahan acuan dalam upaya meningkatkan komitmen

kerja, iklim organisasi dan kinerja karyawan.

1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang

sangat berharga bagi pihak universitas sebagai tambahan

pembendaharaan referensi dan mungkin dapat memberikan ide untuk

pengembangan lebih lanjut bagi rekan-rekan yang mungkin

mengadakan penelitian dalam bidang yang berkaitan dengan tulisan

(18)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh komitmen kerja dan iklim kerja organisasi

karyawan terhadap kinerja karyawan, Pada perusahaan asuransi Allianz yang

dilakukan oleh Megawati (2005). Sample penelitian ini adalah para agen asuransi

Allianz yang tersebar di Kota Surabaya berjumlah 83 orang dan penyebaran

kuisioner dilakukan dengan metode sample random sampling .

Hasil penelitian dengan menggunakan regresi berganda menunjukan secara

bersama-sama, komitmen karyawan dan iklim organisasi berpengaruh terhadap

agen sebesar 44,3%, sedangkan sisanya sebesar 55,7% dipengaruhi oleh variable

lain. Pengaruh komitmen karyawan terhadap kinerja sebesar 50,2%, sedangkan

sisanya sebesar 49,8% dipengaruhi oleh variable lain. Pengaruh iklim organisasi

terhadap kinerja sebesar 59,1 %, dan sisanya 40,9% di penaruhi oleh variable

lain.

Penelitian lain yang mengungkap adanya hubungan antara komitmen dengan

kinerja diajukan pula oleh Natalia Dewinda (2010) yang melakukan penelitian

pada manajerial satuan kerja perangkat daerah Kabupaten Tegal. Penelitian ini

mengungkapkan bahwa komitmen berpengaruh positif terhadap kinerja

menejerial. Responden penelitian sebanyak 162 adalah pejabat eselon tiga dan

(19)

eselon tiga dan empat di SKPD Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal menjabat

sebagai sekretaris dinas/badan, wakil direktur, kepala bagian, kepala sub bagian,

kepala bidang, kepala sub bidang dan kepala seksi.

Analisis data menggunakan software SPSS dengan lima tahap. Pertama, statistik

deskriptif. Tahap kedua, pengujian kualitas data. Tahap ketiga, melakukan uji

penyimpangan asumsi klasik. Tahap keempat, melakukan analisis regresi

berganda. Dan tahap kelima, melakukan pengujian hipotesis. nilai t hitung untuk

variabel komitmen organisasional adalah 1.975 dengan probabilitas signifikansi

sebesar 0.050. Karena probabilitas signifikansi lebih kecil atau sama dengan 0.05

dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1) diterima. Sedangkan beta untuk

variabel ini adalah 0.154, hal ini menjelaskan tentang pengaruh positif antara

variabel komitmen organisasional dengan kinerja, maka variabel komitmen

organisasional berpengaruh terhadap variabel kinerja.

2.2 Pengertian Komitmen Kerja

Komitmen kerja terhadap organisasi mutlak diperlukan suatu perusahaan dari

karyawannya. Untuk itu, suatu perusahaan harus menstimulasi perasaan kesetiaan

karyawannya dan ini harus ditanamkan pada setiap individu diperusahaan

tersebut. Usaha-usaha dalam menciptakan komitmen karyawan perlu terus

ditumbuh kembangkan oleh suatu perusahaan.

Komitmen kerja karyawan pada akhirnya ditunjukan kepada perusahaan yang

dalam hal ini juga merupakan suatu organisasi. Dengan demikian, istilah

(20)

11

Sebagai bentuk suatu sikap, Luthan (2004) menyatakan komitmen organisasi

merupakan keinginan yang kuat untuk menjadi anggota dalam suatu kelompok,

kemauan usaha yang tinggi untuk organisasi dan suatu keyakinan tertentu dan

penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan organisasi.

Definisi komitmen organisasi menurut Mathis dan Jackson (2000) :

Komitmen organisasional adalah derajat yang mana karyawan percaya dan

menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan

meninggalkan organisasi.

Sedangkan menurut Jewell dan Siegall (1998) dalam Sutrisno (2010 : 292)

Komitmen kerja dapat didefinisikan sebagai derajat hubungan individu

memandang dirinya sendiri dengan pekerjaannya dalam organisasi tertentu.

Robbins (2001) memandang komitmen sebagai salah satu sikap kerja karena

merupakan refleksi dari perasaan seseorang (suka atau tidak suka) terhadap

organisasi ditempat individu tersebut bekerja. Lebih lanjut ia mendefinisikan

komitmen organisasi sebagai suatu orienttasi individu terhadap organisasi yang

mencakup loyalitas, identifikasi dan keterlibatan. Jadi komitmen organisasi

mendefinisikan unsur orientasi hubungan antara individu dengan organisasinya.

Orientasi hubungan tersebut mengakibatkan individu bersedia memberikan

sesuatu dan sesuatu yang diberikan itu demi merefleksikan hubungan bagi

tercapainya tujuan organisasi.

Keterkaitan yang kuat antara komitmen dan kinerja disebabkan karena adanya

keinginan dan kesiapan karyawan dalam organisasi untuk diberdayakan dengan

(21)

Rokhman (2000) membagi komitmen menjadi dua yaitu komitmen internal dan

eksternal.

1. Komitmen internal merupakan komitmen yang berasal dari diri karyawan

untuk menyelesaikan berbagai tugas, tanggung jawab dan wewenang

berdasarkan pada alasan dan motivasi yang dimiliki. Pemberdayaan sangat

terkait dengan komitmen internal karyawan. Proses pemberdayaan akan

berhasil bila ada motivasi dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan

diri dan memacu kreativitas individu dalam menerima tanggung jawab

yang lebih besar.

2. Komitmen eksternal dibentuk oleh lingkungan kerja. Komitmen ini

muncul karena adanya tuntutan terhadap penyelesaian tugas dan tanggung

jawab yang harus diselesaikan oleh para karyawan. Peran supervisor

sangat penting dalam menentukan timbulnya komitmen ini karena belum

adanya suatu kesadaran individual atas tugas yang diberikan.

Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komitmen merupakan

serangkaian proses yang dilakukan secara bertahap dalam organisasi. Agar dapat

dicapai secara optimal dan membangun kesadaran dari karyawan akan pentingnya

komitmen, perlu adanya komitmen dari anggota terhadap organisasi dengan cara

pemberian wewenang dan tanggung jawab sehingga akan menimbulkan motivasi

dan komitmen karyawan terhadap organisasi.

Menurut Steers dan Porter (1985) pengertian komitmen terhadap organisasi dapat

(22)

13

1. Pengertian komitmen dalam kategori sikap :

Sikap karyawan dalam mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi

beserta nilai-nilai dan tujuannya, serta ingin tetap menjadi anggota untuk

mencapai tujuan tersebut. Komitmen sikap ini menunjukan suatu sikap

yang positif terhadap organisasi sehingga karyawan bersedia untuk bekerja

keras demi kesuksesan organisasi.

2. Pengertian komitmen dalam kategori perilaku :

Ketergantungan karyaan terhadap aktivitasnya di masa lalu dalam

organisasi yang tidak dapat ditinggalkan karena alas an tertentu berkaitan

dengan kesulitan yang akan timbul akibat kepergian karyawan itu sendiri.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen

organisasional adalah suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang

ditandai dengan adanya :

1. Kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai

organisasi

2. Kemauan untuk mengusahakan tercapainya kepentingan organisasi, dan

3. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan kedudukan sebagai anggota

organisasi.

2.2.1 Aspek-Aspek Komitmen Organisasi

Komitmen berorganisasi ditandai oleh suatu keinginan untuk memelihara

anggotanya, terlibat dalam bekerja dan menyesuaikan nilai-nilai pribadi dengan

tujuan-tujuan serta kebijaksanaan organisasi.

(23)

1. Identifikasi, dimana individu menerima pengaruh untuk mendapatkan

kepuasan.

2. Kerelaan dan kepuasan, dimana individu bersedia menerima pengaruh dari

orang lain dan patuh terhadap perintah atau tugas organisasi dalam hal ini

adalah perusahaan terutama untuk mempertahankan hubungan dan untuk

mendapatkan kepuasan.

3. Internalisasi, dimana individu merasakan nilai-nilai organisasi yang

bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai pribadinya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek komitmen

organisasimeliputi kemauan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya

dalam organisasi yang ditandai dengan kesetiaan pada organisasi atau perusahaan,

kemampuan yang kuat berusaha semaksimal mungkin demi kemajuan dengan ikut

mendukung kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan sasaran organisasi serta adanya

penerimaan nilai, tujuan dan sasaran organisasi. Aspek-aspek yang akan dijadikan

alat ukur adalah perasaan manunggal dengan organisasi, perasaan terlibat pada

organisasi, dan perasaan setia dan loyal pada perusahaan.

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Organisasional

Secara umum, David (2008)mengidentifikasikan faktor-faktor yang

mempengaruhi komitmen organisasional, yaitu :

1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis

(24)

15

2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam

pekerjaan, konflik peran dalam pekerjaan, tingkat kesulitan dalam

pekerjaan dan lain-lain.

3. Karakteristik struktur, misalnya besar/kecilnya organisasi, bentuk

organisasi seperti sentralisasi atau desentralisasi, kehadiran serikat pekerja

dan tingkat pengendalian yang dilakukan organisasi terhadap karyawan.

4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja karyawan sangat berpengaruh

terhadap tingkat komitmen karyawan pada organisasi. karyawan yang baru

beberapa tahun bekerja dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja

dalam organisasi, tentu memiliki tingkat komitmen yang berlainan.

Sedangkan menurut Begley dan Cjazka dalam Sopiah (2008) menggolongkan

faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi dalam 4 kategori, yaitu :

1. karakteristik individu (usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, status

perkawinan).

2. karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan.

3. karakteristik struktural (formalitas, desentralisasi)

4. pengalaman dalam kerja

Dengan adanya uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap komitmen organisasi diantaranya adalah kejujuran dalam

pekerjaan, perhatian, kepedulian dan kepercayaan terhadap karyawan, perbedaan

karakteristik individu (usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan,

karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan, karakteristik struktural

(25)

yang penuh atas nilai-nilai dan tujuan organisasi, keinginan bekerja keras demi

kepentingan organisasi, dan keinginan untuk mempertahankan diri agar tetap

menjadi anggota organisasi.

2.2.3 Jenis- jenis Komitmen Organisasi

Greenberg dan Baron (2008 :191) membagi komitmen organisasional menjadi

tiga:

1. Komitmen affektif. Keinginanan untuk tetap bekerja pada suatu organisasi

karena adanya kesesuaian antara tujuan karyawan dengan tujuan

organisasi. Komitmen afektif ini berkaitan dengan pendekatan goal

congruence

2. Komitmen continuance. Keinginan karyawan untuk tetap bekerja pada

suatu organisasi karena karyawan tidak memiliki alternatif pekerjaan lain.

Komitmen continuance ini berkaitan dengan pendekatan side – bets

3. Komitmen normative. Keinginan karyawan untuk bekerja pada suatu

organisasi karena adanya tekanan dari orang lain sehingga keberadaannya

dalam organisasi itu merupakan suatu kewajiban atau keterpaksaan.

2.2.4 Pendekatan Komitmen Organisasi

Menurut Greenberg dan Baron (2001 : 191) ada dua pendekatan untuk memahami

(26)

17

1. Side – bets orientation

Komitmen organisasional yang berfokus pada investasi karyawan pada

organisasi. Apabila karyawan meninggalkan organisasi maka karyawan

akan kehilangan investasi tersebut dan tidak ada hal lain yang dapat

menggantikannya

2. Goal – congruence orientation

Komitmen organisasional yang berfokus pada derajat kesesuaiaan antara

tujuan karyawan dengan tujuan organisasi. Adanya kesesuaian tujuan

membuat karyawan mau bekerja dengan baik dalam mencapai tujuan

organisasi.

2.2.5 Teori – Teori Dasar Komitmen

Menurut Moreland (2010) ada beberapa teori yang menjelaskan tentang

dasar-dasar motivasional munculnya komitmen individu dalam berorganisasi yaitu :

1. Teori Sosialisasi Kelompok

Menurut model ini, baik kelompok maupun individu melakukan proses

evaluasi dalam hubungan bersama dan membandingkan value-nya dengan

hubungan yang selama ini berlangsung. Dalam evaluasi ini perubahan

perasaan akan berpengaruh terhadap komitmen yang dimiliki individu.

Semakin tinggi perasaan positif semakin besar juga komitmen

(27)

Ada lima tahap yang dilalui dalam model ini, yaitu investasi, sosialisasi,

maintenance, rasionalisasi dan kenangan dan ada juga empat transisi peran

yang dilakukan mulai dari entry, acceptance, divergence, dan exit.

Keanggotaan suatu kelompok berawal dari periode investigasi. Selama

investigasi kelompok melakukan rekrutmen, dan mencari orang yang bias

memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan kelompok. Sementara

itu, individu akan memasuki kelompok karena ia mencari kelompok

yangdapat memberikan kontribusi yang memuaskan kebutuhan dasarnya.

Tahap ini akan ditandai masuknya individu ke dalam suatu kelompok dan

menjalani proses sosialisasi. Selama sosialisasi kelompok mencoba

mengubah individu sehingga ia memberikan kontribusi yang lebih banyak

dalam mencapai tujuan kelompok, sementara itu individu mencoba

kelompok sehingga individu melakukan transisi penerimaannya, sehingga

individu melakukan transisi penerimaanya dan menjadi anggota penuh

suatu kelompok.

Penerimaan menandai berakhirnya sosialisasi dan kemudian mulai dengan

periode pemeliharaan. Selama pemeliharaan, terjadi proses negosiasi

antara individu dengan kelompok dalam mencari peran tertentu yang bias

mencapai kepentingan kelompok dan individu secara bersamaan. Bila

dalam sosialisasi peran sukses, maka tingkat komitmen akan semakin

tinggi baik bagi kelompok maupun individu. Sebaliknya bila negosiasi

gagal, maka tingkat komitmen yang diperoleh akan mencapai kriteria

(28)

19

Divergensi akan menandai akhir dari tahap maintenance dan memulai

tahap resosialisasi. Selama resosialisasi, kelompok mencoba lagi

mengubah individu sehingga ia memberikan kontribusi yang lebih pada

pencapaian tujuan kelompok. Sedangkan individu mencoba lagi mengubah

kelompok sehingga ia dapat memuaskan kebutuhannya. Bila tingkat

komitmen meningkat lagi, maka transisi peran dapat terjadi dan individu

mendapatkan keanggotaannya kembali pada kelompok secara penuh,

namun bila komitmen tidak dicapai, maka individu akan melakukan

transisi peran dengan cara keluar kelompok.

2. Teori Pertukaran Sosial

Teori ini semula dikembangkan oleh Thibaut dan Kelley (1959), dalam

perkembangannya mengalami berbagai perubahan. Ide dasar teori ini

sangat sederhana. Pertama, setiap hubungan akan selalu melibatkan

pertimbangan untung dan rugi dalam partisipannya. Keseimbangan antara

reward dan cost akan menjadi faktor krisis dalam menentukan nilai suatu

hubungan. Kedua, dalam sebagian besar hubungan, parisipan termoivasi

untuk memaksimalkan reward dan atau menurunkan cost yang diakibatkan

hubungan tersebut, dan setiap saat, partisipan melakukan reevaluasi dalam

reward dan cost tersebut sehingga hubungan lebih berarti. Ketiga, orang

dapat berpartisipasi dalam beberapa hubungan secara simulan, sehingga

nilai relative pada suatu hubungan juga dipengaruhi oleh relation ship juga

dipengaruhi relationship yang lain yang sesuai dengan partisipan.

Judgement mengenai relationship dapat memfokuskan pada masa lalu,

(29)

individu ditentukan oleh tiga perbandingan penting ini, pertama, kedua

belah pihak membandingkan nilai hubungan yang sedang berjalan, dan

ketiga, kedua belah pihak membandingkan nilai yang diharapkan dalam

hubungan mendatang.

3. Teori Kategorasi Diri

Teori ini semula dikembangkan oleh Turner dkk. (1987) dan berkembang

dari penelitian mengenai hubungan antarkelompok. Teori ini membahas

berbagai fenomena kelompok seperti pembentukan kelompok,

konformitas, penyimpangan dalam pengambilan keputusan, dan

kekompakan (kohesi). Teori ini tentunya bias dibawa kearah komitmen.

Moreland dkk. (1993) menyatakan beberapa pokok dasar teori ini.

Pertama, orang termotivasi untuk memahami dunia sekitarnya sehingga ia

akan mampu melakukan koping secara efektif terhadap problem yang

terjadi. Kedua, setiap stimulus lingkungan baik yang sosial dan nonsosial

dapat dikategorisasi. Kategorisasi diri berperan penting dalam

mengarahkan perilaku sosial seseorang. Ketiga, kategorisasi diri ini juga

meliputi hal yang abstrak, seperti sensasi tentang identitas sosial. Identitas

sosial ini berkembang, ketika seseorang mengkategorisasi dirinya dalam

suatu kelompok bukan pada kelompok lainnya. Bila seseorang

menyatakan ia sangat unik dibandingkan anggota kelompoknya, maka

disebut sbagai identitas personal. Hal ini juga dinyatakan oleh Jenkins

(1994) tentang adanya identitas ini. Peran identitas sangat penting dalam

(30)

21

Hogg (1987) dan Moreland (1993) melihat kategorisasi diri ini dapat

berhubunan dengan seberapa cocok anggotanya dengan prototype

kelompok. Kemudian membedakan antara atraksi personal dan atraksi

sosial sebagai sumber kohesi kelompok. Atraksi personel diantara anggota

kelompok mencerminkan tingkat similaritas mereka satu sama lainnya.

Sedankan atraksi sosial di antara anggota kelompok mencerminkan tingkat

prototipekalnya. Kedua bentuk antraksi itu berkorelasi, namun tidak

identik.

Dalam penjelasannya, kelompok yang kesehi itu dapat akan menarik

anggota untuk lebih menyukai kelompok. Dengan adanya kesukaan pada

kelompok ini, maka komitmen kerja angota akan bias ditingkatkan.

Berdasarkan teori diatas, paling tidak ada dua cara perubahan terjadinya

komitmen organisasi. Pertama, komitmen juga dapat berubah karena

prototype kelompok bersifat un-tabel. Kedua, komitmen juga dapat

berubah karena karakteristik keanggotaan kelompok juga untabel. Dengan

perubahan kedua prototype tersebut, maka masing-masing individu akan

menyesuaikan diri dengan prototype kelompok yang dimasukinya, dan

begitu pula sebaliknya. tampaknya konflik muncul setelah terjadinya

perubahan pada prototype ini. sehingga pemogokan, konflik, dan

kasus-kasus negative yang tidak diharapkan dalam organisasi dapat muncul.

4. Teori identitas ini disampaikan oleh Stryker (1987). Teori ini menawarkan

perspektif lain pada komitmen dan perannya dalam kelompok sosial.

(31)

tertentu dari seseorang memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku.

Kedua, peran sosial yang merupakan representasi dari suatu harapan

tertentu dari seseorang memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku.

Pada saat yang sama, seseorang bias menjalankan suatu peran. Karena itu

beberapa peran bias mengalami inkonkruensi dengan peran lainnya.

2.3. Iklim Organisasi

Iklim organisasi dapat dipahami sebagai presepsi anggota organisasi tentang

norma organisasi yang berkaitan dengan aktivitas organisasi yang bersangkutan.

Asumsi dasar dari teori iklim organisasi ini adalah bahwa presepsi dan perilaku

individu masing-masing anggota organisasi akan dipengaruhi oleh persepsi dan

perilaku anggota lain dalam system organisasi tersebut (Riza, dalam Sutrisno,

2010)

Istilah iklim organisasi pertama kali dipakai oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an,

yang menggunakan istilah iklim psikologi. Kemudian istilah iklim organisasi

dipakai oleh R. Tagiuri dan G. litwin. Tagiuri mengemukakan sejumlah istilah

untuk melukiskan perilaku dalam hubungan dengan latar atau tempat dimana

perilaku muncul : lingkungan (environment), lingkungan pergaulan (milieu),

budaya (culture), suasana (atmosphere), situasi (situation), pola lapangan (field

setting), pola perilaku (behavior setting), dan kondisi (conditions) (Robert

stringer, 2008) dalam Wirawan (2008).

Stinger (2008) mendefinisikan bahwa iklim organisasi sebagai koleksi dan pola

(32)

persepsi-23

persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, sehingga mempunyai pengaruh

langsung terhadap kinerja anggota organisasi.

Kemudian dikemukakan oleh Luthans (2004) disebutkan bahwa iklim organisasi

adalah lingkungan internal atau psikologi organisasi.

Davis dan Newstrom (2001 : 25) memandang iklim organisasi sebagai

kepribadian sebuah organisasi yang membedakan dengan organisasi lainnya yang

mengarah pada persepsi masing-masing anggota dalam memandang organisasi.

Sedangkan menurut Tagiuri dan Litwin (2008 :121), iklim organisasi merupakan

kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relative terus berlangsung,

dialami oleh anggota organisasi, mempengaruhi perilaku mereka dan dapat

dilukiskan dalam pengertian satu set karakteristik atau sifat organisasi.

Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan persepsi seseorang

tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi penentuan

tingkah laku anggota selanjutnya. Iklim ditentukan oleh seberapa baik anggota

diarahkan, dibangun dan dihargai oleh organisasi. Batasan pengertian iklim

organisasi itu bisa dilihat dalam dimensi iklim.

2.3.1. Dimensi iklim Organisasi

Dimensi iklim organisasi adalah unsur, faktor, sifat, atau karakteristik variable

iklim organisasi. dimensi iklim organisasi terdiri atas beragam jenis dan berbeda

pada setiap organisasi. studi yang dilakukan oleh para pakar iklim organisasi

(33)

sendiri-sendiri (Altman, 2000) dalam (Wirawan, 2008 :128). Sejumlah contoh

mengenai dimensi iklim organisasi :

1. Keadaan lingkungan fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan yagn

berhubungan dengan tempat, peralatan dan proses kerja. Persepsi

karyawan mengenai tempat kerjanya menciptakan persepsi karyawan

mengenai iklim organisasi.

2. Keadaan lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah interaksi antara

anggotaorganisasi. Hubungan tersebut dapat bersifat hubungan formal,

informal, kekeluargaan, atau professional. Semua bentuk hubungan

tersebut menentukan iklim organisasi.

3. Pelaksanaan sistem manajemen. Sistem manajemen adalah pola proses

pelaksanaan manajemen organisasi. Indikator faktor manajemen yang

mempengaruhi iklim kerja jumlahnya sangat banyak, misalnya,

karakteristik oranisasi (lembaga pendidikan, rumah sakit, militer dan

sebagainya) yang berbeda menimbulkan iklim organisasi yang berbeda.

4. Produk. Produk adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi.

Produk suatu organisasi sangat menentukan iklim organisasi. Misalnya,

iklim organisasi dinas kebersihan yang produknya berupa layanan

pembersih sampah, berbeda dengan iklim organisasi sebuah perbankan

yang produknya adalah jasa keuangan.

5. Konsumen yang dilayani.konsumen yang dilayani dan untuk siapa produk

ditunjukan, mempengaruhi iklim organisasi. Misalnya iklim organisasi

klinik bagian anak-anak berbeda dengan klinik bagian reumatik yang

(34)

25

6. Kondisi fisik dan kejiwaan anggota organisasi. Persepsi mengenai kondisi

fisik dan kejiwaan anggota organisasi sangat mempengaruhi iklim

organisasi. Termasuk dalam kondisi fisik adalah kesehatan, kebugaran,

keenergikan, dan ketangkasan.kondisi kejiwaan merupakan faktor yang

menentukan terjadinya iklim organisasi. Konndisi kejiwaan misalnya

adalah komitmen, moral, kebersamaan dan keseriusan.

7. Budaya organisasi. Budaya suatu organisasi sangat mempengaruhi iklim

organisasinya. Baik budaya organisasi maupun iklim organisasi

mempengaruhi perilaku organisasi anggota organisasi yang kemudian

mempengaruhi kinerja mereka. Misalnya jika kode etik dilaksanakan

dengan sistematis, maka akan mempengaruhi persepsi karyawan mengenai

lingkungan sosialnya. Lalu terjadilah iklim etis dalam lingkungan

organisasi. Demikian juga, dalam budaya organisasi terdapat norma

tertulis, tetapi banyak dilanggar oleh anggota organisasi dan tanpa sanksi,

sehingga menimbulkan iklim organisasi negatif.

2.3.2. Pendekatan Iklim Organisasi

James dan Jones dalam Toulson dan Smith (1994:455) membagi iklim organisasi

dalam tiga pendekatan, yaitu:

1. Multiple measurement – organizational approach

Pendekatan ini memandang bahwa iklim organisasi adalah serangkaian

karakteristik deskriptif dari organisasi yang mempunyai tiga sifat, yaitu:

relatif tetap selama periode tertentu, berbeda antara organisasi satu dengan

(35)

organisasi tersebut. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi adalah

ukuran, struktur, kompleksitas sistem, gaya kepemimpinan, dan arah

tujuan organisasi.

2. Perseptual measurement – organizational attribute approach

Pendekatan ini juga memandang iklim organisasi sebagai atribut

organisasi, tetapi pendekatan ini lebih menekankan penggunaan

pengukuran persepsi daripada pengukuran secara obyektif seperti ukuran

dan struktur organisasi.

3. Perseptual measurement – individual approach

Pendekatan ini memandang iklim sebagai serangkaian ringkasan atau

persepsi global yang mencerminkan sebuah interaksi antara kejadian yang

nyata dalam organisasi dan persepsi terhadap kejadian tersebut.

Pendekatan ini menekankan pada atribut organisasi yang nyata ke sebuah

ringkasan dari persepsi individu. Dengan pendekatan ini, variabel

intervensi yang disebabkan oleh kejadian-kejadian baik yang dialami oleh

individu maupun organisasi dapat mempengaruhi perilaku

individu-individu tersebut. Oleh karena itu, iklim organisasi dapat berlaku sebagai

variabel bebas maupun terikat.

Penciptaan iklim hubungan antar karyawan dalam hal keyakinan, kepercayaan dan

keterbukaan merupakan pertimbangan mendasar yang akan memberikan hasil

terhadap perusahaan itu sendiri. Iklim organisasi seperti itu dianggap sejalan

dengan produktifitas kinerja yang tinggi dan implementasi strategi organisasi

(36)

27

karyawan mengutarakan ketidakpuasan dan kepentingannya tanpa rasa takut akan

adanya pembalasan, maka ketidakpuasan dan perhatian seperti itu dapat ditangani

dengan cara yang positif. Iklim keterbukaan tercipta bila karyawan memiliki

keyakinan yang tinggi dan percaya pada keadilan keputusan dan tindakan

manajerial. Menciptakan iklim keterbukaan, keyakinan dan kepercayaan amat

trgantung pada nilai dan tujuan manajerial. Iklim ini kelihatannya menuntut

kesungguhan manajemen puncak untuk memperlakukan karyawan secara wajar

serta adanya tujuan organisasi yang memenuhi dan mengintegrasikan kebutuhan

dan tujuan karyawan serta organisasi.

Iklim organisasi juga dapat dijelaskan melalui kombinasi antara nilai dan tujuan

manajemen puncak, kebijakan mendasar tertentu dan juga implementasi dan

pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut. Apabila manajemen puncak sebuah

organisasi tidak memiliki integritas dan tidak dapat dipercaya serta tidak perduli

terhadap karyawan, maka sikap seperti itu bakal berdampak terhada seluruh

organisasi. Sebaliknya, jika manajemen puncak menunjukan komitmennya

terhadap hubungan manusiawi yang baik dan mendukung berbagai fungsi dan

program perusahaan serta kebijakan yang terkait dengan manajemen sumber daya

manusia, maka kemungkinan iklim tersebut dapat tercipta dan dipertahankan.

2.4 Pengertian Kinerja Karyawan

Kinerja mutlak diperhatikan di dalam suatu perusahaan. Pengertian Kinerja

dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi

yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan

kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering

(37)

sehingga perusahaan / instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan – kesan

buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda – tanda

peringatan adanya kinerja yang merosot.

Kinerja menurut Mangkunegara (2009 : 67)

“Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

Hasibuan (2001:34) mengemukakan :

“Suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan

kesungguhan serta waktu”.

Menurut Veitzal ( 2004 : 309) mengemukakan kinerja adalah :

“Perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.

Miner (1990) dalam Sutrisno (2010 : 174) mengemukakan secara umum dapat

dinyatakan empat aspek dari kinerja, yaitu sebagai berikut :

1. Kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu,

dan ketepatan dalam melakukan tugas.

2. Kuantitas yang dihasilkan, berkenaan dengan berapa jumlah produk atau

jasa yang dapat dihasilkan.

3. Waktu kerja, menerangkan akan berapa jumlah absen, keterlambatan serta

masa kerja yang telah dijalani individu pegawai tersebut.

4. Kerja sama, menerangkan akan bagaimana individu membantu atau

(38)

29

Dengan keempat aspek kinerja diatas dapat dikatakan bahwa individu mempunyai

kinerja yang baik bila dia berhasil memenuhi keempat aspek tersebut sesuai

dengan target atau rencana yang telah ditetapkan oleh organisasi.

2.4.1 Tujuan Penilaian/Evaluasi Kinerja

Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan

Secara lebih spesifik, tujuan dari evaluasi kinerja sebagaimana

dikemukakan Sunyoto (1994) dalam Mangkunegara (2009 : 10) adalah :

a. Mengikat saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan

kinerja.

b. Mencatat dan mengetahui hasil kerja seorang karyawan, sehingga

mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau

sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

c. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan

keinginan dan inspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap

karier atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.

d. Mendefisinikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan,

sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan

potensinya.

e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai

dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian

(39)

Kegunaan penilaian prestasi kerja (kinerja) karyawan adalah:

a. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan yang digunakan unuk

prestasi, pemerhentian dan besarnya balas jasa

b. Untuk mengukur sejauh mana karyawan dapat menyelesaikan

pekerjaannya

c. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan dalam

perusahaan.

d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan

jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya kepengawasan,

kondisi kerja dan pengawasan.

e. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi

karyawan yang berada dalam organisasi

f. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga

dicapai performance yang baik.

g. Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau kelemahan dan

meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.

h. Sebagai keriteria menentukan, seleksi dan penempatan karyawan

i. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan

karyawan

j. Sebagai dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian tugas

(40)

31

2.4.2 Faktor – Fakor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yakni memperoleh

keuntungan. Organisasi dapat beroperasi karena kegiatan atau aktifitas yang

dilakukan oleh para karyawan yang ada di dalam organisasi tersebut.

Menurut Mc Cormick dan Tiffin (2011) menjelaskan bahwa terdapat dua variable

yang dapat mempengaruhi kinerja yaitu :

a. Variabel Individu

Variable individu terdiri dari pengalaman, pendidikan, jenis kelamin,

umur, motivasi, keadaan fisik, kepribadian dan sikap.

b. Variable situasional

Variable situasional menyangkut dua faktor yaitu :

1. Faktor sosial dari organisasi, meliputi; kebijakan, jenis latihan dan

pengalaman, system upah serta lingkungan social.

2. Faktor fisik dan pekerjaan, meliputi : metode kerja, pengaturan dan

kondisi, perlengkapan kerja, pengaturan ruang kerja, kebisingan,

penyinaran dan temperatur.

Sedangkan menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2009 : 67) faktor yang

mempengaruhi pencapaian kinerja adalah :

a. Faktor Kemampuan (Ability)

Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi

(41)

Artinya : pimpinan dan karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ

110 – 120) apalagi IQ Superior, very superior, gifted dan genius dengan

pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam

mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai

kerja maksimal.

b. Faktor Motivasi

Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap

situasi kerja (situation) dilingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap

positif (pro) terhadap siituasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja

tinggi dan sebaliknya bila mereka bersikap negatif (kontra) terhadap

situasi kerjanya akan menunjukan motivvasi kerja yang rendah. Situasi

kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja,

iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi

kerja.

Dengan mengadakan penilaian kinerja, maka diharapkan pimpinan dapat

memantau kinerja dari para karyawan baik secara individu maupun sebagai suatu

kesatuan kelompok kerja. Untuk itu, seorang pemimpin diharapkan dapat

menetapkan kriteria penilaian yang jelas serta objektifitas sehingga penilaian yang

dilakukan memperoleh hasil yang akurat dalam setiap aktivitas pekerjaan yang

dinilai.

Untuk penilaian kinerja yang efektif maka dilakukan penilaian kinerja secara

spesifik dalam setiap aktivitas pekerjaan sehingga diharapkan dapat memberikan

(42)

33

2.5. Kerangka Pemikiran

Tujuan organisasi dapat tercapai apabila keberadaan tenaga kerja pada suatu

perusahaan diimbangi dengan kinerjanya yang baik. Kinerja yang baik akan

tercipta apabila tertanam komitmen kerja yang kuat pada masing-masing

karyawan, sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahan, penyimpangan,

ketidaksesuaian dan penyelewengan yang dilakukan oleh karyawan tersebut.

Selain itu persaingan yang semakin ketat mengehendaki iklim organisasi pada

setiap perusahaan secara internal untuk dapat mengantisipasi perubahan

lingkungan eksternal, dengan demikian tantangan yang dihadapi dapat diatasi

dengan adanya komitmen yang berasal dari diri karyawan untuk menyelesaikan

berbagai tugas dan tanggung jawab, sehingga kedua variable ini dapat

mempengaruhi kinerja karyawan.

Patchen (dalam Cooper & Robertson, 2001) berpendapat komitmen mencakup

tiga aspek, yaitu:

1. Perasaan manunggal dengan tujuan organisasi (identifikasi), yang meliputi

minat dan tujuan yang sama dengan anggota organisasi lainnya

2. Perasaan terlibat dalam organisasi, dimana perasaan terlibat pada

organisasi merupakan perasaan ikut memiliki dari karyawan terhadap

organisasi.

3. Perasaan setia atau loyal pada perusahaan, merupakan kesetiaan individu

dengan memberikan dukungan serta mempertahankan kebijaksanaan

(43)

Dimensi iklim organisasi adalah unsur, faktor, sifat, atau karakteristik variable

iklim organisasi. (Altman, 2000) sejumlah contoh mengenai dimensi iklim

organisasi :

1. Keadaan lingkungan fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan yang

berhubungan dengan tempat, peralatan dan proses kerja.

2. Keadaan lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah interaksi antara

anggotaorganisasi.

3. Pelaksanaan sistem manajemen. Sistem manajemen adalah pola proses

pelaksanaan manajemen organisasi.

4. Produk. Produk adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi.

5. Konsumen yang dilayani. Konsumen yang dilayani dan untuk siapa

produk ditunjukan, mempengaruhi iklim organisasi.

6. Kondisi fisik dan kejiwaan anggota organisasi. Persepsi mengenai kondisi

fisik dan kejiwaan anggota organisasi sangat mempengaruhi iklim

organisasi.

7. Budaya organisasi. Budaya suatu organisasi sangat mempengaruhi iklim

organisasinya.

Kinerja harus ditingkatkan dalam suatu organisasi perusahaan. Tanpa adanya

kinerja yang baik, sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kinerja

yang baik adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Indikator yang mempengaruhi kinerja menurrut Agus Dharma (2000: 45) adalah :

1. Kuantitas hasil kerja, kuantitas adalah bobot banyaknya, atau jumlah dari

(44)

35

2. Kualitas hasil kerja, adalah mutu dari hasil kerja karyawan/pegawai

3. Ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan, ketepatan waktu penyelesaian

maksudnya adalah pekerjaan yang dikerjakan oleh pegawai, dapat

diselesaikan pada batas waktu yang telah ditentukan perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disusun bagan kerangka pikir penulisan

yang dapat dilihat pada gambar 1. dibawah ini

Gambar 1.

IKLIM ORGANISASI

1. Keadaan Lingkungan Fisik

2. Keadaan Lingkungan Sosial

3. Pelaksanaan Sistem

Manajemen

4. Produk

5. Konsumen yang Dilayani

6. Kondisi Fisik dan Kejiwaan Anggota Organisasi

7. Budaya Organisasi

Rob Altman, 2000 KOMITMEN KERJA

1. Perasaan manunggal dengan

tujuan organisasi (identifikasi) 2. Perasaan terlibat dalam

organisasi

3. Perasaan setia atau loyal pada perusahaan.

Cooper & Robertson, 2001

KINERJA KARYAWAN

1. Kuantitas Hasil Kerja

2. Kualitas Hasil Kerja

3. Ketepatan Waktu Penyelesaian

(45)

2.6. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka penulis

mengajukan hipotesis bahwa :

1. Komitmen karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

2. Iklim organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

(46)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Untuk penelitian di Hotel Mini Lampung, penulis menggunakan jenis penelitian

survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sample dari satu

populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok

(Singarimbun, 2008).

Survei merupakan studi yang bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti

gejala suatu kelompok atau perilaku individu. Survei adalah suatu desain yang

digunaan untuk penyelidikan informasi yang berhubungan dengan prevalensi,

distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi. Pada survei tidak ada

intervensi, survey mengumpulkan informasi dari tindakan seseorang,pengetahuan,

kemauan, pendapat, perilaku, dan nilai.

Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data

dokumen. Penggalian data melalui kuisioner dapat dilakukan tanya jawab

langsung atau melalui telepon, sms, e-mail maupun dengan penyebaran kuisioner

melalui surat. Wawancara dapat dilakukan juga melalui telepon, video confeence

maupun tatap muka-langsung. Keuntungan dari survey ini adalah dapat

memperoleh berbagai informasi serta hasil dapat dipergunkan untuk tujuan lain.

(47)

Oleh karena itu pada penelitian survei akan lebih baik jika dilaksanakan analisa

secara bertahap.

Pada umumnya survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data.

Survei menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu semakin sampel besar,

semakin hasilnya mencerminkan populasi. Penelitian survei dapat digunakan.

untuk maksud penjajakan (eksploratif), menguraikan (deskriptif), penjelasan

(eksplanatory) yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa,

evaluasi, prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang,

penelitian operational dan pengembangan indikator-indikator sosial.

3.2 Sumber Data

1. Data primer

Data primer dalam penelitian adalah data yang berkaitan dengan

hubungan interpersonal dan kinerja. Data ini diperoleh dan dikumpulkan

dengan cara melakukan survey langsung pada bagian sumber daya

manusia Hotel Mini. Pengumpulan data primer dilakukan dengan

wawancara dan Kuesioner

2. Data sekunder

Data skunder adalah data pendukung yang berupa laporan, berkas atau

catatan-catatan yang dibuat oleh perusahaan. Pengumpulan data

sekunder dilakukan dengan cara mengajukan permohonan kepada

pimpinan Hotel Mini untuk mendapatkan data - data yang mendukung

dalam memperdalan dan mempertajam analisis pembahasan hasil

(48)

39

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Penelitian kepustakaan

Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari literatur – literatur dan

tulisan – tulisan yang mempunyai kaitan erat dengan penulisan skripsi ini

3.3.2Penelitian lapangan

Penelitian lapangan yaitu dengan melakukan penelitian langsung ke

Hotel Mini II Lampung Selatan. Data diperoleh dari :

a. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui dokumen – dokumen

yang ada hubungan dengan penelitian skripsi ini.

b. Wawancara secara langsung dengan pemimpin dan karyawan Hotel Mini

II.

c. Kuisioner, yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan tentang

pengawasan dan disiplin kerja.

Metode pengukuran ini menggunakan teknik penskoran skala likert. kriteria

umum untuk menentukan skor yang digunakan atas sejumlah pertanyaan yang

diajukan kepada resaponden dalam skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah

range lima, yaitu : (1,2,3,4,5) untuk mesing-masing jawaban (Umar, 2009 :

133). Kriteria untuk skor yang dipergunakan dalam penulisan ini diasumsikan

sebagai berikut :

Skor yang dipergunakan dalam penulisan ini diasumsikan sebagai berikut :

(a) Sangat setuju/SS, skor (5)

(49)

(c) Netral/N, skor (3)

(d) Tidak setuju/TS, skor (2)

(e) Sangat tidak setuju/STS, skor (1)

Respon dari tiap pernyataan dihitung dengan cara menjumlahkan angka-angka

dari setiap pernyataan sedemikian rupa sehingga respon yang berada pada posisi

yang sama akan menerima secara konsisten nilai angka yang selalu sama. Hasil

hitung akan mendapatkan skor tiap-tiap pernyataan dan skor total, baik untuk tiap

responden maupun secara total untuk seluruh responden.

3.4 Objek Penelitian dan Subjek Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang dikemukakan pada bab pendahuluan,

maka yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah pengaruh komitmen

kerja dan iklim organisasi terhadap kinerja karyawan. Adapun subjek

penelitiannya adalah karyawan Hotel Mini Lampung

3.5 Operasional Variabel Penelitian

Dalam melakukan penelitian sangat diperlukan adanya indikator variabel,

baik itu variabel terikat yang bersifat ditentukan (dependent) ataupun varibel

bebas yang bersifat menentukan (independent). Indikator variabel ini akan

berguna sebagai acuan untuk membahas permasalahan yang ada. Dalam

penelitian ini, variable yang akan diteliti terdiri dari 2 (dua) variable

independen (variable bebas) dan 1 (satu) variable dependen (variable

terikat). Indikator penelitian pengaruh komitmen karyawan dan iklim

(50)

41

Tabel. 3. Indikator pengaruh komitmen karyawan dan iklim organisasi terhadap kinerja karyawan.

Variabel Indikator

Variabel Definisi Indikator Variabel Komitmen Kerja ( Jewell dan Siegall dalam Sutrisno, 2010)

a. Perasaan manunggal dengan tujuan organisasi (identifikasi)

Yaitu perasaan yang meliputi

minat dan tujuan yang sama

dengan anggota organisasi

lainnya

b. Perasaan terlibat dalam organisasi

dimana perasaan terlibat pada organisasi merupakan

perasaan ikut memiliki dari karyawan terhadap organisasi

(51)

Tabel. 3. Indikator pengaruh komitmen karyawan dan iklim organisasi terhadap kinerja karyawan.

Variabel Indikator

Variabel Definisi Indikator Variabel

d. Produk Produk. Produk adalah barang

atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi.

e. Konsumen Konsumen yang dilayani.

Konsumen yang dilayani dan untuk siapa produk

Kondisi fisik dan kejiwaan anggota organisasi. Persepsi mengenai kondisi fisik dan kejiwaan anggota organisasi

1. Kuantitas adalah Bobot, banyaknya, atau jumlah dari hasil kerja karyawan/pegawai

2. Kualitas adalah Mutu dari hasil kerja karyawan/pegawai.

(52)

43

3.6 Populasi

Menurut Sugiyuno (2003:73), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan penelitian tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah 58 karyawan pada Hotel Mini Lampung.

3.7 Uji Validitas dan Reabilitas

3.7.1 Uji Validitas

Menurut Nazir (2005: 145) bahwa “validitas mempersoalkan apakah benar

-benar kita mengukur apa yang kita pikirkan sedang kita ukur ?.” Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan (quesioner)

yang disebarkan kepada responden. Menurut Arikunto (2002: 144) validitas

adaiah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih

mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid

berarti memiliki validitas yang rendah. Metode uji validitas yang digunakan

pada penelitian ini adalah metode korelasi product moment dengan rumus

sebagai berikut:

r xy = n xy–( ∑x)( ∑y )

(53)

Keterangan:

r xy = Keeratan hubungan (korelasi)

x = Jumlah skor pertanyaan

y = Jumlah skor total pertanyaan

n = Jumlah sampel yang akan diuji

Kriteria putusan:

r xy, hitung > r xy tabel maka valid

r xy, hitung < r xy tabel maka tidak valid

3.7.2 Uji Reabilitas

Pada reliabilitas alat ukur menunjukan pada kita tentang sifat suatu alat ukur

dalam pengertian apakah suatu alat ukur cukup akurat, stabil atau konsisten

dalam mengukur apa yang ingin kita ukur (Nazir, 2005 : 145). Uji

realiabilitas menggunakan rumus korelasi Alpha Cronbach (Uyatno. 2006:

264) dalam Suwardi (2008) digunakan rumus sebagai berikut:

cronbach=

Keterangan:

K = Jumlah butir dalam skala pengukuran

= Ragam (variance) dan butir ke-i

(54)

45

Knitenia putusan:

a. Jika nilai Cronbach’s Alfa secara keseluruhan > dari Cronbach alpa If

item deleted, maka dinyatakan reliabel

b. Jika nilai Alpa Cronbach’s Alfa secara keseluruhan < dari Cronbach alpa

If item deleted, maka dinyatakan tidak reliabel.

3.8 Alat Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data primer yang didapat

langsung dari sumber, yakni melalui kuisioner. Mengingat pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan kuisioner maka kesungguhan responden dalam

menjawab pertanyaan merupakan hal yang penting dalam penelitian ini.

3.8.1. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable

independent (komitmen dan iklim organisasi) terhadap variable dependen

(kinerja). Jika memang diantara keduanya terdapat pengaruh yang

signifikan. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan :

Y = Kinerja

(55)

b = koefisien regresi

X1 = Komitmen

X2= Iklim Organisasi

e = standar error

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical

(2006)

3.9 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh signifikansi dari

variabel independen (komitmen dan iklim) terhadap variabel dependen (kinerja)

baik secara parsial maupun simultan.

3.9.1 Uji Secara Parsial (Uji-t)

Pengujian hipotesis yang dilakukan secara parsial menggunakan analisis

regresi linier berganda dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dan

signifikansi masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen. Pengujian ini dilakukan dengan Uji-t pada tingkat keyakinan 95%

dan tingkat kesalahan analisis () 5% dengan d.f = n-k, ( n = besarnya

sample, k = jumlah variabel). Untuk menguji hipotesis secara parsial dari

masing-masing variabel maka harus memenuhi nilai sig < 0,05 sehingga

hipotesis yang menyatakan masing-masing variabel independent

(56)

47

3.9.2 Uji Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel

independent yang diamati secara bersama-sama berpengaruh positif

signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan Uji-F

pada tingkat keyakinan 95%, dengan d.f1 = k-1 dan d.f2= n- k. Apabila

diperoleh dari hasil perhitungan nilai sig F < dari nilai (0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel indepnden berpengaruh

(57)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komitmen kerja dan iklim

organisasi terhadap kinerja karyawan Hotel Mini di Provinsi Lampung. Berdasarkan

hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara statistik bahwa secara keseluruhan variabel bebas variabel Komitmen

(X1) dan Iklim Organisasi (X2) mempengaruhi kinerja karyawan (Y). Besarnya

pengaruh variabel bebas tersebut terlihat dari nilai Koefisien Determinasi (R2) =

0,578. Ini berarti sumbangan seluruh variabel bebas (X1,X2) terhadap kinerja

karyawan Hotel Mini di Provinsi Lampung sebesar 57,8 % dan sisanya 42,2 %

dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang tidak diidentifikasi pada penelitian ini.

2. Komitmen kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan Hotel Mini di

Provinsi lampung. Hal ini dapat ditunjukan dengan tingginya jawaban-jawaban

bernilai positif terhadap pertanyaan yang berkaitan dengan komitmen kerja.

Perasaan manunggal yang dimiliki karyawan rata-rata telah sesuai dengan tujuan

organisasi. Rasa kesetiaan karyawan serta loyalitas karyawan nampak jelas

dengan adanya dukungan-dukungan dari karyawan terhadap kebijakan

perusahaan dimana perusahaan akan selalu melibatkan karyawan disetiap

menenukan langkah-langkah demi memajukan perusahaan. Pengaruh-pengaruh

Gambar

Tabel
Tabel 1. Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan Karyawan Hotel Mini,
Tabel 2. Tingkat Perputaran Karyawan Hotel Mini Tahun 2012
Tabel 2. Tingkat Perputaran Karyawan Hotel Mini Tahun 2012
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari aktivitas siswa terhadap LKS berbasis etnosains pada materi bioteknogi untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa kelas IX yaitu pada aspek

Dengan menuliskan kata-kata kunci yang ditemukan dalam tiap paragraf bacaan yang dibagikan melalui grup WhatsApp / Telegram / Zoom / Google Meet , siswa mampu

Dari penelitian dapat dibuktikan bahwa hasil DIP untuk citra yang terbentuk oleh cahaya lebih terang memberikan nilai intensitas yang lebih

Mengetahui hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan BPJS pada ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Karanglewas Kecamatan. Karanglewas

Kriteria pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik t adalah jika nilai signifikansi t pvalue < 0,05, dengan kata lain, hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa

Data yang sudah terkumpul dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) membaca puisi siswa, (2) identifikasi data berdasarkan kode sampel dan judul puisi

Kesimpulan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan ini adalah ada peningkatan prestasi belajar Teknologi Perkantoran pada siswa kelas X OTKP 1 SMK Negeri 2

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa musik keroncong yang telah diaransemen atau disesuaikan dengan nada dan irama sama dengan musik klasik terbukti