EVALUASI PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM
PEMBELAJARAN DI SMAN 1 BULOK KABUPATEN TANGGAMUS
oleh
HUDA FIRDAUS
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
i
THE EVALUATION OF USAGE LEARNING SOURCE BASED ON INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY IN
LEARNING OF SENIOR HIGH SCHOOL 1 BULOK By
HUDA FIRDAUS
The purpose of this study was to evaluate the use of ICT-based learning resources in (1) use of computer / laptop and LCD projector. (2) use of an interactive CD. (3) the use of a tape recorder. (4) the use of the Internet as a source of alternative information. (5) learning in the computer lab. (6) learning in the laboratory
multistudy. Research-oriented evaluation approach goal (goal-oriented
evaluation). Data was collected through observation and questionnaires. Data analysis using quantitative descriptive analysis. Results were obtained: 1) The teacher in learning to use a computer and LCD projector categorized enough; 2) Teachers in the use of interactive CD learning enough categorized; 3) The use of tape recorders in learning categorized less; 4) The use of the Internet as a source of information categorized sufficient; 5) Teachers in the use of computer labs categorized less; 6) Teachers in exploiting the multi lab study categorized less.
ii ABSTRAK
EVALUASI PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM
PEMBELAJARAN DI SMAN 1 BULOK KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh HUDA FIRDAUS
Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pemanfaatan sumber belajar berbasis TIK dalam (1) pemanfaatan komputer/laptop dan LCD projector. (2) pemanfaatan CD interaktif. (3) pemanfaatan tape recorder.(4) pemanfaatan internet sebagai sumber informasi alternatif. (5) pembelajaran di laboratorium komputer. (6) pembelajaran di laboratorium multi studi. Penelitian menggunakan pendekatan evaluasi berorientasi tujuan (goal oriented evaluation). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan angket. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian diperoleh: 1) Guru dalam pembelajaran menggunakan komputer dan LCD Projector dikategorikan cukup; 2) Guru dalam memanfaatkan CD interaktif dalam
pembelajaran dikategorikan cukup; 3) Penggunaan tape recorder dalam
pembelajaran dikategorikan kurang; 4) Pemanfaatan internet sebagai sumber informasi dikategorikan cukup; 5) Guru dalam memanfaatkan laboratorium komputer dikategorikan kurang; 6) Guru dalam memanfaatkan laboratorium multi studi dikategorikan kurang.
iii
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tesis yang berjudul, “ Evaluasi Pemanfaatan Sumber Belajar berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMAN 1 Bulok Kabupaten
Tanggamus”. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan
untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Pendidikan di Program Pascasarjana
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dengan selesainya tesis ini, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Bujang Rahman , M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan berbagai
kebijakan dalam penyelesaian penyusunan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Lampung.
4. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku ketua Program studi Magister
Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas
iv
Teknologi Pendidikan dan Pembimbing II lanjutan yang telah memberikan
saran sehingga penyusunan tesis ini dapat berjalan lancar.
6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang telah dengan
penuh kesabaran dalam membimbing penulis menyusun tesis sampai
selesai.
7. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., selaku Pembahas I, yang telah memberikan
masukan yang berharga dalam perbaikan tesis ini.
8. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi PPS Universitas Lampung
9. Seluruh rekan–rekan yang telah memberikan semangat dan do’a serta
kerjasamanya dalam penelitian ini.
10. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penulisan Tesis
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari Tesis ini jauh dari sempurna, baik dari segi kualitas isi, tata
bahasa ataupun teknik penulisannya. Oleh karena itu, penulis yakin para pembaca
yang kritis akan mudah melihat kekurangan dan kelemahan penelitian ini, dan itu
merupakan gambaran dari keterbatasan penulis akan pengetahuan, pengalaman
dan kemampuan dalam menulis dan meneliti.
Semoga Tesis ini dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian sehingga
hasilnya dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.
viii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur yang mendalam kehadapan ALLAH SWT, kupersembahkan karya
kecil ini kepada:
Abah dan emak yang selalu mendoakan ku
Istri dan anak tercinta
Keluargaku
Sahabat-sahabatku
Almamater Universitas Lampung
vii
MOTO
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu Lampung pada tanggal 26
Januari 1984, sebagai anak pertama dari empat bersaudara,
dari Bapak Drs. Baijuri Embay dan Ibu Mardiana, S.Pd.
SD Negeri 5 Pringsewu diselesaikan tahun 1996, SMP Negeri 1 Pringsewu
diselesaikan tahun 1999, SMA Negeri 1 Pringsewu diselesaikan tahun 2002.
Diploma III Manajemen informatika diselesaikan tahun 2005, dan pada tahun
2007 penulis menyelesaikan S1 Teknik Informatika.
Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Pascasarjana
Magister Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
ix
2.2 Teori Desain Pembelajaran ... 21
2.3 Teori Belajar dan Pembelajaran ... 26
2.4 Sumber Belajar ... 28
2.5 Sumber Belajar Berbasis TIK ... 35
2.6 Penelitian yang relevan ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
3.2 Jenis Penelitian ... 38
3.3 Rancangan Penelitian ... 38
3.4 Objek dan Subjek Penelitian ... 39
3.5 Teknik Pengumpulan data ... 39
3.6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 40
3.7 Uji Coba Instrumen ... 41
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Temuan Penelitian ... 48
4.2 Pembahasan ... 53
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan ... 61
5.2 Rekomendasi ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Rekapitulasi Hasil Observasi Evaluasi Pemanfaatan Sumber belajar
berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMAN 1 Bulok ... 67
2. Rekapitulasi Hasil Angket Evaluasi Pemanfaatan Sumber belajar
berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMAN 1 Bulok ... 68
3. Rekapitulasi Hasil Instrumen Evaluasi Pemanfaatan Sumber belajar
berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMAN 1 Bulok ... 69
4. Lembar validasi Intrumen (SPSS 16) ... 70
5. Lembar Observasi Evaluasi Pemanfaatan Sumber Belajar Berbasis
TIK ... 78
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi ... 40
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Penelitian ... 41
Tabel 3.3 Konversi data ... 47
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Evaluasi model CIPP ... 16
Gambar 2. Bagan evaluasi model Stake ... 17
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kompetensi kognitif,
afektif dan psikomotor peserta didik melalui proses pembelajaran sehingga
diharapkan peserta didik siap dan mampu dalam mengatasi permasalahan
kehidupannya dan masyarakat.
Upaya mengembangkan kompetensi peserta didik tersebut, pemerintah telah
berupaya melakukan pengembangan dan pembinaan, hal ini bisa kita lihat dari
berbagai kebijakan yang diambil seperti penyempurnaan kurikulum, peningkatan
kualitas guru, sampai pada penyediaan sarana dan prasarana. Oleh sebab itu,
diharapkan semua komponen pendidikan tersebut dapat difungsikan dengan
optimal untuk mencapai tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-undang
Sisdiknas No. 23 tahun 2003 yang merupakan tujuan pendidikan nasional yang
berbunyi bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
Kurikulum 2013 adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang lebih
menitik beratkan pada proses pembelajaran dan penilaian. Kompetensi yang harus
dimiliki siswa harus seimbang antara kompetensi; sikap, pengetahuan dan
keterampilan peserta didik. Kurikulum 2013 menuntut sumber belajar yang
bervariatif, peserta didik tidak dibatasi mengambil sumber belajar hanya dari buku
tetapi diberi keleluasaan untuk memperolehnya melalui media; majalah, koran,
internet dan sekitar lingkungan sekolah.
Agar pelaksanaan kurikulum 2013 dapat dilakukan secara optimal, maka proses
pembelajaran yang harus dilakukan adalah kegiatan pembelajaran yang lebih
berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreatifitas, menciptakan kondisi
yang menyenangkan dan menantang, kontekstual, menyediakan belajar yang
beragam, belajar melalui berbuat. Melaksanakan penilaian kelas yang lebih efektif
dengan menggunakan berbagai cara, seperti hasil karya, pemberian tugas dan
sebagainya. Kurikulum 2013 mengacu pada pemberdayaan tenaga pendidik dalam
keterampilan menentukan metode, teknik, dan alat yang tepat untuk melakukan
pembelajaran dan sumberdaya lainnya, pemantauan dan penilaian untuk
meningkatkan efisiensi, kenerja dan kualitas pelayanan terhadap peserta didik,
berkolaborasi secara horizontal dengan organisasi profesi dan sekolah lain, serta
berkolaborasi secara vertikal dengan Dewan Pendidikan dan Dinas Pendidikan.
Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: peserta didik,
pengelolaan sekolah (kepala sekolah, karyawan dan komite sekolah), lingkungan
(orangtua, masyarakat, sekolah), kualitas pembelajaran, kurikulum dan
3
Pengaruh teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan semakin
sejalan dengan adanya pergeseran pola pembelajaran dan tatap muka yang
konvensional kearah pendidikan yang lebih terbuka dan bermedia. Mason R
dalam Riyana (2006:2) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih
ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan
kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Nasution (2003:112) mengungkapkan
bahwa teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan dan penilaian
sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan proses
belajar mengajar. Menurut Rosenberg dalam Muhamad Surya (2004:75)
berkembangnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ada 5
pergesaran dalam pembelajaran, yaitu: (1) Dari pelatihan ke penampilan, (2) dari
ruang kelas ke dimana dan kapan saja, (3) dari kertas ke line atau saluran, (4) dari
fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata.
Kemajuan teknologi modern dalam hubungan dengan pendidikan lebih dikenal
dengan multimedia. Dalam hal ini multimedia dianggap sebagai media
pembelajaran yang berkesan berdasarkan kemampuan menyentuh panca indera.
Munir (2001:15) mengemukakan bahwa multimedia adalah alat, media dan
pendekatan yang digunakan untuk membuat komunikasi diantara guru dengan
peserta didik selama proses pembelajaran menjadi lebih berkesan.
Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses
pembelajaran yang dilakukan. Sedangkan salah satu faktor penting dalam proses
pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai sumber belajar yang tersedia di
kualitas proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan
fasilitas dan kualitas manajemen sekolah.
Mutu pendidikan tidak lepas dari hasil belajar siswa untuk mendapatkan hasil
belajar siswa yang baik, diharapkan guru mampu menciptakan suasana belajar
yang baik, hangat dan antusias. Dalam hal ini dituntut keprofesionalan guru, baik
dari segi penguasaan materi maupun keterampilan menentukan metode, teknik,
dan alat yang tepat untuk melakukan pembelajaran, sehingga siswa menyukai apa
yang diajarkan. Pemilihan teknik dan metode ini perlu diperhatikan bagaimana
membuat siswa suka dan merasa butuh akan apa yang dipelajari.
SMAN 1 Bulok sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang berdiri pada
tahun 1994, bertempat di Jalan Raya Sukamara Kecamatan Bulok berjarak sekitar
30 km dari pusat kota Kabupaten Tanggamus dengan jarak sekitar 3 km dari pusat
Kecamatan Bulok.
Konsidi peserta didik di SMAN 1 Bulok pada umumnya memiliki kondisi
ekonomi orang tua siswa yang serba terbatas dengan tingkat pendidikan rata-rata
sampai jenjang SMA dan bekerja pada sektor pertanian dan pekerja buruh.
Dengan kondisi tersebut mengakibatkan partisipasi orang tua dalam membimbing
anaknya dalam belajar di rumah kurang optimal, serta kemampuan menyediakan
sumber belajar berupa buku dan sumber penunjang belajar lainya seperti
komputer dan aplikasi pendidikan lainnya tidak terpenuhi, peserta didik hanya
5
Kemauan peserta didik dalam belajar dapat dikatakan kurang. Hal ini ditunjukan
oleh kurangnya motivasi internal antara lain minat dan keseriusan siswa dalam
belajar di rumah sebagai persiapan menghadapi pembelajaran di sekolah. Selain
itu, pekerjaan masyarakat sekitar tempat tinggal siswa adalah petani penggarap
dan buruh yang mengakibatkan motivasi eksternal siswa dalam mencapai
keberhasilan dalam belajar menjadi tidak ada contoh keberhasilan, keteladanan
dan kesuksesan di masyarakat sebagai buah dari hasil belajar. Sebagian besar
siswa datang ke sekolah tidak siap untuk melakukan pembelajaran, siswa hanya
siap menerima pembelajaran tanpa persiapan dengan pengetahuan dan
pengalaman belajar yang dipelajari terlebih dahulu di rumah.
Kondisi siswa tersebut di atas, mempengaruhi aktivitas belajarnya di sekolah.
Siswa di sekolah hanya siap menerima pembelajaran dari gurunya dan tidak ada
persiapan dengan melakukan belajar di rumah sebelum pembelajaran di sekolah di
mulai. Hal ini mempengaruhi aktivitas siswa dalam keterlibatannya dalam proses
pembelajaran, siswa lebih banyak pasif, menunggu perintah dan hanya menerima
apa yang terjadi dan diberikan gurunya.
Untuk itu guru harus menciptakan pembelajaran kondusif dengan penggunaan
sarana dan sumber belajar variatif yang menyenangkan sehingga peserta didik
tidak bosan dan tertarik terlibatdalam aktivitas pembelajaran yang memungkinkan
siswa bergerak phisik maupun psikisnya dalam suatu aktivitas belajar dengan
penggunaan model pembelajaran dan penggunaan media belajar yang tepat
Sumber belajar yang menarik partisipasi peserta didik untuk terlibat aktif adalah
penggunaan teknologi informasi beserta aplikasi pembelajarannya yang dapat
guru gunakan dalam mendukung tujuan pembelajaran di kelas. Penggunaan sarana
komputer/ Laptop, LCD projector merupakan syarat minimal yang harus guru
lakukan dalam pembelajaran yang selanjutnya penerapan aplikasi pendidikan
berupa animasi pembelajaran, CD interaktif, tape recorder, DVD player dan
televisi beserta pemanfaatan internet sebagai sumber belajar alternatif yang
mendorong peserta didik mengembangkan kemampuan mencari informasi
sehingga guru dapat terbantu dalam mencapai tujuan pembelajaran lebih kaya
informasi dan optimal.
Kondisi pembelajaran yang dilakukan guru di SMA Negeri 1 Bulok belum semua
guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan komputer/laptop dan LCD
projector, hal ini karena terbatasnya kemampuan guru dalam penggunaan
komputer, beberapa orang guru sudah terbiasa menggunakan komputer/laptop
dalam pembelajaran. Penggunaannya pun belum optimal karena tidak selalu setiap
pembelajaran menggunakan laptop. Adapun penggunaan LCD projector sangat
jarang sekali karena keterbatasan guru dalam penggunaan komputer serta jumlah
LCD projector yang hanya 3 unit.
Sarana lainnya yang berhubungan dengan pemanfaatan teknologi informasi adalah
tape recorder, CD interaktif juga belum dimanfaatkan secara optimal. Observasi
pendahuluan menunjukan bahwa beberapa guru belum menggunakan sarana
7
tersebut. Hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi tentang isi CD interaktif serta
cara penggunaannya.
Fasilitas jaringan internet sudah ada di sekolah dengan menggunakan modem
flash, namun pemanfaatannya masih bersifat untuk keperluan tenaga administrasi
sekolah saja. Masih sedikit guru yang memanfatkan koneksi internet dalam
pembelajaran walaupun penggunaannya masih jarang sekali, kebanyakan guru
lainnya belum memanfatkan fasilitas internet dalam pembelajaran. Hal ini terjadi
karena guru tersebut tidak menyempatkan diri mengemas materi pembelajaran
yang akan dicari atau difasilitasi jaringan internet, alasan lainnya adalah koneksi
jaringan internet yang ada sangat lambat.
Selain itu keberadaan laboratorium komputer dan multi studi belum dimanfaatkan
dengan maksimal. Guru lebih menyukai mengajar dengan cara langsung tatap
muka di kelas karena efektif waktu dan guru tidak dipusingkan dengan persiapan
skenario pembelajaran serta tugas belajar yang akan dilakukan di laboratorium
komputer dan multi studi. Guru dalam mengajar hanya berpatokan pada materi
yang ada di buku untuk disampaikan kepada peserta didik tanpa melakukan
persiapan yang memakan waktu banyak.
1.2Fokus Penelitian
Penelitian ini adalah evaluasi pemanfaatan sumber belajar berbasis TIK oleh guru
di SMAN 1 Bulok Kabupaten Tanggamus. Evaluasi difokuskan pada proses
1. Pemanfaatan komputer/laptop dan LCD projector.
2. Pemanfaatan CD interaktif.
3. Pemanfaatan tape recorder.
4. Pemanfaatan internet sebagai sumber informasi alternatif.
5. Pembelajaran dilakukan di laboratorium komputer.
6. Pembelajaran dilakukan di laboratorium multi studi.
1.3Perumusan Masalah
Permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah guru memanfaatkan komputer/laptop dan LCD projector dalam
pembelajaran ?
2. Apakah guru memanfaatkan CD interaktif ?
3. Apakah guru memanfaatkan tape recorder ?
4. Apakah guru memanfaatkan internet sebagai sumber informasi alternatif ?
5. Apakah pembelajaran dilakukan di laboratorium komputer ?
6. Apakah pembelajaran dilakukan di laboratorium multi studi ?
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pemanfaatan sumber belajar berbasis
TIK yaitu:
1. Pemanfaatan komputer/laptop dan LCD projector.
2. Pemanfaatan CD interaktif.
3. Pemanfaatan tape recorder.
9
5. Pembelajaran dilakukan di laboratorium komputer.
6. Pembelajaran dilakukan di laboratorium multi studi.
1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
khususnya dibidang teknologi pendidikan kawasan evaluasi dalam pemanfaatan
sumber belajar berbasis TIK.
1.5.2 Secara Praktis
1.5.2.1Sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Pendidikan berkenaan dengan
pemanfaatan sumber belajar berbasis TIK.
1.5.2.2Memberikan kontribusi kepada sekolah khususnya berkenaan dengan guru
dalam pemanfaatan sumber belajar berbasis TIK.
1.5.2.3Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan pihak sekolah dalam
mengoptimalisasi peran dan pemberdayaan sekolah dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran.
1.5.2.4Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Evaluasi
2.1.1 Pengertian Evaluasi
Evaluasi memiliki pengertian sebagai bentuk penilaian mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan, dari sudut pandang istilah menurut wandt dan brown
dalam sudiyono (2003: 1) :”evaluation refer to the act or process to determining
the value of something” (evaluasi merupakan suatu tindakan atau suatu proses
untuk menentukan nilai dari sesuatu). Sementara menurut Cross dalam Sukardi
(2009: 1): “evaluation is a process which determines the extent to which
objectives have been achieved”. Artinya evaluasi merupakan proses yang
menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai.
Sedangkan menurut stufflebeam dalam Daryanto (2005: 2) “evaluation is the
process of delineating obtaining and providing useful information for judging
decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif
keputusan. Selain itu dalam suharsimi (2004: 1) menurut suchman bahwa evaluasi
dipandang sebagai suatu proses, menentukan hasil yang telah dicapai beberapa
kegiatan yang direncanakan, untuk mendukung tercapainya tujuan. Worthen dan
Sanders dalam Suharsimi (2004:1) mengemukakan definisi evaluasi merupakan
11
tersebut juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai
keberadaan sesuatu program, produksi, prosedur serta alternatif strategi yang
diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Berdasarkan beberapa
pendapat tersebut maka evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah
keputusan.
Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk
menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang,
objek, dan yang lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian. Untuk
menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria namun
dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian
baru membandingkannya dengan kriteria. Dengan demikian evaluasi tidak selalu
melalui proses mengukur (pengukuran) baru melaksanakan proses menilai
(penilaian) tetapi dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja.
2.1.2 Tujuan dan fungsi evaluasi
Tujuan dari diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian
tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program,
karena evaluator program ini mengetahui bagian mana dari komponen dan
subkomponen program yang belum terlaksana dan apa sebabnya (Suharsimi,
2004:18).
Secara umum evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya
penyusunan rencana, dan (3) memperbaiki atau melakukan penyempurnaan
kembali. (Sudijono, 2005:8). Adapun secara khusus fungsi evaluasi dalam dunia
pendidikan dapat ditilik dari tiga segi, yaitu: (1) segi psikologis, (2) segi didaktik,
(3) segi administratif.
Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan memberikan
pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal kapasitas dan status
dirinya masing-masing di tengah-tengah kelompok atau kelasnya. Secara didaktif
evaluasi pendidikan akan dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada mereka
untuk dapat memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan prestasinya.
Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga
macam fungsi yaitu: (1) memberikan laporan, (2) memberikan bahan-bahan
keterangan (data), dan (3) memberikan gambaran.
2.1.3 Model-model Evaluasi
2.1.3.1Model Evaluasi CIPP
Model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) merupakan hasil kerja
keras Phi Delta Kappa National Study Committee selama empat tahun, yang
diketuai oleh Daniel Stuffle – Beam. Model ini konsisten dengan definisi evaluasi
program pendidikan yang dikeluarkan oleh komite tersebut, yaitu : evaluasi adalah
proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang
bermanfaat dalam menilai alternative-alternatif keputusan.
Berkaitan dengan definisi di atas, Stufflebeam (Worthen dan Sanders, 1981 : 129)
13
1) Evaluation is performed in the service of decision-making, hence, it should provide information which is useful to decision-maker.
2) Evaluation is a cyclic, continuing process and, therefore, must be implemented through a systematic program.
3) The evaluation process includes the three main steps of delineating, obtaining and providing. These steps provide the basis for methodology of evaluation.
4) The delineating and providing steps in the evaluation process are interface activities requiring collaboration between evaluator and decision-maker, while the obtaining step is largely a technical activity which is executed mainly by the evaluator.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa : (1) evaluasi dilaksanakan untuk melayani
pengambilan keputusan, oleh karena itu evaluasi hendaknya menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi pengambil keputusan. (2) evaluasi merupakan
proses yang bersifat siklis dan berkesinambungan, sehingga harus dilaksanakan
melalui sebuah program yang sistematis. (3) proses evaluasi terdiri dari tiga
tahapan utama, yaitu; penggambaran, pemerolehan, dan menyediakan informasi.
Tahapan-tahapan ini merupakan dasar bagi metodelogi evaluasi. (4) Tahapan
penggambaran dan penyediaan informasi dalam proses evaluasi adalah aktivitas
yang saling berhubungan yang membutuhkan kerja sama antara evaluator dan
pengambil keputusan, sementara tahapan pemerolehan informasi merupakan
aktivitas yang bersifat teknis yang sebagian besar dilakukan oleh evaluator.
Pendapat lain yang mengomentari definisi di atas dikemukakan oleh Isaac dan
Michel (1984 : 6), yang menyatakan bahwa definisi tersebut menggabungkan tiga
aspek dasar. Pertama, evaluasi merupakan proses yang sistematis dan
berkesinambungan. Kedua, proses ini terdiri dari tiga langkah yang sangat
penting, yaitu: (1) menyusun pertanyaan dan menentukan informasi yang akan
dikumpulkan. (2) mengumpulkan data yang relevan. (3) menyediakan informasi
menginterprestasi informasi tersebut terkait dengan dampaknya terhadap
alternatif-alternatif keputusan yang dapat memperbaiki atau meningkatkan
program pendidikan yang sedang berjalan. Ketiga, evaluasi mendukung proses
pengambilan keputusan dengan memungkinkan pemilihan sebuah alternatif dan
menindaklanjuti sebagai konsekuensi dari sebuah keputusan.
Selanjutnya Isaac dan Michael (1984 : 6) menyatakan bahwa model evaluasi CIPP
menyediakan empat tipe keputusan, yaitu (1) Planning decision, yang
mempengaruhi pemilihan tujuan secara umum maupun secara khusus. (2)
structuring decision, yang menentukan strategi dan desain procedural yang
optimal dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh
keputusan perencanaan. (3) Implementing decision, yang memberikan jalan/cara
dalam menjalankan dan meningkatkan pelaksanaan desain, metode, atau strategi
yang telah dipilih, dan (4) recycling decision, yang menentukan apakah sebuah
kegiatan atau bahkan sebuah program dilanjutkan, diperbaiki, atau dihentikan.
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, untuk mewujudkan keempat
tipe keputusan ini, maka terdapat empat jenis evaluasi yang masing-masing
diperuntukan bagi setiap keputusan. Contect evaluation, menghasilkan informasi
yang berkaitan dengan kebutuhan (yaitu sejauh mana perbedaan yang timbul
antara kenyataan yang terjadi dan harapan yang diinginkan, dikaitkan dengan
harapan terhadap nilai-nilai tertentu, lingkup perhatian, hambatan dan peluang
dalam rangka merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus sebuah program.
Input evaluation, menyediakan informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari
15
ditetapkan. Proses evaluation, menyediakan informasi untuk melakukan
pemantauan terhadap pelaksanaan prosedur dan strategi yang telah dipilih,
sehingga faktor yang menjadi kekuatan dapat dipertahankan dan
faktor-faktor yang menjadi kelemahan dapat dihilangkan. Product evaluation,
menyediakan informasi sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dapat dicapai dan utnuk menentukan apakah strategi, prosedur, atau
metode yang telah diimplementasikan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
tersebut harus dihentikan, diperbaiki, atau dilanjutkan dalam bentuknya yang
sekarang.
Pada dasarnya yang paling utama dari sebuah evaluasi adalah adanya saling
keterkaitan yang bersifat simultan dari sebuah produk dan evaluasi proses, dimana
umpan balik yang diperoleh dari kualitas produk yang dihasilkan, dapat digunakan
dalam evaluasi proses untuk meningkatkan kualitas produk di masa yang akan
datang dengan mengatasi berbagai kekurangan dan mengadakan perbaikan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung berdasarkan keputusan implementasi.
Lebih jauh umpan balik juga dapat digunakan didalam evaluasi input untuk
mendesain kembali strategi-strategi yang digunakan, sehingga dapat
menghasilkan produk yang lebih sesuai. Dengan demikian, Model evaluasi CIPP
memungkinkan untuk menjawab empat pertanyaan, yaitu : (1) tujuan manakah
yang akan dicapai? (2) strategi atau prosedur manakah yang harus dijalankan? (3)
seberapa baik strategi atau prosedur ini bekerja? (4) seberapa efektif pencapaian
Pada dasarnya, studi evaluasi tidak bersifat statis, karena sangat besar
kemungkinannya untuk dipengaruhi oleh faktor kontekstual. Oleh karena itu,
penting bagi sebuah evaluator untuk memperhatikan faktor-faktor tersebut ketika
mengevaluasi sebuah program.
Stufflebeam juga menenkankan pentingnya aspek-aspek deskriptif dari studi
program. Dengan menyebutkan variasi tahapan perkembangan program, dan juga
menekankan pentingnya seorang evaluator memperhatikan gambaran kondisi
detail dari suatu program yang sedang dievaluasi.
Gambar 1. Bagan Evaluasi Model CIPP
Sumber : http://shareit4us.blogspot.com/2010/06/model-evaluasi-program.html
2.1.3.2Model Evaluasi Kesenjangan
Model penilaian kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian
antara standar yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual
dari program tersebut. Ada beberapa langkah dalam model ini (Fernandes,
1984:9) yaitu: 1) penyusunan desain, 2) pemasangan instalasi, 3) proses, 4)
pengukuran tujuan, 5) model komparasi/perbandingan. Kunci dari model ini
17
2.1.3.3Model Evaluasi Center for the study of evaluation (CSE Model of Evaluation)
Model CSE memfokuskan pada evaluasi itu dilaksanakan. Ada empat model
yaitu: 1) menaksir kebutuhan (need assesment), 2) perencanaan program
(programme planning), 3) evaluasi formatif (formative evaluation), dan 4)
evaluasi sumatif (summative evaluation).
2.1.3.4Model evaluasi Stake (Stake’s Model of Evaluation)
Model evaluasi stake (Stake’s model of evaluation) ini, terkonsentrasi pada dua
langkah pekerjaan evaluasi yaitu deskripsi dan pertimbangan. Model evaluasi
Stake sebenarnya agak mirip dengan CIPP dan CES model, namun Stake
memasukan dimensi yang lain yaitu dimensi deskripsi (Kauffman &
Thomas,1981:123). Oleh Stake, model evaluasi diajukan dalam bentuk diagram,
yang menggambarkan deskripsi dan tahapan sebagai berikut. (Worthen &
Sanders, 1973: 113)
Gambar 2. Bagan Evaluasi Model Stake (Worthen & Sanders, 1973: 113)
Rationable
Intens Observation Standars judgements
Antecendent
Transaction
2.1.3.5Model evaluasi perlawanan
Model ini memiliki empat tahapan yaitu : 1) melontarkan isu dengan cara
mensurvei berbagai group untuk menentukan bahwa pendapat mereka merupakan
isu yang relevan, 2) meringkas isu, 3) membentuk dua tim evaluasi yang
berlawanan dan memberikan kesempatan pada kedua tim menyiapkan
argumentasi mendukung atau melawan program, dan 4) melakukan dengan
pendapat masing-masing tim memberikan argumentasi dan bukti sebelum
pengambilan keputusan (fernandes, 1984:12).
2.1.3.6Model Goal Oriented Evaluation by Tyler
Model evaluasi yang dikemukajan oleh Tyler, yaitu goal oriented evaluation atau
evaluasi yang berorientasipada tujuan, yaitu sebuah model evaluasi yang
menekankan peninjauan pada tujuan sejak awal kegiatan dan berlangsung secara
berkesinambungan. Program pembelajaran yang mewakili jenis program
pembrosesan ini merupakan sebuah proses pengalihan ilmu dan pembimbingan
sebelum para pendidik mulai melakukan kegiatan, harus membuat persiapan
mengajar yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Para evaluator dapat mengecek
apakah rencana pembelajaran yang dibuat oleh pendidik betul-betul sudah benar,
mengarahkan kegiatannya pada tujuan? Selanjutnya rencana tersebut
diimplementasikan dalam pelaksanaan pembelajaran melalui langkah-langkah
yang berkesinambungan. Berdasarkan penjelasan diatas maka model evaluasi
yang berorientasi pada tujuan ini cocok diterapkan untuk mengavulasi program
yang jenisnya pemrosesan dalam bentuk pembelajaran. Peninjauan atas
19
Model Tyler ini secara konsep menekankan adanya proses evaluasi secara
langsung didasarkan atas tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan bersamaan
dengan persiapan mengajar, ketika seorang pendidik berinteraksi dengan para
peserta didiknya menjadi sasaran pokok dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dikatakan berhasil menurut para pendukung Tyler, apabila para
peserta didik dalam proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam proses pembelajaran. Tujuan sebagai pedoman untuk dievaluasi
secara konsep diajukan oleh Tyler dalam monograf, Basic Principles of
Curriculum adn Instruction (1950), ia menyatakan bahwa proses evaluasi
esensinya adalah suatu proses dan kegiatan yang dilakukan oleh seorang
evaluator.
Usaha memahami tujuan hidup seorang peserta didik dalam proses pembelajaran
tidaklah mudah. Hal ini karena pada diri seorang peserta didik pada prinsipnya
akan selalu terjadi perubahan,seiring dengan umur, hasil belajar dan tingkat
pengalaman hidup seorang anak manusia. Dalam proses pembelajaran, tujuan
perlu direncanakan oleh seorang pendidik, dengan prinsip bahwa utnuk
menentukan hasil perubahan yang diinginkan dalam bentuk perilaku peserta didik,
seorang pendidik dapat menentukan derajat tingkat perubahan perilaku peserta
didik yang terjadi, sebagai akibat perncanaan proses pembelajaran yang dilakukan
oleh seorang pendidik kepada para peserta didik.
Jika dibandingkan dengan beberapa macam pendekatan lain, diantaranya
pendekatan peserta didik sebagai pusat pembelajaran (pupil-centered), pendekatan
memiliki model yang berbeda. Pendekatan tyler pada prinsipnya menekankan
perlunya suatu tujuan dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini merupakan
pendekatan sistematis, elegan, akuran dan secara internal memiliki rasional yang
logis. Dibandingkan dengan model evaluasi lainnya kesederhanaan model tyler
merupakan kelebihan tersendiri dan merupakan kekuatan yang elegan serta
mencakup evaluasi kontingensi.
Dalam implementasinya, model tyler juga menggunakan unsur pengukuran
dengan usaha secara konstan, pararel, dengan iquiri ilmiah dan melengkapi
legitiminasi untuk mengangkat pemahaman tentang evaluasi. Pada model tyler
sangan membedakan antara konsep pengukuran dan evaluasi. Menurut tyler,
pengetahuan pengukuran dan pengetahuan evaluasi terpisah dan merupakan
proses dimana pengukuran hanya satu dari beberapa kemungkinan salah satu cara
dalam mendukung tercapainya evaluasi.
Dilingkungan pembelajaran, model tyler masih sangat luas penggunaannya.
Karena beberapa kelebihan seperti yang telah disebutkan diatas. Disamping itu,
pada lingkup yang sangat luas, misalnya bidang kurikulum, secara rasional tyler
telah menggambarkan selangkah lebih maju, dimana evaluasi berfokus pada
penyaringan kurikulum dan program sebagai sentral kepercayaan evaluasi. Fokus
model tyler pada prinsipnya adalah lebih menekankan perhatian pada sebelumnya
dan sesudah perencanaan kurikulum. Disamping itu, model tyler juga
menekankan bahwa perilaku yang diperlukan diukur minimal dua kali, yaitu
21
2.2Teori Desain Pembelajaran
Reigeluth (1999: 5) mengatakan, “An instructional-design theory is a theory that
offers explisit guidance on how to better help people learn and develop”. Sebuah
teori desain pembelajaran adalah sebuah teori yang menawarkan tuntunan yang
tegas bagaimana membantu orang-orang belajar dan berkembang menjadi lebih
baik.
Dick and Carey (2005: 4) mengatakan bahwa Desain Pembelajaran mencakup
seluruh proses yang dilaksanakan pada pendekatan sistem, sedangkan teori
belajar; teori evaluasi dan teori pembelajaran merupakan teori-teori yang
melandasi desain pembelajaran.
Model desain sistem pembelajaran ini telah lama digunakan untuk menciptakan
program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Model yang mereka
kembangkan didasarkan pada penggunaan sistem terhadap komponen-komponen
dasar dari sistem pembelajaran yang meliputi; analisis, desain, pengembangan,
implementasi, dan evaluasi. Model desain sistem pembelajaran yang
dikembangkan terdiri atas beberapa komponen dan sub komponen yang perlu
dilakukan untuk membuat rancangan aktivitas pembelajaran yang lebih besar.
Pada penelitian ini penulis menggunakan model desain pembelajaran Dick and
Carey, karena berbagai alasan yaitu: (a) Desain ini memiliki pandangan khusus
pada awal proses pembelajaran dengan lebih dahulu menetapkan tujuan
kompetensi peserta didik yang harus tahu atau mampu dilakukan peserta didik
pada waktu berakhirnya program pembelajaran. (b) Desain ini memiliki
hubungan antara siasat pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan. (c) Desain
ini merupakan proses yang sifatnya empirik dan dapat di lakukan secara
berulang-ulang, karena pembelajaran tidak dirancang untuk satu kali kegiatan saja, namun
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
Langkah-langkah dari model desain tersebut adalah: 1) mengidentifikasi tujuan
instruksional umum; 2) melakukan analisis instruksional; 3) mengidentifikasi
perilaku dan karateristik awal peserta didik; 4) merumuskan tujuan performasi; 5)
mengembangkan butir-butir tes acuan patokan; 6) mengembangkan strategi
instruksional; 7) mengembangkan dan memilih bahan instruksional; 8) mendesain
dan melaksanakan evaluasi formatif; 9) melakukan revisi pembelajaran; 10)
melaksanakan evaluasi sumatif, (Dick and Carey 2005: 5).
Gambar 3. Bagan Desain Instruksional Dick and Carey
Sumber: Desain Instruksional (Dick and Carey: 2005:5)
23
Model Dick and Carey yang terdiri dari 10 langkah ini pada tiap-tiap langkahnya
sangat jelas maksud dan tujuannnya, sehingga bagi perancang pemula sangat
cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain.
Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukkan hubungan yang
sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainnya.
Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas,
namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya. Model desain
Dick and Carey yang menjadi dasar penulis menyusun rencana pembelajaran
dalam penelitian ini.
Dalam merancang desain pembelajaran penulis menggunakan langkah langkah
model desain pembelajaran Dick and Carey yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Tujuan Instruksional
Langkah pertama yang dilakukan dalam menerapkan model desain pembelajaran
ini adalah menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu dimiliki oleh
peserta didik setelah menempuh pembelajaran. Hal ini disebut dengan istilah
tujuan pembelajaran atau instruksional goal. Identifikasi tujuan pembelajaran
dikembangkan dari kompetensi inti dan kompetensi dasar yang terdapat dalam
Silabus.
2. Melakukan Analisis Instruksional
Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis instruksional, yaitu proses menjabarkan prilaku umum
menjadi prilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan
menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci. Analisis instruksional
adalah sebuah prosedur yang digunakan untuk menentukan keterampilan dan
pengetahuan yang relevan dan diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai
kompetensi atau tujuan pembelajaran.
3. Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Peserta Didik
Selain melakukan analisis tujuan pembelajaran, hal penting yang perlu dilakukan
adalah analisis terhadap karakteristik peserta didik. Kedua langkah ini dapat
dilakukan secara bersamaan. Karakteristik peserta didik yang beda, baik dari segi
kemampuan, suku, jenis kelamin dan agama akan membuat peserta didik tersebut
cenderung belajar secara individu dan penuh dengan persaingan baik antar
individu itu sendiri maupun antar kelompok-kelompok tertentu.
4. Merumuskan Tujuan Performansi
Dari hasil analisis instruksioanal, perlu kiranya pendidik mengembangkan tujuan
pembelajaran secara spesifik (Instructional Objectives) yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang bersifat
umum (Instructional Goal).
5. Mengembangkan Alat Penilaian
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, langkah selanjutnya
adalah mengembangkan alat atau instrumen penilaian. Alat atau instrument
penilaian ini digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Alat atau Instrumen penilaian ini dapat berbentuk tes maupun lembar observasi.
25
6. Mengembangkan Strategi Instruksional
Berdasarkan analisis prilaku dan karakteristik awal peserta didik dan empat
langkah yang terdahulu maka diperlukan sebuah strategi yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran. Bagi seorang pendidik kemampuan
memulai, menyajikan dan menutup kelas akan menjadi modal utama dalam
merencanakan kegiatan instruksional secara sistematis, relevan dengan tujuan
instruksional mata pelajaran tersebut, kegiatannya juga harus menarik dan dapat
meningkatkan aktifitas peserta didik. Strategi pembelajaran yang akan
dikembangkan meliputi silabus, RPP ( termasuk di dalamnya metode, media yang
tepat, waktu dan sumber belajar yang akan digunakan).
7. Mengembangkan dan Memilih Bahan Pembelajaran
Langkah berikutnya adalah mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran
yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini bahan
pembelajaran yang digunakan pada silus 1 adalah Going to the Beach, pada siklus
II adalah subtema Going to the Zoo dan pada siklus III adalah Going Camping.
8. Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Formatif
Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif adalah sebuah proses yang
digunakan oleh desainer untuk memperoleh data yang akan digunakan untuk
merevisi pembelajaran sehingga pembelajarannya menjadi lebih efektif dan
efisien. Penekanan dalam evaluasi formatif adalah pada pengumpulan dan analisis
data dan revisi pada pembelajaran. Dalam penelitian ini evaluasi formatif
dilaksanakan pada siklus 1, kemudian dianalisis dan direvisi untuk perbaikan pada
9. Revisi Materi Pembelajaran
Dari data yang diperoleh dari sumber hasil tes formatif, maka dapat disimpulkan
dan digunakan untuk mengidentifikasi bahan pembelajaran mana yang harus
direvisi. Pada sebuah penelitian setelah data pada siklus 1 yang diperoleh
dianalisis, maka akan diketahui bagian-bagian mana yang harus direvisi apakah
dalam penyusunan RPP, penggunaan media yang kurang dapat menstimulus
peserta didik, pengolahan waktu yang kurang tepat, atau ruangan kelas yang
kurang memadai.
10. Melaksanakan Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif didefinisikan sebagai sebuah desain evaluasi kumpulan data
untuk mengukuhkan efektivitas materi-materi pembelajaran bagi peserta didik.
Tujuan evaluasi formatif adalah untuk menempatkan kelemahan dan kelebihan
dalam sebuah pembelajaran dan menyimpan penemuan-penemuan tersebut bagi
pengambil keputusan untuk menentukan materi mana yang akan terus digunakan
dan mana yang tidak.
2.3Teori Belajar dan Pembelajaran
Hakekat belajar dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa teori yang
berhubungan dengan penggunaan media serta hubungannya antara pesertan didik
dengan media yang digunakan
2.3.1 Belajar Menurut Skinner
Skinner memandang belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian
27
belajar sebagai suatu perilaku dan karena belajar responnya menjadi lebih baik.
Demikian sebaliknya apabila orang tidak belajar maka responya akan menurun.
Sehingga dengan belajar terjadi perubahan respon. Skinner memandang anak
belajar karena mengejar hadiah atau pujian (operant conditioning) atau penguatan
(reinforcement) yang dapat berupa nilai yang baik atau hadiah berupa barang atau
lainnya.
Dengan demikian dalam belajar dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang memungkinkan terjadinya respon
belajar
2. Respon orang yang belajar
3. Akibat yang bersifat menggunakan respon tersebut baik berupa hadiah
maupun teguran atau hukuman.
Dengan demikan jika digunakan teori Skinner maka pendidik ataupun media yang
digunakan harus memperhatikan dua hal penting berikut:
1. Pemilihan stimulus yang diskriminatif
2. Penggunaan penguatan
Langkah-langkah pembelajaran menurut teori conditioning operant Skinner adalah
1. Mempelajari keadaan kelas yang berkaitan dengan perilaku peserta didik
2. Membuat daftar penguat positif
3. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis
penguatnya.
4. Membuat program pembelajaran yang berisi urutan tingkah laku yang
2.3.2 Teori Behaviorisme
Menurut Behavioristik belajar merupakan perubahan tingkah laku, khususnya
kapasitas peserta didik untuk perilaku yang baru sebagai hasil belajar. Selain itu
dijelaskan bahwa perubahan tingkah laku manusia sangat dipengaruhi oleh
lingkungan yang akan memberikan berbagai pengalaman kepada seseorang.
Lingkungan merupakan stimulan yang dapat mempengaruhi atau merubah
kapasitas untuk merespon. Sehingga secara tidak langsung dikatakan bahwa
belajar merupakan perubahan tingkah laku hasil interaksi antara stimulus-respon
yaitu proses manusia untuk memberikan respon tertentu berdasarkan stimulus
yang datang dari luar.
Proses belajar terdiri dan beberapa unsur yaitu dorongan (drive), stimulus, respon
dan penguatan (reir forcement). Unsur dorongan tampak jika seseorang
merasakan kebutuhan akan sesuatu dan terdorong untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Selanjutnya dorongan tersebut berinteraksi dengan lingkungan yang
dalam lingkungan tersebut terdapat berbagai macam stimulus yang dapat
menyebabkan berbagai macam respon dari orang tersebut. Sedangkan unsur
penguatan akan memberikan tanda kepada seseorang tentang kualitas respon yang
diberikan dan mendorong orang tersebut memberikan respon lagi.
2.4Sumber Belajar
Menurut AECT, sumber belajar meliputi setiap pesan, orang, alat, teknik dan latar
yang digunakan dalam proses pembelajaran. Sumber belajar adalah segala sesuatu
yang dimanfaatkan oleh peserta didik untuk mempelajari pengalaman belajar
29
(2008:174). Beberapa sumber yang dapat dimanfaatkan adalah manusia sumber,
alat dan bahan, aktifitas atau kegiatan dan lingkungan atau setting. Belajar sebagai
proses pembelajaran yang dibangun oleh pendidik untuk mengembangkan
kreatifitas yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik, serta
dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Belajar
mempunyai dua karakteristik yaitu:
1. Proses belajar melibatkan proses mental peserta didik secara maksimal, bukan
hanya menuntut peserta didik sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi
menghendaki aktivitas peserta didik dalam proses berfikir.
2. Belajar membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus
yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir
peserta didik, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi
sendiri.
Pendidik harus dapat melakukan berbagai upaya mewujudkan masyarakat belajar
sepanjang hayat untuk menghadapi era informasi, para pendidik harus berupaya
menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik atau warga belajar
memiliki pengalaman belajar melalui berbagai media belajar, baik media yang
dirancang maupun media yang dimanfaatkan. Untuk itu laboratorium, bengkel,
studio, perpustakaan dan pusat sumber belajar yang ada di sekolah maupun di
perguruan tinggi perlu dilengkapi dengan peralatan dan bahan yang diperlukan,
peserta didik menguasai kompetensi yang dibutuhkannya. Di sisi lain, keaktifan
dan kreatifitas pendidik pun diperlukan untuk dapat menggali potensi di
masyarakat dan lingkungan sekitar agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber
belajar.
Sumber belajar adalah alat yang digunakan untuk mendukung terjadinya belajar,
termasuk sistem pelayanan, bahan belajar dan lingkungan. Sumber belajar adalah
material belajar (learning materials), termasuk: video, buku, kaset audio dan
program interactive video (IV), paket pembelajaran yang mengkombinasikan
lebih dari satu media. Jadi sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan sebagai tempat belajar peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar
kelas, perpustakaan, laboratorium, media massa, media elektronik, toko buku,
teman sekolah, tokoh masyarakat, peristiwa dan kejadian tertentu. Di pihak lain
dinyatakan bahwa sumber belajar adalah lingkungan yang dapat dimanfaatkan
oleh sekolah sebagai sumber belajar, yang dapat berupa manusia atau bukan.
Sejalan dengan hal tersebut Mulyasa (2002:48) secara garis besar sumber belajar
dapat digolongkan menjadi 5 katagori yaitu: 1) Manusia yaitu orang yang
menyampaikan pesan seperti pendidik, konselor, administrator, teman sejawat
atau orang yang tidak disengaja seperti penyuluh kesehatan,pemimpin perusahaan,
pengurus koperasi atau orang yang bergerak dibidang yang ditekuninya misalnya
pedagang; 2) Bahan yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran seperti
film pendidikan, peta, grafik, buku paket, yang sering disebut media pembelajaran
atau film-film lainnyayang dapat dipergunakan untuk pembelajaran; 3)
31
didik, perpustakaan, ruang kelas, laboratorium, ruang mikroteachin, dapat juga
berupa museum, kebun binatang dan tempat-tempat beribadat; 4) Alat dan
peralatan yaitu alat yang dipergunakan untuk peralatan misalnya foto, radio tape,
atau berupa sumber lain seperti, proyektor film, TV dan radio, internet; 5)
Aktivitas yaitu sumber lain berupa kombinasi antara teknik, misalnyaceramah
dengan sumber lain contoh simulasi atau dapat berupa karyawisata.
Secara sederhana merumuskan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat
memudahkan peserta didik memperoleh informasi, pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan dalam proses pembelajaran. Dari berbagai sumber yang mungkin
dikembangkan adalah manusia, bahan dan lingkungan, alat dan peralatan dan
aktivitas. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwawa
sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
belajar.
2.4.1 Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah,
perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerimapesan (Arsyad, 2011:3). Menurut
Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2011), media apabila dipahami
secara garis besar adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap.
Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.
Menurut Nasution (2006:195), beberapa media yang dapat dipergunakan untuk
lisan, media tertulis, gambar-gambar hidup atau televisi, mesin belajar.
Benda-benda dapat berupa mainan, perabot, binatang, tanaman. Kemudian demonstrasi
seperti batu tenggelam, air mendidih, lilin mencair, manusia sebagai model
mencontoh orang lain seperti batu tenggelam, air mendidih, lilin mencair, manusia
sebagai model moncontoh orang lain seperti kelakuan orang tua atau orang
disekitarnya. Komunkasi lisan seperti bimbingan, situasi belajar. Media tertulis
meliputi buku, majalah, diktat, sedangkan gambar atau gambar hidup seperti
gambar proses terjadinya reaksi baik dua dimensi atau melalui film.
2.4.2 Keuntungan Media atau Sumber Belajar
Belajar berbasis aneka sumber memberikan berbagai keuntungan, beberapa
diantaranya yang dikemukakan oleh para ahli (Nasution, 2006:194)
sumber-sumber belajar selain pendidik adalah papan tulis, buku, proyektor, fil, rekaman,
laboratorium dapat melatih peserta didik berpikir secara bebas dan kreatif untuk
mengembangkan segala kemampuan imajenasinya.
Sanjaya (2006:16) media atau sumber belajar berupa suatu alat atau bahan yang
dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah
dan alat yang diprogram untuk kepentingan pendidikan dengan tujuan: 1)
pengumpulan informasi yang terjadi pada kegiatan berfikir, yang pada gilirannya
akan menimbulkan pemahaman yang mendalam dalam hal untuk belajar; 2)
mendorong terjadinya pemusatan perhatian terhadap topik sehingga membuat
peserta didik menggali lebih banyak informasi dan menghasilkan produk belajar
yang telah bermutu; 3) Meningkatkan pembentukan keterampilan berpikir seperti
33
melakukan evaluasi melalui penggunaan informasi dan penelitian secara mandiri;
4) Meningkatkan perolehan keterampilan memproses informasi secara efektif dan
keberagamannya memungkinkan pengumpulan informasi sebagai proses yang
berkesinambungan sehingga terbentuknyapengetahuan pada setiap fase
berikutnya; 5) Meningkatkan sikap murid dan pendidik terhadap materi belajar
dan hasil akademik; 6) Membuat orang antusias belajar dan terinspirasi untuk
berpartisipasi aktif; 7) Meningkatkan hasil akademik dalam penguasaan materi,
sikap berfikir kritis.
Mulyasa (2002:49) berpendapat dengan belajar berbasis aneka sumber dapat
melengkapi, memelihara, memperkaya, mampu meningkatkan aktivitas dan
kreativitas belajar dan memungkinkan dapat menggali berbagai jenis pengetahuan
yang berkembang.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan sumber belajar
adalah kemampuan seseorang mengikuti akselesari teknologi yang senantiasa
berubah dan beberapa fungsi dan tujuan lain seperti: 1) Meningkatkan
kemampuan belajar, 2) Meningkatkan motivasi belajar, 3) Menumbuhkan
kesempatan belajar baru, 4) Mengurangi ketergantungan pada pendidik, dan 5)
Menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi tantangan baru.
2.4.3 Strategi Belajar Berbasis Aneka Sumber
Era modernisasi ini perkembangan teknologi semakin terasa dampaknya pada
berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Kecenderungan teknologi
sebagai tolok ukur untuk menilai sejauh mana modernisasi yang telah dicapai di
sehingga memberikan peluang pembelajar untuk memanfaatkannya sebagai
sumber belajar. Peserta didik pada dasarnya memiliki dua dimensi yaitu dimensi
kognitif (IQ) dan afektif (emosional). Pendidik berperan sebagai pembimbing,
melatih, memotivasi, dan memfasilitasi peserta didik untuk aktif dalam proses
belajar.
Prinsip pemanfaatan sumber belajar menurut Sanjaya (2006: 173) agar media
benar-benar dapat digunakan untuk pembelajaran peserta didik sejumlah prinsip
yang harus diperhatikan, 1) media yang digunakan harus sesuai dan diarahkan
dengan tujuan pembelajaran, 2) sesuai dengan materi pembelajaran, 3) sesuai
dengan minat, kebutuhan dan kondisi peserta didik, 4) memperhatikan efektivitas
dan efisiensi, 5) dan kemampuan pendidik serta peserta didik dalam
pengoperasiannya.
Peran dan kegiatan pendidik dalam menerapkan cara belajar berbasis aneka
sumber yaitu : 1) pendidik sendiri harus melakukan dan membiasakan diri untuk
memanfaatkan aneka sumber, sehingga akan memudahkan menentukan metode
yang tepat dalam memanfaatkan aneka sumber yang memungkinkan terjadinya
penyampaian kompetensi yang diharapkan; 2) metode yang digunakan dalam
belajar hendaknya digabungkan dengan metode pemberian tugas sehingga peserta
didik aktif terlibat mencari informasi yang diperlukan; 3) kurangnya sumber
belajar seperti media cetak, visual, audio, maupun audio visual.
Pemanfaatan sumber belajar adalah suatu daya seseorang untuk dapat
memanfaatkan semua benda atau segala sesuatu sebagai sumber atau bahan
35
bagi peserta didik baik dikelas ataupun di luar kelas meliputi, orang, bahan,
lingkungan, alat dan peralatan serta aktivitas.
2.5Sumber Belajar Berbasis TIK
2.5.1 Presentasi
Presentasi merupakan cara yang sudah lama digunakan, dengan menggunakan
OHP atau chart. Peralatan yang digunakan sekarang biasanya menggunakan
sebuah komputer/laptop dan LCD proyektor. Ada beberapa keuntungan jika kita
memanfaatkan TIK diantaranya kita bisa menampilkan animasi dan film, sehingga
tampilannya menjadi lebih menarik dan memudahkan siswa untuk menangkap
materi yang kita sampaikan. Software yang paling banyak digunakan untuk
presentasi adalah Microsoft Powerpoint. Menurut Supriyanto (2005 : 12) Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan presentasi,
diantaranya:
1. Jangan terlalu banyak tulisan yang harus ditampilkan.
2. Tulisan jangan terlalu kecil karena harus dilihat oleh banyak siswa.
3. Perbanyak memasukkan gambar dan animasi
4. Usahakan bentuk presentasi yang interaktif.
2.5.2 Demonstrasi
Demontrasi biasanya digunakan untuk menampilkan suatu kegiatan di depan
kelas, misalnya eksperimen. Kita bisa membuat suatu film cara-cara melakukan
suatu kegiatan misalnya cara melakukan pengukuran dengan mikrometer yang
siswa bisa kita arahkan untuk melakukan kegiatan yang benar atau mengambil
kesimpulan dari kegiatan tersebut. Cara lain adalah memanfaatkan media internet,
kita bisa menampilkan animasi yang berhubungan dengan materi yang kita
ajarkan (meskipun tidak semuanya tersedia).
2.5.3 Virtual Experiment
Maksud dari virtual eksperiment disini adalah suatu kegiatan laboratorium yang
dipindahkan di depan komputer. Siswa bisa melakukan beberapa eksperimen
dengan memanfaatkan software virtual eksperimen. misalnya.membuat rangkaian
listrik. Metode ini bisa digunakan jika kita tidak mempunyai laboratorium IPA
yang lengkap atau digunakan sebelum melakukan eksperimen yang
sesungguhnya.
2.6Penelitian yang Relevan
Berdasarkan telaah kepustakaan yang penulis lakukan, menemukan beberapa hasil
penelitian yang relevan dengan tesis ini adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Anas dkk (2008), dengan judul
“Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran di
Provinsi Sulawesi Tenggara”, menyimpulkan bahwa berdasarkan data penelitian
untuk keberadaan laboratorium komputer menunjukkan bahwa 11 SMPN atau
64,71% dari 17 SMPN se Kota Kendari yang telah memiliki laboratorium
Komputer dan 11 SMPN atau 39,29% dari 28 SMPN se Kabupaten Kolaka yang
memiliki laboratorium. Berdasarkan data penelitian untuk skor persepsi terhadap
37
teorertis 0 – 140 diperoleh skor empiris 59 – 140. Distribusi ini memberikan skor
rata-rata 107,47 simpangan baku 11,44 dan median (Me) 107 serta modus (Mo)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Tempat dan WaktuPenelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Bulok Kabupaten Tanggamus pada kelas X.
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2014.
3.2Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluasi. Pendekatan kuantitatif
digunakan untuk mengetahui dan mengolah data-data yang diperoleh dari
pengambilan data yang sudah diangkakan. Penelitian ini mengevaluasi
pemanfaatan sumber belajar berbsis TIK oleh guru di SMAN 1 Bulok.
3.3Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian evaluatif yang dirancang untuk memperoleh
informasi yang akurat tentang pemanfaatan sumber belajar TIK oleh guru di
SMAN 1 Bulok. Untuk menunjang keberhasilan penelitian ini maka peneliti
menggunakan model evaluasi yang dikemukakan oleh Tyler, yaitu model evaluasi
goal oriented evaluation atau evaluasi yang berorientasi pada tujuan, yaitu sebuah
model yang menekankan peninjauan pada tujuan sejak awal kegiatan berlangsung
39
3.4Objek dan Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Guru SMAN 1 Bulok kelas X (Sepuluh) berjumlah 17
Guru. Objek penelitian ini bertempat di SMAN 1 Bulok Kabupaten Tanggamus
yaitu pemanfaatan sumber belajar berbasis TIK. Pada penelitian ini peneliti
mengambil 17 guru yang dijadikan sebagai responden untuk mengisi angket
evaluasi pemanfaatan sumber belajar TIK. Jumlah angka tersebut diambil dari
masing-masing perwakilan dari mata pelajaran yang ada.
3.5Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : teknik observasi dan
angket. Kedua teknik ini diharapkan dapat memperoleh data dan informasi yang
diperlukan yang dapat saling menunjang dan saling melengkapi.
3.5.1 Teknik pengamatan langsung (Observasi)
Observasi yang akan dilakukan dalam pengumpulan data adalah dengan observasi
partisipasi atau langsung yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan mata
tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Observasi
langsung dan partisipasi digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan
secara sistematik tentang bagaimana pemanfaatan sumber belajar berbasis
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Tujuan menggunakan
metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan tentang pemanfaatan
sumber belajar berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
oleh guru. Instrument yang digunakan adalah lembar observasi. Subjek