$ # # "
# # !
!
% "
&
' " (" '
# " (" ' ("
' & " (" ' "
" ! (" ' (
"
!"#$%&'()*+, -./012.34567 8*679:67.;<=>
: 4: 5*2.. ?@A
BCDE,:2.FGH/0IJ#%K
L/ ?@ABCDE,
%M:N=>./067=>. O PQ/0R8Q<ST%4)*UKV6WXYZ[L ST \]<=>" ST\]<=*R8Q/0OPQ^_"` abN ./067 .c]dEe OPQf4eD
UVAg Ch\]<=>:ij;<kl',%N ij<%EVAgFmk<n:op<eU4& ab<qr3: ./067 .OPQ :s5tuF:v:w:xy:zy:z{:{|=4CD
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah salah satu alat komunikasi terpenting dalam kehidupan sehari-hari karena dengan bahasa kita dapat menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain. Dalam menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan tersebut bahasa mempunyai tata cara agar dapat dimengerti oleh orang yang mendengarkan. Dalam bahasa ada yang memiliki ragam atau cara untuk berkomunikasi dengan baik dan sopan, dan adapun yang tidak memiliki ragam seperti misalnya dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia tidak memiliki ragam bahasa hormat atau bahasa halus untuk menjaga keakraban atau hormat baik itu terhadap lawan bicara yang lebih tua ataupun lawan bicara yang umurnya sederajat, tetapi dalam bahasa Indonesia hanya cukup dengan menggunakan intonasi atau cara menyampaikannya dengan baik.
netral. Ragam bahasa formal digunakan ketika seseorang berbicara tidak terlalu akrab dengan lawan bicaranya dan ragam bahasa informal digunakan ketika pembicara berbicara dengan kelompoknya atau dengan yang setingkat dengannya. (Makino etc.al, 19:42). Sehubungan dengan itu, Lakoff (1972) berpendapat bahwa terdapat tiga kaidah yang harus dipatuhi pada kesantunan berbahasa yaitu:
a. formality ‘formalitas’ b. hesitensy ‘ketidaktegasan’ c. equality ‘kesamaan’.
Bagi pembelajar bahasa Jepang yang berbahasa ibu bahasa Indonesia, sering mendapatkan kesulitan ketika menerima pelajaran yang berhubungan dengan ragam bahasa atau tingkat tutur. Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia cenderung netral dan hanya mengenal satu unsur, Sementara bahasa Jepang mengenal tingkat tutur yang berbeda menurut situasi percakapan, status sosial, usia, isi pembicaraan dan tingkat keakraban dengan si pembicara, tetapi dalam bahasa Indonesia cara menghormati lawan bicara bisa dengan hanya menggunakan intonasi yang baik.
hormat pada orang lain. Merendahkan diri dengan bahasa dan prilaku bukan berarti membuat kita rendah di mata lawan bicara namun justru dianggap tahu etika dan sopan santun. Bukan hanya dalam kehidupan sosial, seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa bahasa Jepang dan Bahasa Sunda sama-sama mengenal ragam hormat. Dalam bahasa Jepang ragam hormat lebih dikenal dengan sebutan Keigo yang terdiri dari tiga macam. Keigo merupakan ragam hormat bahasa halus yang dgunakan untuk menghormati topik pembicaraan, keigo
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sonkeigo 尊敬語 、Kenjoogo 謙譲語 、
Teineigo 丁寧語 .
Maka dari itu, penelitian yang akan dilakukan ini adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dalam penggunaan ragam hormat yang ada pada bahasa Jepang dan bahasa Sunda karena bagi penulis sangat menarik untuk diteliti. Dan diharapkan dengan adanya penelitian ini para pembelajar bahasa Jepang bisa lebih mudah mempelajari mengenai pemahaman penggunaan ragam hormat yang sangat penting untuk dipahami.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa Jepang? 2) Bagaimanakah pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa Sunda? 3) Bagaimanakah persamaan pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa
Jepang dan Sunda?
4) Bagaimanakah perbedaan pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa Jepang dan Sunda?
1.3 Batasan Masalah
Penganalisisan dibatasi hanya pada ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda. Ragam hormat yang akan dibahas disini adalah ragam hormat
bahasa Jepang, yaitu: sonkeigo 尊敬語 , kenjoogo 謙譲語 , teineigo 丁
寧 語 . Sedangkan ragam bahasa hormat dalam bahasa Sunda yang akan
1.4 Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa Jepang 2) Untuk mengetahui pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa Sunda 3) Untuk mengetahui persamaan pembentukan kata ragam hormat dalam
bahasa Jepang dan Sunda
4) Untuk mengetahui perbedaan pembentukan kata ragam hormat dalam bahasa jepang dan Sunda
1.5 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Secara teoritis adalah pemahaman mengenai penggunaan ragam hormat bagi para pembelajar bahasa Jepang khususnya dan penggunaan ragam hormat bahasa Sunda pada umumnya.
b. Secara praktis adalah menambah pengetahuan dengan adanya persamaan dan perbedaan mengenai ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda.
1.6 Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami istilah-istilah dalam penelitian ini, penulis mendefinisikannya sebagai berikut:
perkara, dan lain sebagainya) dengan Membandingkan dua bahasa dari sekomponennya secara sinkronik sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan dan kemiripan-kemiripan yang ada. Dari hasil temuan itu, dapat diduga adanya
penyimpangan-penyimpangan,pelanggara-pelanggaran, atau kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan para pembelajar bahasa. Jadi dengan analisis kontrastif ini penulis bisa
melihat bagaimana ragam hormat dalam bahasa Jepang dan bahasa Sunda sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai persamaan dan perbedaan pembentukan kata tersebut.
Penggunaan : Penggunaan yang dimaksud adalah bagaimana cara penggunaan keigo dan undak usuk basa sunda dilihat dari pembentukan kata.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan hasil penelitian ini sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penelitian.
BAB II LANDASAN TEORETIS
Bab ini berisi mengenai teori-teori yang berhubungan dengan bahasa, kebudayaan, dan penerjemahan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan mengenai metode penelitian, objek penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan prosedur penelitian
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan mengenai analisis kalimat yang terdapat dalam objek penelitian.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai simpulan dan saran dari dan terhadap hasil penelitian.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Ragam Hormat Bahasa Jepang
Berikut adalah hasil analisis pembentukan kata ragam hormat dalam
bahasa Jepang:
4.1.2 Sonkeigo
Sonkeigo memiliki pembentukkan kata khusus yang berfungsi untuk
menyatakan rasa hormat pada lawan bicara yang umurnya lebih tua. Berikut
analisis pembentukan kata untuk sonkeigo dengan cara sebagai berikut:
a. Bentuk khusus sonkeigo
Table 1. contoh bentuk verba khusus sonkeigo
Sonkeigo ( ) (arti)
, Makan/minum
Pergi, datang, ada (untuk
manusia)
Lihat
Berkata
Memberi
b. Dengan Pola
Table 2. contoh verba dengan bentuk
Sonkeigo ( ) (arti)
Pulang
Membaca
Menulis
Makan
Menereima
c. Contoh dengan Pola …+
Table 3. Contoh verba dengan pola renyookei …+
Berpikir
Menunggu
Tidur
Berdiri
Duduk
Bertemu
Meninggal
d. Dengan menambahkan prefix atau pada kata benda tabel 4. kata benda dengan prefiks
Sonkeigo ( ) (arti)
Rumah
Keluara
Barang bawaan
Kerja
Telepon
Pendapat
4.1.3 Kenjoogo
Berikut analisis pengunaan kenjoogo ketika bertutur kata untuk
menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara dengan cara merendahkan diri
sendiri. Merendahkan diri dengan bahasa dan prilaku bukan berarti membuat kita
rendah di mata lawan bicara namun justru dianggap tahu etika dan sopan santun.
Berikut analisis penggunaan kenjoogo dengan pembentukkan kata-kata sebagai
a. Bentuk kata kerja khusus/verba tidak beraturan
Table 5. verba khusus kenjoogo
Kenjoogo (arti)
Berpikir
Berkata
Mendengar
Melihat
Pergi, berkunjung
Pergi, datang
Bertemu
Mengetahui
Membaca
Menerima
Meminjam
b. Verba beraturan dengan menggunakan Pola …+ Table 6. bentuk pola …+ /
Kenjoogo (arti)
/ Bertemu
/ Memberitahu
/ Belajar
/ Membaca
/ Memohon
c. Pola ….
Tabel 7. bentuk pola ….
Kenjoogo (arti)
Pulang
Menunggu
Menulis
d. Memakai verba
Tabel 8.
Kenjoogo (arti)
Memberi
tahu/mengumumkan
Memberi
e. Bentuk Pronomina Persona
Tabel 9. Pronomina persona
Kenjoogo (arti)
Saya
4.1.4 Teineigo
Berikut analisis penggunaan Teineigo ketika seseorang menyebutkan
namanya dengan ungkapan rasa hormat terhadap lawan bicara (dengan
pertimbangan khusus terhadap lawan bicara). Pemakaian teineigo sama sekali
tidak ada hubungannya dengan menaikkan atau menurunkan derajat orang yang
dibicarakan. Berikut analisis penggunaan teineigo sebagai berikut:
a. Kata kerja
Tabel 10. bentuk
(arti)
Melakukan
Memberi
Berpikir
Ada(untuk manusia)
Berkata
Mendengar
Pergi, berkunjung
Pergi, datang
Bertemu
Pulang
Menunggu
Mengetahui
Membaca
Menulis
Mengirim
Makan
b. Kata Benda Bentuk
Tabel 11. bentuk
(arti)
Buku
Saya
c. Memakai prefiks atau pada kata-kata tertentu, seperti:
Tabel 12. prefiks dan
(arti)
Uang
Air
Sake
Orang tua
Pendapat
4.2 Ragam hormat dalam bahasa Sunda
Dari hasil analisis penggunaan bahasa Sunda ada yang harus dibedakan
saat berbicara kepada sesama (teman), orangtua, sampai anak kecil. Ini yang
dinamakan Undak usuk basa Sunda
Berikut adalah hasil analisis penggunaan ragam hormat dalam bahasa
Sunda adalah sebagai berikut:
4.2.1 Basa Kasar
Basa kasar digunakan kepada sesama, kepada teman yang sudah akrab.
Selain itu (jaman dulu) selalu dipakai juga untuk berbicara kepada orang yang
umur, pangkat dan kedudukannya dibawah si pembicara. Atau bisa juga
a. Kata kerja
Tabel 14. kata kerja basa kasar
Basa kasar Arti
Tempo, tenjo Lihat
Abus, asup Masuk
Angkir, ondang Undang
Anteur Antar
Baca Baca
Badami Kerjasama
Batuk Batuk
Bebeja Bicara
Bere Memberi
Balik Pulamg
Amprok Bertemu
Anggeus Selesai
Diuk Duduk
Ngising Buang air seni
Nyaring Bangun
Omong Bicara
Sare Tidur
Leumpang Jalan
Labuh Jatuh
Gawe Kerja
Cokot Ambil
b. Kata benda
Tabel 15. Kata benda basa kasar
Calana Celana
Ngaran Nama
Papatah Pepatah
Sirah Kepala
Surat Surat
Suku Kaki
Maneh Kamu
Leungeun Tangan
Dewek, kuring Saya
Ceuli Telinga
Beuteung Perut
Irung hidung
4.2.2 basa sedeng
Basa sedeng sering juga disebut sebagai bahasa lemes keur ka sorangan
(halus untuk diri sendiri), yaitu bahasa yang digunakan untuk diri sendiri seperti
misalnya berbicara menggunakan bahasa halus atau untuk berbicara kepada orang
yang lebih tua.
Selain itu bahasa Sedang juga dapat dipakai untuk berbicara kepada orang
yang belum dikenal atau akrab apabila yang mengajak berbicara menggunakan
a. Kata kerja
Tabel 16. kata kerja basa sedeng
Basa sedeng Arti
Miceun Buang air seni
Neda Makan
Bantun Ambil
Cicing Diam
b. kata benda
Tabel 17. Kata benda basa sedeng
Basa sedeng Arti
Ceuli Telinga
Wasta, nami Nama
Papatah Pepatah
Sirah Kepala
Serat Surat
Suku Kaki
Anjeun Kamu
Leungeun Tangan
Abdi, sim kuring Saya
Ceuli Telinga
Beuteung, padaharan Perut
4.2.3 Basa lemes
Basa lemes sering disebut juga sebagai bahasa lemes keur ka batur (bahasa
halus untuk orang lain). Bahasa ini digunakan untuk berbicara kepada orang yang
umurnya di atas pembicara dan untuk membicarakan orang yang pangkat,
kedudukan dan umurnya di atas kita. Bahasa halus juga dapat dipakai kepada
orang yang belum kita kenal.
a. Kata kerja
Tabel 18. Kata kerja basa lemes
Basa lemes Arti
Lebet Masuk
Wulang Mengajar
Aos Baca
Kuramas Keramas
Ngising Buang air kecil/besar
Mulih Pulang
Sumping Datang
Calik Duduk
Kabeuratan Buang air seni
Teu acan kulem Bangun
Saur Bicara
Kulem Tidur
Geubis Jatuh
Tuang Makan
Candak Ambil
Calik Diam
b. Kata benda
Tabel 19. Kata benda basa lemes
Basa lemes Arti
Pameunteu, raray Wajah
Cepil Telinga
Patuangan Perut
Pangambung Hidung
4.2.4 Basa lemes pisan
Basa lemes pisan dipakai untuk menghormati orang yang kedudukannya
lebih tinggi dari pembicara.
a. Kata kerja
Tabel 20. Kata kerja basa lemes pisan
Basa lemes pisan Arti
Linggih Duduk
Linggih Diam
Rawuh Datang
Lahir Bicara
b. Kata benda
Tabel 21. Kata benda basa lemes pisan
Basa lemes pisan Arti
Kakasih Nama
Piwejang Pepatah
4.2.5 Basa kasar pisan
Ragam bahasa ini dapat disebut juga sebagai bahasa cohag. Bahasa ini
biasanya dipakai oleh orang-orang yang sedang marah atau bertengkar dengan
maksud untuk saling menghina. Tetapi umumnya, ragam bahasa ini ditujukkan
untuk binatang karena jika ditujukkan pada manusia, bahasa ini akan terasa sangat
kasar dan menyinggung. Berikut adalah analisis basa kasar pisan :
a. Kata kerja
Tabel 22. Kata kerja basa kasar pisan
Basa kasar pisan Arti
Mantog Pergi
Molor Tidur
Deuleu Lihat
Banjut Bantu
Ngajedog Diam, tinggal
Nyatu, jajablog, hakan Makan
Nginum Minum
Banjut Bantu
Modol Buang air seni
Can hees, can molor Bangun
Ngabangus, ngabacot Bicara
Hees, molor Tidur
Deleh, deuleu Lihat
Gadag Kerja
Gubug Ambil
b. Kata benda
Tabel 23. Kata benda basa kasar pisan
Basa kasar pisan Arti
Sia Kamu
Modar Meninggal
Hulu, babatok Kepala
Cokor Kaki
Gegembung Perut
Jejebir Mulut
Hulu, babatok Kepala
Cokor, ceker Kaki
Sia Kamu
Kokod Tangan
Aing Saya
Jejebir Telinga
4.2.6 Basa panengah
Basa panengah dipakai untuk berbicara dengan orang yang pangkat dan
kedudukannya di bawah pembicara tetapi umurnya di atas pembicara. Basa
panengah dipakai juga ketika berbicara dengan orang yang menggunakan bahasa
halus dan orang yang dibicarakannya itu memiliki pangkat dan kedudukan di
bawah mereka, tetapi umurnya di atas mereka. Ragam bahasa ini tingkatannya ada
di bawah bahasa halus tetapi di atas bahasa kasar.
Berikut analisis basa panengah:
a. Kata kerja
Tabel 24. Kata kerja basa panengah
Basa panengah Arti
Sare Tidur
Dahar Makan
Mulang Datang
b. Kata benda
Tabel 25. Kata benda basa panengah
Basa panengah Arti
Parantos Selesai
Kapungkur Dulu
Pameunteu, raray Wajah
Patuangan Perut
4.2.7 Padanan kata bahasa Sunda
Table 26. padanan kata bahasa Sunda
Kata dasar Basa kasar Basa sedeng Basa lemes Basa lemes
pisan
Diam Cicing Cicing Calik Linggih Ngajedog
Ambil Cokot Bantun Candak x Gubug
Duduk Duik Diuk Calik Linggih x
Kerja Gawe Damel Damel x Gadag
Pergi Indit Mios Angkat x Mantog
Bangun Nyaring Nyaring Teu acan
kulem
x Can molor
Bicara Omong Sanggem Saur Lahir Ngabangus
Ngabacot
Wajah Beungeut Beungeut Pameunteu,
Raray
x Bebengok
Perut Beuteung Beuteung
Padaharan
Patuangan x Gegembung
Rambut Buuk Buuk Rambut x x
Nama Ngaran Wasta
Nami
Jenengan Kakasih x
Kepala Sirah Sirah Mastaka x Hulu,babatok
Kaki Suku Suku Sampean x Cokor,ceker
Surat Surat Serat x Tetesan x
Badan Awak Awak Salira x x
4.3 Persamaan Ragam Hormat Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda
Berikut hasil dari analisis pembahasan di atas terlihat bahwa bahasa
Jepang dan bahasa Sunda memiliki persamaan yang diantaranya:
Adanya kata khusus untuk kata kerja dilihat dari pembentukan kata.
berikut kata khusus bahasa Jepang dan bahasa Sunda:
Tabel 27. Keigo dalam bahasa Sunda
Bahasa Jepang Bahasa Sunda
Nguping
Nyaho
Uninga
Terang
Ngomong
Nyanggem
Nyarios
Gawe
Damel
Gawe
/ Mawa
Nyandak
ngabantun
Mere
Dari tabel di atas kita bisa melihat bagaimana persamaan kata khusus
bahasa Jepang yang ada pada kata khusus bahasa Sunda. Dari sini kita bisa
melihat persamaannya dilihat dari perubahan kata.
Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda memiliki istilah dalam tingkat tutur
bahasa. Tingkat tutur Dalam bahasa Jepang disebut dengan Keigo. Sedangkan
dalam bahasa Sunda disebut dengan Undak Usuk Basa atau UUBS.
Dalam keigo yang disebut dengan Sonkeigo dipakai ketika kita berbicara
kepada orang yang usia atau pangkatnya lebih tinggi. Sonkeigo ini hamper mirip
dengan hormat bahasa sunda yang disebut basa lemes ka batur atau basa lemes
pisan, cara pemakaiannya sama, yaitu sama-sama dipakai ketika kita berbicara
kepada orang yang usia atau pangkatnya lebih tinggi.
kenjoogo dipakai ketika kita berbicara bertutur kata dengan menyatakan
rasa hormat terhadap lawan bicara dengan cara merendahkan diri sendiri atau
menyatakan rasa hormat terhadap teman orang yang dibicarakan dengan cara
merendahkan orang yang dibicarakan. Kenjoogo sama hal nya dalam Undak usuk
basa Sunda yang disebut basa lemes keur ka sorangan atau basa lemes yang
sama-sama dipakai untuk merendahkan diri.
Merendahkan diri dengan bahasa dan prilaku bukan berarti membuat kita
rendah di mata lawan bicara namun justru dianggap tahu etika dan sopan santun
Teineigo dipakai untuk menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara
baik lawan biacara yang sudah dikenal maupun belum dikenal. Dalam Undak
Usuk basa Sunda yang disebut basa sedeng sama-sama dipakai ketika kita
kata lain kedua ragam bahasa ini sama-sama dianggap aman pemakaiannya ketika
berbicara dengan siapa pun baik lawan bicara yang yang usianya lebih tua atau
pun sederajat.
Keigo dan Undak Usuk Basa Sunda sama-sama memiliki penentu
parameter sebagai berikut :
1.) Usia tua atau muda, senior atau yunior
2.) Status atasan atau bawahan, guru atau murid
3.) Jenis kelamin pria atau wanita (wanita lebih banyak menggunakan
Ragam hormat)
4.) Keakraban orang dalam atau orang luar (terhadap orang luar
Memakai ragam hormat)
5.) Pribadi atau umum rapat, upacara, atau kegiatan apa
4.4 Perbedaan Ragam hormat bahasa Jepang dan Bahasa Sunda
Berikut adalah hasil analisis dari perbedaan Ragam hormat bahasa Jepang
dan bahasa Sunda dilihat dari:
4.4.1 Pembentukkan kata kerja
Cara pembentukkan kata kerja dalam Ragam hormat bahasa Jepang dan
bahasa Sunda berbeda. Dalam bahasa Jepang pembentukan kata kerja dilakukan
dengan cara merubah bentuk kata dengan memakain aturan-aturan tersendiri
seperti contoh pada sonkeigo yaitu dengan pola +… . Sedangkan dalam
melainkan kata-kata tersebut diganti sesuai dengan situasi pembicaraan, seperti
basa kasar untuk menghaluskan kata tersebut hanya diganti dengan basa lemes.
Dalam bahasa Jepang penggunaan ragam hormat dilakukan dengan cara
merubah bentuk kalimat.
Contoh kalimat:
pembentukan kata, tetapi untuk menunjukkan kata hormat tersebut hanya diganti
dengan kata yang tepat seperti contoh di atas yaitu kata balik yang berasal dari
basa kasar diganti dengan basa lemes yaitu mulih.
2. …
Bahasa Jepang: → →
3.)
Bahasa Sunda : wangsul →mulih
4.) Pak Guru parantos mulih
‘Pak guru sudah pulang’
b. Kenjoogo
1. …+
Bahasa Jepang : →
5.)
Watashi wa ongaku o okiki suru
Bahasa Sunda : dangu → nguping 6.) Abdi ngupingkeun lagu
‘Saya mendengarkan musik’
2. ….
Bahasa Jepang : →
7.)
Ima watashi wa kaeraseteitadakimasu
Bahasa Sunda : wangsul → mulih Abdi bade mulih
4.4.2 Pembentukan Kata benda
Cara pembentukkan kata dalam Ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa
Sunda berbeda. Dalam bahasa Jepang untuk menghormati benda yang ditujukkan
kepada orang lain atau diri sendiri dengan menggunakan / K.Benda.
Sedangkan dalam bahasa Sunda untuk menghormati benda yang ditujukkan untuk
orang lain atau diri sendiri adalah dengan menggunakan kosa kata halus, contoh:
huntu → waos, leungun→ panangan dsb.
Untuk kata benda dengan menggunakan prefiks atau
1. Awalan …
Bahasa Jepang : →
8.)
Odenwa wa nan ban desuka
Bahasa Sunda : telepon → telepon
9.) Sabaraha nomer telepon teh?
‘Berapa nomor teleponnya?’
2. Awalan …
Bahasa Jepang : →
10. )
Gokazoku wa doko desuka
Bahasa Sunda : keluarga → kulawarga 11.) Aya di mana kulawargi?
Dari contoh kalimat diatas terlihat dalam kalimat bahasa Jepang
mengalami perubahan dengan menambahkan imbuhan. Sedangkan dalam bahasa
Sunda kata benda tidak mengalami perubahan melainkan kata benda tersebut
diganti dengan kata halus atau yang lebih tepat untuk pemakaiannya.
4.4.3 Jumlah tingkat Tutur
Jumlah Ragam hormat dalam bahasa Jepang dan bahasa Sunda tentu
sangat berbeda. Ragam hormat dalam bahasa Jepang ada tiga jenis, yaitu:
Sonkeigo, Kenjoogo, Teineigo. Sedangkan dalam bahasa Sunda ada enam jenis,
yaitu: Basa lemes (bahasa yang umum digunakan), Basa lemes pisan (bahasa yang
saat ini jarang dipakai/umumnya orang tua/nenek kakek yang sering memakainya),
Basa kasar (bahasa yang umumnya dipakai kepada teman atau orang yang sangat
akrab), Basa kasar pisan (bahasa yang umumnya dipakai ketika sedang marah dan
ditujukan untuk binatang), Basa sedeng, Basa penengah.
4.4.4 basa lemes (bahasa halus) untuk diri sendiri dan untuk orang lain.
Dalam bahasa Sunda mengenal tata bahasa yang penggunaannya khusus
dipakai untuk diri sendiri dan utnuk orang lain. Orang-orang Sunda sering
menyebutnya dengan basa lemes keur ka batur jeung ka sorangan (bahasa halus
untuk diri sendiri dan untuk orang lain). Contoh untuk diri sendiri :
12.) ‘Abdi kamari neda sareng lauk’
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis penggunaan ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda pada bab IV, penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1 Pembentukan kata Ragam Hormat Bahasa Jepang
Kata dalam ragam hormat bahasa Jepang memiliki pembentukan kata untuk menyatakan rasa hormat dan merendahkan diri.
5.1.2 Pembentukan kata Ragam Hormat Bahasa Sunda
Kata dalam ragam hormat bahasa Sunda sama sekali tidak mengalami perubahan bentuk untuk menunjukan rasa hormat maupun merendahkan diri, tetapi suatu kata dalam bahasa Sunda hanya mengalami perubahan/penggantian kata biasa ke kata yang lebih tepat untuk pemakaiannya.
5.1.3 Persamaan Pembentukan kata Ragam Hormat Bahasa Jepang dan
Bahasa Sunda
Persamaan kata dalam ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda, kedua bahasa tersebut sama-sama memiliki kata-kata khusus dalam penggunaanya.
5.1.4 Perbedaan Pembentukan kata Ragam Hormat Bahasa Jepang dan
Bahasa Sunda
Perbedaan kedua bahasa tersebut adalah dalam bahasa Jepang memiliki aturan dalam pembentukan kata, tetapi dalam bahasa Sunda tidak ada aturan dalam hal pembentukan kata, tetapi dalam bahasa Sunda memiliki
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, lebih lanjut penulis
memberikan kesimpulan guna adanya perubahan ke arah yang lebih baik dan
sebagai bahan evaluasi studi mahasiswa.
1.) Bagi instansi pendidikan
a. Peningkatan bobot pembelajaran mengenai keigo yang diharapkan akan
dapat menjadikan mahasiswa merasa lebih familiar mengenai ragam
bahasa Jepang ini.
b. Tersedianya buku-buku yang lebih lengkap untuk pembelajaran mengenai
apa saja, dan bagaimanakah ragam hormat bahasa Jepang.
c. Gunakanlah etika sopan santun seperti ragam hormat dalam kegiatan
formal maupun non-formal agar selalu terjalin komunikasi yang baik.
2.) Bagi pembelajar
a. Intensitas penggunaan keigo dalam percakapan maupun tulis, baik di
dalam kelas maupun dalam kegiatan informal lainnya seperti benkyou kai
sebaiknya lebih ditingkatkan.
b. Pembelajaran mengenai keigo hendaknya tidak hanya dilakukan di dalam
kelas saja, agar lebih optimal penggunaannya, penulis menyarankan agar
pembelajar harus lebih memiliki inisiatif belajar.
c. Bagi pembelajar bahasa Jepang yang berbahasa ibu bahasa Sunda,
diharapkan bisa lebih mencintai bahasanya, karena dengan kita
memahami bahasa Sunda, kita akan mudah dalam mempelajari dan
d. Diharapkan adanya pembelajaran mengenai keigo secara menyeluruh seperti yang telah dibahas dalam wawancara yaitu setelah sonkeigo, kenjoogo, dan teineigo masih terdapat jenis yang lain seperti bikago, dan
!! " #$% &
% &
'
%
(
) ) *
) )
)
+
%
+
,
)
)
& +
+ )
/ % ( 0&
& $--1" %
/
) )
%
2
! "3%
+
) )
-" %
* ,
%
)
)
!1" $% 4 &
$-- "#%
% /
!1"$%
)
+
! ".% &
!#"- %
& )
6
)
)
2
"
% " )
$% "
)
#% )
3% )
)
%
,
( 7 )
& 7
&
,
,
* &
*
)
* &
+ !$" !3% /
&
, 8 !3" 3-%
/ (
, "91% &
&
: &
&
7 7 ; < ;
8
&
"3$%
( 9$% &
"
< ;
< ;
< ;
! " !
8
"
% 8 =
, 2 2
$% 8
)
#% 8
=
& *
3% 8 =
)
# $ % &
:
' $---% 8
: %
'
+
) "
%
<* ;
$ %
< ;
# %
; ;
3 %
< >;
. % !"#$%&
< ?;
* ' < ;
&
< ;
/ )
/ )
2 2
& 2
!3 " $#!% 5 &
@ $ "
.3%
0 & ! " $$9%
%
% % :
&
@ 2
" 3 % &
"
% 6
$ % &
3 % +
%
. % A )
1 %
9 %
%
@ + ! " .3%
! ( 5 "
!$ " # ) #$%
, 0 & ! " $$!% #
, )
' .-) .1%
% " ()*
$% ! +,*
#% $ -.*
#
()*/
% "
& 5 !. " #$%
0 !. " $.% &
) )
% *
*
/ "
< & ;
, &
< ;
&
"
/ "
B < ;
% B < ;
& B < ; < ;
' B < ; < ; < ;
B < ;
B
B
B )
B
/ / )/
"
B < ,
( ;
& ( ;
( < ;
#
! 5
& 5 !." #$% *
0 !."$9%
&
)
) +
< '
( < ;
( < ;
( < ;
( < ;
/ /
"
( < ;
(
(
" (
" (
#
$
)
5 !." # % 0 , !."$!%
& &
%
+ +
* <+ ) ;
= ,
" 66, %
) ) / " 66, %
7 %
7
8
% & ) ) / "
"
/
$ /
0 /
3 / 1
. / 1
1 / 1
'
, *
%
= "
& 2,* *
< & 8 ; *
< (! ?; * * %
<F 8 ; & * %
, 8 # " .%
'
,
%
= "
1 , 3 + 1
+ 4 ,
<* ; * ;%
< 8 ;%
'
,
% ,
,
= "
/ 5 ''+ / 1 , 3
1 " 3 &
<+ , ( '' , ;
+ % , 8 # " .%
' #
8
= "
& * ' / 1 % 2,
< ' , A ?;%
, 8 # " 3#%
' '
8 ,
= "
* * * 1 * 6,
>; *
% , 8 # " 3#%
' )
8
& 8
& 8
&
= "
+ 7 2, / 1 7
<+ *( + ?; , F
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode adalah cara sistematis dalam melakukan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk mengetahui kebenaran dari suatu permasalahan. Sedangkan
penelitian adalah pencarian, pengumpulan, penganalisisan suatu objek yang
dilakukan berdasarkan teori serta cara-cara yang sistematis untuk memperoleh
jawaban atas suatu masalah yang bersifat keilmuan, atau untuk menguji hipotesis
dalam pengembangan prinsip-prinsip umum (Badudu-Zain 1996:1462).
Usaha penulis untuk menghasilkan sebuah penelitian yang kebenarannya
dapat dipertanggung jawabkan, dibutuhkan tahapan atau proses yang harus
dilakukan oleh penulis. Tahapan ini diantaranya pencarian, pengumpulan, dan
analisis data. Dalam penelitian ini, pencarian data dilakukan dengan cara
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya mengenai penggunaan ragam hormat
dalam bahasa Jepang dan bahasa Sunda dari berbagai sumber, seperti studi
pustaka, internet, dan melakukan wawancara dengan berbagai nara sumber.
Pencarian data dari berbagai sumber ini dilakukan agar peneliti memiliki
informasi yang aktual untuk melakukan penelitian.
Setelah data dan informasi yang diperoleh dari proses pencarian data dirasa sudah
memenuhi target penulis dalam upaya pengumpulan data, maka langkah
selanjutnya yaitu pengumpulan data. Data-data yang sudah diperoleh dari
saati itu. Data mengenai ragam hormat bahasa Jepang dan bahasa Sunda
dipisahkan agar tidak tercampur sehingga dapat mengurangi kesalah pahaman
dalam mengartikan data, dan informasi tersebut.
Langkah-langkah selanjutnya ketika semua data sudah terkumpul dan
disusun sedemikian rupa, barulah penulis melakukan analisis terhadap data dan
informasi tersebut. Proses analisis data ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti
mendapatkan kesimpulan dari berbagai data yang tersedia, sehingga nantinya data
dan informasi yang disajikan dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya, karena data dan informasi yang dirumuska penulis berasal dari
berbagai sumber yang kredibel dalam bahasan tersebut, dalam hal ini kredibel
dalam menghasilkan data dan informasi mengenai ragam hormat bahasa Jepang
dan bahasa Sunda.
Dengan kata lain, metode yang penulis gunakan yaitu metode deskriptif.
Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan, dengan
maksud untuk menemukan unsur-unsurnya, kemudian dianalisis, bahkan juga
diperbandingkan (Nyoman Kutha Ratna, 2004:53). Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa metode deskriptif adalah sebuah cara atau tekhnik yang dilakukan untuk
memaparkan suatu permasalahan sehingga dapat dengan jelas di analisis dan
ditarik kesimpulan.
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kata-kata yang terdapat pada ragam hormat
bahasa Jepang bersumber dari buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang karya
Drs. Sudjianto, M.Hum dengan Drs. Ahmad Dahidi, M.A. cetakan tahun 2009,
Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang karya Drs. Dedi Sutedi, M.A. cetakan
tahun 2003, 10 karya ,
cetakan tahun 1988, dan untuk bahasa Sunda bersumber dari Kamus
Undak Usuk Basa Sunda karya Drs. Budi Rahayu Tamsyah cetakan tahun 1993.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa
cara, diantaranya yaitu:
1.) Wawancara Mendalam (Depth Interview)
Wawancara dimana penulis melakukan Percakapan dengan melibatkan
tokoh sastrawan yaitu Eddy D Iskandar yang dimana beliau adalah seorang
penulis novel dan penulis cerita-cerita pendek bahasa Sunda dan lebih
mengenal bahasa Sunda. Selain itu penulis melakukan percakapan dengan
melibatkan mahasiswa yaitu Inu Isnaeni Sidiq yang dimana beliau adalah
seorang mahasiswa yang kini sedang melakukan studi S3 tentang
linguistik bahasa Jepang dan yang sebelumnya beliau melakukan
penelitian yang hampir mirip dengan penelitian yang penulis lakukan saat
ini dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bermaksud untuk
mencari informasi dan membandingkan kesamaan isi pernyataan dari
dan data bisa menjadi lebih akurat. Hal ini untuk memudahkan penulis
dalam mencari data di lapangan.
2.) Metode dokumentasi (Studi kepustakaan), dimana sejumlah besar fakta
dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sifat utama
data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang
kepada penulis untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu
silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu
buku-buku, kamus bahasa Jepang maupun bahasa Sunda yang tersimpan di
perpustakaan, website dan lain-lain.
3.4 Teknik Analisis Data
Data diolah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu hasil
penelitian serta analisanya diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk
narasi, kemudian dari analisis yang telah dilakukan diambil suatu kesimpulan.
Langkah-langkah analisis data yang dilakukan sebagai berikut:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (Moleong, 2001: 178-179). Sedangkan dalam
buku Memahami Penelitian Kualitatif, Sugiyono menyebutkan bahwa
triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,
dan berbagai waktu. Oleh karena itu beberapa pernyataan tersebut penulis
lakukan. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiangulasi
dengan sumber, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara. Wawancara akan dilakukan dengan ahli yang
kompeten.
2. Membandingkan hasil wawancara ahli dengan dokumen dan
Data Pribadi
Nama : Yogi Gindarsyah
Tempat, Tanggal lahir : Bandung, 15 November 1986
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki - laki
Alamat : Jalan Kopo no.160 Rt.4.Rw7
Telepon : 087822606665
Kewarganegaraan : Indonesia
Tinggi badan : 172
Berat badan : 54
Hobi : Music
Cita - cita : Duta besar Indonesia untuk Jepang
Pendidikan Formal
2006 - 2010 : Universitas Komputer Indonesia, Jurusan Sastra
Jepang IPK 3,03
2009 : Karyawan chuuou bunkou gakuin
Kemampuan Bahasa
Indonesia Sangat baik
Jepang Baik
Hormat saya,
SKRIPSI
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
Kata Pengantar
Ucapan Terima Kasih
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah……….1
1.2 Rumusan masalah………...4
1.3 Batasan Masalah………...4
1.4 Tujuan Penelitian………...5
1.5 Manfaat Penelitian……….5
1.6 Definis Operasional………5
1.7 Sistematika Penulisan……….7
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Kontrastif………8
2.2 Pengertian Bahasa……….9
2.3 Ragam Bahasa………..13
2.4 Ragam Hormat Bahasa Jepang……….15
2.5 Ragam Hromat Bahasa Sunda………..24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian………29
4.2 Ragam Hormat Bahasa Sunda……….41 4.3 Persamaan Ragam Hormat Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda……...58 4.4 Perbedaan Ragam Hormat Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda ……...61 BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan……….66 5.2 Saran………..67 Daftar Pustaka………69 SINOPSIS
LAMPIRAN
dan anugerah-Nya yang diberikan kepada penulis, skripsi dengan judul
“Analisis Kontrastif Penggunaan Ragam Hormat Bahasa Jepang dan Bahasa
Sunda” ini akhirnya dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan sumbangan
pikiran berupa kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi pembelajar bahasa Jepang dalam menguasai
Ragam Hormat Bahasa Jepang maupun Bahasa Sunda. Amin.
Bandung, Agustus 2010