• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN PERATURAN AKAD NIKAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN PERATURAN AKAD NIKAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN PERATURAN AKAD NIKAH DI

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 (Skripsi)

Oleh

ALI WIRAWAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

THE PUBLIC PERCEPTION OF RELIGIOUS MINISTRY IN THE IMPLEMENTATION OF POLICY RULES MARRIAGE CEREMONY IN

BANDAR LAMPUNG 2014

BY

ALI WIRAWAN

(3)

hypothesis about contents and performance of implementation PMA No 11 th 2007 and PP No 47 th 2004 fairly negative.

The method used in this research was quantitative with the descriptive research tye. With the indicator of knowledge attitude and assessment of the PMA No 11 Th 2007 and government regulation No 47 with a benchmark of know/ do not know, agree/ disagree and good/ not good. Technique of data collecting is with questionnaire, interview and documentation. Technique of data processing are editing, codding, format entry data that using program SPSS 17. Technique of data analyse are presented in the form of validity test, reabilyty test and hypothesis test.

From the result in the field of this research, know that most of the responden gave a negative perception about PMA No 11 th 2007 and PP No 47 th 2004 which is renewed to PP No 48 th 2014 trough three indicators which are knowledge, attitude and assessment, the reason for negative perception from responden is because their ignorance about the rules and also they give a bad assessment for the performance of the PPN as a part of service that given by them related to PMA No 11 th 2007 and PP No 47 th 2004. This result also show relations factor becomes factors that affect perception, because there is no relationship between the perceived. In this research is between the KUA and people who want to register the marriage.

(4)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN PERATURAN AKAD NIKAH DI KOTA

BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

Oleh ALI WIRAWAN

(5)

masyarakat terhadap isi dan kinerja pelaksanaan PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 Tahun 2004 terbilang negatif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Dengan indikator pengetahuan, sikap dan penilaian terhadap PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 tahun 2004 dengan tolak ukur tahu/tidak tahu, setuju/tidak setuju dan baik/tidak baik. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Serta teknik pengolahan data yang digunakan yaitu editing, coding, format entry data di program SPSS 17, pemindahan data dan penyajian data. Teknik analis data disajikan dalam uji validitas, uji reabilitas dan uji hipotesis.

Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa sebagian besar responden memberikan persepsi yang negatif terhadap PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 Tahun 2004 yang diperbarui menjadi PP No 48 Tahun 2014. Dari keseluruhan responden, sebagian besar responden menyatakan bahwa ketidaktauan atau tidak tahu mengenai peraturan tersebut, tidak setuju terhadap peraturannya serta berpendapat kurang baik mengenai pelayanan yang diberikan berkaitan dengan PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 Tahun 2004. Hasil ini juga menunjukan faktor relation menjadi faktor yang mempengaruhi persepsi, karna terdapat tidak adanya hubungan antara yang mempersepsikan dan yang dipersepsikan. Dalam penelitian ini yaitu antara pihak KUA dan masyarakat yang ingin melakukan pendaftaran nikah.

(6)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN PERATURAN AKAD NIKAH DI

KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

Oleh

ALI WIRAWAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)
(8)
(9)
(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 20 Mei 1992, merupakan anak kelima dari lima baersaudara pasangan dari Bapak Drs. W. Puryanto dan Ibu Herawati Khaira.

Jenjang akademik penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Al-Azhar Bandar Lampung yang diselasaikan pada tahun 2004, dilanjutkan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 25 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, dan dilanjutkan menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.

(11)

MOTTO

A negative mind will never give you a positive life

”.

(TheGoodQuote)

Tak perlu menjelaskan tentang dirimu pada siapapun, karna yang

menyukaimu tidak membutuhkannya dan yang membencimu tidak

akan mempercayainya.

”.

(Ali bin Abi Thalib)

Jika salah perbaiki, jika gagal coba lagi, tapi jika kamu menyerah,

semua selesai’’.

(12)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Kebijakan Kementerian Agama Dalam Pelaksanaan Peraturan Akad Nikah Di Kota Bandar Lamung Tahun 2014” dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi dari awal pengerjaan hingga penyelesaian skripsi ini, karena bantuan, bimbingan, dorongan dan saran dari berbagai pihak terutama dosen pembimbing yang sudah memberi banyak masukan, kritik dan saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. 3. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.Ip selaku Pembimbing Akademik.

(13)

5. Bapak Maulana Mukhlis, S.Sos. M.I.P selaku selaku penguji dan pembahas yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada Penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6.

Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unila, terimakasih atas ilmu yang

telah kalian berikan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Pemerintahan.

7. Staf Akademik, Staf Kemahasiswaan yang telah membantu kelancaran administrasi dan skripsi, terutama kepada Ibu F. Trisni Rahartini, S.I.P yang telah banyak sekali membantu dan mempermudah proses administrasi dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan.

8. Teristimewa kepada kedua orang tuaku, yaitu Bapak Drs. W. Puryanto terima kasih telah menjadi ayah terbaik dan motivator terbaik bagi anaknya setelah Nabi Muhammad SAW, yang selalu mendukung apapun yang terjadi dan bekerja keras dalam mendidik untuk menjadikan Penulis menjadi manusia yang kuat, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan nikmat-Nya untuk Ayah. Selanjutnya Ibunda Herawati Khaira, terimakasih telah menjadi ibu yang baik dan pemberi kasih sayang terbaik setelah Allah SWT yang tak pernah lelah memberikan kasih sayang dan selalu mendoakan anaknya menjadi anak yang hebat.

(14)

orang tua kita serta menjadi anak yang selalu berbakti kepada orang tua kita. Serta untuk kakak iparku Dina Oktasia dan ponakanku yang masih satu Arkha Riyuga Islami Diar yang selalu memberikan kelucuan, canda dan tawanya saat berkumpul keluarga.

10.Untuk seluruh paman, tante, serta saudara-saudaraku yang selalu mendukung dan mendo’akan ku semoga do’a dan dukungan yang kalian berikan dapat

meberikan jalan kesuksesan bagi Penulis. Untuk kalian yang belum lulus, segeralah menyusul.

11.Terima kasih kepada para informan dari Kantor Kementerian Agama Kota Bandar Lampung, Kepala KUA serta staf dari masing-masing kecamatan di Kota Bandar Lampung dan para masyarakat yang telah bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

12.Terima kasih untuk teman-teman satu “Bimbingan” yaitu Prasaputra Sanjaya, Eka Mala Sari dan Ahlan yang selalu bertukar pendapat terkait dengan pengerjaan skripsi ini. Terima kasih juga untuk Antarizki dan Nissa Nurul Fathia yang sudah menemani saat turun lapangan dan Andrialius Fereira dan Riri Rianiti yang sudah memberikan masukan yang positif untuk kelancaran skripsi ini. Semoga kita selalu diberikan kelancaran dan kehidupan yang lebih baik setelah proses pembelajaran skripsi ini.

(15)

lebih baik kedepannya Amiiin. Ingat bahwa hanya kita sendiri yang dapat merubah nasib kita sendiri dan tidak ada sedikitpun usaha yang akan menjadi sia-sia.

14.Terima kasih kepada rumah Aris Gunawansyah, rumah Prananda Genta Reza, rumah Dicky Rinaldy, kosan Prasaputra Sanjaya, kosan Dani Setiawan yang telah memberikan tempat yang sangat bermanfaat untuk saya beristirahat dan melepas lelah ketika sedang menunggu dosen atau ketika sedang menunggu mata kuliah yang masih belum jelas ada dosen atau tidak, sehingga saya mendapatkan tempat berteduh dan tidak seperti anak hilang di kampus hijau tersebut.

(16)

untuk seseorang yang tidak dapat disebutkan namanya yang selalu memberikan masukan-masukan dan obrolan yang bernilai saat kita berkumpul serta motivasi yang bermanfaat, sukses untuk kita bersama.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 16 Februari 2015 Penulis

(17)

DAFTAR ISI

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi ... 17

3. Proses Pembentukan Persepsi ... 19

4. Persepsi Positif dan Negatif ... 20

B. Definisi Masyarakat dan Ciri-cirinya ... 21

C. Peraturan Akad Nikah ... 22

1. Peraturan dan Proses Penetapan Tempat Nikah ... 22

2. Peraturan dan Penggunaan Biaya Nikah ... 22

3. Kinerja PPN Dalam Penerapan Tempat dan Biaya Nikah ... 22

(18)

C. Definisi Oprasional ... 31

B. Gambaran Umum Implementasi Kebijakan Dalam Pelaksanaan Peraturan Akad Nikah ... 53

C. PPN, P3N dan Penghulu ... 56

D. Budaya Masyarakat yang Dilayani ... 58

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kesesuaian Peraturan dan Pelaksanaan Nikah ... 59

1. Kesesuaian Peraturan dan Pelaksanaan Tempat Nikah ... 59

2. Kesesuaian Peraturan dan Pelaksanaan Biaya Nikah ... 61

3. Kesesuaian Peraturan dan Pelaksanaan Kinerja PPN dalam Penetapan Tempat Nikah dan Pungutan Biaya Nikah ... 62

B. Pengetahuan (Kognisi) Masyarakat Tentang Peraturan dan Pelakasanaan Tempat Nikah, Biaya Nikah dan Kinerja PPN ... 64

1. UU yang mengatur tentang peraturan nikah ... 65

2. Pengetahuan Tentang PP No.47 Tahun 2004 ... 67

3. Pengetahuan Tentang Biaya Nikah Sebesar Rp.30.000 ... 68

4. Pengetahuan Tentang Instruksi Yang Diikeluarkan Kemenag ... 70

(19)

6. Pengetahuan Tentang Lokasi Nikah ... 74

7. Pengetahuan Tentang Tugas PPN ... 76

8. Pengetahuan Tentang Tata Cara Pemberitahuan Kehendak Nikah .. 78

C. Sikap (Afeksi) Masyarakat Tentang Peraturan dan Pelakasanaan Tempat Nikah, Biaya Nikah dan Kinerja PPN ... 80

1. Sikap Masyarakat Mengenai PP No.47 Tahun 2004 ... 81

2. Sikap Masyarakat Mengenai Biaya Nikah yang Melebihi Aturan ... 83

3. Sikap Mengenai Adanya Biaya Nikah ... 85

4. Sikap Terhadap Pelaksanaan Kesesuaian Mengenai Biaya Nikah ... 87

D. Penilaian (Konasi) Masyarakat Tentang Peraturan dan Pelakasanaan Tempat Nikah, Biaya Nikah dan Kinerja PPN ... 89

1. Pendapat masyarakat mengenai kinerja PPN ... 90

2. Penilaian Tentang Kesesuaian Pelaksanaan yang Dilakukan PPN ... 92

3. Kesesuaian Biaya yang Dikeluarkan dengan Pelayanan yang Diberikan ... 94

E. Antar Hubungan Persepsi ... 97

F. Hasil Uji Hipotesis ... 101

G. Pembahasan Hasil Penelitian ... 102

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 106

B. Saran ... 113

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Pernikahan Di Kota Bandar Lampung ... 4

Tabel 2: oprasional variable ... 34

Tabel 3. Distribusi pernikahan di KUA Se-Bandar Lampung ... 36

Tabel 4. Distribusi Sampel berdasarkan Proporsi Masyarakat Setiap Kecamatan di Bandar Lampung tahun 2014 ... 38

Tabel 5. Skor untuk Jawaban ... 41

Tabel 6. Uji Validitas ... 45

Tabel 7. Nilai Reabilitas ... 48

Tabel 8. Pengetahuan Masyarakat Mengenai UU ... 65

Tabel 9. Pengetahuan Mengenai PP No 47 Tahun 2004 ... 67

Tabel 10. Pengetahuan Tentang Biaya Nikah Sebesar Rp.30.000 ... 69

Tabel 11. Pengetahuan Tentang Instruksi Yang Dikeluarkan Kemenag ... 71

Tabel 12. Pengetahuan sosialisasi insstruksi yang dikeluarkan Kementerian Agama ... 73

Tabel 13. Pengetahuan tentang lokasi nikah ... 75

Tabel 14. Pengetahuan tentang tugas PPN ... 76

Tabel 15. Pengetahuan pemberitahuan kehendak nikah ... 78

Tabel 16. Sikap masyarakat mengenai PP No 47 tahun 2004... 81

Tabel 17. Sikap masyarakat mengenai biaya nikah yang melebihi aturan ... 83

(21)

Tabel 19. Sikap Terhadap Pelaksanaan Kesesuaian Mengenai Biaya Nikah .. 87 Tabel 20. Pendapat mengenai kinerja PPN ... 90 Tabel 21. Penilaian Tentang Kesesuaian Pelaksanaan Yang Dilakukan PPN . 92 Tabel 22. Penilaian biaya dengan pelayanan yang diberikan ... 95 Tabel 23. Pengetahuan Tentang PP No 47 Tahun 2004 dan kesetujuannya .... 97 Tabel 24. Kesetujuan Tentang PP No 47 Tahun 2004 dan penilaiannya ... 98 Tabel 25. Pengetahuan Tentang PP No 47 Tahun 2004 dan penilaian

(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial dimana memiliki sifat saling membutuhkan, karena sejak lahir manusia telah dilengkapi dengan naluri untuk senantiasa hidup dengan orang lain. Allah SWT menjadikan makhluknya berpasang-pasangan, menjadikan manusia laki-laki berpasangan dengan perempuan, menjadikan hewan jantan berpasangan dengan betina, begitupula tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. Dalam menjalankan kehidupan, manusia tentu ingin melanjutkan keturunan.

(23)

agama. Semua agama umumnya mempunyai hukum pernikahan yang tekstular. Manusia dalam menempuh pergaulan hidup dalam masyarakat ternyata tidak dapat terlepas dari adanya saling ketergantungan antara manusia dengan yang lainnya. Hal itu dikarenakan sesuai dengan kedudukan manusia sebagai mahluk sosial yang suka berkelompok atau berteman dengan manusia lainnya.

Hidup bersama merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia baik kebutuhan yang bersifat jasmani maupun yang bersifat rohani. Demikian pula bagi seorang laki-laki ataupun seorang perempuan yang telah mencapai usia tertentu maka ia tidak akan lepas dari permasalahan tersebut. Ia ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dengan melaluinya bersama dengan orang lain yang bisa dijadikan curahan hati, penyejuk jiwa, tempat berbagi suka dan duka. Hidup bersama antara seorang laki-laki dan perempuan sebagai pasangan suami istri dan telah memenuhi ketentuan hukumnya, yang lazimnya disebut sebagai sebuah pernikahan.

(24)

Suatu pernikahan mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan manusia dikarenakan :

1. Dalam suatu pernikahan yang sah selanjutnya akan menghalalkan hubungan atau pergaulan hidup manusia sebagai suami istri. Hal itu adalah sesuai dengan kedudukan manusia sebagai mahluk yang memiliki derajat dan kehormatan.

2. Adanya amanah dari Tuhan mengenai anak-anak yang dilahirkan. Anak-anak yang telah dilahirkan hendaknya dijaga dan dirawat agar sehat jasmani dan rohani demi kelangsungan hidup keluarga secara baik-baik dan terus menerus.

3. Terbentuknya hubungan rumah tangga yang tentram dan damai. Dalam suatu rumah tangga yang tentram, damai dan diliputi rasa kasih sayang, selanjutnya akan menciptakan kehidupan masyarakat yang tertib dan teratur.

4. Pernikahan merupakan suatu bentuk perbuatan ibadah. Pernikahan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk segera melaksanakannya, karena dengan pernikahan dapat mengurangi perbuatan maksiat dan memelihara diri dari perzinahan.

(25)

Tabel 1. Jumlah Pernikahan Di Kota Bandar Lampung

No KUA Per Kecamatan Jumlah Pernikahan

1 Tanjung Karang Pusat 618 Pernikahan

2 Tanjung Karang Barat 634 Pernikahan

3 Tanjung Karang Timur 690 Pernikahan

4 Teluk Betung Barat 680 Pernikahan

5 Teluk Betung Utara 412 Pernikahan

6 Teluk Betung Selatan 966 Pernikahan

7 Sukarame 549 Pernikahan

8 Kedaton 812 Pernikahan

9 Panjang 635 Pernikahan

10 Raja Basa 345 Pernikahan

11 Tanjung Senang 385 Pernikahan

12 Sukabumi 719 Pernikahan

13 Kemiling 571 Pernikahan

Jumlah 8016 Pernikahan

Sumber: Kantor Kemenag Kota Bandar Lampung, tahun 2013

(26)

nikah dan yang lebih utama melindungi kepentingan-kepentingan suami isteri ketika menjalani kehidupan berumah tangga.

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku manusia di Indonesia harus mengikatkan diri dengan pasangannya melalui suatu ikatan yaitu pernikahan. Setiap pernikahan harus dilangsungkan dihadapan pegawai pencatat nikah agar mempunyai kedudukan yang kuat menurut hukum, hukum dalam kehidupan merupakan sebuah aturan yang dijadikan landasan dalam bertingkah laku bersama. Sebagai pijakan bahwa negara kita memiliki peraturan baik yang mengikat maupun yang tidak mengikat atau yang tertulis maupun tidak (Hukum Positif dan Hukum Adat), jadi sudah sewajarnya bahwa manusia harus mematuhi dan menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Timbulnya kebijakan harus sejalan dengan pelaksanaannya yang sesuai dengan aturannya. Seperti yang dikemukakan oleh George C. Edwards dalam Subarsono (2012: 90) mengenai variabel yang mempengaruhi implementasi dari suatu kebijakan yaitu:

1. Komunikasi

(27)

2. Sumber Daya

Variabel sumber daya dibutuhkan untuk mendukung penyampaian isi dari suatu kebijakan, bisa berupa sumber daya manusianya ataupun sumber daya finansialnya.

3. Disposisi

Komitmen dari pembuat kebijakan sangat diperlukan untuk mendukung berjalannya suatu kebijakan. Variabel komitmen menunjukan bahwa pembuat kebijakan bersungguh-sungguh dengan kebijakan yang dibuat, hal tersebut berdampak pada pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang telah tertuang atau yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

4. Struktur birokrasi

Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus dilatar belakangi dengan prosedur operasi standar. Prosedur tersebut menjadi pedoman dalam menjalankan suatu kebijakan. Struktur birokrasi yang cenderung panjang bisa melemahkan pengawasan sehingga terjadi penyimpangan pelaksanaan kebijakan.

(28)

Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kementerian Agama. (http://www.tempo.co/read/news/2013/12/04/058534686/Jaksa-Kediri-Kasus Pungli-Penghulu-Jalan-Terus diakses 14 Januari 2014, pukul 14.00 wib).

Adanya kasus tersebut membuktikan bahwa belum terlaksananya variabel-variabel yang dikemukakan oleh George C Edwards dalam implementasi kebijakan mengenai Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2004 tentang tarif atau jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Kementerian agama, dimana informasi yang tersampaikan ke masyarakat tidaklah ssesuai dengan isi kebijakan yang telah dibuat sehingga terjadi pelanggaran terhadap kebijakan tersebut. Kasus penghulu yang diduga menerima gratifikasi tersebut membuat gejolak di kalangan masyarakat Indonesia.

Di Bandar Lampung, dalam menyikapi kasus tersebut Kanwil Kemenag Provinsi Lampung, Kantor Kemenag kota Bandar Lampung, serta para Petugas Pencatat Nikah (PPN) langsung menjalankan instruksi yang dikeluarkan oleh Kementrian Agama RI sesuai hasil wawancara pada tanggal 17 Februari 2014 pukul 10.00 WIB terhadap Kasi Bimas Islam, Jalaluddin yang menyatakan:

(29)

Adapun Instruksinya yaitu No: DJ.II.1/3/HK.007/2757/2013 yang isinya:

1. Menginstruksikan Kepada Seluruh Kepala Kantor Urusan Agama kecamatan agar tetap memberikan pelayanan pencatatan nikah sesuai dengan:

Pasal 21 ayat (1) Aqad nikah dilaksanakan di KUA

Pasal 21 ayat (2) atas permintaan calon pengantin dan atas persetujuan PPN akad nikah dapat dilaksanakan di luar KUA.

2. Menginstruksikan kepada seluruh Kepala Kantor Urusan Agama kecamatan untuk tidak memungut biaya apapun diluar tarif biaya pencatatatn nikah sebesar Rp.30.000,00 (Tiga Puluh Ribu Rupiah) sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Agama. 3. Menegaskan kembali bahwa Pemberian kepada Penyelenggara Negara

ATAU Pegawai Negeri Sipil berupa uang, barang, rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan Cuma – Cuma, dan fasilitas lainnya termasuk dalam katagori gratifikasi sesuai penjelasan pasal 12B ayat (1) UU No 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto UU No.20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU No.31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

4. Memerintahkan kepada Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan dan Petugas Pencatat Nikah (PPN) yang menerima pemberian sebagaimana dimaksud pada angka 3, agar melaporkan pemberian tersebut Kepada KomisI Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam waktu 30 hari setelah menerima pemberian sesuai pasal 12C ayat (1) dan ayat (2) UU No.20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU No.31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

(30)

Kenyataannya ketidaktauan masyarakat tentang biaya akad nikah menjadi hal yang sudah biasa, hal ini terbukti dari pernyataan Nurdin warga Ketapang, Teluk Betung Selatan kota Bandar Lampung yang dikutip koran Radar Lampung yang menyatakan “Kalau diselenggarakan di KUA warga harus mengeluarkan ongkos transportasi untuk kerabat dan tetangga, tetapi jika di rumah hanya mengeluarkan ongkos untuk penghulu sebagai pengganti uang transportasi sebesar 100.000, kelar”. (http://www.radarlampung.co.id. Diakses tanggal 14 Januari 2014, pukul

13.00 wib) Dari hasil wawancara pada hari jumat tanggal 21 maret 2014 terhadap keluarga yang menikah warga Teluk Betung Utara, Muhammad Syafei yang menyatakan

“oh, saya tidak tau malah jika biaya akad nikah hanya Rp.30.000. Setau saya keluarga mengeluarkan biaya sebesar Rp.400.000 untuk biaya Penghulunya”.

Selanjutnya hasil wawancara tanggal 22 maret 2014 terhadap Ida warga Kecamatan Rajabasa yang baru menikahkan saudaranya bulan Januari 2014 mengatakan

“kami kurang tau tentang biaya akad nikah yang sebenarnya, biaya yang keluarga keluarkan untuk biaya penghulu sebesar Rp.800.000, Tetapi kami ikhlas mengeluarkan biaya sebesar itu karna kami memanggil penghulunya ke rumah”.

.

(31)

mempublikasikan maklumat pelayanan kepada masyarakat, agar tidak menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat yang dalam kasus ini mengenai biaya akad nikah.

Alasan peneliti tertarik meneliti masalah ini dikarnakan adanya ketidaktauan masyarakat dari sampel hasil wawancara khususnya masyarakat kota Bandar Lampung tentang peraturan akad nikah, seperti pernyataan beberapa masyarakat kota Bandar Lampung di atas. Berdasarkan Uraian di atas yang terdapat ketidaktauan di kalangan masyarakat tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang Persepsi Masyarakat Terhadap Kebijakan Kemenag dan Implementasinya Dalam Pelaksanaan Peraturan Akad Nikah di Kota Bandar Lampung.

Adanya penelitian lain yang menyebutkan bahwa persepsi masyarakat yang negatif atau kurang baik terhadap suatu kebijakan, yaitu penelitian Dikha Wahyudi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung Terhadap Kualitas Pelayanan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP)” dalam hal ini mengenai pelayanan pembuatan E-KTP dan penelitian

Nanang Nugraha yang berjudul “Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Publik” yang bertolak belakang dengan penelitian Dwi Astuti yang

menyatakan persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang positif terhadap suatu kebijakan dengan judul penelitian “Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan UU No 6 Tahun 2014 tentang desa di Desa Bumiayu Pati”

(32)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat terhadap kebijakan Kementerian Agama dalam pelaksanaan peraturan akad nikah? Dengan hipotesis nol persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang positif dan hipotesis alternatif persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang negatif.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap kebijakan Kementerian Agama dalam pelaksanaan peraturan akad nikah di Kota Bandar Lampung Tahun 2014. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji/membuktikan hipotesis yang menyatakan persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang negatif dan positif.

D. Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian sebagaimana dirumuskan di atas maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Secara teoritis

(33)

2. Secara Praktis

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi berasal dari kata perception (Inggris) yang artinya menerima atau mengambil. Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Beberapa ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.

(35)

dengan sebuah situasi ideal. Persepsi merupakan sebuah proses yang hampir bersifat otomatik dan ia bekerja dengan cara yang hampir serupa pada masing masing individu, tetapi sekalipun demikian secara tipikal menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda-beda.

Pengertian persepsi menurut Slameto ( 2003: 102 ) menyatakan persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan dan informasi di dalam otak manusia. Informasi dan pesan yang diterima tersebut muncul dalam bentuk stimulus yang merangsang otak untuk mengolah lebih lanjut yang kemudian mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Selanjutnya menurut Rakhmat (2004: 37-43) mengklasifikasinya kedalam tiga komponen yaitu komponen afektif, komponen kognitif dan komponen konatif. Komponen yang pertama, afektif yang merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Komponen kognitif adalah aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen konatif adalah aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.

1. Komponen afektif

(36)

kompetensi dan motif kebebasan. 2. motif-motif sosial seperti motif kasih sayang, motif kekuasaan dan motif kebebasan.

b. Sikap, pertama sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Kedua sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Ketiga sikap relatif lebih menetap. Keempat sikap mengandung nilai menyenang-kan atau tidak menyenangkan. Kelima sikap timbul dari pengalaman.

c. Emosi, emosi menunjukan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis.

2. Komponen kognitif

Kepercayaan adalah komponen kognitif. Kepercayaan di sini tidak ada hubunganya dengan hal-hal yang gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu ’benar’ atau ’salah’ atas dasar bukti, sugesti otoritas,

pengalaman atau intuisi (Holer, 1978). Sementara menurut Asch (1959) kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.

3. Komponen konatif

(37)

Menurut Walgito (2002) dalam skripsi Agisni (2013: 25) persepsi adalah proses mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus yang diterima individu sehingga mempunyai arti individu yang bersangkutan dimana stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan hal itu faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu:

a. Adanya objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai indera dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) tapi berfungsi sebagai reseptor.

b. Adanya indera atau reseptor, yaitu sebagai alat untuk menerima stimulus. c. Diperlukan adanya perhatian sebagai langkah awal menuju persepsi.

Menurut Ahmadi dalam skripsi Agisni (2013: 27) ada tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu:

1. Komponen cognitive : berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan obyek.

2. Komponen affective : menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan obyek. Obyek di sini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

3. Komponen behavior atau conative : yang melibatkan salah satu predis-posisi untuk bertindak terhadap obyek.

(38)

kondisi masyarakat persepsi adalah proses penilaian seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu objek, peristiwa dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan objek tersebut melalui proses kognisi, afeksi, dan konasi untuk membentuk objek tersebut (Mahmud, 1989: 79).

Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya dan memberikan penilaian.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi

Dalam memberikan tanggapan atau persepsi terhadap suatu objek, masing-masing individu atau perorangan tentunya akan berlainan. Hal ini dikarnakan pandangan seseorang dipengaruhi oleh wawasan, pengalaman serta pengetahuannya terhadap suatu objek yang dihadapkan. Menurut Slamento dalam Handayani (2013: 23) Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah:

a. Relation, yaitu hubungan antara orang yang mempersepsikan dengan objek yang dipersepsikan. Seseorang biasanya tidak menagkap seluruh rangsangan yang ada disekitarnya sekaligus, tetapi akan memfokuskan perhatiannya terhadap satu atau dua objek yang sama.

(39)

c. Kebutuhan, kebutuhan sesaat akan kebutuhan yang tettap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.

d. Sistem nilai, sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh pula pada persepsi seseorang.

Robbin (2003) menyatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Keadaan pribadi orang yang mempersepsi

Merupakan faktor yang terdapat dalam individu yang mempersepsikan. Misalnya kebutuhan, suasana hati, pendidikan, pengalaman masa lalu, sosial ekonomi, jenis kelamin, umur.

b. Karakteristik target yang dipersepsi

Target tidak dilihat sebagai suatu yang terpisah, maka hubungan antar target dan latar belakang serta kedekatan/kemiripan dan hal-hal yang dipersepsi dapat mempengaruhi persepsi seseorang.

c. Konteks situasi terjadinya persepsi

(40)

3. Proses Pembentukan Persepsi

Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses pengamatan atau pengetahuan mengenai suatu objek atau kejadian tertentu dengan menggunakan alat-alat indra tertentu sebagai perantaranya. Persepsi menunjuk bagaimana manusia melihat, mendengar, mencium, merasakan dunia sekitar kita.

Proses terbentuknya persepsi menurut Suwartinah dalam Handayani, (2013: 16) yaitu:

1. Stimulus atau situasi yang hadir

Awal mula terjadinya persepsi ketika seseorang dihadapkan pada stimulus atau situasi. Stimulus atau situasi tersebut biasanya berupa stimulus pengindraan dekat dan langsung atau berupa lingkungan sosiokultural dan fisik yang menyeluruh dari stimulus tersebut.

2. Regristasi

Merupakan suatu gejala yang nampak yaitu mekanisme fiksik untuk mendengar dan melihat suatu informasi maka mulailah orang tersebut mendaftar, mencerna, dan menyerap suatu informasi.

3. Interpretasi

(41)

dengan orang lain sehingga interpretasi seseorang terhadap informasi atau stimulus akan berbeda dengan orang lain.

4. Umpan Balik

Merupakan suatu proses yang terakhir dimana setelah seseorang menafsirkan informasi tersebut akan memunculkan reaksi yaitu reaksi positif dan negatif, maka akan muncul reaksi memberikan apabila jawabannya bersifat menerima maka reaksi yang muncul akan berbentuk positif pula.

4. Persepsi Positif dan Negatif

(42)

penge-tahuan individu, serta adanya pengalaman individu terhadap objek yang dipersepsikan.

B. Definisi Masyarakat dan Ciri-cirinya

Menurut Soemardjan dalam Soekanto (2001: 92) menyatakan bahwa masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Sedangkan menurut Koentjaningrat, (2009: 115-118) “masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinue dan yang terikat dalam satu rasa identitas bersama”. Menurut Selo Soemardjan dalam Gustriana (2009: 18) masyarakat

adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Selain itu Soekanto, (2001: 95) mengemukakan bahwa ciri-ciri suatu masyarakat pada umumnya adalah sebagai berikut.

1. Manusia yang hidup bersama, sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.

2. Bercampur atau bergaul dalam waktu yang cukup lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusiamanusia baru. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia.

3. Sadar bahwa mereka merupakan satu-kesatuan.

4. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.

(43)

C. Peraturan Akad Nikah

1. Peraturan dan Proses Penetapan Tempat Nikah

Peraturan tentang akad nikah sudah tertuang jelas pada Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 tentang pencatatan nikah, termasuk didalammnya mengenai peraturan tempat nikah yang tertuang pada pasal 21 ayat 1 akad nikah dilaksanakan di KUA dan ayat 2 atas permintaan calon pengantin dan atas persetujuan PPN akad nikah dapat dilaksanakan di luar KUA.

2. Peraturan dan Penggunaan Biaya Nikah

Adapun tentang biaya pencatatan nikah diatur dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kementerian Agama yaitu sebesar Rp.30.000,00. PP tersebut sudah mengalami pembaruan menjadi PP No 48 Tahun 2014, tetapi PP yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan PP No 47 Tahun 2004.

3. Kinerja PPN Dalam Penerapan Tempat dan Biaya Nikah

(44)

4. Fungsi-fungsi Pelayanan Publik dan Keterbukaan Informasi Publik

Menurut Sinambela, (2011: 6) yang menjadi fungsi dalam pelayanan publik yaitu:

a. Fungsi Transparansi

yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Fungsi Akuntabilitas

Yaitu pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Fungsi Kondisional

Yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tahap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

d. Fungsi Partisipatif

Yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Fungsi Kesamaan Hak

(45)

f. Fungsi Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

Selanjutnya menurut UU No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, pelayan publik berfungsi sebagai:

a. Menyusun dan menetapkan standar pelayanan.

b. Menyusun menetapkan dan mempublikasikan maklumat pelayanan. c. Menempatkan pelaksana yang berkompeten.

d. Menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan public yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai.

e. Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas penyelenggaraan pelayanan publik.

f. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan.

g. Berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik.

h. Memberikan pertanggungjawaban terhadap pelayyanan yang diselenggarakan.

i. Membantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggung jawabnya. j. Bertanggung jawab dalam pengelolaan organisasi penyelenggara

(46)

k. Memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab atas posisi atau jabatan.

l. Memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir atau melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan pejabat yang berwenang dari lembaga Negara atau instansi pemerintah yang berhak, berwenang dan sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dari beberapa pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keterbukaan atau transparansi informasi publik sangat dibutuhkan dan diperlukan dalam pelayanan publik untuk mencapat pelayanan publik yang berkualitas sehingga tercapai tujuan dari suatu pelayan.

5. Struktur KUA

(47)

D. Kerangka Pikir

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya dan memberikan penilaian.

Pernikahan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena pernikahan tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Pada umumnya pernikahan dianggap sebagai sesuatu yang suci dan karenanya setiap agama selalu menghubungkan kaedah-kaedah pernikahan dengan kedah-kaedah agama. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam juga mengatur pernikahan adalah suatu akad yang kuat. Oleh karena itu, bagi yang ingin melangsungkan pernikahan mesti memperhatikan prosedur-prosedur hukum akad nikah, atau pun ketentuan resmi yang diberlakukan pada masyarakat muslim Indonesia.

(48)

mengetahui peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam melaksanakan pernikahan. Ketidaktauan masyarakat mengenai pembayaran yang harus di keluarkan apabila ingin menikah dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk meraup keuntungan, terlihat pada kasus Kepala KUA di Kota Kediri yang di tangkap atas tuduhan kasus gratifikasi.

Suatu peraturan ataupun kebijakan sudah seharusnya dijalankan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah dibuat dan disepakati bukan untuk di disalah gunakan serta sesuai dengan Undang-undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Selain itu, masyarakat pun harus tau dan memahami serta ikut mengawasi jalannya peraturan ataupun kebijakan-kebijakan yang berlaku, bukan ikut melakukan pelanggaran. Memberi uang lebih dari ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan akad nikah merupakan tindak pidana korupsi yang disebut gratifikasi.

(49)

mencegah terjadinya tindak korupsi berupa gratifikasi di badan pemerintahan khususnya dalam Kementrian Agama.

Gambar 1. Kerangka Pikir

Negatif

(Robbins) Positif

(Robbins)

Persepsi PMA No 11 Tahun 2007

1. Pengetahuan Tempat Nikah

(kognisi)

2. Sikap Biaya Nikah

(Afeksi)

3. Penilaian Kinerja PPN

(50)

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya atau dapat dikatakan proposisi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis selalu disajikan dalam bentuk statement yang menghubungkan secara eksplisit maupun implisit satu variabel dengan satu/ lebih variabel lainnya. Masyhuri dan Zainuddin, (2008: 136).

Pengertian hipotesis penelitian menurut Sugiyono (2012: 159) di arikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Secara statistik hipotesis diartikan sebagai pertanyaan mengenai keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Jadi maksudnya adalah taksiran keadaan populasi melalui data sampel. Oleh karena itu dalam statistik yang diuji adalah hipotesis nol. “The null hypothesis is used for testing. It is statement that no different exists between the parameter and statistic being compare” (Emory,

1985). Jadi hipotesis nol adalah pertanyaan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik (data sampel). Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif, yang menyatakan ada perbedaan antara parameter dan statistik. Hipotesis nol diberi notasi Ho, dan hipotesis alternatif diberi notasi Ha. Berdasarkan pengertian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

(51)

III.METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang persepsi masyarakat terhadap implementasi kebijakan Kementerian Agama mengenai peraturan nikah dan pembiayaannya yang tidak sesuai, penelitian ini juga berfokus pada pertanyaan bagaimana menerangkan mengapa hal tersebut terjadi, sehingga tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, Masyhuri dan Zainuddin, (2008: 34) menyatakan penelitian deskripsi bertujuan untuk membuat penyadaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat- sifat populasi tertentu. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan Kuantitatif menurut Masyhuri dan Zainuddin (2008: 13) adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum (teori) ke hal khusus sehingga penelitian ini harus ada landasan teorinya.

B. Definisi Konseptual

(52)

diteliti, maka dibawah ini penulis akan memberikan definisi konsep penelitian, yaitu:

1. Persepsi Masyarakat Terhadap Peraturan Nikah

Persepsi masyarakat adalah Kognisi (pengetahuan), Afeksi (sikap) dan Konasi (penilaian) tentang Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 yaitu tempat nikah dan kinerja PPN dan PP No 47 Tahun 2004 tentang pembiaya serta pelaksanaannya.

2. Implementasi Kebijakan Mengenai Peraturan Nikah dan Pelaksanaannya Implementasi dalam pelaksanaan tempat nikah tertuang pada Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 yaitu pasal 21 ayat 1 dan ayat 2. Implementasi mengenai kebijakan peraturan akad nikah yang tidak membolehkan membayar uang lebih dari Rp.30.000 untuk biaya akad nikah sebagaimana yang telah tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 47 tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Agama. Implementasi pada pemahaman masyarakat mengenai Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 tentang kinerja PPN yang bertugas melakukan pemeriksaan persyaratan, pengawasan, dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, serta melakukan bimbingan perkawinan.

C. Definisi Operasional

(53)

kontruk sehingga memungkinkan peneliti lain untuk melakukan pengulangan pengukuran dengan cara yang sama atau mencoba untuk mengembangkan pengukuran konstruk yang lebih baik, adapun indikator dari definisi oprasional dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat berupa:

1. Kognisi

Kognisi yang dimaksud adalah pengetahuan masyarakat tentang peraturan dan pelaksanaan Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 mengenai sosialisasi lokasi nikah dan kinerja PPN, serta Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2004 Mengenai biaya pencatatan nikah dan sanksi pelanggaran dari pelaksanaan yang dilakukan.

2. Afeksi

Afeksi yang dimaksud adalah sikap yang ditunjukan masyarakat terhadap adanya peraturan dan pelaksanaan dari Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 mengenai sosialisasi lokasi nikah dan kinerja PPN, Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2004 Mengenai biaya pencatatan nikah dan sanksi pelanggaran dari pelaksanaan yang dilakukan, dalam hal ini apakah masyarakat mendukung apa tidak mengenai peraturan tersebut.

3. Konasi

(54)

kebijakan yang sudah baik atau belum dalam pelaksanaannya di masyarakat.

4. Tempat Nikah

Tempat nikah dalam penelitian ini adalah sesuai dengan Peraturan Menteri Agama No. 11 tahun 2007 tentang pencatatan nikah, termasuk didalammnya mengenai peraturan tempat nikah yang tertuang pada pasal 21 ayat 1 akad nikah dilaksanakan di KUA dan ayat 2 atas permintaan calon pengantin dan atas persetujuan PPN akad nikah dapat dilaksanakan di luar KUA.

5. Biaya Nikah

Biaya nikah dalam penelitian ini adalah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2004 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Kementerian Agama yaitu sebesar Rp.30.000,00. Diperbarui menjadi Peraturan Pemerintah No 48 Tahun 2014 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Agama, namun dalam penelitian ini masih menggunakan PP No 47 Tahun 2004.

6. Kinerja PPN

(55)

dalah hal ini sebagai pelayan publik, dimana dalam menjalankan tugas dan kewajibannya harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang salah satunya mempublikasikan maklumat pelayanan yaitu harus adanya transparansi atau keterbukaan informasi publik dalam melakukan pelayanan terhadap masyarakat, sesuai dengan PP No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

Tabel 2. Oprasional variabel

Persepsi Tempat Nikah Biaya Nikah Kinerja PPN Kognisi

(Pengetahuan)

Tahu/ Tidak Tahu Tahu/ Tidak Tahu Tahu/ Tidak Tahu

Afeksi

Baik/Tidak baik Baik/Tidak baik Baik/Tidak baik

Sumber: data primer, Agustus 2014

D. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di seluruh kecamatan yang ada di Bandar Lampung yang berjumlah 13 Kecamatan di tambah 7 kecamatan pemekaran yang ditentukan dengan sengaja (purposive).

E. Jenis dan Sumber data

1. Jenis Data a. Data primer

(56)

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dipergunakan untuk mendukung data primer yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang antara lain dapat berasal dari buku-buku, penelitian-penelitian sebelumnya, dan dokumen-dokumen yang terkait.

2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Responden

Adalah sumber data primer yang akan diberikan sejumlah angket pertanyaan pada penelitian ini mengenai persepsi masyarakat terhadap kebijakan kemenag dalam pelaksanaan peraturan akad nikah. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Bandar Lampung.

2. Dokumen-dokumen

Yaitu berbagai dokumen yang berhubungan dengan persepsi masyarakat dan kebijakan kemenag. Di dalam penelitian ini sumber dokumen kapasitasnya hanya sebagai data sekunder untuk mendukung atau memperkuat data primer.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(57)

(2012: 89). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat kota Bandar Lampung yang menikah pada bulan Januari tahun 2014. Dengan total populasi sebesar 753 peristiwa pasangan pernikahan.

Tabel 3. Distribusi pernikahan di KUA Se-Bandar Lampung

No KUA Per-Kecamatan Bulan Total

Pernikahan 1 Tanjung Karang Pusat Januari 53 Perkawinan 2 Tanjung Karang Barat Januari 63 Perkawinan 3 Tanjung Karang Timur Januari 53 Perkawinan 4 Teluk Betung Barat Januari 65 Perkawinan 5 Teluk Betung Utara Januari 42 Perkawinan 6 Teluk Betung Selatan Januari 83 Perkawinan

7 Sukarame Januari 67 Perkawinan

8 Kedaton Januari 69 Perkawinan

9 Panjang Januari 56 Perkawinan

10 Raja Basa Januari 50 Perkawinan

11 Tanjung Senang Januari 30 Perkawinan

12 Sukabumi Januari 70 Perkawinan

13 Kemiling Januari 52 Perkawinan

Jumlah 753 Perkawinan

Sumber: Kementerian Agama Kota Bandar Lampung Tahun 2014

2. Sampel

(58)

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).

Dalam penelitian ini, penentuan jumlah sampel dari populasi menggunakan rumus dari Slovin dalam Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah (2005: 136) yaitu sebagai berikut:

2

(e)

N

1

N

n

Di mana:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e ² = Presisi yang ditetapkan

Sehingga, diketahui bahwa total populasi seluruh masyarakat sebesar N = 753 peristiwa dan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar ( e² ) = 10%, maka jumlah sampel yang diperoleh sebesar:

(59)

memberikan kesempatan sama kepada setiap masyarakat untuk dijadikan sampel yang representasif. Sugiyono, (2012: 218).

Tabel 4. Distribusi Sampel berdasarkan Proporsi Masyarakat Setiap kecamatan di Bandar Lampung, tahun 2014

No Kecamatan Total populasi di setiap kecamatan

Sumber: Kantor Kemenag Kota Bandar Lampung

Total populasi= 753 masyarakat, kesalahan 10%, maka jumlah sampel sebanyak 88 masyarakat. Untuk mendapatkan jumlah sampel dari setiap kecamatan, maka populasi dimasing-masing kecamatan dibagi dengan jumlah populasi total, kemudian dikalikan dengan jumlah sampel yang akan diteliti. Perinciannya adalah sebagai berikut:

(60)

Tanjung Karang Timur: 53/753 x 88 = 8 Teluk Betung Barat: 65/753 x 88 = 8 Teluk Betung Utara: 42/753 x 88 = 5 Teluk Betung Selatan: 83/753 x 88 = 10

Sukarame: 67/753 x 88 = 8

Kedaton: 69/753 x 88 = 7

Panjang: 56/753 x 88 = 7

Rajabasa: 50/753 x 88 = 6

Tanjung Senang: 30/753 x 88 = 4

Sukabumi: 70/753 x 88 = 8

Kemiling: 52/753 x 88 = 6

Jumlah = 88 masyarakat.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik berikut:

1. Kuesioner

(61)

mendatangi satu per satu alamat KUA yang berjumlah 13 kantor yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Bandar Lampung untuk menanyakan alamat responden, sesuai dengan hasil pembagian per kecamatan. Langkah selanjutnya peneliti mendatangi alamat responden satu persatu dan menanyakan mengenai kuesioner penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan tatap muka secara langsung antara peneliti dan responden untuk menggali data yang lebih banyak bersamaan dengan penyebaran kuesioner ataupun saat mendapatkan data di Kementerian Agama maupun di KUA.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data berdasarkan catatan-catatan yang terdokumentasi (otentik), baik berupa foto saat wawancara, foto proses pelayanan pencatatan nikah, foto prosedur pendaftaran nikah, data statistik, buku-buku, kumpulan peraturan perundang-undangan.

(62)

berjumlah 88 responden. Daftar pertanyaan tertutup dengan memberikan alternatif jawaban dengan maksud mempermudah dalam melakukan analisis. Untuk mengolah data yang berbentuk angket yang dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan, masing-masing pertanyaan diberikan alternatif jawaban berdasarkan metode Likert. Untuk keperluan analisis, maka jawaban diberi skor sebagai berikut:

Tabel 5. Skor untuk Jawaban

No Jawaban Skor

1 Sangat tau/sangat setuju/sangat baik/sangat sesuai/sangat mendukung

5

2 Tau/setuju/baik/sesuai/mendukung 4

3 Ragu-ragu/kurang baik/kurang sesuai//kurang mendukung

3

4 Tidak tau/tidak setuju/tidak baik/tidak sesuai/tidak mendukung

2

5 Sangat tidak tau/sangat tidak setuju/sangat tidak baik/sangat tidak sesuai/sangat tidak mendukung

1 Sumber: metode likert

(63)

yang sekedarnya saja. Jawaban tidak tau, tidak setuju, tidak baik, tidak sesuai, tidak mendukung diberi skor 2 dengan arti resonden tidak mengetahui mengenai peraturan dan pelaksanaan dari PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 Tahun 2004. Jawaban dengan skor 1 diberikan untuk jawaban sangat tidak tau, sangat tidak setuju, sangat tidak baik, sangat tidak sesuai, sangat tidak mendukung dengan arti responden memang benar-benar tidak pernah tau mengenai peraturan dan pelaksanaan dari PMA No 11 Tahun 2007 dan PP No 47 Tahun 2004.

H. Teknik Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data dari lapangan, maka tahap selanjutnya adalah mengadakan pengolahan data dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) Prasetyo dan Jannah, (2005: 34), dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Editing

Setelah terkumpul 88 kuesioner langkah yng pertama yaitu editing. Editing merupakan proses pemeriksaan kembali kuesioner yang terkumpul dari lapangan, apakah kuesioner yang ada telah diisi dengan baik dan benar.

2. Coding

(64)

17 yang berguna untuk mempermudah peneliti menginput data kedalam SPSS 17.

3. Format Entry Data di Program SPSS 17

Merupakan suatu proses pembuatan format pengerjaan data pada program SPSS sebelum nantinya data dimasukkan ke dalam computer. Adapun yang digunakan yaitu untuk mengukur uji validitas dan reabilitas, uji hipotesis, dan data hasil kuesioner penelitian.

4. Pemindahan Data (Data Entering)

Data entering adalah memasukkan data yang telah didapat (berupa kode) ke dalam mesin pengolah data yaitu SPSS 17, sehingga nantinya didapatkan hasil dari pengelolahan tersebut dalam bentuk tabel.

5. Penyajian Data (Data Output)

Data output adalah suatu bentuk penyajian data ke dalam bentuk tabel, baik itu dalam tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang yang nantinya dapat digunakan untuk penyajian data di dalam isi penelitian.

I. Teknik Analisis Data

(65)

data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang isinya Ha. Persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang negatif, dan Ho. Persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang positif.

Adapun rincian proses kerja yang telah dilakukan peneliti yaitu, langkah pertama mencari data dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden yang telah dipilih secara acak. Selanjutnya ketika sudah memiliki data yang diinginkan, data dimasukan ke dalam program Microsoft exel lalu diolah dalam program SPSS 17. Hasil dari SPSS 17 dianalisis dengan cara membandingkan dengan peraturan yang berlaku lalu ditarik kesimpulan.

J. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji validitas

bertujuan untuk melihat apakah instrumen (alat ukur) yang digunakan valid atau memang sesuai dengan variabel yang diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur Sugiono, (2008 :172). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 30 orang untuk uji validitas dan r tabel pada taraf signifikan 5% untuk (df) n-2 = 30-2 = 28 r tabel .

Langkah langkahnya :

(66)

2. Pada variabel view, isi kedalam kotak seperti ini: - Name : sesuai yang diperlukan.

- Decimals : ubah menjadi “0” jika datanya tidak menggunakan decimal - Align : ubah menjadi center.

- Measure : ubah menjadi nominal.

3. Kembali ke data view, klik analyze – Scale – Reliability Analysis.

4. Pada kotak dialog Reliability Analysis, pindahkan semua data ke kolom Items: kemudian klik Statistics

5. Pada kotak dialog Reliability Analysis : Statistics, centang Scale If Item Deleted, kemudian Continue dan OK.

6. Kemudian akan muncul kotak Output, yang akan kita gunakan hanya kotak Reliability Statistics (uji reliabilitas) dan Item-Total Statistics (uji validitas).

Setelah hasil nilai koefisien Alfa (CronBach) didapatkan maka nilai tersebut dibandingkan dengan rhitung pada tabel nilai r. Jika nilai Alfa >

rhitung maka pertanyaan itu reliabel. Sebaliknya jika nilai Alfa < rhitung maka

(67)

- Item 8

(68)

2. Uji Reabilitas

Walizer (1987) menyebutkan pengertian Reliability (Reliabilitas) adalah keajegan pengukuran. Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily (2003: 475) reliabilitas adalah hal yang dapat dipercaya. Menurut Masri Singarimbun realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama. (http://merlitafutriana0.blog spot.com/p/validitas-dan-reliabilitas.html di akses tanggal 26 Maret 2014 pukul 15.00 WIB)

Setelah melakukan uji validitas dengan taraf signifikan 5% maka selanjutnya peneliti melakukan uji reabilitas dengan perhitungan data dibantu dengan program SPSS Statistic 17,0. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

Langkah - Langkah SPSS untuk Reliabilitas (Cronbach's Alpha)

1. Klik Analyze/ Scale/ Reliability Analysis 2. Masukan semua variabel dalam kolom items 3. Klik Ok

(69)

Kriteria pengambilan keputusan :

a. Instrumen dinyatakan reliabilitas apabila nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6.

b. Instrumen dinyatakan tidak reliabilitas apabila nilai Cronbach’s Alpha lebih kecil dari 0,6

Berdasarkan perhitungan SPSS.17 hasil perhitungan Cronbach Alpa untuk item pertanyaan variabel disiplin sebesar 0,836 sehingga item pertanyaan tersebut reliabel karena sesuai dengan ketentuan Cronbach Alpa yaitu > 0,600, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 7. Nilai Realibilitas

Variabel Nilai Reabilitas Ketentuan

Cronbach Alpha Keterangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi masyarakat

0.836 > 0,600 Reliabel

Sumber: Data Primer, November 2014

K. Uji Hipotesis

(70)

Ho : r = 0 ; X Ha. Persepsi masyarakat terhadap suatu kebijakan terbilang positif.

(71)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Implementasi Kebijakan

Implementasi merupakan suatu kajian mengenai kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan undang-undang. Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama–sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan–tujuan kebijakan atau program– program. Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome). Implementasi juga bisa diartikan dalam konteks keluaran atau sejauh mana tujuan–tujuan yang telah direncanakan mendapatkan dukungan.

(72)

keluaran yang nyata. Istilah implementasi menunjuk pada sebuah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan–tujuan program dan hasil– hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah. Implementasi mencakup tindakan–tindakan oleh berbagai aktor khususnya para birokrat, yang dimaksudkan untuk membuat program berjalan.

Menurut mereka implementasi mencakup banyak macam kegiatan. Pertama, badan-badan pelaksana yang ditugasi oleh undang-undang dengan tanggung jawab menjalankan program harus mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan agar implementasi berjalan lancar. Kedua, badan-badan pelaksana mengembangkan bahasa anggaran dasar menjadi arahan-arahan kongkrit, regulasi, serta rencana-rencana desain program. Ketiga, badan-badan pelaksana harus mengorganisasikan kegiatan-kegiatan mereka dengan menciptakan unit-unit birokrasi dan rutinitas untuk mengatasi beban kerja. Akhirnya, badan-badan pelaksana memberikan keuntungan atau pembatasan kepada para pelanggan atau kelompok-kelompok target. Mereka juga memberikan pelayanan atau batasan-batasan tentang kegiatan atau apapun lainnya yang bisa dipandang sebagai wujud dari keluaran yang nyata dari suatu program.

(73)

149) juga memberikan pandangannya tentang implementasi dengan mengatakan secara umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bias direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, tugas implementasi mencakup terbentuknya ”a policy delivery system,” dimana sasaran-sasaran

tertentu dirancang dan dijalankan dengan harapan sampai pada tujuan-tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, pernyataan-pernyataan secara luas tentang tujuan, sasaran diterjemahkan dalam program-program tindakan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang dinyatakan dalam kebijakan.

Dari beberapa definisi tersebut dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu:

1. Adanya tujuan dan sasaran kebijakan

2. Adanya aktivitas kegiatan pencapaian tujuan

3. Adanya hasil kegiatan.

(74)

B. Gambaran Umum Implementasi Kebijakan dalam Pelaksanaan Peraturan Akad Nikah

Pelaksanaan peraturan akad nikah yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 tentang Akad Nikah dan PP No 47 Tahun 2004 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Agama di Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaannya sudah di sosialisasikan oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dengan cara mengumpulkan masyarakat di setiap masing-masing kecamatan untuk diberitahukan dan disosialisasikan mengenai peraturan tersebut. Namun pada kenyataan di lapangan banyak masyarakat belum mengetahui mengenai peraturan tersebut, sehingga dapat dikatakan sosialisasi yang dilakukan pihak KUA belum berjalan dengan maksimal, sosialisasi yang dilakukan bisa dibilang belum sesuai dengan Undang-undang No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik karena yang salah satu isinya penyelenggara pelayanan publik harus mempublikasikan maklumat pelayanan kepada masyarakat, agar tidak menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat yang dalam kasus ini mengenai biaya akad nikah.

(75)

pembuat kebijakan dalam menyampaikan tentang tujuan dan sasaran dari suatu kebijakan untuk mengurangi kesalah pahaman masyarakat mengenai informasi ataupun pelaksanaannya dalam hal ini mengenai peraturan akad nikah.

Indikator-indikator yang mempengaruhi implementasi kebijakan menurut George C. Edwards dalam Subarsono (2012: 90), indikator-indikator yang mempengaruhi implementasi kebijakan antara lain:

1. Komunikasi

(76)

2. Sumber Daya

Variabel sumber daya dibutuhkan untuk mendukung penyampaian dari isi suatu kebijakan, bisa berupa sumber daya manusianya ataupun sumber daya finansialnya. Dalalm hal ini jika dilihat dari jumlah sumberdaya manusianya dalam Kementerian Agama Kota Bandar Lampung sudah memadai untuk melakukan komunikasi atau sosialisasi mengenai peraturan yang berlaku mengenai peraturan nikah, karna sudah ada bidang-bidang yang menanganinya. Dalam menaungi mengenai peraturan nikah yaitu bidang Bimas Islam.

3. Disposisi

Komitmen dari pembuat kebijakan sangat diperlukan untuk mendukung berjalannya suatu kebijakan. Variabel komitmen menunjukan bahwa pembuat kebijakan bersungguh-sungguh dengan kebijakan yang dibuat, hal tersebut berdampak pada pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang telah tertuang atau yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

4. Struktur birokrasi

(77)

C. PPN, P3N dan Penghulu

1. Dalam pasal 2 dan 3 PMA No 11 Tahun 2007 disebutkan tentang PPN: a. PPN atau Pegawai Pencatat Nikah, yaitu pejabat yang melakukan

pemeriksaan persyaratan, pengawasan, pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan bimbingan perkawinan. PPN dijabat oleh Kepala KUA Kecamatan.

b. Penghulu yaitu pejabat fungsional Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan nikah/rujuk menurut agama Islam dan kegiatan kepenghuluan.

c. Pembantu Pegawai Pencatat Nikah atau pembantu PPN/P3N, yaitu anggota masyarakat tertentu yang diangkat oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk membantu tugas-tugas PPN di desa atau daerah tertentu.

Berdasarkan pasal 1 ayat 1 dan 2 UU No 22 Th 1946, UU No 32 Th 1954 menegaskan bahwa PPN (Pegawai Pencatat Nikah) bagi umat islam harus diangkat oleh Menteri Agama atau diangkat oleh Pegawai yang ditunjuk oleh Menteri Agama. Dalam teknis pelaksanaannya maka:

Gambar

Tabel 1. Jumlah Pernikahan Di Kota Bandar Lampung
Gambar 1. Kerangka Pikir
Tabel 2. Oprasional variabel
Tabel 4. Distribusi Sampel berdasarkan Proporsi Masyarakat Setiap
+4

Referensi

Dokumen terkait

Analisis ‘Urf Terhadap Larangan Pernikahan Temon Aksoro Setelah mengetahui arti dan makna sekaligus akibat dari Temon aksoro yang melarang pernikahan antara Dusun Temu dan

Setelah programmer yakin bahwa kode yang dibuat di bahasa abstrak ini telah teruji, maka sudah saatnya untuk melakukan transformasi dari Lingu ke bahasa konkrit yang akan digunakan

Staf pengajar tidak tetap yang ada di Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik USU diurut menurut gelar, spesialisasi, dan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.4. Staf

Hal inkonsisten dalam menerapkan peraturan dalam pengelolaan TNW oleh pemerintah adalah dengan memasukan satwa eksotik, yaitu rusa timor (Cervus timorensis) sebagai

Dari latar belakang historis dan karakteristik ilmu ekonomi pertanian di atas, maka ilmu ekonomi pertanian dapat didefinisikan sebagai salah satu cabang ilmu sosial yang

Durante este trabajo han sido tratadas distintas cuestiones que merecen ser obje- to de una reflexión final. En primer lugar, hemos comprobado cómo la honra del marido, en tanto

kan sertifi kat ISO 9000 merasakan beberapa manfaat sebagai berikut: 1) Perubahan mind set Pegawai Negeri Sipil untuk menerapkan budaya mutu khususnya di