• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PEMBUATAN e-KTP DI KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PEMBUATAN e-KTP DI KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN PEMBUATAN e-KTP DI KECAMATAN JATI AGUNG LAMPUNG

SELATAN

Oleh

Putri Rizki Mayasari Sinungan

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

PUBLIC PERCEPTIONS OF SERVICE PERFORMANCE IN THE MAKING OF

THE e-ID CARD IN JATI AGUNG SUB DISTRICT OF LAMPUNG SELATAN

REGENCY

BY

PUTRI RIZKI MAYASARI SINUNGAN

Public services by government officials today is not compatible with what public are

expected. It is characterized by there still many complaints were submitted by the

public through various kinds of media. One of the forms of public services which

often complained is the population administration services especially electronic id

cards ( e-id card ) which is implemented in 2012 till present.

Based on the problem background the formulation of the problem is How the public

perceptions are towards the service performance of the making of the e-ID card in Jati

Agung Sub District Lampung Selatan Regency. This research is classified into

(3)

interviews and documentations, while the data analysis is done through quantitative

Results of this research indicates that the public perceptions towards the sevice

performance of making the e-ID card In Jati Agung Sub District Lampung Selatan

Regency is good. It is seen from the respondents perception that majority of

respondents giving a good assessment. Perceptions of the respondents is good in

cognitive aspects, affective aspects and conative aspects provide a good assessment.

(4)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA PELAYANAN

PEMBUATAN e-KTP DI KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN

Oleh

PUTRI RIZKI MAYASARI SINUNGAN

Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini belum sesuai dengan yang

diharapkan masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya keluhan yang

disampaikan oleh masyarakat melalui berbagai media. Salah satu bentuk pelayanan

publik yang masih sering dikeluhkan adalah pelayanan administrasi kependudukan

khususnya Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) yang mulai dilaksanakan pada

tahun 2012 hingga sekarang..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi Masyarakat terhadap Kinerja

Pelayanan Pembuatan e-KTP Di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

(5)

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner , wawancara dan

dokumentasi, sedangkan analisis data dilakukan secara kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap Kinerja

Pelayanan Pembuatan e-KTP Di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan

adalah baik,dengan presentase 69,8 %. Hal ini terlihat dari persepsi responden yang

sebagian besar memberikan penilaian baik. Persepsi responden baik pada aspek

kognitif, aspek afektif dan aspek konatif memberikan penilaian baik.

(6)
(7)
(8)
(9)

DAFTAR ISI

Halama

ABSTRAK

HALAMAN JUDUL

RIWAYAT HIDUP

MOTTO

PERSEMBAHAN

SANWACANA

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBARi

DAFTAR TABEL

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penelitian Terdahulu ... 8

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Kegunaan Penelitian... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Persepsi ... 12

(10)

C. Tinjauan Tentang Kinerja ... 23

D. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik ... 25

E. Tinjauan Tentang e-KTP ... 29

C. Definisi Operasional... 41

D. Lokasi Penelitian ... 43 A. Gambaran Umum Kecamatan Jati Agung... 56

B. Jumlah Kepadatan Penduduk ... 58

C. Banyaknya Penduduk Rumah Tangga ... 59

D. Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Jati Agung ... 60

E. Struktur Organisasi Kecamatan Jati Agung …… ... 66

V. PEMBAHASAN A. Identitas Responden ... 68

B. Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Pelayanan Pembuatan e-KTP Di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. …. 74

C. Analisis Persepsi Masyarakat Secara Keseluruhan ... 117

(11)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan pemerintahan daerah yang ditandai dengan ditetapkannya

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah

membawa tanggung jawab yang luas bagi lembaga pemerintah di tingkat

daerah. Upaya mewujudkan tujuan otonomi daerah yaitu mempercepat

tercapainya kesejahteraan rakyat melalui peningkatan pelayanan publik di

daerah, maka lembaga pemerintah di tingkat daerah dituntut mampu

memberikan pelayanan publik yang mudah, cepat dan murah sebagaimana

yang selalu diidam-idamkan masyarakat selama ini.

Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai

kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan

masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih adanya berbagai keluhan

masyarakat yang disampaikan melalui media massa, sehingga dapat

menimbulkan citra yang kurang baik terhadap aparatur pemerintah.

Mengingat fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat maka

(12)

satunya adalah pelayanan administrasi kependudukan yaitu Kartu Tanda

Penduduk Elektronik ataue-KTP.

Hal ini menjadi sangat penting mengingat akses masyarakat terhadap

pelayanan yang baik, mudah, cepat dan murah dari pemerintah masih sulit

didapat. Kecamatan sebagai salah satu bagian pemerintah daerah yang dekat

dengan masyarakat memiliki peran srategis dalam penyelenggaraan

pelayanan publik. Kecamatan dalam hal ini diharapkan mampu menunjukkan

eksistensinya sebagai ujung tombak pelayanan publik. Sebagaimana

perubahan kedudukan kecamatan dari wilayah administratif pemerintahan

(Undang-Undang No. 5 Tahun 1974) menjadi wilayah kerja dari perangkat

daerah (Undang-Undang No. 32 Tahun 2004), maka tugas pokok dan fungsi

Camat sebagai pimpinan organisasi kecamatan pun berubah dari kepala

wilayah, yang memiliki Kekuasaan sebagai penguasa tunggal di bidang

pemerintahan berubah menjadi perangkat daerah yang bertugas memberikan

pelayanan tertentu kepada masyarakat dalam wilayah kerja tertentu

(Krismiyati, 2008). Sebagaimana hasil kajian dari US SAID (United States

Agency for International Development ) bekerjasama dengan IPB (2008)

disebutkan bahwa salah satu fungsi penting dari sepuluh fungsi yang

(13)

datang adalah kecamatan dan camat diinginkan agar dapat terus menjadi

lembaga pelayanan masyarakat.

(http://litbang.bandung.lan.go.id/index.php?option=com_content&view=articl

e&id=215:eksistensi-kelembagaan-kecamatan-sebagai-ujung-tombak-pelayanan-publik&catid=29:blog&Itemid=122 diakses tanggal 05 Maret 2013 pukul 20:15)

Kecamatan dan camat diperlukan untuk memberi pelayanan kepada

masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan hak sebagai warga negara,

fungsi perijinan terbatas, dan administrasi kependudukan. Bahkan di

daerah-daerah yang jauh dari ibukota kabupaten dan kawasan perbatasan

menyebutkan peran kecamatan dan camat seperti ini masih sangat tinggi.

Salah satu bentuk Pelayanan publik di Kecamatan adalah administrasi

kependudukan contohnya adalah program pembuatan kartu tanda penduduk,

hal ini sebelumnya sudah diterapkan program Kartu Tanda Penduduk

Nasional yang saat ini sudah diganti menjadi program e-KTP (Kartu Tanda

Penduduk Elektronik). Kartu Tanda Penduduk (KTP) merupakan identitas

resmi penduduk sebagai bukti diri yang sah yang diterbitkan oleh instansi

pelaksanaan yang berlaku di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia.

KTP berbasis NIK adalah kartu tanda penduduk yang memiliki spesifikasi

dan format kartu tanda penduduk nasional dengan sistem pengamanan khusus

yang berlaku sebagai identitas resmi yang diterbitkan instansi pelaksana. KTP

wajib dimiliki oleh setiap penduduk yang telah berusia 17 tahun ke atas atau

(14)

seseorang di Indonesia yang diperoleh setelah seseorang berusia di atas 17

tahun. KTP berlaku selama lima tahun dan tanggal berakhirnya disesuaikan

dengan tanggal dan bulan kelahiran yang bersangkutan. Khusus warga yang

telah berusia 60 tahun ke atas, mendapat KTP seumur hidup yang tidak perlu

diperpanjang setiap lima tahun sekali. KTP berisi informasi mengenai sang

pemilik kartu, termasuk: nama lengkap, Nomor Induk Kependudukan

(N.I.K.), alamat, tempat dan tanggal lahir, agama, golongan darah,

kewarganegaraan, foto, tanda tangan atau cap jempol.

Kegunaan dari Kartu Tanda Penduduk ini antara lain adalah:

1. Sebagai Tanda Pengenal atau bukti diri kependudukan yang sah

2. Melakukan transaksi keuangan di dunia perbankan dan PT.Pos

Indonesia

3. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan RSUD

4. Mengurus SIM dan STNK

5. Pengajuan Dokumen keImigrasian

6. Kelengkapan berkas di Pengadilan dan Kejaksaan

7. Pewarisan dan atau peralihan Hak atas Tanah dan Bangunan

8. Mengurus perizinan dan permintaan layanan publik dan privat

9. Keperluan-keperluan lain yang membutuhkan bukti diri

seseorang.(http://capil.muaraenimkab.go.id/kartu-tanda-penduduk/diakses tanggal 20 April 2013 pukul 16:30)

Proses pembuatan Kartu Tanda Penduduk Nasional dapat memungkinkan

pemiliknya memiliki kartu tanda penduduk lebih dari satu. Hal ini

dikarenakan belum adanya basis data terpadu yang menghimpun data

penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi peluang penduduk

yang ingin berbuat curang dalam hal-hal tertentu dengan manggandakan

(15)

1. Menghindari pajak

2. Memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat diseluruh

kota

3. Mengamankan korupsi atau kejahatan/kriminalitas lainnya 4. Menyembunyikan identitas (seperti teroris)

5. Memalsukan dan menggandakan KTP

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk_elektronik diakses tanggal 20 April 2013 pukul 16:36)

Didorong oleh pelaksanaan pemerintahan elektronik (e-Government) serta

untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan

mengurangi serta mencegah penyalahgunaan dari Kartu Tanda Penduduk ini

maka Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia menerapkan suatu

sistem informasi kependudukan yang berbasiskan teknologi yaitu Kartu Tanda

Penduduk elektronik atau e-KTP.

e-KTP berasal dari kata electronic-KTP, atau Kartu Tanda Penduduk

Elektronik atau sering disingkat e-KTP. Menurut situs resmi e-KTP, KTP

elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem

keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi

informasi dengan berbasis pada basis data kependudukan nasional. Program e

-KTP dijalankan dikarenakan memiliki keunggulan dibandingkan dengan -KTP

Nasional, diantaranya yaitu:

1. Identitas jati diri tunggal 2. Tidak dapat dipalsukan

(16)

4. Dapat dipakai sebagai kartu suara dalam Pemilu atau Pilkada (E-voting) (http://www.ippmpms.com/2012/08/kelemahan-electronic-ktp-e-ktp.html diaksestanggal 21 April 2013 pukul 20:46)

Selain itu, sidik jari yang direkam dari setiap wajib e-KTP adalah seluruh jari

(berjumlah sepuluh), tetapi yang dimasukkan datanya dalam chip hanya dua

jari, yaitu jempol dan telunjuk kanan. Sidik jari dipilih sebagai autentikasi

untuk e-KTP karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

1. Biaya paling murah, lebih ekonomis daripada biometrik yang lain 2. Bentuk dapat dijaga tidak berubah karena gurat-gurat sidik jari

akan kembali ke bentuk semula walaupun kulit tergores

3. Unik, tidak ada kemungkinan sama walaupun orang kembar

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk_elektronik diakses tanggal 20 April pukul 20:36)

Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e- KTP) yang telah dilaksanakan selama dua tahapan. Tahap pertama dimulai pada tahun 2011 dan berakhir pada 30 April 2012 yang mencakup 67 juta penduduk di 2348 kecamatan dan 197 Kabupaten/Kota. Tahap kedua mencakup 105 juta penduduk yang tersebar di 300 Kabupaten/Kota lainnya di Indonesia. Secara keseluruhan, pada akhir 2012, ditargetkan setidaknya 172 juta penduduk sudah memiliki e-KTP. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk_elektronik_diakses tanggal 05 Maret 2013 pukul19:45)

Pelaksanaan progam e-KTP dapat menjadi salah satu tolak ukur dari

pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat dalam

hal ini peneliti berfokus pada Pemerintah Kecamatan di Kecamatan Jati

Agung Kabupaten Lampung Selatan. Ada fakta yang menunjukkan bahwa

masyarakat Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan belum

memperoleh distribusi e-KTP, padahal seharusnya pemerintah kecamatan

(17)

warga, diantaranya adalah Purwanto yang bertempat tinggal di Desa Jati

Mulyo menyatakan bahwa beliau sudah melakukan proses pembuatan e-KTP

pada Bulan Desember 2012 tetapi kenyataannya sampai saat ini belum

menerima pendistribusian e-KTP. Pada Desa Marga Agung juga bedasarkan

informasi dari Ibu Mursih bahwa masyarakat di Desa tersebut belum

menerima pendistribusian e-KTP. (Wawancara ini dilakukan pada 29 Maret

2013). Masyarakat juga mengeluhkan kendala dalam pelayanan yang

diberikan seperti antrian yang terlalu lama dalam proses input data dan juga

ada warga yang mendapatkan waktu untuk mendapat giliran input data

program e-KTP pada malam hari yang merupakan jam kerja dari Kantor

Kecamatan Jati Agung. Pendistribusian e-KTP merupakan tanggung jawab

dari pihak pemerintah daerah yaitu Kecamatan yang di tugaskan untuk

menyalurkan e-KTP yang sudah jadi, tetapi sampai saat ini ,masyarakat masih

belum menerima e-KTP tersebut. Fakta-fakta ini yang menguatkan untuk

melakukan penelitian di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

Persoalan yang terjadi ini tentunya menjadi indikator kinerja pelayanan publik

yang dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu maka akan terbentuk

persepsi masyarakat terhadap pelayanan pembuatan e-KTP. Persepsi

masyarakat terhadap pelayanan pembuatan e-KTP ini berkenaan dengan

proses input data dan distribusi e-KTP. Masyarakat memiliki persepsi yang

muncul melalui pengalaman yang masyarakat terima dalam mengikuti

(18)

sudah mengikuti tahap-tahap pelaksanaan e-KTP dimulai dari tahap

sosialisasi, pemanggilan melalui undangan sampai menunggu tahap

pendistribusian e-KTP yang dilakukan oleh pemerintah Kecamatan.

Masyarakat melihat dan merasakan pelayanan publik yang ada di Kecamatan

tersebut khususnya dalam pembuatan e-KTP, sehingga masyarakat mampu

memberikan persepsinya terhadap kinerja pelayanan publik Pemerintah

Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan e-KTP sudah

banyak dilakukan,salah satunya di teliti oleh

Imelda Beatriz Imbab

dengan

judul Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas Pelayanan e-KTP di Kecamatan

Gondokusuman Kota Yogyakarta. Kecamatan Gondokusuman Kota

Yogyakarta ialah salah satu daerah pilot proyek implementasi e-KTP secara

nasional. e-KTP adalah program kerja pemerintah RI khususnya Departemen

Dalam Negeri sebagai amanat UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan. e-KTP merupakan tindak lanjut (perbaikan) KTP. Dahulu

sering adanya kabar bahwa pelayanan dan proses pembuatan KTP amat rumit,

bertele-tele, mahal, memakan waktu lama dan susah. Setiap orang harus

menempuh jalur birokrasi yang berantai dari tingkat RT/RW hingga

kecamatan hanya untuk mendapatkan KTP. Fakta ini menunjukkan indikasi

(19)

KTP. Produk-produk hukum dan reformasi birokrasi menyangkut pelayanan

pembuatan e-KTP mengharuskan beberapa perubahan seperti waktu yang

singkat, gratis, mudah dan sederhana. Diduga kuat hal ini akan menyebabkan

pergeseran atau perubahan persepsi masyarakat mengenai kualitas pelayanan

e-KTP. Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat

mengenai kualitas pelayanan e-KTP berubah atau bergeser, penelitian ini

menjadi penting dilakukan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskripsi secara kualitatif dan

kuantitatif. Data dihimpun sewajarnya dengan mempertimbangkan

kenormalan data. Data primer diperoleh lewat observasi, wawancara dan

angket. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dan studi dokumentasi.

Narasumber dan responden ditetapkan dengan metode purposive sampling.

Objek penelitian ialah kantor Kecamatan Gondokusuman. Subjek penelitian

adalah warga Gondokusuman yang mendapatkan pelayanan e-KTP. Validitas

data ditempuh dengan teknik triangulasi data. Peneliti memakai triangulasi

sumber dan teori, yakni memanfaatkan sejumlah sumber data dan teori untuk

menghimpun kesamaan informasi. Teknik analisis data memakai metode

induktif.

Penelitian bertujuan mengetahui persepsi masyarakat mengenai kualitas

pelayanan e-KTP di Kecamatan Gondokusuman. Ada sepuluh indikator untuk

mengetahui persepsi masyarakat mengenai mutu pelayanan e-KTP di

Kecamatan Gondokusuman. 10 indikator mencakup kepastian waktu

(20)

jawab, kelengkapan sarana pendukung pelayanan e-KTP, kemudahan

mendapatkan pelayanan e-KTP, variasi model pelayanan, pelayanan pribadi,

kenyamanan dalam memperoleh pelayanan dan atribut pendukung pelayanan.

Hasil penelitian menunjukan: (1) mutu pelayanan e-KTP di Kecamatan

Gondokusuman belum memuaskan, (2) 8 indikator (kepastian waktu

pelayanan, ketepatan pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas, tanggung

jawab, kelengkapan pelayanan, kemudahan mendapatkan pelayanan,

kenyamanan dalam memperoleh pelayanan dan atribut pendukung pelayanan)

meneguhkan persepsi masyarakat mengenai mutu pelayanan e-KTP di

Kecamatan Gondokusuman dan (3) 2 indikator (variasi model pelayanan dan

pelayanan pribadi) melemahkan persepsi masyarakat mengenai mutu

pelayanan e-KTP di Kecamatan Gondo-kusuman. Ke depan, kualitas

pelayanan e-KTP di Kecamatan Gondokusuman masih harus diperbaiki

khususnya seputar fungsi dan janji-janji yang mengiringi uji coba

implementasi e-KTP seperti transaksi online dan perbankan.

C. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Persepsi Masyarakat terhadap Kinerja Pelayanan Pembuatan

(21)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Persepsi Masyarakat terhadap

Kinerja Pelayanan Pembuatan e-KTP di Kecamatan Jati Agung Kabupaten

Lampung Selatan.

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Akademis

Secara teoritis hasil penelitian ini akan memperkaya kepustakaan

hasanah Ilmu Pemerintahan terutama yang berkenaan dengan Kinerja

Pelayanan Publik Pemerintah Kecamatan pada Pembuatan e-KTP (Kartu

Tanda Penduduk Elektronik) di Kecamatan Jati Agung Kabupaten

Lampung Selatan.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kecamatan dalam

meningkatkan kinerja pelayanan publik pada umumnya dan pembuatan

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Menurut Jalaludin Rachmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2004:51)

bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang objek, atau hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Jalaludin

juga menambahkan bahwa persepsi memberikan makna pada stimulus indrawi

(sensorystimulus).

Pendapat lain di kemukakan oleh Bimo Walgito (200:54):

“Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang

integrated dalam diri individu. Karena merupakan aktivitas yang

integreted, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu aktif berperan dalam persepsi itu.”

Slamento berpendapat bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut

masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia yang terus menerus

(23)

inderanya yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba dan penciuman.

(http://suaranuraniguru.wordpress.com/2011/11/29/persepsi/ diakses tanggal

06 Maret 2013 pukul 21:25)

Davidoff, (Walgito, 2000: 54), menyatakan bahwa persepsi merupakan

aktivitas yang intergrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri

individu akan ikut aktif dalam persepsi. Maka dalam persepsi dapat

dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman

individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil

persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu yang

lain.

Berdasarkan definisi para ahli maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa

persepsi adalah proses pengorganisasian dan interpretasi dari stimulus yang

diterima, baik berupa rangsangan atau informasi serta pesan yang diterima dan

di rasakan oleh panca indera manusia. Persepsi bukan hanya sebatas pada

penginderaan tehadap obyek atau lingkungan saja akan tetapi lebih luas

seseorang yang mengalami atau mengamati obyek atau lingkungan yang

memberikan kesan kepadanya, sehingga ia dapat memberikan suatu penilaian

pandangan atau pendapat. Persepsi seseorang dapat berubah-ubah, misalnya

(24)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Walgito (2000: 54) terdapat

dua yaitu faktor internal dan faktor eksnternal.

a. Faktor Internal

Faktor yang mempengaruhi persepsi berkaitan dengan kebutuhan

psikologis, latar belakang pendidikan, alat indera, syaraf atau pusat

susunan syaraf, kepribadian dan pengalaman penerimaan diri serta

keadaan individu pada waktu tertentu.

Sedangkan menurut Gibson faktor internal yang mempengaruhi persepsi

adalah yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang

mencakup beberapa hal antara lain:

1. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda. 2. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan

untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

3. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan

untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan

kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

4. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

(25)

kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

6. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

(http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/diakses tanggal 27-03-2013 pukul 10:23 WIB)

b. Faktor Eksternal

Faktor ini digunakan untuk obyek yang dipersepsikan atas orang dan

keadaan, intensitas rangsangan, lingkungan, kekuatan rangsangan akan

turut menentukan didasari atau tidaknya rangsangan tersebut. Gibson

lebih rinci menjelaskan faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi.

Definisi faktor eksternal menurutnya adalah karakteristik dari linkungan

dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut

dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan

mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya.

Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi

adalah:

1. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

2. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya

(26)

3. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

4. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

5. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

(http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/ diakses tanggal 27-03-2013 pukul

10:23 WIB)

Pendapat lain diungkapkan oleh Thoha (2004:147), adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan persepsi seseorang adalah:

1. Psikologi

Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Contoh terbenamnya matahari di waktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai bayang-bayang yang kelabu bagi seorang yang buta warna

2. Family (keluarga)

(27)

3. Kebudayaan

Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor kuat didalam mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini. Contoh Orang Amerika yang bebas makan daging babi, tidak begitu halnya bagi masyarakat Indonesia.

Menurut David Krech dan Cruthfield (Thoha, 2004:51) terdapat dua faktor

utama dalam menentukan persepsi, yaitu:

a. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman, masa lalu dan

hal lainnya yang termasuk dalam faktor personal. Persepsi tidak

ditentukan oleh jenis atau bentuk stimulus tetapi juga oleh

karakteristik individu yang memberikan respon kepada stimuli

tersebut. Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi sering

disebut sebagai suatu kerangka tujuan. Awalnya konsep ini berasal

dari penelitian psikofosik yang berkaitan dengan persepsi objek.

Para psikolog menerapkan konsep ini berkaitan untuk menjelaskan

persepsi sosial. Faktor-faktor fungsional tersebut adalah:

1. Kebutuhan, yaitu kebutuhan sesaat dan kebutuhan pada diri seorang akan mempengaruhi atau menentukan persepsi. Kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.

2. Kesiapan mental, yaitu suasana mental seseorang

(28)

3. Suasana emosi yaitu suasana emosi seseorang baik seseorang tersebut dalam keadaan sedih, bahagia, marah,

kesal ataupun gelisah akan sangat mempengaruhi

persepsinya terhadap suatu objek rangsangan.

4. Latar belakang budaya yaitu latar belakang seseorang tersebut terhadap suatu rangsangan.

b. Faktor Struktural

Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari stimulasi fisik dan

efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Krench

dan Cruthfied seperti yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat (2004;59)

merumuskan dalil persepsinya yaitu:

a. Bahwa medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Manusia kemudian mengorganisasikan konsep

tentang sebuah obyek yang diterimanya lalu

menginterpretasikan konteks pertunjukannya.

b. Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari sub struktur pada umumnya ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan akan meberikan efek kontras atau asimiliar terhadap substruktur.

c. Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu

atau menyerupai satu sama lain, cenderung sebagai bagian dari struktur yang sama.

Faktor-faktor fungsional dan struktural lebih menunjukkan pada

kebutuhan dan pengalaman yang dialami oleh individu yang dirasakan

(29)

3. Aspek-aspek Persepsi

Pada hakekatnya sikap merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen

dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport ada tiga, yaitu:

1. Komponen Kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar

pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.

2. Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk

bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.

Pendapat yang sama pun dikemukakan oleh Baron dan Byme, yang menyatakan

bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap

yaitu:

a. Komponen Kognitif (Komponen perseptual)

Komponen yang berkaitang dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap obyek sikap.

b. Komponen Afektif (Komponen Emosional)

Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatiif.

c. Komponen Konatif (Komponen perilaku atau action component)

Komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap obyek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap obyek sikap.

(http://yenizenovitha.blogspot.com/p/perkembangan-fisik remaja. html

diakses tanggal 08-04-2012 pukul 15:25 )

Melalui ketiga komponen inilah, orang biasanya mencoba menduga bagaimana sikap

seseorang terhadap suatu keadaan yang sedang dihadapinya. Ketiga komponen sikap

(30)

seringkali pengalaman “menyenangkan’ atau “tidak menyenangkan” yang didapat

seseorang di dalam masyarakat menyebabkan hubungan ketiga komponen itu tidak

sejalan. Apabila ketiga komponen itu sejalan, maka bisa diramalkan perilaku itu

menunjukkan sikap. Tetapi kalau tidak sejalan, maka dalam hal itu perilaku tidak

dapat digunakan untuk mengetahui sikap.

4. Proses Persepsi

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang di kutip oleh Munandar

Soelaeman pada bukunya Ilmu Sosial Dasar (1995:16) terdapat tiga komponen

utama dalam proses persepsi, yaitu:

a. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan

dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

b. Interpretasi yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, kecerdasan dan sebagainya. Dan interpretasi juga tergantung kepada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. c. Interpretasi dari persepsi kemudian diterjemahkan kedalam bentuk

(31)

B. Tinjauan Tentang Masyarakat

1. Pengertian masyarakat

Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia

yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat

kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat

merupakan sejumlah manusia dalam arti selas-luasnya dan terikat oleh

suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Pendapat lain dikemukakan

oleh Soekanto yang menyatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup

manusia yang melakukan interaksi bedasarkan hubungan-hubungan

tersebut serta pola-polanya sesuai dengan kepentingan manusia dan

kelompoknya yang terlihat dari adanya suatu identitas sama. Pendapat lain

Menurut Weber dalam Soekanto, Masyarakat adalah orang-orang yang

hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.masyarakat adalah sistem

dari kebiasaan atau tata cara dari wewenang dan kerjasama antara berbagai

kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta

kebebasan manusia keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan

masyarakat, merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu

berubah.

(32)

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan pengertian masyarakat

adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan menempati suatu

wilayah tertentu dan menjalankan hubungan dengan manusia lainnya dan

lingkungan dengan pola-polanya sesuai dengan kepentingan manusia dan

kelompoknya yang terlihat dari adanya suatu identitas sama diantaranya

dengan menjalankan suatu fungsi-fungsi tertentu yang saling menentukan

satu sama lain.

2. Ciri-ciri Masyarakat

Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang secara nyata ada

maupun fiktif bertempat di wilayah tertentu, dimana anggota-anggotanya

memiliki kepentingan tertentu, mempunyai kesamaan perasaan bahwa hanya

dengan demikianlah maka kebutuhan-kebutuhan pokok untuk kelangsungan

hidup dapat terpenuhi. Masyarakat juga dapat dimaknai sebagai hubungan

antar manusia bersifat pribadi, kenal mengenal dengan akrab, sepahit-semanis,

sesuka-seduka, disertai saling percaya yang berakar pada kesatuan kerukunan

dan kesatuan keluarga, mempunyai kesatuan adat dan kepercayaan sebagai

(33)

Menurut Soekanto beberapa unsur yang yang dapat dijadikan ciri suatu diakses pada tanggal 19 M)ret 2013 pukul 22:00

C. Tinjauan Kinerja

1. Definisi Kinerja

Menurut Prawirosentono yang dikutip oleh Edy Sutrisno pada bukunya

Budaya Organisasi (2010:170), mengemukakan bahwa:

“kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.”

Masih dalam kutipan Edi Sutrisno dalam bukunya Budaya Organisasi

menurut Miner:

(34)

Suatu organisasi, baik pemerintah maupun privat dalam mencapai tujuan

yang ditetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang

digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku

dalam upaya mencapai tujuan lembaga atau organisasi bersangkutan.

Tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena upaya pelaku

yang terdapat dalam organisasi tersebut. Hal ini sebenarnya terdapat

hubungan yang erat antara kinerja perseorangan dengan kinerja

organisasi. Bila kinerja karyawan baik maka kemungkinan besar kinerja

organisasi juga baik. (Edi Sutrisno. 2010:171)

Berdasarkan pemaparan definisi-definisi kinerja menurut para ahli di atas,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa kinerja adalah bagaimana seseorang

atau sekelompok orang yang diharapkan dapat berfungsi dan berprilaku

sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya demi mencapai tujuan

organisasi. Para pelaku kinerja bekerja secara legal dan tidak melanggar

hukum serta sesuai dengan moral dan etika, sehingga kinerja sangat

berpengaruh terhadap kualitas hasil yang diberikan dari suatu organisasi

tersebut.

Menurut Miner dikutip oleh Edi Sutrisno dalam bukunya Budaya

Organisasi (2010:171), mengemukakan secara umum dapat dinyatakan

(35)

1. Kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah kesalahan, waktu, dan ketepatan dalam melakukan tugas. 2. Kuantitas yang dihasilkan, berkenaan dengan berapa jumlah

produk atau jasa yang dapat dihasilkan.

3. Waktu kerja, menerangkan akan berapa jumlah absen,

keterlambatan, serta masa kerja yang telah dijalani individu pegawai tersebut.

4. Kerjasama, menerangkan akan bagaimana individu membantu

atau menghambat usaha dari teman sekerjanya.

Berdasarkan keempat aspek kinerja di atas dapat dikatakan bahwa individu

mempunyai kinerja yang baik bila berhasil memenuhi keempat aspek tersebut

sesuai dengan target atau rencana yang telah ditetapkan oleh organisasi. Hasil dari

seperangkat kerja pekerjaan adalah masukan bagi usaha kinerja lainnya, karena

saling bergantung, apa yang tampaknya merupakan perolehan kinerja yang kecil

dalam suatu aspek pekerjaan dapat menghasilkan perolehan besar dari

keseluruhan. Jadi produktivitas suatu sistem bergantung pada kecermatan dan

efisiensi perilaku pekerja.

D. Tinjauan Pelayanan Publik

1. Definisi Pelayanan Publik

Pelayanan publik menurut Sinambela (2006:5) adalah pemberian layanan

(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai

kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara

(36)

masyarakat merupakan kegiatan yang sifatnya “non profit” oleh unit-unit

pelayanan pemerintahan bersifat tak berwujud dan tidak dapat dimiliki,

hanya dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat

Menurut Pandji Santosa (2009:57) pelayanan publik adalah pemberian

jasa, baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun

pihak swasta kepada masyarakat dengan atau tanpa pembayaran guna

memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat. Sedangkan

definisi pelayanan publik menurut Kepem PAN Nomor 63 Tahun 2003

adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan

perwujudan suatu kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi

masyarakat.

Bedasarkan definisi-definisi pelayanan publik menurut para ahli di atas,

penulis dapat menyimpulkan bahwa pelayanan publik adalah layanan

yang diberikan kepada orang atau masyarakat yang memiliki keperluan

pada organisasi pemerintah dengan atau tanpa bayaran. Pelayanan yang

diberikan merupakan perwujudan dari kewajiban aparatur pemerintah

sebagai abdi Negara. Umunya pelayanan publik dilaksanakan dalam

suatu rangkaian kegiatan yang bersifat sederhanan, terbuka, lancar, tepat,

(37)

Menurut Amin Ibrahim (Sinambela:2006:19) pelayanan publik setidaknya

mengandung unsur-unsur dasar (asas-asas) antara lain yaitu:

a. Hak dan kewajiban, baik bagi pemberi dan penerima layanan umum tersebut harus jelas dan diketahui dengan baik oleh masing-masing pihak sehingga tidak ada keraguan dalam pelaksanaannya.

b. Pengaturan setiap bentuk pelayanan publik harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar, bedasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap berpegang teguh pada efisiensi dan efektivitasnya. Tentunya kebijakan publik yang melahirkan aturan perundang-undangan atau peraturan daerah tersebut, harus pula menganut prinsip partisipasi masyarakat sejak masukan-proses hingga pengambilan keputusannya, karena masyarakatlah yang menjadi objek pelayanan tersebut.

c. Mutu proses keluaran dan hasil pelayanan publik tersebut harus diupayakan agar dapat memberikan keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. d. Apabila pelayanan publik yang diselenggarakan oleh instansi atau

lembaga pemerintah atau pemerintahan “ terpaksa harus mahal”, maka

isntansi atau lembaga pemerintah atau pemerintahan yang

bersangkutan berkewajiban “memberi peluang” kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakannya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu, menurut Amin Ibrahim (Sinambela: 2006:25) terdapat beberapa

kriteria pelayanan yang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap organisasi yang

melayani masyarakat yaitu:

a. Adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan.

b. Konsumen atau pelanggan atau masyarakat mendapatkan pelayanan

sebagaimana mestinya.

c. Konsumen atau pelanggan atau masyarakat sejauh mungkin

mendapatkan perlakuan yang adil dan fair dalam pelaksanaan pelayanannya.

d. Konsumen atau pelanggan atau masyarakat mendapatkan perlakuan

(38)

2. Dasar hukum Pelayanan publik

Pelayanan publik untuk masyarakat umum menjadi tugas dan kewajiban

pemerintah untuk melaksanakannya, telah ditegaskan dalam:

a. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1995 tentang Perbaikan

Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur kepada masyarakat.

b. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik.

c. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

26/KEP/M.PAN/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan

Akuntabilitas Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

3. Jenis Pelayanan Publik

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MenPAN) Nomor

63/KEP/M.PAN/7/2003 menyebutkan bahwa terdapat tiga jenis

pelayanan publik,yaitu:

a. Jenis Pelayanan Administratif, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan, dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa dokumen, misalnya, sertifikat, ijin-ijin, rekomendasi, keterangan tertulis dan lain-lainnya.

(39)

kegiatan tersebut menghasilkan produk akhir berwujud benda (berwujud fisik) atau yang dianggap benda yang memberikan nilai tambah secara langsung bagi penerimanya. Contoh jenis pelayanan ini adalah : pelayanan listrik, pelayanan air bersih, pelayanan telepon. Contoh jenis pelayanan ini adalah : pelayanan sertifikat tanah, pelayanan IMB, pelayanan

administrasi kependudukan (KTP, NTCR, akta

kelahiran/kematian).

c. Jenis Pelayanan Jasa, yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa penyediaan sarana dan prasarana serta penunjangnya. Pengoperasiannya berdasarkan suatu sistem pengoperasian tertentu dan pasti, produk akhirnya berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara langsung dan habis terpakai dalam jangka waktu tertentu. Contoh jenis pelayanan ini adalah : pelayanan angkutan darat, laut dan udara, pelayanan kesehatan, pelayanan perbankan, pelayanan pos dan pelayanan pemadaman kebakaran.

d. Jenis Pelayanan Regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukum dan peraturan perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.

(http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/10/pengelompokan-jenis-pelayanan-publik.html diakses pada tanggal 26-03-2013 diakses tanggal 26-03-2013 pukul 12:00 WIB)

E. Tinjauan e-KTP (Kartu Tanda Penduduk Elektronik

1. Tinjauan e-KTP

Secara sederhana, e-KTP berasal dari kata electronic-KTP, atau Kartu

Tanda Penduduk Elektronik atau sering disingkat e-KTP. Lebih rincinya,

menurut situs resmi e-KTP, KTP elektronik adalah dokumen

kependudukan yang memuat sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi

administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada basis data

(40)

2. Fungsi dan format e-KTP

1. Fungsi e-KTP

a. Sebagai identitas jati diri

b. Berlaku nasional, sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk

pengurusan izin, pembukaan rekening Bank, dan sebagainya

c. Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP

d. Terciptanya keakuratan data penduduk untuk mendukung program

pembangunan

2. Format e-KTP

Struktur e-KTP terdiri dari sembilan layer yang akan meningkatkan

pengamanan dari KTP konvensional. Chip ditanam di antara plastik putih

dan transparan pada dua layer teratas. Chip ini memiliki antena

didalamnya yang akan mengeluarkan gelombang jika digesek.

Gelombang inilah yang akan dikenali oleh alat pendeteksi e-KTP

sehingga dapat diketahui apakah KTP tersebut berada di tangan orang

yang benar atau tidak. Untuk menciptakan e-KTP dengan sembilan layer,

tahap pembuatannya cukup banyak, diantaranya:

a. Hole punching, yaitu melubangi kartu sebagai tempat

meletakkan chip

(41)

c. Implanter, yaitu pemasangan antenna (pola melingkar berulang

menyerupai spiral)

d. Printing, yaitu pencetakan kartu

e. Spot welding, yaitu pengepresan kartu dengan aliran listrik

f. Laminating, yaitu penutupan kartu dengan plastik pengaman

e-KTP dilindungi dengan keamanan pencetakan seperti relief text,

microtext, filter image, invisible ink dan warna yang berpendar di bawah

sinar ultra violet serta anti copy design. Penyimpanan data di dalam chip

sesuai dengan standar internasional NISTIR 7123 dan Machine Readable

Travel Documents ICAO 9303 serta EU Passport Specification 2006.

Bentuk KTP elektronik sesuai dengan ISO 7810 dengan format seukuran

kartu kredit yaitu 53,98 mm x 85,60 mm.

(http://www.e-ktp.com/2011/06/proses-pembuatan-e-ktp/diakses pada

tanggal 19 Maret 2013 pukul 21:06)

3. Proses pembuatan e- KTP (Secara Umum)

Bagan prosedur pembuatan e-KTP

1. Pemohon datang ketempat pelayanan membawa surat panggilan

2. Pemohon menunggu pemanggilan nomor antrian

3. Pemohon menuju keloket yang telah ditentukan

4. Petugas melakukan verifikasi data penduduk dengan basis data

(42)

6. Pemohon membubuhkan tanda tangan pada alat perekam

tandatangan

7. Selanjutnya dilakukan perekaman sidik jari dan pemindaian

retina mata

8. Petugas membubuhkan tandatangan dan stempel pada surat

panggilan yang sekaligus sebagai bukti bahwa penduduk telah

melakukan perekaman foto,tanda tangan dan sidik jari.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kartu_Tanda_Penduduk_elektroni

k diakses tanggal 20 April 2013 pukul 16:36)

4. Syarat pengurusan e-KTP

a. Berusia 17 tahun

b. Menunjukkan surat pengantar dari kepala desa/ kelurahan

c. Mengisi formulir F1.01 (bagi penduduk yang belum pernah

mengisi/belum ada data di sistem informasi administrasi

kependudukan) ditanda tangani oleh kepala desa/ kelurahan.

(43)

F. Tinjauan Kecamatan

Kecamatan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah

Kabupaten atau Kota. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau

kelurahan-kelurahan. Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja camat sebagai

perangkat daerah Kabupaten/Kota (PP. 19 tahun 2008). Kedudukan

kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana

teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh

camat.

Pembentukan kecamatan adalah pemberian status pada wilayah tertentu

sebagai kecamatan di kabupaten/kota. Dalam konteks otonomi daerah di

Indonesia, Kecamatan merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Kabupaten atau Kota yang mempunyai wilayah kerja tertentu yang dipimpin

oleh seorang Camat.

Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana

teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh

camat. Sedangkan Camat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada bupati/wali kota melalui sekretaris daerah. Organisasi kecamatan

dipimpin oleh (1) satu camat, 1 (satu) sekretaris (kecamatan), paling banyak 5

(lima) seksi yang masing-masing dipimpin oleh 1 (satu) kepala seksi, dan

sekretariat membawahkan paling banyak 3 (tiga) sub bagian yang

(44)

G. Kerangka Pikir

Kebijakan otonomi daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, secara eksplisit memberikan otonomi yang luas

kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai

kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah. Pemerintah Daerah harus

mengoptimalkan pembangunan daerah yang berorientasi kepada kepentingan

masyarakat. Melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintah

Daerah dan masyarakat di daerah lebih diberdayakan sekaligus diberi

tanggung jawab yang lebih besar untuk mempercepat laju pembangunan

daerah.

Kecamatan memberikan pelayanan publik kepada masyarakat dalam berbagai

bidang salah satunya dalam hal administratif, kualitas pelayanan yang baik

dapat terlihat dari kinerja para aparat dalam memberikan pelayanan pada

masyarakat apakah sudah sesuai dengan wewenang dan kewajiban serta

tujuan dari pelayanan publik. Pelayanan dalam hal administratif khususnya

pembuatan e-KTP (Kartu Tanda Penduduk elektronik) yang diharapkan

berjalan dengan sebagaimana mestinya.

Masyarakat yang sudah mengikuti program e-KTP khususnya masyarakat di

Kecamatan Jati Agung dapat memberikan persepsinya yang timbul dari apa

yang sudah masyarakat amati, rasakan dan terima dari pelayanan yang

(45)

sudah mereka terima melalui penginderaan mereka dapat menilai apakah

kinerja pelayanan publik yang ada di Kecamatan Jati Agung sudah berjalan

sebagaimana mestinya. Komponen-komponen persepsi menurut Allport

digunakan untuk menganalisa persepsi masyarakat, komponen-komponen

tersebut adalah:

1. Komponen Kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar

pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek

sikapnya.

2. Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa

senang dan tidak senang. Rasa senang merupakan hal yang positif

sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatiif.

3. Komponen Konatif yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk

bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.

Bedasarkan penjelasan kerangka pikir diatas maka dapat dibuat bagan kerangka pikir

sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang akan digunakan penulis adalah deskriptif kuantitatif,

yakni penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan fakta, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi

sekarang (ketika penelitian ini berlangsung) dan menyajikannya

sebagaimana data yang ada. Penelitian ini diidentifikasikan dengan

penelitian yang menggunakan pertanyaan “bagaimana” dalam

mengembangkan informasi yang ada. Tujuan dari penelitian deskriptif

adalah:

a) Menggambarkan mekanisme sebuah proses

b) Menciptakan seperangkat kategori atau pola.

Berdasarkan penelitian ini penulis menentukan subjek sesuai dengan tema

yang diangkat yaitu Persepsi Masyarakat terhadap Kinerja Pelayanan

Pembuatan e-KTP (Kartu Tanda Penduduk Elektronik) di Kecamatan Jati

Agung Kabupaen Lampung Selatan. Penelitian ini berupaya untuk

menggambarkan kinerja pelayanan publik pada Pembuatan e-KTP di

(47)

karena menggambarkan pelaksanaan pelayanan publik oleh Kecamatan

Jati Agung terkait pelayanan pembuatan e-KTP (Kartu Tanda Penduduk

elektronik).

B. Definisi Konseptual

Definisi Konseptual merupakan suatu batasan terhadap masalah yang

menjadi pedoman dalam penelitian sehingga arah dan tujuan penelitian

tidak menyimpang. Definisi konseptual pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Persepsi masyarakat, adalah proses masuknya informasi atau pesan

yang diterima melalui stimulus yang di rasakan oleh panca indera

manusia. Persepsi bukan hanya sebatas pada penginderaan tehadap

obyek atau lingkungan saja akan tetapi lebih luas seseorang yang

mengalami atau mengamati obyek atau lingkungan yang memberikan

kesan kepadanya, sehingga ia dapat memberikan suatu penilaian

pandangan atau pendapat masyarakat tersebut.

2. Faktor yang mempengaruhi persepsi, Faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi

persepsi berkaitan dengan kebutuhan psikologis, latar belakang

pendidikan, alat indera, syaraf atau pusat susunan syaraf, kepribadian

dan pengalaman penerimaan diri serta keadaan individu pada waktu

tertentu. Faktor Eksternal digunakan untuk obyek yang dipersepsikan

(48)

rangsangan akan turut menentukan didasari atau tidaknya rangsangan

tersebut.

3. Pelayanan Publik, adalah layanan yang diberikan kepada orang atau

masyarakat yang memiliki keperluan pada organisasi pemerintah

dengan atau tanpa bayaran. Pelayanan yang diberikan merupakan

perwujudan dari kewajiban aparatur pemerintah sebagai Abdi Negara.

Umunya pelayanan publik dilaksanakan dalam suatu rangkaian

kegiatan yang bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap,

wajar, dan terjangkau.

4. Komponen-komponen sikap yang merupakan suatu interelasi dari

berbagai komponen, yaitu: komponen kognitif, komponen afektif, dan

komponen konatif.

5. Komponen kognitif, merupakan komponen yang tersusun atas

pengetahuan/informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek

persepsinya. Bedasarkan pengetahuan ini kemudian akan terbentuk

suatu keyakinan tertentu tentang obyek persepsi tersebut.

6. Komponen afektif, berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang.

Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai atau

sistem nilai yang dimilikinya.

7. Komponen konatif, merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah

(49)

C. Definisi Operasional

Definisi Operasional menurut Idrus (2007: 26) ialah spesifikasi kegiatan

peneliti dalam mengukur atau memanipulasi suatu variabel. Definisi

operasional memberikan batasan atau arti suatu variabel dengan merinci

hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut.

Dalam proposal penelitian ini, penulis ingin meneliti bagaimana persepsi

masyarakat terhadap kinerja pelayanan pembuatan e-KTP di Kecamatan

Jati Agung, dengan menggunakan indikator dan sub indikator sebagai

berikut:

1. Aspek kognitif, yang mempengaruhi persepsi seseorang. Indikator

ini diukur dengan sub-sub indikator sebagai berikut:

a. Diukur dari seberapa besar pengetahuan masyarakat tentang

program e-KTP

b. Diukur dari seberapa besar pengetahuan masyarakat e-KTP

tentang tahap-tahap program e-KTP

c. Diukur dari seberapa besar pengetahuan masyarakat tentang

pelayanan pada program e- KTP

2. Aspek Afektif, merupakan aspek yang bersifat evaluatif yang

berhubungan dengan nilai- nilai yang berlaku di daerah

berlangsungnya program e-KTP. Indikator ini diukur dengan sub

(50)

a. Diukur dari sikap masyarakat yang megikuti program e-KTP

b. Diukur dari sikap masyarakat pada tahap-tahap pelaksanaan

pembuatan e-KTP

c. Diukur dari sikap masyarakat terhadap pelayanan yang

diberikan oleh pemerintah kecamatan dalam pembuatan e-KTP

3. Aspek Konatif, Penilaian dan kesiapan masyarakat dalam mengikuti

tahapan pelaksanaan program e-KTP

a. Diukur dari kesiapan wajib e-KTP dalam mengikuti tahap-tahap

program e-KTP

b. Diukur dari penilaian masyarakat terhadap pelayanan

(51)

Definisi operasional di atas dapat dilihat dalam bentuk sederhana berupa tabel,

yaitu tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Operasional Variabel Persepsi Masyarakat terhadap Kinerja Pelayanan Pembuatan e-KTP di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

Variabel Indikator Sub Indikator

Persepsi Masyarakat

- pengetahuan masyarakat tentang tahap-tahap program e-KTP

- pengetahuan masyarakat pelayanan

program e- KTP

-Afektif - sikap masyarakat terhadap program e

-KTP

- sikap masyarakat pada tahap-tahap pelaksanaan pembuatan e-KTP - sikap masyarakat terhadap pelayanan

yang diberikan pada pembuatan e -KTP

Konatif - keikutsertaan masyarakat terhadap

pembuatan e-KTP

- penilaian masyarakat dalam

pelaksanaan program e-KTP oleh

Kecamatan

- Penilaian masyarakat pada pelayanan pembuatan e-KTP

- Penilaian masyarakat pada pelayanan

pembuatan e-KTP

D. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian yang berjudul Persepsi Masyarakat terhadap

Kinerja Pelayanan Pembuatan e-KTP di Kecamatan Jati Agung Kabupaten

(52)

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan gejala yang ingin diteliti. Menurut Martono

(2011:74) populasi merupakan keseluruhan obyek atau subyek yang

berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan

dengan masalah penelitian atau keseluruhan unit atau individu dalam

ruang lingkup yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini dalah warga

Kecamatan Jati Agung yang mengikuti program e-KTP sebanyak 56.203

jiwa.

2. Sampel

Menurut Martono (2011: 74) sampel merupakan bagian dari populasi yang

memiliki ciri-ciri atau keadan tertentu yang akan diteliti, sampel juga dapat

diartikan sebagai anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan

prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi. Teknik

sampel yang akan di gunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

tehnik simple random sampling yang merupakan teknik pengambilan

sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

(53)

Sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah sebagian warga yang

mewakili tiap-tiap desa yang berada di Kecamatan Jati Agung Lampung

Selatan, dengan menggunakan rumus perhitungan yang dikemukakan oleh

Frank Lynch sebagaimanan dikuti oleh Suharsimi Arikunto (1997:123)

sebagai berikut:

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang dicari

N = Jumlah populasi

Z = Nilai normal dari variabel (1,96) tingkat kepercayaan 100%

P = Harga Patokan Tertinggi (0.50)

d = sampling error (0,10)

Penulis menggunakan rumus tersebut populasi masyarakat Kecamatan Jati Agung

yang ikut dalam pembuatan e-KTP adalah 656.203 jiwa .dan jumlah sampel

masyarakat pembuat e-KTP yang diambil sebagai sampel adalah 96 jiwa.

n

=

(54)

Dengan perhitungan sebagai berikut:

= 95,8761

= 96

Sampel yang akan dihasilkan sebanyak 96 orang yang akan dipilih secara acak

yang dilaksanakan di seluruh kelurahan yang ada di Kecamatan Jati Agung

Lampung Selatan. Kelurahan yang berada di Kecamatan Jati Agung terdapat 21

desa. Sampel diambil pada tiap desa dengan menggunakan perhitungan:

Jumlah pembuat e-KTP X Jumlah sampel

(55)

F. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan sumbernya

yaitu:

1. Data Primer

Menurut Burhan Bungin (2008:122), data primer adalah data yang

langsung diperoleh dari data pertama di lokasi penelitian atau obyek

penelitian. Sumber data yang diperoleh melalui kuisioner yang

disebarkan kepada masyarakat pembuat e-KTP di Kecamatan Jati

Agung Kabupaten Lampung Selatan

2. Data Sekunder

Menurut Burhan Bungin (2008:122), sumber data sekunder adalah

data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data

yang dibutuhkan. Data sekunder dalam penelitian ini berupa Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 96 Tahun 2012 tentang

pelaksanaan Undang-Undang No.25 tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik dan Juga Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah serta data-data yang berasal dari artikel-artikel

dan karya ilmiah yang dipublikasikan di internet maupun di

Perpustakaan Unila serta berbagai literatur yang berkaitan dengan

(56)

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner (angket), menurut Burhan Bungin (2008:134) kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan

daftar pertanyaan tertulis kepada responden untuk memperoleh

jawaban yang diperlukan. Kuesioner merupakan tehnik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti

variabel yang akan diukur dan tahu apa yang dapat diharapkan dari

responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah

responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas.

Kuesioner dapat berupa pertanyaan/ pernyataan tertutup atau

terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau

tak langsung. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup agar

dapat mengetahui persepsi masyarakat secara keseluruhan.

2. Wawancara, digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan

jumlah respondennya sedikit/kecil. Tehnik pengumpulan data ini

mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report ,

atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan

pribadi. Menurut Sutrisno di Kutip dalam Buku Metodologi

(57)

perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode

wawancara dan juga kuesioner adalah sebagai berikut :

a. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu

tentang dirinya sendiri

b. Bahwa tentang apa yang dinyatakan oleh subyek kepada

peneliti adalah benar dan dapat dipercaya

c. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa

yang dimaksudkan oleh peneliti.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak

terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tata muka maupun dengan

menggunakan alat komunikasi elektronik seperti telepon.

Wawancara ini merupakan tata cara pengumpulan data dengan cara

memberikan pertanyaan kepada responden secara langsung

dilapangan guna mendapatkan jawaban yang sesuai dari penelitian

tersebut. Adapun yang dapat dijadikan informan adalah perwakilan

warga (pembuat e-KTP) dan aparat pemerintah Kecamatan Jati

Agung yang dianggap lebih memahami permasalahan penelitian

yaitu Pembuatan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP).

3 Dokumentasi, tehnik pengumpulan data dengan cara mempelajari

dokumen atau catatan yang berhubungan dengan penelitian.

Beberapa data (informasi) sosial banyak ditemui dibeberapa

dokumen (buku) statistik seperti yang dikeluarkan oleh Badan Pusat

(58)

sekali dan tersimpan dalam komputer, atau merupakan sebuah

laporan dari suatu lembaga. Seorang peneliti memanfaatkan

ketersediaan data ini untuk melakukan sebuah penelitian kuantitatif.

H. Tehnik Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul lalu diolah dengan menggunakan:

1. Editing, yaitu kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai

menghimpun data di lapangan.

2. Pengkodean, yaitu mengklasifikasi data-data melalui tahapan koding

dimana data-data yang telah diedit diberi identitas sehingga memiliki

arti tertentu pada saat dianalisis.

Tabel 2. Kategori atau Alternatif Jawaban dan Skor

No. Kategori atau Alternatif Jawaban Sk

or 1. Sangat tahu/Sangat baik/sangat lengkap/sangat setuju/

Sangat Layak/ sangat optimal/Sangat professional 3

2. Tahu/baik/lengkap / setuju/Layak /optimal/Memadai 2

3. Tidak tahu/Tidak baik/ tidak lengkap/ tidak setuju/Tidak

Layak/tidak optimal /TTidak Memadai 1

3. Tabulasi, yaitu memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan

mengatur angka-angka serta menghitungnya.

4. Interpretasi data, pada tahap ini peneliti menjelaskan dari tabel atau

hasil perhitungan data untuk dicari makna yang lebih luas dengan

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 1. Operasional Variabel Persepsi Masyarakat terhadap Kinerja
gambaran jumlah penduduk di tiap-tiap desa yang ada dikecamatan Jati

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melakukan penelitiannya penulis menetapkan tempat penelitian didesa Fajar Baru kecamatan Jati Agung kabupaten Lampung Selatan. Alasan penulis memilih desa tersebut antara lain

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH KECAMATAN DALAM PELAYANAN E-KTP dikecamatan Malalayang masih belum

Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera yang berada di Desa Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan memberikan dampak perubahan pemanfaatan lahan

Tujuan Penenlitian Ini Adalah Untuk Mengetahuai Persepsi Masayarakat Terhadap Pelayanan Pembuatan e-KTP Di Kantor Camat Sungai Pinang Kota Samarinda Dengan Indikator

Sebagai studi kasus untuk mendapatkan suatu model kawasan pembangkit listrik dipilih Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung yang memiliki

Hasil penelitian menunjukkan (1) persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan dalam pembuatan e-KTP sudah baik, karena sistem pelayanan sudah sesuai dengan

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Survei Kepuasan Masyarakat dalam Pelayanan Pembuatan E-KTP di Kantor Kecamatan Samarinda Seberang dengan indikator:

Ety Apriliana et al | Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Perilaku Hidup Bersih Sehat PHBS Siswa SD Negeri 1 Marga Agung Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan JPM Ruwa Jurai