• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keutamaan Al Qur an dalam Kesaksian Hadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keutamaan Al Qur an dalam Kesaksian Hadi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Tinjauan Buku

Judul : Keutamaan Al-Qur’an dalam Kesaksian Hadis

Penulis : Tim Lajnah Pentasihan Mushaf Al-Qur’an Penerbit : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011 Jumlah halaman : xxii + 344 hlm.

Imam Arif Purnawan

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Jakarta

Pengantar

Al-Qur’an merupakan bukti kasih sayang Allah swt kepada hamba-hamba-Nya. Ia hadir sebagai petunjuk dan cahaya bagi kehidupan manusia menuju kebahagiaan abadi. Allah ta’ala ber-firman:

ْﻦِﻜَﻟ َو ُنﺎَﳝِْﻹا َﻻَو ُبﺎَﺘ ِﻜْﻟا ﺎ َﻣ يِرْﺪَﺗ َﺖْﻨُﻛ ﺎ َﻣ ﺎَﻧِﺮ ْﻣَأ ْﻦِﻣ ﺎ ًﺣو ُر َﻚْﻴَﻟِإ ﺎَﻨ ْـﻴَﺣْو َأ َﻚِﻟَﺬَﻛَو

ٍﻢﻴ ِﻘَﺘ ْﺴُﻣ ٍطا َﺮِﺻ َﱃِإ يِﺪْﻬَـﺘَﻟ َﻚﱠﻧِإ َو ﺎَﻧ ِدﺎ َ ﺒ ِﻋ ْﻦِﻣ ُ ءﺎ َﺸَﻧ ْﻦَﻣ ِﻪِﺑ يِﺪْﻬَـﻧ ا ًرﻮُﻧ ُﻩﺎَ

ﻨْﻠ َﻌَﺟ

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) rµh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur'an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur'an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, Engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus.” (Q.S. asy-Syµr±/42: 52)

Mengenai ayat di atas, Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah dalam bukunya al-‘Ilmu Fa«luhµ wa Syarfuhµ menyatakan, “… Dan sesungguhnya kedua hal itu – yaitu Al-Qur’an dan iman – meru-pakan sumber segala kebaikan di dunia dan di akhirat. Memahami keduanya merupakan pengetahuan yang paling agung dan paling utama. Bahkan pada hakikatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu tentang keduanya.”1

Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk bergembira dengan kehadiran Al-Quran ini. Allah berfirman:

1Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah, al-‘ilmu fa«luhµ wa syarfuhµ, Majmu’ah

(2)

ٌﺔَْﲪَرَو ىًﺪُﻫَو ِروُﺪﱡﺼﻟا ِﰲ ﺎ َﻤِﻟ ٌءﺎَﻔِﺷَو ْﻢُﻜﱢﺑ َر ْﻦِﻣ ٌﺔَﻈِﻋْﻮَﻣ ْﻢُﻜْﺗ َ ءﺎ َﺟ ْﺪَﻗ ُسﺎﱠﻨﻟا ﺎ َﻬﱡـﻳَأ ﺎ َ ﻳ

َﲔِﻨ ِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ

)

٥٧

(

َنﻮُﻌ َﻤَْﳚ ﺎﱠ ِﳑ ٌﺮْـﻴَﺧ َﻮُﻫ اﻮ ُﺣَﺮْﻔَـﻴْﻠَـﻓ َﻚِﻟَﺬِﺒَﻓ ِﻪِﺘَْﲪَﺮِﺑ َو ِﻪﱠﻠﻟا ِﻞْﻀَﻔِﺑ ْﻞُﻗ

)

٥٨

(

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.”(Q.S. Yµnus/10: 57-58)

Ayat di atas memerintahkan kita agar berbahagia dengan keha-diran Al-Qur’an. Hal ini dikarenakan Al-Qur’an memiliki keutama-an sebagai petunjuk hidup dkeutama-an obat bagi berbagai macam penyakit yang merasuki hati manusia. Dengan peran Al-Quran yang stra-tegis ini, Allah memberikan motivasi agar manusia senantiasa dapat mengambil manfaat darinya, sehingga fungsi Al-Qur’an sebagai petunjuk (hudan) dapat dirasakan oleh manusia. Salah satunya adalah dengan memberikan pahala bagi hamba yang senantiasa membacanya.

Membahas keutamaan Al-Qur’an sama pentingnya dengan membahas isi kandungan Al-Quran itu sendiri. Banyak sekali riwayat hadis yang menerangkan tentang keutamaan dan keistime-waan Al-Qur’an, baik secara umum maupun keutamaan surah atau ayat tertentu secara khusus. Dalam beberapa literatur tafsir, seba-gian ulama lebih suka mendahulukan pembahasan keutamaan Al-Qur’an sebelum membahas tafsirnya. Di antaranya adalah Ibnu Ka£īr (w. 774 H). Dalam Fad±’il al-Qur’±n2, ia menyatakan:

ﻪﻤﻬﻓو نأﺮﻘﻟا ﻆﻔﺣ ﻰﻠﻋ ﺎﺜﻋﺎﺑ ﻚﻟذ نﻮﻜﻴﻟ ﲑﺴﻔﺘﻟا ﻞﺒﻗ ﻞﺋﺎﻀﻔﻟ ﺎﻨﻣﺪﻗ ﻦﳓو

ﻪﻴﻓ ﺎﲟ ﻞﻤﻌﻟاو

Kami mendahulukan pembahasan tentang keutamaan Al-Qur’an sebelum mem-bahas tafsirnya, agar hal tersebut dapat mendorong seseorang untuk menghafal, memahami dan mengamalkan isi kandungannya.

Dalam perkembangannya, para ulama mencoba mengumpul-kan hadis-hadis tentang keutamaan Al-Qur’an. Terkadang mereka

2Abµ al-Fid±’, Ism±‘³l bin ‘Umar bin Ka£³r, Fa«±’il al-Qur’±n, Maktabah

(3)

menaruhnya dalam bab tersendiri di dalam karya mereka, dan tidak sedikit yang menyusun hadis-hadis tersebut dalam buku khusus yang memuat keutamaan Al-Quran. Di antara karya yang tersebar dan telah dicetak adalah Fa«±’il al-Qur’±n oleh Muhammad bin Idris asy-Sy±fi’³, begitu pula Fa«±’il al-Qur’±n karya Dia’udd³n al-Maqdis³, Fa«±’il al-Qur’±n Abµ Bakr al-Firyab³, Fa«±’il al-Qur’±n

karya Abul Fid±’ Ism±’³l bin ‘Umar bin Kas³r, Fa«±’il al-Qur’±n

oleh Ahmad bin Syu‘aib an-Nas±’i, Fa«±’il al-Qur’±n wa til±-watahµ oleh Abul Fa«l ar-R±z³, Fa«±’il al-Qur’±n oleh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab, Fa«±’il al-Qur’±n oleh Muhammad bin a«

-¬ar³s, dan buku-buku lainnya. Hampir semua karya tersebut meru-pakan kumpulan hadis Nabi dan riwayat dari para sahabat yang memuat keutamaan Al-Qur’an, keutamaan membacanya, etika membaca Al-Qur’an, karakteristik para penghafal Al-Qur’an dan hal lainnya yang terkait.

Buku Keutamaan Al-Qur’an dalam Kesaksian Hadis yang disusun oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an ini merupakan buku yang berisi kumpulan riwayat mengenai keutamaan Al-Qur’an dan keutamaan surah tertentu dalam Al-Al-Qur’an. Dalam ‘Kata Pengantar’ disebutkan, bahwa sebagai kitab suci, Al-Qur’an tidak hanya mengandung tuntunan hidup bagi manusia, tetapi membacanya walaupun tidak memahami maknanya, adalah suatu ibadah. Setiap huruf yang dibaca akan bernilai sepuluh kebaikan, dan setiap kebaikan akan dilipatgandakan. Karena memang mem-baca untaian ayat-ayatnya akan menimbulkan kelembutan hati, kenikmatan dan keindahan tersendiri bagi seseorang yang tulus ketika membaca. Oleh karena itu, baik melalui Al-Qur’an sendiri, maupun melalui lisan Nabi-Nya, banyak sekali ditemukan seruan yang memberikan dorongan dan motivasi kepada hamba-Nya agar senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur’an.

(4)

(maqbµl). Bahkan as-Suyuti menyatakan, hadis-hadis mengenai keutamaan surah atau sebagian ayat Al-Qur’an berderajat lemah («a‘³f). Hadis yang benar-benar otentik (sahih) tentang keutamaan surah hanyalah terbatas pada Surah al-F±ti¥ah, al-Baqarah dan ²li-‘Imr±n, Sab‘u a¯-°iw±l, al-Kahf, Y±s³n, ad-Dukh±n, al-Mulk az-Zalzalah, an-Na¡r, al-K±firµn, al-Ikhl±¡, dan al-Mu‘awwi©atain.3

Mengamalkan Riwayat Da‘³f

Mengamalkan hadis da‘if memang menjadi polemik yang terjadi di kalangan krikitus hadis. Sebagian ulama melarangnya secara mutlak, sebagian lainnya membolehkan dengan memberikan beberapa syarat dan ketentuan. Pada pengantar buku ini diterangkan secara singkat seputar pengamalan hadis da‘if. Menukil pendapat Ibnu Hajar, buku ini menyebutkan beberapa syarat bolehnya beramal dengan hadis da‘if, di antaranya: [1] Hadis yang diper-gunakan tidak terlalu lemah (da’if); [2] Penggunaan hadis tersebut khusus pada perkara yang berkaitan dengan fad±‘il al-‘amāl, bukan perkara yang berkaitan dengan akidah atau penetapan hukum; [3] Hadis tersebut tidak boleh diyakini sebagai sabda Nabi saw, dan dalam periwayatannya tidak diperkenankan mengungkapkannya dengan pasti (jazm) bahwa hadis tersebut berasal dari Nabi; [4] Hadis tersebut harus memiliki dasar umum dari hadis lainnya; [5] Wajib ada penjelasan tentang status hadis tersebut sebagai hadis da’if.

Terlepas dari polemik berkepanjangan mengenai keabsahan beramal dengan hadis lemah (daif), buku al-Kit±b al-J±mi‘ li Fa«±’il al-Qur’±n, al-A¥±dis allat³ f³ Fa«±’il as-Suwar wal-Āyāt, muncul dengan memberikan wacana baru bahwa tidak semua riwayat lemah tentang keutamaan surah-surah dalam Al-Qur’an ditolak. Sepertinya karya as-Saqq±f inilah yang menjadi rujukan utama penyusunan buku ini. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam pengantar buku ini.

Metodologi penulisan buku ini mengikuti kebanyakan buku tentang keutamaan Al-Qur’an. Begitu sederhana, namun tidak mengurangi maksud dan tujuan yang melatari penulisan buku ini. Buku ini hanya mengumpulkan hadis-hadis yang mengandung keutamaan surah tertentu. Pada setiap pembukaan babnya, ditu-liskan pengantar singkat tentang isi dan kandungan surah. Begitu

3Keuatamaan Al-Qur’an dalam Kesaksian Hadis, Jakarta: Lajnah

(5)

pula takhrij dan hukum pada setiap hadis ditulis dalam footnote, agaknya sengaja dipersingkat dengan tujuan mempermudah pem-baca dan agar pempem-baca fokus kepada tulisan utama. Walaupun menurut hemat penulis, penulisan takhrij hadis yang sedikit meluas akan lebih memuaskan dan lebih menimbulkan kesan ilmiah di kalangan pembaca.

Keutamaan Al-Qur’an dalam Al-Qur’an dan Hadis

Pada tema pertama, buku ini memuat penjelasan tentang keuta-maan Al-Qur'an secara umum, baik itu keutakeuta-maan Al-Qur'an seba-gai kalāmullāh yang mengandung petunjuk hidup bagi manusia, maupun keutamaan yang didapatkan seorang hamba ketika mem-baca dan mempelajari serta mengajarkan Al-Qur'an. Dengan mengambil informasi dari Al-Qur'an dan hadis, bagian ini membe-rikan motivasi agar kita senantiasa membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Allah ta‘±l± berfirman:

ٌﺰﻳِﺰَﻋ ٌبﺎَﺘ ِﻜَﻟ ُﻪﱠﻧِإ َو ْﻢُﻫَ ءﺎ َﺟ ﺎﱠﻤَﻟ ِﺮْﻛﱢﺬﻟﺎِﺑ او ُﺮَﻔَﻛ َﻦﻳ ِﺬﱠﻟا ﱠنِإ

.

ِ ْﲔَ ـﺑ ْﻦِﻣ ُ ﻞِﻃﺎ َ ﺒْﻟا ِﻪﻴِﺗْﺄ َ ﻳ َﻻ

ٍﺪﻴ ِ َﲪ ٍﻢﻴ ِﻜ َﺣ ْﻦِﻣ ٌ ﻞﻳِﺰْﻨَـﺗ ِﻪِﻔْﻠ َﺧ ْﻦِﻣ َﻻَو ِﻪْﻳ َﺪَ ﻳ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur'an ketika (Al-Qur'an) itu disampaikan kepada mereka (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya (Al-Qur'an) itu adalah Kitab yang mulia, (yang) tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu dan yang akan datang), yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana, Maha Terpuji”.(Q.S. Fu¡¡ilat/41: 41-42)

Ayat di atas menunjukkan bahwa Al-Qur’an berisi kebenaran dan tidak ada sedikit pun kebatilan di dalamnya. Hal ini menun-jukkan keutamaan Al-Qur’an sebagai sebuah petunjuk sempurna yang dapat mengantarkan hidup manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam ayat lainnya Allah memuji orang-orang yang senantiasa membaca Al-Qur’an sebagaimana dalam firman-Nya:

ﱠنِإ

َنﻮ ُﺟْﺮَ ـﻳ ًﺔ َ ﻴِﻧ َﻼَﻋَو اﺮ ِﺳ ْﻢُﻫﺎَﻨْـﻗَزَر ﺎﱠ ِﳑ اﻮُﻘَﻔْـﻧَأ َو َة َﻼﱠﺼﻟا اﻮ ُﻣﺎَﻗَأ َو ِﻪﱠﻠﻟا َبﺎَﺘِﻛ

َنﻮُﻠ ْـﺘَ ـﻳ َﻦﻳ ِﺬﱠﻟا

َرﻮُ ﺒَـﺗ ْﻦَﻟ ًة َرﺎَ ِﲡ

)

٢٩

(

ٌرﻮُﻜَﺷ ٌرﻮُﻔَﻏ ُﻪﱠﻧِإ ِﻪِﻠْﻀَﻓ ْﻦِﻣ ْﻢُﻫَﺪﻳِﺰَ ﻳ َو ْﻢُﻫَرﻮ ُﺟُأ ْﻢُﻬَـﻴﱢـﻓ َﻮُـﻴِﻟ

)

٣٠

(

(6)

dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (Q.S. F±¯ir/35: 29-30)

Mengenai ayat ini, Imam al-²lµs³ memberikan komentar sebagai berikut:

ًﺎﻧاﻮﻨﻋو ﻢﳍ ﺔﲰ ترﺎﺻ ﱴﺣ ﻪﺗءاﺮﻗ ﻰﻠﻋ نﻮﻣواﺪﻳ يأ

٤

Maksudnya adalah seseorang yang senantiasa membacanya, hingga menjadi kebiasaan dan karakter dirinya.

Sementara Ibnu Ka£īr berkomentar mengenai ayat di atas sebagai berikut:

ﺬﻟا ﲔﻨﻣﺆﳌا ﻩدﺎﺒﻋ ﻦﻋ ﱃﺎﻌﺗ ﱪﳜ

ﻪﻴﻓ ﺎﲟ نﻮﻠﻤﻌﻳو ﻪﺑ نﻮﻨﻣﺆﻳو ﻪﺑﺎﺘﻛ نﻮﻠﺘﻳ ﻦﻳ

٥

Dalam ayat ini Allah mengabarkan tentang hamba-hamba-Nya yang senantiasa membaca kitab-Nya, mengimaninya dan mengamalkan isi dan kandungannya.

Begitu pula ayat-ayat lainnya yang mengandung keutamaan Al-Qur’an, seperti Surah F±¯ir/35: 29-30, asy-Syµr±/42: 52, Yµnus/10: 57, at-Taubah/9: 124-125. Semua ayat itu disebutkan dalam buku ini untuk menunjukkan keutamaan Al-Qur’an.

Penyusunan buku ini menggunakan metode yang biasa ditempuh oleh para ulama, yaitu dengan menyebutkan hadis-hadis tentang keutamaan Al-Qur’an secara umum, kemudian menyebutkan hadis-hadis tentang keutamaan ayat-ayat atau surah tertentu. Di antara sabda Nabi yang menunjukkan keutamaan membaca Al-Qur’an adalah:

ﻪﻤﻠﻋو نأﺮﻘﻟا ﻢﻠﻌﺗ ﻦﻣ ﻢﻛﲑﺧ

.

Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.

(Riwayat al-Bukhari)

Hadis di atas menunjukkan bahwa ukuran kebaikan seseorang di sisi Allah adalah ketika ia diberikan kesempatan untuk belajar dan memahami Al-Qur’an, kemudian mengamalkan dan mengajarkannya. Semakin ia memahami dan mengamalkan isi dan kandungan Al-Qur’an, semakin tinggi pula derajatnya di sisi Allah, demikian pula sebaliknya. Hal ini senada dengan hadis Nabi lainnya:

4 Al-²lµs³, Rµ¥ Ma’±n³ f³ at-Tafs³r Qur’±n ‘A§³m wa as-Sab‘u al-ma£±n³, D±r I¥y±’ at-Tur±£ al-A‘r±b³.

5Abµ al-Fid±’, Ism±‘³l bin ‘Umar bin Ka£³r, Tafs³r al-Qur’±n al-‘A§³m, Juz

(7)

ﲑﺧ ﻪﺑ ﷲا دﺮﻳ ﻦﻣ

ﻦﻳﺪﻟا ﰱ ﻪﻘﻔﻳ ا

“Barang siapa yang Allah inginkan kebaikan pada seseorang, ia akan dipahamkan dalam masalah agama (ad-d³n).” (Riwayat al-Bukhari)

Hadis di atas memberikan indikasi jika Allah menginginkan kebaikan kepada seseorang, ia akan dipahamkan tentang agamanya. Tidak diragukan lagi, bahwa salah satu faktor utama seseorang dapat memahami agamanya adalah dengan mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an. Hal ini jelas menunjukkan keutamaan mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an.

Al-Qur’an dapat mengantarkan suatu bangsa menjadi mulia, bermartabat dan berkepribadian. Sebuah riwayat dari ‘Amir bin W±¡ilah, dia berkata bahwa suatu ketika N±fi‘ bin ‘Abdul Hari£ bertemu dengan ‘Umar di ‘Usfan (sebuah wilayah di antara Mekah dan Medinah). Pada waktu itu ‘Umar mengangkatnya sebagai guber-nur Mekah. ‘Umar bertanya kepadanya, “Siapakah yang kamu angkat sebagai pemimpin untuk para penduduk lembah?” Nafi’ menjawab, “Ibnu Abza.” ‘Umar kembali bertanya, “Siapa Ibnu Abza itu?” Nafi’ menjawab, “Ia adalah salah seorang bekas budak yang tinggal bersa-ma kami.” ‘Ubersa-mar bertanya, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas budak untuk memimpin mereka?” Maka Nafi’ menjawab, “Dia adalah seorang yang menghafal Kitab Allah ‘azza wa jalla dan ahli di bidang

far±’i« (hukum waris).” ‘Umar pun berkata, “Adapun Nabi kalian memang telah bersabda:

ﻦﻳﺮﺧآ ﻪﺑ ﻊﻀﻳو ًﺎﻣاﻮﻗأ بﺎﺘﻜﻟا اﺬ ﻊﻓﺮﻳ ﷲا نإ

٦

Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan Kitab ini sebagian kaum dan dengannya pula Dia akan menghinakan sebagian kaum yang lain.”(Riwayat Muslim)

Keutamaan Al-Qur’an tidak terbatas kepada orang yang telah mahir membacanya. Seseorang yang bacaannya masih terbata, namun tulus dalam membacanya, ia tetap akan mendapatkan keutamaan. Imam Muslim meriwayatkan hadis dari ‘Aisyah sebagai berikut:

َﺔ َﺸِﺋﺎ َﻋ ْﻦَﻋ

ِﻪﱠﻠﻟا ُلﻮ ُﺳَر َلﺎَﻗ ْﺖَﻟﺎَﻗ

-ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ

»

َﻊَﻣ ِنآ ْﺮُﻘْﻟﺎِﺑ ُﺮِﻫﺎ َﻤْﻟا

ِنا َﺮْﺟَأ ُﻪَﻟ ﱞقﺎ َﺷ ِﻪْﻴَﻠ َﻋ َﻮُﻫَو ِﻪﻴ ِﻓ ُﻊَﺘ ْﻌَـﺘَﺘ َ ـﻳ َو َنآ ْﺮُﻘْﻟا ُأ َﺮْﻘَ ـﻳ ىِﺬﱠﻟا َو ِة َرَﺮَـﺒ

ْﻟا ِما َﺮِﻜْﻟا ِة َﺮَﻔﱠﺴﻟا

.

7

6

¢a¥³¥ Muslim, Kit±b¢al±t al-Mus±fir³n, no. 817

(8)

Dari ‘Aisyah yang menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Orang yang pandai membaca Al-Qur’an, (kedudukannya di surga) bersama-sama para utusan (nabi, rasul, atau malaikat) yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan mengalami kesulitan (berat lidahnya), maka ia mendapatkan dua pahala.” (Riwayat Muslim)

Walaupun buku ini menerangkan tentang keutamaan Al-Qur’an dalam perspektif hadis, namun tidak menekankan tentang apa yang ada di balik semua motivasi tersebut. Hal ini terkesan jika motivasi terbatas pada membaca saja. Seandainya buku ini sedikit menying-gung tentang hal yang melatari Nabi agar para sahabat membaca Al-Qur’an, tentunya akan lebih baik lagi. Karena di antara hal yang membedakan kita dengan para sahabat Nabi ketika membaca Al-Qur’an adalah perbedaan motivasi. Kita membaca Al-Al-Qur’an sebatas bertujuan memperoleh pahala (reward) dari bacaan kita, sementara para sahabat selain bertujuan memperoleh pahala, juga berupaya memahami dan menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi kehidupan mereka. Hal inilah yang nyaris hilang dalam motivasi kita ketika membaca Al-Qur’an. Sehingga banyak yang merasa puas dan mencukupkan diri dengan membaca, tanpa berusaha mempelajari dan men-tadabburi-nya.

Ditinjau dari sudut keotentikan hadis, riwayat-riwayat yang disebutkan dalam buku ini – terutama dalam bab keutamaan Al-Qur’an dalam hadis – terlihat bahwa mayoritas hadis yang digunakan merupakan riwayat yang sahih, atau minimal, diterima (maqbµl). Sebagaimana dijelaskan dalam Kata Pengantar, buku ini mengikuti karya Hasan bin Ali as-Saqaf, baik dari sisi materinya maupun dalam sisi penentuan status hadisnya. Terlepas dari penilaian as-Saqaf, ada beberapa hadis yang menurut hemat penulis perlu peninjauan ulang karena terindikasi bahwa riwayatnya sangat lemah.8

(9)

Keutamaan Surah dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah pedoman hidup, semua surah dan ayatnya mengandung keutamaan. Hal ini telah diterangkan pada pembahasan keutamaan Al-Qur’an secara umum. Keutamaan surah tertentu atau ayat tertentu didapatkan melalui informasi riwayat-riwayat yang otentik dari Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, informasi yang berasal selain dari Nabi tidak bisa diterima.

Walaupun tidak menyebutkan secara eksplisit, buku ini telah mengindikasikan beberapa kategori yang bisa dijadikan acuan untuk menentukan keutamaan surah atau ayat tertentu. Di antaranya adalah: 1. Adanya ungkapan dari Nabi tentang keutamaan ketika membaca

surah tersebut, seperti keutamaan Surah al-Baqarah dan ²li ‘Imr±n. Pada hlm. 34 butir no. 2, disebutkan bahwa barang siapa membaca Surah al-Baqarah, rumahnya tidak akan didatangi setan. Kemudian disebutkan juga riwayat yang bersumber dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda:

َ

ﺮَﻘَـﺒْﻟا ُة َرﻮ ُﺳ ِﻪﻴ ِﻓ ُأ َﺮْﻘُـﺗ ىِﺬﱠﻟا ِﺖْﻴَـﺒْﻟا َﻦِﻣ ُﺮِﻔْﻨَ ـﻳ َنﺎَﻄْﻴﱠﺸﻟا ﱠنِإ َﺮِﺑﺎَﻘَﻣ ْﻢُﻜ

.

ِة

َﺗﻮُ ﻴ ُ ـﺑ اﻮُﻠ َﻌَْﲡ َﻻ

“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan Surah al-Baqarah.” (Riwayat Muslim)

Begitu pula ketika membicarakan keutamaan Surah al-Mulk (hlm.196), buku ini menyebutkan riwayat Ahmad dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda:

نآﺮﻘﻟا ﰲ ةرﻮﺳ نإ

ﺔﻳآ نﻮﺛﻼﺛ

-ﻪﻟ ﺮﻔﻐﻳ ﱴﺣ ﺎﻬﺒﺣﺎﺼﻟ ﺮﻔﻐﺘﺴﺗ

:

كرﺎﺒﺗ

ﻚﻠﳌا ﻩﺪﻴﺑ يﺬﻟا

“Sesungguhnya ada satu surah dalam Al-Qur’an, terdiri dari tiga puluh ayat yang akan memberikan syafaat kepada pemiliknya (orang yang mengamal-kannya) hingga diampuni dosanya, yaitu Surah al-Mulk.”(Riwayat Ahmad)

Hal ini terdapat pula pada ayat 255 (hlm. 37), Surah ²li ‘Imr±n (hlm. 41), Surah Y±sin (hlm.127), Surah G±fir (hlm.135)

(10)

ِﻪﱠﻠﻟا َلﻮ ُﺳَر ٌ ﻞ ُﺟَر ﻰَﺗَأ َلﺎَﻗ وﺮ ْﻤَﻋ ِﻦْﺑ ِﻪﱠﻠﻟا ِﺪْﺒَﻋ ْﻦَﻋ

-ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ

َلﺎَﻘَـﻓ

ِﻪﱠﻠﻟا َلﻮ ُﺳَر ﺎ َ ﻳ ِﲎْﺋِﺮْﻗَأ

.

َلﺎَﻘَـﻓ

»

ِءاﱠﺮﻟا ِتا َوَذ ْﻦِﻣ ﺎًﺛَﻼَﺛ ْأ َﺮْـﻗا

…«

)

ﺮﺧأ ﱃإ

ﺚﻳﺪﳊا

(

Dari ‘Abdull±h bin ‘Amru, ia berkata, ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah saw dan berkata, “Ya Rasulullah, bacakanlah (Al-Qur’an) kepadaku!”

Rasul pun bersabda: “Bacalah tiga surah yang diawali dengan Alif L±m M³m R±…’

Contoh lainnya adalah pada keutamaan Surah al-Fat¥ (hlm.159), Al-Bukhari meriwayatkan hadis dari Zaid bin Aslam, bahwa Nabi saw bersabda:

َأ َﺮَـﻗ ﱠُﰒ ، ُﺲ ْﻤﱠﺸﻟا ِﻪْﻴَﻠَﻋ ْﺖَﻌَﻠَﻃ ﺎﱠ ِﳑ ﱠَﱄِإ ﱡﺐَﺣَأ َﻲِ َﳍ ٌة َرﻮ ُﺳ َﺔَﻠ ْـﻴﱠﻠﻟا ﱠﻲَﻠ َﻋ ْﺖَﻟِﺰْﻧُأ ْﺪَﻘَﻟ

:

}

ﺎًﻨﻴِﺒ ُﻣ ﺎ ًﺤْﺘَـﻓ َﻚَﻟ ﺎَﻨ ْﺤَﺘَـﻓ ﺎﱠﻧِإ

{

]

ﺢﺘﻔﻟا

:

١

" [

Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku satu surah, surah itu benar-benar lebih aku cintai dari seluruh apa yang tersinari oleh cahaya matahari. Lalu beliau membaca (inn± fata¥n± laka fat¥am mub³n±). (Riwayat al-Bukhari).

Hal senada pun terdapat pada perintah Nabi agar membaca Surah az-Zukhruf (hlm.143) dan Surah al-J±£iyah (hlm.153).

3. Nabi pernah membaca surah tersebut dalam ritual ibadahnya atau pernah meminta sahabat agar memperdengarkan bacaan surah tersebut di hadapan Nabi. Hal ini sebagaimana dalam keutamaan Surah a¯-°µr (hlm.169), al-Bukhari meriwayatkan dari sahabat Jubair bin Mut’im sebagai berikut:

َلﺎَﻗ ،ِﻪﻴِﺑَأ ْﻦَﻋ ،ٍ ْﲑَـﺒُﺟ ِﻦْﺑ ِﺪﱠﻤَُﳏ ْﻦَﻋ

:

َﻢﱠﻠ َﺳَو ِﻪْﻴَﻠ َﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠ َﺻ ﱠ ِﱯﱠﻨﻟا ُﺖْﻌِ َﲰ

:

»

ِﰲ ُأ َﺮْﻘَ ـﻳ

ِرﻮﱡﻄﻟﺎِﺑ ِبِﺮْﻐ َ ﳌا

).

يرﺎﺨﺒﻟا ﻩاور

(

Dari Jubair bin Mut’im dari ayahnya, ia berkata: Aku mendengar Nabi saw. membaca Surah a¯-°µr dalam salat Magrib. (Riwayat al-Bukhari).

Pada keutamaan Surah al-Isr±’ (hlm. 77), at-Tirm³©³ meriwayatkan hadis dari ‘Aisyah, ia berkata:

ِﲏَ ﺑ َأ َﺮْﻘَ ـﻳ ﱠﱴ َﺣ ِﻪِﺷا َﺮِﻓ ﻰَﻠَﻋ ُمﺎَﻨ َ ـﻳ َﻻ َﻢﱠﻠ َﺳَو ِﻪْﻴَﻠ َﻋ ُﻪﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠ َﺻ ﱡ ِﱯﱠﻨﻟا َنﺎَﻛ

َﺮَﻣﱡﺰﻟا َو َﻞﻴِﺋا َﺮْﺳِإ

(11)

Kedua riwayat di atas menunjukkan keutamaan Surah a¯-°µr dan al-Isr±’, dikarenakan Nabi pernah membacanya dalam salat atau aktivitas kesehariannya. Hal yang serupa pun terdapat pada keutamaan Surah Luqm±n (hlm.114), a¡-¢±ff±t (hlm. 129), ¢±d (hlm. 130), az-Zumar (hlm.133), an-Najm (hlm.170), Surah ar-Ra¥m±n (hlm.175) al-¦ad³d, (hlm.179) , Mu¥ammad (hlm.157), dan lain-lain.

4. Jika pada satu surah terdapat riwayat tentang keutamaan salah satu ayat dari surah tersebut, maka hal itu menunjukkan keutamaan surah tersebut secara umum dan keutamaan ayat tersebut secara khusus. Sebagai contoh, pada keutamaan Surah al-Baqarah disebutkan keutamaan ayat 255, Imam an-Nas±’³ meriwayatkan hadis dari Abµ Um±mah al-Bah³l³, ia berkata: Rasululullah saw. bersabda:

َلﺎَﻗ َﺔ َﻣﺎ َﻣُأ ِﰊَأ ْﻦَﻋ

:

َﻢﱠﻠ َﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠ َﺻ ِﷲا ُلﻮ ُﺳَر َلﺎَﻗ

:

َأ َﺮَـﻗ ْﻦَﻣ

ﱢﻲ ِﺳْﺮُﻜْﻟا َﺔَ ﻳآ

َتﻮَُﳝ ْنَأ ﱠﻻِإ ِﺔﱠﻨ َْﳉا ِلﻮ ُﺧُد ْﻦِﻣ ُﻪ ْﻌَـﻨَْﳝ َْﱂ ٍﺔَ ﺑﻮُﺘْﻜَﻣ ٍة َﻼَﺻ ﱢﻞُﻛ ِﺮُ ﺑ ُد ِﰲ

Barang siapa membaca Ayat Kursi setiap kali selesai salat fardu, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian. (Riwayat an-Nas±’³)

Hal senada pun terdapat pada keutamaan membaca sepuluh ayat pertama Surah al-Kahfi (hlm. 82), Imam Muslim meriwayatkan hadis dari Abu ad-Darda’, Nabi saw bersabda:

ﺎﱠﺟﱠﺪﻟا َﻦِﻣ َﻢِﺼُﻋ ِﻒْﻬَﻜْﻟا ِة َرﻮ ُﺳ ِلﱠوَأ ْﻦِﻣ ٍتﺎ َ ﻳآ َﺮْﺸَﻋ َﻆِﻔَﺣ ْﻦَﻣ

ِل

Barang siapa menghafal sepuluh ayat pertama Surah al-Kahfi, maka ia akan dilindingi dari (fitnah) Dajjal. (Riwayat Muslim)

Begitu pula riwayat yang menerangkan keutamaan ayat 285 - 286 Surah al-Baqarah, ayat 26 dan 135 Surah ²li ‘Imr±n (hlm. 42 dan 44), ayat 110 Surah an-Nis±’ (hlm. 45), ayat 45 Surah al-A‘r±f (hlm. 55), ayat 129 Surah at-Taubah (hlm. 62) dan ayat-ayat lainnya.

Penutup

(12)

dalam Kesaksian Hadis merupakan karya yang perlu diberikan apresiasi, karena buku ini mendorong kita untuk senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur’an. Walaupun disajikan begitu sederhana, buku ini dapat memberikan sumbangan besar bagi upaya mewujudkan generasi bangsa yang berkepribadian Qur'ani. Wall±hu Alam.[]

Daftar Pustaka

Al-Alūsi, Rū¥ al-Ma’āni fi at-Tafsīr al-Qur’ān, Kairo: Maktabah Ibnu Taymiyah, 1996.

Al-Hajjaj, Muslim bin, ¢a¥ī¥ Muslim, Beirut: Dār Jail, t.t.

Al-Jauziyyah, Ibnu al-Qayyim, al-‘ilmu fa«luhµ wa syarfuhµ, Majmu’ah at-Tuhafan-Nafā`is ad-Dauliyyah, 1996 M.

Az-Zahabi, Mīzān al-’itidāl, Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1995.

Ibnu Kasir, Abµ al-Fid±’ Ism±‘³l bin ‘Umar, Tafs³r al-Qur’±n al-‘A§³m, Juz VI, D±r Tayyibah, 1999.

Ibnu Kasir, Abµ al-Fid±’, Ism±‘³l bin ‘Umar, Fa«±’il al-Qur’±n, Kairo: Maktabah Ibn Taimiyyah, 1416 H.

Referensi

Dokumen terkait

March dan Smith (2001) dan Parham (1970) mengemukakan bahwa jika pada temperatur rendah (25 0 C) akan menghasilkan produk para- hidroksiasetofenon sedangkan pada

Romulo Pasaribu (Almarhum) yang datang dari arah Barat menuju Timur di perempatan Tugu Merah tersebut, yang mengakibatkan Terdakwa sudah tidak ingat apa-apa lagi karena

Harapan konsumen yang menggunakan paket data internet tidak hanya fokus terhadap fitur dan harga, akan tetapi pelanggan melihat dari kualitasnya juga, seperti apa

Pembinaan Pos kesehatan pesantren, pondok pesantren sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan keagamaan yang tumbuh dan berkembang dari, oleh dan untuk

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah (1) penelitian ini memiliki R 2 yang masih tergolong rendah yaitu 16,1%, sehingga diharapkan penelitian yang akan datang

Ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan komunikasi antarpribadi dikarenakan penilaian yang positif terhadap diri sendiri disertai dengan komitmen yang

Analisis data deskriptif kualitatif akan digunakan untuk mengalisis data verbal, yaitu data hasil pengamatan pembelajaran menulis cerpen siswa kelas VI SDN Tanjung

Tujuan penelitian ini adalah (1) memperoleh informasi nilai daya gabung umum galur-galur jagung manis, yang akan dijadikan tetua dalam persilangan dialel, (2)