PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PEMBUATAN e-KTP DI KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG
SELATAN
Oleh
Putri Rizki Mayasari Sinungan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNGABSTRACT
PUBLIC PERCEPTIONS OF SERVICE PERFORMANCE IN THE MAKING OF
THE e-ID CARD IN JATI AGUNG SUB DISTRICT OF LAMPUNG SELATAN
REGENCY
BY
PUTRI RIZKI MAYASARI SINUNGAN
Public services by government officials today is not compatible with what public are
expected. It is characterized by there still many complaints were submitted by the
public through various kinds of media. One of the forms of public services which
often complained is the population administration services especially electronic id
cards ( e-id card ) which is implemented in 2012 till present.
Based on the problem background the formulation of the problem is How the public
perceptions are towards the service performance of the making of the e-ID card in Jati
Agung Sub District Lampung Selatan Regency. This research is classified into
interviews and documentations, while the data analysis is done through quantitative
Results of this research indicates that the public perceptions towards the sevice
performance of making the e-ID card In Jati Agung Sub District Lampung Selatan
Regency is good. It is seen from the respondents perception that majority of
respondents giving a good assessment. Perceptions of the respondents is good in
cognitive aspects, affective aspects and conative aspects provide a good assessment.
ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN
PEMBUATAN e-KTP DI KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN
Oleh
PUTRI RIZKI MAYASARI SINUNGAN
Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini belum sesuai dengan yang
diharapkan masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya keluhan yang
disampaikan oleh masyarakat melalui berbagai media. Salah satu bentuk pelayanan
publik yang masih sering dikeluhkan adalah pelayanan administrasi kependudukan
khususnya Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) yang mulai dilaksanakan pada
tahun 2012 hingga sekarang..
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi Masyarakat terhadap Kinerja
Pelayanan Pembuatan e-KTP Di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner , wawancara dan
dokumentasi, sedangkan analisis data dilakukan secara kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap Kinerja
Pelayanan Pembuatan e-KTP Di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan
adalah baik,dengan presentase 69,8 %. Hal ini terlihat dari persepsi responden yang
sebagian besar memberikan penilaian baik. Persepsi responden baik pada aspek
kognitif, aspek afektif dan aspek konatif memberikan penilaian baik.
DAFTAR ISI
Halama
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL
RIWAYAT HIDUP
MOTTO
PERSEMBAHAN
SANWACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBARi
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Penelitian Terdahulu ... 8
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Tujuan Penelitian ... 11
E. Kegunaan Penelitian... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Persepsi ... 12
C. Tinjauan Tentang Kinerja ... 23
D. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik ... 25
E. Tinjauan Tentang e-KTP ... 29
C. Definisi Operasional... 41
D. Lokasi Penelitian ... 43 A. Gambaran Umum Kecamatan Jati Agung... 56
B. Jumlah Kepadatan Penduduk ... 58
C. Banyaknya Penduduk Rumah Tangga ... 59
D. Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Jati Agung ... 60
E. Struktur Organisasi Kecamatan Jati Agung …… ... 66
V. PEMBAHASAN A. Identitas Responden ... 68
B. Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Pelayanan Pembuatan e-KTP Di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. …. 74
C. Analisis Persepsi Masyarakat Secara Keseluruhan ... 117
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pemerintahan daerah yang ditandai dengan ditetapkannya
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah
membawa tanggung jawab yang luas bagi lembaga pemerintah di tingkat
daerah. Upaya mewujudkan tujuan otonomi daerah yaitu mempercepat
tercapainya kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan publik di
daerah, maka lembaga pemerintah di tingkat daerah dituntut mampu
memberikan pelayanan publik yang mudah, cepat dan murah sebagaimana
yang selalu diidam-idamkan masyarakat selama ini.
Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai
kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan
masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih adanya berbagai keluhan
masyarakat yang disampaikan melalui media massa, sehingga dapat
menimbulkan citra yang kurang baik terhadap aparatur pemerintah.
Mengingat fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat maka
satunya adalah pelayanan administrasi kependudukan yaitu Kartu Tanda
Penduduk Elektronik ataue-KTP.
Hal ini menjadi sangat penting mengingat akses masyarakat terhadap
pelayanan yang baik, mudah, cepat dan murah dari pemerintah masih sulit
didapat. Kecamatan sebagai salah satu bagian pemerintah daerah yang dekat
dengan masyarakat memiliki peran srategis dalam penyelenggaraan
pelayanan publik. Kecamatan dalam hal ini diharapkan mampu menunjukkan
eksistensinya sebagai ujung tombak pelayanan publik. Sebagaimana
perubahan kedudukan kecamatan dari wilayah administratif pemerintahan
(Undang-Undang No. 5 Tahun 1974) menjadi wilayah kerja dari perangkat
daerah (Undang-Undang No. 32 Tahun 2004), maka tugas pokok dan fungsi
Camat sebagai pimpinan organisasi kecamatan pun berubah dari kepala
wilayah, yang memiliki Kekuasaan sebagai penguasa tunggal di bidang
pemerintahan berubah menjadi perangkat daerah yang bertugas memberikan
pelayanan tertentu kepada masyarakat dalam wilayah kerja tertentu
(Krismiyati, 2008). Sebagaimana hasil kajian dari US SAID (United States
Agency for International Development ) bekerjasama dengan IPB (2008)
disebutkan bahwa salah satu fungsi penting dari sepuluh fungsi yang
datang adalah kecamatan dan camat diinginkan agar dapat terus menjadi
lembaga pelayanan masyarakat.
(http://litbang.bandung.lan.go.id/index.php?option=com_content&view=articl
e&id=215:eksistensi-kelembagaan-kecamatan-sebagai-ujung-tombak-pelayanan-publik&catid=29:blog&Itemid=122 diakses tanggal 05 Maret 2013 pukul 20:15)
Kecamatan dan camat diperlukan untuk memberi pelayanan kepada
masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan hak sebagai warga negara,
fungsi perijinan terbatas, dan administrasi kependudukan. Bahkan di
daerah-daerah yang jauh dari ibukota kabupaten dan kawasan perbatasan
menyebutkan peran kecamatan dan camat seperti ini masih sangat tinggi.
Salah satu bentuk Pelayanan publik di Kecamatan adalah administrasi
kependudukan contohnya adalah program pembuatan kartu tanda penduduk,
hal ini sebelumnya sudah diterapkan program Kartu Tanda Penduduk
Nasional yang saat ini sudah diganti menjadi program e-KTP (Kartu Tanda
Penduduk Elektronik). Kartu Tanda Penduduk (KTP) merupakan identitas
resmi penduduk sebagai bukti diri yang sah yang diterbitkan oleh instansi
pelaksanaan yang berlaku di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia.
KTP berbasis NIK adalah kartu tanda penduduk yang memiliki spesifikasi
dan format kartu tanda penduduk nasional dengan sistem pengamanan khusus
yang berlaku sebagai identitas resmi yang diterbitkan instansi pelaksana. KTP
wajib dimiliki oleh setiap penduduk yang telah berusia 17 tahun ke atas atau
seseorang di Indonesia yang diperoleh setelah seseorang berusia di atas 17
tahun. KTP berlaku selama lima tahun dan tanggal berakhirnya disesuaikan
dengan tanggal dan bulan kelahiran yang bersangkutan. Khusus warga yang
telah berusia 60 tahun ke atas, mendapat KTP seumur hidup yang tidak perlu
diperpanjang setiap lima tahun sekali. KTP berisi informasi mengenai sang
pemilik kartu, termasuk: nama lengkap, Nomor Induk Kependudukan
(N.I.K.), alamat, tempat dan tanggal lahir, agama, golongan darah,
kewarganegaraan, foto, tanda tangan atau cap jempol.
Kegunaan dari Kartu Tanda Penduduk ini antara lain adalah:
1. Sebagai Tanda Pengenal atau bukti diri kependudukan yang sah
2. Melakukan transaksi keuangan di dunia perbankan dan PT.Pos
Indonesia
3. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan RSUD
4. Mengurus SIM dan STNK
5. Pengajuan Dokumen keImigrasian
6. Kelengkapan berkas di Pengadilan dan Kejaksaan
7. Pewarisan dan atau peralihan Hak atas Tanah dan Bangunan
8. Mengurus perizinan dan permintaan layanan publik dan privat
9. Keperluan-keperluan lain yang membutuhkan bukti diri
seseorang.(http://capil.muaraenimkab.go.id/kartu-tanda-penduduk/diakses tanggal 20 April 2013 pukul 16:30)
Proses pembuatan Kartu Tanda Penduduk Nasional dapat memungkinkan
pemiliknya memiliki kartu tanda penduduk lebih dari satu. Hal ini
dikarenakan belum adanya basis data terpadu yang menghimpun data
penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi peluang penduduk
yang ingin berbuat curang dalam hal-hal tertentu dengan manggandakan
1. Menghindari pajak
2. Memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat diseluruh
kota
3. Mengamankan korupsi atau kejahatan/kriminalitas lainnya 4. Menyembunyikan identitas (seperti teroris)
5. Memalsukan dan menggandakan KTP
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk_elektronik diakses tanggal 20 April 2013 pukul 16:36)
Didorong oleh pelaksanaan pemerintahan elektronik (e-Government) serta
untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan
mengurangi serta mencegah penyalahgunaan dari Kartu Tanda Penduduk ini
maka Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia menerapkan suatu
sistem informasi kependudukan yang berbasiskan teknologi yaitu Kartu Tanda
Penduduk elektronik atau e-KTP.
e-KTP berasal dari kata electronic-KTP, atau Kartu Tanda Penduduk
Elektronik atau sering disingkat e-KTP. Menurut situs resmi e-KTP, KTP
elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem
keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi
informasi dengan berbasis pada basis data kependudukan nasional. Program e
-KTP dijalankan dikarenakan memiliki keunggulan dibandingkan dengan -KTP
Nasional, diantaranya yaitu:
1. Identitas jati diri tunggal 2. Tidak dapat dipalsukan
4. Dapat dipakai sebagai kartu suara dalam Pemilu atau Pilkada (E-voting) (http://www.ippmpms.com/2012/08/kelemahan-electronic-ktp-e-ktp.html diaksestanggal 21 April 2013 pukul 20:46)
Selain itu, sidik jari yang direkam dari setiap wajib e-KTP adalah seluruh jari
(berjumlah sepuluh), tetapi yang dimasukkan datanya dalam chip hanya dua
jari, yaitu jempol dan telunjuk kanan. Sidik jari dipilih sebagai autentikasi
untuk e-KTP karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
1. Biaya paling murah, lebih ekonomis daripada biometrik yang lain 2. Bentuk dapat dijaga tidak berubah karena gurat-gurat sidik jari
akan kembali ke bentuk semula walaupun kulit tergores
3. Unik, tidak ada kemungkinan sama walaupun orang kembar
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk_elektronik diakses tanggal 20 April pukul 20:36)
Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e- KTP) yang telah dilaksanakan selama dua tahapan. Tahap pertama dimulai pada tahun 2011 dan berakhir pada 30 April 2012 yang mencakup 67 juta penduduk di 2348 kecamatan dan 197 Kabupaten/Kota. Tahap kedua mencakup 105 juta penduduk yang tersebar di 300 Kabupaten/Kota lainnya di Indonesia. Secara keseluruhan, pada akhir 2012, ditargetkan setidaknya 172 juta penduduk sudah memiliki e-KTP. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk_elektronik_diakses tanggal 05 Maret 2013 pukul19:45)
Pelaksanaan progam e-KTP dapat menjadi salah satu tolak ukur dari
pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat dalam
hal ini peneliti berfokus pada Pemerintah Kecamatan di Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan. Ada fakta yang menunjukkan bahwa
masyarakat Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan belum
memperoleh distribusi e-KTP, padahal seharusnya pemerintah kecamatan
warga, diantaranya adalah Purwanto yang bertempat tinggal di Desa Jati
Mulyo menyatakan bahwa beliau sudah melakukan proses pembuatan e-KTP
pada Bulan Desember 2012 tetapi kenyataannya sampai saat ini belum
menerima pendistribusian e-KTP. Pada Desa Marga Agung juga bedasarkan
informasi dari Ibu Mursih bahwa masyarakat di Desa tersebut belum
menerima pendistribusian e-KTP. (Wawancara ini dilakukan pada 29 Maret
2013). Masyarakat juga mengeluhkan kendala dalam pelayanan yang
diberikan seperti antrian yang terlalu lama dalam proses input data dan juga
ada warga yang mendapatkan waktu untuk mendapat giliran input data
program e-KTP pada malam hari yang merupakan jam kerja dari Kantor
Kecamatan Jati Agung. Pendistribusian e-KTP merupakan tanggung jawab
dari pihak pemerintah daerah yaitu Kecamatan yang di tugaskan untuk
menyalurkan e-KTP yang sudah jadi, tetapi sampai saat ini ,masyarakat masih
belum menerima e-KTP tersebut. Fakta-fakta ini yang menguatkan untuk
melakukan penelitian di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.
Persoalan yang terjadi ini tentunya menjadi indikator kinerja pelayanan publik
yang dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu maka akan terbentuk
persepsi masyarakat terhadap pelayanan pembuatan e-KTP. Persepsi
masyarakat terhadap pelayanan pembuatan e-KTP ini berkenaan dengan
proses input data dan distribusi e-KTP. Masyarakat memiliki persepsi yang
muncul melalui pengalaman yang masyarakat terima dalam mengikuti
sudah mengikuti tahap-tahap pelaksanaan e-KTP dimulai dari tahap
sosialisasi, pemanggilan melalui undangan sampai menunggu tahap
pendistribusian e-KTP yang dilakukan oleh pemerintah Kecamatan.
Masyarakat melihat dan merasakan pelayanan publik yang ada di Kecamatan
tersebut khususnya dalam pembuatan e-KTP, sehingga masyarakat mampu
memberikan persepsinya terhadap kinerja pelayanan publik Pemerintah
Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan e-KTP sudah
banyak dilakukan,salah satunya di teliti oleh
Imelda Beatriz Imbab
denganjudul Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas Pelayanan e-KTP di Kecamatan
Gondokusuman Kota Yogyakarta. Kecamatan Gondokusuman Kota
Yogyakarta ialah salah satu daerah pilot proyek implementasi e-KTP secara
nasional. e-KTP adalah program kerja pemerintah RI khususnya Departemen
Dalam Negeri sebagai amanat UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan. e-KTP merupakan tindak lanjut (perbaikan) KTP. Dahulu
sering adanya kabar bahwa pelayanan dan proses pembuatan KTP amat rumit,
bertele-tele, mahal, memakan waktu lama dan susah. Setiap orang harus
menempuh jalur birokrasi yang berantai dari tingkat RT/RW hingga
kecamatan hanya untuk mendapatkan KTP. Fakta ini menunjukkan indikasi
KTP. Produk-produk hukum dan reformasi birokrasi menyangkut pelayanan
pembuatan e-KTP mengharuskan beberapa perubahan seperti waktu yang
singkat, gratis, mudah dan sederhana. Diduga kuat hal ini akan menyebabkan
pergeseran atau perubahan persepsi masyarakat mengenai kualitas pelayanan
e-KTP. Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat
mengenai kualitas pelayanan e-KTP berubah atau bergeser, penelitian ini
menjadi penting dilakukan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskripsi secara kualitatif dan
kuantitatif. Data dihimpun sewajarnya dengan mempertimbangkan
kenormalan data. Data primer diperoleh lewat observasi, wawancara dan
angket. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dan studi dokumentasi.
Narasumber dan responden ditetapkan dengan metode purposive sampling.
Objek penelitian ialah kantor Kecamatan Gondokusuman. Subjek penelitian
adalah warga Gondokusuman yang mendapatkan pelayanan e-KTP. Validitas
data ditempuh dengan teknik triangulasi data. Peneliti memakai triangulasi
sumber dan teori, yakni memanfaatkan sejumlah sumber data dan teori untuk
menghimpun kesamaan informasi. Teknik analisis data memakai metode
induktif.
Penelitian bertujuan mengetahui persepsi masyarakat mengenai kualitas
pelayanan e-KTP di Kecamatan Gondokusuman. Ada sepuluh indikator untuk
mengetahui persepsi masyarakat mengenai mutu pelayanan e-KTP di
Kecamatan Gondokusuman. 10 indikator mencakup kepastian waktu
jawab, kelengkapan sarana pendukung pelayanan e-KTP, kemudahan
mendapatkan pelayanan e-KTP, variasi model pelayanan, pelayanan pribadi,
kenyamanan dalam memperoleh pelayanan dan atribut pendukung pelayanan.
Hasil penelitian menunjukan: (1) mutu pelayanan e-KTP di Kecamatan
Gondokusuman belum memuaskan, (2) 8 indikator (kepastian waktu
pelayanan, ketepatan pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas, tanggung
jawab, kelengkapan pelayanan, kemudahan mendapatkan pelayanan,
kenyamanan dalam memperoleh pelayanan dan atribut pendukung pelayanan)
meneguhkan persepsi masyarakat mengenai mutu pelayanan e-KTP di
Kecamatan Gondokusuman dan (3) 2 indikator (variasi model pelayanan dan
pelayanan pribadi) melemahkan persepsi masyarakat mengenai mutu
pelayanan e-KTP di Kecamatan Gondo-kusuman. Ke depan, kualitas
pelayanan e-KTP di Kecamatan Gondokusuman masih harus diperbaiki
khususnya seputar fungsi dan janji-janji yang mengiringi uji coba
implementasi e-KTP seperti transaksi online dan perbankan.
C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Persepsi Masyarakat terhadap Kinerja Pelayanan Pembuatan
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Persepsi Masyarakat terhadap
Kinerja Pelayanan Pembuatan e-KTP di Kecamatan Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan.
E. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Akademis
Secara teoritis hasil penelitian ini akan memperkaya kepustakaan
hasanah Ilmu Pemerintahan terutama yang berkenaan dengan Kinerja
Pelayanan Publik Pemerintah Kecamatan pada Pembuatan e-KTP (Kartu
Tanda Penduduk Elektronik) di Kecamatan Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan.
2. Kegunaan Praktis
Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kecamatan dalam
meningkatkan kinerja pelayanan publik pada umumnya dan pembuatan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Menurut Jalaludin Rachmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2004:51)
bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang objek, atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Jalaludin
juga menambahkan bahwa persepsi memberikan makna pada stimulus indrawi
(sensorystimulus).
Pendapat lain di kemukakan oleh Bimo Walgito (200:54):
“Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang
integrated dalam diri individu. Karena merupakan aktivitas yang
integreted, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu aktif berperan dalam persepsi itu.”
Slamento berpendapat bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut
masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia yang terus menerus
inderanya yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba dan penciuman.
(http://suaranuraniguru.wordpress.com/2011/11/29/persepsi/ diakses tanggal
06 Maret 2013 pukul 21:25)
Davidoff, (Walgito, 2000: 54), menyatakan bahwa persepsi merupakan
aktivitas yang intergrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri
individu akan ikut aktif dalam persepsi. Maka dalam persepsi dapat
dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman
individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil
persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu yang
lain.
Berdasarkan definisi para ahli maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
persepsi adalah proses pengorganisasian dan interpretasi dari stimulus yang
diterima, baik berupa rangsangan atau informasi serta pesan yang diterima dan
di rasakan oleh panca indera manusia. Persepsi bukan hanya sebatas pada
penginderaan tehadap obyek atau lingkungan saja akan tetapi lebih luas
seseorang yang mengalami atau mengamati obyek atau lingkungan yang
memberikan kesan kepadanya, sehingga ia dapat memberikan suatu penilaian
pandangan atau pendapat. Persepsi seseorang dapat berubah-ubah, misalnya
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Walgito (2000: 54) terdapat
dua yaitu faktor internal dan faktor eksnternal.
a. Faktor Internal
Faktor yang mempengaruhi persepsi berkaitan dengan kebutuhan
psikologis, latar belakang pendidikan, alat indera, syaraf atau pusat
susunan syaraf, kepribadian dan pengalaman penerimaan diri serta
keadaan individu pada waktu tertentu.
Sedangkan menurut Gibson faktor internal yang mempengaruhi persepsi
adalah yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang
mencakup beberapa hal antara lain:
1. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda. 2. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan
untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
3. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan
untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan
kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
4. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
6. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
(http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/diakses tanggal 27-03-2013 pukul 10:23 WIB)
b. Faktor Eksternal
Faktor ini digunakan untuk obyek yang dipersepsikan atas orang dan
keadaan, intensitas rangsangan, lingkungan, kekuatan rangsangan akan
turut menentukan didasari atau tidaknya rangsangan tersebut. Gibson
lebih rinci menjelaskan faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi.
Definisi faktor eksternal menurutnya adalah karakteristik dari linkungan
dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut
dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan
mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya.
Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi
adalah:
1. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
2. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya
3. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
4. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
5. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
(http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/ diakses tanggal 27-03-2013 pukul
10:23 WIB)
Pendapat lain diungkapkan oleh Thoha (2004:147), adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan persepsi seseorang adalah:
1. Psikologi
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Contoh terbenamnya matahari di waktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai bayang-bayang yang kelabu bagi seorang yang buta warna
2. Family (keluarga)
3. Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor kuat didalam mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini. Contoh Orang Amerika yang bebas makan daging babi, tidak begitu halnya bagi masyarakat Indonesia.
Menurut David Krech dan Cruthfield (Thoha, 2004:51) terdapat dua faktor
utama dalam menentukan persepsi, yaitu:
a. Faktor Fungsional
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman, masa lalu dan
hal lainnya yang termasuk dalam faktor personal. Persepsi tidak
ditentukan oleh jenis atau bentuk stimulus tetapi juga oleh
karakteristik individu yang memberikan respon kepada stimuli
tersebut. Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi sering
disebut sebagai suatu kerangka tujuan. Awalnya konsep ini berasal
dari penelitian psikofosik yang berkaitan dengan persepsi objek.
Para psikolog menerapkan konsep ini berkaitan untuk menjelaskan
persepsi sosial. Faktor-faktor fungsional tersebut adalah:
1. Kebutuhan, yaitu kebutuhan sesaat dan kebutuhan pada diri seorang akan mempengaruhi atau menentukan persepsi. Kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.
2. Kesiapan mental, yaitu suasana mental seseorang
3. Suasana emosi yaitu suasana emosi seseorang baik seseorang tersebut dalam keadaan sedih, bahagia, marah,
kesal ataupun gelisah akan sangat mempengaruhi
persepsinya terhadap suatu objek rangsangan.
4. Latar belakang budaya yaitu latar belakang seseorang tersebut terhadap suatu rangsangan.
b. Faktor Struktural
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari stimulasi fisik dan
efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Krench
dan Cruthfied seperti yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat (2004;59)
merumuskan dalil persepsinya yaitu:
a. Bahwa medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Manusia kemudian mengorganisasikan konsep
tentang sebuah obyek yang diterimanya lalu
menginterpretasikan konteks pertunjukannya.
b. Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari sub struktur pada umumnya ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan akan meberikan efek kontras atau asimiliar terhadap substruktur.
c. Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu
atau menyerupai satu sama lain, cenderung sebagai bagian dari struktur yang sama.
Faktor-faktor fungsional dan struktural lebih menunjukkan pada
kebutuhan dan pengalaman yang dialami oleh individu yang dirasakan
3. Aspek-aspek Persepsi
Pada hakekatnya sikap merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen
dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport ada tiga, yaitu:
1. Komponen Kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar
pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
2. Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk
bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.
Pendapat yang sama pun dikemukakan oleh Baron dan Byme, yang menyatakan
bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap
yaitu:
a. Komponen Kognitif (Komponen perseptual)
Komponen yang berkaitang dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap obyek sikap.
b. Komponen Afektif (Komponen Emosional)
Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatiif.
c. Komponen Konatif (Komponen perilaku atau action component)
Komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap obyek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap obyek sikap.
(http://yenizenovitha.blogspot.com/p/perkembangan-fisik remaja. html
diakses tanggal 08-04-2012 pukul 15:25 )
Melalui ketiga komponen inilah, orang biasanya mencoba menduga bagaimana sikap
seseorang terhadap suatu keadaan yang sedang dihadapinya. Ketiga komponen sikap
seringkali pengalaman “menyenangkan’ atau “tidak menyenangkan” yang didapat
seseorang di dalam masyarakat menyebabkan hubungan ketiga komponen itu tidak
sejalan. Apabila ketiga komponen itu sejalan, maka bisa diramalkan perilaku itu
menunjukkan sikap. Tetapi kalau tidak sejalan, maka dalam hal itu perilaku tidak
dapat digunakan untuk mengetahui sikap.
4. Proses Persepsi
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang di kutip oleh Munandar
Soelaeman pada bukunya Ilmu Sosial Dasar (1995:16) terdapat tiga komponen
utama dalam proses persepsi, yaitu:
a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan
dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
b. Interpretasi yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, kecerdasan dan sebagainya. Dan interpretasi juga tergantung kepada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. c. Interpretasi dari persepsi kemudian diterjemahkan kedalam bentuk
B. Tinjauan Tentang Masyarakat
1. Pengertian masyarakat
Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat
merupakan sejumlah manusia dalam arti selas-luasnya dan terikat oleh
suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Pendapat lain dikemukakan
oleh Soekanto yang menyatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup
manusia yang melakukan interaksi bedasarkan hubungan-hubungan
tersebut serta pola-polanya sesuai dengan kepentingan manusia dan
kelompoknya yang terlihat dari adanya suatu identitas sama. Pendapat lain
Menurut Weber dalam Soekanto, Masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.masyarakat adalah sistem
dari kebiasaan atau tata cara dari wewenang dan kerjasama antara berbagai
kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta
kebebasan manusia keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan
masyarakat, merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu
berubah.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan pengertian masyarakat
adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan menempati suatu
wilayah tertentu dan menjalankan hubungan dengan manusia lainnya dan
lingkungan dengan pola-polanya sesuai dengan kepentingan manusia dan
kelompoknya yang terlihat dari adanya suatu identitas sama diantaranya
dengan menjalankan suatu fungsi-fungsi tertentu yang saling menentukan
satu sama lain.
2. Ciri-ciri Masyarakat
Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang secara nyata ada
maupun fiktif bertempat di wilayah tertentu, dimana anggota-anggotanya
memiliki kepentingan tertentu, mempunyai kesamaan perasaan bahwa hanya
dengan demikianlah maka kebutuhan-kebutuhan pokok untuk kelangsungan
hidup dapat terpenuhi. Masyarakat juga dapat dimaknai sebagai hubungan
antar manusia bersifat pribadi, kenal mengenal dengan akrab, sepahit-semanis,
sesuka-seduka, disertai saling percaya yang berakar pada kesatuan kerukunan
dan kesatuan keluarga, mempunyai kesatuan adat dan kepercayaan sebagai
Menurut Soekanto beberapa unsur yang yang dapat dijadikan ciri suatu diakses pada tanggal 19 M)ret 2013 pukul 22:00
C. Tinjauan Kinerja
1. Definisi Kinerja
Menurut Prawirosentono yang dikutip oleh Edy Sutrisno pada bukunya
Budaya Organisasi (2010:170), mengemukakan bahwa:
“kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.”
Masih dalam kutipan Edi Sutrisno dalam bukunya Budaya Organisasi
menurut Miner:
Suatu organisasi, baik pemerintah maupun privat dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang
digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku
dalam upaya mencapai tujuan lembaga atau organisasi bersangkutan.
Tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya pelaku
yang terdapat dalam organisasi tersebut. Hal ini sebenarnya terdapat
hubungan yang erat antara kinerja perseorangan dengan kinerja
organisasi. Bila kinerja karyawan baik maka kemungkinan besar kinerja
organisasi juga baik. (Edi Sutrisno. 2010:171)
Berdasarkan pemaparan definisi-definisi kinerja menurut para ahli di atas,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa kinerja adalah bagaimana seseorang
atau sekelompok orang yang diharapkan dapat berfungsi dan berprilaku
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya demi mencapai tujuan
organisasi. Para pelaku kinerja bekerja secara legal dan tidak melanggar
hukum serta sesuai dengan moral dan etika, sehingga kinerja sangat
berpengaruh terhadap kualitas hasil yang diberikan dari suatu organisasi
tersebut.
Menurut Miner dikutip oleh Edi Sutrisno dalam bukunya Budaya
Organisasi (2010:171), mengemukakan secara umum dapat dinyatakan
1. Kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu, dan ketepatan dalam melakukan tugas. 2. Kuantitas yang dihasilkan, berkenaan dengan berapa jumlah
produk atau jasa yang dapat dihasilkan.
3. Waktu kerja, menerangkan akan berapa jumlah absen,
keterlambatan, serta masa kerja yang telah dijalani individu pegawai tersebut.
4. Kerjasama, menerangkan akan bagaimana individu membantu
atau menghambat usaha dari teman sekerjanya.
Berdasarkan keempat aspek kinerja di atas dapat dikatakan bahwa individu
mempunyai kinerja yang baik bila berhasil memenuhi keempat aspek tersebut
sesuai dengan target atau rencana yang telah ditetapkan oleh organisasi. Hasil dari
seperangkat kerja pekerjaan adalah masukan bagi usaha kinerja lainnya, karena
saling bergantung, apa yang tampaknya merupakan perolehan kinerja yang kecil
dalam suatu aspek pekerjaan dapat menghasilkan perolehan besar dari
keseluruhan. Jadi produktivitas suatu sistem bergantung pada kecermatan dan
efisiensi perilaku pekerja.
D. Tinjauan Pelayanan Publik
1. Definisi Pelayanan Publik
Pelayanan publik menurut Sinambela (2006:5) adalah pemberian layanan
(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara
masyarakat merupakan kegiatan yang sifatnya “non profit” oleh unit-unit
pelayanan pemerintahan bersifat tak berwujud dan tidak dapat dimiliki,
hanya dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
Menurut Pandji Santosa (2009:57) pelayanan publik adalah pemberian
jasa, baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun
pihak swasta kepada masyarakat dengan atau tanpa pembayaran guna
memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat. Sedangkan
definisi pelayanan publik menurut Kepem PAN Nomor 63 Tahun 2003
adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan
perwujudan suatu kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi
masyarakat.
Bedasarkan definisi-definisi pelayanan publik menurut para ahli di atas,
penulis dapat menyimpulkan bahwa pelayanan publik adalah layanan
yang diberikan kepada orang atau masyarakat yang memiliki keperluan
pada organisasi pemerintah dengan atau tanpa bayaran. Pelayanan yang
diberikan merupakan perwujudan dari kewajiban aparatur pemerintah
sebagai abdi Negara. Umunya pelayanan publik dilaksanakan dalam
suatu rangkaian kegiatan yang bersifat sederhanan, terbuka, lancar, tepat,
Menurut Amin Ibrahim (Sinambela:2006:19) pelayanan publik setidaknya
mengandung unsur-unsur dasar (asas-asas) antara lain yaitu:
a. Hak dan kewajiban, baik bagi pemberi dan penerima layanan umum tersebut harus jelas dan diketahui dengan baik oleh masing-masing pihak sehingga tidak ada keraguan dalam pelaksanaannya.
b. Pengaturan setiap bentuk pelayanan publik harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar, bedasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegang teguh pada efisiensi dan efektivitasnya. Tentunya kebijakan publik yang melahirkan aturan perundang-undangan atau peraturan daerah tersebut, harus pula menganut prinsip partisipasi masyarakat sejak masukan-proses hingga pengambilan keputusannya, karena masyarakatlah yang menjadi objek pelayanan tersebut.
c. Mutu proses keluaran dan hasil pelayanan publik tersebut harus diupayakan agar dapat memberikan keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. d. Apabila pelayanan publik yang diselenggarakan oleh instansi atau
lembaga pemerintah atau pemerintahan “ terpaksa harus mahal”, maka
isntansi atau lembaga pemerintah atau pemerintahan yang
bersangkutan berkewajiban “memberi peluang” kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selain itu, menurut Amin Ibrahim (Sinambela: 2006:25) terdapat beberapa
kriteria pelayanan yang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap organisasi yang
melayani masyarakat yaitu:
a. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan.
b. Konsumen atau pelanggan atau masyarakat mendapatkan pelayanan
sebagaimana mestinya.
c. Konsumen atau pelanggan atau masyarakat sejauh mungkin
mendapatkan perlakuan yang adil dan fair dalam pelaksanaan pelayanannya.
d. Konsumen atau pelanggan atau masyarakat mendapatkan perlakuan
2. Dasar hukum Pelayanan publik
Pelayanan publik untuk masyarakat umum menjadi tugas dan kewajiban
pemerintah untuk melaksanakannya, telah ditegaskan dalam:
a. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1995 tentang Perbaikan
Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur kepada masyarakat.
b. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik.
c. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
26/KEP/M.PAN/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
3. Jenis Pelayanan Publik
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MenPAN) Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis
pelayanan publik,yaitu:
a. Jenis Pelayanan Administratif, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan, dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa dokumen, misalnya, sertifikat, ijin-ijin, rekomendasi, keterangan tertulis dan lain-lainnya.
kegiatan tersebut menghasilkan produk akhir berwujud benda (berwujud fisik) atau yang dianggap benda yang memberikan nilai tambah secara langsung bagi penerimanya. Contoh jenis pelayanan ini adalah : pelayanan listrik, pelayanan air bersih, pelayanan telepon. Contoh jenis pelayanan ini adalah : pelayanan sertifikat tanah, pelayanan IMB, pelayanan
administrasi kependudukan (KTP, NTCR, akta
kelahiran/kematian).
c. Jenis Pelayanan Jasa, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa penyediaan sarana dan prasarana serta penunjangnya. Pengoperasiannya berdasarkan suatu sistem pengoperasian tertentu dan pasti, produk akhirnya berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara langsung dan habis terpakai dalam jangka waktu tertentu. Contoh jenis pelayanan ini adalah : pelayanan angkutan darat, laut dan udara, pelayanan kesehatan, pelayanan perbankan, pelayanan pos dan pelayanan pemadaman kebakaran.
d. Jenis Pelayanan Regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.
(http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/10/pengelompokan-jenis-pelayanan-publik.html diakses pada tanggal 26-03-2013 diakses tanggal 26-03-2013 pukul 12:00 WIB)
E. Tinjauan e-KTP (Kartu Tanda Penduduk Elektronik
1. Tinjauan e-KTP
Secara sederhana, e-KTP berasal dari kata electronic-KTP, atau Kartu
Tanda Penduduk Elektronik atau sering disingkat e-KTP. Lebih rincinya,
menurut situs resmi e-KTP, KTP elektronik adalah dokumen
kependudukan yang memuat sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi
administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada basis data
2. Fungsi dan format e-KTP
1. Fungsi e-KTP
a. Sebagai identitas jati diri
b. Berlaku nasional, sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk
pengurusan izin, pembukaan rekening Bank, dan sebagainya
c. Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP
d. Terciptanya keakuratan data penduduk untuk mendukung program
pembangunan
2. Format e-KTP
Struktur e-KTP terdiri dari sembilan layer yang akan meningkatkan
pengamanan dari KTP konvensional. Chip ditanam di antara plastik putih
dan transparan pada dua layer teratas. Chip ini memiliki antena
didalamnya yang akan mengeluarkan gelombang jika digesek.
Gelombang inilah yang akan dikenali oleh alat pendeteksi e-KTP
sehingga dapat diketahui apakah KTP tersebut berada di tangan orang
yang benar atau tidak. Untuk menciptakan e-KTP dengan sembilan layer,
tahap pembuatannya cukup banyak, diantaranya:
a. Hole punching, yaitu melubangi kartu sebagai tempat
meletakkan chip
c. Implanter, yaitu pemasangan antenna (pola melingkar berulang
menyerupai spiral)
d. Printing, yaitu pencetakan kartu
e. Spot welding, yaitu pengepresan kartu dengan aliran listrik
f. Laminating, yaitu penutupan kartu dengan plastik pengaman
e-KTP dilindungi dengan keamanan pencetakan seperti relief text,
microtext, filter image, invisible ink dan warna yang berpendar di bawah
sinar ultra violet serta anti copy design. Penyimpanan data di dalam chip
sesuai dengan standar internasional NISTIR 7123 dan Machine Readable
Travel Documents ICAO 9303 serta EU Passport Specification 2006.
Bentuk KTP elektronik sesuai dengan ISO 7810 dengan format seukuran
kartu kredit yaitu 53,98 mm x 85,60 mm.
(http://www.e-ktp.com/2011/06/proses-pembuatan-e-ktp/diakses pada
tanggal 19 Maret 2013 pukul 21:06)
3. Proses pembuatan e- KTP (Secara Umum)
Bagan prosedur pembuatan e-KTP
1. Pemohon datang ketempat pelayanan membawa surat panggilan
2. Pemohon menunggu pemanggilan nomor antrian
3. Pemohon menuju keloket yang telah ditentukan
4. Petugas melakukan verifikasi data penduduk dengan basis data
6. Pemohon membubuhkan tanda tangan pada alat perekam
tandatangan
7. Selanjutnya dilakukan perekaman sidik jari dan pemindaian
retina mata
8. Petugas membubuhkan tandatangan dan stempel pada surat
panggilan yang sekaligus sebagai bukti bahwa penduduk telah
melakukan perekaman foto,tanda tangan dan sidik jari.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk_elektroni
k diakses tanggal 20 April 2013 pukul 16:36)
4. Syarat pengurusan e-KTP
a. Berusia 17 tahun
b. Menunjukkan surat pengantar dari kepala desa/ kelurahan
c. Mengisi formulir F1.01 (bagi penduduk yang belum pernah
mengisi/belum ada data di sistem informasi administrasi
kependudukan) ditanda tangani oleh kepala desa/ kelurahan.
F. Tinjauan Kecamatan
Kecamatan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah
Kabupaten atau Kota. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau
kelurahan-kelurahan. Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja camat sebagai
perangkat daerah Kabupaten/Kota (PP. 19 tahun 2008). Kedudukan
kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana
teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh
camat.
Pembentukan kecamatan adalah pemberian status pada wilayah tertentu
sebagai kecamatan di kabupaten/kota. Dalam konteks otonomi daerah di
Indonesia, Kecamatan merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kabupaten atau Kota yang mempunyai wilayah kerja tertentu yang dipimpin
oleh seorang Camat.
Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana
teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh
camat. Sedangkan Camat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada bupati/wali kota melalui sekretaris daerah. Organisasi kecamatan
dipimpin oleh (1) satu camat, 1 (satu) sekretaris (kecamatan), paling banyak 5
(lima) seksi yang masing-masing dipimpin oleh 1 (satu) kepala seksi, dan
sekretariat membawahkan paling banyak 3 (tiga) sub bagian yang
G. Kerangka Pikir
Kebijakan otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, secara eksplisit memberikan otonomi yang luas
kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah. Pemerintah Daerah harus
mengoptimalkan pembangunan daerah yang berorientasi kepada kepentingan
masyarakat. Melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintah
Daerah dan masyarakat di daerah lebih diberdayakan sekaligus diberi
tanggung jawab yang lebih besar untuk mempercepat laju pembangunan
daerah.
Kecamatan memberikan pelayanan publik kepada masyarakat dalam berbagai
bidang salah satunya dalam hal administratif, kualitas pelayanan yang baik
dapat terlihat dari kinerja para aparat dalam memberikan pelayanan pada
masyarakat apakah sudah sesuai dengan wewenang dan kewajiban serta
tujuan dari pelayanan publik. Pelayanan dalam hal administratif khususnya
pembuatan e-KTP (Kartu Tanda Penduduk elektronik) yang diharapkan
berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Masyarakat yang sudah mengikuti program e-KTP khususnya masyarakat di
Kecamatan Jati Agung dapat memberikan persepsinya yang timbul dari apa
yang sudah masyarakat amati, rasakan dan terima dari pelayanan yang
sudah mereka terima melalui penginderaan mereka dapat menilai apakah
kinerja pelayanan publik yang ada di Kecamatan Jati Agung sudah berjalan
sebagaimana mestinya. Komponen-komponen persepsi menurut Allport
digunakan untuk menganalisa persepsi masyarakat, komponen-komponen
tersebut adalah:
1. Komponen Kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar
pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek
sikapnya.
2. Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa
senang dan tidak senang. Rasa senang merupakan hal yang positif
sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatiif.
3. Komponen Konatif yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk
bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.
Bedasarkan penjelasan kerangka pikir diatas maka dapat dibuat bagan kerangka pikir
sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang akan digunakan penulis adalah deskriptif kuantitatif,
yakni penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fakta, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi
sekarang (ketika penelitian ini berlangsung) dan menyajikannya
sebagaimana data yang ada. Penelitian ini diidentifikasikan dengan
penelitian yang menggunakan pertanyaan “bagaimana” dalam
mengembangkan informasi yang ada. Tujuan dari penelitian deskriptif
adalah:
a) Menggambarkan mekanisme sebuah proses
b) Menciptakan seperangkat kategori atau pola.
Berdasarkan penelitian ini penulis menentukan subjek sesuai dengan tema
yang diangkat yaitu Persepsi Masyarakat terhadap Kinerja Pelayanan
Pembuatan e-KTP (Kartu Tanda Penduduk Elektronik) di Kecamatan Jati
Agung Kabupaen Lampung Selatan. Penelitian ini berupaya untuk
menggambarkan kinerja pelayanan publik pada Pembuatan e-KTP di
karena menggambarkan pelaksanaan pelayanan publik oleh Kecamatan
Jati Agung terkait pelayanan pembuatan e-KTP (Kartu Tanda Penduduk
elektronik).
B. Definisi Konseptual
Definisi Konseptual merupakan suatu batasan terhadap masalah yang
menjadi pedoman dalam penelitian sehingga arah dan tujuan penelitian
tidak menyimpang. Definisi konseptual pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Persepsi masyarakat, adalah proses masuknya informasi atau pesan
yang diterima melalui stimulus yang di rasakan oleh panca indera
manusia. Persepsi bukan hanya sebatas pada penginderaan tehadap
obyek atau lingkungan saja akan tetapi lebih luas seseorang yang
mengalami atau mengamati obyek atau lingkungan yang memberikan
kesan kepadanya, sehingga ia dapat memberikan suatu penilaian
pandangan atau pendapat masyarakat tersebut.
2. Faktor yang mempengaruhi persepsi, Faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi
persepsi berkaitan dengan kebutuhan psikologis, latar belakang
pendidikan, alat indera, syaraf atau pusat susunan syaraf, kepribadian
dan pengalaman penerimaan diri serta keadaan individu pada waktu
tertentu. Faktor Eksternal digunakan untuk obyek yang dipersepsikan
rangsangan akan turut menentukan didasari atau tidaknya rangsangan
tersebut.
3. Pelayanan Publik, adalah layanan yang diberikan kepada orang atau
masyarakat yang memiliki keperluan pada organisasi pemerintah
dengan atau tanpa bayaran. Pelayanan yang diberikan merupakan
perwujudan dari kewajiban aparatur pemerintah sebagai Abdi Negara.
Umunya pelayanan publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian
kegiatan yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap,
wajar, dan terjangkau.
4. Komponen-komponen sikap yang merupakan suatu interelasi dari
berbagai komponen, yaitu: komponen kognitif, komponen afektif, dan
komponen konatif.
5. Komponen kognitif, merupakan komponen yang tersusun atas
pengetahuan/informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek
persepsinya. Bedasarkan pengetahuan ini kemudian akan terbentuk
suatu keyakinan tertentu tentang obyek persepsi tersebut.
6. Komponen afektif, berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang.
Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai atau
sistem nilai yang dimilikinya.
7. Komponen konatif, merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah
C. Definisi Operasional
Definisi Operasional menurut Idrus (2007: 26) ialah spesifikasi kegiatan
peneliti dalam mengukur atau memanipulasi suatu variabel. Definisi
operasional memberikan batasan atau arti suatu variabel dengan merinci
hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut.
Dalam proposal penelitian ini, penulis ingin meneliti bagaimana persepsi
masyarakat terhadap kinerja pelayanan pembuatan e-KTP di Kecamatan
Jati Agung, dengan menggunakan indikator dan sub indikator sebagai
berikut:
1. Aspek kognitif, yang mempengaruhi persepsi seseorang. Indikator
ini diukur dengan sub-sub indikator sebagai berikut:
a. Diukur dari seberapa besar pengetahuan masyarakat tentang
program e-KTP
b. Diukur dari seberapa besar pengetahuan masyarakat e-KTP
tentang tahap-tahap program e-KTP
c. Diukur dari seberapa besar pengetahuan masyarakat tentang
pelayanan pada program e- KTP
2. Aspek Afektif, merupakan aspek yang bersifat evaluatif yang
berhubungan dengan nilai- nilai yang berlaku di daerah
berlangsungnya program e-KTP. Indikator ini diukur dengan sub
a. Diukur dari sikap masyarakat yang megikuti program e-KTP
b. Diukur dari sikap masyarakat pada tahap-tahap pelaksanaan
pembuatan e-KTP
c. Diukur dari sikap masyarakat terhadap pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah kecamatan dalam pembuatan e-KTP
3. Aspek Konatif, Penilaian dan kesiapan masyarakat dalam mengikuti
tahapan pelaksanaan program e-KTP
a. Diukur dari kesiapan wajib e-KTP dalam mengikuti tahap-tahap
program e-KTP
b. Diukur dari penilaian masyarakat terhadap pelayanan
Definisi operasional di atas dapat dilihat dalam bentuk sederhana berupa tabel,
yaitu tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Operasional Variabel Persepsi Masyarakat terhadap Kinerja Pelayanan Pembuatan e-KTP di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.
Variabel Indikator Sub Indikator
Persepsi Masyarakat
- pengetahuan masyarakat tentang tahap-tahap program e-KTP
- pengetahuan masyarakat pelayanan
program e- KTP
-Afektif - sikap masyarakat terhadap program e
-KTP
- sikap masyarakat pada tahap-tahap pelaksanaan pembuatan e-KTP - sikap masyarakat terhadap pelayanan
yang diberikan pada pembuatan e -KTP
Konatif - keikutsertaan masyarakat terhadap
pembuatan e-KTP
- penilaian masyarakat dalam
pelaksanaan program e-KTP oleh
Kecamatan
- Penilaian masyarakat pada pelayanan pembuatan e-KTP
- Penilaian masyarakat pada pelayanan
pembuatan e-KTP
D. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian yang berjudul Persepsi Masyarakat terhadap
Kinerja Pelayanan Pembuatan e-KTP di Kecamatan Jati Agung Kabupaten
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan gejala yang ingin diteliti. Menurut Martono
(2011:74) populasi merupakan keseluruhan obyek atau subyek yang
berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan
dengan masalah penelitian atau keseluruhan unit atau individu dalam
ruang lingkup yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini dalah warga
Kecamatan Jati Agung yang mengikuti program e-KTP sebanyak 56.203
jiwa.
2. Sampel
Menurut Martono (2011: 74) sampel merupakan bagian dari populasi yang
memiliki ciri-ciri atau keadan tertentu yang akan diteliti, sampel juga dapat
diartikan sebagai anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan
prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi. Teknik
sampel yang akan di gunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
tehnik simple random sampling yang merupakan teknik pengambilan
sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
Sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah sebagian warga yang
mewakili tiap-tiap desa yang berada di Kecamatan Jati Agung Lampung
Selatan, dengan menggunakan rumus perhitungan yang dikemukakan oleh
Frank Lynch sebagaimanan dikuti oleh Suharsimi Arikunto (1997:123)
sebagai berikut:
Keterangan:
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah populasi
Z = Nilai normal dari variabel (1,96) tingkat kepercayaan 100%
P = Harga Patokan Tertinggi (0.50)
d = sampling error (0,10)
Penulis menggunakan rumus tersebut populasi masyarakat Kecamatan Jati Agung
yang ikut dalam pembuatan e-KTP adalah 656.203 jiwa .dan jumlah sampel
masyarakat pembuat e-KTP yang diambil sebagai sampel adalah 96 jiwa.
n
=
Dengan perhitungan sebagai berikut:
= 95,8761
= 96
Sampel yang akan dihasilkan sebanyak 96 orang yang akan dipilih secara acak
yang dilaksanakan di seluruh kelurahan yang ada di Kecamatan Jati Agung
Lampung Selatan. Kelurahan yang berada di Kecamatan Jati Agung terdapat 21
desa. Sampel diambil pada tiap desa dengan menggunakan perhitungan:
Jumlah pembuat e-KTP X Jumlah sampel
F. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan sumbernya
yaitu:
1. Data Primer
Menurut Burhan Bungin (2008:122), data primer adalah data yang
langsung diperoleh dari data pertama di lokasi penelitian atau obyek
penelitian. Sumber data yang diperoleh melalui kuisioner yang
disebarkan kepada masyarakat pembuat e-KTP di Kecamatan Jati
Agung Kabupaten Lampung Selatan
2. Data Sekunder
Menurut Burhan Bungin (2008:122), sumber data sekunder adalah
data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data
yang dibutuhkan. Data sekunder dalam penelitian ini berupa Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 96 Tahun 2012 tentang
pelaksanaan Undang-Undang No.25 tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik dan Juga Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah serta data-data yang berasal dari artikel-artikel
dan karya ilmiah yang dipublikasikan di internet maupun di
Perpustakaan Unila serta berbagai literatur yang berkaitan dengan
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner (angket), menurut Burhan Bungin (2008:134) kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan
daftar pertanyaan tertulis kepada responden untuk memperoleh
jawaban yang diperlukan. Kuesioner merupakan tehnik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang dapat diharapkan dari
responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah
responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.
Kuesioner dapat berupa pertanyaan/ pernyataan tertutup atau
terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau
tak langsung. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup agar
dapat mengetahui persepsi masyarakat secara keseluruhan.
2. Wawancara, digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil. Tehnik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report ,
atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan
pribadi. Menurut Sutrisno di Kutip dalam Buku Metodologi
perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode
wawancara dan juga kuesioner adalah sebagai berikut :
a. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu
tentang dirinya sendiri
b. Bahwa tentang apa yang dinyatakan oleh subyek kepada
peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
c. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa
yang dimaksudkan oleh peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tata muka maupun dengan
menggunakan alat komunikasi elektronik seperti telepon.
Wawancara ini merupakan tata cara pengumpulan data dengan cara
memberikan pertanyaan kepada responden secara langsung
dilapangan guna mendapatkan jawaban yang sesuai dari penelitian
tersebut. Adapun yang dapat dijadikan informan adalah perwakilan
warga (pembuat e-KTP) dan aparat pemerintah Kecamatan Jati
Agung yang dianggap lebih memahami permasalahan penelitian
yaitu Pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP).
3 Dokumentasi, tehnik pengumpulan data dengan cara mempelajari
dokumen atau catatan yang berhubungan dengan penelitian.
Beberapa data (informasi) sosial banyak ditemui dibeberapa
dokumen (buku) statistik seperti yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
sekali dan tersimpan dalam komputer, atau merupakan sebuah
laporan dari suatu lembaga. Seorang peneliti memanfaatkan
ketersediaan data ini untuk melakukan sebuah penelitian kuantitatif.
H. Tehnik Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul lalu diolah dengan menggunakan:
1. Editing, yaitu kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data di lapangan.
2. Pengkodean, yaitu mengklasifikasi data-data melalui tahapan koding
dimana data-data yang telah diedit diberi identitas sehingga memiliki
arti tertentu pada saat dianalisis.
Tabel 2. Kategori atau Alternatif Jawaban dan Skor
No. Kategori atau Alternatif Jawaban Sk
or 1. Sangat tahu/Sangat baik/sangat lengkap/sangat setuju/
Sangat Layak/ sangat optimal/Sangat professional 3
2. Tahu/baik/lengkap / setuju/Layak /optimal/Memadai 2
3. Tidak tahu/Tidak baik/ tidak lengkap/ tidak setuju/Tidak
Layak/tidak optimal /TTidak Memadai 1
3. Tabulasi, yaitu memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan
mengatur angka-angka serta menghitungnya.
4. Interpretasi data, pada tahap ini peneliti menjelaskan dari tabel atau
hasil perhitungan data untuk dicari makna yang lebih luas dengan