• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, PRODUK DOMESTIK BRUTO, INFLASI, DAN SUKU BUNGA LUAR NEGERI TERHADAP NILAI IMPOR NON MIGAS DI INDONESIA (PERIODE 2001.I – 2012.IV)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, PRODUK DOMESTIK BRUTO, INFLASI, DAN SUKU BUNGA LUAR NEGERI TERHADAP NILAI IMPOR NON MIGAS DI INDONESIA (PERIODE 2001.I – 2012.IV)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI IMPOR NON MIGAS DI INDONESIA (PERIODE 2001.1 – 2012.4)

(Skripsi)

Oleh

ETRI NINDY LARASATI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, PRODUK DOMESTIK BRUTO, INFLASI, DAN SUKU BUNGA LUAR NEGERI TERHADAP

NILAI IMPOR NON MIGAS DI INDONESIA

(PERIODE 2001.I – 2012.IV)

Oleh

ETRI NINDY LARASATI

Impor non migas merupakan salah satu bentuk perdagangan internasional yang dilakukan di Indonesia karena selain tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri juga dipengaruhi oleh empat faktor yaitu nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, dan suku bunga luar negeri. Adanya peningkatan impor non migas ini berdampak kepada perekonomian, jika impor lebih besar daripada ekspor maka akan terjadi defisit pada neraca pembayaran di Indonesia. Hal ini juga menyebabkan produsen dalam negeri kalah saing dengan produsen dari luar negeri dan masyarakat lebih meminati barang impor karena lebih sering dianggap prestigious. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, dan suku bunga luar negeri terhadap nilai impor non migas secara parsial serta secara bersama-sama. Data

yang digunakan adalah data runtun waktu (time series) dalam triwulan periode

2001.I – 2012.IV dan model estimasi yang digunakan adalah Error Correction

Model (ECM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dapat diketahui hasil nilai tukar riil, produk domestik bruto, inflasi, dan suku bunga luar negeri berpengaruh positif terkait dengan peningkatan nilai impor non migas. Serta secara bersama-sama keempat faktor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap nilai impor non migas.

Kata Kunci: nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, suku bunga luar negeri,

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN v

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Permasalahan 11

C. Tujuan 13

D. Kerangka Pemikiran 13

E. Hipotesis 15

F. Ruang Lingkup Penelitian 16

G. Ruang Lingkup Penelitian 16

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perdagangan Internasional 18

1. Teori Praklasik Merkantilisme 19

2. Teori Klasik 19

3. Teori Modern 19

B. Impor 20

C. Nilai Tukar dan Impor 20

1. Teori Purchasing Parity 23

2. Teori Elastisitas 24

D. Produk Domestik Bruto dan Impor 24

(7)

2. Teori Keynessian (Harrod – Domar) 27

E. Inflasi dan Impor 27

1. Teori Inflasi Klasik 28

2. Teori Inflasi Keynes 29

3. Teori Inflasi Moneterisme 29

F. Suku Bunga Luar Negeri dan Impor 29

1. Teori Klasik 31

2. Teori Suku Bunga Keynes 31

3. Teori Hicks 31

G. Tinjauan Empiris 33

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data 39

B. Operasionalisasi Variabel 40

C. Teknik Analisis 41

1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) 41

2. Uji Kointegrasi 42

3. Error Correction Model 42

4. Uji Asumsi Klasik 43

4.1 Uji Normalitas 43

4.2 Uji Multikolinearitas 43

4.3 Uji Heteroskedastisitas 45

4.4 Uji Autokorelasi 45

5. Uji Hipotesis 46

5.1 Uji F (Keberartian Keseluruhan) 46

5.2 Uji t (Keberartian Parsial) 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 49

1. Hasil Uji Unit Root 49

2. Hasil Uji Unit Kointegrasi 51

(8)

2.2 Uji F 53

2.3 Uji t 54

3. Hasil Uji Error Correction Model 58

3.1 Model 59

3.2 Uji Koefisien Determinasi 59

3.3 Uji Koefisien RES(-1) 59

3.4 Uji F 60

3.5 Uji t 61

4. Pengujian Asumsi Klasik ECM 64

4.1 Hasil Uji Normalitas 65

4.2 Hasil Uji Multikolinearitas 65

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas 68

4.4 Hasil Uji Autokorelasi 70

5. Pengujian Penyembuhan Asumsi Klasik ECM 70

5.1 Hasil Uji Normalitas 71

5.2 Hasil Uji Multikolinearitas 71

5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas 74

5.4 Hasil Uji Autokorelasi 76

5.5 Hasil Penyembuhan Estimasi ECM 76

5.5.1 Model 77

5.5.2 Uji Koefisien Determinasi 78

5.5.3 Uji Koefisien RES(-1) 78

5.5.4 Uji F 79

5.5.5 Uji t 80

B. Interpretasi Hasil 83

C. Pembahasan 85

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan 90

(9)
(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat

memajukan perekonomian suatu negara, seperti di Indonesia. Sebagai salah satu

negara yang berkeinginan untuk mensejahterakan masyarakat

danmengembang-kan perekonomian, maka tidak cukup hanya dengan memiliki sumber daya alam.

Selain itu juga dibutuhkan faktor produksi yang lain seperti tenaga kerja yang

akan mengolah sumber daya alam tersebut. Indonesia tidak memiliki tenaga kerja

yang handal dalam mengolah dan membuat suatu produk. Oleh karena itu

di-butuhkan perdagangan internasional dengan negara-negara lain untuk saling

memenuhi kebutuhan hidup.

Dengan perdagangan internasional akan terjadi tukar menukar barang yang juga

membentuk organisasi perdagangan masing-masing negara. Selain hubungan

ekonomi, dapat pula pertukaran faktor produksi dan kredit (Boediono, 2003).

Beberapa manfaat yang diperoleh dari perdagangan internasional adalah:

1. Sebagai sumber devisa negarayang didapatkan dari ekspor produk ke negara

lain. Devisa juga bisa didapatkan dari pemberlakuan bea masuk atas

(11)

2. Menyerap tenaga kerjadalam negeri untuk dipekerjakan di perusahaan yang

memproduksi barang ekspor

3. Perkembangan teknologi didapatkan dari barang impor menggunakan teknologi

yang lebih canggih

4. Adanya alih teknologi pada masing-masing negara

Salah satu jenis perdagangan internasional adalah impor. Indonesia merupakan

salah satu negara penghasil produk, terutama pangan, tetapi masih melakukan

kegiatan impor besar-besaran. Hal ini disebabkan karena jumlah produksi pangan

tidak sebanding dengan banyaknya penduduk di Indonesia yang semakin lama

semakin meningkat. Definisi impor adalah membeli atau memasukkan barang dari

luar negeri ke dalam negeri.Impor juga bisa dikatakan sebagai perdagangan

dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke wilayah Indonesia dengan

memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1996 : 403).Tujuan utama

diberlakukannya kegiatan impor pada suatu negara karena tidak mampu

memenuhi kebutuhan konsumsinya sendiri maka melakukan perdagangan dengan

negara lain.Hal ini membuktikan bahwa memang sebagian besar negara-negara di

dunia melakukan kegiatan ekspor dan impor secara bersamaan untuk saling

memenuhi kebutuhannya.Selain itu impor dilakukan untuk mengimbangi posisi

neraca pembayaran dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Namun, jika kita melihat kembali perdagangan internasional di Indonesia yang

ternyata produk impor lebih banyak beredar di pasar daripada produk dalam

negeri sendiri yang dapat diketahui dari perkembangan nilai total impor yang

(12)

2001. I 2001. II 2001. II I 2001. IV 2002. I 2002. II 2002. II I 2002. IV 2003. I 2003. II 2003. II I 2003. IV 2004. I 2004. II 2004. II I 2004. IV 2005. I 2005. II 2005. II I 2005. IV 2006. I 2006. II 2006. II I 2006. IV 2007. I 2007. II 2007. II I 2007. IV 2008. I 2008. II 2008. II I 2008. IV 2009. I 2009. II 2009. II I 2009. IV 2010. I 2010. II 2010. II I 2010. IV 2011. I 2011. II 2011. II I 2011. IV 2012. I 2012. II 2012. II I

permintaan atas produk migas maupun nonmigas dalam satu tahun. Berikut ini

gambar yang menjelaskan perkembangan nilai total impor di Indonesia:

18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 Juta US$ Triwulan

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Gambar 1. Perkembangan Nilai Total Impor di Indonesia Periode 2001:I 2012:IV

Dari gambar 1.1 dapat dijelaskan perkembangan nilai impor total di Indonesia

yang berfluktuasi. Pada tahun 2002 kondisi perekonomian di Indonesia

mengalami perbaikan yang ditandai dengan nilai tukar yang menguat, penurunan

tingkat inflasi, dan jumlah uang primer yang terkendali. Ini mengindikasikan

bahwa nilai tukar yang terdepresiasi di tahun 2001 menjadi terapresiasi pada 2002

dan tingkat inflasi yang menurun mempengaruhi nilai total impor di Indonesia.

Keterkaitan pada tahun 2003 yang terjadi surplus neraca pembayaran yang tidak

terlepas dari kinerja ekspor migas dan non migas yang cukup besar pada tahun

sebelumnya.

Dari keseluruhan impor tersebut terbagi menjadi dua jenis yaitu nilai impor migas

dan non migas. Kita dapat mengetahui bahwa produk migas dan non migas

(13)

Juta US$

16000 4.500,00

14000 12000

memajukan industri di Indonesia. Namun, pengaruh yang terbesar terhadap nilai

total impor adalah nilai impor non migas. Untuk penjelasannya dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

MNonmigas MMigas

10000 8000 6000 4000 2000

0 Triwulan

3.000,00 2.500,00 2.000,00 1.500,00 1.000,00 500,00 0,00

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

MNonmigas MMigas

Gambar 2. Perkembangan Nilai Impor Migas dan Non Migas Di Indonesia Periode 2001:I–2012:IV

Peningkatan nilai impor migas dan non migas yang terjadi selama tahun 2001–

2010 merupakan suatu pembuktian bahwa perindustrian Indonesia semakin maju

dan membutuhkan bahan baku untuk keperluan manufaktur dalam jumlah yang

banyak. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa komoditi yang lebih banyak

diimpor adalah non migas.Seperti pada tahun 2001 perdagangan internasional

mengalami perkembangan yang tidak begitu baik dengan menurunnya tingkat

ekspor, namun tidak berarti impor meningkat tetapi justru mengalami penurunan

pula. Hal ini disebabkan karena kondisi dalam negeri dan luar negeri terutama

setelah tragedi WTC 11 September 2001 yang menyebabkan ekspor menurun dan

pertumbuhan ekonomi negara tujuan yang melambat.Sedangkan penurunan impor

ini disebabkan oleh nilai tukar yang terdepresiasi dan berfluktuasi sangat tajam.

Tahun 2007 merupakan momen impor mengalami peningkatan yang cukup

signifikan karena dari tingkat investasi dan konsumsi juga meningkat. Namun

(14)

yang mendefinisikan produk dalam negeri semakin tidak dapat bersaing dengan

produk impor. Kemudian pada tahun 2009, kegiatan impor menurun yang

disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat dibanding

tahun-tahun sebelumnya.Baik dari sektor migas maupun non migas yang

mengalami penurunan ini juga dipengaruhi peraturan pemerintah untuk

mengkonversikan penggunaan minyak tanah ke gas alam.Kebijakan pemerintah

yang ditujukan agar perekonomian semakin membaik justru membuat masyarakat

berada dalam keadaan terpuruk. Beberapa kebijakan tersebut yaitu:

1. Privatisasi, merupakan keputusan yang memaksa masyarakat untuk terus

tergantung pada perusahaan-perusahaan besar yang menguasai kebutuhan hidup.

Contohnya adalah Bulog.

2. Deregulasi, merupakan salah satu cara untuk mempermudah privatisasi yang

dikuasai oleh perusahaan monopoli atau oligopoli.

3. Liberalisasi, merupakan penerapan menuju perdagangan bebas yang semakin

lama dibanjiri oleh barang-barang murah dan berkurangnya subsidi domestik

untuk para petani.

Pada keadaan perekonomian saat ini yang telah berkembang menjadi globalisasi

perekonomian, membuat kegiatan impor menjadi lebih berkembang dan didukung

oleh golongan pro-globalisasi. Sedangkan untuk negara Indonesia yang bertindak

sebagaiprice-taker, jika terlalu banyak mengimpor maka akan mengalami defisit

neraca pembayaran karena perekonomian kita tidak berada dalam posisi stabil

secara terus-menerus. Oleh karena itu sebaiknya impor di Indonesia ini menurun

(15)

2001. I 2001. II 2001. II I 2001. IV 2002. I 2002. II 2002. II I 2002. IV 2003. I 2003. II 2003. II I 2003. IV 2004. I 2004. II 2004. II I 2004. IV 2005. I 2005. II 2005. II I 2005. IV 2006. I 2006. II 2006. II I 2006. IV 2007. I 2007. II 2007. II I 2007. IV 2008. I 2008. II 2008. II I 2008. IV 2009. I 2009. II 2009. II I 2009. IV 2010. I 2010. II 2010. II I 2010. IV 2011. I 2011. II 2011. II I 2011. IV 2012. I 2012. II 2012. II I 2012. IV

Kemampuan Indonesia untuk melakukan impor migas dan non migas dipengaruhi

oleh empat faktor yang berkaitan langsung maupun tidak langsung. Yang pertama

adalah nilai tukar.Kegiatan perekonomian di suatu negara hampir seluruhnya

dipengaruhi oleh nilai tukar.Dalam kegiatan impor dibutuhkan nilai tukar sebagai

salah satu faktor yang turut menentukan keuntungan.Berikut ini gambar yang

menunjukkan tingkat nilai tukar di Indonesia:

Ribu Rupiah 10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Triwulan

Sumber: Bank Indonesia, 2012

Gambar 3 Perkembangan Nilai Tukar di Indonesia Periode 2001: 2012:IV

Nilai tukar yang didapat bersumber dari Bank Indonesia ini merupakan nilai tukar

(kurs) tengah yang stabil.Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa perkembangan

nilai tukar terkadang menjadi sangat tinggi namun bisa menurun drastis. Dengan

nilai tukar yang berfluktuasi menunjukkan kemampuan para importir

memasuk-kan produk negara lain. Jika nilai tukar meningkat menjelasmemasuk-kan kondisi

per-ekonomian yang merujuk pada terjadinya apresiasi dimana produk yang diimpor

semakin banyak sehingga menguntungkan para importir. Sebaliknya, keadaan

depresiasi akan merugikan para importir karena harus membayar lebih mahal atas

produk yang didatangkan ke dalam negaranya.Pada tahun 2001 terdapat

per-bedaan antara ekspektasi dan kenyataan bahwa perekonomian tidak mengalami

(16)

mengurangi daya saing produk ekspor dan meningkatkan impor.Meskipun sempat

mengalami depresiasi pada triwulan kedua namun apresiasi yang cukup besar

terjadi pada triwulan selanjutnya yang berkaitan dengan impor. Pada

kenyataannya, walaupun terjadi apresiasi yang turut mempengaruhi penurunan

ekspor namun tidak serta meningkatkan impor. Lonjakan lainnya pada tahun

2007, pada triwulan pertama dan kedua mengalami peningkatan yang sangat

tajam salah satunya karena kebijakan makroekonomi yang semakin membaik

sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat domestik maupun internasional.

Namun pada dua triwulan berikutnya, nilai tukar mengalami depresiasi yang turut

dipengaruhi oleh risiko global seperti krisissubprime mortgagedi Amerika

Serikat. Dan pada tahun 2010, nilai tukar rupiah menguat cukup signifikan yang

disebabkan karena banyaknya modal asing yang masuk ke Indonesia.Peningkatan

yang cukup tajam dari awal Februari 2010 sampai Mei 2010.Namun pada awal

Juni 2010, nilai tukar terdepresiasi oleh pelakurisk aversionpada krisis finansial

Yunani. Selanjutnya nilai tukar rupiah kembali mengalami peningkatan seiring

dengan mengalirnya dana untuk Asia diantara perbedaan respons kebijakan

negara-negara maju dan negara-negaraemerging markets.

Faktor kedua adalah produk domestik bruto. Pengaruh produk domestik bruto

terhadap impor pada suatu negara cukup besar. Ketika produk domestik bruto

meningkat menyebabkan daya beli masyarakat meningkat sehingga nilai impor

pun semakin meningkat. Seperti yang dijelaskan oleh Herlambang (2001 : 267)

bahwa analisis makro ekonomi bahwa makin besar pendapatan nasional pada

suatu negara maka semakin besar pula impornya.Perkembangan produk domestik

(17)

2001. I 2001. II 2001. II I 2001. IV 2002. I 2002. II 2002. II I 2002. IV 2003. I 2003. II 2003. II I 2003. IV 2004. I 2004. II 2004. II I 2004. IV 2005. I 2005. II 2005. II I 2005. IV 2006. I 2006. II 2006. II I 2006. IV 2007. I 2007. II 2007. II I 2007. IV 2008. I 2008. II 2008. II I 2008. IV 2009. I 2009. II 2009. II I 2009. IV 2010. I 2010. II 2010. II I 2010. IV 2011. I 2011. II 2011. II I 2011. IV 2012. I 2012. II 2012. II I 2012. IV Juta Rupiah 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 Triwulan

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Gambar 4. Perkembangan Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan 2000 Periode 2001:I–2012: IV

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa produk domestik bruto seringkali

mengalami kenaikan dan penurunan yang tajam.Pada tahun 2001 konsumsi yang

terdiri dari pendapatan masyarakat, peningkatan pembiayaan konsumen, dan

sektor pemerintah, menjadi salah satu penyokong utama PDB. Begitu juga terlihat

pada tahun-tahun berikutnya dimana dengan PDB yang terus meningkat, akan

menstimulasi impor untuk lebih dominan di Indonesia.

Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap impor adalah inflasi.Pada inflasi yang

sering berfluktuasi berkaitan erat dengan impor.Hal ini dapat disebabkan karena

tingkat inflasi yang tinggi maka menyebabkan impor semakin banyak.Berikut ini

(18)

2001. I 2001. II 2001. II I 2001. IV 2002. I 2002. II 2002. II I 2002. IV 2003. I 2003. II 2003. II I 2003. IV 2004. I 2004. II 2004. II I 2004. IV 2005. I 2005. II 2005. II I 2005. IV 2006. I 2006. II 2006. II I 2006. IV 2007. I 2007. II 2007. II I 2007. IV 2008. I 2008. II 2008. II I 2008. IV 2009. I 2009. II 2009. II I 2009. IV 2010. I 2010. II 2010. II I 2010. IV 2011. I 2011. II 2011. II I 2011. IV 2012. I 2012. II 2012. II I % 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Triwulan

Sumber: Bank Indonesia, 2012

Gambar 5. Perkembangan Inflasi di Indonesia Periode 2001:I–2012:IV

Gambar tersebut menunjukkan inflasi yang berfluktuasi sepanjang tahun 2001–

2012.Dengan peningkatan inflasi ternyata memicu nilai impor menjadi lebih

tinggi. Ketika harga produk dalam negeri meningkat drastis, terutama perihal

bahan makanan pokok, maka pemerintah akan melakukan tindakan mengimpor

produk serupa dari negara lain. Peluang negara lain untuk mendapatkan

keuntungan menjadi lebih besar karena produknya lebih murah dibandingkan

produk dalam negeri. Seperti pada tahun 2005, Indonesia mengalami kenaikan

inflasi yang salah satunya disebabkan oleh depresiasi di tahun yang sama.

Meskipun begitu para produsen memiliki kemampuan untuk menahan kenaikan

harga sebagai akibat dari depresiasi tersebut.Inflasi pada tahun 2006 lebih baik

daripada tahun 2005.Hal ini dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi sesuai konsistensi

Bank Indonesia dan pemerintah yang terjaga dan perkembangan nilai tukar yang

stabil.Begitu pula pada tahun 2009 dimana inflasi menurun cukup signifikan yang

tidak terlepas dari peran Bank Indonesia dalam meningkatkan kepercayaan pasar

(19)

2001. I 2001. II 2001. II I 2001. IV 2002. I 2002. II 2002. II I 2002. IV 2003. I 2003. II 2003. II I 2003. IV 2004. I 2004. II 2004. II I 2004. IV 2005. I 2005. II 2005. II I 2005. IV 2006. I 2006. II 2006. II I 2006. IV 2007. I 2007. II 2007. II I 2007. IV 2008. I 2008. II 2008. II I 2008. IV 2009. I 2009. II 2009. II I 2009. IV 2010. I 2010. II 2010. II I 2010. IV 2011. I 2011. II 2011. II I 2011. IV 2012. I 2012. II 2012. II I

Selanjutnya adalah suku bunga luar negeri.Ketika suku bunga luar negeri

me-nurun maka nilai impor non migas semakin meningkat. Berikut ini gambar

perkembangan suku bunga luar negeri di Indonesia:

% 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 -Triwulan

Sumber: Bank Indonesia, 2012

Gambar 6. Perkembangan Suku BungaThe Feddi Indonesia Periode 2001:I–2012:IV

Ketika suku bungathe fedlebih tinggi daripada suku bunga dalam negeri maka

aliran investasi akan lebih banyak ke Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan

barang yang diimpor menjadi lebih banyak.Dari gambar di atas dapat diketahui

bahwa pada periode 2001.I–2008.IV mengalami fluktuasi yang cukup tajam

namun awal periode 2009.I–2012.IV suku bungathe fedberada pada posisi yang

stabil.

Perdagangan internasional memiliki perbedaan dengan ekspor dan impor. Bahwa

perdagangan internasional adalah kegiatan jual-beli yang dilakukan untuk

men-dapatkan keuntungan dengan melibatkan dua negara atau lebih. Sedangkan

ke-giatan ekspor dan impor merupakan bagian dari perdagangan internasional

ter-sebut. Karena selain dua jenis perdagangan ini masih banyak jenis lainnya yang

juga merupakan bagian dari perdagangan internasional seperti pengiriman barang

(20)

berasal dari negara Cina saat ini membanjiri pasar di Indonesia dan bahkan

mengalahkan komoditas asli negara ini. Seperti diberitakan beberapa waktu lalu

bahwa produk elektronik terutama dari Cina seperti telepon genggam dan

kom-puter tablet memasuki pangsa pasar Indonesia. Dan seperti tahun-tahun

sebelum-nya, banyaknya produk dari luar negeri seperti kebutuhan sehari-hari (misal: tas,

pakaian, sepatu) itu banyak diimpor dari luar negeri. Sebenarnya impor dan

ekspor memang dibutuhkan dalam perekonomian suatu negara. Namun apabila

jumlah barang yang diimpor lebih banyak daripada yang diekspor itu menjadi

suatu masalah. Apalagi jika semakin lama, jumlah barang impor semakin banyak

dan mengalahkan jumlah produksi dalam negeri. Meskipun begitu per-dagangan

internasional memberi dampak positif juga seperti menambah peluang untuk

bekerja, menambah kas negara (dapat berbentuk devisa), meningkatnya varians

barang yang dikonsumsi oleh masyarakat. Sedangkan dampak negatif yang

ditimbulkan yaitu meningkatnya ketergantungan terhadap produk tertentu yang

berasal dari luar negeri, produk dalam negeri menjadi kalah saing, kehidupan

masyarakat menjadi berpola konsumtif.

B. Permasalahan

Sejak dahulu sampai sekarang impor merupakan hal yang dalam perdagangan

internasional yang sering dilakukan di Indonesia. Impor bukan hanya sekadar

mendatangkan barang dari luar negeri ke dalam negeri untuk memenuhi

kebutuh-an sehari-hari tapi juga dapat dikatakkebutuh-an apabila ada suatu jenis barkebutuh-ang luar negeri

yang dirakit ataupun diperbaiki di dalam negeri walaupun nantinya akan dikirim

kembali ke negara produsen awalnya. Ketika suatu negara mengalami

(21)

serius dalam perekonomian. Karena mau tidak mau justru akan merugikan negara

tersebut. Misalnya saja pengangguran yang akan meningkat seiring impor yang

leluasa menguasai perdagangan internasional negara tersebut. Yang sebelumnya

banyak produsen dalam negeri yang bersaing dalam lingkup nasional dengan

produsen lainnya, namun sejak impor meningkat tentunya masyarakat lebih

meminati barang yang dipasok dari luar negeri karena lebih sering dianggap

prestigious.

Dengan pengaruh nilai tukar, produk domestik bruto (PDB), inflasi, dan suku

bunga luar negeri maka nilai impor non migas diharapkan dapat berkurang dan

tidak terjadi defisit neraca pembayaran namun ternyata permintaan masyarakat

atas produk impor tidak dapat dikurangi secara besar-besaran karena produsen di

Indonesia belum mampu untuk menghasilkan produknya sendiri. Hal ini didukung

pula dengan perbedaan hasil penelitian terdahulu seperti penelitian oleh Waluyo

dalam menunjukkan hasil bahwa faktor yang stabil dan signifikan dalam

mem-pengaruhi impor bahan baku untuk sektor industri Indonesia adalah cadangan

devisa, penanaman modal dalam negeri, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Sedangkan dari penelitian Saraswati dalam menunjukkan PDB riil memiliki

hubungan yang positif dan signifikan dan nilai tukar Rupiah terhadap Yen

memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan. Dengan ini maka

per-masalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, dan suku

bunga luar negeri secara parsial terhadap nilai impor non migas pada

(22)

2. Bagaimana pengaruh nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, dan suku

secara bersama-sama terhadap nilai impor non migas pada periode 2001:I

–2012:IV?

C. Tujuan

Tujuan yang dilakukan oleh penulis antara lain adalah untuk:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai tukar, produk

domestik bruto, inflasi, dan suku bunga luar negeri secara parsial terhadap

nilai impor non migas.

2 Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai tukar, produk

domestik bruto, inflasi, dan suku bunga luar negerisecara bersama-sama

terhadap nilai impor non migas di Indonesia pada periode 2001:I–

2012:IV

D. Kerangka Pemikiran

Perbaikan perekonomian Indonesia memberikan pengaruh terhadap perdagangan

internasional, salah satunya adalah impor. Dalam hal ini kegiatan impor dibagi

menjadi dua yaitu migas dan non migas. Penelitian yang dilakukan mengenai nilai

impor non migas yang dipengaruhi oleh nilai tukar, produk domestik bruto,

inflasi, dan suku bunga luar negeri periode 2001:I–2012:IV. Variabel-variabel

bebas ini digunakan karena kaitannya sangat erat dengan impor.

Nilai tukar menurut Salvatore (1997 : 9) adalah harga suatu mata uang terhadap

mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang

lainnya. Jika nilai tukar terapresiasi maka produk yang diimpor akan meningkat

karena harga barang di Indonesia menjadi lebih mahal dibandingkan harga barang

(23)

sehingga tingkat ekspor menurun dan sebaliknya impor akan meningkat.

Penelitian oleh Waluyo dalam Septiana (2011) yang menganalisis pengaruh

cadangan devisa, penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam

negeri (PMDN), produk domestik bruto (PDB), tingkat suku bunga riil dalam

negeri, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar terhadap impor bahan baku,

mem-berikan hasil bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar berpengaruh secara stabil

dan signifikan terhadap impor tersebut. Karena jika nilai tukarnya terapresiasi

berdampak pada impor yang meningkat, hal ini disebabkan dari produk dalam

negeri yang semakin mahal menyebabkan permintaan dari negara lain juga

berkurang sehingga ekspor menurun dan impor meningkat. Seperti halnya nilai

tukar, produk domestik bruto (PDB) memiliki pengaruh yang positif terhadap

impor karena dengan peningkatan pendapatan nasional maka daya beli masyarakat

akan meningkat, permintaan atas produk impor juga tinggi. Dari penelitian yang

dilakukan oleh Saraswati dalam Septiana (2011) yang meneliti faktor-faktor yang

mempengaruhi impor nonmigas Indonesia dari Jepang dapat disimpulkan bahwa

PDB memiliki hubungan yang positif dan signifikan.Tidak hanya itu, inflasi yang

terjadi juga berpengaruh terhadap impor di Indonesia. Hal ini dijelaskan oleh

Jamli dan Firmansyah dalam Anggaristyadi (2011) yang meneliti mengenai

analisis fungsi investasi pada sektor industri manufaktur dan dampak investasi

pada kebutuhan impor Indonesia bahwa hasil penelitian terhadap variabel inflasi

menunjukkan pengaruh secara positif dan signifikan. Dengan kenaikan inflasi

dimana harga produk dalam negeri meningkat menyebabkan impor atas barang

dengan jenis yang sama dari negara lain. Hal ini disebabkan harganya lebih murah

(24)

dijelaskan oleh Agbola dalam Maharani (2007) dalam penelitiannya mengenai

pengaruh nilai tukar terhadap neraca perdagangan Indonesia bahwa suku bunga

luar negeriberpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai impor. Dengan suku

bungafed yang terus meningkat di Amerika memicu masyarakatnya untuk lebih

banyak mengimpor barang dari negara lain, hal ini akan meningkatkan permintaan

produk dari Indonesia sehingga lebih banyak mengekspor daripada mengimpor.

Dari keterkaitan yang telah dijelaskan dan didukung oleh penelitian pada

periode-periode sebelumnya, maka alur yang digunakan sebagai berikut:

Nilai Tukar

+

PDB Harga Konstan +

Inflasi +

-Suku Bunga Luar Negeri

Nilai Impor

Non Migas

Gambar 7. Model Kerangka Pemikiran Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi, dan Suku Bunga Luar Negeri Terhadap Nilai Impor Non Migas di Indonesia Periode 2001:I 2012:IV

E. Hipotesis

Berikut ini beberapa hipotesis dari kaitan antar variabel di atas yaitu:

1. Diduga nilai tukar (ER) yang terapresiasi berpengaruh positif terhadap

nilai impor non migas dalam jangka panjang dan jangka pendek.

2. Diduga produk domestik bruto (Y) berpengaruh positif terhadap nilai

(25)

3. Diduga inflasi (INF) berpengaruh negatif terhadap nilai impor non migas

dalam jangka panjang namun berpengaruh positif dalam jangka pendek.

4. Diduga suku bunga luar negeri (RLN) berpengaruh negatif terhadap nilai

impor non migas dalam jangka panjang tetapi berpengaruh positif dalam

jangka pendek.

5. Diduga nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, dan suku bunga luar

negeri secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai impor non migas

dalam jangka panjang dan jangka pendek.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian terhadap nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, dan suku bunga

luar negeri terhadap nilai total impor ini memiliki cakupan yang luas. Ruang

lingkup yang menjadi bagian penelitian untuk skripsi ini adalah dalam lingkup

nasional. Data yang terlampir terbilang dalam bentuk triwulan sejak periode

2001:I–2012:IV. Serta dalam cara pengujiannya dalam bentuktime-series.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini yaitu:

Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, permasalahan, tujuan,

kerangka pemikiran, hipotesis, ruang lingkup penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan pustaka yang berisi konsep dan teori perdagangan

inter-nasional, impor, nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, dan

suku bunga luar negeri.

Bab III Metode penelitian yang berisi operasionalisasi variabel, jenis dan

(26)

Bab IV Hasil dan pembahasan berisi analisis hasil perhitungan secara

kuantitatif dan deskriptif.

Bab V Kesimpulan dan Saran.

Daftar Pustaka

(27)
(28)

A. Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional merupakan perdagangan antara dua negara atau lebih

yang didasarkan kesepakatan bersama. Menurut Amir M.S, dibandingkan dengan

perdagangan dalam negeri, perdagangan internasional sangat rumit dan kompleks

karena terdapat beberapa batasan yang memicu hambatan bagi kedua negara.

Negara-negara yang memiliki potensi untuk memproduksi suatu barang sebagian

besar berkeinginan untuk melakukan perdagangan internasional. Seperti negara

Indonesia yang memiliki banyak sumber daya alam dan mampu mengolahnya dan

diekspor ke luar negeri. Sebaliknya, Indonesia juga mengimpor beberapa jenis

produk dari negara-negara lainnya.Tidak hanya memajukan perekonomian,

per-dagangan internasional juga memberikan beberapa manfaat seperti yang

dijelaskan oleh Sadono Sukirno:

1. Menjalin persahabatan antar negara

2. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri

3. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi

4. Memperluas pasar dan menambah keuntungan

(29)

Teori Perdagangan Internasional

Terdapat tiga bentuk teori yang mendasari perdagangan internasional yaitu:

1. Teori Praklasik Merkantilisme

Teori ini mengemukakan beberapa kebijakan perdagangan seperti mendorong

ekspor sebanyak-banyaknya kecuali logam mulia dan membatasi banyaknya

impor kecuali logam mulia. Sampai saat ini masih sering digunakan oleh berbagai

negara dengan bentuk“Neo Merkantilisme”yaitu kebijakan proteksi untuk

me-majukan perekonomian dengan menggunakan kebijakan tarif (Tariff Barrier) dan

kebijakan non tarif (Non-Tariff Barrier). David Hume mengkritik teori ini dengan

mengungkapkan bahwa perubahan dari raja/negara yang kaya/makmur menjadi

negara/raja yang miskin menurut pahammerkantilismeini dianggap sebagai

“Mekanisme Otomatis”.

2. Teori Klasik

Terdapat dua pendapat yang diungkapkan oleh para ahli yaitu:

1. Absolute Advantageoleh Adam Smith, yang menjelaskan bahwa suatu

negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional dengan

cara meng-ekspor jika memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage)

dan mengimpor jika tidak memiliki keunggulan mutlak (absolute

disadvantage). Keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan

kemampuan suatu negara untuk meng-hasilkan suatu barang dan jasa per

unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding

kemampuan negara-negara lain (Deliarnov, 1995 : 198). Namun

kelemahan Teori Adam Smith ini adalah perdagangan antara dua negara

(30)

berbeda, apabila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut

untuk kedua jenis produk maka manfaat perdagangan internasional (gain

from trade) tidak akan didapatkan.

2. Comparative Advantageoleh David Ricardo, yang menjelaskan bahwa

suatu negara akan mendapatkan manfaat perdagangan internasional jika

melakukan spesialisasi. Ekspor dilakukan saat negara tersebut memiliki

kecenderungan untuk berproduksi lebih efisien dan melakukan impor

ketika relatif kurang efisien.Kelemahan teori ini adalah dengan adanya

perbedaan fungsi tenaga kerja yang menyebabkan perbedaan efisiensi dan

produktivitas antara kedua negara. Sehingga menimbulkan perbedaan

harga barang sejenis di kedua negara. Teori Klasik tidak dapat

menjelaskan mengapa terjadi perbedaan tersebut walaupun fungsi faktor

produksi sama di kedua negara.

3. Teori Modern

Teori Hecksher-Ohlin yang diungkapkan oleh Eli Hecksher dan Bertil Ohlin ini

menjelaskan bahwa harga suatu produk akan ditentukan oleh faktor produksi yang

dimiliki masing-masing negara dan setiap negara akan melakukan spesialisasi dan

ekspor karena memiliki faktor produksi yang relatif banyak.

B. Impor

Kata„impor‟identik dengan suatu perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara

dengan negara lainnya yang merupakan mitra dagangnya. Impor adalah kegiatan

yang memasukkan atau membeli barang dan jasa dari luar negeri ke dalam negeri

(31)

juga diartikan sebagai perdagangan dengan memasukkan barang dari luar negeri

ke wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1996

: 403). Kegiatan impor ini juga dapat menghasilkan devisa yaitu masuknya mata

uang asing ke suatu negara yang dapat digunakan untuk membayar pembelian

barang-barang impor tersebut. Barang-barang yang diperjual-belikan juga

ber-macam-macam. Untuk sektor migas seperti minyak bumi, gas, serta hasil

olahan-nya. Sedangkan dari sektor nonmigas seperti tekstil, hasil perkebunan, pertanian,

pertambangan, perikanan, dan berupa barang olahan lainnya selain minyak dan

gas.

Dengan era globalisasi seperti saat ini yang memberikan banyak pendapat pihak

yang setuju maupun tidak.Beberapa bentuk globalisasi di Indonesia seperti

per-dagangan internasional ini juga memberikan efek positif maupun negatif. Menurut

Cochrane dan Pain bahwa terdapat tiga posisi yang dapat diketahui yaitu:

1. Golongan globalis yang percaya bahwa globalisasi memiliki konsekuensi

ter-hadap lembaga dan masing-masing orang dapat berjalan di dunia ini.

2. Golongan tradisionalis yang lebih mempercayai adanya kapitalisme pada

tahun-tahun sebelumnya dan terus berlanjut hingga saat ini. Oleh karena itu golongan ini

lebih kepada pola pikiran yang menepis adanya globalisasi melainkan kelanjutan

kapitalisasi.

3. Golongan transformasionalis yang berada diantara dua golongan sebelumnya.

Golongan ini sepakat bahwa golongan globalis telah melebih-lebihkan teori ini

namun juga tidak menyangkal adanya globalisasi saat ini.

Saat ini globalisasi perekonomian memberikan peran yang sangat besar pada

(32)

ke-terbatasan antar negara memungkinkan pasar domestik menjadi lebih terbuka

ter-hadap pasar internasional dan begitu pula sebaliknya.Hal ini menyebabkan

per-dagangan internasional menjadi lebih berkembang. Menurut Tanri Abeng,

be-berapa bentuk nyata dari globalisasi yaitu sebagai berikut:

1. Globalisasi produksi. Kegiatan ini dilakukan di berbagai negara dengan tujuan

upah produksi menjadi lebih rendah.Hal ini dipengaruhi oleh tarif masuk yang

murah, upah buruh yang rendah, dan lainnya.

2. Globalisasi pembiayaan. Banyaknya perusahaan besar di masing-masing negara

membuka peluang untuk mendapatkan pinjaman atau investasi langsung maupun

portofolio.

3. Globalisasi tenaga kerja. Pada perusahaan-perusahaan besar di seluruh dunia,

penggunaan tenaga kerja merupakan hal yang diutamakan.Sehingga penempatan

posisi untuk menangani masing-masing urusan sangat dipertimbangkan, seperti

penempatan staf profesional yang telah memiliki banyak pengalaman sebelumnya.

4. Globalisasi jaringan informasi. Dengan informasi yang semakin berkembang

membuat pasar meluas ke seluruh dunia dengan jenis produk yang

seragam.Misalnya, iklan Dunkin Donuts yang telah terkenal membuat masyarakat

menuju selera global.

5. Globalisasi perdagangan. Kegiatan ini terwujud dalam penyeragaman tarif dan

penghapusan hambatan non-tarif.Sehingga persaingan pasar menjadi lebih adil

dan ketat.

Peranan impor sangat dibutuhkan dalam suatu negara namun tidak jarang terjadi

(33)

ekspor, sedangkan surplus terjadi jika keadaan sebaliknya.Peningkatan impor

yang berefek pada membanjirnya produk dari luar negeri menyebabkan banyak

pengangguran karena masyarakat lebih menyukai produk yang didatangkan dari

luar negeri daripada barang dengan kualitas dalam negeri yang terbagi menjadi

hasil kerajinan tangan ataupun buatan pabrik. Ketika melakukan impor, sangat

penting untuk mengetahui harga dunia saat itu. Kenaikan atau penurunan harga

secara tiba-tiba dan dalam jumlah yang besar untuk komoditas yang

diperdagang-kan adiperdagang-kan memberidiperdagang-kan risiko terhadap negara importir. Dengan perekonomian

yang lebih berkembang membuat negara lain berusaha memasarkan produk

impornya di Indonesia dan upaya pemerintah seperti kebijakan tarif dan non tarif

sangat berperan agar produk impor tidak mendominasi pasar domestik. Terlebih

lagi untuk negara berkembang seperti Indonesia yang belum mampu untuk

meng-hasilkan produk sendiri seperti barang elektronik. Hal ini didukung oleh pendapat

Panetto (2011) bahwa barang-barang impor yang memiliki permintaan yang

cu-kup elastis di negara-negara yang sedang berkembang adalah antara lain barang

elektronik dari berbagai jenis produksi. Tidak hanya barang elektronik tetapi

produk lainnya yang tergolong ke dalam produk non migas dan migas juga

banyak diimpor.

C. Nilai Tukar dan Impor

Nilai tukar suatu negara merupakan hal terpenting dalam kegiatan perekonomian

terutama di bidang perdagangan internasional salah satunya yaitu impor. Karena

bagi para pedagang terutama harus mengetahui besar nilai tukar di hari mereka

akan mengekspor atau mengimpor barang. Seperti beberapa teori yang melandasi

(34)

Ph. D (1995 : 183)bahwa menurut Gustava Bassel Theory Purchasing Parity

mengatakan bahwa perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lain

ditentukan oleh daya beli yang tersebut terhadap barang dan jasa.Beberapa teori

yang mendasari nilai tukar antara lain:

1. TeoriPurchasing Power Parity

Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Martin de Azpilcueta Navarro pada

tahun 1556. Teori ini menyatakan bahwa harga barang di suatu negara harus sama

dengan harga barang serupa di negara lain sesuai dengan tingkat nilai tukar yang

berlaku antar kedua negara tersebut yang disebut denganThe Law Of One Price.

2. Teori Elastisitas

Exchange rate is simply the price of foreign exchange which maintains the

balance payment in equilibrium.”(Luca, 1995) yang menjelaskan bahwa nilai

tukar adalah harga dari valuta asing untuk mempertahankan neraca pembayaran

internasional suatu negara agar tetap berada pada tingkat equilibrium.Respon nilai

tukar terhadap neraca perdagangan dipengaruhi oleh elastisitas permintaan

terhadap perubahan harga.Sifat elastis dan inelastis terhadap ekspor dan impor

sangat berpengaruh terhadap neraca perdagangan internasional sehingga nilai

tukar harus menyesuaikan pada kondisi saat itu.

Juga terdapat dua istilah yang biasa digunakan yaitu apresiasi dan depresiasi.

Apresiasi yang merupakan mata uang yang mengalami penguatan terhadap mata

uang lainnya, fenomena ini juga akan membuat harga-harga barang Indonesia di

luar negeri menjadi lebih mahal. Artinya bahwa eksportir dirugikandan importir

akandiuntungkandan ini menjadi salah satu sumber pendapatan negara yang

(35)

yang mengalami penurunan nilai terhadap mata uang lainnya sehingga permintaan

barang-barang yang berasal dari Indonesia akan lebih murah. Hal ini akan

me-rugikan importir dan menguntungkan eksportir. Telah dijelaskan dalam teori

konvensional mengenai perdagangan internasional bahwa depresiasi nilai tukar

dari suatu mata uang akan membuat daya saing harga dari produk buatan

Indonesia membaik yang selanjutnya membuat volume ekspor Indonesia

me-ningkat.Saat nilai tukar rupiah melemah menyebabkan harga produk impor yang

ada di Indonesia menjadi lebih mahal dan dapat mengakibatkan meningkatnya

inflasi.

Macam-macam nilai tukar atau kurs yaitu:

1. Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange RateSystem)

Adalah sistem kurs yang ditetapkan oleh bank sentral tanpa melihat jumlah

per-mintaan atau penawaran di pasar uang.

2. Sistem Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange

RateSystem)

Adalah salah satu sistem kurs yang membebaskan kaitan antara permintaan

de-ngan penawaran di pasar uang. Pada sistem ini keterkaitan sistem harga akan

ter-bentuk dengan sendirinya. Menurut Krugman dan Obstfeld (2000 : 485) bahwa

managed floating exchange rate systemadalah sebuah sistem dimana pemerintah

mengatur perubahan nilai tukar tanpa bermaksud untuk membuat nilai tukar

dalam kondisi tetap. Kurs ini mengembangkan beberapa jenis lainnya seperti:

Sistem kurs mengambang murni (clean float) yaitu sistem kurs

(36)

Sistem kurs mengambang kurang murni (dirty float) yaitu sistem kurs

mengambang yang masih diintervensi oleh pemerintah dalam rangka

menstabilkan kurs valuta asing.

3. Sistem Kurs Mengambang Bebas (Free Floating Rate System)

Adalah kurs yang ditujukan kepada negara yang perekonomiannya sudah

mapan.Pemerintah hampir tidak melakukan intervensi dan menyerahkan

pengaturan nilai tukar sepenuhnya kepada pasar.

Ketika mengalami depresiasi maka permintaan atas produk menjadi lebih banyak

dan impor menurun.Kaitan ini seperti yang diungkapkan oleh Mankiw (2003 : 220

–221) bahwa ketika terjadi depresiasi maka mata uang tersebut lemah. Pro-duk

yang diimpor menjadi lebih sedikit karena negara pengimpor harus membayar

lebih banyak pada tingkat nilai tukar tertentu.Hal ini seiring menurut penelitian

yang dilakukan oleh Cahyono dalam Septiana (2011) dan dapat disimpulkan

bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar dan cadangan devisa memiliki pengaruh

terhadap impor Indonesia dari Amerika Serikat.

D. Produk Domestik Bruto dan Impor

Pendapatan Domestik Bruto merupakan pendapatan di suatu negara yang terdiri

dari kumpulan barang dan jasa selama tahun tertentu. Dalam pendapatan domestik

bruto per kapita, kita mengenal adanya dua perhitungan yang digunakan yaitu:

1. Pendapatan domestik bruto per kapita atas dasar harga berlaku yaitu

menggam-barkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan

menggunakan harga pada setiap tahun.

2. Pendapatan domestik bruto per kapita atas dasar harga konstan yaitu

(37)

menggunakan harga pada suatu tahun tertentu sebagai dasar perhitungan

ini.

Teori yang berkaitan dengan PDB diantaranya:

1. Teori Schumpeter

Teori ini menggambarkan proses pembangunan dan faktor yang

mempengaruhi-nya. Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan

eko-nomi adalah menekankan pada faktor inovasientrepreneursebagai motor

peng-gerak pertumbuhan ekonomi kapitalistik.Schumpeter membedakan antara

per-tumbuhan ekonomi sebagai peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh

banyaknya faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi itu sendiri,

sedangkan pembangunan ekonomi adalah peningkatan output yang disebabkan

oleh inovasi yang dilakukan oleh wiraswasta.

2. Teori Keynesian(Harrod–Domar)

Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh dua ekonom yaitu R. F. Harrod dan

Evsey Domar. Teori ini muncul sebagai analisis lain dari teori Keynes dan

menjelaskan syarat-syarat perekonomian untuk berkembang dalam jangka

pan-jang dan diungkapkan oleh Harrod–Domar bahwa perekonomian dapat

me-nyisihkan satu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk

mengganti barang-barang modal yang rusak namun untuk menumbuhkan

perekonomian tersebut dibutuhkan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok

modal.Analisis yang dilakukan oleh Harrod–Domar dijelaskan oleh Tarigan

(2005) yaitu pertumbuhan jangka panjang hanya bisa dicapai apabila syarat-syarat

(38)

PDB di suatu negara sangat mempengaruhi kegiatan impor terutama setelah

pro-ses industrialisasi berubah. Hal ini menyebabkan Indonesia lebih konsentrasi

ter-hadap impor. Ketika PDB meningkat akan memicu daya beli masyarakat menjadi

lebih besar. Seperti yang dijelaskan Lindert dan Kindenberger (1995) bahwa

ke-cenderungan marginal mengimpor (Marginal Propensity to Import) yang

merupa-kan nisbah perubahan nilai impor terhadap pendapatan nasional riil (dengan harga

konstan) yang menyebabkan perubahan terhadap impor.Peluang produk impor

untuk dikonsumsi masyarakat pun semakin meningkat, terlebih lagi saat ini

ma-yoritas kebutuhan sehari-hari didatangkan dari luar negeri seperti bahan

makanan.Kaitan ini juga dijelaskan pada penelitian sebelumnya oleh Cahyono

dalam Septiana (2011) yang mengungkapkan bahwa PDB berpengaruh signifikan

terhadap impor di Indonesia dari Amerika Serikat.

E Inflasi dan Impor

Inflasi merupakan salah satu hal terpenting di dalam perekonomian. Yang

di-maksud dengan inflasi adalah keadaan dalam suatu perekonomian dimana terjadi

kenaikan harga secara tajam dan terus-menerus. Karena setiap peningkatan atau

penurunan tingkat inflasi itu sangat berpengaruh dengan aktivitas per-ekonomian

lainnya sepertiinvestasi, ekspor, dan impor yang akan berkurang karena

ke-mungkinan keuntungan yang didapat juga akan menurun. Menurut Sukirno (2002

: 16)bahwa kecenderungan seperti ini akan memperlambat perekonomian. Seperti

yang terjadi dalam perdagangan internasional ini karena sebagai mitra dagang

harus mengetahui kondisi perekonomian masing-masing negara salah satunya

(39)

Terdapat beberapa teori mengenai inflasi antara lain:

1. Teori Inflasi Klasik

Teori ini mengungkapkan keterkaitan inflasi dengan jumlah uang beredar yang

dapat diketahui dari nilai uang dengan jumlah uang dan nilai uang dengan harga.

Menurut pandangan ini, inflasi berarti bahwa terlalu banyak jumlah uang beredar

atau kredit pada masyarakat dibandingkan volume transaksinya.

2. Teori Inflasi Keynes

Keynes mengungkapkan bahwa kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap

permintaan total karena inflasi dapat terjadi jika tingkat kuantitas uang konstan.

Saat jumlah uang beredar meningkat maka harga akan naik yang memicu

permintaan uang untuk bertransaksi meningkat, dengan demikian akan menaikkan

suku bunga. Menurut Keynes, inflasi yang penting adalah yang diakibatkan oleh

pengeluaran pemerintah.

3. Teori Inflasi Moneterisme

Teori ini berpendapat bahwa keadaan ini terjadi karena kebijakan moneter dan

fiskal yang ekspansif. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat dikendalikan

dengan menurunkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal

yang bersifat kontraktif.

Terdapat dua penyebab terjadinya inflasi yaitu:

1. Inflasi tarikan permintaan ataudemand pull inflation

yaitu inflasi yang terjadi akibat permintaan yang tinggi pada pasar

sehinggamengakibatkan melonjaknya faktor-faktor produksi. Inflasi jenis ini

biasanya ter-jadi pada kondisifull employment yang biasanya disebabkan oleh

(40)

2. Inflasi desakan biaya ataucost push inflation

yaitu inflasi yang terjadi karena kelangkaan faktor produksi atau distribusi.

Seperti saat suatu barang menjadi langka namun permintaan meningkat maka

akan menyebabkan peningkatan harga.

Juga terdapat pada pendapat yang diungkapkan oleh Sukirno (2004)bahwa inflasi

sebagai akibat dari impor akan menyebabkan stagflasi seperti yang terjadi pasca

krisis ekonomi, stagflasi menggambarkan dimana kegiatan ekonomi semakin lama

semakin menurun, pengangguran semakin tinggi dan pada waktu yang sama

pro-ses kenaikan harga-harga semakin tinggi.Kondisi inflasi di suatu negara akan

berpengaruh terhadap banyaknya jumlah barang yang akan diekspor atau bahkan

diimpor oleh suatu negara.

Ketika terjadi inflasi maka harga produk dalam negeri akan meningkat. Salah satu

kebijakan pemerintah adalah dengan mengimpor produk dari luar negeri. Seperti

yang terjadi saat ini adalah harga bawang dalam negeri meningkat tajam dan

konsumen tidak memiliki daya beli yang cukup untuk membeli bawang tersebut.

Oleh karena itu pemerintah mengambil keputusan dengan mengimpor bawang

dari Birma yang harganya lebih murah dan kualitasnya tidak lebih baik dari

bawang dalam negeri. Keterkaitan inflasi dengan impor yang berpengaruh

sig-nifikan ini seperti pendapat yang diungkapkan oleh Sadono Sukirno (2004) bahwa

inflasi ini akan terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan

harga mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluaran

(41)

F. Suku Bunga Luar Negeri dan Impor

Suku bunga adalah suatu bentuk pembayaran atas bunga yang pinjaman berbentuk

persentase.Suku bunga banyak berpengaruh di berbagai kegiatan perekonomian,

salah satunya impor. Menurut Karl dan Fair (2006 : 5), suku bunga adalah

pem-bayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman dalam bentuk persentase yang

di-peroleh dari jumlah bunga yang diterima setiap tahun dibagi dengan jumlah

pinjaman. Beberapa teori yang mendasari suku bunga adalah:

1. Teori Klasik

Dalam teori ini, suku bunga berpengaruh besar terhadap tabungan dan

investasi.Merupakan penggabungan stok modal dan uang dimana saat modal

meningkat, suku bunga juga meningkat.Sebaliknya, semain banyak modal

semakin rendah suku bunga (Nasution dalam Sappewali, 2001).

2. Teori Suku Bunga Keynes

Suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan uang.Keynes

mengasumsikan bahwa perekonomian saat itu belumfull employmentsehingga

pro-duksi dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat harga maupun tingkat upah.

Dengan suku bunga yang rendah maka tingkat investasi akan meningkat dan akan

berpengaruh terhadap produk nasional dalam jangka pendek.

3. Teori Hicks

Hicks mengemukakan pandangannya bahwa suku bunga akan seimbang jika telah

memenuhi keseimbangan sektor moneter dan sektor riil. Teori ini merupakan

gabungan dari mahzab klasik dan keynessian dimana klasik menyatakan uang

(42)

satu motif spekulasi dan memperoleh keuntungan, dengan inilah masyarakat akan

membayar bunga.

Suku bunga terdiri atas dua tipe yaitu:

1.Suku bunga riil adalah tingkat suku bunga yang telah dikurangi dengan inflasi.

2.Suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang memberikan

pengembali-an terhadap investasi ypengembali-ang dilakukpengembali-an.

Jika suku bunga luar negeri yang menurun memicu permintaan barang-barang luar

negeri akanmenurun sehingga nilai tukar terapresiasi dan impor akan meningkat.

Sebaliknya, di Indonesia hal tersebut akan memicu nilai tukar menjadi

terdepresi-asi dan meningkatkan ekspor ke Amerika Serikat. Oleh karena itu barang yang

diekspor akanmeningkat dan barang yang diimpor akan menurun.Pada

per-ekonomian Indonesia yang tergolong masih berkembang dan sudah masuknya

globalisasi seperti sekarang ini membuat hubungan dengan negara lain lebih

berkembang.Seperti perdagangan internasional yang semakin lama berperan besar

terhadap perekonomian di Indonesia. Dengan berkembangnya globalisasi akan

membuat hubungan Indonesia dengan negara lain semakin luas. Tidak hanya itu,

faktor seperti suku bunga luar negeri juga harus diperhitungkan jika akan

melakukan perdagangan internasional karena terkait dengan keadaan ekonomi

antara Indonesia dengan negara mitra dagangnya. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Agbola dalam Maharani (2007) bahwa dengan peningkatan

suku bunga luar negeri (fed) akan tidak meningkatkan nilai impor dalam jangka

(43)

G. Tinjauan Empiris

Analisis yang dilakukan merupakan kaitan antara nilai tukar, pendapatan nasional,

inflasi, dan suku bunga luar negeri terhadap nilai impor non migas di Indonesia.

Dari perhitungan sebelumnya diketahui bahwa nilai tukar sangat berpengaruh

ter-hadap perdagangan impor. Karena dengan nilai tukar yang semakin meningkat

menyebabkan impor semakin sedikit. Hal ini terjadi saat depresiasi yang

meng-untungkan eksportir dan merugikan importir. Sedangkan pada variabel

pendapat-an nasional ternyata memicu konsumsi masyarakat ypendapat-ang juga semakin meningkat

pada setiap tahunnya. Permintaan produk impor terus bertambah yang ditandai

dengan peningkatan nilai impor. Pemenuhan atas kebutuhan yang belum

seutuh-nya bisa dihasilkan di Indonesia membuat konsumen harus melakukan kegiatan

impor. Saat tingkat inflasi di Indonesia tidak berpengaruh secara signifikan

ter-hadap impor. Pada umumnya jika inflasi meningkat maka produk yang diimpor

semakin sedikit, namun hal ini tidak berlaku di Indonesia. Dari data yang

di-peroleh dapat diketahui bahwa walaupun inflasi terus meningkat ternyata tidak

membuat nilai impor berkurang. Begitu pula ketika suku bunga luar negeri yang

meningkat menyebabkan nilai tukar menurun sehingga banyak barang dari luar

negeri yang diimpor.

Namun sebagai acuan dalam menulis tinjauan empiris ini, telah ada beberapa

pe-nelitian yang menjadi dasar penulis untuk mempelajari permasalahan dan

(44)

1. M A B Siddique (Estimation Of An Import Demand Function For

Indonesia: 1971-93)

Doroodian et al (1994) mengembangkan analisis dari penelitian sebelumnya yang

bertujuan untuk membuat spesifikasi dan mengestimasi fungsi permintaan impor

agregat di Indonesia. Hasil empiris membuktikan harga dan PDB riil sangat

mem-pengaruhi permintaan impor. Secara umum, impor di Indonesia menunjukkan

bahwa jika pertumbuhan ekonomi semakin meningkat maka permintaan atas

produk impor juga meningkat.

2. Eko Atmadji (Analisis Impor Indonesia, 2004)

Banyaknya produk yang diimpor oleh Indonesia tidak terlepas dari pengaruh

krisis ekonomi tahun 1997.Dari empat variabel yang digunakan yaitu derajat

ke-terbukaan impor (DKI), derajat konsentrasi komoditas (DKK), derajat konsentrasi

geografis (DKG), dan besaran nilai imporautonomous(Mo) danMarginal

Propensity to Import(m), hanya angka DKI serta DKG yang meningkat karena

krisis. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan menunnjukkan bahwa negara

Indonesia berada dalam tingkat kerawanan impor yang tinggi.

3. José Manuel Campa, Linda S. Goldberg (Exchange Rate Pass-Through

Into Import Prices: A Macro Or Micro Phenomenon?,2002)

Devereux dan Engel (2001) serta Bacchetta dan vanWincoop (2001) menjelaskan

bahwa dalam jangka panjang,producer-currency-pricing(PCP) lebih lazim untuk

barang-barang impor. Dengan inflasi dan volatilitas nilai tukar yang lebih tinggi

berkaitan denganexchange ratepass-throughterhadap harga impor. Penelitian

yang telah dilakukan antar negara, tahaptime-series,dan dengan spesifikasi

(45)

impor. Dapat disimpulkan bahwa dari ketiga bentuk penelitian tersebut,

makroekonomi telah menunjukkan perannya walaupun terbatas menjelaskan

perbedaan level elastisitaspass-throughterutamapass-throughuntuk harga impor

lebih rendah dalam lingkup negara dengan rata-rata inflasi dan variabilitas nilai

tukar yang lebih rendah. Jadi, dengan pergantian manufaktur pada suatu negara

yang mempengaruhipass-throughmenjadi lebih tinggi maka harga impor juga

akan semakin baik.

4. José Manuel Campa, Linda S. Goldberg, José M. González-Mínguez

(Exchange-Rate Pass-Through To Import Prices In The Euro Area, 2005)

Penelitian ini dikemukakan oleh Bacchetta dan van Wincoop (2002) serta

Goldberg dan Tille (2005) mengenai analisis empiris dari transmisi pergerakan

nilai tukar pada nilai impor di negara-negara yang tergabung dalamEuropean

Monetary Union(EMU). Hasil yang diperoleh menunjukkan pada transmisi

per-ubahan nilai tukar untuk harga impor pada jangka pendek adalah tinggi dan

ber-beda pada masing-masing industri serta negara.Sedangkan pada jangka panjang,

transmisi lebih tinggi daripada jangka pendek. Meskipun tidak terdapat bukti

bah-wa euro yang menyebabkan perubahan transmisi ini, tetapi euro memiliki

ke-untungan untuk mengurangiexchange rate pass-throughuntuk harga impor.

5. Haroon Mumtaz, Özlem Oomen and Jian Wang (Exchange Rate

Pass-Through Into UK Import Prices, 2006)

Haroon Mumtaz, Özlem Oomen and Jian Wangmenguji analisisnya dengan

menggunakan estimasiexchange rate pass-through(ERPT) terhadap harga impor

di Inggris pada periode 1984–2004. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

(46)

juga terdapat penurunan tingkat ERPT periode 1995 yang kemungkinan

[image:46.595.114.510.176.753.2]

disebab-kan oleh peningkatan stabilitas ekonomi Inggris.

Tabel 1. Studi-studi Terdahulu Berkaitan Dengan Penelitian

No. Peneliti dan

Tahun Penelitian Judul Penelitian Alat Analisis Variabel Kesimpulan

1. M A B

Siddique Estimation Of An Import Demand Function For Indonesia: 1971-93

PAR ✁Impor

-PDB riil -Pertumbuh-an ekonomi Harga dan PDB riil sangatmem penga-ruhi permintaan impor. Dengan pe-ningkatan pertumbuh-an ekonomi maka per-mintaan atas produk impor juga meningkat.

2. Eko Atmadji

(2004)

Analisis Impor Indonesia

PAM ✁Impor

-Derajat Keterbukaan Impor - Derajat Konsentrasi Geografis -Derajat Konsentrasi Komoditas -Nilai impor autonomous dan marginal propensity to impor Dari per-hitungan DKI, DKG, DKK, Mo, dan M yang menunjuk-kan adanya kerawanan terhadap impor. Oleh karena itu Indonesia perlu berhati-hati dalam me-lakukan in-dustri subs-titusi impor (ISI). 3. José Manuel Campa, Linda S. Exchange Rate Pass-Through Into Import

OLS ✁Impor

(47)

Goldberg (2002) Prices: AMacro Or Micro Phenomenon -Inflasi -Nilai Tukar Nominal -PDB riil dalam OECD, jika perekonomi annya berubah menjadi lebih maju yang di-tandai dengan banyaknya jumlah manufaktur. Ketika pass-through meningkat makaharga impor juga meningkat.

4. José Manuel

Campa, Linda S. Goldberg, José M. González-Mínguez (2005) Exchange-Rate Pass-Through To Import Prices In The Euro Area

ECM -Harga Impor

(48)

5. Haroon Mumtaz, Özlem Oomen and Jian Wang (2006)

Exchange Rate Pass-Through Into UKImportPri ces

OLS ✂Harga impor

-Exchange Rate Pass-Through - Impor agregat

(49)
(50)

III. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi,

dan Suku Bunga Luar Negeri Terhadap Nilai Impor Non Migas di Indonesia

(Periode 2001:I–2012:IV) digunakan variabel nilai tukar, produk domestik bruto,

inflasi, dan suku bunga luar negeri. Penjelasan mengenai variabel-variabel sebagai

[image:50.595.109.496.355.554.2]

berikut:

Tabel 2. Deskripsi Data Input

No. Variabel Nama Satuan Sumber Data

Pengukuran

1. Nilai Impor

Non Migas LMNM Juta USD BPS

2. Nilai Tukar LER Rp/US$ Bank

Indonesia

3. Produk

Domestik

LPDB Miliar Rupiah BPS

Bruto

4. Inflasi INF Persen Bank

Indonesia

5. RLN RLN Persen Bank

(51)

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut

runtun waktu (time-series)dengan periode 2001:I–2012:IV.Data-data ini

ber-sumber dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik.

B. Operasionalisasi Variabel

Penjelasan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitiandapat

diketahui pada operasionalisasi variabel berikut ini:

1. Nilai impor non migas merupakan nilai dari sektor selain migas yang dihitung

pemerintah Indonesia selama periode yang telah ditentukan. Data nilai impor yang

digunakan berasal dari berbagai negara dengan nilai satuan dolar AS dan

ber-sumber dari Badan Pusat Statistik.

2. Nilai tukar merupakan nilai perbandingan mata uang suatu negara terhadap

mata uang negara lain.Dalam perhitungannya menggunakan data nilai tukar

tengah. Data ini menggunakan satuan Rp/US$ dan bersumber dari Bank

Indonesia.

3. Produk domestik bruto yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk

domestik bruto (PDB) berdasarkan harga konstan 2000.Data ini dalam satuan

rupiah dan bersumber dari Badan Pusat Statistik.

4. Inflasi merupakan peningkatan harga secara umum dan terus-menerus dan

ber-kaitan dengan mekanisme pasar. Jenis inflasi yang digunakan merupakan inflasi

IHK yang mencakup inflasi secara keseluruhan. Data dalam satuan miliar rupiah

dan bersumber dari Bank Indonesia.

5. Suku bunga luar negeri merupakan suku bunga berdasarkan kebijakan bank

(52)

internasio-nal. Data yang digunakan menggunakan satuan persen dan bersumber dari Bank

Indonesia.

C Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan untuk membantu mengolah data nilai impor non

migas (MNM) dan variabel-variabel bebas (independent) yaitu nilai tukar (ER),

produk domestik bruto (PDB), inflasi (INF), dan suku bunga luar negeri (RLN)

adalah ECM (Error Correction Model). Ini digunakan untuk mengoreksi

ketidak-seimbangan jangka pendek menuju keketidak-seimbangan jangka panjang.Berikut ini

tahapan-tahapan pengujian yang digunakan:

1. Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Dalam pengujian jenis ini untuk melihat data-data yang digunakan apakah

merupakan jenis data yang stasioner atau tidak.Jika hasil pengujian yang

dilakukan menolak hipotesis untuk semua variabel, maka estimasi dengan

menggunakan regresi linier OLS dan ini menunjukkan bahwa data tersebut

stasioner. Namun jika hasil pengujian menerima hipotesis atasuji root, berarti

data yang digunakan tidak stasioner. Maka digunakan langkah diferensiasi

pertama untuk kembali menguji stasioner atau tidak begitu pula dengan

diferensiasi keduanya. Yang digunakan dalam pengujian jenis ini adalah uji

Philips-Perron. Uji PP ini memasukkan unsur adanya autokorelasi dalam variabel

gangguan dengan memasukkan variabel independen berupa kelambanan

(53)

2. Uji Kointegrasi

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui agar tidak terjadispurious regression

yaitu regresi lancung pada datatime seriesyang antar variabel terikat dan variabel

bebasnya memiliki determinasi tinggi namun tidak bermakna. Pengujian ini dapat

dilakukan setelah uji unit akar terpenuhi. Dalam pengujian kointegrasi ini data

yang digunakan harus berintegrasi pada derajat yang sama(Widarjono, 2007).

Untuk pengujian kointegrasi ini digunakan uji kointegrasi dari Engle-Granger.

3. Error Correction Model

Penelitian ini menganalisis pengaruh nilai tukar riil, produk domestik bruto,

inflasi, dan suku bunga luar negeri terhadap nilai impor non migas. Oleh karena

itu dari uji kointegrasi oleh Engle-Granger menunjukkan bahwa jika dua variabe

atau lebih saling berkointegrasi, maka hubungan keduanya dapat dilakukan dalam

metodeError Correction Modelyang diformulasikan oleh Gujarati (2003)sebagai

berikut:

∆Yt=α0+α1∆Xt+α2εt-1+μt

Dimana:

∆Yt = Perubahan variabel Y pada periode t

∆Xt = Perubahan variabel yang digunakan pada periode t

α0 = Intersep

α1 = Koefisien dari perubahan variabel x

εt-1 = Nilai lag 1 periode darierror-term

μt = Nilai absolut dari tingkat keseimbangan

Dengan menerapkan pada variabel-variabel yang digunakan maka formula model

(54)

∆Yt=α0+α1∆Xt+α2εt-1+μt

Dimana:

∆Yt = Perubahan nilai impor non migas pada periode t

∆Xt = Perubahan variabel yang digunakan (nilai tukar, produk domestik bruto,

inflasi, dan suku bunga luar negeri) pada periode t

α0 = Intersep

α1 = Koefisien dari perubahan variabel x

εt-1 = Nilai lag 1 periode darierror-term

μt = Nilai absolut dari tingkat keseimbangan

4. Uji Asumsi Klasik

Asumsi Klasik ini dibagi menjadi beberapa pengujian seperti Uji Normalitas, Uji

Multikolineritas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Autokorelasi.Pengujian yang

dilakukan ini berkaitan dengan Uji Parsial (t) dan Uji F.

4.1. Uji Normalitas

Pengujian jenis ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel

lainnya atau residual memiliki distribusi normal. Dengan menggunakan

Jarque-Berra, maka:

H0menunjukkan data tersebar normal dan HAmenunjukkan data tersebar tidak

normal.Pada hasil probabilitas jika lebih dari 0,05 maka menunjukkan bahwa

hubungan antar variabelnya normal.

4.2 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan dimana adanya kaitan atau hubungan antara

(55)

(2004) bahwa uji asumsi multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Sedangkan

menurut Sumodiningrat (2001) untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinearitas dapat dilihat dariR-Square, F-hitung, t-hitung, danstandard

error. Metode untuk mengetahui multikolinearitas yaitu:

a. Dengan adanya nilai R2yang tinggi namun hanya sedikit variabel bebas yang

signifikan

b. Menggunakan korelasi parsial antar variabel bebas

Namun terdapat beberapa konsekuensi dengan adanya multikolinearitas yang

tinggi yaitu:

1. Meskipun masih BLUE (Based Linear Unbiased Equation) namun estimator

OLS memiliki varians dan co-varians yang besar.

2. Koefisien interval yang lebih melebar.

3. t-statistik secara statistik cenderung tidak signifikan.

Beberapa cara menguji multikolinearitas, yaitu:

1. Melakukan pengujian korelasi antar variabel bebas

2. Mencari nilai VIF(β1*) = 1/TOL = 1/(1-R12)

Sedangkan kriteria variabel-variabel yang digunakan memiliki masalah

multikolinearitas sebagai berikut jika koefisien korelasi variabel yang digunakan

cukup tinggi yaitu di atas 0.85. Apabila nilai tersebut berada di bawah 0.85 maka

(56)

4.3 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi karenaerror-termmempunyai koefisien yang tidak

sama. Menurut Gujarati (2004),heteroskedastisitas merupakan salah satu

penyimpangan terhadap asumsi kesamaan varians (homoskedastis) yang tidak

konstan, yaitu varians error bernilai sama untuk setiap kombinasi tetap dari X1,

X2, X3, …, Xp. Salah satu cara untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas atau

tidak dalam suatu regresi, maka dengan Metode White yaitu:

1. Mengestimasi model dan mengetahui nilai residunya

2. Setelah itu mencariresidual test no-cross term, maka akan terbentuk

equationbaru

3. Akan terlihat di sana terdapat Obs*R-Squared, yang merupakan hasil dari

N*R-Squared

Keputusan adanya heteroskedastis atau tidak pada pengujian ini berdasarkan:

1. Jikaχ2hitung>χ2tabelmaka H0ditolak dan terdapat heteroskedastisitas

2. jikaχ2hitung<χ2tabelmaka H0diterima dan tidak ada heteroskedastisitas

4.4. Uji Autokorelasi

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linear antara

observasi yang satu dengan yang lainnya pada data tersebut baik dalam bentuk

time-seriesmaupuncross-section. Berikut ini beberapa cara untuk mengetahui

autokorelasi yaitu dengan metode Breusch-Godfrey. Metode ini memiliki

kelemahan dalam menentukan panjangnya kelambanan/lag(ρ). Ada atau tidaknya

autokorelasi tergantung pada kelambanan yang kita pilih.Breusch-Godfrey

(57)

t

t

Lagrange Multiplier(LM)2. Durbin-Watson untuk AR (1), maka hipotesis nol

tidak adanya autokorelasi untuk model AR (ρ)dapat dirumuskan sebagai berikut:

H0:ρ1=ρ2= ... =ρρ= 0

Ha:ρ1≠ ρ2= ...≠ ρρ ≠0

Keputusan ada atau tidaknya autokorelasi dapat diketahui dari distribusi pada

tabelchi-square(χ2)

Gambar

gambar yang menjelaskan perkembangan nilai total impor di Indonesia:
gambar berikut ini.
Gambar 3 Perkembangan Nilai Tukar di Indonesia Periode 2001:
Gambar 4. Perkembangan Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konstruksi sosial yang berasal dari kekuasaan patriarkhi mengakibatkan struktur sosial yang tidak adil dan bersifat tidak setara di antara mayoritas dan minoritas dalam konteks

Sesuai dengan hal tersebut, maka dengan ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk

Pada Gambar 3 dapat diketahui komposisi unsur dari hasil proses ekstraksi pasir besi memperlihatkan bahwa pada suhu 600 oC prosentase unsur Fe sebesar 76,46% dan unsur Ti sebesar

Dalam kegiatan ini instrumen yang digunakan adalah formulir pencatatan waktu tunggu, stopwatch, pedoman wawancara, alat perekam dan alat tulis. Penelitian dilakukan

Berdasarkan beberapa uraian yang telah dikemukakan diatas dimana investasi swasta, pengeluaran pemerintah, serta penyerapan tenaga kerja sangat mempengaruhi

sebagai bentuk intervensi dari komunitas internasional terhadap kedaulatan suatu negara, namun pembentukan lembaga peradilan ECCC ini didasari oleh ketidakmampuan

Bukan hanya itu, dengan adanya media sosial (Facebook) yang semakin canggih ini, banyak manusia yang terjerumus dan tertipu oleh berita-berita yang tidak benar

Fakta persidangan terungkap jika dalam perjalanannya sampai ditetapkannya 10 (sepuluh) nama Calon Anggota KPU Kabupaten Mamberamo Tengah oleh Tim Seleksi, dalam