• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERMUATAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL DENGAN PENILAIAN AUTENTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERMUATAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL DENGAN PENILAIAN AUTENTIK"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Afifah Hidayati

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERMUATAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL

DENGAN PENILAIAN AUTENTIK Oleh

AFIFAH HIDAYATI

Salah satu media pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran dengan baik adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Telah dilakukan penelitian untuk

mengembangkan LKS materi perpindahan kalor dilengkapi model problem based learning bermuatan sikap spiritual dan sosial dengan penilaian autentik. Tujuan pengembangan untuk menghasilkan LKS yang menarik, mudah, bermanfaat dan efektif digunakan. Pengembangan ini diawali dengan mengidentifikasi masalah di SMPN 3 Terbanggi Besar, yaitu selama ini LKS yang digunakan hanya berisi materi dan soal latihan tanpa kegiatan untuk memahami konsep secara jelas. Pada tahap kedua mengumpulkan informasi dari guru dan siswa untuk analisis

kebutuhan, kemudian hasil analisis kebutuhan menghasilkan format LKS yang akan dikembangkan. Tahap selanjutnya dilakukan uji validasi oleh ahli desain dan ahli isi/materi dan dilakukan perbaikan berdasarkan kritik dan saran yang

(2)

Afifah Hidayati 36 orang siswa diperoleh skor kemenarikan 3,55 (sangat menarik), skor

kemudahan 3,56 (sangat mudah), dan skor kemanfaatan 3,70 (sangat bermanfaat). Produk efektif digunakan karena berdasarkan hasil uji efektivitas 88,9% siswa telah tuntas dari nilai Ketuntasan Kriteria Minimal yang telah ditetapkan yaitu 72 dengan nilai rata rata 80. Revisi produk dilakukan berdasarkan kritik dan saran selama uji coba pemakaian. Jadi dapat disimpulkan bahwa dihasilkan LKS model problem based learning bermuatan sikap spiritual dan sosial dengan penilaian autentik yang telah teruji dan layak digunakan dengan kualitas menarik, mudah digunakan, bermanfaat, dan efektif sebagai media pembelajaran.

(3)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERMUATAN SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL

DENGAN PENILAIAN AUTENTIK

Oleh Afifah Hidayati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 17 April 1992, anak ke dua dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Isa Ansori dan Ibu Nur Astutik.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Nurul Huda tahun 1997-1998, selanjutnya SD Negeri 3 Yukum Jaya tahun 1998 sampai tahun 2004, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar pada tahun ajaran 2004 sampai tahun 2007, dan melanjutkan di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar pada tahun 2007 yang diselesaikan pada Tahun 2010. Pada tahun 2011 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(8)
(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan kasih cintaku yang tulus dan mendalam kepada:

1. Kedua orang tua penulis tercinta Bapak Isa Ansori dan Ibu Nur Astutik yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang untuk keberhasilan penulis.

2. Kakak dan adik penulis Alfian Saputra dan Arista Kurniawati yang selalu memberikan dukungan.

(10)

MOTO

“Kesabaran bukan soal berapa lama kau menunggu, namun apa yang engkau lakukan saat menunggu. Kesabaran adalah keterampilan yang dihasilkan di bawah tekanan”

(Joyce Meyer)

“Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada usaha untuk menyelesaikannya”

(11)

SANWACANA

Bismillahirohmanirrohim.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa

Model Problem Based Learning Bermuatan Sikap Spiritual dan Sosial dengan

Penilaian Autentik”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan Pembimbing II yang selalu memberikan kritik dan saran yang bersifat positif dan membangun kepada penulis.

(12)

5. Bapak Dr. Chandra Ertikanto, M,Pd., selaku Pembahas atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan Pendidikan MIPA.

7. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. dan Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku uji ahli yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis.

8. Ibu Nirmalasari,S.Pd,M.M selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Terbanggi Besar yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah.

9. Bapak Gianto,S.Pd selaku waka kesiswaan SMP Negeri 3 Terbanggi Besar atas bantuan untuk melakukan penelitian di sekolah.

10.Ibu Marlina, S.Pd., Ibu Cik Imah, S.Pd., Bapak Samuji,S.Pd selaku guru IPA di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar yang telah membantu selama penelitian.

11.Ibu Ratnawati,S.Pd selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas VIIB SMP Negeri 3 Terbanggi Besar atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung. 12.Munirul Ikhwan yang selalu memberikan dukungan dalam segala hal.

13.Sahabatku Rosita, Rini, Tiara, Nuraini, Rettya, Asih dan Sonia atas kebersamaan selama ini.

14.Teman seperjuangan Pendidikan Fisika B 2011 : Lusi, Sam, Gesti, Yeni, Uci, Intan, Marlia, Nike, Sofya, A’yun, Ana, Ardi, Sugeng, Yusuf, Ansori, Adi, Deni,

(13)

15.Teman-teman Program Studi Pendidikan Fisika A 2010, terima kasih atas dukungannya.

16.Teman seperjuangan KKN/PPL yang luar biasa Titi, Andini, Dyo, Ona, Mareta, Ria, Iqbal, Feri, Tora, Miko, dan Koko.

17.Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Semoga kebaikan, kemurahan hati dan bantuan yang telah diberikan semua pihak mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,

(14)

xv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Definisi Istilah ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 9

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 9

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 16

3. Pendidikan Karakter ... 23

4. Sikap Spiritual ... 25

5. Sikap Sosial ... 27

6. Penilaian Autentik ... 29

B. Kerangka Pemikiran ... 33

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 36

B. Subjek Penelitian ... 37

C. Prosedur Pengembangan ... 37

1. Potensi dan Masalah ... 38

2. Mengumpulkan Informasi ... 39

3. Desain Produk ... 40

(15)

xvi

5. Perbaikan Desain ... 41

6. Uji Coba Produk ... 42

7. Revisi Produk ... 42

8. Uji Coba Pemakaian ... 43

9. Revisi Produk ... 43

10. Pembuatan produk Masal ... 43

D. Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Teknik Analisis Data ... 44

IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan ... 48

B. Pembahasan ... 54

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 61

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. a. Kisi Kisi Analisis Kebutuhan ... 64

b. Angket Analisis Kebutuhan Guru... 66

c. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 68

2. Pengisian Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 70

3. Pengisian Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 78

4. Panduan Penskoran Angket Analisis Kebutuhan ... 80

5. Rekapitulasi Angket Analisis Kebutuhan ... 85

6. Ruang Lingkup Materi ... 87

7. Desain Produk ... 88

8. Silabus ... 92

9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 95

10.a. Kisi Kisi Uji Ahli Materi ... 116

b. Instrumen Uj Ahli Materi ... 118

11.a. Kisi Kisi Uji Ahli Desain ... 121

b. Instrumen Uji Ahli Desain ... 123

12.a. Kisi Kisi Instrumen Uji Satu Lawan Satu ... 125

b. Instrumen Uji Satu Lawan Satu ... 127

13.a. Kisi Kisi Instrumen Uji Kemenarikan,Kemudahan, Kemanfaatan ... 130

b. Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, Kemanfaatan .. 132

14.Hasil Instrumen Uji Ahli Materi ... 136

15.Hasil Instrumen Uji Ahli Desain ... 139

16.Hasil Instrumen Uji Satu Lawan Satu ... 141

17.Hasil Uji Kemenarikan, Kemudahan, Kemanfaatan ... 144

(16)

xvii

(17)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.3 Kriteria Penilaian Uji Internal Dan Eskternal ... 46

3.4 Konversi Penilaian Akhir Uji Internal Dan Eksternal... 47

4.1 Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain ... 50

4.2. Rangkuman Hasil Uji Ahli Isi/Materi ... 51

4.3 Respon Penilaian Siswa Dalam Uji Lapangan (Kelompok Kecil).... 53

(18)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Dampak Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 23 2.2 Kerangka Pemikiran ... 33 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu media atau sumber belajar yang dapat membantu siswa ataupun guru saat proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran. LKS yang baik memiliki uraian materi, tujuan kegiatan, alat/bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja, pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan.

Selama ini LKS yang digunakan di sekolah hanya berisi materi dan soal latihan tanpa ada kegiatan secara jelas yang harus dilakukan untuk lebih memahami konsep saat pembelajaran. Hal ini berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar. Penelitian pendahuluan dilaksanakan dengan melakukan pengisian angket kepada guru dan siswa agar LKS yang akan dikembangkan nanti bermanfaat bagi guru dan siswa.

Hasil analisis kebutuhan LKS yang terdapat Lampiran 5 halaman 85

(20)

2

mengisi angket menyatakan sangat perlu dikembangkan LKS sesuai tuntutan kurikulum 2013. Selain itu, dari hasil analisis kebutuhan guru juga diketahui bahwa guru belum pernah membuat ataupun mengikuti pelatihan mengenai pembuatan LKS sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.

Selanjutnya dari hasil angket untuk mengungkap kebutuhan siswa dapat dilihat juga pada Lampiran 5 halaman 85 diperoleh skor 23,35 dari skor maksimal 26 (kategori sangat diperlukan) dan presentase 89,41 % dari jumlah total skor jawaban siswa juga menyatakan sangat perlu dikembangkan LKS model problem based learning bermuatan sikap spiritual dan sosial dengan penilaian autentik. Sehingga diharapkan ada LKS yang dikembangkan dengan lebih jelas dan sesuai kurikulum 2013.

Pembelajaran dengan kurikulum 2013 melatih siswa untuk mengembangkan pengetahuannya secara mandiri. Siswa tidak lagi diberikan informasi secara langsung namun guru hanya sebagai fasilitator yang menunjang saat kegiatan pembelajaran dilakukan. Guru harus menyediakan ruang dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar lebih aktif. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu model pembelajaran pada kurikulum 2013 yaitu model pembelajaran Problem Based Learning.

(21)

3

diharapkan mampu lebih memahami konsep dari materi yang dipelajari karena mereka sendiri yang telah menemukan konsep tersebut.

Pembelajaran yang didasarkan pada masalah dapat membuat siswa berpikir secara kritis dalam memperoleh pemahamannya dan menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain serta menanamkan sifat sosial yang positif diantara para siswa.

Dampak proses pembelajaran problem based learning salah satunya adalah mengembangkan karakter siswa. Hal ini sesuai bahwa dengan melakukan pembelajaran menggunakan model problem based learning, maka karakter dari diri siswa akan berkembang terutama dalam membentuk sikap rasa ingin tahu, jujur, kerja sama dan percaya diri.

Proses pembelajaran di sekolah tidak hanya digunakan untuk menuntut ilmu tapi juga membentuk kepribadian atau karakter siswa. Pendidikan karakter diperlukan dalam kehidupan sebagai individu, masyarakat, bangsa dan

negara. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa pengembangan etika, sosial dan emosional peserta didik sama pentingnya dengan prestasi akademik.

Pendidikan karakter yang ditekankan pada kurikulum 2013 adalah sikap religius dan sosial. Sikap religius mencakup dalam menghayati dan

(22)

4

siswa saat mengkomunikasikan hasil dari kegiatan eksperimen yang dilakukan. Karena itu sekolah harus dapat memainkan peran dan tanggung jawab untuk menanamkan dan mengembangkan nilai nilai yang baik serta membantu siswa membentuk dan membangun karakter mereka terutama dalam sikap religius dan sosial.

Sesuai tuntutan kurikulum 2013 saat ini menggunakan penilaian secara nyata terhadap proses pembelajaran. LKS yang akan dikembangkan ini juga

menggunakan penilaian autentik yang digunakan untuk mengukur kompetensi atau kemampuan tertentu terhadap kegiatan pembelajaran. Penilaian autentik berfokus atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan. Penilaian ini disebut juga penilaian nyata atau yang sebenarnya.

Berbeda dengan jenis penilaian terdahulu yang menggunakan satu model penilaian saja, penilaian autentik dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi siswa yang sebenarnya sesuai dengan fakta yang ada. Beberapa aspek yang dapat dinilai secara autentik dalam proses pembelajaran yaitu aspek kognitif, psikomotor dan afektif . Karakteristik penilaian nyata dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung serta bersifat terintegrasi.

(23)

5

namun secara ringkas dapat mencapai maksud tujuan pembelajaran yang harus dimengerti oleh siswa.

Mempertimbangkan kebermanfaatan LKS dan masalah-masalah yang telah dijelaskan di atas, maka diperlukan pengembangan media pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 2013, yaitu Pengembangan LKS Model Problem Based Learning Bermuatan Sikap Spiritual dan Sosial dengan Penilaian Autentik.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah:

1. Apakah perlu dikembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) model Problem Based Learning bermuatan sikap spiritual dan sosial dengan penilaian autentik?

2. Bagaimana kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan Lembar Kerja Siswa (LKS) model Problem Based Learning bermuatan sikap spiritual dan sosial dengan penilaian autentik?

3. Bagaimana keefektifan Lembar Kerja Siswa (LKS) model Problem Based Learning bermuatan sikap spiritual dan sosial dengan penilaian autentik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pengembangan ini adalah

(24)

6

b. Mengetahui kemenarikan, kemanfaatan, kemudahan Lembar Kerja Siswa (LKS) model Problem Based Learning bermuatan sikap spiritual dan sosial dengan penilaian autentik.

c. Mengetahui keefektifan Lembar Kerja Siswa (LKS) model Problem Based Learning bermuatan sikap spiritual dan sosial dengan penilaian autentik.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah: 1. Bagi siswa, tersedia alternatif sumber belajar yang dapat digunakan

secara individu atau bersama kelompok belajarnya untuk mencapai penguasaan kompetensi.

2. Bagi guru, LKS ini dapat meningkatkan penguasaan konsep terhadap materi yang diajarkan

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini dapat mencapai sasaran sebagaimana yang diharapkan dan untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman terhadap masalah yang akan dibahas, maka ruang lingkup pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

(25)

7

2. Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) menggunakan model Problem Based Learning bermuatan sikap spiritual dan sosial dengan penilaian autentik. 3. Model pembelajaran yang digunakan adalah model Problem Based

Learning meliputi permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar siswa dalam kehidupan sehari hari.

4. Sikap spiritual meliputi mempercayai adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta, mengagumi kekuasaan Tuhan yang telah menciptakan berbagai alam semesta, mengagumi kebesaran Tuhan karena adanya agama yang menjadi sumber keteraturan hidup masyarakat, dan menumbuhkan rasa syukur.

5. Sikap sosial meliputi rasa ingin tahu siswa, jujur dan kerja sama dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan rasa percaya diri dalam

mengkomunikasikan hasil pembelajaran.

6. Penilaian autentik yang digunakan meliputi penilaian secara afektif, psikomotorik dan kognitif.

7. Materi yang disajikan adalah materi IPA kelas VII SMP tentang perpindahan kalor yang terdiri dari konduksi, konveksi dan radiasi. 8. Subjek uji validasi pengembangan adalah dosen dan guru. Adapun subjek

penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Terbanggi Besar.

F. Definisi Istilah

(26)

8

2. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual/operasional, yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan, dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran.

3. Model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan permasalahan di lingkungan sekitar dalam mencapai tujuan pembelajaran.

4. Sikap spiritual adalah nilai-nilai agama yang berhubungan dengan sains yang dapat menghasilkan pribadi yang berkarakter dengan bersyukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada makhluk-Nya.

5. Sikap sosial merupakan sikap menghargai segala sesuatu yang terdapat di lingkungan sekitar, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Media pembelajaran berbasis cetakan yang dapat digunakan untuk membantu guru atau siswa dalam proses pembelajaran salah satunya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Menurut Trianto (2010:11) bahwa LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Panduan dalam LKS dapat

digunakan sebagai latihan bagi siswa untuk mengembangkan aspek aspek yang harus dimiliki dalam proses pembelajaran. Selain menuntun siswa dalam menyelesaikan masalah dalam pembelajaran, LKS juga membantu guru dalam menyampaikan konsep yang harus dipahami oleh siswa.

(28)

10

Kegiatan yang dipandu di LKS juga mampu membuat siswa lebih aktif saat proses pembelajaran, misalnya dengan mencari referensi atau sumber yang berhubungan dengan materi.

Manfaat penggunaan media dalam proses pembelajaran menurut Azhar (2004 : 25), yaitu:

“1). Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga proses belajar semakin lancar dan meningkatkan hasil belajar; 2).

Meningkatkan motivasi siswa, dengan mengarahkan perhatian siswa sehingga memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri sesuai

kemampuan dan minatnya; 3). Penggunaan media dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; 4). Siswa akan mendapat pengalaman yang sama mengenai suatu peristiwa, dan memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan lingkungan sekitar.”

Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa media pembelajaran salah satunya LKS memiliki manfaat yang penting dalam proses

pembelajaran yaitu memperjelas dalam penyampaian materi sehingga mampu meningkatkan hasil belajar, meningkatkan motivasi siswa dengan kegiatan kegiatan yang diarahkan dalam LKS, mengatasi keterbatasan media, ruang dan waktu karena dapat disajikan secara singkat dalam LKS, serta mampu membuat siswa mendapat pengalaman yang nyata dengan adanya interaksi terhadap lingkungan sekitar.

Syarat LKS yang baik menurut Darmodjo dkk dalam Rohaeti dkk (2009) antara lain:

(29)

11

Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa syarat syarat LKS yang baik adalah dapat digunakan secara universal untuk semua siswa, penggunaan bahasa, gambar ataupun format penulisan yang dimuat dalam LKS juga harus jelas dan mudah dipahami.

LKS memiliki kelebihan secara internal dan eksternal. Menurut Setiono (2011: 10), secara internal kelebihan produk LKS yaitu :

a. Disusun menggunakan pendekatan fase-fase yang ada pada siklus belajar yang dibuat komperhensif mulai dari kegiatan apersepsi hingga evaluasi sehingga dapat digunakan untuk satu proses pembelajaran materi secara utuh.

b. Panduan yang ada dalam LKS dibuat sedemikian rupa sehingga dapat membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan belajarnya, misalnya melalui kegiatan praktikum yang ada dan usaha untuk mencari referensi dan sumber-sumber belajar yang lain.

Sedangkan kelebihan produk LKS secara eksternal yaitu:

a. Produk hasil pengembangan dapat digunakan sebagai penuntun belajar bagi siswa secara mandiri atau kelompok, baik dengan menerapkan metode eksperimen maupun demonstrasi

(30)

12

c. Produk dapat digunakan untuk memberi pengalaman belajar secara langsung kepada siswa dan lebih menuntut keaktifan proses belajar siswa bila dibandingkan menggunakan media lain.

Berdasarkan kutipan diatas LKS memiliki beberapa kelebihan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, kelebihan LKS yaitu: disusun secara sistematis sesuai dengan langkah langkah yang dimulai dari pendahuluan hingga penutup dalam pembelajaran, panduan dalam LKS dapat mengarahkan siswa untuk bertindak lebih aktif dan kritis dalam proses pembelajaran, sehingga perlu adanya kemenarikan dan keefektifan dalam LKS. Secara eksternal, kelebihan LKS yaitu sebagai penuntun belajar bagi siswa dalam memahami konsep atau materi yang diajarkan baik dilakukan secara mandiri atau kelompok, dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep materi yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, serta dapat membuat siswa lebih aktif dengan memberikan pengalaman belajar siswa secara langsung melalui kegiatan yang diarahkan pada LKS.

Macam macam Lembar Kerja Siswa (LKS) menurut Muliya (2012: 1), dibagi menjadi dua yaitu:

a) LKS tertutup, lembaran kegiatan siswa yang digunakan dalam pembelajaran di kelas secara teratur dan sistematis. Contohnya, biasanya setelah guru menyampaikan materi maka siswa diberikan lembar kerja yang harus diselesaikan oleh peserta didik, guru bisa menggunakan lembar kerja siswa tertutup ini

(31)

13

Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa LKS terdiri dari dua macam yaitu LKS tertutup dan LKS terbuka. LKS tertutup digunakan dalam pembelajaran di kelas secara teratur dan sistematis dengan cara

memberikan lembar kerja pada siswa setelah guru menyampaikan materi yang diajarkan. Sedangkan LKS terbuka merupakan lembar kegiatan siswa yang di dalamnya tidak terikat dengan aturan-aturan. Misalnya siswa menyelesaikan masalah dalam LKS dengan caranya sendiri namun tetap disertai dengan petunjuk guru baik yang terdapat pada LKS ataupun secara langsung.

Ada beberapa macam LKS yang digunakan dalam pembelajaran. Menurut Sunyono (2008) berdasarkan jenisnya LKS dibagi menjadi dua, yaitu:

(1) LKS eksperimen adalah lembar kerja yang melibatkan eksperimen dalam menemukan dan mengembangkan konsep serta mencakup semua aspek ketrampilan proses dan (2) LKS non eksperimen adalah lembar kerja siswa yang dijadikan pedoman untuk menemukan dan mengembangkan konsep tanpa melibatkan kegiatan eksperimen, melainkan melibatkan kegiatan diskusi, tanya jawab, dan tidak memuat keseluruhan ketrampilan proses melainkan hanya ketrampilan proses tertentu.

Berdasarkan kutipan di atas berdasarkan jenisnya LKS dibagi menjadi dua macam yaitu LKS eksperimen yang dapat mengembangkan konsep dengan kegiatan eksperimen mencakup semua aspek ketrampilan proses dan LKS non eksperimen yang dapat dijadikan pedoman

(32)

14

LKS yang digunakan dalam pembelajaran IPA adalah LKS eksperimen. Terdapat beberapa jenis LKS eksperimen menurut Johnstone dan Shauaili (2001:45), diantaranya:

a) LKS ekspositori, karakteristik dari LKS ekspositori adalah: (1) hasil pengamatan sudah ditetapkan sebelumnya sehingga siswa dan guru tahu hasil akhir yang diharapkan, (2) pendekatan deduktif, yaitu siswa menerapkan prinsip umum untuk memahami fenomena yang spesifik, (3) prosedur percobaan telah dirancang oleh guru sehingga siswa hanya melaksanakan percobaan dengan mengikuti prosedur tersebut. b) LKS inkuri, karakteristik dari LKS inkuiri adalah: (1) hasil

pengamatan belum ditetapkan sebelumnya sehingga hasil pengamatan yang dilakukan oleh siswa dapat beragam, (2)

pendekatan induktif, yaitu dengan mengamati contoh yang kompleks sehingga siswa dapat menemukan konsep yang dipelajari, (3)

prosedur percobaan dirancang dan dikembangkan oleh siswa. c) LKS discovery, karakteristik dari LKS discovery adalah: (1) hasil

yang didapatkan sudah ditetapkan sebelumnya, namun hanya guru yang mengetahuinya (2) pendekatannya induktif, yaitu dengan mengamati contoh yang kompleks atau khusus, (3) prosedur telah dirancang oleh guru, siswa hanya perlu melaksanakan percobaan. d) LKS berbasis masalah, karakteristik dari LKS berbasis masalah

(33)

15

spesifik, (3) prosedur percobaan dirancang dan dikembangkan oleh siswa percobaan dirancang dan dikembangkan oleh siswa.

Media yang disajikan secara tercetak menurut Suyanto dan Sartinem (2009) memiliki format sebagai berikut:

(1) Judul; (2) Tujuan Pembelajaran; (3) Wacana-wacana materi prasyarat berupa Pendahuluan; (4) Wacana Utama yang sesuai dengan topik pembelajaran; (5) Kegiatan mendefinisikan masalah dan

pengumpulan fakta: (6) Kegiatan pemecahan masalah; (7) Kegiatan melakukan pengujian hasil pemecahan masalah.

(34)

16

LKS ini model pengujian hasil pemecahan masalah menggunakan kegiatan eksperimen dan latihan keterampilan proses.

Penilaian buku teks pelajaran menurut peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 43 Ayat 5 menyatakan bahwa Kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran ditelaah dan/atau dinilai oleh BSNP atau tim yang dibentuk oleh Menteri dan selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Tujuan penilaian buku teks pelajaran adalah untuk

menyediakan buku teks pelajaran layak-pakai untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, meningkatkan mutu sumber daya perbukuan Indonesia, melindungi peserta didik dari buku-buku yang tidak berkualitas, meningkatkan minat dan kegemaran membaca. Sehingga kriteria mutu (standar) buku teks pelajaran terdiri dari : kelayakan isi/materi , kelayakan penyajian, kelayakan bahasa,dan kelayakan kegrafikaan.

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning

(35)

17

dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik. Strategi yang digunakan dalam pelaksanaan model pembelajaran problem based learning ada lima yaitu:

a. Permasalahan sebagai kajian

b. Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman c. Permasalahan sebagai contoh

d. Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses e. Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik

Langkah model pembelajaran problem based learning yang digunakan pada LKS bersumber dari Majid ( 2014: 166 ). Format dan isi pada LKS disesuaikan dengan langkah tersebut sesuai dengan fase yang diterapkan. Pada langkah ini secara umum menunjukkan fase yang harus dilakukan selama proses pembelajaran dengan model berbasis masalah. Dimulai dari mengorientasi peserta didik kepada masalah yang disajikan, mengorganisasikan peserta didik dengan masalah yang disajikan, membimbing penyelidikan untuk mendapat penjelasan dan pemecahan masalah, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dengan langkah tersebut, siswa dituntut untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah dengan melakukan penyelidikan serta memperoleh pengalaman secara empirik saat menyelidiki masalah yang disajikan.

Pengertian “masalah” dalam strategi pembelajaran dengan PBL adalah

(36)

18

kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan ini dapat dirasakan dari adanya keresahan , keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, tetapi juga dari sumber sumber lain seperti peristiwa peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Model pembelajaran problem based learning menurut Abdullah (2014: 127) merupakan :

pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara

menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Permasalahan yang dikaji hendaknya merupakan permasalahan kontekstual yang

ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari hari.

Permasalahan harus dipecahkan dengan menerapkan beberapa konsep dan prinsip yang secara simultan dipelajari dan tercakup dalam kurikulum mata pelajaran. Metode ini sangat potensial untuk mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa.

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa model pembelajaran problem based learning menyajikan suatu permasalahan yang terjadi secara nyata di kehidupan sehari hari siswa. Permasalahan yang ada kemudian dianalisis oleh siswa untuk mendapatkan konsep yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan. Dari pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah serta mengetahui pengetahuan yang diperlukan.

(37)

19

kemampuan pemecahan masalah serta kemampuan siswa itu sendiri yang secara aktif dapat memperoleh pengetahuannya sendiri. Model PBL juga digunakan untuk membentuk kemandirian dan ketrampilan sosial siswa dalam berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.

Tujuan pembelajaran PBL adalah membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan mengubah tingkah laku siswa, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan prilaku siswa. Setiap kegiatan dalam pembelajaran mengandung tujuan tertentu yaitu suatu tuntutan agar subjek belajar setelah mengikuti proses pembelajaran menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan isi proses pembelajaran tersebut.

Ciri ciri model pembelajaran problem based learning menurut Hosnan (2014: 300) adalah adanya pengajuan masalah atau pertanyaan yang dapat muncul dari guru ataupun murid yang berhubungan dengan kehidupan sehari hari ,kemudian keterkaitan dengan berbagai masalah disiplin ilmu yang berasal dari berbagai sumber jelas dan terpercaya sehingga nantinya bisa dipertanggungjawabkan , selanjutnya

(38)

20

mengumpulkan informasi, melakukan percobaan, membuat kesimpulan dan menkomunikasikan hasil yang diperoleh.

Tahap tahap strategi berbasis masalah menurut Fogarty dalam Wena (2014: 92) adalah sebagai berikut:

a) Menemukan masalah ; (b) mendefinisikan masalah; (c)

mengumpulkan fakta; (d)menyusun hipotesis atau dugaan sementara; (e) melakukan penyelidikan; (f) menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan; (g) menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif; (h) melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah.

Strategi pembelajaran dengan PBL memiliki lima kriteria dalam memilih materi pelajaran menurut Sanjaya dalam Rusmono (2012: 78) yaitu:

1)materi pelajaran harus mengandung isu isu yang memiliki konflik bersumber dari berita, rekaman video dan lainnya (2) materi yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik (3) materi yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan keperluan orang banyak agar dapat dirasakan manfaatnya (4) materi yang dipilih merupakan bahan yang mendukung kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan (5) materi yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa perlu untuk mempelajarinya.

(39)

21

tujuan pembelajaran yang berlaku saat ini disertai sepadan dengan minat siswa, sehingga dalam proses pembelajaran nanti membuat siswa menarik dalam melakukan pemecahan masalah.

Keterlibatan siswa dalam strategi pembelajaran menggunakan PBL menurut Baron dalam Rusmono (2012: 73) meliputi :

kegiatan kelompok dan kegiatan perorangan. Dalam kelompok, siswa melakukan kegiatan kegiatan seperti : (1) membaca kasus, (2) menentukan masalah mana yang paling relevan dengan tujuan pembelajaran, (3) membuat rumusan masalah, (4) membuat hipotesis, (5) mengidentifikasi sumber informasi, diskusi dan pembagian tugas, (6) melaporkan, mendiskusikan penyelesaian masalah yang mungkin, melaporkan kemajuan yang dicapai setiap anggota kelompok dan presentasi kelas.

Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa diperlukan kemampuan berpikir lebih aktif dan kritis dalam menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran PBL adalah segi proses dan bukan hanya sekedar hasil belajar yang diperoleh. Apabila proses belajar dapat berlangsung secara maksimal, maka hasil belajar yang diperoleh juga akan optimal. Penugasan penyelesaian masalah dalam proses pembelajaran sangat berhubungan dengan materi pokok dan sub sub materi pokok setelah dijabarkan ke dalam tujuan umum pembelajaran dan tujuan pembelajaran khusus.

Prosedur strategi pembelajaran dengan PBL menurut Rusmono (2012: 83) yaitu:

(40)

22

mempresentasikan hasil karya dan pameran, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kemudian (c) pada kegiatan penutup merangkum materi yang telah dipelajari serta melaksanakan tes dan pemberian pekerjaan rumah.

Dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah juga memiliki kelelebihan dan kelemahan. Menurut Fadlillah (2014: 197) kelebihan model pembelajaran berbasis masalah adalah dapat menumbuhkan daya kreativitas peserta didik dan melatihnya untuk berpikir dalam

menyelesaikan masalah. Karen siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajarannya. Sedangkan kelemahannya yaitu terkadang peserta didik belum memahami permasalahan yang akan dipecahkan, serta membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya terutama untuk masalah masalah yang dirasa sulit bagi peserta didik. Namun model pembelajaran ini sangat potensial untuk mengembangkan kemandirian dan ketrampilan berpikir siswa dengan melalui pemecahan masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa.

(41)

23

meningkatkan sikap ilmiah dan (4) membina kemampuan siswa dalam berkomunikasi, beragumentasi, dan berkolaborasi.

[image:41.595.109.533.188.455.2]

Berikut merupakan dampak model pembelajaran berbasis masalah secara visual:

Gambar 2.1 Dampak model pembelajaran berbasis masalah menurut Abidin(2014:166)

3. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut Samani dkk (2012: 45) adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, serta rasa dan karsa.

Pendidikan karakter Menurut Elkind dan Sweet dalam Gunawan (2013: 23) adalah upaya yang disengaja untuk membantu memahami manusia, Model pembelajaran

Berbasis Masalah

Dampak Pembelajaran

Dampak penyerta

Peningkatan kemampuan

penguasaan materi pembelajaran Pengembangan kemampuan memecahkan masalah autentik Pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif Mengembangkan karakter siswa Membentuk kecakapan hidup

Meningkatkan sikap ilmiah Membina kemampuan

(42)

24

peduli, dan inti atas nilai nilai etis/susila. Sehingga kita dapat berpikir tentang macam macam karakter yang kita inginkan agar dapat saling memahami satu sama lain dalam kehidupan.

Pendidikan karakter menurut Kemendiknas (2010) didefinisikan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengambil keputusan yang baik, memelihara apa yang baik, dan

mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Beberapa komponen pendidikan yang dilibatkan dalam pendidikan karakter di sekolah yaitu: isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Tujuan pendidikan karakter menurut Asmani (2011: 42) adalah

(43)

25

menerus antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif.

Berdasarkan beberapa definisi pendidikan karakter dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu proses pembentukan dan

pemberian tuntunan kepada peserta didik yang memuat sikap religius dan sikap sikap sosial agar peserta didik memiliki kedekatan dengan Tuhan dan dapat membentuk karakter yang baik.

4. Sikap Spiritual

Agama merupakan sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, alam lingkungan- nya, dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Manusia yang beragama akan mempercayai bahwa Tuhan yang menciptakan alam semesta dengan segala isi dan fenomena-Nya yang memiliki maksud untuk menjadi pelajaran dan bekal hidup bagi manusia yang berfikir.

Keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT dalam diri peserta didik, berkaitan erat dengan salah satu faktor dari sistem pendidikan, yaitu metode pendidikan yang digunakan tenaga pengajar dalam menyampaikan pesan-pesan pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat materi

pelajaran akan dengan mudah dikuasai peserta didik.

(44)

26

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Alloh bagi kaum yang berfikir”(QS.Al-jatsiyat:13).

QS An-Nisa’: 147 menyatakan bahwa Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui. Dalam menjalankan pendidikan kepada siswa, niai-nilai akhlak berikut kiranya patut sekali dipertimbangkan untuk ditanamkan kepada siswa.

Berdasarkan firman Allah menyatakan bahwa manusia harus banyak bersyukur dalam menjalani kehidupan di dunia. Yang menandakan bahwa mereka percaya akan kekuasaan Allah SWT.

Berdasarkan Undang-Undang No.2 Tahun 1989 maupun UU No.20/2003 dalam Maman (2011: 1), dirumuskan:

Tujuan Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Berdasarkan ketetapan Undang-Undang di atas dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan pada hakekatnya mendidik manusia untuk

menambahkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Termasuk dalam hal ini pendidikan yang berorientasi dengan sains.

(45)

27

pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Segala yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupannya, merupakan cerminan kandungan Alquran secara utuh, sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran Surat Al-Azhab: 21, yang artinya “sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. 33: 21).

5. Sikap Sosial

Pembentukan sikap menurut Dayakisni dan Hudaniah dalam Anas (2007) dipengaruhi tiga faktor yaitu pengaruh sosial seperti norma dan

kebudayaan, karakter kepribadian individu dan informasi yang selama ini diterima individu. Ketiga faktor itu saling berinteraksi dalam pembentukan sikap sosial. Jadi pada dasarnya perubahan sikap dipengaruhi faktor dari dalam dan luar individu.

Pembelajaran seharusnya dirancang dengan belajar moral dari diri sendiri, lingkungan keluarga, tetangga, masyarakat, negara dan dunia

internasional. Menurut Abdullah (2014: 29) Proses dan materi

pembelajaran untuk membentuk sikap dan perilaku sosial dapat dipelajari dari berbagai hasil penelitian dan praktik baik di negara maju. Hasil belajar yang diharapkan dengan melakukan pendidikan karakter di sekolah adalah pengetahuan tentang moral, tindakan moral dan perasaan moral.

(46)

28

moral, mengetahui prinsip prinsip yang meliputi pengambilan keputusan terkait moral, memahami petingnya keluarga dan perannya dalam keluarga dan mengetahui peranannya dalam komunitas masyarakat

Sementara itu, cakupan perasaan moral yang seharusnya dimiliki oleh siswa adalah mengembangkan keyakinan dan komitmen untuk memegang dan melatih nilai nilai sosial, melatih nilai nilai sosial yang baik,

mengembangkan ketrampilan sosial dalam bergaul, bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan, mengembangkan kebiasaan baik sebagai hasil tindakan moral.

Sikap sosial yang ditekankan pada penelitian ini mencakup empat sikap yaitu sikap rasa ingin tahu, sikap jujur, sikap kerja sama, dan sikap percaya diri. Sikap rasa ingin tahu dimunculkan dari diri siswa dengan beberapa pertanyaan motivasi atau apersepsi dari guru. Sikap jujur yang

dimaksudkan adalah sikap apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada ditujukan pada saat kegiatan eksperimen misalnya saat pengambilan data. Sedangkan sikap kerja sama lebih ditujukan saat kegiatan eksperimen saling membantu untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.

(47)

29

6. Penilaian Autentik

Penilaian autentik menurut Abdullah (2014: 203) merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap,

pengetahuan, ketrampilan mulai dari masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran. Penilaian dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar terutama oleh guru, teman sejawat dan peserta didik sendiri. Sehingga penilaian dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu: 1) Penilaian diri yaitu penilaian yang dilakukan oleh peserta didik sendiri untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang ditentukan; 2) Penilaian sejawat dilakukan antar teman untuk menilai proses belajar yang dilakukan secara berkelompok atau menilai sikap antar teman; 3) Penilaian portofolio digunakan untuk menilai keseluruhan proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan atau kelompok di dalam dan atau di luar kelas khususnya pada sikap dan keterampilan.

Penilaian autentik menurut Hosnan (2014: 387) merupakan pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Penilaian ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan mengumpulkan data selama proses belajar peserta didik dari berbagai aspek yang ditentukan.

Prinsip penilaian digunakan sebagai dasar acuan para guru maupun satuan pendidikan dalam melaksanakan kegiatan penilaian supaya tidak

(48)

30

Prinsip prinsip penilaian pembelajaran sesuai kurikulum 2013 menurut Fadlillah (2014: 203) yaitu:

1) Objektif berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi oleh faktor subjektivitas penilaian; 2) Terpadu berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran dan berkesinambungan; 3) Ekonomis berarti penilaian yang efektif dan efisien dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporannya; 4) Transparan (terbuka) berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak; 5) Akuntabel berarti penilaian dapat

dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur dan hasilnya; 6) Edukatif berarti dapat mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. Berdasarkan kutipan dapat diketahui bahwa prinsip penilaian bersifat objektif yaitu tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilaian; terpadu berarti sistematis, menyatu dan saling berkesinambungan; ekonomis yang maksudnya terlaksana secara efektif dan efisien; transparan berarti dapat diakses oleh semua pihak; akuntabel yaitu dapat dipertanggungjawabkan sega aspek yang dinilai; serta edukatif berarti dapat mendidik dan

memotivasi siswa dan guru.

Prinsip prinsip yang digunakan dalam penilaian hasil belajar digunakan agar penilaian yang digunakan sesuai dengan kriteria penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang telah

ditentukan oleh satuan pendidikan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung dan karakteristik peserta didik.

(49)

31

keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian dilakukan dengan memberikan tugas tugas yang dalam proses pengerjaannya

membutuhkan referensi yang luas dan proses yang sistematis. Selanjutnya dengan analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon positif terhadap aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dari berbagai teknik penilaian yang dilakukan, guru dapat menentukan cara yang terbaik agar peserta didik mampu memperoleh hasil akhir dengan baik.

Beberapa karakteristik dalam penilaian autentik menurut Richardson dalam Abidin (2014: 79) adalah:

1)Memiliki seperangkat tugas penting yang dirancang secara luas dan dapat dipresentasikan hasilnya; 2) Dapat menekan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam melakukan proses penilaian;

3) Memberikan kriteria yang akan dinilai di awal pembelajaran agar siswa tahu aspek apa saja yang akan dinilai; 4) Penilaian yang dilakukan menyatu dengan proses pembelajaran yang dilakukan; 5) Peranan guru menjadi fasilitator yang bertugas membimbing siswa dalam proses pembelajaran; 6) Siswa diberitahukan adanya presentasi atau pengkomunikasian hasil kerja mereka; 7) Siswa tahu bahwa penilaian diperoleh saat proses pembelajaran dan dari produk yang dihasilkan.

Penilaian autentik dirancang agar dapat berpikir secara luas dan tingkat tinggi dalam merepresentasikan kajian tertentu. Penilaian yang digunaktan sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini agar dapat dirasakan

(50)

32

Beberapa teknik dan instrumen penilaian diperlukan dalam melakukan penilaian secara autentik. Majid (2014: 242) mengungkapkan bahwa penilaian kompetensi sikap dapat melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi ini menggunakan daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai juga dengan rubrik yang sesuai sedang pada jurnal menggunakan catatan pendidik. Sedangkan pada penilaian kompetensi pengetahuan dapat melalui tes secara tertulis dan lisan. Instrumen penilaian secara tertulis dengan beberapa jenis soal seperti pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar salah, menjodohkan, dan uraian. Pada penilaian kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja dengan menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek dan penilaian portofolio.

Penentuan ketuntasan belajar menurut Trianto (2010:241) yaitu setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya

(ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Namun berdasarkan ketentuan Kurikulum Tiingkat Satuan Pendidikan penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria

(51)

33

B. Kerangka Pemikiran

[image:51.595.159.497.146.297.2]

Berikut merupakan kerangka pemikiran yang disajikan pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran di kelas memerlukan media guna menunjang tercapainya tujuan kompetensi siswa. LKS merupakan salah satu media yang dapat membantu dalam proses pembelajaran. Dengan adanya LKS guru mudah menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa agar memahami konsep yang diajarkan.

LKS dikatakan baik apabila memenuhi syarat konstruksi dan syarat teknis. Syarat kontruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa , susunan kalimat, kosakata dan kejelasan dalam LKS. Bahasa yang digunakan harus mudah dipahami, sederhana dan sesuai dengan penulisan tata bahasa indonesia. Susunan kalimat disesuaikan dengan tata letak pada sajian LKS dengan penulisan secara jelas. Penempatan gambar diletakkan dalam materi yang disajikan dengan diberi keterangan pada setiap gambar. Sedangkan pada syarat kontruksi lebih menekankan pada tulisan, gambar dan cover pada LKS. Jenis huruf yang digunakan dibuat lebih bervariasi agar menarik juga

Media yang digunakan dalam proses pembelajaran

Dikembangkan Media (LKS) Model Problem Based Learning (PBL)

Model PBL berdampak pada pendidikan karakter sikap spiritual dan sikap sosial

Digunakan penilaian secara nyata/autentik dalam proses pembelajaran

(52)

34

mudah untuk dibaca dengan bentuk dan ukuran yang disesuaikan dengan isi yang diperlukan dalam LKS. Pada tampilan depan LKS dibuat menarik dengan komposisi warna, tulisan dan gambar yang sesuai. Pemiliihan gambar disesuaikan dengan isi materi yang terdapat dalam LKS. Pembuatan LKS disesuaikan kurikulum yang berlaku saaat ini yaitu kurikulum 2013 dengan menyeimbangkan isi LKS dengan topik pembelajaran yang sedang berlangsung. Isi LKS juga disesuaikan dengan kompetensi inti, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran juga indikator yang digunakan.

Proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 menuntut siswa untuk berpikir secara kritis dan aktif dalam menyelesaikan masalah. Sehingga siswa tidak lagi diberikan informasi secara langsung namun guru sebagai fasilitator memberikan kesempatan bagi siswa untuk mencari informasi itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning. Pembelajaran dengan model ini melatih siswa untuk menyelesaikan masalah secara kritis berdasarkan pengetahuan dari berbagai sumber.

Langkah model pembelajaran problem based learning yang digunakan pada LKS bersumber dari Majid ( 2014: 166 ). Format dan isi pada LKS

disesuaikan dengan langkah tersebut sesuai dengan fase yang diterapkan. Pada langkah ini secara umum menunjukkan fase yang harus dilakukan selama proses pembelajaran dengan model berbasis masalah. Dimulai dari mengorientasi peserta didik kepada masalah yang disajikan,

(53)

35

masalah, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dengan langkah tersebut, siswa dituntut untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah dengan

melakukan penyelidikan serta memperoleh pengalaman secara empirik saat menyelidiki masalah yang disajikan.

Model pembelajaran problem based learning memiliki dampak pada pendidikan karakter siswa. Pendidikan karakter yang ditekankan pada kurikulum 2013 ini adalah sikap spiritual dan sosial. Sikap spiritual

mencakup dalam menghayati dan mengamalkan ajaran yang dianut sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan sikap sosial yang ditekankan mencakup rasa ingin tahu, jujur, kerja sama dan rasa percaya diri.

Sesuai tuntutan kurikulum 2013 menggunakan penilaian yang berbeda dari sebelumnya. Penilaian digunakan secara nyata atau autentik untuk mengukur kompetensi dan kemampuan siswa terhadap proses pembelajaran.beberapa aspek yang dapat dinilai secara autentik yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor. Penilaian dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung dan bersifat terintegrasi.

(54)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research and development). Metode tersebut digunakan untuk mengembangkan produk yang disesuaikan dengan kurikulum 2013. Produk yang dikembangkan adalah LKS dengan model problem based learning bermuatan sikap spiritual dan sosial dengan penilaian autentik. Langkah model problem based learning yang digunakan disesuaikan dengan referensi dari Majid (2014:166) yang

menyatakan sintak dari penggunaan model tersebut secara umum .

Pengembangan dilaksanakan pada materi perpindahan kalor untuk kelas VII di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar.

(55)

37

B. Subjek Penelitian

Penelitian pengembangan ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Berdasarkan analisis kebutuhan diketahui bahwa belum terdapat LKS yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Pada penelitian ini diberlakukan uji coba untuk desain dan materi. Untuk desain pada model produk yang perlu diperbaiki selama tahap uji coba dilakukan oleh subjek penelitian pakar Dosen Teknologi Pendidikan Universitas Lampung.

Sedangkan untuk materi yang perlu dibelajarkan pada siswa SMP dilakukan oleh subjek penelitian Dosen Pendidikan MIPA Universitas Lampung.

Selanjutnya untuk memperoleh data mengenai efektivitas dan kebermanfaatan produk dilakukan oleh subjek penelitian siswa kelas VII SMP Negeri 3

Terbanggi Besar.

C. Prosedur Pengembangan

Prosedur penelitian pengembangan berpedoman dari desain penelitian pengembangan media oleh Sugiyono (2008: 409). Produk yang dihasilkan berupa LKS dengan materi perpindahan kalor yang dapat bermanfaat bagi guru dan siswa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan

(56)

38

[image:56.595.126.511.136.292.2]

Secara umum prosedur pengembangan produk dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini :

Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2008: 409)

1. Potensi dan Masalah

(57)

39

Jadi diperlukan adanya pengembangan LKS model problem based learning bermuatan sikap spiritual dan sosial dengan penilaian autentik.

Model problem based learning merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013. Pembelajaran dengan menggunakan model ini mampu membuat siswa berpikir secara kritis karena siswa dituntut aktif dalam menyelesaikan masalah untuk menemukan konsep itu sendiri. Sedangkan pendidikan karakter yang sekarang sedang diterapkan di sekolah dilakukan untuk membentuk kepribadian siswa menjadi lebih baik sesuai dengan sikap yang diterapkan pada kurikulum ini yaitu sikap religius dan sosial. Adanya penilaian autentik juga berguna bagi siswa karena menilai secara menyeluruh dan detail setiap aspek pada siswa, seperti aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

2. Mengumpulkan Informasi

(58)

40

3. Desain Produk

[image:58.595.114.519.247.671.2]

Setelah mengumpulkan informasi, langkah selanjutnya membuat produk awal dari LKS yang akan dibuat. Produk awal atau rancangan desain lengkap dengan spesifikasi yang dibuat efektivitasnya belum terbukti sehingga perlu dilakukan pengujian-pengujian. Berikut merupakan kerangka atau format rancangan LKS yang akan dibuat dapat dilihat pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Format rancangan LKS yang dikembangkan Cover Prakata Daftar Isi Daftar Gambar Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Tujuan pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

1. Apersepsi yang bermuatan sikap spiritual  Menghayati ajaran agama yang dianut

 Mengamalkan ajaran agama sebagai bentuk rasa syukur kepda Tuhan YME

2. Sajian materi yang disajikan secara cermat 3. Kegiatan pembelajaran yang mencakup:

 Model pembelajaran Problem Based Learning

 Kegiatan eksperimen yang memacu rasa ingin tahu siswa  Sikap jujur siswa dalam melakukan kegiatan eksperimen  Kerja sama antar siswa dalam kegiatan eksperimen

 Rasa percaya diri siswa dalam mengkomunikasikan hasil kegiatan eksperimen

4. Penilaian autentik yang mencakup:  Penilaian praktik yang terdiri dari:

 Aspek keterampilan praktik saat melakukan kegiatan eksperimen

 Aspek sikap saat melakukan kegiatan eksperimen

 Penilaian uji kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan tentang materi yang diajarkan

(59)

41

4. Validasi Desain

Setelah produk awal selesai dibuat perlu adanya validasi desain yang terdiri dari ahli materi dan ahli desain. Ahli materi dilakukan oleh seorang Dosen Pendidikan MIPA Universitas Lampung. Seorang ahli materi mengevaluasi isi/materi untuk SMP atau mengkaji aspek sajian materi berupa kesesuaian materi dengan kurikulum (standar isi), kebenaran, kecukupan dan ketepatan dalam pemilihan soal-soal yang digunakan

Ahli desain dilakukan oleh seorang Dosen Teknologi Pendidikan Universitas Lampung yang merupakan seorang master dalam bidang teknologi

pendidikan dalam mengevaluasi desain media pembelajaran. Seorang ahli desain mengkaji kaidah pemilihan kata sesuai dengan karakteristik sasaran, dan aspek kebahasaan secara menyeluruh serta bentuk, tata letak, pilihan warna komponen penyusunnya.

5. Perbaikan Desain

(60)

42

6. Uji Coba Produk

[image:60.595.271.378.290.320.2]

Produk yang telah dibuat selanjutnya diuji cobakan di lapangan untuk melihat kesesuaian media dalam pembelajaran sebelum tahap uji coba pemakaian. Uji coba produk dapat dilakukan melalui eksperimen dengan menggunakan desain One-Shot Case Study. Dengan pemberian perlakuan, kemudian diberikan soal ujian akhir untuk melihat hasil belajar siswa.

Gambar 3.3 Desain Eksperimen (One-Shot Case Study) Keterangan :

X = Treatment O = Hasil belajar

Desain eksperimen ini digunakan untuk mengetahui, menentukan atau menilai efek dan pengaruh perlakuan yang diberikan kepada satu kelompok subyek kemudian diberikan soal ujian akhir untuk melihat hasil belajar siswa.

7. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan ketika produk yang dikembangkan dianggap belum sesuai dengan kebutuhan lapangan. Semakin sedikit hal yang direvisi pada produk maka semakin baik produk yang dihasilkan.

(61)

43

8. Uji Coba Pemakaian

Setelah melakukan revisi, tahap uji coba pemakaian dilakukan dengan cara menggunakan produk yang telah digunakan dilapangan. Hasil evaluasi dianalisis ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan nilai Ketuntasan Kriteria Minimal yang telah ditetapkan dari sekolah.

Efek atau pengaruh perlakuan yang ingin diketahui melalui uji coba produk adalah tingkat efektivitas produk hasil pengembangan sebagai media pembelajaran. Tingkat efektivitas tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian autentik yang digunakan selama proses pembelajaran hingga akhir

pembelajaran. Setelah pengujian ini mungkin masih ada hal yang harus direvisi dari produk tersebut.

9. Revisi Produk

Revisi produk ini dilakukan apabila dalam pemakaian kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya pembuatan produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk yang dihasilkan, sehingga dapat digunakan untuk menyempurnakan produk yang telah dibuat.

10.Pembuatan Produk Masal

(62)

44

D. Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dan teknik pengumpulan datanya sebagai berikut : 1. Data ada atau tidaknya pelaksanaan serta pengetahuan guru IPA mengenai

pembelajaran fisika berorientasi pada pendidikan karakter sikap spiritual dan sosial dengan model pembelajaran problem based learning

menggunakan penilaian autentik. Teknik pengumpulan datanya menggunakan angket yang ditujukan kepada guru dan siswa untuk mendapatkan informasi. Instrumen angket analisis kebutuhan guru dan siswa dapat dilihat pada Lampiran 1b halaman 66 dan Lampiran 1c halaman 68.

2. Data perangkat pembelajaran berupa LKS dibuat dan diujikan kepada penguji ahli, yaitu dosen. Instrumen angket uji ahli materi dan desain dapat dilihat pada Lampiran 10b halaman 118 dan 11b halaman 123.

E. Teknik Analisis Data

Setelah diperoleh data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data hasil analisis kebutuhan berdasarkan observasi angket yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat kebutuhan program pengembangan.

(63)

45

yang diperoleh tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran.

Data kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan produk diperoleh melalui hasil uji kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan dengan memberikan angket kepada pengguna secara langsung. Data tingkat efektivitas produk sebagai media pembelajaran diperoleh dengan menggunakan penilaian autentik selama proses pembelajaran hingga akhir proses pembelajaran.

Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai media pembelajaran. Instrumen uji ahli oleh ahli desain dan ahli materi, memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “ya” dan “tidak”. Revisi dilakukan pada pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “tidak”, atau para ahli memberikan masukan

khusus terhadap LKS yang sudah dibuat.

Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk mengetahui respon dari siswa terhadap media yang sudah dibuat. Instrumen uji satu lawan satu memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “ya” dan “tidak”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi

pilihan jawaban “tidak”.

Angket respon terhadap penggunaan produk untuk uji kemenarikan memiliki empat pilihan jawabanyaitu “tidak menarik”, “kurang menarik”, “menarik”,

dan “sangat menarik’. Data kemudahan produk memiliki empat pilihan

jawaban, yaitu : “tidak mudah”,” cukup mudah”,”mudah”, dan “sangat

(64)

46

empat pilihan jawaban,yaitu “tidak bermanfaat”, “kurang bermanfaat”, “bermanfaat”, dan “sangat bermanfaat”.

[image:64.595.143.522.261.368.2]

Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.3

Tabel 3.3 Kriteria penilaian uji internal dan eksternal

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor Sangat menarik Sangat Mudah Sangat Bermanfaat 4

Menarik Mudah Bermanfaat 3

Kurang menarik Sulit Kurang Bermanfaat 2 Tidak menarik Sangat sulit Tidak Bermanfaat 1

Menurut Suyanto dan Sartinem (2009)

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga nilai dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari nilai yang telah diperoleh kemudian dicari rata-ratanya dari beberapa siswa uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan, kemudahan, kemenarikan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Hasil konversi ini diperoleh dengan melakukan analisis secara deskriptif terhadap skor penilaian yang diperoleh.

(65)
[image:65.595.133.411.113.231.2]

47

Tabel 3.4 Konversi penilaian akhir uji internal dan eksternal Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat Baik 3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Kurang Baik 1 1,01 – 1,75 Tidak Baik

Menurut Suyanto dan Sartinem(2009)

(66)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Telah dikembangkan LKS model pembelajaran problem based learning bermuatan sikap spiritual dan sosial dengan penilaian autentik.

2. LKS model pembelajaran problem based learning bermuatan sikap spiritual dan sosial dengan penilaian autentik memiliki kualitas kemenarikan sangat menarik dengan kategori skor 3,55, kualitas kemudahan sangat mudah dengan kategori skor 3,56, kualitas kebermanfaatan sangat bermanfaat dengan kategori skor 3,70. 3. LKS dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran

berdasarkan perolehan hasil belajar siswa menggunakan penilaian autentik yang mencapai nilai rata-rata pada ranah afektif sebesar 89,93, ranah kognitif 90,42, dan pada ranah psikomotorik sebesar 88,96 pada uji coba pemakaian terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 3 Terbanggi Besar.

B.Saran

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama

Al-Qur’an Terjemahan. 2009. Bandung: CV Diponegoro

Anas, Muhammad. 2007. Pengantar Psikologi Sosial. Makassar: Badan Penerbit UNM

Anonymous.2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter

di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press

Azhar, Arsyad. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada De Putra, J. 2013. Inspirasi Mengajar Ala Harvard University. Jogjakarta: Diva

Press.

Fadlillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Gunawan, Heri. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung: Alfabeta

Hosnan,M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia

Johnstone, A.H.,Shuhaili, A.A (2001).“Learning in the Laboratory: Some Thoughts from the Literature “. Journal of U. Chem, 5 (1): 45

Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Buku Pedoman Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Mandikdasmen, Direktorat Pembinaan SMP

Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: Akademia Permata

Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Maman, U Kh. 2011. Memasukkan Kesadaran Ketuhanan pada Sains.

(68)

63

Muliya, Deka. 2012. Lembar Kerja Siswa. http// /download/bahan /lks/lembar-kerja-siswa.html. UIN Syarif Hidatatullah Jakarta.html. 26 Juni 2014 Rohaeti Eli, Widjajanti, E. Padmaningrum Tutik Regina. 2009. Kualitas Lembar

Kerja Siswa. Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Inovasi Pendidikan, vol 10. No 1. Mei 2009.

Rosidin, Undang. 2013. Pengembangan Program Pembelajaran Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan untuk Memperkuat Karakter Siswa SMP. Laporan Penelitian. Bandar Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung. (Tidak Diterbitkan)

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Jakarta: Ghalia Indonesia

Samani, Muchlas, dan Haryanto. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya

Setiono, Budi. 2011. Pengembangan Alat Perekam Getaran Sebagai Media Pembelajaran Konsep Getaran. Bandar Lampung: Universitas Lampung Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunyono. 2008. Development Of Student Worksheet Base On Environment To Sains Material Of Yunior High School In Class VII On Semester I (Study in SMPN 1 Bandar Lampung For Materials of Acid, Base, and Salt). Proceeding of The 2nd International Seminar of Science Education. Bandung:UPI

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Lampung: Unila

Trianto. 2010. Perangkat Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Wena, Made. 2014. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara

Gambar

Gambar 2.1 Dampak model pembelajaran berbasis masalah menurut Abidin(2014:166)
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2008: 409)
Gambar 3.2 Format rancangan LKS yang dikembangkan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal di atas, dalam pelayanan prima seperti yang dikutip Warella (1997 : 31) menyebutkan bahwa untuk menilai pelayanan publik yang berkualitas

Lebih lanjut Kovenan menetapkan hak setiap orang atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan'beragama serta perlindungan atas hak-hak tersebut (Pasal 18); hak orang untuk mempunyai

Analisis modal kerja, struktur aktiva, likuiditas, dan solvabilitas terhadap rentabilitas pada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk., bertujuan untuk mengetahui bagaimana

peristiwa yang terjadi di dalam keluarga yang memiliki aspek hukum perlu dicatatkan dan dibukukan, sehingga baik yang bersangkutan maupun orang lain yang

Lokasi penelitian di

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Gaya hidup berpengaruh secara parsial dan besar terhadap keputuasan masyarakat dalam belanja secara ol line menunjukkan

Dalam hal ini agar pelanggan tetap setia dan merasa puas maka PT.Telkom memberikan kualitas jasa yang baik kepada para pelanggan indihome yang ada di Kota Palangka