• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAPITA SELEKTA HUKUM ACARA PERDATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAPITA SELEKTA HUKUM ACARA PERDATA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KAPITA SELEKTA

HUKUM ACARA PERDATA

Disampaikan saat Bimbingan Teknis Bindalmin

Hotel Rodhita Banjarmasin, 18-19 April 2013

BAGIAN PERTAMA

Oleh :

Drs. H. Dja’far Abd. Muchith, S.H., M.H

.I.

PTA BANJARMASIN

(2)

1. Penetapan Hari Sidang (PHS)

1. Penetapan Hari Sidang (PHS) dalam gugatan yang disertai permohonan

sita jaminan (Conservatoir Beslag/CB) hakim dapat memilih salah satu cara

di bawah ini :

a. Kalau sita dikabulkan, dan hari sidang ditetapkan, maka amarnya :

- Mengabulkan permohonan sita

- Memerintahkan jurusita untuk melakukan penyitaan

- Memerintahkan jurusita untuk memanggil para pihak agar datang di

persidangan pada hari .../ tangal ...

b. Kalau sita ditolak, dan hari sidang ditetapkan, maka amarnya :

- Menolak permohonan sita

- Memerintahkan jurusita untuk memanggil para pihak untuk datang

menghadap di persidangan pada hari .../ tangal ...

c. Kalau sita dikabulkan dan hari sidang ditangguhkan, maka amarnya :

- Mengabulkan permohonan sita

- Memerintahkan jurusita untuk melakukan penyitaan

- Menyatakan hari sidang akan ditetapkan kemudian

d. Kalau sita ditangguhkan, dan hari sidang ditetapkan amarnya :

- Menetapkan permohonan sita akan ditetapkan tersendiri

- Memerintahkan jurusita untuk memanggil para pihak untuk hadir di

persidangan pada hari .../ tangal ...

2. Eksepsi

a. Eksepsi ialah tangkisan dari tergugat bahwa pengadilan tidak berwenang

mengadili perkara tersebut.

b. Macam eksepsi :

1. Eksepsi yang menyangkut kekuasaan absolut

2. Eksepsi yang menyangkut kekuasaan relatif.

Kedua macam eksepsi tersebut termasuk eksepsi menyangkut acara

(3)

Sedangkan yang termasuk dilatoir dan perentoir, termasuk eksepsi

materiil.

c. Eksepsi relatif menurut Pasal 133 HIR/159 RBg harus diajukan pada

jawaban pertama ; sedang eksepsi absolut dapat diajukan setiap waktu

selama pemeriksaan perkara berlangsung (134 HIR).

d. Pemeriksaan eksepsi prosesuil/formil dilakukan sebelum memeriksa pokok

perkara; sedang untuk eksepsi materiil diperiksa dan diputus

bersama-sama pokok perkara.

e. Putusan yang dijatuhkan untuk eksepsi absolut/relatif :

- Jika eksepsi dikabulkan putusannya putusan akhir.

- Jika eksepsi ditolak maka dalam bentuk penetapan yang dimuat dalam

berita acara.

f. Kompetensi absolut ialah kewenangan mengadili perkara berdasar pada

pembagian wewenang atau badan peradilan macam apa yang berwenang

untuk mengadili sengketa ini. Sedang kompetensi relatif ialah kewenangan

mengadili perkara berdasarkan pembagian daerah hukum atau pengadilan

mana yang berwenang mengadili perkara ini.

g. Perbedaan singkatnya adalah :

- Kompetensi absolut itu mengadili berdasarkan materi hukum

sedangkan relatif itu mengadili berdasarkan wilayah hukum.

- Kompetensi absolut itu, ada eksepsi atau tidak hakim secara ex oficio

menyatakan diri tidak berwenang untuk mengadili perkara tersebut;

sedangkan kompetensi relatif, sepanjang tidak ada eksepsi maka

hakim tetap memeriksa dan mengadili perkara tersebut (absolut).

h. Contoh eksepsi sebagai berikut.

2. Contoh amar putusan/eksepsi :

a. Eksepsi relatif/absolut diterima :

(4)

- Menyatakan bahwa eksepsi tergugat adalah tepat dan

beralasan

- Menyatakan bahwa Pengadilan Agama tidak berwenang

mengadili perkara tersebut

- Menghukum penggugat untuk membayar biaya perkara

b. Eksepsi relatif/absolut yang ditolak

Sebelum memutus pokok perkara

- Menolak eksepsi tergugat

- Menyatakan bahwa Pengadilan Agama berwenang mengadili

perkara tersebut

- Memerintahkan kedua belah pihak untuk melanjutkan perkara

tersebut

- Menangguhkan tentang biaya perkara hingga putusan akhir

c. Dalam hal absolut kompetensi yang tidak ada eksepsi, hakim

secara ex oficio harus memutusnya, amarnya :

- Menyatakan bahwa Pengadilan Agama tidak berwenang

mengadili perkara tersebut

- Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara

sebanyak Rp...

d. Eksepsi materiil yang disetujui, amarnya :

- Dalam eksepsi :

- Mengabulkan eksepsi Tergugat

e. Dalam pokok perkara

- Menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima

- Menghukum penggugat untuk membayar biaya perkara

f. Eksepsi materiil yang tidak disetujui, amarnya :

- Dalam eksepsi :

- Menolak eksepsi Tergugat

(5)

- Mengabulkan/menolak gugatan penggugat

- Menyatakan jatuh talak satu bain sughro tergugat kepada

penggugat

- Membebankan penggugat untuk membayar biaya perkara

3. Rekonvensi

a. Gugat rekonvensi ialah gugatan yang diajukan oleh tergugat terhadap

penggugat dalam sengketa yang sedang berjalan antara mereka (gugat

balik).

b. Faedah gugat rekonvensi ialah :

- Menghemat ongkos perkara

- Mempermudah pemeriksaan

- Mempercepat penyelesaian perkara

- Menghindari putusan yang saling bertentangan

c. Gugat rekonvensi dapat diajukan selama masih jawab-menjawab sebelum

memasuki pembuktian.

d. Gugatan rekonvensi tidak dapat dibenarkan dalam hal :

- Bila penggugat dalam konvensi bertindak karena suatu kualitas

tertentu, sedangkan tuntutan rekonvensi akan mengenai diri

penggugat pribadi atau sebaliknya.

- Bila pengadilan yang memeriksa konvensi tidak berwenang mengadili

dalam rekonvensi.

- Dalam perkara yang berhubungan dengan pelaksanaan putusan.

- Penggugat dalam konvensi dalam kaitannya dengan perkara bezit,

tidak dapat direkonvensi terhadap eigendom.

- Gugat rekonvensi tidak dapat diajukan di tingkat banding.

- Sebagai contoh di bawah ini.

3. Contoh putusan rekonpensi

a. Tentang duduk perkaranya

(6)

- Bahwa penggugat istri sah tergugat yang nikahnya ...

- Bahwa penggugat dan tergugat sudah hidup rukun dan

dikaruniai 2 orang anak

- Bahwa tergugat meninggalkan tergugat selama 3 tahun

tanpa memberi nafkah.

- dst.

- Dalam rekonvensi :

- Bahwa penggugat rekonvensi minta mobil 1 buah.

b. Tentang hukumnya

- Dalam konvensi

- Menimbang bahwa gugatan penggugat konvensi beralasan

...

- Dalam rekonvensi

- Menimbang bahwa gugatan penggugat rekonvensi tidak

beralasan.

c. Amar

- Dalam konvensi

- Mengabulkan gugatan penggugat konvensi

- Menyatakan jatuh talak satu bain sughro tergugat kepada

tergugat

- Dalam rekonvensi

- Menolak gugatan penggugat rekonvensi

- Dalam konvensi dan rekonvensi

- Membebankan penggugat konvensi/tergugat rekonvensi

untuk membayar biaya perkara sebesar Rp ...

4. Surat Kuasa Khusus

a. Surat kuasa khusus ialah surat yang berisi pemberian kuasa kepada

penerima kuasa untuk bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa

(7)

b. Bentuk surat kuasa khusus

- Dengan akta otentik yang dibuat oleh notaris.

c. Sifat surat kuasa khusus

- Harus tertulis

- Harus menyebut nama, kualitas dan kedudukan para pihak yang

berperkara.

- Harus menegaskan yang disengketakan/obyek sengketa (tentang

masalah tertentu).

- Harus merinci batas-batas tindakan yang dapat dilakukan penerima

kuasa.

d. Bedanya surat kuasa khusus dengan surat kuasa umum adalah, surat kuasa

khusus adalah hanya dapat digunakan khusus beracara di depan

pengadilan, sedang surat kuasa umum adalah surat kuasa yang diberikan

untuk mengurusi segala kepentingan pemberi kuasa.

e. Panggilan yang resmi harus disampaikan kepada pihak formil (penerima

kuasa) tapi dapat saja kepada pihak materiil (pemberi kuasa). Sebab kuasa

khusus tidak menghilangkan hak hakim untuk menghadirkan langsung

pihak pemberi kuasa apalagi dalam hal-hal yang tidak bisa dipisahkan dari

diri pribadi pemberi kuasa (Pasal 147 RBg/123 (3) HIR, 82 UUPA).

f. Surat kuasa dapat dicabut secara sepihak oleh pemberi kuasa (Pasal 1814

KUH Perdata).

g. Surat kuasa substitusi ialah surat kuasa khusus yang memuat pelimpahan

(8)

h. Para pihak yang berperkara dapat saja didampingi oleh pengacara asing,

dengan syarat sebagai berikut :

- Pengacaranya harus didampingi pengacara Indonesia.

- Jika pengacaranya akan mengajukan pertanyaan kepada para pihak

harus melalui pengacara Indonesia.

- Jika pengacaranya dapat berbahasa Indonesia maka ia dapat langsung

bertanya kepada para pihak, tapi harus melalui izin hakim yang

menyidangkan perkara.

- Pengacara yang tampil berdasarkan persetujuan pengadilan ybs.

5. Permasalahan Formil Gugatan

Agar gugatan memenuhi syarat, salah satupun dari syarat formil

gugatan tidak boleh diabaikan. Mengabaikan syarat formil suatu gugatan

dapat mengakibatkan gugatan mengandung cacat, artinya gugatan tersebut

dianggap tidak memenuhi ketentuan tata tertib beracara yang ditentukan, dan

mengakibatkan gugatan tidak sah, sehingga harus dinyatakan tidak dapat

diterima (Niet Onvankelijke).

Unsur atau syarat formil gugatan yang harus dipenuhi agar terhindar

dari cacat yang mengakibatkan tidak sah atau di NO adalah sebagai berikut :

1. Melanggar kompetensi

7. Apa yang digugat telah dikesampingkan

Uraian singkatnya adalah sebagai berikut :

1. Melanggar kompetensi

Surat gugatan tidak boleh melanggar kompetensi, baik kompetensi absolut

(9)

1.1 Kompetensi Absolut (Absolute Competency)

Landasan penentuan kompetensi absolut berpatokan pada

pembatasan yurisdiksi badan-badan peradilan. Setiap lingkungan

peradilan telah ditentukan sendiri oleh Undang-Undang tentang batas

kewenangan mengadili yang dimilikinya. Sebab itu suatu gugatan

harus tepat diajukan kepada salah satu lingkup peradilan sesuai

dengan bidang hukum yang diperkarakan. Apabila batas yurisdiksi

dilanggar mengakibatkan gugat cacat dan peradilan yang menerima

akan menyatakan diri tidak berwenang mengadili.

2.1 Kompetensi Relatif (Relative Competency)

Kalau kompetensi absolut didasarkan atas yurisdiksi mengadili,

maka kompetensi relatif didasarkan atas patokan atas kewenangan

mengadili berdasar daerah hukum. Masing-masig badan peradilan

dalam suatu lingkungan telah ditetapkan batas-batas wilayah

hukumnya. (Lihat Pasal 118 HIR/142 RBg atau Pasal 99 Rv).

Domisili atau tempat tinggal dapat diartikan tempat kediaman

atau tempat alamat tertentu atau tempat sebenarnya berdiam. Untuk

menentukan tempat tinggal berdasar pada KTP/SIM dsb, kartu rumah

tangga, surat pajak, dst.

Perubahan tempat kediaman setelah gugat diajukan tidak

mempengaruhi keabsahan gugat secara relatif. Hal ini uuntuk

menjamin kepastian hukum dan melindungi kepentingan penggugat.

Apabila pihak tergugat (umpamanya) terdiri dari banyak orang

dan masing-masing pihak bertempat tinggal di beberapa wilayah

hukum pengadilan yang berbeda (lain). Maka kepada penggugat

diberi hak untuk memilih salah satu diantara tempat tinggal para

tergugat. Untuk itu penggugat dapat mengajukan gugatan kepada

salah satu pengadilan yang dianggapnya paling menguntungkan atau

(10)

Jika obyek sengketa terdiri dari barang tidak bergerak, maka

gugatan diajukan di pengadilan di tempat mana barang obyyek

sengketa terletak.

Kalau obyek perkara terdiri dari beberapa barang tidak bergerak

yang terletak di beberapa daerah hukum pengadilan, maka pihak

penggugat dapat melakukan pilihan, ia dapat mengajukan gugat

kepada salah satu pengadilan yang dianggapnya paling

menguntungkan.

2. Error in Persona

Suatu gugat dianggap error in persona, apabila :

2.1 Diskualifikasi in person

a. Penggugat bukan persona standi in judicio

- Karena belum dewasa

- Bukan orang yang mempunyai hak dan kepentingan

- Berada di bawah curatele

b. Jika karena kuasa yang bentindak tidak memenuhi syarat :

- Tidak mendapat kuasa, baik lisan atau surat kuasa khusus

- Atau surat kuasa khusus tidak sah

2.2 Genies Aanhoedang Heid (orang yang ditarik sebagai tergugat tidak

tepat).

2.3 Plurium Litis Consortium (orang yang ditarik sebagai tergugat tidak

lengkap).

3. Obscuur Libel

Hal lain yang mengakibatkan gugat cacat formil ialah karena gugatan

kabur. Artinya tidak jelas, antara lain disebabkan beberapa hal sebagai

berikut :

1. Posita (fundamentum petendi) tidak menjelaskan dasar hukum dan

kejadian yang mendasari gugatan. Atau ada dasar hukum tetapi tidak

(11)

2. Tidak jelas obyek yang disengketakan :

a. Tidak menyebut letak lokasi

b. Tidak jelas batas-batas, ukuran dan luas

c. Tidak ditemukan obyek sengketa

3. Penggabungan dua atau beberapa gugatan yang masing-masing berdiri

sendiri, baik kumulatif subyektif maupun kumulatif obyektif.

Patokannya; penggabungan gugat boleh dilakukan apabila ada

hubungan yang sangat erat dan mendasar.

4. Terdapat saling pertentangan antara posita dengan petitum.

5. Petitum tidak terinci tapi hanya berupa kompositur atau ex aequo et

bono. Pada prinsip petitum primer harus terinci. Bila sudah ada petitum

primer terinci boleh dibarengi dengan petitum subsider, boleh terinci

dan boleh berbentuk kompositur.

4. Nebis in Idem

Lazim juga disebut exeptio rei judicatae (Pasal 1917 BW). Apa yang

digugat/diperkarakan ternyata sudah pernah diperiksa, dan telah ada

putusan yang telah berkekuatan hukum tetap dan putusan bersifat positif,

seperti menolak gugatan atau mengabulkan, yang berarti putusan sudah

Litis Pinitri Opportet. Jika putusan bersifat negatif (menyatakan gugatan

tidak diterima), tidak mengakibatkan nebis in idem.

Disamping hal di atas, ada syarat lain menjadikan nebis in idem, yaitu

obyek yang digugat sama, subyek sama dan materi pokok sama.

5. Gugatan Prematur

Dalam hal ini gugatan masih tertunda karena ada faktor yang

menangguhkan :

- Apa yang hendak digugat belum terbuka karena syarat yang ditentukan

UU belum terjadi. Contoh gugatan waris, pewarisnya masih hisup.

- Apa yang hendak digugat tertunda oleh faktor syarat yang dijanjikan,

(12)

6. Rei Judicata Deductor

Apa yang digugat masih tergantung pemeriksaannya dalam proses

peradilan :

- Perkara yang digugat sudah pernah diajukan dan belum putus.

- Prosesnya masih berlangsung pada tingkat banding atau kasasi

- Dengan demikian apa yang digugat masih tergantung.

7. Apa yang digugat telah dikesampingkan

Dalam hal ini terdapat faktor kemungkinan :

a. Apa yang digugat sudah dipenuhi

b. Sudah dihapuskan sendiri oleh penggugat

c. Sudah melepaskan diri (menolak sebagai ahli waris)

d. Faktor lewat waktu (daluwarsa)

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip Pertama prinsip ini dapat dijumpai didalam pasal 84 KUHAP yaitu: 1) Pengadilan Negeri berwenang mengadili segala perkara mengenai tindak pidana yang dilakukan dalam

Kompetensi peradilan yang berkaitan dengan memeriksa dan memutus suatu perkara berdasarkan jenis perkara yang diatur dalam undang-undang yang berlaku, merupakan pengertian dari ....

Apabila ada permohonan pelaksanaan putusan dari pihak yang telah dimenangkan dalam perkara perdata dan pihak tersebut telah dibayar uang panjar atau uang muka biaya

tersebut, maka eksepsi Terlawan I dan Terlawan II dengan dalil Pengadilan Agama tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara a quo karena dalam perjanjian telah disepakati para

Dalam hal yang seperti itu, pengadilan yang menerima pengajuan perkara dapat menolak dan menyatakan diri tidak berwenang untuk mengadili atas alasan sengketa yang diajukan berada

a. Eksepsi tentang Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang secara absolut untuk mengadili perkara sengketa penguasaan tanah tersebut karena sifat gugatan penggugat

KOMPETENSI: Mahasiswa mengerti bagaimana beracara di pengadilan, khususnya acara perdata, bagaimana membuat surat gugatan, penyitaan, pemeriksan perkara,

Sedangkan dalam Pasal 136 HIR, putusan penolakan eksepsi kompetensi adalah putusan sela yang tidak dapat dibanding tersendiri, tetapi harus diputuskan bersama-sama dengan pokok