• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Publik ( Studi Pada Pembuatan E-KTP di Kecamatan Stabat )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Publik ( Studi Pada Pembuatan E-KTP di Kecamatan Stabat )"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, akan tetapi tidak

dibarengi dengan persebaran penduduk yang merata serta kualitas manusia yang

masih rendah sehingga menimbulkan permasalahan-permasalahan yang berkaitan

dengan kependudukan seperti meningkatnya tindakan kriminal, terorisme,

kemiskinan, pengangguran, penyalahgunaan identitas ganda hingga tumpang

tindih daftar pemilih tetap dalam pemilihan umum.

Menyikapi berbagai permasalahan itu pemerintah berusaha memperoleh

data tentang kependudukan di indonesia yang akurat untuk membuat pemetaan

yang tepat guna menanggulangi masalah kependudukan baik di tingkat lokal dan

nasional.

Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk mendapatkan data

kependudukan seperti sensus penduduk dan survey memiliki kelemahan karena

bersifat periodik (berkala) dan bersifat agregat atau makro.sementara kebutuhan

data mikro penduduk seperti pendataan penerima bantuan langsung tunai (BLT),

jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), penerima beasiswa wajib belajar 9

tahun serta daftar pemilih tetap (DPT) untuk pemilihan umum masih dirasakan

tidak akurat dikarenakan tidak diperoleh dengan cara registrasi. Atas dasar

pertimbangan tersebut maka dilakukan upaya pemutakhiran data penduduk.

Undang-undang No.23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan

(2)

desa/kelurahan sebagai ujung tombak untuk mendaftarkan warganya secara

administrsi sebagai warga negara indonesia. Dalam undang-undang No 23 tahun

2006 juga disebutkan bahwa salah satu dokumen kependudukan yang sah secara

nasional dan wajib dimiliki oleh setiap warga negara indonesia yang telah genap

berumur 17 tahun adalah kartu tanda penduduk (KTP). Dalam kartu tanda

penduduk dicantumkan data diri penduduk seperti nomor induk kependudukan

(NIK). Nama lengkap,, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, agama, status

perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan, pas foto dan tanda tangan

pemilik KTP, kemudian disahkan dengan terteranya tanggal KTP tersebut

dikeluarkan serta nama dan nomor induk pegawai pejabat yang

menandatanganinya. KTP memiliki masa berlaku selama 5 tahun dan dapat

dilakukan perpanjangan kecuali yang telah berusia 60 tahun keatas akan

dibberikan KTP yang berlaku seumur hidup.

Presiden menindak lanjuti sistem informasi administrasi kependudukan

yang tertuang dalam Undang-undang No. 26 tahun 2006 dengan mengeluarkan

peraturan presiden No. 26 tahun 2009 yang kemudian direvisi pada Perpres No.

35 tahun 2010 yang berisikan tentang penggunaan KTP berbasis Nomor Induk

Kependudukan (NIK) harus memuat kode keamanan dan rekaman elektroniik

sebagi alat verivikasi dan validasi data jati diri penduduk. Rekaman elektronik

yang dimaksud berisi biodata, tanda tangan, pas foto dan sidik jari tanda tangan

yang bersangkutan untuk disimpan dalam database kependudukan. Penggunaan

KTP seperti yang dijelaskan tersebut kemudian diterjemahkan dalam bentuk nyata

(3)

KTP lama mennjadi KTP Elektronik (e-KTP). e-KTP adalah dokumen

kependudukan yang memuat sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi

administratif ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database

kependudukan nasional.

Program pembuatan e-KTP ini memunculkan banyak pro kontra di

masyarakat. Banyak masyarakat yang mendukung terkait dengan digalakannya

program ini oleh pemerintah. Tapi ada juga yang mengkritik program ini karena

proses administrasi pembuatannya yang dianggap rumit dan memakan waktu.

Persepsi masyarakat merupakan suatu proses bagaimana masyarakat menyelidiki,

mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan

pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkan untuk menciptakan

keseluruhann gambaran yang berarti.

Keberhasilan suatu program yang dijalankan sangat ditentukan oleh

persepsi masyarakat terhadap program pelayanan publik tersebut. Sebab persepsi

tersebut akan mempengaruhi tingkahh laku dan perbuatan seseorang atau

kelompok terhadap sesuatu.

Inilah yang akan diteliti oleh penulis dalam penelitiannya yang berjudul

Persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan Publik(Studi pembuatan

E-KTP (Elektronik-KTP) di kecamatan Stabat

(Studi pada Kantor Kecamatan Stabat). Penulis ingin mengetahui sejauh mana

persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik, yang dalam hal ini adalah

(4)

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :

Bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik dalam

pembuatan E-KTP di Kantor Kecamatan Stabat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik dalam pembuatan E-KTP

di Kantor Kecamatan Stabat.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

dapat memperkaya bahan refrensi penelitian di bidang ilmu sosial dan ilmu

politik. Terkhusus bagi program studi administrasi negara dapat menjadi acuan

atau bahan pertimbangan bagi mahasiswa dalam melakukan penelitian.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi penulis berguna sebagai suatu sarana untuk melatih dan

(5)

memiliki kemampuan dalam menganalisis setiap gejala dan permasalahan di

lapangan.

Penelitian ini untuk memberikan gambaran secara obyektif kepada

masyarakat terkait dengan persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan publik

yang dalam penilitian kali ini adalah terkait dengan program pembuatan e-KTP

yang diselenggarakan oleh pemerintah.

1.5 Kerangka Teori

Kerlinger (1973: 9) teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak,

definisi dan proposisi untuk menrangkan suatu fenomena sosial secara sistematis

dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

1.5.1 Persepsi

1.5.1.1 Pengertian Persepsi

Taufik (2012:10)Persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang

menyelidiki mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan

pengalaman-pengalaman yang ada dan kemudian menafsirkan untuk menciptakan

keseluruhan gambaran yang berarti.

Persepsi (tingkah laku atau tindakan) merupakan akibat suatu motif

tertentu yang merupakan wujud dari persepsi dan sikap terhadap suatu objek yang

sering kali dipergunakan untuk menunjukkan respon individu atau masyarakat.

Persepsi individu akan mempengaruhi sikap individu terhadap suatu fenomena

yang berkembang di tengah masyarakat. Kondisi atau suatu perilaku sekelompok

(6)

Apakah masyarakat menerima rangsangan tersebut atau tidak. Sikap seperti ini

merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk berprilaku tertentu,

bila ia menghadapi rangsangan tersebut.

Thoha (1998:23) persepsi hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami

oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat

penglihatan maupun pendengaran.

Robbins (2003:88) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan

lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu mengorganisasikan

dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberikan makna kepada lingkungan

mereka.

Definisi persepsi juga diartikan oleh Indrawijaya (2000:45),sebagai suatu

penerima yang baik atau pengambilan inisiatif dan proses komunikasi. Persepsi

adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliiki atau yang

disimpan di dalam ingatan untuk mendeteksi atau memperoleh dan

menginterpretasi stimulus atau rangsangan yang diterima alat indera. Persepsi

dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan

membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak. Persepsi

juga dapat diartikan analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita

terhadap hal-hal di sekeliliing individu dengan kesan-kesan atau konsep yang

sudah ada , dan selanjutnya mengenali benda tersebut.

Dari defenisi persepsi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi

(7)

menafsirkan kesan indera mereka agar memberikan makna kepada lingkungan

mereka.

1.5.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Rakhmat (2005:55) mengemukakan bahwa persepsi juga ditentukan juga

oleh faktor fungsional dan struktual. Beberapa faktor fungsional atau faktor yang

bersifat personal antara kebutuhan individu, pengalaman, usia, masa lalu,

keperibadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat subyektif. Faktor

struktural atau faktor dari luar individu antra lain: lingkungan keluarga,

hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat.

Robbins (2001:89) mengemukakan bahwasannya ada 3 faktor yang dapat

mempengaruhi persepsi masyarakat yaitu :

1. Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan

mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsirannya itu

sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari perilaku persepsi

individu itu.

2. Terget atau objek, karakteristik-karakteristik dan terget yang

diamati dapat mempengaruhi apa yang di persepsikan. Target tidak

dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan

latar belakangnya mempengaruhi persepsi seperti kecenderungan

kita untuk mengklompokkan benda-benda yang berdekatan atau

(8)

3. Situasi dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau

peristiwa sebab unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi

persepsi kita.

1.5.2 Pelayanan Publik

1.5.2.1 Pengertian Pelayanan Publik

Menurut Ratminto (2005:5) pelayanan publik didefinisikan sebagai segala

bentuk barang dan jasa yang prinsipnya menjadi tanggung jawab dan

dilaksanakan oleh instansi pemerintahan pusat, di daerah, dan lingkungan BUMN

atau BUMD, dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam

rangka pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.

UU No.12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UU No.32 tahun

2004 tentang pemerintah daerah, diharapkan dapat memberikan dampak yang luas

terhadap peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Adanya pelimpahan

wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang dikehendaki UU

tersebut memungkinkan pada terjadinya penyelenggaraan pelayanan dengan jalur

birokrasi yang lebih ringkas dan membuka peluang bagi pemerintah daerah dalam

melakukan inovasi dalam pemberian dan peningkatan kualitas pelayanan publik.

Kemajuan teknnologi informasi juga menjadi solusi dalam memenuhi

aspek transparansi,akuntabilitas, dan partisipasi masyarakat. Keterpaduan sistem

penyelenggaraan pemerintahan melalui jaringan informasi on-line, terus

berkembang terutama dalam penyelenggaraan pelayanan, sehingga

(9)

yang dapat dianalisis dan dimanfaatkan secara cepat,akurat, dan aman. Oleh

karena itu untuk mempercepat upaya pencapaian sasaran terhadap peningkatan

kinerja aparatur negara dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik,

pemerintah melalui Mentri Aparatur Negara membuat satu keputusan mengenai

pedoman dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan publik. Adapun

maksud dan tujuan dari pedoman itu adalah

a. maksud, sebagai acuan bagi seluruh penyelenggaraa pelayanan publik

dalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan publik sesuai

dengan kewenangannya.

b. Tujuan, sebagai pedoman untuk mendorong terwujudnya penyelenggaraan

pelayanan publik yang prima dalam arti memenuhi harapan dan kebutuhan

baik bagi pemberi maupun penerima pelayanan.

Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa pemerintahan pada

hakekatnya adalah pelayan masyarakat. Karena birokrasi publik berkewajiban dan

bertanggung jawab untuk memberikan layanan baik dan propesional. Berdasarkan

keputusan Mentri Pemberdayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 tahun 1993

dinyatakan bahwa pelayanan umum ini mengandung sendi-sendi, yaitu :

1. Kesederhanaan, yaitu prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit,mudah

dipahami,dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan, memuat tentang:

(10)

b. Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian/persoalan/sengketa dalam

pelaksanaan pelayanan publik.

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

3. Kepastian waktu, di mana dalam waktu pelaksanaan pelayanan publik dapat

diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi, dimana produk pelayanan publik diterima dengan benar,tepat dan sah

5. Keamanan,proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

kepastian hukum.

6. Tanggungjawab,pimpinan penyelenggaraan pelayanan publik atau pejabat yang

ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

keluhan atau personal dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana, tersedianya sarana dan prasarana

kerja,peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan

sarana teknologi komunikasi dan informatika (telematika)

8. Kemudahan akses, dimana tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang

memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat memanfaatkan teknologi

telekomuniikasi dan informatika.

9. Kedisipliinan,kesopanan,dan keramahan, dimana pemberi pelayanan harus

bersikap disiplin,sopan,dan santun,ramah serta memberikan pelayanan dengan

ikhlas.

10. Kenyamanan,yaitu lingkungan pelayanan harus tertib,teratur,disediakan ruang

(11)

dengan fasilitas pendukung pelayanan sperti parkir,toilet,tempat ibadah dan

lain-lain.

1.5.2.2 Azas-azas Pelayanan Publik

Untuk mengoptimalisasikan pedoman penyelenggaraan pelayanan publik,

harus memperhatikan azas-azas yang termuat dalam penyelenggaraan pelayanan

publik. Adapun azas tersebut adalah:

a. Transparansi,yaitu bersifat terbuka,mudah dan bisa diakses semua pihak

yang membutuhkan serta disediakan secara memadai dan mudah

dimengerti.

b. Akuntabilitas,yaitu dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

c. Kondisional,yaitu sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan

penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan

efektivitas.

d. Partisipasif,yaitu mendorong peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,

kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kesamaan hak,yaitu tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan

suku, ras, agama, golongann, gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan hak dan kewajiban,yaitu pemberi dan penerima pelayanan

(12)

1.5.2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pelayanan Publik

Menurut Budi Winarno (2001:38) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pelayanan publik,yaitu :

1. Faktor kesadaran adalah kesadaran para pejabat serta petugas yang

berkecimpung dalam kegiatan pelayanan. Kesadaran para pegawai pada

segala tingkatan terhadap tugas yang menjadi tanggung jawab dapat

membawa dampak yang sangat positif terhadap organisasi.

2. Faktor aturan adalah aturan dalam organisasi yang menjadi landasan kerja.

Aturan ini mutlak kebenarannyadalam organisasi dan pekerjaan dikerjaan

dengan terarah,oleh karena itu harus dipahami oleh organisasi yang

berkepentingan.

3. Faktor organisasi merupakan suatu alat serta sistem yang memungkinkan

berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan dalam usaha pencapaian

tujuan.

4. Faktor pendapatan adalah pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai

pendukung pelaksana pelayanan. Dengan pendapatan yang cukup yang

dimiliki pegawai akan membuat motivasi dalam hal kerja.

5. Faktor keterampilan adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki

oleh pelayan publik, sangat mendukung jalannya pelayanan publik.

6. Faktor sarana adalah sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas atau

pekerja pelayanan. Sarana ini meliputi peralatan,perlengkapan,alat bantu,

(13)

1.5.2.4 Kriteria penyelenggaraan pelayanan publik

Kriteria penyelenggaraan pelayanan publik yang baik,sesuai peraturan

pemerintah no 25 tahun 2009, tentang pedoman umum penyusunan indeks

kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah antara lain meliputi:

1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang

diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis

pelayanannya.

3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang

memberikan pelayanan (nama,jabatan serta kewenangan dan tanggung

jawabnya).

4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam

memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai

ketentuan yang berlaku.

5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan

tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian

pelayanan.

6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan

yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan

kepada masyarakat.

7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan

(14)

8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan

tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.

9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah

serta saling menghargai dan menghormati.

10.Kewajaran biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang

dibayarkan dengan biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.

11.Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan

dengan biaya yang telah ditetapkan.

12.Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

13.Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi saranan dan prasarana pelayanan

yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman

kepada penerima pelayanan.

14.Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkuungan

unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga

masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap

resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

Dari beberapa uraian diatas dapat dilihat bahwa pelayanan publik

dilaksanakan oleh pemerintah dalam arti barang dan jasa publik adalah tanggung

jawab pemerintah melalui instansinya baik dari pusat hingga daerah. Pelayanan

(15)

pelayanan publik tidak hanya dilaksanakan untuk meningkatkan keuntungan tetapi

untuk kepuasan masyarakat sebagai pelanggan. Pada satu sisi pemerintah akan

memiliki legitimasi yang kuat dihadapan masyarakat dan pada sisi yang lain

masyarakat akan mendapat pelayanan yang baik dan prima dari pemerintah.

1.5.2.5 Pengertian Elektronik KTP (e-KTP)

KTP elektronik atau e-KTP adalah dokumen kependudukanyang memuat

sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi

informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional. Penduduk

hanya diperbolehkan memiliki satu KTP yang tercantum nomor induk

kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan

berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang tertera di e-KTP nantinya akan dijadikan

dasar dalam penerbitan paspor, surat izin mengemudi (SIM), nomor pokok wajib

pajak (NPWP), polis asuransi, sertifikat atas hak tanah dan penerbitan dokumen

identitas lainnya (pasal 13 UU No. 23 tahun 2006 tentang administrasi

(16)

Gambar 1.1

Dasar hukum e-KTP

1.5.2.6 Syarat dan Proses Pembuatan e-KTP

Adapun syarat pembuatan e-KTP adalah :

1. Berusia minimal 17 tahun.

2. Menunjukkan surat pengantar dari kepala desa.

3. Mengisi formulir F1.01 (bagi penduduk yang belum pernah mengisi/belum

ada data di sistem informasi administrasi kependudukan) ditanda tangani

oleh kepala Desa.

4. Fotocopy kartu keluarga (KK)

Adapun proses pembuatan e-KTP adalah sebagai berikut :

1. Masyarkat datang ke kantor kecamatan dengan membawa surat panggilan.

2. Masyarakat yang ingin mengurus e-KTP pertama kali diharuskan

mengambil nomor antrian.

PP NO. 37 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UU NO. 23

TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERPRES NO. 25 TAHUN 2008 TENTANG

TATA CARA DAN

PERSYARATAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN CATATAN SIPIL

PERPRES NO. 26 TAHUN 2009 TENTANG PENERAPAN KTP BERBASIS NIK

SECARA NASIONAL DAN PERPRES NO. 35 TAHUN 2010

PERATURAN DAN KEBIJAKAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN LAINNYA

YANG MENDUKUNG UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2006

TENTANG

(17)

3. Menunggu pemanggilan nomor antrian.

4. Menuju ke loket yang telah ditentukan.

5. Petugas melakukan verifikasi data penduduk dengan database.

6. Melakukan pengisian data (entry data) yang diperlukan.

7. Pengambilan foto calon pemegang e-KTP, perekaman sidik jari dan retina

mata serta membubuhkan tanda tangan calon peemegang e-KTP.

8. Petugas membubuhkan tanda tanggan dan stempel pada surat panggilan

yang sekaligus sebagai tanda bukti bahwa penduduk telah melakukan

perekaman foto, tanda tangan dan sidik jari.

9. Penduduk dipersilahkan untuk pulang dan menunggu hasil proses

pencetakan 2 minggu setelah pembuatan.

1.6 Definisi Konsep

Menurut Singarimbun dan Efendi dalam Iyan Andryadi Panggabean

(2013:23), konsep adalah istilah yang digunakan dalam menggambarkan secara

abstrak mengenai kejadian, kadaan, kelompok atau individu yang menjadi

perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pembatasan yang

jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka berdasarkan judul yang dipilih peneliti

maka yang menjadi konsep penelitian ini adalah :

1. persepsi hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang

didalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat

(18)

2. Pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang

atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut

sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang tekah ditetapakan.

3. Persepsi masyarakat terhadap pelayanan publik khususnya tentang

pembuatan e-ktp adalah proses dimana setiap individu dapat menafsirkan

kesan mereka agar memberikan makna kepada tindakan pemerintah

untuk mengatasi persoalan pendataan kependudukan dengan menggunakan

dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan dan pengendalian

baik dari sisi administrasi maupun teknologi informasi dengan berbasis

database kependudukan nasional.

1.7 Definisi Oprasional

Menurur Singarimbun dan Effendi (2008:46) definisi oprasional adalah

unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu

variabel. Dengan kata lain, defisini oprasional adalah semacam petunjuk

pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Adapun yang menjadi

definisi oprasional dari penelitian ini adalah :

1 Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

2 Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang

diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis

(19)

3 Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang

memberikan pelayanan (nama,jabatan serta kewenangan dan tanggung

jawabnya).

4 Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam

memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai

ketentuan yang berlaku.

5 Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan

tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian

pelayanan.

6 Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan

yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan

kepada masyarakat.

7 Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan

dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.

8 Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan

tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.

9 Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah

serta saling menghargai dan menghormati.

10 Kewajaran biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang

dibayarkan dengan biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.

11 Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan

(20)

12 Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

13 Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi saranan dan prasarana pelayanan

yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman

kepada penerima pelayanan.

14 Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkuungan

unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga

masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap

resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

1.8 Sistematika Penulisan

Guna memahami lebih jelas laporan Skripsi ini, dilakukan dengan cara

mengelompokkan materi menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah,rumusan masalah,tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, definisi

konsep, definisi oprasional dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Berisi tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian,populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor, dan

(21)

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisi mengenai gambaran umum lokasi penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

. Berisi penyajian data-data yang diperoleh dari lapangan,analisis

dari data-data yang disajikan setelah melakukan penelitian

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan

Gambar

Gambar 1.1

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan swasembada daging sapi diharapkan berkurangnya ketergantungan impor sampai 10% (swasembada on trend ), sehingga mampu meningkatkan potensi sapi dalam

Apalagi jika dalam relasi tersebut sampai terjadi pelecehan secara seksual dan tentunya berdampak pada self-esteem individu tersebut (de Lijster, Felten, Kok, &

test. 98 Dari tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh angka probabilitas atau Asymp.. Distribusi data adalah tidak normal. Distribusi data adalah normal.

LEMBAGA YANG MEMILIKI FUNGSI DAN TUGAS POKOKNYA berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari.. APBN/D, atau organisasi

are introduced to them [12]. The travel and tourism experience of tourists and the ideas about tourism products start and end up with transportation. It is impossible to

• Diharapkan kenaikan berat badan setelah kehamilan 20 minggu tidak terlalu banyak, tidak lebih dari 2 kg per bulan. Kenaikan berat badan yang terlalu banyak, dapat disebabkan

Deskripsi hasil pengolahan data Pengunaan Metode Peta Konsep untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran sejarah ...83.. Penerapan Pengunaan Metode