ABSTRAK
PELANGGARAN PLAGIARISME BERKENAAN DENGAN CERITA PENDEK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA
Oleh
IKA RISTIA ANDINI PUTRI
Cerita pendek (cerpen) sebagai karya tulis fiksi merupakan salah satu objek dari hak cipta, oleh karena itu dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Cerpen merupakan ciptaan yang kerap dijiplak oleh penulis. Tindakan penjiplakan tersebut disebut juga dengan plagiarisme. Plagiarisme adalah tindakan pemakaian atau penggunaan hasil karya cipta milik orang lain tanpa mencantumkan sumbernya. Adapun yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk pelanggaran plagiarisme yang dilakukan penulis dalam membuat cerita pendek, perlindungan hukum bagi pemegang hak cipta terhadap tindakan plagiarisme dalam cerita pendek, dan upaya untuk mencegah terjadinya tindakan plagiarisme cerita pendek.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan normatif atau menggunakan peraturan perundang-undangan (statute approach), dengan tipe penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan (liberary research). Pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan data, penandaan data, rekonstruksi data dan sistematisasi data.
serta menyerahkan/mempublikasikan cerpen yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai cerpennya tanpa mencantumkan sumbernya. Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra. Perlindungan hukum terhadap cerpen diatur dalam Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Cerpen telah memperoleh status hukum yang sah sebagai karya cipta sejak cerpen tersebut selesai diciptakan oleh penciptanya, oleh karena itu cerpen mendapat perlindungan hukum berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku. Upaya untuk mencegah terjadinya tindakan plagiarisme tidak hanya dibebankan kepada individu dalam kejujurannya membuat suatu cerpen tetapi juga bagi para penerbit yang mempublikasikan cerpen tersebut kepada masyarakat, penerbit turut bertanggung jawab dalam mengawasi tindakan-tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh penulis.
PELANGGARAN PLAGIARISME BERKENAAN DENGAN CERITA PENDEK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA
Oleh
IKA RISTIA ANDINI PUTRI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Ika Ristia Andini Putri. Penulis
dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 10 April 1994,
dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan
Bapak Salahudin S.T., M.Pd. dan Ibu Dra. Sartini.
Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Wanita
Universitas Lampung pada tahun 1998, penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar di
SD Al-Kautsar Bandar Lampung pada Tahun 1999 hingga tahun 2005, Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2005 sampai
tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung
pada tahun 2008 hingga tahun 2011. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2011. Pada tahun 2014 penulis mengikuti
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Labuhan Ratu Induk Kecamatan Labuhan
PERSEMBAHAN
Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan
skripsiku ini kepada:
Kedua orangtuaku tercinta Salahudin S.T., M.Pd. dan Dra. Sartini.
Yang selama ini telah banyak berkorban, selalu berdoa dan menantikan
keberhasilanku
Almamater tercinta Universitas Lampung
tempatku memperoleh ilmu dan merancang mimpi yang menjadi sebagian jejak
MOTO
“Hendaklah engkau jujur meski hal tersebut merugikanmu, namun kejujuran
sangat bermanfaat bagimu, dan jauhilah kebohongan meski ia menguntungkanmu,
namun sejatinya kebohongan merugikanmu.”
(Asy-Sya’bi)
“Bila hidup itu buruk, maka karya itu untuk hidup. Namun, bila hidup itu baik,
maka karya itu untuk kedudukan, kehormatan dan sebagainya.”
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pelanggaran Plagiarisme Berkenaan Dengan Cerita Pendek Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung di bawah
bimbingan dari dosen pembimbing serta atas bantuan dari berbagai pihak lain.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.
Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung;
2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., Ketua Bagian Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung dan Pembimbing I atas
kesabaran dan kesediaan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya,
mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan
3. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., Pembimbing II yang telah bersedia untuk
meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan
bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
4. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum., Pembahas I yang telah memberikan kritik,
saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini;
5. Ibu Siti Nurhasanah, S.H., M.H., Pembahas II yang telah memberikan kritik,
saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.
6. Bapak Dita Febrianto, S.H., M.H., selaku pembimbing akademik, yang telah
membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas
Lampung;
7. Seluruh dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang
penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta
segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi;
8. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak yang
penulis banggakan dan Mama tercinta yang telah banyak memberikan
dukungan dan pengorbanan baik secara moril maupun materil sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. Terimakasih atas segalanya
semoga kelak dapat membahagiakan, membanggakan, dan selalu bisa
membuat kalian tersenyum dalam kebahagiaan;
9. Adik-adikku Adi Indra Jaya Saputra dan Ali Riska Triansyah atas semua
dukungan moril, motivasi, kegembiraan, dan semangatnya;
10.Sahabat-sahabat terbaikku Arjuna Frans Sisko, Fera Lestari dan Iis Priyatun
11.Teman-temanku yang selalu menemani Ines, Herra, Andi MS, Aminah, Citra,
Ayu, Johanna, Aprilia RW, Kresna, Andika, Beni, Andri, Indra Budhi, Imam,
Asadillah;
12.Teman-teman Hukum Keperdataan 2011 Clara, Bramantya, Gerri, Astari,
Maya, Rae, Marullfa yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan
dan kerjasamanya;
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah
diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan
ilmu pengetahuan.
Bandar Lampung, Oktober 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK... . i
HALAMAN JUDUL ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN... ... v
RIWAYAT HIDUP... ... vi
MOTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
SANWACANA ... ix
DAFTAR ISI ... xii
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup... . 6
C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A.Perlindungan Hukum ... 8
B.Hak Kekayaan Intelektual ... 10
C.Hak Cipta ... 12
1. Pengertian Hak Cipta ... 12
2. Hak Ekonomi dan Hak Moral ... 14
3. Pencipta, Ciptaan dan Pemegang Hak Cipta ... 15
4. Pelanggaran Terhadap Hak Cipta ... 18
5. Pengaturan Hukum Hak Cipta ... 20
D.Plagiarisme ... 22
E. Cerita Pendek ... 23
III. METODE PENELITIAN
A.Pendekatan Masalah... 28
B.Jenis Penelitian... 28
C.Tipe Penelitian ... 29
D.Data dan Sumber Data ... 29
E. Metode Pengumpulan Data ... 30
F. Metode Pengolahan Data... .... 30
G.Analisis Data ... 31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Bentuk Bentuk Pelanggaran Plagiarisme yang Dilakukan Penulis Dalam Membuat Cerita Pendek ... 32
B.Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Cipta Terhadap Tindakan Plagiarisme Dalam Cerita Pendek ... 42
C.Upaya Untuk Mencegah Terjadinya Tindakan Plagiarisme Cerita Pendek ... 53
V. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 61
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan hasil dari intelektual manusia yang
dijelmakan dalam suatu bentuk ciptaan atau penemuan.1 HKI merupakan suatu
hak milik yang berada dalam ruang lingkup kehidupan teknologi, ilmu
pengetahuan, seni dan sastra. Objek HKI bukan terhadap barangnya, melainkan
terhadap hasil kemampuan intelektual manusianya, yaitu berupa benda tidak
berwujud. HKI akan memiliki arti ekonomi apabila diwujudkan oleh pemiliknya
dalam bentuk penemuan atau ciptaan untuk dapat dinikmati oleh konsumennya.
Salah satu rezim HKI adalah Hak Cipta. Pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1
Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, adalah hak
eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak cipta
timbul secara otomatis ketika suatu ciptaan lahir dari seorang pencipta, dengan
demikian pendaftaran hak cipta bukanlah suatu keharusan, hanya saja mengenai
hak cipta yang tidak didaftarkan akan sukar dan memakan waktu untuk
pembuktian hak cipta daripada ciptaan yang telah didaftarkan.
1
Menciptakan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Hasil ciptaan bagaimana
pun bentuknya, merupakan sesuatu yang perlu dihargai. Ciptaan tumbuh dari
proses berfikir manusia yang kemudian dituangkan dalam bentuk ciptaan dan
penemuan (invention). Pada prinsipnya ciptaan adalah membuat sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Kreatifitas untuk membuat ciptaan dapat
timbul dari berbagai sumber, misalnya televisi, internet, majalah, koran, dan
sebagainya. Ciptaan yang dihasilkan gunanya untuk memudahkan kehidupan
manusia, seperti penemuan yang memudahkan manusia dalam memperoleh
informasi, kemudahan dalam melakukan pekerjaan, maupun kemudahan dalam
berkomunikasi antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.
Selaras dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi saat ini memudahkan
manusia dalam memperoleh informasi dengan akurat, cepat dan berbiaya murah.
Melalui media Interconnected computer networks atau lazim disebut dengan internet, manusia dapat mengakses informasi dan data dari seluruh belahan dunia
dalam waktu singkat. Namun, di sisi lain kemudahan-kemudahan inilah yang
membuat manusia menjadi malas dan memilih menggunakan cara cepat untuk
menemukan gagasan/ide atau kreatifitas dalam melakukan suatu pekerjaan.
Kemajuan teknologi tersebut tidak hanya membawa dampak yang baik namun
juga dapat membawa dampak buruk bagi Hak Kekayaan Intelektual. Salah satu
dampak buruknya, yaitu plagiarisme.
Plagiarisme berasal dari bahasa latin plagiarius yang berarti merampok atau membajak.2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Plagiarisme ialah
2
penjiplakan yang melanggar hak cipta. Sedangkan, plagiat adalah pengambilan
karangan orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan sendiri.3 Orang
yang melakukan tindakan plagiarisme disebut dengan plagiator. Plagiarisme atau
yang sering juga disebut dengan plagiat adalah suatu tindakan/perbuatan
mengambil, menyalin, maupun menduplikasi karya orang lain dan menjadikannya
karya sendiri tanpa mencantumkan sumber atau tanpa izin sang pemiliknya.
Terkait dengan tindakan plagiarisme, Pemerintah Indonesia telah mengatur suatu
mekanisme hukum untuk melindungi pemilik ciptaan, yaitu dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan undang-undang tentang
hak kekayaan intelektual lainnya. Meskipun demikian, masih ada tindakan
plagiarisme terutama dalam pembuatan karya tulis.
Plagiarisme saat ini terjadi pada hampir seluruh aspek hak cipta, antara lain seperti
karya seni, musik dan sastra. Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra
yang kerap dijiplak oleh penulis. Cerita pendek atau yang sering disebut dengan
cerpen, merupakan suatu karya tulis yang ditulis untuk mengekspresikan
pemikiran dari penulisnya dalam bentuk cerita. Penulis cerpen bukan hanya dari
kaum sastrawan saja tetapi juga sudah banyak anak-anak remaja maupun orang
dewasa yang tertarik untuk menulis cerpen. Cerita-cerita yang ditulis mengangkat
beragam tema yang menarik seperti cerpen yang bertemakan keluarga,
persahabatan, percintaan bahkan keagamaan. Cerpen berbentuk cerita singkat
yang panjang ceritanya hanya berkisar kurang lebih 10.000 kata sehingga tidak
3
membuat bosan pembacanya, terutama bagi orang-orang yang tidak suka
membaca berlama-lama.
Cerpen dapat dengan mudah kita temukan di berbagai media cetak maupun online
seperti dalam koran, majalah, maupun pada blog-blog penulis cerpen yang terdapat di internet. Pada saat ini menulis cerpen bukan hanya dilakukan sebagai
hobi saja tetapi ada juga yang menulis cerpen untuk mendapatkan imbalan,
misalnya mengirim cerpen ke media cetak seperti koran dan majalah. Semakin
bagus cerpen yang ditulis maka semakin banyak tuntutan bagi penulis untuk
menulis cerpen yang lebih baik lagi. Hal inilah yang membuat para penulis
memeras otak guna mencari ide-ide untuk membuat cerita yang baru. Dengan
adanya imbalan yang dihasilkan dari penulisan cerpen, maka para penulis
berlomba-lomba untuk membuat cerpen bahkan tidak sedikit penulis yang
melakukan plagiarisme terhadap cerpen yang terbaik.
Pelaku plagiarisme cerpen menjiplak karya orang lain dari dalam negeri ataupun
dari luar negeri yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Plagiarisme
tidak hanya merugikan penulis cerita pendek sebagai pemilik hak cipta, tetapi juga
merugikan para pembaca, akibat kebohongan yang dibuat oleh plagiator. Terdapat
beberapa kasus plagiarisme cerita pendek di Indonesia salah satunya yaitu
plagiarisme cerita pendek di koran yang dilakukan oleh Dadang Ari Murtono
dalam cerpennya yang berjudul “Perempuan Tua dalam Rashomon”. Cerpen
tersebut adalah hasil plagiat dari cerpen milik Akutagawa Ryunosuke seorang
cerpenis terbaik di Jepang yang berjudul “Rashomon”. Selain hasil dari tindak
plagiarisme cerpen tersebut telah diterbitkan di dua media cetak yang berbeda.
dimuat di Lampung Post, kemudian pada hari Minggu 30 Januari 2011, cerpen
tersebut dimuat kembali di Koran Kompas.4
Plagiarisme atau pemanfaatan ciptaan yang di dalamnya mengandung hak cipta
tanpa seizin maupun sepengetahuan pencipta/pemegang hak cipta, maka dapat
menimbulkan sengketa hak cipta. Dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai hak cipta, sengketa hak cipta dapat diselesaikan dengan dua
cara penyelesaian, yaitu dengan hukum perdata atau pidana. Dalam hal sengketa
perdata, maka mekanisme penyelesaian hak cipta dapat dilakukan dengan dua
cara, yakni dengan melalui proses penyelesaian sengketa alternatif atau gugatan
ke Pengadilan Niaga. Sedangkan, dalam hal pidana, dapat diselesaikan melalui
pengaduan kepada polisi untuk dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Penegakan hukum terhadap pelanggaran hak cipta dirasa masih sangat penting,
mengingat perkembangan perlidungan hak cipta dan perlindungan hukum
terhadap hak cipta bagi pencipta masih kurang. Masih banyak terdapat
hambatan-hambatan yang timbul dalam penegakan hukum hak cipta, meskipun telah
dilakukan upaya-upaya hukum oleh para pihak, serta dengan menerapkan
sanksi-sanksi hukum terhadap para pelanggar hak cipta. Kurang tegasnya penegakan
hukum hak cipta maka dapat memotifasi pelaku plagiarisme di Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mencari informasi lebih dalam
melalui penelitian dan melakukan penulisan skripsi yang berjudul “Pelanggaran
4
Plagiarisme Berkenaan Dengan Cerita Pendek di Koran Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”.
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Bagaimanakah bentuk-bentuk pelanggaran plagiarisme yang dilakukan penulis
dalam membuat cerita pendek?
b. Bagaimana perlindungan hukum bagi pemegang hak cipta terhadap tindakan
plagiarisme dalam cerita pendek?
c. Bagaimana upaya untuk mencegah terjadinya tindakan plagiarisme cerita
pendek?
2. Ruang Lingkup
Penelitian ini terdiri dari dua ruang lingkup yaitu ruang lingkup keilmuan dan
ruang lingkup objek kajian. Lingkup keilmuan dalam penelitian ini yaitu
berkenaan dengan hukum kekayaan intelektuan khususnya dalam bidang hak
cipta. Sedangkan, lingkup objek kajian dalam penelitian ini berupa kajian
mengenai bentuk-bentuk plagiarisme serta perlindungan hukum hak cipta
berkenaan dengan cerita pendek ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
a. Mengetahui dan memahami mengenai bentuk-bentuk pelanggaran
plagiarisme yang dilakukan penulis dalam membuat cerita pendek;
b. Mengetahui tentang perlindungan hukum bagi pemegang hak cipta terhadap
plagiarisme cerita pendek di koran berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta;
c. Mengetahui tentang cara pencegahan tindak plagiarisme cerita pendek.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan ilmu
pengetahuan hukum keperdataan, khususnya dalam lingkup hukum kekayaan
intelektual.
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi para pembaca serta
melengkapi informasi yang telah ada dengan temuan-temuan yang muncul dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perlindungan Hukum
Hukum dibuat oleh manusia dan untuk manusia itu sendiri. Perlindungan hukum
berarti bahwa hukum itu melindungi sesuatu yang dapat berupa harta benda,
kehormatan dan bahkan nyawa seseorang. Perlindungan hukum adalah upaya
untuk melindungi kepentingan individu atas kedudukannya sebagai manusia yang
mempunyai hak untuk menikmati martabatnya, dengan memberikan kewenangan
padanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.
Perlindungan hukum merupakan segala upaya yang dapat menjamin adanya
kepastian hukum, sehingga dapat memberikan perlindungan hukum kepada
pihak-pihak yang bersangkutan atau yang melakukan tindakan hukum.5 Salah satu sifat
dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan perlindungan
(pengayoman) kepada masyarakat. Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap
masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.
Daniel S. Lev mengartikan kepastian hukum sebagai suatu kepastian tentang
bagaimana warga masyarakat menyelesaikan masalah-masalah hukum, bagaimana
5
Hetty Hasanah, Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen atas
Kendaraan Bermotor dengan Fidusia, <http//jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html>, hlm. 1,
peranan dan kegunaan lembaga-lembaga hukum, bagi masyarakat serta apakah
hak dan kewajiban para warga masyarakat.6
Hukum dalam memberikan perlindungan dapat melalui cara-cara tertentu, antara
lain yaitu dengan:7
1. Membuat peraturan (by giving regulation), bertujuan untuk: a. memberikan hak dan kewajiban;
b. menjamin hak-hak para subjek hukum;
2. Menegakan peraturan (by law enforcement) melalui:
a. hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah (preventive) terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen, dengan perijinan dan
pengawasan;
b. hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive) pelanggaran, dengan mengenakan sanksi pidana dan hukuman;
c. hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative; recovery; remedy), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.
Cara dan langkah pertama yang dilakukan dalam perlindungan hukum adalah
pembuatan peraturan perundang-undangan. Dikatakan sebagai perlindungan
hukum karena tindakan-tindakannya harus didasarkan pada peraturan hukum.
Tanpa peraturan, maka tindakan hukum belum dapat dilakukan. Peraturan dalam
6
Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdulah, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat (Jakarta: CV Rajawali, 1987), hlm.33.
7
hal ini merupakan hasil dari kesepakatan yang dibuat oleh masyarakat melalui
wakil-wakilnya di parlemen bersama-sama dengan pemerintah.8
B. Hak Kekayaan Intelektual
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan suatu hak milik dari hasil pemikiran,
yang bersifat tetap dan eksklusif dan melekat pada pemiliknya. HKI pada
dasarnya adalah hak hukum dimana dengan hak hukum tersebut dimaksudkan
untuk memberikan perlindungan hukum terhadap hasil kreasi dan karya
intelektual manusia dalam bidang industri, ilmu pengetahuan, literatur dan
artistik.9 HKI terdiri dari beberapa cabang ilmu, yaitu Hak Cipta, Hak Merek, Hak
Paten, Rahasia Dagang, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan
Perlindungan Varietas Tanaman.
HKI merupakan hak kekayaan intelektual yang dilindungi oleh hukum, oleh
karena itu HKI tidak boleh digunakan oleh orang lain tanpa mendapat izin dari
pemiliknya atau pemegang HKI. Dalam HKI terdapat dua sistem perlindungan
yaitu sistem konstitutif yang melindungi pendaftar pertama (first to file system) bagi HKI dan sistem deklaratif yang mendasarkan pada pengguna pertama (first to use system). Dalam sistem konstitutif, untuk mendapatkan perlindungan hukum yang sah, pemilik HKI diwajibkan untuk mendaftarkan haknya tersebut. Setiap
HKI yang telah didaftarkan akan sah dengan pembuktian berupa sertifikat
pendaftaran. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pelanggaran maupun
kecurangan-kecurangan terhadap HKI. Apabila terjadi pelanggaran HKI maka pemilik HKI
dapat menuntut pelanggarnya secara hukum dan dapat dikenakan sanksi sesuai
8Ibid,
hlm.31. 9
dengan hukum yang mengaturnya. Namun jika HKI tidak didaftarkan berarti tidak
ada pengakuan hak yang sah dari pemiliknya, dengan demikian tidak ada
perlindungan hukum terhadap haknya tersebut. Sedangkan dalam sistem
deklaratif, perlindungan hukum diberikan kepada pengguna atau pemakai pertama
HKI. Jadi apabila ada pihak lain yang mengaku sebagai pemilik dari HKI, maka ia
harus membuktikan bahwa ia adalah pemilik pertama yang sah dari HKI tersebut.
Dalam sistem deklaratif tidak diharuskan melakukan pendaftaran HKI, namun
pendaftaran dianjurkan karena pendaftaran HKI memberikan kepastian hukum.
HKI dapat dialihkan kepada orang lain dengan cara pewarisan, wasiat, hibah,
perjanjian, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh undang-undang. Adanya
pengalihan HKI dengan berbagai cara dikarenakan pemilik/pemegang HKI
mengharapkan hak miliknya dapat memberikan manfaat ekonomi yang
sebesar-besarnya, guna mendapatkan nilai ekonomis tersebut, maka hak tersebut
mempunyai kesempatan untuk dapat dialihkan dan dimanfaatkan sesuai dengan
kehendak pemilik atau pemegang hak tersebut.10 Sifat-sifat HKI menurut
Abdulkadir Muhammad yaitu sebagai berikut:11
1. Benda bergerak tidak berwujud;
2. Dapat dibagi, artinya dapat dialihkan seluruhnya atau sebagian kepada pihak
lain; dan
3. Tidak dapat disita.
10
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan
Prakteknya di Indonesia (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), hlm.34.
11
C. Hak Cipta
1. Pengertian Hak Cipta
Hak cipta merupakan salah satu dari beberapa cabang hak kekayaan intelektual.
Hak cipta terdiri dari dua kata hak dan cipta, kata “hak” yang sering dikaitkan
dengan kewajiban adalah kewenangan yang diberikan kepada pihak tertentu yang
sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak. Kata “cipta” tertuju kepada hasil kreasi
manusia dengan menggunakan sumber daya yang ada padanya berupa pikiran,
perasaan, pengetahuan, dan pengalaman. Oleh karenanya, hak cipta berkaitan
dengan intelektualitas manusia itu sendiri berupa hasil kerja otak.12 Hak cipta
didefinisikan sebagai hak eksklusif bagi para pencipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak suatu ciptaan atau memberikan izin kepada pihak lain untuk
melakukan hal yang sama dalam batasan hukum yang berlaku. 13
Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta, hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dengan demikian pendaftaran hak cipta bukan merupakan
suatu keharusan, karena hak cipta timbul secara otomatis dan tanpa pendaftaran
pun hak cipta tersebuk akan dilindungi, hanya saja pembuktian mengenai hak
ciptanya akan sulit dilakukan daripada hak cipta yang sudah didaftarkan, maka
12
Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998), hlm. 1. 13
dari itu perlu adanya pengumuman atau penerbitan mengenai hak milik atas
ciptaan tersebut.
Hak eksklusif yang dimaksud dalam pengertian hak cipta diatas yaitu hak khusus
yang hanya dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak cipta. Apabila orang lain
ingin mengakui hak cipta tersebut maka harus dengan seizin penciptanya atau
pemegang hak cipta. Hal ini dikarenakan bahwa suatu ciptaan itu tidak mudah
diciptakan, butuh proses yang lama, dimulai dari gagasan inspirasi sang pencipta
kemudian di tuangkan dalam pemikiran yang melahirkan suatu ciptaan. Sifat hak
cipta adalah bagian dari hak milik yang abstrak (incoporeal property), yang merupakan penguasaan atas hasil kemampuan kerja, dari gagasan serta hasil
pemikiran. Dalam perlindungannya hak cipta mempunyai waktu yang terbatas,
dalam arti setelah habis masa perlindungannya karya cipta tersebut akan menjadi
milik umum.14
Hak cipta adalah hak alam, dan menurut prinsip ini bersifat absolut, dan
dilindungi haknya selama si pencipta hidup dan beberapa tahun setelahnya.
Sebagai hak absolut, maka hak itu pada dasarnya dapat dipertahankan terhadap
siapapun, yang mempunyai hak itu dapat menuntut tiap pelanggaran yang
dilakukan oleh siapa pun. Dengan demikian suatu hak absolut mempunyai segi
balik (segi pasif), bahwa bagi setiap orang terdapat kewajiban untuk menghormati
hak tersebut.15
14
Djumhana, Hak Milik Intelektual, hlm.56. 15
2. Hak Ekonomi dan Hak Moral
Hak eksklusif dari hak cipta terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Hak ekonomi
adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak
terkait. Dikatakan Hak Ekonomi karena hak cipta adalah benda yang dapat dinilai
dengan uang. Hak Ekonomi tersebut berupa keuntungan sejumlah uang yang
diperoleh karena penggunaan oleh pihak lain berdasarkan lisensi. Hak Ekonomi
itu diperhitungkan karena hak cipta dapat digunakan/dimanfaatkan oleh pihak lain
dalam perindustrian atau perdagangan yang mendatangkan keuntungan.16
Pencipta memiliki hak ekonomi, apabila orang lain ingin melaksanaan hak
ekonomi dari ciptaan wajib mendapatkan izin pencipta atau pemegang hak cipta.
Pencipta atau pemegang hak cipta memiliki beberapa hak ekonomi untuk
melakukan:
a. Penetbitan ciptaan;
b. Pengadaan ciptaan dalam segala bentuknya;
c. Penerjemahan ciptaan;
d. Pengadaptasian, pengaransemenan, dan pentransformasian ciptaan;
e. Pendistribusian ciptaan atau salinannya;
f. Pertunjukkan ciptaan;
g. Pengumuman ciptaan;
h. Komunikasi ciptaan, dan
i. Penyewaan ciptaan.
16
Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak
dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak
cipta telah dialihkan.17 Hak moral tidak dapat dialihkan kepada orang lain selama
pencipta masih hidup. Hak moral baru dapat dialihkan setelah pencipta meninggal
dunia dengan wasiat atau hal-hal lain berdasarkan dengan peraturan
perundang-undangan. Secara umum, setiap negara minimal mengenal dan mengatur hak
ekonomi tersebut meliputi jenis hak:18
a. Hak Reproduksi atau Penggandaan (Reproduction Right); b. Hak Adaptasi (Adaptation Right);
c. Hak Distribusi (Distribution Right);
d. Hak Pertunjukan (Public Performance Right); e. Hak Penyiaran (Broadcasting Right);
f. Hak Programa Kabel (Cablecasting Right); g. Droite de suite;
h. Hak Pinjam Masyarakat (Public Landing Right).
3. Pencipta, Ciptaan dan Pemegang Hak Cipta
a. Pencipta
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pencipta adalah
seseorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama melahirkan suatu
ciptaan. Selanjutnya dapat pula diterangkan bahwa yang mencipta suatu ciptaan
menjadi pemilik pertama dari hak cipta atas ciptaan bersangkutan.19
17
Andrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektua (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.115. 18
Djumhana, Hak Milik Intelektual, hlm.52. 19
Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pencipta adalah seorang atau beberapa
orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan
yang bersifat khas dan pribadi. Apabila suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian
tersendiri yang diciptakan oleh dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai
pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh
ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang yang menghimpun dengan tidak
mengurangi hak cipta masing-masing atas bagian ciptaannya itu. Seseorang
dianggap pencipta jika ia merupakan orang yang merancang ciptaan itu.20
Dari rumusan tersebut dapat diketahui tentang siapa yang dapat menjadi pencipta
dan jumlahnya dapat lebih dari satu orang. Apabila penciptanya beberapa orang
maka syaratnya dalam melahirkan suatu ciptaan wajib dilakukan secara
bersama-sama. Ada kerjasama satu dengan yang lain diantara mereka dalam melakukan
ciptaan. Oleh karena sifatnya demikian maka dipandang tidak dimungkinkan
sebuah badan hukum menjadi pencipta. Dengan demikian perseroan terbatas,
koperasi dan yayasan tidak dapat sebagai pencipta walaupun mereka
kedudukannya sebagai badan hukum dan diperlakukan sebagai manusia pada
umumnya.21
b. Ciptaan
Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta dibidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
yang dihasilkan atas inspirasi kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan,
20
Lutviansori, Hak Cipta, hlm.76. 21
keterampilan, dan keahlian yang di ekspresikan dalam bentuk nyata, hal ini tertera
dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta. Ciptaan dilindungi oleh undang-undang, artinya setiap orang tidak boleh
mengambil, memperbanyak, atau mengumumkan ciptaan orang lain, baik
sebagian, maupun seluruhnya tanpa izin pencipta/ pemegang hakcipta dan dengan
cara yang bertentagan dengan undang-undang hak cipta.22
Ciptaan sebagai hasil karya pencipta yang menunjukkan ciptaan itu bentuknya
konkret dan tidak abstrak. Artinya hasil karya cipta harus dapat ditunjukkan
dengan nyata kepada orang lain. Hasil karya cipta sebagai bukti wujud dari
ciptaan si pencipta. Ciptaan harus bersifat asli, bukan merupakan tiruan dari
ciptaan orang lain. Pencipta harus dapat membuktikan hasil karya ciptanya berasal
dari ciptaannya sendiri terutama apabila terjadi sengketa.23
Mengenai ciptaan yang dilindungi, berdasarkan Pasal 40 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, ciptaan yang dilindungi
meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang salah
satunya yaitu buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lainnya termasuk didalamnya cerita pendek.
c. Pemegang Hak Cipta
Pada Pasal 1 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta, pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang
menerima hak tersebut secara sah dari pencipta, atau pihak lain yang menerima
22
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 459.
23
lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah. Jika pemegang
hak cipta bukan pencipta, hal itu terjadi karena adanya proses pengalihan hak
cipta dari pencipta kepada pihak tertentu yang biasanya disertai dengan
pemberian kompensasi (imbalan atau royalti) dari penerima hak cipta kepada
pencipta.24
4. Pelanggaran Terhadap Hak Cipta
Pelanggaran hak cipta adalah perbuatan atau penggunaan karya cipta yang dapat
merugikan atau mengganggu hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta
seperti, memproduksi, mendistribusikan, mengumumkan, menampilkan atau
memamerkan ciptaan tanpa izin dari pemegang hak cipta. Bentuk-bentuk
pelanggaran hak cipta antara lain berupa pengambilan, pengutipan, perekaman,
pertanyaan dan pengumuman sebagian atau seluruh ciptaan orang lain dengan
cara apa pun tanpa izin pencipta/pemegang hak cipta, bertentangan dengan
undang-undang atau melanggar perjanjian.
Tindakan pelanggaran hak cipta dalam KUHPerdata termasuk kedalam perbuatan
melawan hukum dan dapat digugat berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata. Adapun
isi pasal tersebut yaitu sebagai berikut setiap perbuatan melawan hukum, oleh
karenanya menimbulkan kerugian pada pihak lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menyebabkan kerugian itu menggantinya. Berdasarkan bunyi pasal
tersebut, maka suatu perbuatan melawan hukum harus memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut:
24
Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta Lagu Atau Musik Melalui Fungsi
a) Perbuatan itu harus melawan hukum (onrechtmatige), perbuatan yang dilakukan oleh pelaku pelanggaran merupakan perbuatan yang bertentangan
dengan hukum yang berlaku. Dalam hal ini pelaku melakukan tindakan
pelanggaran yang bertentangan dengan hukum hak cipta.
b) Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian, kerugian yang ditimbulkan dapat
berupa kerugian materil maupun kerugian inmateril. Dalam tindakan
pelanggaran hak cipta, kerugian yang ditimbulkan merupakan kerugian di
bidang hak ekonomi maupun hak moral.
c) Perbuatan ini harus dilakukan dengan kesalahan, pengertian kesalahan dalam
pasal 1365 KUHPerdata ini mengandung semua lingkup dari kesalahan baik
yang merupakan kesalahan sengaja maupun kesalahan yang tidak disengaja
(lalai).
d) Antara perbuatan dan kerugian yang ditimbulkan harus ada hubungan klausal,
berdasarkan rumusan pengertian pada pasal 1365 KUHPerdata maka perbuatan
klausal merupakan perbuatan yang karena kesalahannya menimbulkan
kerugian, kerugian tersebut harus timbul sebagai akibat dari perbuatan pelaku
pelanggaran, jika tidak ada perbuatan maka tidak ada kerugian.
Plagiarisme dikatakan sebagai pelanggaran terhadap hak cipta karena merupakan
perbuatan pengambilan hak milik orang lain untuk dirinya sendiri sehingga dapat
merugikan pencipta atau pemegang hak cipta. Perbuatan yang tidak dianggap
sebagai pelanggaran hak cipta dalam Pasal 43 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 Tentang Hak Cipta yaitu:
a. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan lambang
b. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan segala
sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama pemerintah, kecuali dinyatakan
dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, pernyataan pada Ciptaan
tersebut, atau ketika terhadap Ciptaan tersebut dilakukan Pengumuman,
Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan;
c. pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor
berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lainnya
dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap; atau
d. pembuatan dan penyebarluasan konten Hak Cipta melalui media teknologi
informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial dan/atau
menguntungkan Pencipta atau pihak terkait, atau Pencipta tersebut menyatakan
tidak keberatan atas pembuatan dan penyebarluasan tersebut.
e. Penggandaan, Pengumuman, dan/atau Pendistribusian Potret Presiden, Wakil
Presiden, mantan Presiden, mantan Wakil Presiden, Pahlawan Nasional,
pimpinan lembaga negara, pimpinan kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian, dan/atau kepala daerah dengan memperhatikan martabat dan
kewajaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Pengaturan Hukum Hak Cipta
Perkembangan hukum hak cipta telah melalui beberapa proses yang panjang,
berkembang mengikuti perkembangan zaman yang semakin kompleks. Peraturan
mengenai hak cipta di Indonesia sendiri berawal dari masa pemerintahan
bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum bagi pencipta atas karya-karya
yang diciptakannya.25 Pada masa itu Kerajaan Belanda mengikatkan diri pada
Konvensi Berne 1886 dengan beberapa Reservation.
Auteurswet terus berlaku hingga Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan, Undang-Undang Dasar 1945 dan Peraturan
Presiden Nomor 2 Tanggal 10 Oktober 1945. Selain itu Indonesia juga telah
meratifikasi persetujuan TRIPs yang mengacu pada Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan tentang pembentukan organisasi perdagangan dunia) yang selanjutnya disebut dengan WTO (Agreement of Trade Related Aspecs of Intellectual Property Rights (Persetujuan tentang perdagangan yang terkait dengan aspek-aspek Hak Kekayaan Intelektual)26, sampai dengan
ditetapkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta.
Lima tahun kemudian undang-undang tersebut diperbaharui menjadi
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987. Pada tahun 1997 dilakukan pembaharuan kembali
terhadap undang-undang hak cipta sebelumnya, yaitu berubah menjadi
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 Tentang Hak Cipta. Upaya pembaharuan terhadap
undang-undang hak cipta terus dilakukan, pada tahun 2002 undang-undang hak
cipta diperbaharui menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002. Hingga
pembaharuan terakhir yang berlaku sekarang yaitu Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
25
Naning Ramdlon, Perihal Hak Cipta Indonesia, Tinjauan Terhadap Auteursrecht 1912
dan Undang-Undang Hak Cipta 1997 (Yogyakarta: Liberty, 1997), hlm.20.
26
D. Plagiarisme
Pengertian plagiarisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah penjiplakan
yang melanggar hak cipta. Sedangkan plagiat adalah pengambilan karangan orang
lain dan menjadikannya seolah-olah karangan sendiri.27 Plagiarisme merupakan
suatu pelanggaran dalam hukum hak cipta karen plagiarisme merupakan tindakan
pencurian atau penjiplakan yang dilakukan terhadap suatu ciptaan yang dilindungi
oleh hak cipta oleh karena itu pelaku plagiarisme (plagiator) dapat dikenakan
sanksi hukum berdasarkan peraturan hukum yang mengaturnya.
Plagiarisme pada prinsipnya yaitu mengakui hasil karya orang lain sebagai karya
miliknya sendiri tanpa mencantumkan sumbernya. Menurut Marshall & Rowland
dalam jurnal milik Tarkus Suganda menyatakan bahwa berdasarkan niatnya, ada
dua jenis plagiarisme, yaitu plagiarisme yang dilakukan dengan sengaja
(deliberate) dan plagiarisme yang dilakukan secara tanpa disengaja (accidental).
Deliberate plagiarism adalah kegiatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang untuk membajak karya ilmiah orang lain, contohnya adalah membajak isi buku
orang lain, menerjemahkan karya orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu
(apalagi jika mengklaimnya sebagai karyanya sendiri), dll. Sedangkan accidental plagiarism terjadi lebih disebabkan karena ketidaktahuan si penulis tentang kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah dan tentang tata cara atau etika menulis
artikel ilmiah atau mungkin karena si penulis artikel tidak memiliki akses ke
kepustakaan yang diperlukannya tersebut.28
27
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm. 459.
28
Menurut Peter Salim dalam jurnal milik Sentosa Sembiring, plagiarisme berarti
penjiplakan. Sedangkan plagiarize, mengambil tulisan, pendapat orang lain dan
digunakan sebagai kepunyaan sendiri, menjiplak, plagiat. Plagiarist, orang yang
menjiplak tulisan, pendapat orang lain. Plagiary, penjiplakan.29
E. Cerita Pendek
Karya tulis merupakan salah satu objek hak cipta yang dilindungi oleh
Undang-Undang Hak Cipta, hal ini tertera pada pasal 40 ayat (1) undang-undang tersebut.
Karya tulis dapat dibedakan menjadi dua yaitu karya tulis fiksi dan karya tulis non
fiksi. Karya tulis fiksi dapat berupa cerita pendek, cerita bersambung, novel,
novelet, roman dan puisi. Karya fiksi bersifat fiktif yang dipengaruhi oleh
imajinasi dan perasaan pengarang, tetapi masih berpijak pada kebenaran rasional.
Biasanya karya fiksi disebut juga dangan karya sastra yang dapat diterbitkan
dalam majalah, tabloid, koran maupun berbentuk buku. Sedangkan karya nonfiksi
dilandasi dengan fakta, pengalaman objektif (kisah nyata), penelitian, pemikiran,
atau analisis dari suatu masalah. Karya non fiksi biasanya diterbitkan dalam
bentuk jurnal ilmiah, majalah, surat kabar dan buku.30
Salah satu bentuk dari karya tulis fiksi yaitu cerita pendek atau sering juga disebut
dengan cerpen adalah cerita singkat yang dibuat pengarang tentang sesuatu hal
29
Sentosa Sembiring, Penghormatan Terhadap Karya Tulis Seseorang Sebagai Langkah
Awal Untuk Mencegah Terjadinya Plagiarisme Dalam Melahirkan Suatu Karya Tulis (Bandung:
Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan. Law Review Vol. VIII, No. 3, 2009), hlm.477. (Peter Salim, The Contemporary English-Indonesia Dictionary (Jakarta: Modern English Press, 1991), hlm.1423).
30
yang pernah dialaminya atau hanya khayalan si pengarang saja.31 Cerpen adalah
suatu cerita yang pendek dan hanya melukiskan sebagian dari kejadian dalam
kehidupan yang luas. Pengertian cerpen adalah bentuk prosa yang pendek yang
paling sederhana merupakan kerja fiksi, dengan efek satu-satunya kesan
impression jadi mengungkap satu sari kehidupan saja, Bukan berarti terdiri dari
satu halaman saja, tetapi bisa sampai beberapa halaman.32 Dari pengertian diatas
maka apat ditarik kesimpulan dari pengertian cerita pendek yaitu suatu cerita yang
merupakan kebulatan ide yang dibuat oleh pengarang tentang suatu hal yang
dialaminya atau hanya bersifat khayalan yang memberikan kesan tunggal pada
jiwa pembaca.
Setiap karya sastra selalu didukung oleh unsur-unsur tertentu, unsur-unsur
pendukung itu antara lain: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik
adalah aspek-aspek yang membangun sastra itu dari dalam, sedangkan unsur
ekstrinsik adalah aspek-aspek yang mempengaruhi cipta sastra yang bersumber
dari luar cipta sastra itu sendiri.33 Unsur intrinsik terdiri dari tema, alur,
penokohan, latar, setting, gaya bercerita, sudut pandang, amanat, dan lain-lain.
Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen adalah unsur yang membentuk atau yang
terdapat di luar cerpen itu sendiri (unsur yang berada di luar karya sastra).
Unsur-unsur ekstrinsik dari cerpen tidak bisa terlepas dari keadaan masyarakat saat
dimana cerpen itu dibuat oleh si penulis. Unsur ini sangat memiliki banyak
pengaruh pada penyajian amanat maupun latar belakang dari cerpen itu sendiri.
31
Muh Darisman, dkk, Ayo Belajar Berbahasa Indonesia (Bogor: Yuddhistira, 1998), hlm.59.
32
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra (Bandung: Angkasa, 1984), hlm.170.
33
Menurut Tarigan, terdapat beberapa ciri khas cerpen yaitu diantaranya sebagai
berikut: 34
1. Ciri utama cerpen adalah singkat, padat dan intensif.
2. Bahasa dalam cerpen harus tajam, sugesti, dan menarik perhatian.
3. Unsur-unsur cerpen adalah: adegan, tokoh dan gerak.
4. Cerpen harus mempunyai seorang tokoh utama.
5. Dalam cerpen sebuah kejadian atau peristiwa harus dapat menjadikan pusat
perhatian yang menarik sehingga dapat memancing perhatian para
pembacanya dan kemudian kejadian atau peristiwa harus dapat menguasai
jalan ceritanya.
6. Cerpen hanya tergantung pada satu situasi.
7. Cerpen harus menimbulkan perasaan beda pembaca yaitu berawal dari jalan
cerita yang menarik.
8. Cerpen harus mempunyai satu efek atau kesan atau kesan yang menarik.
9. Cerpen harus menimbulkan efek dalam pikiran pembaca.
10. Cerpen harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsep kehidupan
baik langsung maupun tak langsung.
11. Cerpen menyajikan satu emosi.
12. Cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah
yang pertama-tama menarik perasaan dan baru menarik pikiran
13. Dalam cerpen ceritanya hanya terdiri dari inti suatu kejadian yang merupakan
cerpen.
14. Panjang cerita kurang lebih 10.000 kata.
34
F. Kerangka Pikir
Keterangan:
Hak Cipta merupakan salah satu cabang dari Hak Kekayaan Intelektual yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Cerita
pendek termasuk dalam perlindungan hukum hak cipta karya tulis yang diatur
dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Plagiarisme merupakan tindakan pencurian, pengambilan atau penjiplakan karya
cipta orang lain tanpa seizin pencipta/pemegang hak ciptanya. Dengan adanya
perlindungan hak cipta berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta maka pencipta/pemegang hak cipta dapat menuntut pelaku
plagiarisme berdasarkan peraturan hukum yang berlaku. Berdasarkan penjelasan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Hak Cipta
Plagiarisme Cerita Pendek
Perlindungan Hukum
Hak Cipta Terhadap
Plagiarisme Cerita
pendek Bentuk Pelanggaran
Plagiarisme Cerita
Pendek
Upaya Pencegahan
Terjadinya
Plagiarisme Cerita
tersebut maka penulis akan melakukan penelitian berkenaan dengan bentuk
plagiarisme cerita pendek, perlindungan hukum hak cipta berdasarkan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta terhadap pelanggaran
plagiarisme cerita pendek, serta bagaimana upaya untuk mencegah terjadinya
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka metode pendekatan
yang digunakan dalam penulisan ini, yaitu pendekatan normatif. Pendekatan
normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan hak cipta. Pendekatan normatif
terhadap peraturan perundang-undangan (statute approach). Substansi hukum dalam penelitian ini yaitu mengenai tindakan plagiarisme cerita pendek yang
ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum
normatif karena penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji hukum tertulis,
dalam hal ini mengenai pelanggaran plagiarisme dan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta sebagai dasar peraturan. Penelitian hukum
normatif ini dikonsepkan sebagai hukum yang tertulis dalam peraturan
perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.35
35
C. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian
hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran
(deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan
pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat.36 Penelitian ini akan
menggambarkan bagaimana bentuk-bentuk plagiarisme, ketentuan hukum yang
mengatur mengenai plagiarisme berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta serta upaya untuk mencegah maraknya perilaku
plagiarisme cerita pendek.
D. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder yaitu data
yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan cara membaca, mengutip dan
menelaah peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen-dokumen, kamus,
dan literatur lainnya yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas.37
Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
1. Bahan hukum primer yaitu data normatif yang bersumber dari peraturan
perundang-undangan, dalam penelitian ini peraturan yang digunakan yaitu
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
2. Bahan hukum sekunder, meliputi bahan-bahan yang berkaitan dengan bahan
hukum primer dan dapat membantu dalam menganalisa serta memahami
bahan hukum primer, diantaranya yaitu berupa literatur serta norma-norma
36Ibid.,
hlm.53. 37
hukum yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas didalam
penelitian ini.38
3. Bahan hukum tersier, meliputi bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan pencarian sumber-sumber data
melalui internet (Browsing).
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara
studi kepustakaan (liberary research), serta menganalisis pelanggaran plagiarisme yang berkenaan dengan cerita pendek. Studi kepustakaan merupakan serangkaian
kegiatan membaca, mencatat, dan mengutip dari berbagai literatur, peraturan
perundang-undangan, buku-buku, media cetak, dan lain-lain yang berhubungan
dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
F. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Data (editing)
Pemeriksaan data yaitu data yang diperoleh selanjutnya diperiksa apakah masih
terdapat kekurangan serta apakah data tersebut sesuai dengan permasalahan.
38
b. Penandaan Data (coding)
Penandaan Data yaitu memberi catatan atau data yang menyatakan jenis sumber
data (buku, literatur, dan perundang-undangan).
c. Rekonstruksi Data (reconstructing)
Rekonstruksi data yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, logis,
sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan.
d. Sistematisi Data (sistematizing)
Sistematisi data yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada setiap
pokok bahasan secara sistemasi sehingga memudahkan pembahasan.
G. Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari tahapan pengolahan data kemudian dianalisis
secara deskriptif kualitatif, yaitu melakukan penafsiran terhadap data hasil
penelitian yang hasilnya diuraikan dan digambarkan dalam bentuk kalimat yang
tersususn secara sistematis, logis dan efektif sehingga memudahkan interpretasi
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah penulis jelaskan diatas, maka
kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bentuk-bentuk pelanggaran plagiarisme yang dilakukan penulis dalam
membuat cerita pendek berdasarkan indikator yang mengacu pada
bentuk-bentuk plagiarisme Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi
serta bentuk-bentuk plagiarisme yang dikemukakan Julissar, yaitu antara lain
menggunakan ide atau gagasan orang lain dalam suatu karya tulis tanpa
mengemukakan identitas sumbernya, menggunakan atau mengutip kata-kata
atau kalimat orang lain dalam suatu karya tulis tanpa memberi tanda kutip
dan/atau mengemukakan identitas umbernya serta menyerahkan/
mempublikasikan cerpen yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh
pihak lain sebagai cerpennya tanpa mencantumkan sumbernya.
2. Perlindungan hukum bagi pemegang hak cipta terhadap tindakan plagiarisme
dalam cerita pendek, tersebut diatur dalam Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Ketika suatu karya tulis telah
hanya berhak mendapatkan perlindungan hak cipta, tetapi juga mendapatkan
pengakuan, penghormatan, dan penghargaan masyarakat. Terkait dengan kasus
plagiarisme cerpen yang dilakukan oleh Dadang Ari Murtono yang tidak
mencantumkan nama atau sumber dari cerpen milik Akutagawa Ryunosuke
tersebut, dalam hal ini Dadang telah melanggar hak ekonomi dan hak moral
berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
3. upaya untuk mencegah terjadinya tindakan plagiarisme cerpen salah satunya
yaitu kejujuran dari diri penulis. Pihak penerbit yang menerbitkan cerpen
tersebut juga turut bertanggung jawab dalam mengawasi pelaksanaan kode etik
penulisan cerpen yang dilakukan oleh penulis. Walaupun sudah ada hukum
yang mengatur mengenai hak cipta tetapi hukum bagi tindakan plagiarisme
belum sepenuhnya efektif, pemerintah selaku aparat hukum juga bertanggung
jawab dalam upaya pencegahan tindakan plagiarisme yang dilakukan penulis.
B. Saran
Saran yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebaiknya perlu diadakan
pengenalan mengenai antiplagiarisme sejak dini, disamping itu anti-plagiarisme
harus lebih disosialisasikan ke seluruh kalangan masyarakat, karena
Undang-Undang Hak Cipta belum mengatur secara lebih spesifik mengenai
kalusul-klausul pelanggaran plagiarisme beserta sanksinya. Bagi penulis sebaiknya lebih
teliti dalam mengutip kata-kata maupun kalimat-kalimat milik orang lain dengan
mencantumkan sumbernya secara jelas sehingga tidak dikatakan sebagai tindakan
cerpen-cerpen yang dikirim oleh penulis ke media cetak tersebut agar tidak ada cerpen-cerpen
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Amiruddin dan Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Asian Law Group Pty Ltd. 2011. Hak Kekayaan Intelektual Sebuah Pengantar. Bandung: PT Alumni.
Badrun, Ahmad.1983. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.
Bintang, Sanusi. 1998. Hukum Hak Cipta. Bandung: Citra Aditya Bakti. Damian, Eddy. 2005. Hukum Hak Cipta. Bandung: Alumni.
Darisman, Muh, dkk. 1998 Ayo Belajar Berbahasa Indonesia. Bogor: Yuddhistira.
Djumhana, Muhammad dan R. Djubaedillah. 2003. Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Lutviansori, Arif. 2010. Hak Cipta dan Perlindungan Folklor di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
___________. 2007. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Nainggolan, Bernard. 2011. Pemberdayaan Hukum Hak Cipta Lagu Atau Musik Melalui Fungsi Lembaga Kolektif. Bandung: PT.Alumni.
Ramdlon, Naning. 1997. Perihal Hak Cipta Indonesia, Tinjauan Terhadap Auteursrecht 1912 dan Undang-Undang Hak Cipta 1997. Yogyakarta: Liberty.
Sasongko, Wahyu. 2007. Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Soekanto, Soerjono. 1982. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia.
Soekanto, Soerjono dan Mustafa Abdulah. 1987. Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, Jakarta: CV Rajawali.
Soelistyo, Henry. 2011. Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soelistyo, Henry. 2011. Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Soemitro, Ronny Hanitijo. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Sumardjo, Jakob. 1984. Seluk Beluk Cerita Pendek. Bandung: Angkasa. Sutedi, Andrian. 2009. Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar Grafika. Supramono, Gatot. 2010. Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.
B. Kamus
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
C. Jurnal
Mulyana. 2010. Pencegahan Tindak Plagiarisme Dalam Penulisan Skripsi: Upaya Untuk Memperkuat Pembentukan Karakter di Dunia Akademik. Cakrawala Pendidikan. Edisi Khusus Dies Natalis UNY
Sembiring, Sentosa. 2009. Penghormatan Terhadap Karya Tulis Seseorang Sebagai Langkah Awal Untuk Mencegah Terjadinya Plagiarisme Dalam Melahirkan Suatu Karya Tulis. Bandung: Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan. Law Review Vol. VIII No. 3.
Wibowo, Adik. 2012. Mencegah dan Menanggulangi Plagiarisme di Dunia Pendidikan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.6 No.5.
D. Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
Peraturan Menteri Pendidikan Naional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi
E. Lainnya
http://bambydanceritanya.blogspot.com
http://gumelarp.blogspot.com
http://id.m.wikipedia.org
http//jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html
http://julissarwritting.blogspot.com/2007/08/mengenali-permasalahan-plagiarisme.html
www.kompasiana.com