• Tidak ada hasil yang ditemukan

Citra Diri Penyanyi Wanita Ketika Tampil Di Atas Panggung (Study Dramaturgis Dengan Pendekatan Interaksi Simbolik Tentang Citra Diri Penyanyi Dangdut Wanita Di Kota Cimahi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Citra Diri Penyanyi Wanita Ketika Tampil Di Atas Panggung (Study Dramaturgis Dengan Pendekatan Interaksi Simbolik Tentang Citra Diri Penyanyi Dangdut Wanita Di Kota Cimahi)"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

."-[P~~[PM~u&~

M~~~@I

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

JL. DipatiUkur No. 144 Lt. 7 Bandung 40132

Telp.

022-2533825

ext. 112 Fax.

022-2533754

""'~~",p:r~ 'I..

'!> ~/ " ...?' 'tc ~

\

f

~.

~

PI

,?

.

.

/

SURAT KETERANGAN

PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF

Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini, penulis dan informan di tempat penelitian,

bersedia :

"bahwa hasil penelitian dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk

kepentingan riset dan pendidikan".

Bandung,

Maret 2012

Penulis

Informan Penelitian

~

Rissa. Pumama Nim.41807130

Rudi

(2)

Tentang Citra Diri Penyanyi Dangdut Wanita

di Kota Cimahi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Gelar Sarjana

Program Study Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh:

Rissa Purnama

Nim : 41807130

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(3)
(4)

iii

TAMPIL DI ATAS PANGGUNG

(Study Dramaturgis Dengan Pendekatan Interaksi Simbolik Tentang

Citra Diri Penyanyi Dangdut Wanita Di Kota Cimahi)

Oleh:

RISSA PURNAMA

NIM. 41807130

Pembimbing,

Arie Prasetio, M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Citra Diri seorang penyanyi dangdut wanita ketika tampil di atas panggung. Penelian ini menggunakan Studi Dramaturgis dengan Pendekatan Interaksi Simbolik. Dengan pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling yang berjumlah enam orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi berperan serta, studi literatur, studi dokumentasi, dan penelusuran data online. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penyanyi dangdut wanita dapat memainkan peran yang berbeda dalam kehidupannya, ketika berada dipanggung depan mereka hampir semuanya memerankan panggung depan dengan baik, mulai dari pencitraan diri dari cara berpakaian minim, make up berlebihan, dan juga mereka menampilkan goyangan yang sesuai dengan irama musik. Mereka melakukan itu dengan sengaja agar di pandang sebagai penyanyi dangdut professional. Berbeda dengan panggung tengah, dimana mereka melakukan latihan rutin, dan mencoba berbagai macam tata rias, baju, dan memadupadankan goyangan dengan lagu yang akan di bawakan. Kemudian pada tahap ini juga mereka melakukan atau proses pencitraan diri, agar pandangan penonton sesuai dengan yang di harapkan. Sedangkan pada panggung belakang mereka menunjukan karakter asli mereka menjalani kehidupan seperti ibu rumah tangga atau mahasiswa seperti biasanya.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Citra diri penyanyi dangdut wanita dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu tergantung dari bagaimana mereka ingin di pandang oleh orang lain.

(5)

iii

APPEARED ON STAGE

(A Dramaturgis Study WithSymbolicInteractionAboutSelf Image dangdutsingerWomen'sInCimahiTown)

By :

RissaPurnama

NIM. 41807067

This research is under guidance of :

AriePrasetio, M.Si

This studyto determinehow Self-Image of a woman dangdut singer this study Dramaturgis Symbolic Interaction.This studyused qualitative methodswithinformants, amounting to six people. Withthe selection of informants using purposive sampling techniques. Data were obtained throughin – depth interviews, participant observation, literature study, study documentation, and search data online. The data analysis techniques used are data collection, data redusction, data representation, inference, and evaluation.

The results showed that female dangdut singer could play different roles in life, when in front of the stage they almost all play well next stage, from the self-image of scantily clad way, excessive makeup, and they also show that sway to the rhythm music. They did that on purpose so that in view of the professional dangdut singer. In contrast to the middle stage, where they do regular exercise, and try different kinds of makeup, clothes, and mix and shake with songs that will bring. Then at this stage they do or the imaging process itself, so that the view according to which the audience would expect. While on the stage behind them showing their true character through life as a housewife or a student as ever.

From the research results can be concluded that self - image of a woman dangdut singer may change from time to time depending on how they wanted was viewed by others.

(6)

v

Assalammualaikum wr.wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melibatkan rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Citra Diri Penyanyi Dangdut Wanita Ketika Tampil di Atas Panggung (Study Dramaturgis dengan Pendekatan Interaksi Simbolik Tentang Citra Diri Penyanyi Dangdut Wanita di Kota Cimahi) . Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu kelulusan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unikom Bandung.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu Peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun kepada semua pihak Apabila ada kesalahan atau kata-kata yang kurang berkenan. Peneliti berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil apabiladilakukan oleh peneliti sendiri, tetapi skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang membantu, baiksecara langsung maupun tidak langsung.

Dalam kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan laporan kerja praktek ini. Secara khusus penulis sampaikan terima kasih kepada :

1. Yth. Prof. DR. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, Selaku Dekan FISIP

(7)

vi

melakukan aktivitas perkuliahan maupun saat mengurus berbagai perijinan yang cukup membantu kelancaran penulisan, serta banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan ketika beliau mengajar.

3. Yth. Melly Maulin S.Sos. M.Si Selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi dan

Public RelationsUniversitas Komputer Indonesia Bandung.

4. Yth. Arie Prasetio, M.Si, Selaku Dosen pembimbing Peneliti yang memberikan

arahan, dukungan, kesabaran, dan semangat selama penulis melakukan penelitian.

5. Yth. Rismawaty S.Sos. M.Si, Selaku Dosen wali sekaligus pengajar Pengantar

Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia Bandung

6. Yth. Desayu Eka Surya S.Sos. M.Si, Selaku Dosen pengajar Metode Penelitian

Kualitatif dan Kuantitatif Universitas Komputer Indonesia Bandung.

7. Yth. Iin Rahmi S.Sos,. M.I.Kom, Selaku Dosen yang telah banyak memberikan

masukan dan bimbingan, berbagai ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.

8. Yth. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer

Indonesia Bandung yang telah ikut membantu setiap proses untuk penelitian.

9. Yth. Astri ikawati A.md. kom dan RR. Sri Intan F., S.I.Kom Selaku Staf

(8)

vii

11. SeluruhInforman yang telah memberikan informasi yang berguna bagi peneliti.

12. Riki Adriansah yang setia menemani penulis, dan memberikan seluruh kasih

sayangnya, terimakasih atas supportnya selama ini.

13. Linda Yulianti, Indah Wahyuni, Bayu shakti, Yusman Nurwanda, Rina,

sahabat terbaikku yang telah membantu dalam segala hal. Dan untuk teman-teman “seperjuangan” di UNIKOM terutama anak-anak IK-3 dan IK-H1 angkatan 2007.

14. Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan Praktek

Kerja Lapangan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga amal kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak yang terlibat dalam penulisan penelitian ini, diterima oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penelitian ini sudah lumayan sempurna, oleh karena itu koreksi dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan, sehingga dimasa yang akan datang dapat menjadi bahan yang lebih menarik dan lebih bermanfaat. Semoga penelitian ini bermanfaat pada umumnya dan bagi peneliti pada khususnya. AMIN…..

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Febuari 2012

(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 15

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 15

1.3.1 Maksud Penelitian... 15

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 16

1.4 Kegunaan Penelitian ... 16

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 16

1.4.2 KegunaanPraktis ... 17

1.4.3 Kegunaan Bagi Peneliti... 17

1.4.4 Kegunaan Bagi Universitas... 17

1.5 Kerangka Pemikiran ... 18

1.5.1 KerangkaTeoritis... 18

1.5.2 KerangkaKonseptual ... 26

1.6 Pedoman Wawancara ... 29

1.7 Subjek Penelitian dan Informan ... 32

(10)

ix

1.11 Teknik Analisa Data ... 41

1.12 LokasidanWaktuPenelitian... 44

1.12.1 LokasiPenelitian... 44

1.12.2 WaktuPenelitian ... 44

1.13 SistematikaPenelitian... 45

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TinjauanTentangKomunikasi ... 47

2.1.1 Definisi Komunikasi ... 47

2.1.2 Sifat Komunikasi... 49

2.1.3 Tujuan Komunikasi... 50

2.2 TinjauanTentang Citra Diri ... 51

2.2.1 Siklus Citra Diri ... 55

2.2.2 Citra Positif dan Negatif... 59

2.3 Tinjauan Mengenai Interaksi Simbolik ... 58

2.4 Tinjauan Mengenai Dramaturgi... 58

2.4.1 Presentasi Diri ... 66

2.4.2 Panggung Pertunjukan ... 68

2.4.3

Front Stage

(Panggung Depan)... 70

2.4.4

Middle Stage

(Panggung Tengah)... 71

2.4.5

Back Stage

(Panggung Belakang) ... 72

BAB III OBJEK PENELITIAN

3.1 Tinjauan Tentang Musik Dangdut... 64

3.2 Fenomena Musik Dangdut... 79

3.3 Titik Balik Musik Dangdut Modern ... 82

(11)

x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Informan ... 98

4.2 Informan Pendukung ... 102

4.3 Hasil Penelitian... 105

4.3.1 Panggung Depan (

Front Stage

) ... 106

4.3.2 Panggung Belakang (

Middle Stage

) ... 106

4.4 Hasil Pembahasan ... 139

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan... 142

5.2 Saran ... 144

DAFTAR PUSTAKA ... 145

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 136

(12)

xi

Gambar 1.1 Skema Penelitian (teoritis) ... 19

Gambar 1.2 Skema Penelitian (konseptual) ... 27

Gambar 1.2 Komponen-Komponen Analisa Data Model Kualitatif ... 42

Gambar 2.1 Siklus Citra Diri ... 55

Gambar 2.1 Citra Diri dan Dampaknya ... 60

(13)

xii

Tabel 1.1 Informan Penelitian... 34

(14)

xiii

Lampiran 1 Surat Persetujuan Dosen Pembimbing ... 149

Lampiran 2 Surat Izin Penelitiandari Dekan... 150

Lampiran 3 Surat Balasan Penelitian ... 151

Lampiran 4 Revisi Seminar UP ... 152

Lampiran 5 Berita Acara Bimbingan ... 153

Lampiran 6 Revisi Sidang... 154

Lampiran 7 Surat Pernyataan Persetujuan Devi ... 155

Lampiran 8 Surat Pernyataan Persetujuan Lina ... 156

Lampiran 9 Surat Pernyataan Persetujuan Dewi... 157

Lampiran 10 Surat Pernyataan Persetujuan Rudi... 158

Lampiran 11 Surat Pernyataan Persetujuan Rendi... 159

Lampiran 12 Surat Pernyataan Persetujuan Rani... 160

Lampiran 13 Transkrip Wawancara Devi ... 161

Lampiran 14 Transkrip Wawancara Rani ... 166

Lampiran 15 Transkrip Wawancara Dewi ... 169

Lampiran 16 Transkrip Wawancara Rudi ... 173

Lampiran 17 Transkrip Wawancara Lina ... 176

Lampiran 18 Transkrip Wawancara Rendi ... 181

(15)
(16)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perjalanan musik dangdut ternyata memiliki sejarah panjang, jauh

sebelum penamaan musik ini terjadi. Berawal dari periode kolonial Belanda, waktu itu ada perpaduan alat musik Indonesia, Arab dan Belanda yang dinamakan bersama-sama dalam Tanjidor. Musik ini merupakan orkestra mini yang khas dan dipertunjukkan sambil berjalan oleh para budak peliharaan tuan-tuan kulit putih penguasa pekebunan di sekitar Batavia. Sepanjang abad 19, banyak pengaruh dari luar diserap oleh masyarakat Indonesia. Misalnya pengaruh dari Cina yaitu ansambel Cina-Betawi yang disebut gambang kromong dan juga keroncong.1

Pada dasarnya, bentuk musik dangdut berakar dari musik melayu pada tahun 1940-an. Irama melayu sangat kental dengan unsur aliran musik dari India dan gabungan dengan irama musik dari arab. Unsur Tabuhan Gendang yang merupakan bagian unsur dari Musik India digabungkan dengan Unsur Cengkok Penyanyi dan harmonisasi dengan irama musiknya merupakan suatu ciri khas dari Irama Melayu merupakan awal dari mutasi dari Irama Melayu ke Dangdut. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk

1

(17)

pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi).2

Pada masa ini mulai masuk eksperimen masuknya unsur India dalam musik Melayu. Perkembangan dunia sinema pada masa itu dan politik anti-Barat dari Presiden Sukarno menjadi pupuk bagi grup-grup ini. Dari masa ini dapat dicatat nama-nama seperti P. Ramlee (dari Malaya), Said Effendi (dengan lagu Seroja), Ellya (dengan gaya panggung seperti penari India), Husein Bawafie sang pencipta Boneka dari India, Munif Bahaswan, serta M. Mashabi. Penyebutan nama "dangdut" diambil dari suara permainan tabla (lebih dikenal sebagai gendang) yang didominasi oleh bunyi "dang" dan "ndut".3

Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, pop, rock, bahkan house music. Irama melayu menjadi suatu aliran musik kontemporer, yaitu suatu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi.4

2

http://whintjie.blogspot.com/2011/07/mengupas-lengkap-sejarah-dan-artis.html (minggu, tanggal 20/11/2011 pukul 08.07)

3

http://whintjie.blogspot.com/2011/07/mengupas-lengkap-sejarah-dan-artis.html

4

(18)

Pada tahun 1960 an Musik melayu mulai dipengaruhi oleh banyak unsur mulai dari gambus, degung, keroncong, langgam. Dan mulai jaman ini lah sebutan untuk Irama Melayu mulai berubah menjadi terkenal dengan Sebutan Musik Dangdut. Sebutan Dangdut ini merupakan Onomatope atau sebutan yang sesuai dengan bunyi suara bunyi, yaitu bunyi dari Bunyi alat musik Tabla atau yang biasa disebut Gendang. Dan karena bunyi gendang tersebut lebih didominasi dengan Bunyi Dang dan Dut, maka sejak itulah Irama Melayu berubah sebutanya menjadi suatu aliran Musik baru yang lebih terkenal dengan Irama Musik Dangdut.5

Pada jaman era Pra 1970 an ini seniman dangdut yang terkenal antara lain : M. Mashabi, Husein Bawafie, Hasnah Tahar, Munif Bahaswan, Johana Satar, Ellya Kadam.6

Menjelang 1980, Rhoma Irama mulai menunjukkan kemampuan bermusiknya di irama dangdut. Rasa tidak puas dan keinginan terkenal mendorong Rhoma Irama menciptakan irama musik baru. Irama musik Melayu dikombinasikan dengan aliran musik rock, pop, dan irama lain. Hasil yang diciptakan adalah irama dangdut. Semenjak masa itu, istilah dangdut semakin populer di Indonesia. Lagu-lagu yang diciptakan Rhoma Irama tidak sekedar menampilkan keindahan. Lirik-lirik yang bermakna dakwah merupakan isi lagu-lagunya.

5

http://whintjie.blogspot.com/2011/07/mengupas-lengkap-sejarah-dan-artis.html (minggu, tanggal 20/11/2011 pukul 08.07)

6

(19)

Era Rhoma Irama di tahun 1980 menjadi penanda awal bagi musim dangdut. Musik yang asalnya mendayu-dayu dan terkesan monoton dirombak oleh Rhoma dengan memadukan unsur Rock dan India. Jadilah musik dangdut kemudian berubah menjadi lebih atraktif dan lebih enerjik, orang kemudian bergoyang dengan lebih bersemangat.7

Maka pada jaman 1990 mulailah era baru lagi yaitu Musik Dangdut yang banyak dipengaruhi musik Tradisional yaitu Irama Gamelan yaitu Kesenian Musik asli budaya jawa maka pada masa ini Musik Dangdut mulai berasimilasi dengan Seni Gamelan, dan terbentuklah suatu aliran musik baru yaitu Musik Dangdut Camputsari atau Dangdut Campursari. Meski Musik dangdut yang lebih Original juga masih exist pada masa tersebut.8

Aliran Musik Dangdut yang merupakan seni kontemporer terus berkembang dan berkembang, pada awal mulanya Irama Dangdut Identik dengan Seni Musik kalangan Kelas Bawah dan memang aliran seni Musik Dangdut ini merupakan cerminan dari aspirasi dari kalangan Masyarakat kelas bawah yang mempunyai ciri khas kelugasan dan Kesederhaan nya.

Popularitas musik dangdut memicu tanggapan negatif dari pemusik irama non dangdut. Musik dangdut dianggap sebagai musik kampungan. Pemusik irama non dangdut memandang dangdut sebagai musiknya kalangan bawah. Pada era tahun 2000 an seiring dengan kejenuhan Musik Dangdut yang original maka diawal era ini Para musisi di wilayah Jawa Timur di daerah

7

http://whintjie.blogspot.com/2011/07/mengupas-lengkap-sejarah-dan-artis.html (minggu, tanggal 20/11/2011 pukul 08.10)

8

(20)

pesisir Pantura mulai mengembangkan jenis Musik Dangdut baru yaitu seni Musik Dangdut Koplo. Dangdut Koplo ini merupakan mutasi dari Musik Dangdut setelah Era Dangdut Campursari yang bertambah kental irama tradisionalnya dan dengan ditambah dengan masuknya Unsur Seni Musik Kendang Kempul yang merupakan Seni Musik dari daerah Banyuwangi Jawa Timur dan irama tradisional lainya seperti Jaranan dan Gamelan. Dan berkat kreatifitas para Musisi Dangdut Jawa Timuran inilah sampai saat ini Musik Dangduk Koplo yang Identik dengan Gaya Jingkrak pada Goyangan Penyanyi dan Musiknya ini saat ini sangat kondang dan banyak digandrungi segala kalangan masyarakat Indonesia.9

Pada era Musik Dangdut Koplo inilah mulai memacu tumbuhnya Group Musik Dangdut yang lebih terkenal dengan sebutan OM atau Orkes Melayu antara lain OM. Sera, OM. Monata, OM Palapa, OM New Palapa, OM RGS dan OM yang lebih kecil lainya yang mengibarkan aliran Musik Dangdut Koplo di Nusantara ini.10

Musik dangdut terus mengalami perkembangan. Menjelang tahun 2000, muncul penyanyi dangdut yang sangat mendapatkan perhatian masyarakat. Hal itu dikarenakan gerakan goyangnya melebihi gerakan penyanyi lain, bahkan manusia normal. Gerakan berputar-putar dari atas ke bawah merupakan ciri khas penyanyi tersebut. Inul Daratista merupakan pemilik goyangan maut itu.

9

http://cemetz.mywapblog.com (selasa, tanggal 22/11/2011 pukul 08.55)

10

(21)

Kemunculan Inul Daratista sangat dikecam oleh kalangan agama. Faktor moral dan norma merupakan alasannya. Tanggapan positif diberikan oleh sebagian kalangan yanga memandangnya sebagai suatu seni dan ekspresi diri. Perbedaan pendapat itu memicu kontroversi dan semakin mempopulerkan nama Inul Daratista. Berawal dari peristiwa itu, masyarakat kalangan atas mulai memperhatikan musik dangdut.

Pada masa 2000 an juga, musik dangdut tidak dapat dipandang lagi sebagai musik kampungan. Berbagai peristiwa dan acara terhormat mulai menampilkan musik dangdut. Tayangan utama di stasiun televisi menampilkan musik dangdut. Kafe-kafe terkenal tidak segan menampilkan musik dangdut.11

Panggung kampanye partai politik juga tidak ketinggalan memanfaatkan kepopuleran dangdut untuk menarik massa. walaupun dangdut diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang miskin, bukan berarti dangdut hanya digemari kelas bawah. Di setiap acara hiburan, dangdut dapat dipastikan turut serta meramaikan situasi. Panggung dangdut dapat dengan mudah dijumpai di berbagai tempat. Tempat hiburan dan diskotek yang khusus memutar lagu-lagu dangdut banyak dijumpai di kota-kota besar. Stasiun radio siaran yang menyatakan dirinya sebagai "radio dangdut" juga mudah ditemui di berbagai kota.12

11

http://whintjie.blogspot.com/2011/07/mengupas-lengkap-sejarah-dan-artis.html (minggu, tanggal 20/11/2011 pukul 08.14)

12

(22)

Dan saat ini Musik dangdut sudah menjangkau segala kalangan Masyarakat dari kalangan kelas bawah sampai kalangan menengah dan kelas ataspun sudah mulai ketagihan dengan Seni Musik Dangdut ini. Anggapan bahwa dangdut adalah musik kelas bawah juga dikuatkan oleh kenyataan bahwa musik dangdut lambat dalam perkembangannya. Lagu-lagu yang digunakan dalam konser dangdut adalah lagu yang itu-itu saja. Didominasi oleh lagu-lagu ciptaan seniman dangdut generasi tua, atau lagu-lagu popular dari genre lainnya yang di-"dangdut"-kan. Hanya sedikit lagu-lagu baru yang sejak awal populer dari genre dangdut. Gejala ini jika tidak segera diantisipasi oleh musisi dangdut, selamanya musik dangdut akan menjadi musik kelas bawah, atau akan melayang tinggi menjadi tembang kenangan, hilang.

Pertunjukan musik dangdut biasanya terdiri dari pemain musik dan penyanyi. Seorang penyanyi diharapkan dapat membawa para pendengarnya kedalam dunia yang indah, dapat mengilhami mereka atas pesan yang ingin disampaikan dan memberikan kekuatan hidup.

Musik dangdut di setiap daerah memiliki ciri khas masing – masing begitu juga di kota Cimahi. Di kota Cimahi dangdut di kenal dengan nama dangdut tarling yang terdiri dari alunan musik dari organ tunggal dan tabuhan gendang. Pertunjukan “organ tunggal”, yang merajai resepsi hajatan entah itu pernikahan ataupun khitanan menjadikan suatu keharusan guna untuk memeriahkan pesta tersebut.

(23)

tunggal dalam waktu singkat telah menjadikan salah sati icon atau maskot

musik khas daerah Cimahi. Kepopuleran organ tunggal juga merambah di daerah – daerah lain hampir di seluruh nusantara. Maka kepopuleran tarling atau organ tunggal menjadi fenomena tersendiri bagi perkembangan musik hiburan di tanah air kita.13

Untuk itu menjadi penyanyi dangdut tidak cukup hanya dengan suara merdu, tapi juga harus memiliki tubuh yang erotis. Sebenarnya hal ini bisa menjadi kelebihan musik dangdut dibandingkan genre musik lainnya, karena seorang penyanyi musik dangdut dituntut menjaga kondisi fisiknya.

Tetapi sayang beberapa selebritis nasional merusak peluang ini dengan memaksakan diri menjadi penyanyi dangdut padahal kualitas suaranya pas-pasan, padahal sense of dut-nya masih kurang. Jadinya malah memperkuat anggapan bahwa "musik" dangdut lebih memanjakan mata penontonnya daripada telinga.

Citra negatif penyanyi dangdut pada umumnya cenderung memposisikan diri sebagai penghibur. Dalam menghibur penonton, penyanyi dangdut wanita membawakan ornamen kesenian lainnya berupa joget. Bahkan sebagian penyanyi dangdut wanita lebih mengutamakan joget dan cara berpakaian untuk menarik perhatian penonton dari pada lagu yang dibawakannya. Sesungguhnya gaya panggung penyanyi dangdut wanita yang terlalu terbuka selain ditampilkan dipanggung, juga diberitakan di beberapa media massa.

13

(24)

Adapun Citra positif yang dibangun oleh penyanyi dangdut wanita, yang ingin memperbaiki citra dangdut. Seperti yang kita ketahui artis – artis ibu kota seperti Cici Paramida, Iis Dahlia, Ikke nurjanah dan masih banyak lagi. Mereka mempertontonkan aksi panggung yang elegan jauh dari kesan sensualitas, dari cara mereka memakai busana atau kostum yang di pakai sampai pada saat mereka berinteraksi dengan penonton. Dengan aksi panggung yang tidak menggunakan goyangan yang berlebihan mereka ingin memposisikan bahwa dangdut bisa di bawakan dengan kesan elegan jauh dari sensualitas.

Pemberitaan di media massa cenderung mencitrakan negatif penyanyi dangdut wanita. Seperti yang peneliti temukan dalam situs www.youtube.com, yang menayangkan pemberitaan tentang seorang penyanyi dangdut bernama Hani meliuk-liuk di atas panggung dengan baju terbuka. Sementara itu, penonton lelaki mendempet tubuh pedangdut sambil memberikan uang ”saweran”. Namun, hal tersebut sangat disayangkan karena pertunjukkan musik dangdut yang digelar di hajatan warga kampung di Tangerang, Banten, itu dapat disaksikan oleh siapa saja termasuk anak-anak kecil.14

Dalam musik dangdut itu ada suatu budaya yang sangat identik dengan dangdut yaitu "saweran".Saweran berasal dari bahasa Sunda yaitu "sawer" yang artinya melempar uang biasanya dilakukan pada saat upacara kebesaran tradisional seperti, sunatan, kawinan dan sebagainya. Di dalam musik dangdut dari pendengar musik dangdut atau pengunjung dari pergelaran dangdut itu. Di

14

(25)

sini dapat dilihat mengapa saweran dalam musik dangdut cukup menarik? Karena kita tahu bahwa untuk jenis musik lain tidak ada istilah saweran apalagi uang tip yang kadang bisa melebihi bayaran dari biduanita itu sendiri dan Indonesia banyak group-group dangdut yang selalu mengandalkan saweran dalam setiap pertunjukan panggung grup-grup tersebut.

Pemberitaan media massa yang cenderung mencitrakan negatif penyanyi dangdut wanita, akan menjadi salah satu pertimbangan bagi penyanyi dangdut wanita untuk memandang dan menilai dirinya sendiri.

Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri kita sebenarnya. Ia juga merupakan konsep diri tentang individu (Maxwell Maltz dalam Ranjit Singh Malhi,2005, Enhancing Personal Quality). Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman masa lalu, keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana orang lain telah menilainya secara obyektif. Kita sering melihat diri kita seperti orang lain melihat kita.15

Label negatif yang diberikan oleh masyarakat (dalam hal ini diwakili oleh pernyataan media massa) terhadap penyanyi dangdut wanita sesungguhnya disadari oleh mereka. Hal ini ditunjukkan dari hasil interview awal dengan dua orang subjek penelitian yang berhasil dihubungi oleh peneliti. Mereka seorang penyanyi dangdut yang menyanyi di panggung terbuka setiap ada panggilan manggung dari orkes-orkes melayu . misalnya pada kampanye partai politik,

15

(26)

acara promosi produk rokok, hajatan di kampung-kampung, dan lain sebagainya.

Mereka berdua menuturkan bahwa masyarakat memandang penyanyi dangdut wanita dengan pandangan yang kurang baik. Masyarakat disini antara lain adalah tetangga, teman dan orang lain (anggota keluarga teman maupun pacar). Alasan mereka dipandang negatif oleh masyarakat adalah penyanyi dangdut dianggap sering berpakaian seksi, hanya menjual goyangan, dekat dengan kehidupan malam dan pergaulan bebas. Menurut mereka hal ini dikarenakan, sebagai penyanyi dangdut mereka tidak hanya manggung pada siang hari tetapi juga sering manggung di malam hari dan berperilaku buruk. Setiap orang berharap bahwa diri dan profesinya dihormati oleh orang lain, namun agaknya profesi penyanyi dangdut masih mendapat tanggapan yang kurang baik dari sebagian masyarakat. Tanggapan yang kurang baik ini akan mempengaruhi citra diri penyanyi dangdut wanita.

(27)

dan komunikasi non verbal pada penyanyi dangdut wanita memiliki khas tersendiri. Komunikasi non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Mulyana, 2000 : 237)

Salah satu komunikasi non verbal penyanyi dangdut ini dapat di lihat dari bahasa yang mereka gunakan saat mereka tampil di atas panggung terutama pada saat berinteraksi dengan penonton. Misalkan apabila mic yang tak menyala si penyanyi menggoyang-goyangkan micnya kepada teknisi yang mengontrol suara, dan apabila si penyanyi lupa menyanyi mulai dari mana nada pada saat mulai menyanyi yang memain keyboard memberikan kode anggukan kepala untuk memberitahu mulai dari nada mana si penyanyi mulai.apabila saat penggantian penyanyi si pemilik orkes melayu menggerakan tangannya dengan menyilangkan tangan yang berarti pergantian penyanyi di atas panggung.

(28)

intonasi lemah lembut, selain itu juga mereka mempertontonkan goyangan erotis misalnya menggerakan pinggul, memainkan kedipan mata untuk menarik penonton ke atas panggung agar penonton tersebut memberi saweran dan hal ini mencerminkan bahwa penyanyi dangdut tersebut di cap sebagai wanita yang tidak baik.

Selain dari gerakan pinggul dan kedipan mata penyanyi dangdut juga sering mengenakan pakaian yang seksi. Tidak hanya pakaian minim make up yang sering mereka gunakan terlihat berlebihan, mulai dari lipstick, shadow, blash on, bulu mata,contact lens, dan warna rambut yang di warnai pirang, serta tak jarang juga mereka memakai cat kuku yang berwarna warni sehingga penampilan mereka terkesan norak dan kampungan.

(29)

panggung. Ada aktor dan penonton. Tugas aktor hanya mempersiapkan dirinya dengan berbagai atribut pendukung dari peran yang ia mainkan, sedangkan bagaimana makna itu tercipta, masyarakatlah (penonton) yang memberi interpretasi. Individu tidak lagi bebas dalam menentukan makna tetapi konteks yang lebih luas menentukan makna (dalam hal ini adalah penonton dari sang aktor). Karyanya melukiskan bahwa manusia sebagai manipulator simbol yang hidup di dunia simbol. 16

Dalam lingkungan sosialnya objek atau orang yang diteliti pada penelitian ini merupakan individu yang menjalani kehidupan layaknya seperti mahluk sosial lainnya, bergaul dengan orang lain, bekerjasama dalam sebuah team.

Awal mula ketertarikan peneliti mengkaji dramaturgi citra diri penyanyi dangdut pada saat pentas karena ingin mengetahui profesi penyanyi dangdut wanita yang masih mendapat tanggapan yang kurang baik dari sebagian masyarakat serta melakukan sebuah proses kehidupan dramaturgi untuk berkamuflase dari dua sisi kehidupan yang berbeda, maka dari itu penulis tertarik untuk lebih meneliti, dan mengkajinya. Pembahasan perilaku akibat dari minuman keras inilah yang akan di teliti melaui pendekatan dramaturgi.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Citra Diri Penyanyi Dangdut Wanita

Pada Saat Tampil Diatas Panggung (study dramaturgis dengan

16

(30)

pendekatan interaksi simbolik tentang citra diri penyanyi dangdut di

kota cimahi) ?”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi yang akan menjadi pokok masalah yang akan di teliti yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana Front Stage (Panggung Depan) penyanyi dangdut wanita di atas panggung?

2. Bagaimana Middle Stage (Panggung Tengah) penyanyi dangdut wanita di atas panggung?

3. Bagaimana Back Stage (Panggung Belakang) penyanyi dangdut wanita di atas panggung?

4. Bagaimana citra diri penyanyi dangdut wanita di atas panggung??

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

(31)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini mencapai hasil yang optimal maka terlebih dahulu perlu tujuan yang terarah dari penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Front Stage (Panggung Depan) penyanyi dangdut wanita di kota Cimahi ketika tampil di atas panggung.

2. Untuk mengetahui Middle Stage (Panggung Tengah) penyanyi dangdut wanita di kota Cimahi ketika tampil di atas panggung.

3. Untuk mengetahui Back Stage (Panggung Belakang) penyanyi dangdut wanita di kota Cimahi ketika tampil di atas panggung.

4. Untuk mengetahui citra diri penyanyi dangdut wanita di kota Cimahi ketika tampil di atas panggung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Secara teoritis Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini dapat mengembangkan

(32)

memperdalam pengetahuan dan teori mengenai informasi yang berhubungan dengan studi ilmu komunikasi .

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah wawasan serta sebagai salah satu rujukan untuk meneliti lebih lanjut dari sisi dan masalah penelitian yang sama dalam konteks psikologi komunikasi.

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti

Hasil peneliti ini di harapkan dapat memberikan kontribusi dalam

menambah wawasan serta sebagai salah satu rujukan untuk meneliti lebih lanjut dari sisi dan masalah penelitian yang sama dalam konteks psikologi komunikasi.

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas

(33)

1.5 Kerangka Pemikiran

Dalam sub bab ini menjelaskan gambaran komprehensif tentang masalah yang telah di rumuskan yang kemudian di susun secara sistematis melalui kerangka teoritis dan kerangka konseptual.

1.5.1 Kerangka Teoritis

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir peneliti yang dijadikan sebagai skema pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini. Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti akan mencoba menjelaskan pokok masalah penelitian. Penjelasan yang disusun akan menggabungkan antara teori dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini.

(34)

Gambar 1.1 Skema Penelitian (teoritis)

Sumber : Data Peneliti 2011

1.5.1.1 Dramaturgi

Dramaturgi adalah teori seni teater yang dicetuskan oleh Arestoteles dalam karya agungnya Poetics (350 SM) yang di dalamnya terdapat kisah

DRAMATURGIS

Dramaturgi bersifat penampilan teateris, yakni memusatkan

perhatian atas kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan

drama yang mirip dengan pertunjukan drama di panggung.

Erving Goffman

INTERAKSI SIMBOLIK

Interaksi simbolik pada hakikatnya (lebih) merupakan bagian

dari psikologi sosial yang menyoroti antar individu dengan

menggunakan simbol-simbol.

Erving Goffman

CITRA DIRI

Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan

siapa diri kita sebenarnya.

[image:34.612.183.458.70.570.2]
(35)

paling tragis Oedipus Rex dan menjadi acuan bagi dunia teater, drama, dan perfilman sampai saat ini.

Kemudian dikembangkan oleh Erving Goffman (1922-1982), seorang sosiolog interaksionis dan penulis, melalui pendekatan sosiologis. Dia menyempurnakannya lebih praktis dalam bentuk interaksi simbolik tentang kehidupan sosial sehari-hari yang kemudian termanifestasi dalam bukunya

The Presentation of Self in Everyday Life dan menjadi terkenal sebagai salah satu sumbangan terbesar bagi teori ilmu sosialPada perkembangannya dramaturgi begitu banyak dikenal dan dijadikan sebagai bentuk komunikasi lainnya dalam kehidupan sehari-hari manusia. Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri.17

Menurut RMA. Harymawan mengenai dramaturgi dalam buku Dramaturgi : ”Dramaturgi adalah ajaran tentang masalah hukum, dan konvensi atau persetujuan drama. Kata drama berasal dari bahasa Yunani yaitu dramoai

yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, beraksi dan sebagainya: dan “drama” berarti : perbuatan, tindakan.” (RMA.Harymawan, 1986 : 1). Dramaturgi berasal dari bahasa Inggris dramaturgy yang berarti seni atau tekhnik penulisan drama dan penyajiannya dalam bentuk teater. Berdasar pengertian ini, maka dramaturgi membahas proses penciptaan teater mulai dari penulisan naskah hingga pementasannya.

Identitas manusia bisa berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgi masuk, bagaimana kita menguasai interaksi

17

(36)

tersebut. Dalam dramaturgi, interaksi social dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui pertunjukan dramanya sendiri. Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgi, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunujukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting, costum, penggunaan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan.18

Dramaturgi berasal dari bahasa Inggris dramaturgy yang berarti seni atau tekhnik penulisan drama dan penyajiannya dalam bentuk teater. Berdasar pengertian ini, maka dramaturgi membahas proses penciptaan teater mulai dari penulisan naskah hingga pementasannya. Deddy Mulyana dalam bukunya

Metode Penelitian Komunikasi menjelaskan bahwa tidak hanya ada panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage) saja, tetapi juga meliputi panggung tengah (middle stage) (Mulyana, Deddy. 2007:58)

1. Panggung Belakang (Back Stage)

Panggung belakang adalah ruang privat yang tidak diketahui orang lain, tempat seseorang atau sekelompok orang leluasa menampilkan wajah aslinya (Mulyana Dedi, 2007:58). Di panggung inilah segala persiapan

18

(37)

aktor disesuaikan dengan apa yang akan dihadapi di lapangan, untuk menutupi identitas aslinya. Sumber: (Mulyana, Deddy. 2007:58)

2. Panggung Tengah (Middle Stage)

Merupakan sebuah panggung lain di luar panggung resmi saat sang aktor mengkomunikasikan pesan-pesannya, yakni panggung depan (front stage) saat mereka beraksi di depan khalayak tetapi juga di luar panggung belakang (back stage) saat mereka mempersiapkan pesanpesannya (Mulyana Dedi, 2007:58).

3. panggung Depan (Front Stage)

Panggung depan adalah ruang publik yang digunakan seseorang atau sekelompok orang untuk mempresentasikan diri dan memberikan kesan kepada orang lain melalui pengelolaan kesan (management of impression) (Mulyana Dedi, 2007:57). Di panggung inilah aktor akan membangun dan menunjukkan sosok ideal dari identitas yang akan ditonjolkan dalam interaksi sosialnya.

1.5.1.2 Interaksi Simbolik

Menurut Littlejohn, interaksi simbolik mengandung inti dasar premis

tentang komunikasi dan masyarakat (core of common premises about communicationand society) (Littlejoh, 1996: 159) perspektif interaksi

simbolik memandang bahwa individu bersifat aktif, reflektif dan kreatif,

(38)

individu terus berubah, maka masyarakat pun berubah melalui interaksi. Jadi interaksilah yang di anggap sebagai variabel penting dalam menentukan perilaku manusia, bukan struktur masyarakat. Struktur ini sendiri tercipta dan berubah karena interaksi manusia, yakni ketika individu-individu berfikir dan bertindak secara stabil terhadap seperangkat objek yang sama (Mulyana, 2001: 62)

Perspektif interaksionisme simbolik memulainya dengan konsep diri (self), diri dalam hubungannya dengan orang lain dan diri sendiri dan orang lain itu dalam konteks yang lebih luas. Dalam konteks sosial inilah nantinya akan dapat dipahami beragam macam anggapan dari masyarakat.

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (mind), mengenai diri (self), dan hubungan di tengah interaksi sosial (society), dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterprestasi makna individu tersebut menetap. Seperti yang di catat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto (2007:136), makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk memberi makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

Definisi singkat dari ke tiga dasar dari interaksi simbolik, antara lain :

(39)

2. Diri (self) adalah kemampuan untuk mereflesikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya, dan

3. Masyarakat (society) adalah jejaring hubungan sosial yang di ciptakan, di bangun, dan di kontruksikan oleh tiap individu di tengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela yang pada akhirnya mengantar manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya. (Mead.1934 dalam west-turner.2008:96)19

Interaksi simbolik pada hakikatnya (lebih) merupakan bagian dari psikologi sosial yang menyoroti interaksi antar-individu dengan menggunakan simbol-simbol.

1.5.1.3 Citra Diri

Citra diri merupakan salah satu unsur penting untuk menunjukan siapa diri kita sebenarnya. Ia juga merupakan konsep diri tentang individu (Maxwell Maltz dalam Ranjit Singh Malhi,2005, Enhancing Personal Quality). Citra diri seseorang terbentuk dari perjalanan pengalaman masa lalu, keberhasilan dan kegagalan, pengetahuan yang dimilikinya, dan bagaimana orang lain telah menilainya secara obyektif. Kita sering melihat diri kita seperti orang lain melihat kita.20

19

http://manajemenkomunikasi.blogspot.com/2010/08sejarah-teori-interaksi-simbolik.html (jum’at tanggal 25/11/2011 pukul 07:42)

20

(40)

Menurut Mahali (2005),riset menunjukan bahwa kepribadian kita merupakan manifestasi sisi luar dari citra diri kita. Semua kegiatan dan perasaan selalu taatasas dengan hal itu. Ia semacam pilot dan sistem bimbingan otomatis yang mengendalikan dan memprogramkan kita apakah akan berhasil atau gagal mencapai tujuan tertentu. Citra diri sangat dipengaruhi oleh performa kita sendiri. Sementara citra diri memengaruhi perilaku dan perilaku memengaruhi performa. Citra diri dapat membatasi prestasi kita; apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Dengan kata lain kita dibatasi hanya oleh keterbatasan citra diri.21

Citra diri merupakan bagian dari konsep diri. Ada dua komponen konsep diri : komponen kognitif dan komponen afektif. Komponen kognitif disebut citra diri (self image), dan komponen afektif adalah harga diri (self esteem). Mazullo (2005) dalam penelitiannya memaparkan bahwa self image (citra diri) merupakan variabel yang dapat berpengaruh terhadap aspirasi. Citra diri merupakan gambaran diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik maupun psikis. (Rakhmat:2008:100)

Citra diri merupakan gambaran seseorang tentang dirinya sendiri. Pandangan seseorang mengenai dirinya yang akan membentuk gambaran diri akan berkaitan dengan penilaian terhadap kemampuan dalam melakukan suatu tugas, kondisi fisik, apa yang dirasakan serta bagaimana ia menjalin relasi dengan orang lain Jersild (Ratnawati dan Sinambela, 1996). 22

Mazullo (2005) dalam penelitiannya memaparkan bahwa self image (citra diri) merupakan variabel yang dapat berpengaruh terhadap aspirasi. Citra diri merupakan gambaran diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik

21

http://ronawajah.wordpress.com/

22

(41)

maupun psikis. Konsep citra diri didefinisikan sebagai gambaran dari representasi mental yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya sendiri.23 Gambaran tersebut berasal dari sensasisensasi internal, perubahan sikap, hubungan dengan obyek-obyek luar dan orang, pengalaman emosional dan fantasi. Dapat juga dikatakan sebagai gambaran taksiran internal tentang diri seseorang yang secara luas ditentukan oleh cara orang berpikir tentang hal tersebut bila dilihat oleh orang lain citra diri merupakan konsep yang kompleks yaitu kepribadian seseorang karakter, tubuh dan penampilan.

1.5.2 Kerangka konseptual

Bertolak pada pemikiran kerangka teoritis maka penelitian

mengaplikasikan definisi yang diangkat pada kerangka praktis. Pada kerangka Praktis ini pengumpulan data dengan pencarian informasi mengenai bagaimana citra diri,interaksi simbolik,penyanyi dangdut yang di dasarkan pemikiran dramaturgis seperti pada saat mereka berada di panggung depan,tengah dan belakang.

23

(42)

Gambar 1.2

Skema Penelitian (konseptual)

Sumber : Data Peneliti 2011

1. Panggung Belakang (Back Stage)

Di area panggung inilah penyanyi dangdut wanita mempersiapkan berbagai jenis keperluan yang akan mereka gunakan pada saat di panggung depan (front stage). Sebelum benar-benar terjun dan melaksanakan kegiatan yang berada di wilayah panggung depan penyanyi

DRAMATURGIS

1. Panggung belakang (area panggung dimana penyanyi

dangdut wanita memikirkan konsep dan berbagai jenis keperluan)

2. Panggung tengah (area panggung penyanyi dangdut

wanita mengaplikasikan pengkosepannya)

3. Panggung depan (di panggung inilah penyanyi dangdut

wanita beraksi dan berinteraksi dengan penonton yang sebelumnya telah dipikirkan dan di rancang pada panggung belakang dan panggung tengah).

INTERAKSI SIMBOLIK

Pertukaran simbol verbal dan non verbal penyanyi dangdut wanita yang di beri makna.

CITRA DIRI

(43)

dangdut wanita terlebih dahulu mengalami fase ini. Penyanyi dangdut memikirkan konsep seperti apa yang akan mereka buat untuk tampil di panggung depan, lalu juga penyanyi dangdut mempersiapkan baju, dan juga alat make up.pada panggung belakang para penyanyi dangdut bekerja sama meluangkan waktu mereka untuk berdiskusi dengan musisi yang mengiringi, juga dengan paniitia guna mempelancar pada saat tampil di atas panggung.

2. Panggung Tengah (Middle Stage)

Panggung tengah merupakan sebuah panggung diantara panggung depan (front stage) dan panggung belakang yang menjadi tempat latihan penyanyi dangdut untuk mendukung kelancaran pelaksanaan panggung depan. Ketika hari H di mulai penyanyi dangdut akan melakukan tampil di atas panggung, terlebih dahulu mereka melewati wilayah panggung tengah dimana mereka melakukan pelatihan dan juga penyanyi dangdut mengobrol atau berdiskusi dengan sesama penyanyi dangdut tentang kostum, ataupun lahu apa saja yang nanti akan di nyanyikan. Pada panggung tengah mereka melakukan latihan dalam situasi yang berbeda-beda, agar di anggap professional oleh teman satu tim. Hal tersebut akan menambah kehangatan dan kepercayaan diri penyanyi dangdut sebelum tampil padafront stage.

3. Panggung Depan (Front Stage)

(44)

rencanakan dan di rancang pada wilayah panggung belakang (back stage). Di panggung inilah penyanyi dangdut wanita memangun dan menunjukan sosok ideal sekaligus pencitraan diri di depan penonton.

Interaksi simbolik penyanyi dangdut wanita di kota Cimahi memandang bahwa pemaknaan atas simbol berperan penting untuk berkomunikasi mereka dengan satu tim pada saat di atas panggung. Komunikasi verbal dan komunikasi non verbal pada penyanyi dangdut wanita memiliki khas tersendiri. Salah satunya komunikasi non verbal penyanyi dangdut ini dapat di lihat dari bahasa yang mereka gunakan saat mereka tampil di atas panggung terutama pada saat berinteraksi dengan penonton.

Citra diri, dalam hal ini peneliti akan meneliti informan yang di tunjuk dan akan di teliti dari segala bentuk perilaku yang dapat di amati dan atributkan pada penyanyi dangdut wanita berupa bentuk tindakan nyata atau terbuka sehingga secara tidak langsung akan mendapatkan penilaian dari penonton kemudian di kaitkan dengan dramaturgi, dan interaksi simbolik.

1.6 Pedoman Wawancara

1. Bagaimana panggung depan penyanyi dangdut?

a. Apakah anda membatasi sikap/perilaku anda ketika berada di depan panggung (tampil di atas panggung)?

(45)

c. Apakah anda menggunakan gaya bicara dan tutur kata yang berbeda ketika anda berada di atas panggung?

d. Selain bernyanyi Apa saja yang anda lakukan pada saat perfome di atas panggung?

e. Apakah anda mampu mengontrol emosional pada saat tampil di atas penonton?

f. Apa yang anda lakukan pada saat penonton meminta lagu yang tidak anda hafal?

g. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan sesama crew apabila ingin menyampaikan sesuatu pada saat anda sedang tampil di atas panggung?”

2. Bagaimana panggung tengah penyanyi dangdut?

a. Apa yang anda lakukan ketika menunggu giliran tampil?

b. Apa saja yang sering membuat anda tampil kurang percaya diri pada saat anda mau tampil?

c. Pada saat menunggu tampil apakah anda pernah mendapatkan ide yang tiba- tiba ingin anda lakukan?

d. Apakah ada pelatihan dulu atau gladi resik pada saat akan tampil ?

3. Bagaimana panggung belakang penyanyi dangdut?

(46)

b. Dengan siapa anda bergaul di lingkungan selain tempat kerjaan anda atau kampus?

c. Persiapan apa yang anda lakukan di rumah pada saat akan tampil? d. Apakah anda memesan baju atau membuat sendiri baju-baju setiap

tampil?

e. Apakah orang tua anda mengetahui profesi anda sebagai penyanyi dangdut?

f. Kenapa anda memilih berprofesi sebagai penyanyi dangdut?

g. Apakah di keluarga keberatan anda berprofesi sebagai penyanyi dangdut?

h. Apakah anda siap menerima konsekuensi sebagai penyanyi dangdut? i. Bagaimana cara anda membagi waktu untuk keluarga anda pada saat

akan pergi bekerja?

(47)

1.7 Subjek Penelitian dan Informan

1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian (Tatang M,2009).

Subjek penelitian yaitu keseluruhan objek dimana terdapat beberapa narasumber atau informan yang dapat memberikan informasi tentang masalah yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Wawancara akan dilakukan berdasarkan kriteria tertentu kepada subjek penelitian yaitu penyanyi dangdut.

Pada penelitian ini subjeknya adalah penyanyi dangdut wanita dengan usia antara 20 – 25 tahun, dari beragam latar belakang sosial dan budaya yang mewakili seniman dangdut di kota cimahi.

1.7.2 Informan Penelitian

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Informan dalam penelitian ini yaitu berasal dari wawancara langsung yang disebut sebagai narasumber.

(48)

Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Informan dipilih secara purposive (purposive sampling) berdasarkan aktivitas mereka dan kesediaan mereka untuk mengeksplorasi pengalaman mereka, purposive samplingadalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang di perlukan secara sengaja mengambil sampel tertentu (orang – orang tertentu), sesuai persyaratan (sifat – sifat, karakteristik, ciri, kriteria), sampel (mencerminkan populasinya), atau juga

purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sembarang asal memenuhi persyaratan. Peneliti dapat memilih informan, atau bisa juga informan yang mengajukan secara sukarela. 24

Pada penelitian ini menarik orang-orang yang dijadikan informan yaitu berjumlah 6 orang. Jumlah informan berdasarkan pra riset sebelumnya yang berbentuk wawancara kecil dan observasi dimana informan yang akan diwawancara adalah penyanyi dangdut dan dari 6 informan tersebut diambil 3 orang sebagai informan Utama dan 3 orang informan pendukung yakni orang-orang terdekat penyanyi dangdut untuk memperoleh data yang lebih baik serta perbandingan dalam informasi yang diperoleh .

Pengambilan informan secara sengaja sesuai dengan persyaratan atau kriteria tertentu yang diperlukan. Penelitian ini menggunakan informan yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.

24

(49)
[image:49.612.127.507.283.432.2]

Informan diambil berdasarkan “penilaian” (judgment) peneliti mengenai siapa-siapa saja yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan informan. Oleh karenanya agar tidak sangat subjektif, sebagai penulis, penulis memahami ciri dan karakteristik objek atau informan yang sesuai dengan persyaratan dan tujuan penelitian sehingga memperoleh data yang akurat. Data informan tersebut ditampilkan sebagai berikut:

Table 1.1 Informan Penelitian

No Nama Profesi Keterangan

1 Devi afriani Penyanyi dangdut Ibu rumah tangga

2 Dewi tika Penyanyi dangdut Mahasiswa

3 Lina Marliani Penyanyi dangdut Ibu rumah tangga

Sumber: Data Peneliti, 2011

(50)

Tabel 1.2 Informan Pendukung

No Nama Keterangan

1 Rudi Pemilik organ tunggal

2 Rendi Pemain keyboard

3 Rani Mahasiswi

Sumber: Data Peneliti, 2011 1.8 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan studi dramaturgi dengan pendekatan interaksi

simbolik, sebagaimana diungkapkan oleh Goffman yang dikutif dalam buku Metode Penelitian untuk Public Relations: dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan manusia. Gofftman menyebut ada dua peran dalam teori ini, yaitu bagian depan (front) dan bagian belakang (back). Front

mencakup , setting, personal front (penampilan diri), expressive equipment

(perlatan untuk mengekpresikan diri).. Sedangkan bagian belakang adalah self, yaitu semua bagian yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan akting atau penampilan diri yang ada pada front.25

Menurut Deddy Mulyana yang di kutip dari bukunya “Metodologi Penelitian Kualitatif”.

Metode penelitian kualitatif dalam arti penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubah menjadi entitas-entitas kuantitatif. (Mulyana, 2003:150)

25

(51)

Furchan (1992:21-22), menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif, penulis dapat mengenali subjek dan merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.26

Maka penelitian kualitatif selalu mengandaikan adanya suatu kegiatan proses berpikir induktif untuk memahami suatu realitas, peneliti yang terlibat langsung dalam situasi dan latar belakang fenomena yang diteliti serta memusatkan perhatian pada suatu peristiwa kehidupan sesuai dengan konteks penelitian.

Bagi peneliti kualitatif, satu-satunya realita adalah situasi yang diciptakan oleh individu-individu yang terlibat dalam penelitian. penulis melaporkan realita di lapangan secara jujur dan mengandalkan pada suara dan penafsiran informan. Sebagaimana diungkapkan beberapa ahli (Bogdan dan Taylor, 1975:5; Bogdan dan Biglen, 1990:2; Miles dan Huberman, 1993:15; Brannen, 1997:1) bahwa metode penelitian kualitatif ini sangat bergantung pada pengamatan mendalam terhadap perilaku manusia dan lingkungannya. Orientasi kualitatif penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan realitas perilaku penyanyi dangdut wanita dan apa yang terjadi serta melatar belakangi citra diri penyanyi dangdut wanita berdramaturgi ketika tampil di atas panggung.

26

(52)

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti berupa:

1. Wawancara Mendalam (In-depth Interview)

Untuk memperoleh informasi secara akurat dari narasumber langsung sebagai data primer, peneliti melakukan metode wawancara. Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya mengadakan Tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan, baik secara tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atas masalah yang diteliti :

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. (Koentjaraningrat, 1986:136).

Wawancara dapat dilakukan beberapa kali untuk memberikan data-data yang benar-benar aktual. Seperti juga dalam metode penelitian lainnya, kualitatif sangat bergantung dari data dilapangan dengan melihat fakta-fakta yang ada. Data yang terus bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul dilapangan, kemudian terus-menerus disempurnakan selama penelitian berlangsung.

2. Observasi berperan serta

Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk

(53)

sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada penyanyi dangdut. Dalam penelitian ini, Untuk mengukur perilaku teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik panduan observasi berperan serta.

Observasi berperan-serta merupakan pengamatan dengan cara khusus dimana peneliti tidak bersifat pasif sebagai pengamat namun memainkan peran yang mungkin dalam berbagai situasi bahkan berperan menggairahkan peristiwa yang sedang dipelajari. Sebelum pengamatan dilakukan peneliti menyiapkan panduan pengamatan, kemudian pada saat mengamati peneliti dapat menggunakan lembar pengamatan untuk mencatat hal-hal yang diamatinya. Lembar pengamatan dapat berupa ceklis maupun catatatan kejadian. (Mulyana:2001:145)

3. Studi Literatur

Dalam studi literatur ini penulis menganut sistem kepustakaan terbuka dimana dengan mengumpulkan data atau keterangan melalui bahan bacaan mengenai masalah yang diteliti. Dengan teknik kepustakaan ini diharapkan mendapat dukungan teori dalam pembahasan masalah, yaitu dengan mengutip pendapat-pendapat para ahli, hal ini diharapkan akan memeperjelas dan memperkuat pembahasan yang akan diuraikan.

4. Dokumentasi

(54)

5. Penelusuran Data Online

Penelusuran data onlinemenurut Burhan Bungin adalah :

Tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis” (Bungin, 2008: 148).

Dari pendapat Burhan Bungin yang dikutip diatas, peneliti menggunakan sumber yang online sebagai data pendukung untuk kebutuhan informasi penelitian ini, baik dengan menggunakan jasa “search engine” seperti: google, yahoo, dan blog karena didalam situs ini banyak informasi-informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan penelitian ini. Jadi, sudah selayaknya untuk mendapatkan informasi yang berkaitan, yang bisa didapat dari jaringan onlineuntuk umum.

1.10 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi beberapa pengujian. Peneliti menggunakan uji credibility (validitas interbal) atau uji kepercayaam terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data ini diperlukan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu temuan atau data yang dilaporkan peneliti dengan apa yang terjadi sesungguhnya di lapangan.

(55)

1. Perpanjangan pengamatan, berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.

2. Peningkatan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi,atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. (Sugiyono, 2005:270-274). Pada penelitian ini triangualasi data dilakukan dengan cara membandingan jawaban yang disampaikan oleh informan utama dengan infroman pendukung untuk mendapatkan data yang cocok dan sesuai.

4. Diskusi dengan teman sejawat, teknik ini dilakukan dengan mengekspos

(56)

sehingga bersama mereka peneliti dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. (Moleong, 2007:334)

5. Analisis kasus negatif, peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan

bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

6. Membercheck, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Sehingga informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.(Sugiyono, 2005:275-276).

1.11 Teknik Analisa Data

Suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka mengetahui bagian-bagian, hubungan diantara bagian, dan hubungan bagian dengan keseluruhan. Menurut Bodgan & Biklen bahwa:

(57)

Logika yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif bersifat induktif (dari yang khusus kepada yang umum), seperti dikemukakan Faisal (dalam Bungin, 2003: 68-69):

Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif. Suatu logika yang bertitik tolak dari ”khusus ke umum”; bukan dari ”umum ke khusus” sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier.

[image:57.612.147.506.333.567.2]

Huberman dan Miles melukiskan siklusnya seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar 1.3

Komponen-Komponen Analisa Data Model Kualitatif

(sumber: Faisal (dalam Bungin, 2003: 69)

Data yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut:

DATA

COLLECTION DISPLAYDATA

DATA REDUCTION

(58)

1. Pengumpulan Data (Data collection): Data yang dikelompokkan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

2. Reduksi Data (Data reduction) : Kategorisasi dan mereduksi data, yaitu

melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokkan sesuai topik masalah.

3. Penyajian Data (Data Display): Melakukan interpretasi data yaitu

menginterpretasikan apa yang telah diinterpretasikan informan terhadap masalah yang diteliti.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification): Pengambilan

kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga, sehingga dapat memberi jawaban atas masalah penelitian.

5. Evaluasi: Melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang

didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan interpretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan yang dapat mengaburkan makna persoalan sebenarnya dari fokus penelitian.

(59)

1.12 Lokasi Dan Waktu Penelitian

1.12.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kota Cimahi. Penelitian yang dilakukan tidak terfokus pada satu tempat, tetapi dilakukan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan informan.

1.12.2 Waktu Penelitian

[image:59.612.113.554.364.683.2]

Waktu yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini kurang lebih selama 5 bulan, yaitu mulai dari bulan oktober 2011 sampai dengan bulan febuari 2012.

Tabel 1.4

Waktu dan Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Oktober

2011

November 2011

Desember 2011

Januari 2012

Febuari 2012

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul

2 Penulisan Bab 1

Bimbingan

3 Seminar UP

4 Penulisan Bab II

Bimbingan

(60)

Bimbingan

6 Pengumpulan

Data

Wawancara

Bimbingan

7 Pengolahan Data

Penulisan Bab IV

Bimbingan

8 Penulisan Bab V

9 Penyusunan Bab I

- IV

10 Sidang kelulusan

1.13 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran tentang penulisan dari skripsi ini, maka ringkasan secara sistematis dijelaskan pada beberapa bab yang akan dibuat sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

(61)

Gambar

Gambar 1.1      Skema Penelitian (teoritis)
Table 1.1   Informan Penelitian
Gambar 1.3
Tabel 1.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat difisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat sel, di tandai

(5) Adanya kesinambungan/tindak lanjut pelatihan membaca yang sesuai dengan kebutuhan guru-guru sekolah menengah pertama. Pelatihan Membaca ini seharusnya adalah training

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Kemudian, nilai Gini Ratio untuk distribusi pendapatan Petani Kabupaten Gowa pada tahun 2016 adalah sebesar 0,62 maka dapat dikatakan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan

pendapat Jhingan (2000) bahwa perencanaan adalah teknik/cara untuk mencapai tujuan, untuk mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Risiko Pembiayaan ( Non Performing Financing ), Profitabilitas ( Earning Before Taxes and Provisions ),

Bila ditinjau lebih dalam, kehadiran keluarga pasien bisa meringankan kinerja perawat, sperti contoh : memanfaatkan anggota keluarga dalam proses keperawatan seperti

Helsinki merupakan harapan baru bagi masyarakat Aceh pasca konflik berkepanjangan, sehingga masyarakat Aceh Tamiang khususnya memberi harapan pada Partai Aceh dengan