• Tidak ada hasil yang ditemukan

FITNAH DALAM AL-QUR`AN - repository iiq

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "FITNAH DALAM AL-QUR`AN - repository iiq"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Permasalahan

Berpegang teguh kepada Allah SWT bermaksud berpegang teguh kepada al-Quran dan As-Sunnah. Lebih-lebih lagi dalam ayat yang lain, Allah Taala juga menjelaskan perkataan fitna yang bermaksud cubaan terhadap orang-orang mukmin dalam QS. Dalam ayat sebelumnya, Allah Taala menerangkan tentang orang-orang munafik yang meragui kebenaran al-Quran dan enggan mendengarnya.

Wahbah Az-Zuhailî menjelaskan bahawa pelbagai ujian yang Allah SWT berikan kepada orang-orang munafik adalah sarana yang Allah SWT berikan kepada mereka untuk mengingatkan mereka tentang keimanan dan kebenaran al-Quran. Maknanya Allah SWT memberikan kenikmatan duniawi kepada mereka yang berpaling dari al-Quran sebagai ujian.

Identifikasi Masalah

Pembatasan Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Tinjauan Pustaka

Tesis ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman salah satu makna fitnah dalam Al-Quran. 16 Sa'adah, Analisis Semantik Kontekstual Penerjemahan Kata Arab Serapam (Studi Kasus Kata Fitnah, Hikmah dan Amanah) dalam "Al-Qur'an dan Maknanya". Dalam penelitian ini penulis membahas tentang penggunaan istilah, makna fitnah serta perbedaan makna yang terdapat dalam Al-Quran QS.

Namun yang membedakan skripsi ini dengan penelitian ini adalah skripsi ini hanya mengkaji empat kata fitnah dalam Al-Qur'an, sedangkan penulis mengkaji enam kata fitnah dalam Al-Qur'an. Jurnal ini memberikan kontribusi bagi penelitian penulis dalam hal mengkaji salah satu makna pencemaran nama baik dalam Al-Qur'an.

Metodologi Penelitian

Ujian yang Allah SWT berikan terhadap mukmin Fitnah bermaksud ujian terhadap mukmin yang disebutkan dalam QS. Oleh itu, Allah SWT memberikan hiburan kepada orang-orang yang beriman dalam ayat (QS) berikut. Dan daripada ujian itu, Allah SWT telah mendedahkan rahsia mereka di dalam al-Quran dengan mendedahkan perkara-perkara ghaib mereka.

Hal ini juga sejalan dengan At-Thabari yang menjelaskan dalam tafsirnya bahwa makna fitnah pada ayat tersebut adalah ujian yang diberikan Allah SWT kepada orang-orang yang beriman. Allah SWT melarang orang beriman untuk bergembira atas kenikmatan yang dimiliki orang-orang durhaka tersebut.

Teknik dan Sistematika Penulisan

TINJAUAN UMUM MENGENAI FITNAH

Kata Fitnah dan Derivasinya dalam Al-Qur`an

Kata penodaan agama dan segala bentuk turunannya disebutkan enam puluh kali dalam Al-Qur'an. Dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fâz Al-Qur’an al-Karîm dijelaskan bahwa kata fitnah yang berbentuk fi’il mâdhi disebutkan sebanyak sebelas kali, berupa fi’il mudaâri'. Kata fitnah berbentuk isim maf'ûl disebutkan satu kali dalam lafaz al-maftûn (نْوُ تْفَمْل) ََا dalam QS.

Melalui penjelasan di atas terlihat bahwa kata fitnah dalam Al-Quran mempunyai dua belas makna yang berbeda, yaitu kekacauan disebutkan delapan kali, sesat dan berpaling masing-masing disebutkan dua kali, kesyirikan disebutkan empat kali, kemunafikan, kegilaan, musibah, diserang, dianiaya, dan ditipu masing-masing disebutkan satu kali, penyiksaan disebutkan lima kali, dan ujian disebutkan tiga puluh tiga kali dalam Al-Qur'an. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa makna fitnah dalam Al-Quran sangat berbeda dengan makna fitnah sebagaimana dipahami masyarakat pada umumnya.

Jenis-Jenis Fitnah

  • Fitnah Al-Ahlâs
  • Fitnah As-Sarrâ
  • Fitnah Ad-Duhaimâ

Kemudian terjadilah fitnah ed-duhaimâ (yang dahsyat), yaitu fitnah yang tidak akan membiarkan seorang pun dari umatku lolos. Pencemaran nama baik ini diibaratkan dengan alas sadel, karena serupa dalam hal pelekatan atau penunjukan sisi yang terus menerus.9. Imam al-Khathabi menjelaskan bahwa “Fitnah ini ada kaitannya dengan kata ahlas karena fitnah ini terus terjadi dan berlangsung lama.” sesama manusia 11.

Berdasarkan penjelasan di atas maka pendapat mengenai permasalahan ini adalah fitnah ini cukup berbahaya bagi umat Islam. Imam Ali Al-Qari menyatakan, yang dimaksud dengan fitnah adalah keberkahan yang menyenangkan manusia, berupa kesehatan, kekayaan, dan terbebas dari bahaya atau bencana. Fitnah ini berkaitan dengan kondisi seseorang yang penuh kesenangan dan kemewahan serta berpengalaman.

Penyebab fitnah ini adalah karena keinginan seseorang untuk selalu memperoleh kesenangan dari dunia 13. Puncak dari fitnah ini adalah terpecahnya umat manusia menjadi dua kelompok, yaitu kelompok orang-orang beriman yang sejati tanpa ada sedikit pun kemunafikan dalam hatinya dan kelompok orang-orang munafik sejati yang tidak mempunyai keimanan sedikit pun di dalam hatinya. Fitnah ini merupakan fitnah yang paling berbahaya diantara fitnah Al-Ahlâs dan fitnah As-Sarra`.

Fitnah ini bisa kita katakan mirip sekali dengan fitnah Dajjal karena dampaknya terhadap ummat hampir sama dengan dampak fitnah Dajjal.15. Dalam hadits riwayat Abû Dâud di atas, Rasulullah SAW menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa lepas dari fitnah tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pencoretan tersebut telah terjadi dan masih berlangsung hingga saat ini.

Sikap Seorang Muslim Terhadap Berbagai Fitnah

  • Berpegang Teguh Kepada Allah SWT
  • Berpegang Teguh Pada Keadilan di Setiap Perkara
  • Memiliki Kesabaran dan Keyakinan
  • Menjalankan Perintah Allah dan Menjauhi Larangannya
  • Menjaga Lisan
  • Bertaubat dan Memohon Ampunan

Kedua-duanya juga boleh menjadi pelindung utama setiap umat Islam daripada pelbagai fitnah dan azab Allah SWT di hari kiamat. Muhammad Ahmad Al-Mubayyadah menjelaskan bahawa berpegang teguh kepada tali Allah SWT adalah baik, yang dimaksud dengan tali Allah SWT ialah janji-Nya, Kitab-Nya atau dalam kesucian hati dalam mengerjakan ibadah kepada-Nya.18 Sebagaimana firman-Nya. Allah SWT dalam QS. Daripada maklumat di atas dapat kita pelajari bahawa kepatuhan kepada Allah SWT adalah kewajipan yang paling besar bagi setiap Muslim.

Hal ini menimbulkan sikap permusuhan dan perpecahan antar sesama manusia.21 Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ayat di atas merupakan perintah Allah SWT kepada orang-orang yang beriman agar senantiasa berhati-hati, jujur, dan ikhlas demi Allah SWT dalam menjalankan pekerjaan yang berkaitan dengan agama dan urusan dunia. Kemudian hakikat yang kedua berkaitan dengan keimanan dengan keimanan yang kuat kepada Allah SWT.

Kemudian Kusnadi Zulhilmi dalam jurnal Asad penjelasannya dalam kitab tersebut memetik pesan al-Quran yang menjelaskan bahawa al-ma„rûf adalah segala perintah Allah SWT yang membawa kepada kebenaran dan sesuai dengan syariat. Dan al-munkar ialah segala larangan Allah SWT yang membawa kepada jalan yang sesat dan bertentangan dengan syariat.33 Dalam Al-Quran dijelaskan dalam QS Âli-„Imrân [3]: 104. Taubat mengandungi erti kembali, ertinya kembali kepada Allah SWT dengan taat dan patuh serta meninggalkan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.37.

Orang yang beristighfar bermaksud mengharap agar Allah Yang Maha Tinggi mengampuni dosa yang telah dilakukannya.38 Allah Yang Maha Tinggi. katanya. Dalam ayat di atas, perintah istighfar adalah bagi mereka yang masih kafir, maka maksudnya bukan sahaja memohon ampun, tetapi juga beriman kepada Allah SWT. Dia memberitahu kami Mu„tamir berkata, Saya mendengar Ayyub berkata, dan ini diberitahu kepada kami oleh Muhammad bin Abdurrahman At-Tufâwî berkata, dia memberitahu kami Ayyub al-Ma„na dari Humaid bin Hilâl dari Abu Burdah. dari lelaki- Lelaki Muhâjirîn berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Wahai manusia, bertaubatlah dan beristighfarlah kepada Allah SWT.

MENGENAL WAHBAH AZ-ZUHAILÎ DAN TAFSIRNYA

Riwayat Hidup Wahbah Az-Zuhailî

Latar Belakang Pendidikan dan Keilmuannya

Pada tahun 1959 M, ia memperoleh gelar master dengan judul skripsi adz-Dzarâ‟i fî as-Siysah es-Syar‟iyyah wa al-fiqh al-Islâmi. Ia lulus dengan gelar Summa Camlaude (Nervat ûlâ), dan disertasinya direkomendasikan untuk dicetak dan dikirim ke universitas luar negeri.

Guru dan Murid Wahbah Az-Zuhailî

Abdurrahman Taj, Sjeik „Isa Mannun, Sjeik Ali Muhammad al-Khafîf, Sjeik Jadurrab Ramadhân, Sjeik Mahmud Abûddâ‟im, Sjeik Abdul Ghâni Abdul Khâliq, Sjeik Musthafa‟. Abdul Khâliq, Sheikh Abdul Marâziq, Sheikh Zhawâhir asy-Syâfi‟î, Sheikh Musthafa Mujâhid, Sheikh Hasan Wahdan, Sheikh Muhammad Salam Madkur, Sheikh Muhammad Hafîz Ghânim. 12. Wat betreft zijn leraren aan de "Ain Syams Universiteit, onder wie Sheikh Isawi Ahmad Isawi, Sheikh Zakiyuddîn Sya'bân, Sheikh Abdul Mun'îm Al-Badrawi, Sheikh Dr.

Karir Akademis Wahbah Az-Zuhailî

Inilah sebagian ulama yang turut mengantarkan Wahbah az-Zuhailî menjadi salah satu ulama terkemuka masa kini. Pada tahun 1975, beliau diangkat menjadi guru besar syariah dan berhak menyandang gelar guru besar. Sebagai guru besar di bidang Syariah, beliau berkesempatan luas menjadi dosen tamu di sejumlah universitas Islam di negara-negara Arab, seperti di Fakultas Syariah dan Hukum dan Fakultas Pascasarjana Adab di Universitas Baghazi Libya. .

Ia juga sering mengikuti berbagai seminar internasional untuk mempresentasikan makalah di berbagai forum ilmiah di negara-negara Arab, Eropa dan Asia.16. Selain itu, Wahbah ez-Zuhailî terdaftar sebagai anggota berbagai yayasan atau lembaga kajian dan penelitian ilmiah Islam. Seperti di Bahrain, beliau menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Syariah Bank Islam Internasional, Ketua Bagian Syariah Dewan Keuangan Syariah Islam, dan Ketua Dewan Pengawas Syariah Perusahaan Mudhârabah wa Muqâshshah Islâmiyayyah.

Ia juga menjabat sebagai administrator jurnal Studi Syariah dan Islam di Universitas Kuwait dan merupakan anggota dewan editorial jurnal Nahj al-Islâm yang diterbitkan oleh Kementerian Wakaf Suriah, dll.17. Keterlibatannya di berbagai kampus dan lembaga keilmuan menjadi bukti kepiawaian intelektualnya sebagai pakar terkemuka di bidang ilmu syariah di dunia Islam.

Karya Intelektual Wahbah Az-Zuhailî

Ini untuk mengetahui rasa syukur mereka terhadap nikmat yang Allah SWT berikan kepada mereka. Ujian ini bertujuan agar Allah SWT mengetahui ilmu zuhud (mengetahui perkara yang nampak) dan ilmu makrifat (mengetahui perkara yang dizahirkan). Dan dalam ayat ini, Allah SWT melarang melihat harta dan kekayaan yang dimiliki oleh orang-orang kafir.

Hal ini dapat kita lihat ketika Allah SWT mengkritisi orang-orang kafir yang tidak mengambil pelajaran dari kejadian atau peristiwa. Allah SWT memberi mereka ujian ini untuk mengetahui pengingkaran mereka terhadap nikmat yang diberikan kepada mereka. Ujian Allah SWT ini diperuntukkan bagi orang-orang munafik yang masih meragukan kebenaran yang ditahbiskan Allah SWT.

Allah SWT memberi mereka cobaan terus-menerus ini sebagai bentuk pengingat akan keimanan mereka. Cobaan yang diberikan Allah SWT berbeda-beda, ada yang berupa kesenangan dan ada pula yang berupa musibah. Namun Allah SWT menjelaskan bahwa mereka tetap akan diuji agar Allah SWT mengetahui siapakah di antara mereka yang beriman sejati dan siapa yang pendusta di antara mereka.

Ketaatan orang mukmin itu jauh lebih baik daripada keredhaan yang Allah SWT berikan kepada orang yang ingkar terhadap sebahagian ujian yang menimpa mereka. Allah SWT menguji orang munafik sekali atau dua kali setiap tahun, tetapi mereka tetap tidak melakukannya. Tafsiran Wahbah Az-Zuhailî tentang fitnah bermaksud ujian menjelaskan bahawa Allah SWT memberikan ujian bukan sahaja kepada manusia tetapi juga kepada jin.

Mengenal Tafir Al-Munîr

  • Gambaran Umum Tafsir Al-Munîr
  • Latar Belakang Penulisan
  • Metodologi Penafsiran
  • Sistematika Penulisan
  • Corak Penafsiran
  • Sumber-Sumber Penafsiran

PENAFSIRAN WAHBAH AZ-ZUHAILÎ MENGENAI

Ujian Terhadap Sesama Manusia

Ujian Terhadap Manusia dan Jin

Referensi

Dokumen terkait

Menukil pendapat Ibnu Hajar, buku ini menyebutkan beberapa syarat bolehnya beramal dengan hadis da‘if, di antaranya: [1] Hadis yang diper- gunakan tidak terlalu

Menurut Ibn Taimiyyah, pemahaman yang baik, kesabaran, serta sifat santun dan lemah lembut harus dimiliki oleh orang yang terjun ke bidang amar makruf nahi

Selain itu, saat ini kebanyakan orang juga tidak menyadari sepenuhnya tentang kemunculan penyakit-penyakit rohani di dalam diri mereka sendiri sehingga yang

Peneliti berkesimpulan bahwasanya fitnah wanita lebih berat daripada fitnah-fitnah lainnya. Wanita merupakan sesuatu yang sangat disukai oleh para kaum pria. Maka dari

adalah manusia sempurna seutuhnya dan lebah dipilih untuk menjadi pengantar uraian yang berkaitan dengan manusia seutuhnya karena seorang mukmin diibaratkan oleh Rasul

Cara ini disepakati oleh ulama Islam bahwa boleh digunakan, berdasarkan dengan cara yang telah diperaktekkan oleh para sahabat nabi semenjak beliau masih hidup,

Di dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar Jilid 4 (Al-Jazairi, 2010) dijelaskan bahwa Qaulan Maysuran pada ayat tersebut artinya adalah: perkataan yang pantas dan lemah lembut

Dari beberapa penjelasan tentang makna sakînah dan muthmainnah, juga masih banyak lagi makna sakînah dan muthmainnah dalam Al-Qur‟an dan dengan pelafalan atau ejaan kata yang berbeda