• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pendidikan dan Pelatihan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) Bagi Tenaga Penggerak Desa atau Kelurahan (TPD/TPK) di Bidang Pelatihan dan Pengembangan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pendidikan dan Pelatihan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) Bagi Tenaga Penggerak Desa atau Kelurahan (TPD/TPK) di Bidang Pelatihan dan Pengembangan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi "

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA (KKB) BAGI TENAGA PENGGERAK DESA ATAU KELURAHAN (TPD/TPK) DI BIDANG PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN)

PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KKL

Diajukan sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Bidang Pelatihan dan Pengembangan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat pada Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun oleh : Iqbal Januar

41708815

PRODI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Diri

a. Nama Penulis : Iqbal januar

b. Tempat danTanggal Lahir : Bandung, 20 Januari 1990 c. Status Perkawinan : Belum Nikah

d. Nama Ayah : Drs. Iik Iskandar e. Pekerjaan Ayah : PNS

f. Nama Ibu : Ratna Sariningsih g. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

i Alamat Orang Tua : Jl. Sukagalih Gg. H. Yasin III No 131 RT 05 RW 03 Kelurahan Sukabungah Kecamatan Sukajadi, Bandung

2. Pendidikan Formal

a. SDN Sukagalih 1 Bandung : 1995 s/d 2001 b.

c.

SMPN 41 bandung

SMA Puragabaya Bandung

: 2001 s/d 2004 : 2005 s/d 2008 d. Perguruan Tinggi UNIKOM

(5)

3. Pendidikan Non Formal a.

b.

Pelaksanaan belajar dan test toefl di jurusan Ilmu Pemerintahan Unikom Workshop Photography

Oleh Komunitas Photography Bandung

: Bersertifikat

: tidak bersertifikat

Penulis

(6)

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan KKL yang berbentuk penelitian ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu eksis membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.

Penyusunan laporan KKL ini adalah hasil kegiatan penulis ketika melakukan praktek kerja lapangan di BKKBN Provinsi Jawa Barat dan penulis merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Komputer Indonesia.

Dalam penulisan laporan KKL ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada :

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA. Sebagai Dekan Fakultas Fisip Unikom yang telah memberikan pengarahan dan motivasi sebelum peneliti melaksanakan KKL.

2. Rino Adibowo S.IP. yang telah memberikan pengarahan sebelum peneliti melaksanakan KKL dan yang memberikan pengesahan pada mata kuliah KKL untuk di presentasikan.

3. Tatik Rohmawati, S.IP. M.Si., Sebagai Dosen pembimbing mata kuliah KKL ini yang telah memberikan bimbingan dan arahannya selama menjalani perkuliahan.

4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Ilmu Pemerintahan Unikom yang telah memberikan motivasi belajar dan arahan selama menjalani perkuliahan.

(7)

ini dan segala bantuannya selama kuliah.

7. Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan usulan penelitian yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan usulan penelitian ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai pihak, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan usulan penelitian ini.

Oleh karena itu peneliti berharap dan berterima kasih atas segala saran dan kritik dari pembaca. Serta menerima saran dan kritik tersebut dengan hati terbuka. Semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Oktober 2012

Penulis

(8)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR LAMPIRAN... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang KKL... 1

1.2 Kegunaan KKL... 4

1.3 Metode KKL... 4

1.4 Lokasi dan Waktu KKL... 5

1.4.1 Lokasi KKL... 5

1.4.1.1 Gambaran Umum BKKBN Provinsi Jawa Barat... 5

1.4.1.2 Visi dan Misi BKKBN Provinsi Jawa Barat... 7

1.4.1.3 Struktur Organisasi... 10

1.4.1.4 Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan... 11

1.4.2 Waktu KKL... 13

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Efektivitas... 14

2.1.1 Pengertian Efektivitas... 14

2.1.2 Pendekatan Efektivitas... 15

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas... 16

2.1.4 Pengukuran Efektivitas... 17

2.2 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan... 20

2.3 Pengertian KKB... 23

2.4 Pengertian TPD/TPK... 23

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kegiatan... 25

(9)

3.2.1.1 Sasaran Program KKB Nasional... 27

3.2.1.2 Tujuan Diklat Program KKB Bagi TPD/TPK... 28

3.2.1.3 Hasil Diklat Program KKB Bagi TPD/TPK... 29

3.2.1.4 Evaluasi Pelaksanaan Diklat... 36

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan... 39

4.2 Saran... 39

DAFTAR PUSTAKA... 41

(10)

Tabel 1.1 Jadwal KKL... 13

Tabel 3.1 Kegiatan KKL... 25

Tabel 3.2 Penilaian terhadap fasilitator atau narasumber... 37

Tabel 3.3 Penilaian terhadap penyelenggaraan pelatihan... 38

(11)

3.1 Struktur Organisasi BKKBN Provinsi Jawa Barat... 35

(12)

Lampiran 1 Surat Perizinan KKL Lampiran 2 Form Aktivitas Harian KKL

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan KKL Lampiran 4 Daftar Riwayat hidup

(13)

39 Buku-Buku :

Fathonah Siti. 2012. Penggerak Buku Pegangan Tenaga Desa/Kelurahan. Bandung:Gramedia.

Yuni Satria. 2005. Pengelolaan Program Pendidikan dan Pelatihan yang Profesional. Bandung:Pusat Pelatihan Pegawai dan Tenaga Program.

Syarief Sugiri. 2007. KB Untuk Semua. Jakarta:Gramedia.

Sri Murtiningsih. 2008. Subsistem Pendidikan dan Pelatihan Program KB Nasional. Jakarta:BKKBN.

Sri Murtiningsih. 2008. Subsistem Pelatihan dan Pelatihan Program KB Nasional. Jakarta:BKKBN.

Atmodiwirio,S. 2007. Manajemen Pelatihan. Jakarta:Aedadizya Jaya.

Ari Kuncoro. 2007. Informasi Dasar Program Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta:Airlangga.

Moh. Arsyad. 2009. Informasi Gerakan KB Nasional Selama Pembangunan Jangka Panjang. Jakarta:Airlangga.

Fathonah Siti. 2012. Laporan Penyelenggaraan Pelatihan Program KKB

Bagi Tenaga penggerak desa/Tenaga penggerak Kelurahan

(TPD/TPK). Bandung:Gramedia.

Hull Terrence Valerie. 2006. Masyarakat, Kependudukan dan Kebijakan di Indonesia. PT. Equinox Publlishing Indonesia.

Effendy. 2003. Teori-teori Efektifitas. Bandung:Gramedia.

Richard M Steers. 2009. Pengukuran Efektifitas Dalam Organisasi. Jakarta:Airlangga.

Dokumen-Dokumen :

Undang-Undang No 10/2010 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera.

Peraturan 62 tahun Presiden Nomor 2010, tugas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Keputusan Kepala BKKBN Nomor/HK-010/IV/1994, tentang uraian pekerjaan bagi eselon III, IV dan V di wilayah, Jakarta 1994.

Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Tentang Kewenangan Wajib BKKBN.

(14)

Rujukan Elektronik :

Program Kependudukan dan Keluarga Berencana. 2012 Melalui http://www.bkkbn.go.id/ article/bkkbn.html [20/5/12]

Pengertian Tenaga Penggerak Desa atau kelurahan. Melalui http://www.bkkbn.go.id/ program/data/bkkbn.html [20/6/12]

Pengertian Kependudukan dan Keluarga Berencana. 2012. . Melalui http://www.bkkbn.go.id/program/data/bkkbn.html [20/6/12]

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang KKL

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana.

Keberhasilan kegiatan pendidikan dan pelatihan dinilai dari efektivitas dan efisiensi yang diukur dari segi masukan, proses maupun hasil suatu kegiatan Diklat. Masukan yang dilihat meliputi Kurikulum dan bahan ajar lainnya, sedangkan proses menyangkut proses belajar mengajar dengan berbagai media yang digunakan, yang akhirnya diharapkan dapat mencapai tujuan pelaksanaan suatu pelatihan. Penilaian pendidikan pelatihan bukan hanya sebelum dan selama pelatihan, tetapi juga sesudah pelatihan dengan kegiatan evaluasi pasca pelatihan. yang dilaksanakan setelah tamatan pelatihan bekerja kembali dan mempraktekkan hasil pelatihan dilapangan.

(16)

Program KKB adalah salah satu program dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjaringan kehamilan menggunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan penjaringan penduduk.

Program kependudukan dan KB merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya manusia (SDM). Peningkatan kualitas SDM ini salah satunya dapat dilakukan melalui program peningkatan kapasitas dan keterampilan para pengelola program kependudukan dan KB, termasuk di dalamnya TPD/TPK se Jawa Barat.

Pertumbuhan dan kemampuan mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan manusia laksana deret ukur, sehingga pada suatu titik sumber daya alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia yang sangat cepat sekali. Diharapkan setiap keluarga memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan berkenaan dengan hal tersebut. Paradigma baru program KKB nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi “Keluarga Berkualitas 2015” untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(17)

tersebut bangsa Indonesia telah mempunyai komitmen resmi untuk membangun keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Program Kependudukan dan Keluarga Berencana, difokuskan pada upaya peningkatan kualitas pelayanan KB dan perluasan jangkauan dengan mendorong pasangan usia subur memakai metoda kontrasepsi jangka panjang di Provinsi Jawa Barat. Penggarapan KB di wilayah Jawa Barat sifatnya wajib karena memberikan keadilan bagi warga masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang sama dengan masyarakat di wilayah lainnya.

Kegiatan program KKB di wilayah Jawa Barat memerlukan dukungan berbagai pihak. Oleh karenanya, BKKBN selalu bermitra dengan menggandeng berbagai elemen baik dari kalangan pemerintah, swasta, LSOM, organisasi profesi, akademis, tokoh masyarakat, tokoh agama yang mempunyai komitmen tinggi terhadap program KKB. Ini dimaksudkan dalam upaya meningkatkan cakupan pelayanan.

Pendidikan dan Pelatihan bagi Tenaga Penggerak Desa dan Tenaga Penggerak Kelurahan di BKKBN Provinsi Jawa Barat yang selanjutnya disebut TPD dan TPK bertujuan untuk memberikan pengarahan agar program KKB bisa berjalan dengan baik dan lancar di lapangan dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil.

Menurut penjelasan di atas, maka dapat dilihat ada berbagai macam masalah, diantaranya sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk yang besar merupakan masalah karena tidak meratanya pembangunan, pembangunan hanya terpusat di kota-kota besar, sedangkan di desa tidak ada pembangunan fisik.

2. Permasalahan di Jawa Barat dihadapkan dengan permasalahan kemiskinan, kematian ibu dan anak yang masih tinggi.

3. Pembangunan Sumber Daya Manusia dihadapkan pada permasalahan yang selalu menghantui bangsa Indonesia, yaitu pemanasan global, laju pertumbuhan penduduk dan kebuntuan politik yang menghalangi kerjasama global untuk mengatasi masalah tersebut.

(18)

pendidikan dan pelatihan, maka penulis mengambil judul “EFEKTVITAS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA (KKB) BAGI TENAGA PENGGERAK DESA ATAU KELURAHAN (TPD/TPK) DI BIDANG PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) PROVINSI JAWA BARAT”.

1.2 Kegunaan KKL

Adapun kegunaan penulisan ini ditijau dari sudut pendekatan keilmuan sebagai berikut :

1. Bagi kepentingan Penulis

Untuk lebih mengembangkan dan memahami Ilmu pengetahuan dibidang Ilmu Pemerintahan yang meliputi efektivitas pendidikan dan pelatihan program KKB bagi TPD/TPK di Bidang Pelatihan dan Pengembangan Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat.

2. Bagi kegunaan teoritis

Hasil Laporan KKL ini diharapkan dapat memberikan upaya peningkatan kinerja pegawai BKKBN Provinsi Jawa Barat.

3. Kegunaan Praktis

Laporan KKL ini diharapakan memberikan manfaat bagi BKKBN di Provinsi Jawa Barat sebagai suatu bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk memecahkan masalah dalam rangka meningkatkan efektivitas kinerja pegawai BKKBN Provinsi Jawa Barat.

1.3 Metode KKL

(19)

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dan teknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut :

1. Studi pustaka

peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.

2. Observasi

Dalam metode observasi ini mengandung aspek-aspek antara lain : program yang ada, administrasi yang dapat dilihat, perlengkapan, observasi lingkungan, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, dan pelaksanaan di lapangan.

1.4 Lokasi dan Waktu KKL 1.4.1 Lokasi KKL

Pelaksanaan kerja praktek akan di lakukan di salah satu Instansi Pemerintahan yaitu Bidang Pelatihan dan Pengembangan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yang beralamat di Jln. Sederhana No. 1 Bandung, dengan no telepon (022) 2033117, E-mail : Bkkbn_provjabar@yahoo.com dan Website www.bkkbnprovjabar.go.id

1.4.1.1 Gambaran Umum Lokasi KKL

(20)

Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan (Latbang) sebagai unsur pelaksana sebagain tugas dan fungsi tersebut.

Tugas Deputi Bidang Latbang di area pelatihan adalah perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan kebijakan teknis, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK), pelaksanaan pemantauan dan evaluasi serta pemberian bimbingan dan fasilitasi di bidang pendidikan dan pelatihan (Diklat) pengendalian penduduk, KB, KR serta KS dan PK. Unit eselon II di tingkat Pusat yang melaksanakan tugas penyelenggaraan Diklat di tingkat nasional adalah Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana (Pulap). Tugas Pulap adalah menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana dan fungsinya adalah penyiapan perumusan kebijakan teknis, pelaksanaan Diklat, pelaksanaan pemantauan dan evaluasi, pemberiaan bimbingan teknis dan fasilitasi dan pelaksanaan urusan tata usaha di bidang Diklat serta pelaksanaan tugas lain dari Deputi bidang Latbang.

Pada tingkat unit pelaksana Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi, fungsi penyelenggaraan Diklat di bidang pengendalian penduduk, KB, KR, KS dan PK dilaksanakan oleh Bidang Pelatihan dan Pengembangan (tipe A) dan atau Bidang Advokasi, Penggerakkan, Informasi dan Pelatihan (tipe B). Fungsi yang dilakukan adalah pemberian fasilitasi dan pelaksanaan, pemberiaan bimbingan teknis dan fasilitasi, pelaksanaan urusan tata operasional dan pemantauan serta evaluasi di bidang Diklat. Sedangkan untuk fungsi di bidang tipe B adalah penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kriteria serta pemantauan dan evaluasi di bidang Diklat.

(21)

penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi, pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, ketatausahaan, kearsipan dan kerumahtanggaan serta sarana dan prasarana Diklat dan hubungan masyarakat. Terdapat delapan Balai Diklat KKB yang tersebar di Pulau Jawa, yaitu : Balai Diklat KKB Bogor, Balai Diklat KKB Cirebon, Balai Diklat KKB Garut, Balai Diklat KKB Banyumas, Balai Diklat KKB Pati, Balai Diklat KKB Ambarawa, Balai Diklat KKB Malang, dan Balai Diklat KKB Jember. 1.4.1.2 Visi dan Misi BKKBN Provinsi Jawa Barat

Secara organisator Bidang Pelatihan dan Pengembangan merupakan bagian tak terpisahkan dari struktur organisasi BKKBN. Eksistensi serta tugas dan fungsinya harus mendukung tujuan BKKBN sebagai organisasi induknya. Dengan demikian visi dan misi bidang pelatihan dan pengembangan haruslah mendukung visi BKKBN yaitu mewujudkan “Keluarga Berkualitas 2015”, keluarga-keluarga Indonesia yang “maju, mandiri, sejahtera, dan berketahanan”. Guna menunjang keberhasilan visi dimaksud, maka pelatihan dan pengembangan (Latbang) mempunyai visi Latbang yang profesional. Visi tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan pengelolaan kegiatan pelatihan dan pengembangan yang profesional, sehingga kinerja program KB Nasional semakin baik dan visi keluarga berkualitas tahun 2015 dapat terwujud.

Pengelolaan kegiatan yang profesional adalah pengelolaan kegiatan yang didasarkan pada kompetensi standar (didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan yang handal) dan didukung oleh semangat belajar dan komitmen moral yang kuat untuk menghasilkan kinerja yang baik dan sempurna. Potensi tersebut akan semakin mantap apabila didukung oleh manajemen dan teknologi, sarana dan prasarana pendukung yang memadai.

(22)

kesehatan yang makin mahal serta persoalan nilai daya beli masyarakat yang semakin rendah, yang lebih penting setiap orang tua dapat memberikan perhatian dan bimbingan yang lebih terhadap anak-anaknya, sehingga kualitas, akhlak dan moralitas anak dapat lebih dipertanggungjawabkan.

Penduduk sering diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi aset yang bermanfaat bagi pembangunan, sebaliknya penduduk yang besar tapi rendah kualitasnya akan menjadi beban yang berat.

Pertambahan penduduk disebabkan oleh meningkatnya angka kelahiran dan menurunnya angka kematian. Memiliki keturunan adalah bagian tidak terpisahkan dari eksistensi manusia. Namun, memiliki keturunan dalam jumlah tidak terkendali, dapat menjadi ancaman terbesar bagi kelangsungan eksistensi itu sendiri.

Untuk mendukung terwujudnya visi program KKB Nasional, misi bidang pelatihan dan pengembangan adalah sebagai berikut :

1. Mewujudkan SDM pengelola dan pelaksana program KKB nasional yang berkualitas melalui penyelenggaraan pelatihan tenaga pengelola dan pelaksana program KB Nasional secara profesional.

2. Mewujudkan institusi Balatbang dan Badan Diklat yang profesional, melalui pengembangan manajemen, sarana dan prasarananya.

3. Mewujudkan SDM pengelola dan pelaksana program KKB nasional yang berkualitas melalui penyelenggaraan pelatihan luar negeri jangka panjang dan jangka pendek, seminar dan workshop ilmiah, serta Observation Study Tour dalam rangka kerja sama internasional.

4. Melakukan kerjasama internasional, khususnya dalam rangka kerjasama di bidang kependudukan, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

(23)

6. Menyediakan model-model operasional sesuai dengan kebutuhan lapangan yang dirancang berdasarkan kegiatan “operational research”.

7. Mewujudkan SDM pengelola dan pelaksana program KB Nasional yang berwawasan gender melalui penyelenggaraan pelatihan dalam rangka meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender.

8. Menyediakan data, informasi maupun rekomendasi kebijakan hasil penelitian tentang keluarga sejahtera dan gender secara cepat, akurat dan relevan untuk pengembangan dan kemajuan program keluarga sejahtera, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kualitas perempuan.

Di era otonomi daerah ini, tidak seluruh kewenangan diserahkan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota. Diantara kewenangan yang masih akan dilaksanakan oleh pemerintah pusat (sentralisasi) adalah kewenangan bidang pelatihan dan pengembangan dengan fokus pada kegiatan pembangunan sumber daya manusia (Capacity Building) dan penyediaan data dan informasi yang akurat dan terkini. Untuk dapat melaksanakan misi tersebut perlu penyempurnaan dan mengembangkan pelatihan serta penelitian dan pengembangan sehingga Visi Latbang untuk menjadi “Latbang Profesional” dapat terwujud.

Pengelolaan Bidang Latbang yang profesional yang akan dibahas lebih lanjut difokuskan kepada tiga elemen penting yaitu : Pengelolaan Institusi Diklat maupun Litbang (aspek manajemen dan kepemimpinan), Pengembangan program yang berorientasi kepada kebutuhan pasar serta penyelenggaraan kegiatan diklat maupun litbang.

(24)

1.4.1.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi diperlukan dalam memberikan kemudahan dan memberikan kejelasan dalam bentuk kerangka mengenai gambaran berbagai hubungan kerja antara aparatur Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat serta menentukan dan tanggung jawab jabatan masing-masing anggota dalam suatu wadah organisasi. Berikut struktur organisasi dilingkungan BKKBN Provinsi Jawa Barat

Gambar 1.1

(25)

1.4.1.4 Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan 1. Tugas Pokok

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang pembinaan keluarga berencana dan keluarga sejahtera. Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat, mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan sebagian kewenangan Pemerintah Daerah dibidang

pembinaan keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

b. Penyelenggaraan koordinasi dalam rangka penyiapan bahan koordinasi perumusan kebijakan umum Pemerintah Daerah dibidang pembinaan keluarga berencana dan keluarga sejahtera.

c. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis operasional di bidang pembinaan keluarga berencana dan keluarga sejahtera.

d. Penyelenggaraan pembinaan keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e. Penyelenggaraan pembinaan organisasi, tatalaksana dan kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.

g. Penyelenggaraan pelayanan administrasi dan ketatatusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

h. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.

(26)

j. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah, swasta, LSOM dan masyarakat dibidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.

k. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.

3. Kewenangan

Sebagaimana diatur oleh Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor : 13 Tahun 2006, Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan daerah, maka Kewenangan Wajib BKKBN adalah sebagai berikut :

a. Program Keluarga Berencana.

b. Program Kesehatan Reproduksi Remaja. c. Program Pelayanan Kontrasepsi.

d. Program Pembinaan peran serta masyarakat Pelayanan KB KR/KS-PK.

e. Program Penyiapan tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga. f. Program Promosi kesehatan Ibu, Bayi dan Anak melalui kelompok

kegiatan di masyarakat.

g. Program pengembangan Pusat pelayanan Informasi dan konseling KRR.

h. Program peningkatan penanggulangan Narkoba, PMS termasuk HI/AIDS.

i. Program pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak.

j. Program penyiapan tenaga pendamping kelompok Bina keluarga Balita.

(27)

1.4.2 Waktu KKL

Waktu yang di butuhkan oleh Mahasiswa untuk melaksanakan KKL (tahap Sosialisasi, bimbingan, penyetujuan dan pengumpulan KKL) yaitu di mulai sejak 02 Mei 2012 dan di rencanakan selesai pada saat pelaksanaan UAS semester ganjil 2012/2013. Berikut adalah tabel jadwal KKL :

Tabel 1.1 Jadwal KKL

Kegiatan

Tahun 2012

Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov

Penyusunan rancangan judul Penyusunan Usulan Penelitian Pengumpulan Data

(28)

14

LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Efektivitas

2.1.1 Pengertian Efektivitas

Pada umumnya efektivitas sering dihubungkan dengan efisiensi dalam pencapaian tujuan organisasi. Padahal suatu tujuan atau saran yang telah tercapai sesuai dengan rencana dapat dikatakan efektif, tetapi belum tentu efisien. Walaupun terjadi suatu peningkatan efektivitas dalam suatu organisasi maka belum tentu itu efisien. Jelasnya, jika sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya dapat dikatakan efektif. Jadi bila suatu pekerjaan itu tidak selesai sesuai waktu yang telah ditentukan, maka dapat dikatakan tidak efektif. Efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterkaitan antara nilai-nilai yang bervariasi.

Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Sedarmayanti dalam bukunya yang berjudul Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja mengenai pengertian efektivitas yaitu:

“Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat” (Sedarmayanti, 2001:59).

Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektif merupakan kata dasar, sementara kata sifat dari efektif adalah efektivitas. Menurut Effendy efektivitas adalah sebagai berikut: ”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan” (Effendy, 2003:14).

Pengertian efektivitas menurut Hadayaningrat dalam buku Azas-azas Organisasi Manajemen adalah sebagai berikut: “Efektivitas adalah

(29)

ditentukan sebelumnya” (Handayaningrat, 1996:16). Pendapat Hadayaningrat mengartikan efektivitas bisa diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas efektivitas adalah suatu komunikasi yang melalui proses tertentu, secara terukur yaitu tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah orang yang telah ditentukan. Apabila ketentuan tersebut berjalan dengan lancar, maka tujuan yang direncanakan akan tercapai sesuai dengan yang diinginkan.

2.1.2 Pendekatan Efektivitas

Robbins (1994:54) mengungkapkan juga mengenai pendekatan dalam efektivitas organisasi:

1. Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach). Pendekatan ini memandang bahwa keefektifan organisasi dapat dilihat dari pencapaian tujuannya (ends) daripada caranya (means). Kriteria pendekatan yang populer digunakan adalah memaksimalkan laba, memenangkan persaingan dan lain sebagainya. Metode manajemen yang terkait dengan pendekatan ini dekenal dengan Manajemen By Objectives (MBO) yaiutu falsafah manajemen yang menilai keefektifan organisasi dan anggotanya dengan cara menilai seberapa jauh mereka mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pendekatan sistem. Pendekatan ini menekankan bahwa untuk meningkatkan kelangsungan hidup organisasi, maka perlu diperhatikan adalah sumber daya manusianya, mempertahankan diri secara internal dan memperbaiki struktur organisasi dan pemanfaatan teknologi agar dapat berintegrasi dengan lingkungan yang darinya organisasi tersebut memerlukan dukungan terus menerus bagi kelangsungan hidupnya. 3. Pendekatan konstituensi-strategis. Pendekatan ini menekankan pada

pemenuhan tuntutan konstituensi itu di dalam lingkungan yang darinya orang tersebut memerlukan dukungan yang terus menerus bagi kelangsungan hidupnya.

4. Pendekatan nilai-nilai bersaing. Pendekatan ini mencoba mempersatukan ke tiga pendekatan diatas, masing-masing didasarkan atas suatu kelompok nilai. Masing-masing didasarkan atas suatu kelompok nilai. Masing-masing nilai selanjutnya lebih disukai berdasarkan daur hidup di mana organisasi itu berada.

(30)

kepuasan pada bagian-bagian organisasi (individual dan kelompok individu yang mempunyai peran dalam organisasi).

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

Berdasarkan pendekatan-pendekatan dalam efektivitas organisasi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi adalah sebagai berikut: (1) Adanya tujuan yang jelas,

(2) Struktur organisasi.

(3) Adanya dukungan atau partisipasi masyarakat, (4) Adanya sistem nilai yang dianut

(Robbins, 1994:57)

Organisasi akan berjalan terarah jika memiliki tujuan yang jelas. Adanya tujuan akan memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Selanjutnya tujuan organisasi mencakup beberapa fungsi diantaranya yaitu memberikan pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan yang akan datang yang senantiasa dikejar dan diwujudkan oleh organisasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi harus mendapat perhatian yang serius apabila ingin mewujudkan suatu efektivitas. Richard M Steers (1985:209) menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi efektivitas sebagai berikut:

Di bawah ini penulis menguraikan empat faktor yang mempengaruhi efektivitas, yang dikemukakan oleh Richard M Steers (1985:209):

1. Karakteristik Organisasi adalah hubungan yang sifatnya relatif tetap seperti susunan sumber daya manusia yang terdapat dalam organisasi. Struktur merupakan cara yang unik menempatkan manusia dalam rangka menciptakan sebuah organisasi. Dalam struktur, manusia ditempatkan sebagai bagian dari suatu hubungan yang relatif tetap yang akan menentukan pola interaksi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas. 2. Karakteristik Lingkungan, mencakup dua aspek. Aspek pertama adalah lingkungan ekstern yaitu lingkungan yang berada di luar batas organisasi dan sangat berpengaruh terhadap organisasi, terutama dalam pembuatan keputusan dan pengambilan tindakan. Aspek kedua adalah lingkungan intern yang dikenal sebagai iklim organisasi yaitu lingkungan yang secara keseluruhan dalam lingkungan organisasi.

(31)

perbedaan, akan tetapi kesadaran individu akan perbedaan itu sangat penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Jadi apabila suatu rganisasi menginginkan keberhasilan, organisasi tersebut harus dapat mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan organisasi.

4. Karakteristik Manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang dirancang untuk mengkondisikan semua hal yang di dalam organisasi sehingga efektivitas tercapai. Kebijakan dan praktek manajemen merupakan alat bagi pimpinan untuk mengarahkan setiap kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam melaksanakan kebijakan dan praktek manajemen harus memperhatikan manusia, tidak hanya mementingkan strategi dan mekanisme kerja saja. Mekanisme ini meliputi penyusunan tujuan strategis, pencarian dan pemanfaatan atas sumber daya, penciptaan lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, serta adaptasi terhadap perubahan lingkungan inovasi organisasi.

Berdasarkan uraian diatas faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas ada bisa dilihat dari karakteristik internal organisasi dan faktor lainnya adalah kualitas SDM aparatur, hubungan antar pegawai dan kemampuan atau kompetensi para aparatur.

2.1.4 Pengukuran Efektivitas

Dalam mengukur efektivitas suatu organisasi, harus memusatkan perhatian pada gejala dalam lingkup organisasi. Efektivitas selalu di ukur berdasarkan prestasi dan produktivitas. Steers (1985:87) mengemukakan bahwa efektivitas bersifat abstrak, oleh karena itu hendaknya efektivitas tidak dipandang sebagai keadaan akhir akan tetapi merupakan proses yang berkesinambungan dan perlu dipahami bahwa komponen dalam suatu program saling berhubungan satu sama lain dan bagaimana berbagai komponen ini memperbesar kemungkinan berhasilnya program.

Menurut pendapat David Krech, Ricard S. Cruthfied dan Egerton L. Ballachey dalam bukunya “Individual and Society” yang dikutip Sudarwan Danim (2004:119-120) dalam bukunya “Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok” menyebutkan ukuran efektivitas, sebagai berikut: 1. Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut berupa

(32)

2. Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektivitas ini dapat kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau banyaknya) dan dapat kualitatif (berdasarkan pada mutu).

3. Produk kreatif, artinya penciptaan hubungannya kondisi yang kondusif dengan dunia kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan kreativitas dan kemampuan.

4. Intensitas yang akan dicapai, artinya memiliki ketaatan yang tinggi dalam suatu tingkatan intens sesuatu, dimana adanya rasa saling memiliki dengan kadar yang tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa ukuran daripada efektifitas harus adanya suatu perbandingan antara masukan dan keluaran, ukuran daripada efektifitas harus adanya tingkat kepuasan dan adanya penciptaan hubungan kerja yang kondusif serta intensitas yang tinggi, artinya ukuran daripada efektivitas adanya keaadan rasa saling memiliki dengan tingkatan yang tinggi.

Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat bervariasi tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir. Menurut pendapat Cambell yang dikutip oleh Richard M. Steers (1985:46-48) dalam bukunya “Efektivitas Organisasi” menyebutkan beberapa ukuran dari pada efektivitas, yaitu:

1. Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi. 2. Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan.

3. Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan baik.

4. Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut.

5. Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah semua biaya dan kewajiban dipenuhi.

6. Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi sekarang dan masa lalunya.

7.

Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya sepanjang waktu.

8. Kecelakaan yaitu frekuensi dalam hal perbaikan yang berakibat pada kerugian waktu.

9. Semangat kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian tujuan, yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki.

(33)

11. Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan mengkoordinasikan.

12. Keluwesan adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk

mengubah prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk mencegah keterbekuan terhadap rangsangan lingkungan.

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Selain itu, menunjukan pada tingkat sejauh mana organisasi, program atau kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.

Untuk itu S. P. Siagian mengemukakan beberapa kriteria atau ukuran pencapaian tujuan atau sasaran secara efektif atau tidak efektif yaitu sebagai berikut :

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan agar pegawai dalam melaksanakan tugasnya mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai.

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, strategi merupakan suatu petunjuk yang diikuti dalam upaya pencapaian sasaran – sasaran yang telah ditentukan dalam pencapaian tujuan organisasi.

3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan, artinya kebijaksanaan harus mampu menjembatangi tujuan – tujuan dengan usaha – usaha pelaksanaan kegiatan operasional.

4. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya harus memutuskan sejak dini apa yang akan dikerjakan oleh organisasi di masa yang akan datang. 5. Penyusunan program yang tepat, suatu program yang baik masih perlu

dijabarkan dalam program – program pelaksanaan yang tepat.

6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi. 7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, dengan adanya program yang

direncanakan secara efektif dan efisien, maka pelaksanaan tugas organisasi semakin didekatkan dengan tujuan yang diharapkan.

8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik, mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

(34)

2.2 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli yang berkenaan dengan pendidikan dan pelatihan. Notoatmodjo (1992:21) mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.

Penggunaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi atau organisasi biasanya disatukan menjadi diklat (pendidikan dan pelatihan). Unit yang menangani pendidikan dan pelatihan pegawai lazim disebut PUSDIKLAT (Pusat pendidikan dan Pelatihan).

Simanjuntak (2001:92) mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan pelatihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi adalah upaya peningkatan kemampuan pegawai yang dalam penelitian ini dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.

Selanjutnya ada yang membedakan pengertian pendidikan dan pelatihan, antara lain Notoatmodjo. Menurut Notoadmodjo (1992:12) pendidikan di dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan. Sedang pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang.

(35)

Sedangkan Latoirner seperti dikutip oleh Saksono (1993:30) mengemukakan bahwa para pegawai dapat berkembang lebih pesat dan lebih baik serta bekerja lebih efisien apabila sebelum bekerja mereka menerima latihan di bawah bimbingan dan pengawasan seorang instruktur yang ahli.

Otto dan Glasser (1992:13) menggunakan istilah “training” (latihan) untuk usaha-usaha peningkatan pengetahuan maupun keterampilan pegawai, sehingga didalamnya sudah menyangkut pengertian “education” (pendidikan).

Mengenai perbedaan pengertian pendidikan dan pelatihan Martoyo (1992:50) mengemukakan bahwa meskipun keduanya ada perbedaan-perbedaan, namun perlu disadari bersama bahwa baik training (latihan) maupun development (pengembangan/pendidikan), kedua-duanya Menekankan peningkatan keterampilan ataupun kemampuan dalam human relations.

Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang diperlukan oleh suatu instansi atau organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan atau keterampilan pegawai yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu. Dalam suatu pelatihan orientasi atau penekanannya pada tugas yang harus dilaksanakan (job orientation), sedangkan pendidikan lebih pada pengembangan kemampuan umum.

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, ketrampilan serta sikap-sikap kerja yang kondusif bagi penampilan kinerja pegawai, diselenggarakan pendidikan dan pelatihan pegawai, dan diklat pegawai ini didasarkan atas analisis kebutuhan yang memadukan kondisi nyata kualitas tertentu selaras dengan program rencana jangka panjang organisasi.

(36)

fungsi yang diemban aparatur pemerintah tersebut, sebagaimana telah dijabarkan dalam berbagai bentuk peraturan perundang-undangan yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri tampak lebih bersifat terapi dan mengacu kepada urgensitas permasalahan yang dihadapi.

Ada dua strategi pendidikan/pelatihan yang dapat dilakukan organisasi, yaitu pendidikan yang dilakukan didalam organisasi tempat kerja pegawai (on the job training) dan pendidikan yang dilakukan diluar tempat kerja pegawai (off the job training). Strategi atau Metode “on the job training” dilakukan oleh instansi kepada pegawai dengan tetap bekerja sambil mengikuti pendidikan / pelatihan. Kegiatan ini meliputi rotasi kerja dimana pegawai pada waktu tertentu melakukan suatu rangkaian pekerjaan (job rotation). Pegawai secara internal dilatih dan dibimbing oleh pegawai lain yang berkemampuan tinggi dan mempunyai kewenangan melatih (Wilson, dkk,1983:12)

Menurut Wilson (1983:60) metode “off the job training” dilakukan diluar tempat kerja pegawai. Pendidikan/latihan mengacu pada simulasi pekerjaan yang sebenarnya. Tujuannya adalah untuk menghindarkan tekanan-tekanan yang mungkin mempengaruhi jalannya proses belajar. Metode ini dapat juga dilakukan di dalam kelas dengan seminar, kuliah dengan pemutaran film tentang pendidikan sumber daya manusia. “Job rotation” berkaitan dengan pemindahan sementara seorang/sekelompok pegawai dari satu posisi ke posisi lain, sehingga mereka dapat memperluas pengalaman terhadap berbagai aspek operasional instansi. Aktivitas kerja berkaitan dengan pemberian tugas yang penting kepada peserta pendidikan untuk mengembangkan pengalaman dan kecakapan.

Berdasarkan pembicaraan mengenai pengembangan SDM di atas, maka dapat disimpulkan bahwa SDM merupakan komponen terpenting dalam pendidikan dan pelatihan. Penggunaan mesin-mesin berteknologi tinggi tidak bermakna tanpa SDM menjadi prioritas utama yang perlu diperhatikan.

(37)

pekerjaan, termasuk pelayanan dan perencanaan. Cara meningkatkan dan mengembangkan SDM dengan pendidikan/ pelatihan, baik melalui on the job training maupun off the job training.

2.3. Pengertian KKB

Program KKB (Kependudukan dan Keluarga Berencana) merupakan suatu program Pemerintah untuk upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).

Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.

WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk: Mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga adalah upaya terencana untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk.

Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga kecil nan bahagia yang berkualitas (UU No 52 Th 2009).

2.4 Pengertian TPD/TPK

(38)

TPD/TPK juga merupakan tenaga operasional lini lapangan dengan pola kerja program KB di tingkat Desa dan Kelurahan, bekerja atau berfungsi sebagai komponen operasional program KB secara teratur, terencana dan terus menerus yang satu sama lain saling berkaitan, saling mempengaruhi dan saling menguntungkan secara sinergis dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Prinsip dari TPD/TPK adalah terselenggaranya berbagai pertemuan intern dan ekstern serta pelayanan KB dan pelayanan kontrasepsi, pembinaan, pencatatan dan pelaporan program KB di lapangan.

(39)

25

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kegiatan

Saya telah melaksanakan KKL di Bidang Pelatihan dan Pengembangan Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat dengan baik dan lancar, dan sebagai pengalaman saya sebelum terjun ke dunia kerja.

Pada hari pertama KKL, saya melakukan aktivitas kerja biasa seperti para PNS. kegiatan saya adalah semua hal yang berhubungan dengan substansi judul. Saya melaksanakan semua perintah dari pegawai dengan baik dan lancar.

Dibawah ini adalah semua kegiatan yang saya lakukan ketika melaksanakan KKL di BKKBN Provinsi Jawa Barat, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Kegiatan KKL

No Waktu Jenis Kegiatan

01 09-07-2012 Memproses surat pemanggilan atau undangan peserta diklat (fax).

02 10-07-2012 Mengarsipkan surat-surat masuk dan surat keluar. 03 11-07-2012 Merapihkan arsip-arsip surat dari tahun dari tahun

2010-sekarang, berdasarkan kode surat. 04 12-07-2012 Mendata nama peserta TPD yang akan dilatih.

05 13-07-2012 Menyiapkan daftar hadir dan alat tulis kantor untuk peserta diklat.

06 16-07-2012 Perbanyak materi diklat dan menyiapkan alat tulis kantor untuk di kelas.

(40)

09 19-07-2012 Membuat sertifikat peserta Diklat. 10 20-07-2012 Membantu menyusun laporan Diklat.

11 23-07-2012 Mendata barang-barang inventaris milik negara sesuai dengan penempatan ruang.

12 24-07-2012 Mengecek barang-barang milik negara yang sudah tidak layak pakai.

13 25-07-2012 Mempelajari program unit akuntansi kuasa pengguna barang.

14 26-07-2012 Evaluasi fasilitas Diklat dan perpustakaan.

15 27-07-2012 Evaluasi pemeliharaan fasilitas Diklat dan kebersihan kamar.

16 30-07-2012 Evaluasi kelancaran penyelenggaraan Diklat 17 31-07-2012 Evaluasi efektivitas program KKB bagi TPD/TPK.

. Pengalaman saya ketika melaksanakan praktek kerja diharapkan menjadikan saya lebih dewasa di dalam menghadapi persaingan dunia kerja yang semakin ketat. Karena setelah lulus kuliah nanti, saya harus bekerja keras untuk dapat berguna bagi masyarakat luas.

Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung kelancaran pelaksanaan KKL ini, seperti kepala BKKBN, para pegawai BKKBN, Seluruh Dosen IP Unikom dan Dosen Pembimbing. Dan teman-teman IP Unikom.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Efektivitas Diklat Program KKB Bagi TPD/TPK

Berbicara mengenai efektivitas diklat, maka kita akan mengukurnya berdasarkan tiga hal. Ketiga hal tersebut adalah pertama, adanya sejumlah sasaran yang hendak dicapai. Kedua, perencanaan dalam mencapai sasaran. Ketiga, proses dalam mewujudkan tujuan atau sasaran tersebut.

(41)

seluruh wilayah Jawa Barat dan merupakan orang-orang yang berkompeten mengidentifikasi area permasalahan di lapangan, penentuan prioritas dan substansi. Mekanisme dan prosedur pelaksanaan dapat dilaksanakan dengan baik karena pokok-pokok pengelolaan pendidikan dan pelatihan dikembangkan sesuai dengan permintaan, kebutuhan, dan keinginan calon peserta KB. Pemberdayaan masyarakat melalui program KB ini sangat berguna bagi masyarakat agar dapat mengatasi masalah-masalah kependudukan.

Materi-materi yang pelajari oleh TPD/TPK ketika melaksanakan Diklat adalah, panduan standard, kurikulum, bahan pembelajaran, media dan paket-paket pelatihan yang inovatif sesuai dengan kebutuhan pasar, kebutuhan program berbasis kompetensi. Pengembagan sarana dan prasarana diklat.

Berdasarkan pengamatan penulis ketika melakukan KKL di BKKBN Provinsi Jawa Barat maka dapat penulis simpulkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan bagi TPD/TPK untuk program KKB sangat efektif karena kompetensi dan kualitas SDM yang dimiliki TPD/TPK sangat mumpuni untuk mencapai tujuan program KKB.

Keberhasilan Program KB Nasional di Provinsi Jawa Barat, salah satu indikatornya adalah kemampuan TPD/TPK yang profesional. Dan memiliki integritas yang tinggi dalam membawa misi program KB Nasional. Kemampuan TPD/TPK dalam melakukan pengembangan isi pesan pada saat diklat tidak terlepas dari adanya pengendalian operasional yang dilakukan oleh petugas itu sendiri serta oleh staf kantor BKKBN Provinsi Jawa Barat.

3.2.1.1 Sasaran Program KKB Nasional Tiga sasaran Operasional Program KKB yaitu :

(42)

alat/obat kontrasepsi efektif suntik/pil atau kondom. Bagi PUS wanita usia 20 tahun sampai 30 tahun dipersilahkan hamil dan mengatur kehamilannya dengan prinsip hanya memiliki satu balita. Bagi usia PUS wanita lebih dari 30 tahun stop untuk hamil karena memasuki Resiko Tinggi Kematian Ibu dan Bayi lahir hidup.

2. Sasaran Antara adalah stakeholder, yaitu para pemegang kebijakan sebagai tokoh penentu baik aspek politis, budaya dan pelaku medis dalam melayani PUS yang ingin ber-KB.

Untuk meningkatkan kapasitas stakeholder tersebut dilakukan advokasi, latihan keterampilan tertentu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan peningkatan kesejahteraan keluarga dan teknis medis bagi pelaku medis (Dokter dan Bidan).

3. Sasaran umum adalah masyarakat, yaitu segenap lapisan masyarakat agar mampu berpartisipasi aktif dalam operasional program KB di lapangan misalnya para tokoh informal, LSM/IMP dll dengan prinsip kemitraan yang terbuka dan saling menguntungkan.

3.2.1.2 Tujuan Diklat Program KKB Bagi TPD/TPK

Banyak sekali tujuan yang ingin dicapai di dalam diklat ini, dibawah ini adalah tujuan diadakannya diklat program KKB bagi TPD/TPK, sebagai berikut :

1. Tersampaikannya informasi teknis maupun politis yang berkaitan dengan pengelolaan program KB atau program-program pembangunan pembangunan lainnya kepada pengelola program di Desa.

2. Terbentuknya kesepakatan operasional dari berbagai unsur terkait dalam pelaksanaan program KB di daerah.

3. Berlangsungnya pengelolaan program KB secara terencana, terstruktur dan terus menerus.

(43)

5. Setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan peserta memiliki wawasan tentang perkembangan program KKB.

6. Memahamai tugas, fungsi dan peran sebagai TPD/TPK.

7. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang pengelolaan program KKB.

8. Memiliki sikap kerjasama dan kemitraan pengelolaan program KKB. 3.2.1.3 Hasil Diklat Program KKB Bagi TPD/TPK

Hasil Diklat ini merupakan tahap persiapan dan pelaksanaan Tenaga Penggerak Desa/Tenaga Penggerak Kelurahan (TPD/TPK) ketika melaksanakan Pendidikan dan pelatihan program Kependudukan Keluarga Berencana (KKB).

1. Tahap Persiapan. a. Rapat persiapan

b. Penyusunan jadwal pelatihan

c. Penyiapan bahan materi, ATK dan peralatan. d. Pembagian pengajar

2. Tahap Pelaksanaan Pelatihan.

Tahap pelaksanaan merupakan teknik operasional lapangan atau pola kerja dan metode penggarapan program KB di tingkat Kelurahan atau Desa. Berikut tahap pelaksanaannya.

a. Proses pelatihan diawali dengan pembukaan oleh Kepala BKKBN Provinsi Jawa Barat.

b. Penjajakan awal terhadap pengetahuan peserta melalui test, yang hasilnya menjadi bahan masukan bagi Widyaiswara/Narasumber dalam menyampaikan materi.

c. Mengawali kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dinamika kelompok dengan tujuam menyiapkan sikap dan mental untuk belajar saling mengenal antara peserta.

d. Penyampaian materi oleh Widyaiswara bersama Narasumber.

(44)

Dan perlu diingat bahwa setiap peserta diklat dalam hal ini TPD/TPK dapat memahami rencana operasional yang akan dilaksanakan, setiap peserta merasa berkepentingan dan merasa saling diuntungkan apabila rencana operasional KB dilaksanakan, setiap peserta merasa dirinya bekerja sebagai suatu tim kerja, setiap peserta memiliki keyakinan dan kesungguhan bahwa pelaksanaan operasional dapat dilaksanakan.

Dibawah ini merupakan materi-materi atau bahan ketika para TPD/TPK melaksanakan diklat program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) di BKKBN Provinsi Jawa Barat.

Pokok-pokok pengelolaan dan pengembangan pendidikan dan pelatihan seperti yang tercantum pada sub-sistem diklat, meliputi: manajemen pendidikan dan pelatihan. Peningkatan kualitas institusi diklat, pengembangan program diklat dan pembinaan pengelolaan kediklatan. 1. Manajemen Pendidikan dan Pelatihan.

Institusi diklat mempunyai tanggung jawab menyiapkan SDM pengelola dan pelaksana program KB dalam hal ini TPD/TPK yang kompeten dan professional dalam melaksanakan program KB. Dalam mengelola program kediklatan, institusi diklat tersebut harus dapat memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan perkembangan program, kebutuhan masyarakat, dengan memanfaatkan teknologi sebagai teknologi pembelajaranm khususnya dalam mewujudkan visi program KB yaitu “Keluarga Berkualitas tahun 2015”.

Proses pengelolaan diklat merupakan suatu siklus/tahap yang saling berkaitan dan berkesinambungan, yang terdiri dari:

a. Tahap pertama : melakukan penjajakan atau identifikasi kebutuhan pelatihan (need assessment) yang bertujuan untuk mencari kesenjangan antara kompetensi yang ada dengan SDM yang dibutuhkan.

(45)

c. Tahap ketiga : membuat rancangan pembelajaran yang meliputi perkembangan kurikulum, bahan, media, instrument evaluasi, dan metoda pembelajaran. Rancangan pembelajaran dibuat sedemikian rupa sehingga menarik dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Pembelajaran berbasis kepada peserta dan kelompok (partisipatory/ peer based training)

 Mencari dan mengetahui hal-hal yang mutakhir dan sedang menjadi topik pembicaraan (discovery)

 Belajar melalui eksperimen (experimental learning)

 Belajar berbasis website (website online learning)

d. Tahap keempat : menyelenggarakan pelatihan dimulai dari pemanggilan peserta yang disesuaikan dengan prosedur berlaku dan melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metoda dan media sesuai rancangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

 Fasilitator adalah orang-orang yang memiliki kompetensi standar (mampu menguasai kelas, menyajikan materi dengan baik dan menarik, meguasai teknologi pendidikan, mampu berkomunikasi dengan baik, dapat menghidupkan suasana belajar, kaya dengan contoh-contoh, alternatif dan ilustrasi sesuai dengan materi yang diberikan)

 Suasana kelas sangat kondusif dan tidak kaku

 Siap dengan energizer

 Alokasi waktu disesuaikan dengan tujuan pengajaran.

e. Tahap kelima : melakukan evaluasi pelatihan baik yang bersifat formatif maupun sumatif terhadap peserta, fasilitator dan penyelenggaraan, serta evaluasi pasca pelatihan untuk memantau tenaga yang sudah dilatih. Selain itu, evaluasi juga dilakukan untuk melihatdampak diklat terhadap kinerja SDM yang sudah dilatih serta dampak kinerja SDM terhadapkemajuan operasional program.

(46)

pembelajaran (learning organization) yaitu: proses dan tipe belajar (learning); perkembangan organisasi (BKKBN atau lembaga yang

menangani program KB di kabupaten/kota); SDM pengelola dan pelaksana program termasuk tokoh masyarakat, institusi masyarakat pedesaan (IMP) serta keluarga sebagai klien; perkembangan pengetahuan dan teknologi yang dimanfaatkan dan mendukung proses belajar. Model LO seperti ini mengacu kepada model yang diperkenalkan oleh Marquardt.

Elemen learning merupakan elemen inti yang terjadi pada individu, kelompok dan organisasi,sedangkan elemen lainnya organisasi, SDM, pengetahuan dan teknologi dibutuhkan untukmengembangkan kelangsungan proses belajar dan menyempurnakan kualitas organisasi belajar.Terjadinya organisasi belajar akan mendorong SDM pengelola dan pelaksana program KB untuk belajar, berfikir kritis, serta membantu organisasi, belajar dari kesalahan dan keberhasilan sehingga dapat mengadaptasi perubahan lingkungan secara efektif.

2. Peningkatan Kualitas Institusi Diklat

Kualitas Institusi Diklat ditentukan oleh kualitas dan profesionalisme SDM pengelola dan pelaksana diklat, sarana prasarana yang mendukung proses pembelajaran dan pengembangan program diklat serta terjaringnya jejaring kerja dan forum komunikasi dengan mitra. Karena itu, peningkatan kualitas institusi diklat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme SDM struktural maupun fungsional pada Institusi Diklat tingkat Pusat dan Provinsi sehingga menjadi SDM yang dapat merubah pola pikir sesuai dengan perubahan lingkungan strategis dan kompeten dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Hal ini dapat dilakukan melalui program pelatihan yang reguler serta menerapkan Learning Organization di lingkungan institusi diklat.

(47)

c. Mengembangkan jejaring kerja dan forum komunikasi yang inovatif sebagai wahana diklat sesuai perkembangan program dan kebutuhan sasaran (stakeholders dan users) baik untuk diklat internasional, nasional dan lokal. Jejaring kerja dan kemitraan dapat dijalin dengan perguruan tinggi, LSM, badan diklat daerah dan lembaga pendidikan lainnya.

3. Pengembangan Program Diklat

Program-program kediklatan perlu dikemas secara inovatif dan kreatif dengan memperhatikan kebutuhan sasaran sesuai hasil need asessment, perkembangan program, dengan menggunakan teknologi yang memadai agar tercapai tujuan yang diharapkan serta mudah untuk dipasarkan. a. Mengembangkan model organisasi belajar di lingkungan unit-unit

kerja baik di pusat, provinsi melalui fasilitasi dan pendampingan (stewardship).

b. Mengembangkan program diklat yang berkaitan dengan perkembangan program KB dankependudukan serta program pembangunan lain yang ditugaskan oleh pemerintah sertayang dibutuhkan daerah.

Pengembangan program diklat yang dilaksanakan di pusat meliputi: a) Pengembangan panduan, kurikulum, dan bahan pembelajaran yang

inovatif dan sesuai dengantuntutan perkembangan program. Misalnya program KB dan kependudukan, perspektif genderdalam program KB dan KR, keterikatkan program KB dengan aspek pembangunan lainnya,manajemen program KB paradigma baru. b) Pengembangan modul standar yang dapat dikembangkan oleh

institusi diklat daerah sesuaikondisi wilayah.

c) Pengembangan prototipe media pembelajaran pembelajaran yang dapat dikembangkan didaerah.

(48)

e) Jenis pelatihan yang diselenggarakan di pusat difokuskan kepada pelatihan kepemimpinan (Diklatpim) dan TOT serta pelatihan lain yang bertujuan menyiapkan kemandirian intsitusi diklatprovinsi serta kemitraan dengan sektor lain di pusat.

Pengembangan program diklat yang dilaksanakan di institusi diklat daerah (provinsi) adalah sebagai berikut:

a) Pengembangan program diklat yang mencerminkan spesifik daerah sesuai dengan hasil need assessment yang telah dilakukan oleh institusi diklat di wilayah masing-masing denganmelibat lembaga yang menangani Program Kependudukan/KB di kabupaten/kota. Model pelatihannya dapat dalam bentuk orientasi, diklat percontohan, magang, laboratorium diklat, pendidikan jarak jauh. b) Pengembangan modul pembelajaran sesuai kebutuhan daerah.

Pengembangan modul yangtelah disusun oleh pusat atau dikembangkan sendiri sesuai karakteristik daerah.

c) Pengembangan panduan, kurikulum, media dan bahan pembelajaran yang disesuaikandengan perkembangan program KB dan kependudukan di daerah masing-masing.

d) Pemasaran program pelatihan strategis yang berkaitan dengan program kependudukan, KBKR serta program pelatihan strategis lainnya sesuai kebutuhan stakeholders di tingkat provinsi dan kabupaten/kota seperti strategic planning, strategic leadership dan learning organization (LO), logical frame work, pengembangan

potensi diri, diklat dasar umum bagi PKB, pembentukan karakter sejak dini (PKSD), pengaruh utama gender dan lain-lain.

e) Jenis pelatihan yang dikembangkan di provinsi atau di kabupaten/kota (melalui fasilitas institusi diklat provinsi) adalah sebagai berikut: [1] Diklat perjenjangan (Diklatpim tingkat III dan IV) dan manajemen

(49)

[2] Pelatihan teknis operasional meliputi pelatihan teknis medis (seperti pemasangan danpencabutan implant, insersi IUD, pencegahan infeksi, kontap dan lain-lain sesuai kebutuhan) dan pelatihan teknis subtansif yang merupakan jabaran dari kebijakan operasional seperti: UPPKS, pengutamaan gender, pembentukan karakter sejak dini, BKB, KRR, KIP/konseling) dan pelatihan strategis lainnya.

[3] Pelatihan fungsional yang bersifat kompetensi dasar dan kompetensi khusus sesuaikebutuhan daerah (kabupaten dan kota) seperti pelatihan jenjang PKB, pelatihanpimpro, pelatihan penulisan karya ilmiah bagi widyaiswara, dll.

[4] Pelatihan inovatif yang dikembangkan dari jenis-jenis pelatihan yang pernah diselenggarakan sebelumnya seperti Achievement Motivation Training (AMT)

[5] Mengembangkan program operasional spesifik yang dapat digunakan sebagaimodel/media pembelajaran bagi pelatihan internasional (OST-ITP BKKBN)

4. Pembinaan Pengelolaan KeDiklatan

Pembinaan dilakukan oleh Diklat Pusat ke Institusi Diklat Provinsi secara langsung. Pembinaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM, kualitas pengelolaan diklat provinsi dan kualitas fasilitasi kediklatan yang diselenggarakan di kabupaten/kota.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah :

a. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi dalam aspek teknis edukatif yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.

b. Melakukan pembinaan kualitas proses pembelajaran, baik yang dilaksanakan di dalam maupun di luar institusi diklat secara berjenjang dengan perencanaan yang matang.

(50)

d. Melakukan pembinaan terhadap tenaga fungsional widyaiswara dalam aspek kompetensi, pengembangan karakter dan prestasi melalui berbagai forum dan kegiatan yang difokuskan kepada hal-hal sebagai berikut:

1) Pengadaan jumlah widyaiswara di tingkat pusat minimal 15 orang dan maksimal 18 orang, sedangkan di provinsi masing-masing minimal 5 orang dan maksimal 7 orang

2) Pengangkatan widyaiswara disesuaikan dengan persyaratan administratif yang dikeluarkan oleh LAN-RI (SK nomor 810.E/I/10/ 6/2001)

3) Kompetensi yang harus dimiliki para widyaiswara meliputi bidang-bidang :

a) Kompetensi dasar tentang bidang teknis kediklatan (manajemen kediklatan dan teknologi pembelajaran)

b) Kompetensi teknis bidang Kependudukan KB-KR, gender, kepemimpinanan dan manajemen, advokasi dan KIE, pemberdayaan keluarga/pengembangan masyarakat.

c) Penilaian kegiatan widyaiswara secara berkala untuk memenuhi angka kredit sesuai jenjang kepangkatan yang dilakukan oleh tim penilai angka kredit pusat.

Pemanfaatan TPD/TPK dalam kegiatan internal maupun eksternal BKKBN dalam rangka meningkatkan wawasan terhadap program KB dan kependudukan dan program pembangunan serat bidang disiplin lainnya. 3.2.1.4 Evaluasi Pelaksanaan Diklat

Evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan sangat berguna untuk mengetahui dan mengukur akibat-akibat yang ditimbulkan oleh suatu tindakan pendidikan dan pelatihan.

(51)

kinerja pengelola program KB secara keseluruhan relatif sesuai kebutuhan program.

Untuk mengevaluasi hasil diklat ada beberapa aspek yang perlu dicermati sebagai berikut :

1. Nilai aspek akademis merupakan penjumlah nilai post tes sikap dan keterampilan.

a. Untuk menilai tingkat kemampuan, dilakukan pengukuran dengan menggunakan instrumen pre test dan post test, sehingga dapat diketahui prestasi masing-masing.

b. Untuk menilai sikap, dilakukan pengamatan selama proses pelatihan di kelas.

c. Untuk menilai keterampilan, dilakukan pengukuran dan pengamatan pada penugasan di kelas.

2. Penilaian terhadap fasilitator dan narasumber difokuskan pada performance pengajar yang mencakup 11 (sebelas) aspek, yaitu :

Tabel 3.2

Penilaian terhadap fasilitator atau narasumber

No Aspek yang dinilai Nilai

01. Sistematika penyajian 79,54

02. Kemampuan menyajikan/memfasilitasi 79,21

03. Ketepatan waktu 81,41

04. Penggunaan metode dan media diklat 78,45

05. Sikap dan perilaku 82,33

06. Cara menjawab dari peserta 78,75

07. Penggunaan bahasa 79,25

08. Memberikan motivasi kepada peserta 79,66

09. Penguasaan materi 81,69

10. Kerapihan berpakaian 82,56

11. Kerjasama antar fasilitator 80,96

(52)

Rata-rata 80,35

3. Penilaian terhadap penyelenggaraan pelatihan Penilaian meliputi 9 (sembilan) aspek yaitu :

Tabel 3.3

Penilaian terhadap penyelenggaraan pelatihan

No. Aspek yang dinilai Nilai

01. Efektivitas penyelenggaraan diklat 70,61 02. Kesiapan dan ketersediaan sarana diklat 71,36 03. Kesesuaian pelaksanaan program dengan rencana 68,79 04. Kebersihan kelas, asrama, ruang makan, toilet 72,42 05. Ketersediaan dan kelengkapan bahan diklat 69,70 06. Ketersediaan fasilitas olah raga, kesehatan dan ibadah 67,73 07. Penggunaan Audio Visual Aids (AVA) 66,67 08. Pelayanan terhadap peserta 73,64 09. Ruang perpustakaan dan bahan pustaka 67,88

Jumlah 628,08

Rata-rata 70,00

Gambar

Gambar 1.1 Struktur Organisasi BKKBN Provinsi Jawa Barat
Tabel 1.1 Jadwal KKL
Kegiatan KKLTabel 3.1
Tabel 3.2 Penilaian terhadap fasilitator atau narasumber
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data-data di atas dapat dibuat grafik faktor daya, arus beban, arus kapasitor, daya nyata, daya semu, daya reaktif sebelum dan sesudah perbaikan (baik secara manual

38 Syarat “tidak tertuduh” yang dimaksudkan al-Jazairi yaitu tidak tertuduh bahwa orang yang menjadi saksi tersebut bukan termasuk orang-orang yang kesaksiannya tidak

Hasil dari kegiatan pengabdian ini tidak hanya meningkatkan kemampuan para pengurus koperasi dalam membuat pembukuan dan manajemen koperasi tetapi dapat diterapkan juga

Pada kaitannya dalam penelitian ini penulis menganalisis gaya bahasa yang digunakan dalam Novel Tanah Surga Merah karya Arafat Nur.Setelah di analisis penulis

memperoleh pengalaman praktis yang sudah tentu akan sangat berguna dalam menunjang disiplin ilmu yang penulis miliki, juga untuk mengetahui sampai seberapa jauh

jiwa terhadap perilaku seksual. Akibat dari gangguan seksual itu timbul kejahatan-kejahatan yang melanggar norma-norma serta sistem hukum di Indonesia. Perilaku

Tujuan teoretis penelitian ini adalah mendeskripsikan hakikat kebahagiaan dan nilai- nilai moral Islam yang terkandung dalam novel ABP dengan menerapkan teori semiotika

Kondisi terbaik untuk produksi asam sitrat dengan metode fermentasi biak rendam adalah dengan menggunakan konsentrasi awal molase 30% (b/v) yang setara dengan