KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN PENGUSAHA UMK MENGAKSES KREDIT PERBANKAN DI KOTA BINJAI
Nomor Kuesioner:
Data Responden
Nama :
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Umur : …… Tahun
Pendidikan Terakhir : 1. Tidak Sekolah 2. SD
3.SMP 4. SMA
5. D3/D4 6. S1
7. S2/S3
Mengetahui Informasi Kredit UMK melalui : 1. Media cetak ( Koran, Majalah, Spanduk, dll) 2. Media digital ( Radio, Televisi, Internet, dll) 3. Rekomendasi dari teman/keluarga
4. Lainya :
Nama Usaha :
Badan Usaha : 1.UD 2.CV 3.Firma
Bidang Usaha :
Omset :
Jumlah Karyawan :
Alamat :
Karakteristik Usaha Keterangan:
1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju
3. Kurang Setuju 4. Setuju
5. Sangat Setuju
Apakah Responden pernah mengajukan kredit : 1. Pernah dan diterima
2. Pernah dan ditolak 3. tidak
PERTANYAAN I
No Pertanyaan 1 2 3 4 5
1 Kredit perbankan Mudah diakses oleh para pengusaha UMK
2 kredit perbankan membantu dalam pengembangan usaha anda
3 kredit perbankan meningkatkan laba usaha sesuai dengan target yang telah ditetapkan
4 Syarat-syarat untuk mengakses kredit perbankan sangat mudah
5 Setelah mendapatkan kredit perbankan hasil produksi meningkat
6 Realisasi pembiayaan kredit sesuai dengan rencana pengembangan usaha
7 Proses pencairan dana cepat
8 kredit perbankan akan memperluas pasar sasaran produksi
9 Kurangnya informasi kredit perbankan
10 Kredit perbankan menyusahkan para pengusaha 11 Bunga kredit terlalu besar
PERTANYAAN II
1. Bagaimana tingkat kemampuan pengusaha UMK dalam mengakses kredit perbankan di Kota Binjai ?
DAFTAR PUSTAKA
Ariwibowo, Zulyantoari, 2011. Kredit
perbankan,http://zulyantoari.blogspot.co.id/2011/05/kredit-perbankan.html
Binjaikota.bps.go.id
Binjaikota.bps.go.id/fronted/index.php/publikasi/5
Filandari, Mitha,2013. Pemberian Bantuan Kredit Oleh Bank. http://mithafilandari.blogspot.co.id/ (8 oktober 2015)
Migas.bisbak.com/1276.html
Pratiwi, Erwina, 2014. “Analisis Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK Mengakses Kredit Perbankan di Kabupaten Langkat”. Skripsi. Medan.
Sari, Pravita, 2014. “Analisis Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK Mengakses Kredit Perbankan Syariah di Kota Medan (studi kasus : bank SUMUT syariah cabang medan)”. Skripsi. Medan
Sijabat, Emmawaty, 2013. “Bank Perkreditan Rakyat Sebagai Sumber Pembiayaan Usaha Menengah Kecil Di PT BPR Tridana Percut Medan”. Skripsi. Medan
Smecda.com/informasi-umkm/
Tambunan, Tulus, 2002. Usaha kecil dan menengah di Indonesia beberapa isu penting.
www.Bi.go.id/id/perbankan/suku-bunga-dasar/default.aspx
www.binjaicity.com/blog/pertumbuhan-ekonomi-kota-binjai-meningkat-622-persen/
www.kajianpustaka.com/2013/01/usaha-mikro-kecil-dan-menengah.html
www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-kemampuan-menurut-defenisi.html
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut terdapat empat hal yang
perlu difahami lebih lanjut yaitu: cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Deskriptif Kuantitatif. Pengertian deskriptif kuantitatif merupakan suatu metode
penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan kebenaran dari sebuah teori.
Bagaimana metode ini membahas data-data yang ada dengan menggunakan
parameter dan hipotesis sebagai tolak ukurnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Metode survei pada umumnya menggunakan instrumen kuisioner (quesionnaire)
yang diisi oleh para responden dari objek penelitian yang ditetapkan dengan
metode tertentu
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Binjai, dimana penelitian ini dikhususkan
kepada pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Karena di Kota Binjai terdapat
pengusaha UMK yang kurang berminat menggunakan kredit perbankan dalam
modal usaha maupun untuk mengembangkan usahanya. Penelitian ini dilakukan
pengusaha UMK dan melakukan beberapa pertanyaan (wawancara) kepada para
pengusaha UMK.
3.3. Batasan Operasional
Batasan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan
pengusa Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam mengakses kredit perbankan untuk
modal usaha dan pengembangan usahanya di Kota Binjai, dimana pengusaha
UMK ada yang mengakses kredit perbankan dan tidak mengakses kredit
perbankan serta pernah menggunakan kredit perbankan sebagai modal usahanya.
3.4.1. Defenisi Operasional
1. Kredit perbankan adalah peminjaman modal yang diberikan suatu bank
kepada masyarakat atau perusahaan dengan ketentuan yang diberlakukan oleh
bank tersebut.
2. Tingkat kemampuan merupakan suatu usaha untuk mendapatkan dan
mengembalikan modal yang dipinjam oleh pengusaha kepada pihak bank.
3. Kendala para pengusaha UMK dalam mengakses kredit perbankan di Kota
Binjai
3.5. Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan
induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian
kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian. Dalam penelitian ini Penulis menggunakan SPSS
17.0 untuk mengolah data dari hasil kuesioner kepada responden.
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan sampel penelitian harus didefinisikan secara jelas, karena
hasil analisis statistika sangat tergantung dari ruang lingkup dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi dan sampel.
3.6.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pengusaha UMK yang terdapat di Kota Binjai.
3.6.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Karena populasi pengusaha UMK di Kota Binjai sangat banyak
sehingga peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi
disebabkan keterbatasan biaya, tenaga dan waktu peneliti, maka penelitian ini
hanya menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Dalam penelitian ini
menggunakan sampel penelitian sebanyak 30 sampel.
3.7. Jenis dan Sumber Data
Studi kasus pada penelitian ini adalah di Kota Binjai. Jadi data yang
diperoleh adalah hasil survei yang dilakukan di Kota Binjai. Pengumpulan data
akurat. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Untuk
mendukung penelitian ini diperlukan data yang valid dan aktual. Data tersebut
dibedakan menjadi :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan (quesioner) dan/atau dengan
wawancara langsung kepada para pengusaha UMK di Kota Binjai
2. Data Sekunder
Data sekunder merupkan data yang diperoleh dari pihak atau instansi yang
terkait dengan penelitian ini, dalam hal ini adalah Badan Pusat Statistik. Selain
itu, informasi data juga diperoleh melalui buku-buku referensi, media internet
serta bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.8. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau si
pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara).
2. Kuesioner
Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data melaui formulir-formulir yang
atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan
informasi yang diperlukan oleh peneliti.
3. Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu dengan menelaah dan mengkaji setiap data yang
terdapat pada usaha mikro yang diteliti dan pada sumber lainnya yang
mendukung penelitian ini.
3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1. Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu
daftar pertanyaan dengan variabel. Uji ini dilakukan untuk mengukur data yang
telah didapat setelah penelitian. Macam validitas umumnya digolongkan dalam
tiga kategori besar, yaitu validitas isi (content validity), validitas berdasarkan
kriteria (criterion-related validity) dan validitas konstruk. Pada penelitian ini akan
dibahas hal menyangkut validitas untuk menguji apakah pertanyaan-pertanyaan
itu telah mengukur aspek yang sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas
konstruk. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara variabel/item
dengan skor total variabel. Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan
mencari korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total
menggunakan rumus teknik korelasi pearson’s product moment. Yaitu:
(∑ )− ∑ ∑
Item instrumen dianggap valid jika r hitung > r tabel. Sebaliknya jika r
hitung < r tabel, item instrumen dianggap tidak valid.
3.9.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) adalah ukuran suatu kestabilan dan konsisten
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan daftar
pertanyaan.Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan metode korelasi
alpha cronbach. Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas
akan ditentukan reliabilitasnya. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung
indeks reliabilitas yaitu dengan teknik alpha cronbach dengan rumus sebagai
berikut:
α = ²( Ʃ ᵢ² ²
Sumber : Rochaety, Tresnati dan Latief (2007)
Keterangan :
α ≥ 0,05 artinya instrumen reliabel
α < 0,05 artinya instrumen tidak realible
3.9.3 Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis deskriptif kualitatif adalah metode yang menggambarkan dan
menjabarkan objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah ditentukan
wawancara selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel maupun diagram yang
kemudian ditafsirkan sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai objek
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran wilayah penelitian 4.1.1 Letak Geografis
Secara geografi Kota Binjai berada pada 3'31'40" - 3'40'2" Lintang Utara
dan 98'27'3" - 98'32'32" Bujur Timur dan terletak 28 m diatas permukaan laut.
Wilayah Kota Binjai seluas 90,23 km2, terletak 28 M diatas permukaan laut dan
dikelilingi oleh Kab.Deli Serdang. Batas area disebelah Utara adalah Kecamatan
Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kab.Deli Serdang, di
sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab.Deli Serdang, di
sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kab.Langkat dan
Kecamatan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Selesai Kab.Langkat.
4.1.2 Kondisi Demografi Kota Binjai
Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kota Binjai berjumlah 261.490 jiwa
yang terdiri dari 130.551 laki-laki dan 130.939 perempuan dengan kepadatan
penduduk 2.898 jiwa/km2 dan rata-rata 4,34 jiwa per rumah tangga. Dari
kecamatan yang terdapat di Kota Binjai, Binjai Selatan mempunyai wilayah yang
paling luas sebesar 29,96 km2, sedangkan wilayah terkecil adalah kecamatan
Binjai Kota dengan luas 4,12 km2.
Dilihat dari Tabel 4.1 jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan
terdapat di Binjai Kota yaitu sebanyak 30.780 jiwa. Kecamatan yang paling padat
penduduknya terdapat di kecamatan Binjai Kota dengan kepadatan 7.471
jiwa/km2. Sedangkan kecamatan yang jarang penduduknya adalah Binjai Selatan
dengan kepadatan 1.668 jiwa/km2
Jumlah Rumah Tangga yang paling banyak terdapat di Kecamatan Binjai
Utara yaitu 17.011 rumah tangga, dan rumah tangga yang paling sedikit terdapat
di Kecamatan Binjai Kota yaitu 7.318 rumah tangga.
Penduduk Kota Binjai didominasi oleh penduduk berusia 0-4 tahun
sejumlah 25.551 jiwa yang terdiri dari 13.036 laki-laki dan 12.515perempuan.
Sedangkan jumlah paling sedikit adalah penduduk berusia 60-64 tahun berjumlah
6.297 orang terdiri dari 3.141 laki-laki dan 3.156 perempuan
Tabel 4.1
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Binjai, 2014
Kecamatan Luas wilayah Jumlah penduduk Kepadatan penduduk
Berdasarkan data diatas Binjai selatan merupakan kecamatan terluas yang
ada di Kota Binjai dengan 29,96 km (33,20). Sementara jumlah penduduk
terbanyak berada di kecamatan Binjai Utara dengan 75,058 (28,70%) dan
Tabel 4.2
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Binjai, 2014
Kecamatan Jumlah Penduduk Rasio Jenis
Kelamin
Binjai Utara dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 37,679 dan perempuan
sebanyak 37,679 dengan rasio jenis kelamin 100,80
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Jenis Kelamin di Kota Binjai, 2010-2014
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)
Laki-laki Perempuan Jumlah
2010 122,997 123,157 246,154
peningkatan setiap tahunnya. Jumlah penduduk terbanyak berada di tahun 2014
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga di Kota Binjai, 2010-2014
Tahun Jumlah Penduduk
Rumah tangga Rata-rata Anggota Rumah Tangga
2014 sebanyak 60.204 dengan rata-rata anggota rumah tangga sebesar 4,34.
4.2 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai
Kota Binjai mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi makro yang
diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai
6,22 persen di tahun 2013. Capaian ini menunjukkan bahwa Kota Binjai masih
lebih baik dibandingkan PDRB nasional sebesar 5,73 persen dan PDRB Provinsi
Dari data BPS Kota Binjai keberhasilan pembangunan terlihat melalui
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 76,90 atau berada pada urutan
kelima tertinggi di provinsi Sumatera Utara.
Dalam upaya pengentasan kemiskinan pemko Binjai berhasil menurunkan
angka kemiskinan dari 7,33 persen pada tahun 2010 menjadi 6,75 persen pada
tahun 2013. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka berkurang dari
11,64 persen pada tahun 2010 menjadi 6,83 persen di tahun 2013.
Jumlah angkatan kerja diproyeksikan naik dari 112.287 orang pada
tahun 2013 menjadi 138 ribu orang ditahun 2016 dengan target penurunan
pengangguran terbuka dari 6,83 persen pada tahun 2013 menjadi 6,5
persen pada tahun 2016. Sedangkan PDRB perkapita masyarakat Kota
Binjai diproyeksikan naik dari Rp 28,79 juta ditahun 2013 menjadi Rp
Tabel 4.5
PDRB kota Binjai atas dasar harga berlaku
Lapangan usaha utama 2011 2012 2013
Pertanian 286 782,67 321 196,69 359 813,83
Pertambangan dan penggalian
431 907,15 488 323,42 544 565,92
Industri pengolahan 1 241 102,02 1 425 773,20 1 608 364,41 Listrik, gas, dan air bersih 110 563,76 127 773,23- 151 409,08
Bangunan 476 118,33 555 403,26 648 332,63
Berdasarkan data BPS tahun 2011, 2012, 2013 terjadi peningkatan PDRB
Kota Binjai atas dasar harga berlaku dimana peningkatan terjadi pada semua
sektor lapangan usaha utama yang berada di Kota Binjai. Pada data diatas dapat
kita lihat bahwa terdapat 4 sektor yang paling berpengaruh di Kota Binjai yaitu
sektor industri pengolahan dengan 1.608.364,41 kemudian sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 1.181.868,56, kemudian sektor Bank dan Lembaga
Tabel 4.6
PDRB Kota Binjai Atas Dasar Harga Konstan
Lapangan usaha utama 2011 2012 2013
Pertanian 149 297,64 156 671,69 164 467,20
Pertambangan dan penggalian 133 466,89 136 741,41 139 758,12 Industri pengolahan 451 076,90 472 851,41 494 543,33 Listrik, gas, dan air bersih 31 943,52 34 512,10 21 311,77
Bangunan 204 393,36 226 657,26 251 426,73
Perdagangan, hotel dan restoran 342 539,95 364 410,41 387 382,23 Pengangkutan dan komunikasi 106 400,01 118 078,62 131 059,97 Bank dan lembaga keuangan 343 018,69 362 371,73 382 258,05
Jasa 385 684,23 411 756,30 437 855,45
Jumlah 2 147 820,19 2 284 050,92 2 426 087,35 Sumber : BPS kota Binjai 2011 - 2013
Berdasarkan data BPS tahun 2011, 2012, 2013 terjadi peningkatan PDRB
Kota Binjai atas dasar harga konstan dimana peningkatan terjadi pada semua
sektor lapangan usaha utama yang berada di Kota Binjai. Pada data diatas dapat
kita lihat bahwa terdapat 4 sektor yang paling berpengaruh di Kota Binjai yaitu
sektor Industri Pengolahan dengan 494 543,33 kemudian sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 387 382,23 kemudian sektor Bank dan Lembaga
Keuangan sebesar 382 258,05 serta Jasa dengan 437 855,45
4.3 Perkembangan Perbankan di Kota Binjai
Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berazaskan prinsip
kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat serta menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup
Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas
Bank Umum dan BPR. Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah dalam hal
kegiatan Operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki
jangkauan dan kegiatan operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan
usahanya dianut dual bank sistem, yaitu dapat melaksanakan kegiatan usaha bank
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan
BPR dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank konvensional
berdasarkan prinsip syariah.
Dibawah ini dapat kita lihat tabel mengenai suku bunga bank umum di
Tabel 4.7
Suku Bunga Dasar Kredit Posisi Akhir November 2015
Nama Bank Suku Bunga Dasar Kredit (%)
Tabel 4.8
Posisi Kredit Perbankan Rupiah dan Valuta Asing Bank Umum dan BPR di Kota Binjai 2014 ( Juta Rp ) Juni 683.900 326.860 212.502 1.164.255 2.387.517 Juli 690.666 318.147 203.977 1.149.699 2.362.489 Agustus 690.548 302.679 258.079 1.146.984 2.398.290 September 703.291 279.771 259.536 1.144.752 2.387.350 oktober 703.049 284.470 259.012 1.139.247 2.349.778 November 723.161 281.832 261.970 1.139.904 2.406.867 Desember 713.007 299.320 266.241 1.140.436 2.419.004 Sumber :Kantor perwakilan bank indonesia wilayah ix
Dari data diatas dapat kita lihat pada kolom kredit Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah terjadi peningkatan pada setiap bulan di tahun 2014. Terjadinya
peningkatan ini menunjukkan masyarakat terutama pengusaha di Kota Binjai telah
berperan aktif dalam meningkatkan usahanya dalam bentuk meminjam uang ke
pihak bank untuk memperluas sasaran produksinya. Hal ini berpengaruh positif
kepada pengusaha guna memperbesar usaha yang dimilikinya.
4.4 UMKM Kota Binjai
Di Kota Binjai Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) saat ini
dianggap sebagai cara yang efektif dalam pengentasan kemiskinan. Dari riset dan
statistik yang dilakukan, UMKM mewakili jumlah kelompok usaha terbesar.
UMKM merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian di
indonesia dan sangat berperan penting terhadap perekonomian di Kota Binjai.
Selain menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya terhadap
besar bagi tenaga kerja di indonesia. Jumlah UMKM Kota Binjai dapat dilihat
pada tabel dibawah ini
Tabel 4.9
Jumlah UMKM Kota Binjai
No Jenis usaha Jumlah
1 Usaha Dagang 2788
2 Usaha Makanan dan Minuman 2139
3 Usaha Perbengkelan 474
Sumber : kantor dinas koperasi dan Umkm Kota Binjai
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa usaha dagang merupakan jenis
usaha terbanyak yang berada di Kota Binjai dengan 2788 jumlah Usaha, dan
Usaha perbengkelan merupakan usaha yang paling sedikit jenis usahanya yang
berada di Kota Binjai dengan hanya 474 jumlah usaha.
4.5 Uji Validitas dan Reabilitas 4.5.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.0, dimana
pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 5% (0,05) dengan
kriteria :
Jika rhitung > rtabel maka instrumen dinyatakan valid
Jika rhitung < rtabel maka instrumen dinyatakan tidak valid
Dimana rtabel dapat diketahui dari daftar nilai product moment tabel r pada
signifikansi 5% dengan uji dua sisi. Pada penelitian ini, jumlah n = 30, maka r
tabel dapat kita hitung dengan rumus df = n-2 dan didapatkan hasil rtabel pada
Tabel 4.10
Sumber : data primer setelah diolah
4.5.2 Uji Reabilitas
Setelah dilakukan uji validitas, maka selanjutnya akan dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua
kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran tersebut memperoleh
hasil yang relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut dinyatakan reliabel.
Instrumen yang sudah dinyatakan valid dilakukan uji alpha (Cronbach’c Alpha),
dimana:
Jika ralpha > rtabel maka dinyatakan reliabel.
Jika ralpha < rtabel maka dinyatakan tidak reliabel.
Semakin kecil kesalahan pengukuran maka semakin reliabel instrumen yang
digunakan. Cronbach’s Alpha yang menunjukkan nilai > dari 0,374 menunjukkan
Tabel 4.11
Karaktersitik responden yang dimaksudkan di sini adalah data yang
menjadi keterangan pribadi seorang responden. Responden dalam penelitian ini
adalah seluruh pengusaha UMK yang terdapat di Kota Binjai. Jumlah responden
sebanya 30 pengusaha.
4.6.1 Usia Responden
Berdasarkan data yang diperoleh Usia Responden di Kota Binjai yang
berumur 31-44 tahun memilliki frekuensi terbanyak dengan 20 orang, sedangkan
Tabel 4.12 4.6.2 Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan data yang diperoleh mayoritas yang menjawab responden
adalah laki-laki dengan 20 orang dan wanita sebanyak 10 orang.
Tabel 4.13
Jenis kelamin responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki – Laki 20 66,7
Perempuan 10 33,3
Total 30 100,0
Sumber : data primer 4.6.3 Pendidikan Responden
Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 20 responden berpendidikan
SMA , sedangkan D3/S1 sebanyak 3 responden dan masih ada yang tidak sekolah
sebanyak 1 responden.
Tabel 4.14 Pendidikan Responden
Pendidikan Frekuensi Persentase(%)
4.6.4 Informasi yang Didapat Responden
Dari data yang diperoleh mayoritas responden dalam mendapatkan
informasi adalah 16 orang mengetahui dari rekomendasi dari teman/keluarga,
sedangkan media cetak hanya 4 responden
Tabel 4.15
Informasi yang Didapat Responden
Informasi Yang Didapat Responden
Frekuensi
Persentase (%)
Media Cetak 10 33,3
Media Digital 4 13,3
Rekomendasi Dari Teman/Keluarga 16 53,3
Total 30 100,0
Sumber : data primer
4.6.5 Jenis Usaha Responden
Berdasarkan data yang diperoleh mayoritas jenis usaha responden adalah
Tabel 4.16 Jenis Usaha Responden
Jenis Usaha Frekuensi Persentase (%)
Hp Dan Pulsa 1 3,3
Berdasarkan data yang diperoleh modal para pengusaha yang paling
banyak berada pada interval <20.000.000 dengan frekuensi 22 responden,
sedangkan sisanya sebanyak 8 responden berada pada interval
4.6.7 Pendapatan/Hari Responden
Berdasarkan data yang diperoleh pendapatan/hari responden terbanyak
berada pada interval <20.000.000 sedangkan sisanya berada pada interval
20.000.000-40.000.000.
Berdasarkan data yang diperoleh omset responden terbanyak berada pada
interval 20.000.000-40.000.000 sebanyak 15 responden sedangkan 6 responden
berada pada interval >40.000.000.
Tabel 4.19 4.6.9. Total Aset Responden
Berdasarkan data yang diperoleh Aset responden terbanyak berada pada
interval <20.000.000 sebanyak 18 responden sedangkan responden berada pada
Tabel 4.20 Total Aset Responden
Total Frekuensi Persentase (%)
< 20.000.000 18 60,0
> 40.000.000 6 20,0
20.000.001 - 40.000.000 6 20,0
Total 30 100,0
Sumber : data primer
4.6.10 Jumlah Karyawan Responden
Berdasarkan data yang diperoleh jumlah tenaga kerja responden terbanyak
berada pada 3 jumlah tenaga kerja dengan frekuensi 10 responden, sedangkan
jumlah tenaga kerja paling sedikit berada pada 4 dan 5 sebanyak 2 responden.
Tabel 4.21 Jumlah tenaga kerja Jumlah tenaga
kerja Frekuensi Persentase (%)
1 7 23,3
2 9 30,0
3 10 33,3
4 2 6,7
5 2 6,7
Total 30 100,0
4.7 Analisis Data
Tabel 4.22
Kredit Perbankan Mudah Diakses Oleh Para Pengusaha UMK NO Kredit Perbankan Mudah
Diakses
Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap kredit
perbankan mudah diakses oleh para pengusaha UMK yaitu, sangat setuju sebesar
16,66 % dan tidak setuju 46,66 %. Hal ini menunjukkan bahwa kredit perbankan
mudah diakses oleh para pengusaha UMK banyak yang tidak setuju dengan
persentase 46,66%.
Tabel 4.23
Kredit Perbankan Membantu Dalam Pengembangan Usaha NO Kredit Perbankan
Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap kredit
perbankan membantu malam pengembangan usaha yaitu, sangat setuju sebesar
membantu dalam pengembangan usaha banyak yang tidak setuju dengan
persentase 53,33%.
Tabel 4.24
Kredit Perbankan Meningkatkan Laba Usaha Sesuai Dengan Target Yang Telah Ditetapkan
Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap kredit
perbankan meningkatkan laba usaha sesuai dengan target yang telah ditetapkan
yaitu, sangat setuju sebesar 16,66 %, tidak setuju 53,33% dan sangat tidak setuju
30%. Hal ini menunjukkan bahwa kredit perbankan meningkatkan laba usaha
sesuai dengan target yang telah ditetapkan banyak yang tidak setuju dengan
persentase 43,33%.
Tabel 4.25
Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap
syarat-syarat dalam mengakses kredit perbankan mudah yaitu, sangat setuju sebesar
6,66%, tidak setuju 33,33% dan sangat tidak setuju 40%. Hal ini menunjukkan
bahwa syarat-syarat dalam mengakses kredit perbankan mudah banyak yang
sangat tidak setuju dengan persentase 40%.
Tabel 4.26
Setelah Mendapatkan Kredit Perbankan Hasil Produksi Meningkat NO Setelah Mendapatkan Kredit
Perbankan
Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap setelah
mendapatkankan kredit perbankan hasil produksi meningkat yaitu, sangat setuju
sebesar 16,66%, tidak setuju 43,33% dan sangat tidak setuju 30%. Hal ini
menunjukkan bahwa setelah mendapatkan kredit perbankan hasil produksi
meningkat banyak yang tidak setuju dengan persentase 43,33%.
Tabel 4.27
Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap realisasi
pembiayaan kredit sesuai dengan rencana pengembangan usaha yaitu, sangat
setuju sebesar 13,33%, tidak setuju 36,66% dan sangat tidak setuju 36,66%. Hal
ini menunjukkan bahwa realisasi pembiayaan kredit sesuai dengan rencana
pengembangan usaha banyak juga yang tidak setuju dan sangat tidak setuju
sebanyak 36,66%.
Tabel 4.28
Proses Pencairan Dana Cepat NO Proses Pencairan Dana
Cepat
Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap proses
pencairan dana cepat yaitu, sangat setuju sebesar 3,33%, tidak setuju 43,33% dan
sangat tidak setuju 26,66%. Hal ini menunjukkan bahwa proses pencairan dana
banyak yang tidak setuju dengan persentasenya sebanyak 43,33%.
Tabel 4.29
Kredit Perbankan Akan Memperluas Pasar Sasaran Produksi NO Kredit Perbankan Akan
Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap kredit
perbankan akan memperluas pasar sasaran produksi yaitu, sangat setuju sebesar
6,66%, tidak setuju 46,66% dan sangat tidak setuju 26,66%. Hal ini menunjukkan
bahwa kredit perbankan akan memperluas pasar sasaran produksi banyak yang
tidak setuju dengan persentasenya sebanyak 46,66%.
Tabel 4.30
Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap
kurangnya informasi kredit perbankan yaitu, sangat setuju sebesar 43,33%, tidak
setuju 26,66% dan sangat tidak setuju 6,66%. Hal ini menunjukkan bahwa
kurangnya informasi kredit perbankan banyak yang setuju dengan persentasenya
sebanyak 43,33%.
Tabel 4.31
Kredit Perbankan Menyusahkan Para Pengusaha NO Kurangnya Informasi Kredit
Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap
kurangnya informasi kredit perbankan yaitu, sangat setuju sebesar 33,33%, tidak
setuju 16,66% dan sangat tidak setuju 16,66%. Hal ini menunjukkan bahwa kredit
perbankan menyusahakan para pengusaha banyak yang sangat setuju dan setuju
dengan persentasenya sebanyak 33,33%.
Tabel 4.32
Bunga Kredit Terlalu Besar NO Kurangnya Informasi Kredit
Perbankan
Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap bunga
kredit terlalu besar yaitu, sangat setuju sebesar 33,33%, tidak setuju 16,66% dan
sangat tidak setuju 16,66%. Hal ini menunjukkan bahwa bunga kredit terlalu besar
banyak yang sangat setuju dan setuju dengan persentasenya sebanyak 33,33%.
Tabel 4.33
Kurangnya Kemampuan Dalam Memenuhi Syarat Meminjam NO Kurangnya Informasi Kredit
Dari tabel diatas terlihat bahwa, tanggapan responden terhadap
kurangnya kemampuan dalam memenuhi syarat meminjam yaitu, sangat setuju
sebesar 26,66%, setuju 40% dan sangat tidak setuju 13,33%. Hal ini menunjukkan
bahwa kurangnya kemampuan dalam memenuhi syarat meminjam banyak yang
sangat setuju dengan jumlah responden sebanyak 8 responden atau 26,66% dan
paling banyak responden dengan pilihan yang setuju dengan persentasenya
sebanyak 40% atau 12 responden.
4.8 Deskriptif penelitian
Untuk mengetahui apakah responden/pengusaha UMK mampu atau
tidak mampu dalam mengakses kredit perbankan dapat dilihat dari aspek
bagaimana dia mengajukan kredit perbankan di Kota Binjai, apakah pengusaha
diterima dalam mengakses kredit perbankan atau ditolak dalam mengakses kredit
perbankan di kota Binjai.
Pada penelitian ini dilakukan skala pengukuran tingkat kemampuan
pengusaha UMK dalam mengakses kredit perbankan di Kota Binjai.
4.9 Responden yang mengajukan kredit
Berdasarkan data yang diperoleh maka jumlah pengusaha yang
Tabel 4.34
Responden yang mengajukan kredit
Berdasarkan data yang diperoleh, dari 30 responden yang telah
diwawancara maka dapat kita lihat sebanyak 20 atau 67 % responden pernah
mengajukan kredit dan sebanyak 10 atau 33% rsponden tidak mengajukan kredit.
Hal diatas menunjukkan bagaimana keinginan pengusaha UMK untuk mengakses
kredit lebih tinggi dibanding dengan pengusaha UMK yang tidak ingin mengakses
kredit perbankan di kota Binjai.
4.10 Responden yang mengakses kredit
Berdasarkan data yang diperoleh maka jumlah pengusaha responden
yang diterima dan ditolak adalah :
Tabel 4.35
mengajukan kredit hanya sebanyak 20 orang responden yang dapat mengakses
kredit. dan hanya 8 responden yang diterima dalam mengakses kredit, sedangkan
sebanyak 12 orang responden ditolak dalam mengakses kredit perbankan. Kriteria Frekuensi Persentase (%)
Mengajukan kredit 20 67%
Tidak Mengajukan kredit
10 33%
Hal ini menunjukkan berarti kemampuan pengusaha dalam mengakses
kredit perbankan di kota Binjai masih banyak yang tidak mampu dalam
mengakses kredit perbankan di kota Binjai.
4.11 Tingkat kemampuan pengusaha UMK dalam mengakses kredit Pada tabel dibawah ini dijelaskan tentang bagaimana tingkat
kemampuan pengusaha UMK dalam mengakses kredit perbankan di Kota Binjai.
Tabel 4.36
Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK Dalam Mengakses Kredit
NO Tingkat Kemampuan
Pengusaha UMK Dalam Mengakses Kredit
Jumlah Responden Persentase (%)
1 Sangat Sulit 8 26,66
2 Sulit 14 46,66
3 Sedang 7 23,33
4 Mudah 3 10
5 Sangat Mudah 0 0
Jumlah 30 100
Sumber : data primer
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kemampuan pengusaha
dalam mengakses kredit perbankan di Kota Binjai adalah sulit dimana sebanyak
14 responden atau 46,66% menyatakan sulit dalam mengakses kredit perbankan
dan responden yang menyatakan mudah untuk mengakses kredit itu sebanyak 3
responden atau 10%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan pengusaha
4.12 Kendala pengusaha dalam mengakses kredit perbankan Tabel 4.37
Kendala Pengusaha Dalam Mengakses Kredit Perbankan NO Kendala
Pengusaha
Responden Persentase (%) Jumlah Respond
Dari tabel diatas terlihat bahwa terdapat beberapa kendala pengusaha
dalam mengakses kredit perbankan yaitu masalah kurangnya informasi kredit
perbankan, kredit perbankan menyusahakan para pengusaha, bunga kredit terlalu
besar dan kurangnya kemampuan dalam memenuhi syarat meminjam. Kurangnya
informasi dalam mengakses kredit perbankan, responden banyak yang
menyatakan setuju dengan jumlah responden sebanyak 13 responden atau 43,3%
dan yang menyatakan sangat tidak setuju cuma 2 responden atau 6,6%. Selain itu
kendala lainnya seperti kredit perbankan menyusahakan para pengusaha sebanyak
20 responden menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap kendala tersebut dan
yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju cuma sebanyak 10
responden. Begitu juga dengan kendala bunga kredit yang terlalu besar banyak
responden menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dan kendala terhakir
kurangnya kemampuan dalam memenuhi syarat meminjam, responden yang
menyatakan setuju sebanyak 12 responden atau 40% dan yang menyatakan tidak
setuju cuma 6 responden atau 20%. Hal ini menunjukkan bahwa 4 indikator ini
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan terhadap variabel-variabel
penelitian, maka dapat dirangkum kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat kemampuan Pengusaha UMK di Kota Binjai yang mampu
mengakses kredit perbankan di kota Binjai masih sulit. Hal ini terbukti dari
30 orang yang menjadi responden sebanyak 14 orang menyatakan sulit untuk
mengakses kredit perbankan di Kota Binjai dan yang menyatakan mudah
untuk mengakses kredit perbankan di Kota Binjai sebanyak 3 responden
2. Terdapat 4 faktor yang menyebabkan kendala pengusaha UMK di Kota Binjai
tidak mampu dalam mengakses kredit yaitu kurangnya informasi kredit
perbankan, bunga kredit besar, kredit perbankan menyusahkan para
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dan yang telah diuraikan
sebelumnya maka saran yang bisa diberikan adalah:
1. Pihak perbankan agar lebih antusias untuk mempromosikan dan memberikan
penyuluhan serta memberikan kemudahan kepada para pengusaha UMK di
kota Binjai tentang kredit perbankan. Agar masyarakat lebih mengetahui
tentang kredit perbankan ini.
2. Para pengusaha UMK di kota Binjai agar lebih memilih kredit perbankan
daripada menjual aset-aset untuk modal usaha dan mengembangkan usahanya.
Karena dengan mengakses kredit perbankan maka pengusaha UMK dapat
meningkatkan produktifitas, memperbesar modal kerja, dan memperoleh laba
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Tingkat Kemampuan
Menurut Thoha, kemampuan merupakan salah satu unsur dalam
kematangan berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat
diperoleh dari pendidikan, pelatihan dan suatu pengalaman.
Kemampuan ditujukan seseorang baru sebagian dari potensi yang terdapat
pada dirinya sendiri. Dalam hal ini pengusaha meminjam dan mengembalikan
modal yang telah diterima ke bank . oleh karna itu perlu adanya motivasi untuk
menggerakkan agar prestasi kerja semakin dapat dilihat dan dirasakan oleh
pengusaha.
Berdasarkan uraian di atas bahwa apabila ingin mencapai hasil yang
maksimal seorang pengusaha harus bekerja dengan sungguh-sungguh beserta
segenap kemampuan yang dimiliki ditunjang oleh sarana dan prasarana yang ada.
Jika seorang pegawai bekerja dengan setengah hati maka pekerjaan yang
dihasilkan tidaklah semaksimal yang diharapkan. Artinya bahwa kemampuan
seseorang bisa diukur dari tingkat keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki
dalam melaksanakan tugas yang dibebankan. Dengan keterampilan yang ada
maka pengusaha akan berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
kerjanya.
Dari bahasan-bahasan di atas maka di dalam mengukur kemampuan kerja,
a. Kemampuan teknis
1. Tingkat pendidikan dan jenis pendidikan
2. Tingkat pelaksanaan tugas sesuai dengan aturan dan target waktu yang telah
ditetapkan
3. Tingkat pelaksanaan pekerjaan menggunakan peralatan sesuai dengan
bidang tugasnya.
4. Tingkat penyelesaian terhadap masalah
b. Kemampuan bersifat manusiawi
1. Tingkat kerja sama dengan orang lain
2. Tingkat membangun suasana kerja
3. Tingkat pelaksanaan kerja dengan inisiatif
c. Kemampuan konseptual
1. Tingkat kejelasan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan bidang
tugasnya.
2. Tingkat penggunaan skala prioritas dalam menyelesaikan pekerjaan.
2.2 Defenisi Usaha mikro dan kecil (UMK)
Menurut UU No.20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengahdisebutkan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang
peroranganatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badanusaha yang bukan
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang ini.
2.2.1 Usaha Mikro
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro.
Adapun kriteria usaha mikro :
1. Usaha mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tigaratus
juta rupiah).
3. Usaha yang memiliki pekerja kurang dari 5 orang, termasuk tambahan
anggota keluarga yang tidak dibayar.
2.2.2 Usaha Kecil
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.
Adapun kriteria Usaha Kecil :
1 Usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 sampai
dengan paling banyak Rp 500.000.000 tidak termasuk tanah dan tempat
2 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 sampai
dengan paling banyak Rp 2.500.000.000
3 Usaha yang memiliki pekerja 5-19 orang
2.2.3. Ciri-Ciri Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Ciri-ciri usaha mikromenurut Keputusan Menteri Keuangan
No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003:
1. Jenis barang/ komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti.
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat.
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha; Sumber daya
manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.
4. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
5. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah
akses ke lembaga keuangan non bank.
6. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
2.2.4. Jenis-Jenis Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Sektor-sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK) meliputi berbagai sektor
bisnis, seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri manufaktur, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel
dan restoran, sektor transportasi dan telekomunikasi, sektor keuangan, penyewaan
bagian, yakni makanan, minuman, tembakau, tekstil, pakaian jadi, kayu dan
produk-produk kayu, kertas percetakan dan publikasi, serta kimia termasuk
pupuk.
Adapula produk-produk dari karet, semen dan produk-produk mineral non
logam, produk-produk dari besi dan baja, alat-alat transportasi, mesin dan
peralatannya, serta olahan-olahan lainnya.
2.2.5. Peran Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam perekonomian
indonesia paling tidak dapat dilihat dari (kementrian koperasi dan dan
UKM,2005) :
1. kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai
sektor
2. Penyedia lapangan kerja yang terbesar
3. Pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan
masyarakat
4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi
5. Sumbangannya dalam neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor
Peran UMKM selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam
perekonomian indonesia. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank
Indonesia antara lain :
1. Jumlahnya besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi
2. Menyerap setiap tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak
3. Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga
terjangkau
2.2.6. Azas-Azas Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 pasal 3 Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka
membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang
berkeadilan. Perbedaan UKM dengan perusahaan yang berskala besar salah
satunya dari asas. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan:
1. Kekeluargaan;
2. Demokrasi ekonomi;
3. Kebersamaan;
4. Efisiensi berkeadilan;
5. Berkelanjutan;
6. Berwawasan lingkungan;
7. Kemandirian;
8. Keseimbangan kemajuan; dan
9. Kesatuan ekonomi nasional.
2.2.7. Permasalahan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Perkembangan usaha mikro dan kecil di Indonesia tidak lepas dari
berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah
tersebut tidak bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang
atau subsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor
yang sama (Tambunan, 2002). Meski demikian masalah yang sering dihadapi oleh
usaha mikro dan kecilmenurut Tambunan (2002) adalah:
1. Kesulitan pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi
perkembangan usaha mikro dan kecil.Salah satu aspek yang terkait dengan
masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestic
dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor.
2. Keterbatasan Financial
Usaha mikro dan kecil, khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah
utama dalam aspek financial :mobilitas modal awal (star-up capital) dan akses
ke modal kerja, financial jangka panjang untuk investasi yang sangat
diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang.
3. Keterbatasan SDM
Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak
usaha mikro dan kecil di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek
enterpreunership, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk,
engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data
processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Keterbatasan ini
menghambat usaha mikro dan kecil Indonesia untuk dapat bersaing di pasar
domestik maupun pasar internasional.
4. Masalah bahan baku
bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak usaha
mikro dan kecil di Indonesia. Keterbatasan ini dikarenakan harga baku yang
terlampau tinggi sehingga tidak terjangkau atau jumlahnya terbatas.
5. Keterbatasan teknologi
Usaha mikro dan kecil di Indonesia umumnya masih menggunakan
teknologilama atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat
produksiyang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya
membuatrendahnya total factor productivity dan efisiensi di dalam proses
produksi,tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat. Menurut Lestari
(2007) untuk memenuhi kebutuhan permodalan, UMK paling tidak
menghadapi empat masalah, yaitu:
a. Masih rendahnya atau terbatasnya akses UMK terhadap berbagai
informasi, layanan, fasilitas keuangan yang disediakan oleh keuangan
formal, baik bank, maupun non bank misalnya dana BUMN, ventura.
b. Prosedur dan persyaratan perbankan yang terlalu rumit sehingga pinjaman
yang diperoleh tidak sesuai kebutuhan baik dalam hal jumlah maupun
waktu, kebanyakan perbankan masih menempatkan agunan material
sebagai salah satu persyaratan dan cenderung mengesampingkan
kelayakan usaha.
c. Tingkat bunga yang dibebankan dirasakan masih tinggi.
d. Kurangnya pembinaan, khususnya dalam manajemen keuangan, seperti
perencanaan keuangan, penyusunan proposal dan lain sebagainya.
2.2.8. Kelebihan dan Kelemahan Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Kelebihan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah dapat menjadi dasar
pengembangan kewirausahaan, dikarenakan organisasi internal dewasa ini mampu
meningkatkan ekonomi kerakyatan/padat karya (lapangan usaha dan lapangan
kerja) yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor (struktur industri dan
perolehan devisa). Selain itu Usaha Mikro dan Kecil (UMK) aman bagi perbankan
dalam member kredit karena bergerak dibidang usaha yang cepat menghasilkan.
Usaha Mikro dan Kecil juga mampu memperpendek rantai distribusi, lebih
fleksibel dan ada abilitas dalam pengembangan usaha.
(Sumber:www.wikipedia.org)
Adapun kekurangan dari Usaha Mikro dan Kecil adalah rendahnya
kemampuan Sumber Daya manusia (SDM) dalam kewirausahaan dan manajerial
yang menyebabkan munculnya ketidakefisienan dalam menjalankan proses usaha.
Terdapat pula masalah keterbatasan keuangan yang menyulitkan dalam
pengembangan berwirausaha. Ketidakmampuan aspek pasar, keterbatasan
pengetahuan produksi dan teknologi, sarana dan prasarana, dan ketidakmampuan
menguasai informasi juga merupakan kekurangan yang sering dialamai dalam
Usaha Mikro dan Kecil. Usaha Mikro dan kecil juga tidak didukung kebijakan
dan regulasi yang memadai, serta pelakuan dari pelaku usaha besar yang tidak
terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama, sehingga sering tidak memenuhi
standar dan tidak memenuhi kelengkapan aspek legalitas.
2.3. Kebijakan Kredit
Menurut Muljono (2007) dalam menetapkankebijaksanaan perkreditan
tersebut harus diperhatikan 3 (tiga) asaspokok yaitu :
1. Asas likuiditas
Asas likuiditas adalah suatu asas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat
menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya
akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya atau dari
masyarakat luas. Suatu bank dikatakan likuid apabila memenuhi kreteria
antara lain :
a. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan
digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.
b. Bank tersebut memiliki assets lainnya yang dapat dicairkan sewaktuwaktu
tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.
c. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash assets
baru melalui berbagai bentuk utang.
2. Asas solvabilitas
Asas solvabilitas, usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari
masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit.
3. Asas rentabilitas
Asas rentabiltas, sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha akan selalu
mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan
2.4. Penyaluran Kredit oleh Bank terhadap UKM
Pada kenyataannya penyaluran kredit pada UKM masih kecil
dibandingkan dengan usaha besar. Pemecahan masalah tersebut secara makro
seperti kebijakan pemerintah mewajibkan Bank Umum untuk menyalurkan 20 %
kredit kepada UKM dari total kreditnya, KUT, program program promosi akses
kredit UKM kepada lembaga keuangan dan lain-lainnya ternyata hasilnya masih
jauh dari memuaskan. Hal ini disebabkan selain karena ketidakmampuan UKM
mengakses bank juga disebabkan oleh :
1. Officer Bank kekurangan pengetahuan atau pengalaman, sehingga bank
kesulitan menilai prospek bisnis UMK, sehingga untuk meminimalisasi resiko
perlu menetapkan persyaratan jaminan yang ketat. Skema kredit UMK kurang
bervariasi mengikuti variasi karakteristik usaha UMK yang spesifik.
2. Pada UMK yang mengajukan kredit, Officer Bank masih kesulitan untuk
menemukan yang prospektif untuk dibiayai.
Untuk mendorong penyelesaian masalah ditingkat mikro tersebut
semestinya menjadi perioritas dalam mempromosikan akses kredit UMK pada
lembaga keuangan. secara teknis bank harus punya target pasar spesifik untuk
UMK sebagaimana juga bank memiliki target pasar spesifik untuk usaha besar,
tetapi menetapkan target pasar untuk UKM ternyata lebih rumit dari pada
menetapkan target pasar kredit usaha besar, hal ini disebabkan :
1. Tidak tersedianya data sekunder yang memadai tentang UMK, data yang
tersedia pada dinas teknis dan BPS sangat tidak memadai sebagai
2. Faktor lokalitas pada tingkat Kabupaten/propinsi bahkan pada tingkat
wilayah yang lebih kecil sangat mempengaruhi potensi pengembangan UMK,
dengan demikian data Nasional akan sangat bisa jika digunakan dalam
memilih sektor UMK.
3. Pengelompokkan UMK selama ini berdasarkan sub sektor telah menjadi pola
analisis, padahal pengelompokkan tersebut pada dasarnya untuk kepentingan
administrasi (Pemerintah & BI) bukan kepentingan analisis bisnis, Analisis
yang paling rasional adalah berdasarkan rantai bisnis dan wilayah (wilayah
yang dibatasi oleh keterkaitan pelaku bukan wilayah administrasi).
Karena sebagian besar UMK tidak memiliki dokumen usaha dan data
tentang UMK sangat sedikit maka untuk bisa menyalurkan kredit kepada UMK,
bank perlu mengenal dengan baik karakteristik dan pola bisnis UMK, perlu cara
lain dalam analisis pasar dan potensi sektor agar penyaluran kredit pada UMK
tetap dengan pendekatan koridor biasa.
Menurut data Bank Indonesia, total penyaluran kredit UMKM pada
periode Januari - Juli 2012 mencapai Rp 681 triliun atau 33 persen dari rencana
bisnis bank. Porsi kredit UMKM paling besar dikucurkan untuk sektor
perdagangan yakni 46,6 persen, diikuti sektor industri pengolahan sebesar 10,5
persen, dan sektor pertanian, perburuan dan kehutanan 7,8 persen. Adapun
rata-rata bunga kredit UMKM tercatat 13,8 persen. Menurut data BI per Juli 2012.
Total penyaluran kredit secara keseluruhan mencapai Rp 2.538 triliun. Mengacu
pada hal itu maka total penyaluran kredit UMKM yang telah mencapai Rp 681
2.5. Syarat UKM Mendapat Kucuran Dana dari Bank
Para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) harus memenuhi tiga
persyaratan agar usahanya dinilai visible dan bankable bagi perbankan. Sehingga
perbankan bersedia untuk mengucurkan kredit. "Tiga syarat itu adalah :
1. Dokumentasi Usaha Yang Jelas
2. Track Record Yang Positif
3. Bisnis dan Cashflow yang positif
Seandainya aset usaha UKM tersebut tergolong besar tapi cashflownya
negatif, perbankan tetap enggan mengucurkan kreditnya. dalam hal ini
Kementerian Koperasi dan UKM akan bekerjasama membuat pelatihan bagi para
pelaku UKM, agar bisa bankable sehingga bisa memperoleh pinjaman dari
perbankan untuk mengembangkan usaha.
Pada saat ini pemerintah masih terus berusaha untuk merealisasikan UU
tentang penjaminan kredit kepada para pelaku UKM. Sehingga nantinya Bank
Indonesia (BI) mempunyai payung hukum untuk melonggarkan aturannya bagi
perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor UKM. , agar para pelaku UKM
tidak terbebani masalah jaminan pinjaman kepada perbankan. Pada saat ini
bahkan ada pelaku UKM yang memberikan jaminan lebih besar kepada perbankan
dibandingkan jumlah pinjamannya.
2.6 Permasalahan yang dihadapi UKM dalam Mendapatkan Kredit dari Perbankan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) saat ini tengah menghadapi fenomena
paradoks. Disatu sisi UKM terlihat sangat strategis karena merupakan pilar
lapangan usaha yang paling banyak dan paling mudah diakses oleh masyarakat
bawah di Indonesia. UKM paling besar dan paling cepat dalam memberikan
peluang lapangan pekerjaan dan memberikan sumber penghasilan bagi
kebanyakan masyarakat kita. UKM paling fleksibel dan dapat dengan mudah
beradaptasi dengan pasang surut dan arah perekonomian dan UKM juga cukup
terdiversifikasi dan memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan
perdagangan. Betapa luar biasanya peran UKM di Indonesia kita ini. Namun disisi
lain kita juga banyak menemukan persoalan pelik ditubuh UKM.
Kelembagaan UKM di Indonesia lemah. Hal ini disebabkan karena secara
ekonomi politik, keberadaannya tidak diperhitungkan terutama pada masa rezim
Soeharto berdiri kokoh. Dominasi keberpihakan rezim Soeharto kepada pelaku
ekonomi besar telah menyebabkan UKM di Indonesia lemah secara kelembagaan.
Sehingga UKM kita menjadi lambat mandiri, lambat mengembangkan diri dan
menjadi lemah dalam hal akses. Sudah menjadi rahasia umum UKM di Indonesia,
bahwa dari dahulu permasalahan klasik yang selalu mendera UKM antara lain
adalah permasalahan:
1. Rumitnya proses perizinan dan penyederhanaan pencatatan usaha.
Perizinan usaha di Indonesia sangat berbelit dan memakan waktu yang sangat
lama jika dibandingkan dengan negara-negara lain padahal untuk UKM izin
usaha adalah modal paling dasar jika mau berkembang dan mendapat akses
dengan baik terutama sekali akses permodalan. Menurut Bank Dunia (2005),
usaha. Padahal kemudahan perizinan ini akan menciptakan tambahan
pertumbuhan ekonomi sebesar 0.25% PDB.
2. Sulitnya akses penambahan modal melalui kredit bank.
Kebanyakan UKM tidak berhasil mendapatkan kredit dari bank karena UKM
tidak memenuhi persyaratan untuk layak diberi kredit. Hal ini antara lain
karena UKM belum memiliki pengetahuan dan kesiapan dalam memenuhi
persyaratan kredit sehingga para pelaku UKM memandang prosedur kredit
sulit. Sulaeman di Indonesia alasan utama yang dikemukakan oleh UKM
kenapa UKM tidak meminjam ke bank adalah:
a. prosedur sulit (30,30 %),
b. Tidak berminat (25,34 %),
c. Tidak punya agunan (19,28 %),
d. Tidak tahu prosedur (14,33 %),
e. Suku bunga tinggi (8,82 %),
f. Proposal ditolak (1,93 %) (Sulaeman, 2004)
3. Lemahnya kemampuan UKM dalam hal manajemen.
Permasalahan sebagian besar UKM di Indonesia adalah lemahnya kemampuan
manajemen. Karena sebagian besar pelaku UKM memiliki tingkat pendidikan
SMU atau sederajat, maka penguasaan ini sangat lemah. Padahal ini
merupakan kunci jika UKM mau menilai perkembangan dan ingin mendapat
akses kredit modal usaha di perbankan
4. Lemahnya penguasaan terhadap networking atau jaringan kerja dan akses
Hal ini muncul akibat lemahnya kemampuan UKM mengorganisir diri dan
lemahnya kemampuan pemasaran UKM, lemahnya penguasaan jaringan
pasar, dan lemahnya penguasaan fasilitas teknologi dan informasi (IT) oleh
UKM.
2.7. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Erwina Pratiwi (2014) dengan judul
“Analisis Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK Mengakses Kredit Perbankan Di
Kabupaten Langkat”. Penelitian inimenganalisis bagaimana tingkat kemampuan
pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) mengakses kredit perbankan di
Kabupaten Langkat.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan menggunakan data primer.Cara pengumpulan data dengan
menggunakan wawancara dan kuisioner. Metode yang digunakan dalam
menganalisis penelitian ini dengan menggunakan program SPSS 16.0. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di
Kabupaten Langkat mengetahui kredit perbankan merupakan tempat untuk
meminjam modal.
Kemudian Penelitian dilakukan oleh Pravita Sari (2014) dengan judul
“Analisis Tingkat Kemampuan Pengusaha UMK Mengakses Kredit Perbankan
Syariah di Kota Medan (studi kasus : bank SUMUT syariah cabang medan)
memberikan hasil penelitan yaitu
bahwa alasan para
pengusaha UMKmengakses pembiayaan diperbankan syariah karena usulan teman/keluarga dan
dan pendapatan parapengusaha UMK serta kendala yang dihadapi yaitu harus
memiliki surat izin usaha dan laporan keuangan setiap bulannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Emmawaty sijabat (2013) dengan judul
“Bank Perkreditan Rakyat Sebagai Sumber Pembiayaan Usaha Menengah Kecil
Di PT BPR Tridana Percut Medan” dengan hasil penelitian bahwa Bank
Perkreditan Rakyat sebagai sumber pembiayaan usaha menengah kecil di PT BPR
Tridana Percut Medan sangat berkaitan dengan variabel yang diberikan oleh pihak
Bank dimana jumlahpembiayaan yang disalurkan sebesar 41.9%, suku bunga
yang ditawarkan sebesar 48.8% dan jangka waktu pengembalian sebesar 48.8%
kepada calon debitur yang menerima permintaan kredit.
2.8. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka konseptual Pengusaha
UM K
Kredit Perbankan
Tingkat kemampuan Pengusaha Umk t erhadap
kredit perbankan
Kendala pengusaha umk mengakses kredit
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat sekarang ini, perekonomian Indonesia sudah mulai mengalami
peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.
Baik di sektor barang maupun di sektor jasa. Perkembangan ini dapat kita ukur
dari pertumbuhan ekonomi secara nasional pada tahun 2012 sebesar 6,23%
meskipun telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 6,5%.
Namun di sisi lain, perekonomian Indonesia merupakan perekonomian yang
cukup rapuh jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia,
Singapura dan Thailand. Jika kita review kembali pada tahun 1997/1998, maka
Usaha Mikro dan Kecil (UMK) masih tahan terhadap krisis yang melanda
Negara-negara berkembang terutama Indonesia.
UMK memegang peran penting dalam pembangunan ekonomi, namun
terdapat masalah yang dihadapi kelompok usaha ini. Menurut Primiana (2009),
permasalahan terletak pada lemahnya prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan
usaha-usaha komersial uang dimiliki oleh UMK. Masalah utama yang dihadapi
UMK adalah keterbatasan akses untuk mendapatkan sumber modal dan rendahnya
kesempatan mendapatkan peluang usaha. Selain itu, permasalahan UMK terkait
juga dengan aspek produksi, pemasaran, kesempatan kerja dan teknologi. Salah
satu kendala dalam perkembangan usaha mikro adalah keterbatasan modal yang
Prabowo (2004) dan Noer (2005) menegaskan bahwa 35,10% UMK menyatakan
kesulitan permodalan, kemudian diikuti oleh kepastian pasar 25,90% dan
kesulitan bahan baku 15,40%. Dalam kondisi yang demikian kelompok ini akan
sangat sulit keluar dari permasalahan yang biasanya sudah berjalan lama tersebut,
kecuali bila ada intervensi dari pihak lain. Pemberdayaan UMK sangat penting
dan strategis untuk menopang struktur perekonomian Indonesia ke depan. Secara
umum UMK memiliki kedudukan yang sangat potensial dalam perekonomian
nasional, namun kenyataannya masih banyakmasalah yang menghadang dalam
pengembangan UMK. Dalam hal ini adalah kelemahan akses pada informasi dan
perluasan pangsapasar, kelemahan akses dan pemupukan modal, kelemahan akses
pada informasi dan teknologi, kelemahan dalam manajemen organisasi,
sertakelemahan dalam pembentukan jaringan usaha dan kemitraan. Semuanya ini
tidak lain adalah karena lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang akhirnya
berdampak terhadap daya saing UMK jika dibandingkan dengan pengusaha yang
lebih besar.
Kondisi ini tentunya harus diperbaiki agar pengusaha UMK ini lebih
berkembang sehingga dapat bersaing dengan adanya pasar global ASEAN pada
tahun 2015 medatang. Oleh karena itu, seharusnya UMK ini harus mendapat
perhatian yang lebih besar lagi dengan cara memberikan kucuran dana oleh
lembaga-lembaga keuangan yang ada. Di Indonesia, UMK adalah tulang
punggung ekonomi Indonesia. Jumlah UMK hingga 2011 mencapai sekitar 52
juta. UMK di Indonesia sangat penting bagi ekonomi karena menyumbang 60%