• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Buah Lokal

Pada Pasal 1 Rancangan Peraturan Daerah Perlindungan Buah Lokal disebutkan bahwa buah lokal adalah semua produk buah-buahan baik segar atau yang diolah, yang dihasilkan atau dibudidayakan di daerah Bali. Usaha buah lokal adalah semua kegiatan untuk menghasilkan produk dan/atau menyelenggarakan jasa yang berkaitan dengan buah lokal, sedangkan tanaman buah lokal adalah tanaman yang menghasilkan buah yang dibudidayakan di daerah Bali.

Sumber daya genetik atau plasma nutfah berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 29 tahun 2009 adalah bahan tanaman, hewan dan jasad renik, yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan sifat dari generasi ke generasi berikutnya, dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemuliaan dalam mengembangkan variates baru.

Untuk mengoptimalkan potensi buah lokal yang dimiliki diperlukan strategi pengembangan secara holistik dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), yang terdiri atas petani/produsen, pedagang, eksportir dan importir, penyedia jasa, dan konsumen buah lokal. Pemasaran produk buah-buahan lokal di Bali pada dasarnya tidak bermasalah, karena peluang pasarnya masih terbuka luas, terutama pangsa pasar pariwisata (Rai et al., 2012). FAO menganjurkan konsumsi buah-buahan penduduk Indonesia rata-rata sebesar 60 kg/kapita/tahun, sedangkan konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia baru mencapai 45 kg/kapita/tahun. Saat ini produksi buah nasional baru mencapai

(2)

15,46 juta ton per tahun (Deptan.go.id., 2012), padahal proyeksi kebutuhan buah mencapai 16,49 juta ton pada tahun 2013 dan 18,58 juta ton pada tahun 2018 (Direktorat Tanaman Buah, 2010). Strategi dan kebijakan yang dibutuhkan adalah pengembangan dan penguatan pasar (create demand), peningkatan keunggulan kompetitif terutama dalam hal mutu (quality and safety food), harga yang kompetetif dan suplai yang berkelanjutan, pembinaan tekonologi pengolahan dan introduksi teknologi yang sesuai, serta pengembangan sarana pengolahan sesuai dengan kemampuan pelaku agribisinis buah-buahan lokal (Manuwoto, 2012).

Kekuatan dari produk buah-buahan adalah sifatnya yang fancy yang terkait dengan kenyataan bahwa buah dikonsumsi selain untuk memenuhi kebutuhan protein, vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh, juga untuk memenuhi kebutuhan rasa senang (Poerwanto, 2003). Sebagai produk fancy, keanekaragaman biodiversitas buah yang tinggi dapat digunakan untuk menghasilkan produk buah tertentu, kemudian dipromosikan untuk mendorong konsumen untuk mengkonsumsinya.

2.2 Keanekaragaman Hayati Buah-buahan

Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Indonesia juga diakui sebagai salah satu bagian dunia yang masih menyisakan kehidupan liar sebagai gudang keanekaragaman plasma nutfah untuk memenuhi kebutuhan manusia masa kini maupun masa yang akan datang (Zuhud,1994).

(3)

Indonesia dalam hal keanekaragaman, menjadi unggulan dunia dan dianggap sebagai salah satu pusat keanekaragaman tanaman ekonomi dunia. Jenis-jenis kayu perdagangan, buah-buahan tropis (durian, duku, salak, rambutan, pisang dan sebagainya), anggrek, bambu, rotan, kelapa dan lain-lain, sebagian besar berasal dari Indonesia. Beberapa jenis tumbuhan, seperti pisang dan kelapa telah menyebar ke seluruh dunia. Oleh karena itu, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan keanekarangaman hayati terbesar di dunia (megadiversity) dan merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia (Mac Kinnon, 1992).

2.3 Identifikasi Karakter Morfologi dan Agronomi

Menurut Tjitrosoepomo (1993), identifikasi berarti mengungkapkan atau mendapatkan identitas atau jati diri suatu tumbuhan, dan dalam hal bertujuan menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam system klasifikasi. Sementara itu Dasuki (1992) menegaskan bahwa, identifikasi atau determinasi tumbuhan adalah pemberian atau penentuan nama ilmiah atau takson terhadap spesimen tumbuhan yang belum diketahui nama ilmiahnya atau taksonnya. Identifikasi dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Menyamakan dengan gambar-gambar pada buku atau majalah. 2. Menggunakan kunci determinasi yang terdapat pada buku-buku. 3. Menyamakan dengan tumbuhan hidup yang telah diketahui namanya

di Kebun Raya atau Kebun Botani.

Kunci identifikasi adalah suatu cara atau alat bantuan secara analitik atau susunan kalimat dimana pilihan dapat dilakukan antara dua keadaan yang

(4)

berlawanan yang nantinya menghasilkan penerimaan salah satu pilihan dan penolakan lainnya.

Identifikasi karakter morfologi disusun dengan melakukan pengamatan terhadap karakter pohon (bentuk tanaman, percabangan, lebar kanopi, tinggi tanaman, tinggi batang), karakter daun (tipe daun, bentuk daun, pajang tangkai daun, panjang dan lebar helaian daun, warna daun), karakter bunga (tempat tumbuh bunga, tipe bunga, susunan bunga, warna bunga, warna bagian- bagian bunga, panjang tangkai batang, waktu berbunga, lama musim berbunga), karakter buah (kedudukan buah, bentuk buah, warna kulit buah, warna daging buah, musim berbuah, umur buah panen/ waktu dari sejak bungan mekar sampai buah masak), dan karakter biji (ada tidaknya biji, berat biji, warna biji, panjang dan lebar biji). Identifikasi karakter agronomi disusun dengan melakukan pengamatan terhadap jumlah bunga per pohon, presentase buah jadi, jumlah buah per pohon, presentase buah gugur, hasil per pohon dan berat per buah.

2.4 Potensi Pengembangan Buah-buahan

Bali memiliki potensi besar di satu pihak, tetapi di pihak lain Bali juga menghadapi kendala dalam pengembangan usaha hortikultura, yang dapat digolongkan menjadi kendala substansi dan kendala organisasi/kelembagaan. Kendala substansi terdiri dari:

1. Relatif sempitnya pemilikan atau penguasaan lahan untuk usaha hortikultura buah-buahan.

(5)

2. Terbatasnya diversifikasi produk-produk agribisnis dan agroindustri hortikultura, sehingga kurang mampu memenuhi pasar domestik dan pasar ekspor.

3. Kualitas beberapa produk buah-buahan masih belum mampu menyesuaikan dengan tuntutan pasar domestik dan internasional.

4. Kelangkaan kualitas sumberdaya manusia yang mempunyai kemampuan memadai dalam menajamen agribisnis, teknologi pengolahan serta pengetahuan manajemen mutu.

5. Belum maksimalnya dukungan pihak perbankan terhadap pengembangan agribisnis hortikultura, baik dari aspek permodalan maupun suku bunga. 6. Kurangnya kegiatan dan pengetahuan untuk menyiasati pasar (market

intelligence).

7. Kurangnya upaya promosi pasar di luar negeri.

8. Kurangnya dukungan pemerintah untuk merangsang dan mempermudah akses pasar.

Kendala organisasi atau kelembagaan meliputi :

1. Belum berkembangnya lembaga pemasaran domestik maupun ekspor. 2. Informasi pasar kepada petani secara asimetri akibat belum berfungsinya

lembaga-lembaga pemasaran.

3. Upaya koordinasi intensif dalam membangun sistem informasi terpadu belum banyak dilakukan.

4. Iklim persaingan belum berkembang secara baik.

(6)

6. Kurangnya asosiasi-asosiasi untuk setiap jenis komoditi buah-buahan di Bali (Syukron, 2012).

2.5 Perlindungan Buah-buahan Lokal

Peraturan daerah Provinsi Bali nomor 3 tahun 2013 tentang perlindungan buah lokal Pasal 1 ayat 8 yang berbunyi Perlindungan buah lokal adalah keseluruhan kegiatan perencanaan, arahan kawasan, usaha dan produk, Informasi, penelitian dan pengembangan, pemberdayaan, pembiayaan, pengawasan dan peran serta masyarakat.

Guna mendukung perlindungan buah-buah lokal diharapkan pemerintah, petani, masyarakat, dan pengusaha ikut bekerjasama agar undang-undang mengenai perlindungan buah lokal dapat diterapkan. Dukungan dapat dilakukan dengan mengkonsumsi dan menggunakan buah-buahan lokal, meningkatkan produksi, ketersediaan dan kualitas buah agar mampu bersaing di pasar mancanegara, pengusaha hotel-hotel dan restoran memberi kesempatan buah-buah lokal untuk disajikan kepada wisatawan, sehingga memperkenalkan dan dapat mengangkat harga buah lokal.

2.6 Arti Penting Tanaman Buah-Buahan

Banyak manfaat yang terkandung pada buah-buahan segar serta khasiat yang berguna bagi tubuh manusia, beberapa diantaranya sebagai bahan obat-obatan, kosmetik, SPA (massage), produk olahan lain untuk meningkatkan nilai jual tanaman hortikultura.

(7)

Khususnya di Bali berbagai jenis buah lokal yang sangat diperlukan untuk bidang sosial dan budaya seperti bahan pembuatan sarana upakara/banten untuk persembahyangan, memenuhi kebutuhan pariwisata, serta banyak lagi produk olahan lain untuk meningkatkan nilai jual tanaman hortikultura. Kekuatan dari produk buah-buahan adalah sifatnya yang fancy yang terkait dengan kenyataan bahwa buah dikonsumsi selain untuk memenuhi kebutuhan protein, vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh, juga untuk memenuhi kebutuhan rasa senang (Poerwanto, 2003).

Buah merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk upacara yadnya. Persembahan buah atau biji-bijian tiada lain sebagai ungkapan rasa syukur, cetusan rasa bhakti dan terimakasih kehadapan Hyang Widhi dengan segala prabawaNya atas anugrah yang diberikanNya. Sebagai ungkapan rasa bhakti sudah sepantasnya mempersembahkan segala hasil bumi termasuk buah-buahan yang terbaik.

Kenapa umat Hindu mempersembahkan buah-buahan? Selain memang telah disuratkan pada sastra, seperti disebutkan dalam Bhagavadgita XI-26, persembahan ini berkaitan erat dengan historis agama Hindu khususnya di Bali yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Karakter petani khususnya yang beragama Hindu adalah petani yang religius. Karena setiap tindakannya dalam usaha menggarap lahan pertanian selalu dimulai dengan melakukan persembahan (Putra, 2009).

Selain tradisi, landasan adanya persembahan ini tiada lain hal ini secara jelas telah disuratkan dalam kitab Bhagavadgita IX-26. Phalam atau buah termasuk biji-bijian, merupakan sarana persembahan. Secara makna buah juga

(8)

berarti buah hati atau juga bermakna buah karya yang kita persembahkan kepada-Nya (Putra, 2009). Buah yang paling sering digunakan dalam upacara yadnya di Bali adalah buah kelapa, padi/beras (beras merah), ketan, injin, tingkih, pangi, pinang, jenis kacang-kacangan dan semua jenis buah-buahan yang boleh dimakan dan dipergunakan untuk upakara. Dalam penulisan ini poin yang akan dibahas adalah buah kelapa dan buah pisang.

Buah kelapa biasanya digunakan dalam daksina. Dalam daksina buah kelapa merupakan simbul matahari atau “windu ” yakni cerminan sang hyang sadha siwa. Buah yang serba guna (seluruh bagiannya dapat digunakan untuk kehidupan manusia) disimbulkan sebagai bumi dan juga sebagai kepala. Selain digunakan dalam daksina, buah kelapa yang masih muda (klungah) digunakan dalam panglukatan atau prayascita. Masih banyak lagi buah kelapa digunakan dalam upakara yajna.

Buah pisang selalu digunakan dalam setiap upakara semua yajna. Buah pisang menjadi buah pokok dalam pembuatan upakara atau sesajen atau banten. Buah-buah yang lain menjadi buah pelengkap dalam upakara tersebut. Alasan kenapa buah bisang menjadi buah pokok dalam pembuatan banten adalah karena buah pisang merupakan buah lokal yang mudah tumbuh dan berkembang biak dimana saja serta tidak mengenal musim. Hampir seluruh daerah di Bali mudah menjumpai tanaman pisang ini. Terlebih lagi buah pisang banyak jenisnya. Hal ini memudahkan masyarakat atau umat menggunakan buah pisang sebagai bahan pokok dalam pembuatan banten atau sesajen. (Megawati, 2013)

(9)

2.7. Jenis-jenis Buah-buahan di Indonesia

Negara yang terletak di garis khatulistiwa, Indonesia memiliki kekayaan buah-buahan yang berlimpah. Buah-buah tropis Indonesia memiliki kualitas yang baik karena tanahnya yang begitu subur dan iklim yang baik. Keanekaragaman jenis buah-buahan yang tinggi berpotensi untuk diteliti dan dikembangkan, karena keanekaragaman jenis yang tinggi merupakan modal utama dalam melakukan usaha pemuliaan tanaman.

Negara Indonesia memiliki ±329 jenis buah-buahan (terdiri dari 61 suku dan 148 marga) baik yang merupakan jenis asli Indonesia maupun pendatang (introduksi) (Rifai, 1986). Terdapat sekitar 400 jenis buah-buahan yang dapat dimakan di kawasan Asia Tenggara (Prosea, 1991). Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan tercatat 266 jenis (termasuk empat anak jenis dan dua varietas) buah-buahan asli Indonesia telah ditemukan yang sebagian besar masih tumbuh liar di hutan-hutan dan hanya sebagian kecil yang telah dibudidayakan. Dari 226 jenis buah-buahan tersebut sebagian besar berupa pohon (203 jenis), liana (26 jenis), perdu (17 jenis), serba (14 jenis) dan semak (4 jenis).

Usaha pemuliaan tanaman buah-buahan membutuhkan waktu yang cukup lama karena jenis pohon daur hidupnya panjang. Berdasarkan lokasi maka jumlah jenis yang paling banyak ditemukan adalah di Sumatra (148 jenis), Kalimantan (144 jenis), Jawa (96 jenis), Sulawesi (43 jenis), Maluku (30 jenis), Nusa Tenggara (21 jenis), Papua (16 jenis) dan 34 jenis lainnya tersebar diseluruh Indonesia (Rifai, 1986). Keenam daerah tersebut memiliki keanekaragaman jenis buah-buahan yang tinggi, dan berpotensi untuk diteliti dan dikembangkan.

(10)

2.8. Gambaran Umum Kabupaten Karangasem

Kabupaten Karangasem merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Bali, Indonesia. Ibukota Kabupaten Karangasem berada di Amlapura. Karangasem terdapat 8 kecamatan, 78 kelurahan, 75 desa, 52 lingkungan dan 552 dusun, 185 desa adat dan 605 banjar adat. Luas wilayah Kabupaten Karangasem mencapai 839,54 km2.

Karangasem merupakan kabupaten yang terletak di ujung paling timur Pulau Bali. Secara astronomis, Kabupaten Karangasem berada pada posisi 8000 ’00 – 8041’37,8 LS dan 115035’9,8 – 115054’8,9 BT yang membuat Kabupaten Karangasem beriklim tropis. Adapun batas wilayah Kabupaten Karangasem adalah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali; sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia; sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Klungkung, Bangli, dan Buleleng; sebelah timur berbatasan dengan Selat Lombok.

Kabupaten Karangasem terdiri atas delapan kecamatan, yakni Kecamatan Rendang, Sidemen, Manggis, Karangasem, Abang, Bebandem, Selat, dan Kecamatan Kubu. Kubu merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Karangasem. Secara topografi, hampir separuh (43,5%) wilayah di Kabupaten Karangasem memiliki ketinggian lebih dari 500 m di atas permukaan laut. Selain itu, 74,8% wilayahnya memiliki tekstur tanah yang sedang. Sedangkan, 25,2% sisanya memiliki tekstur yang kasar.

(11)

Gambar 2.1. Kabupaten Karangasem

Referensi

Dokumen terkait

1) Terjadinya Perbaikan Proses Pembelajaran. Terjadinya perbaikan proses pembelajaran jika aktivitas guru dan peserta didik mengalami peningkatan. Selain itu, juga terjadi kesesuaian

Dalam perspektif paradigma pembangunan daerah berbasis pengembangan kawasan dan paradigma baru sistem pendidikan nasional, maka Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo sebagai

Berdasarkan hal tersebut penelitian eksperimen dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh intervensi kelompok teman sebaya (the support group method) terhadap

REBA adalah metode yang dikembangkan oleh Sue Hignett dan Lynn McAtamney yang secara efektif digunakan untuk menilai postur tubuh pekerja., tenaga yang digunakan tipe dari

Pada PT. BPR Nusamba Wlingi telah mencerminkan pengendalian manajemen kredit yang baik. Bagian Staf Kredit melakukan penilaian atas kelayakan kredit berdasarkan

Buku panduan ini disusun berisikan ketentuan yang berlaku dan sebagai informasi untuk para peserta dalam mengikuti seluruh rangkaian acara Puncak Peringatan Hari

Dari 6 orang penderita kista ovarium ganas, proporsi status perkawinan tertinggi kawin yaitu sebanyak 6 orang (100%) dan tidak ditemukan penderita yang memiliki status

Monica, bekerja sama dengan Magic Wave dan Bernie’s Surf School Indopurejoy mengadakan sesi meditasi pantai dan menghubungkannya dengan selancar. Aturan mainnya sangat