68 LAMPIRAN
Lampiran 1 Quessioner Penelitian
D No...
K L / P
Q u e s s i n e r P e n e l i t i a n Hanya 15 Menit
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JL. Prof. T.M Hanafiah No. 2 Padang Bulan Medan 20155 Telp.
ANALISIS PENERIMAAN PENGUSAHA UKM MUSLIM TERHADAP EKSISTENSI PERBANKAN DI KOTA BINJAI
O l e h:
NIM : 120501030
FADILAH ARNY FACHRUDIN
69
Medan,---
Kepada Yth
Bapak / Ibu Pengusaha UKM Muslim
Di
Tebing Tinggi
Dengan hormat saya maklumkan bahwa saya Fadilah Arny
FachrudinmahasiswaFEB USU Medan yang sedang melakukan penelitian
tentang “Analisis Penerimaan Pengusaha UKM Muslim Terhadap Eksistensi
Perbankan di Kota Binjai”. Penelitian ini semata-mata untuk kepentingan
akademik saja dan tidak merugikan responden.
Oleh sebab itu, saya memohon, kiranya Bapak / Ibu dapat membantu menjawab quessioner saya .
Atas bantuan Bapak / Ibu saya ucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT membalas jasa Bapak /Ibu.
Wasalam
Fadilah Arny Fachrudin
70 Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang benar atau yang sesuai dengan
Bapak/Ibu dengan menyilang atau melingkari angka 1, 2 , 3 , 4 , 5 dst.
Profil Pengusaha
1 Berapa tahun umur Bapak/Ibu ? 1. < 30 Tahun
2. 30 - 40 Tahun 3. 41 - 50 Tahun 4. > 50 Tahun
2 Pendidikan Terakhir?
1. Tamat SD / Sederajat 2. Tamat SMP / Sederajat 3. Tamat SMA / Sederajat 4. Tamat D3 / Sederajat 5. Tamat S1
6. Tamat Pascasarjana 3 Sudah berapa lama Bapak /Ibu
sebagai - Pengusaha? 1. < 3 Tahun
1. Batak (Toba, Mandailing dll)
puas dengan prestasi perusahaan ini?
7 Kategori Perusahaan Bapak / Ibu ? 1. Milik Perorangan
2. Milik keluarga (kongsi)
3. CV
4. PT 5. Lain-lain
(sebutkan)...
8 Jumlah pekerja tetap 1. < 5 orang
2.Produksi makanan dan minuman 3.Olahan kayu / rotan / bambu /
10 Sudah berapa lama perusahaan Bapak / Ibu didirikan?
71
bata
4.Pertukangan besi, tembaga, 5.Usaha dagang / restoran
6.Jasa transport, pendidikan, hotel 7.Lain-lain
sebutkan---
4. 10 – 12 Tahun 5. > 12 Tahun
11 Omset / Penjualan pertahun 1. Rp < 100 Juta
12 Luas daerah pemasaran ? 1. Kecamatan mendapat kredit atau pembiayaan dari bank?
1. Tidak pernah (Gol A)
2. Ya, dan saya berhasil...Kali 14
15
16
Jika tidak pernah, dari mana dana perusahan Bapak / Ibu?
1. Dana sendiri selalu cukup 2. Pinjaman dari keluarga
3. Pinjaman sesama rekan
bisnis
4. Patungan / kongsi
5. Lain-lain :---
Jika kapan-kapan Bapak / Ibu mencoba, ke bank mana kira-kira?
1. Bank Konvensional 2. Bank Syariah
Apakah Bapak / ibu pernah mencoba tetapi tidak berhasil.?
72
17. Jika Bapak / Ibu pernah mendapat kredit dari bank, perbankan yang mana?
1. Bank konvesional saja (Gol B)
2. Bank syariah saja (Gol C)
3. Campuran antara bank konvensional dan syariah (Gol B & C)
KONVENSIONAL SAJA (GOL B) SYARIAH SAJA (GOL C)
18 Mengapa Bapak /Ibu memilih bank konvensional
1. Bank Konvensional lebih profesional 2. Urusan lebih mudah / lebih dekat 3. Bank konvensional dan bank syariah
tidak ada bedanya
4. Belum paham tentang Bank syariah 5. Lain-lain---
21 Mengapa Bapak / Ibu memilih bank syariah?
1. Agar terhindar dari riba
2. Membantu bisnis sesama muslim 3. Bank syariah lebih baik / lebih
profesional
4. Bank syariah lebih mudah, lebih dekat.
5. Lain-Lain---
19 Jika meminjam kredit lagi, apakah tetap dengan bank konvensional?
1. Ya 2. Tidak
22 Jika meminjam kredit lagi apakah tetap dengan bank syariah?
1. Ya 2. Tidak 20 Dari 4 kalimat berikut, mana yang paling
bapak setuju?
1. Bank syariah belum profesional 2. Bank syariah tidak beda dengan
konvensional
3. Bank syariah kurang terbuka 4. Bank syariah belum betul betul
Islami
23 Dari 4 kalimat berikut, mana yang paling Bapak /ibu setuju?
1. Bank konvensional belum profesional
2. Bank Syraiah beda jauh dengan bank konvensional
3. Bank konvensional kurang terbuka
4. Bank konvensional betul-betul bertentangan dengan syariah
CAMPURAN (GOL D)
24 Mengapa Bapak /Ibu memilih mencampur kredit/ pembiayaan?
1. Ingin tahu mana yang lebih untung 2. Ingin pindah secara bertahap kepada
73
25 Darimana lebih dahulu Bapak/Ibu dapat kredit?
1. Bank Syariah 2. Bank Konvensional
26 Dari 4 kalimat berikut, mana yang paling bapak setuju?
1. Bank Konvensional dan Bank Syariah sama-sama baik
2. Pengusaha UKM Muslim boleh saja menggunakan dua-duanya
3. Bank syariah bissa lebih sukses dari bank konvensional
74 LAMPIRAN 2
Analisis Frekuensi Tabel Profil Pengusaha
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Pernah Sekolah Agama 23 46,0 46,0 46,0
Belum Pernah 27 54,0 54,0 100,0
75 Lampiran 3
Hasil Crosstabulation Profil Pengusaha
1. Jenis_kelamin * umur Crosstabulation
umur Total
2. Pendidikan * umur Crosstabulation
76
3. Lama_berusaha * kepuasan_usaha Crosstabulation
kepuasan_usaha Total
4. Jenis_kelamin * sekolah_agama Crosstabulation
77
5. Perusahaan * pegawai * lama_berusaha Crosstabulation
lama_berusaha pegawai Total
79 6. Pemasaran * omset Crosstabulation
omset Total
7. Lama_berusaha * pernah_meminta_kredit * perusahaan Crosstabulation
Perusahaan pernah_meminta_kredit Total
80
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%
golongan_responden Total
Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D
perusahaan Milik Perorangan Count 17 16 6 1 40
% of Total 34,0% 32,0% 12,0% 2,0% 80,0%
Milik Keluarga (kongsi) Count 4 2 2 0 8
% of Total 8,0% 4,0% 4,0% ,0% 16,0%
PT Count 2 0 0 0 2
% of Total 4,0% ,0% ,0% ,0% 4,0%
Total Count 23 18 8 1 50
65
D A F T A R P U S T A K A
Buku
Al-Basya, Dr. Abdurrahman Raf’at. 2005. Sosok Para Sahabat Nabi, Jakarta:
Qisthi Press
Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Adiwarman Karim. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta : Rineka Cipta.
Irsan Azhari Saleh. 1986. Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan,
Jakarta LP3ES.
Irsyad Lubis. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Medan: USU Press.
Kasmir. 2003. Bank & Lembaga Keuangan, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Kasmir. 2014. Kewirausahaan, Jakarta : Rajawali Pers.
Khanka, S. S. 1990. Entrepreneurship in Small Scale Industries, Bombay,
Nagpur, Delhi: Himalaya Publishing House.
MEDEC. 1992. Asas Keusahawaan, Shah Alam: Institut Teknologi MARA
Moha Asri Abdullah. 1997. Industri kecil di Malaysia Pembangunan dan Masa
66 Mohd. Fauzie Hj Yaacob. 1981. Peniaga dan Perniagaan Melayu Satu Kajian di
Kota Baharu Kelantan, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Mountjoy, A.B. 1978. The Third World, Problems and Perspectives, Hong Kong:
MacMilland Press.
Muhammad Syafii Antonio. 2001. Perbankan Syariah dari Teori ke Praktek,
Jakarta: Gema Insani Press.
Rahmah Ismail. 1995. Industri Kecil Malaysia Isu Pembiayaan, Teknologi dan
Pemasaran, Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia.
Sanusi, Anwar. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis, Jakarta : Salemba Empat.
Sarwono, Jonathan dan Herlina Budiono. 2012. Statistik Terapan Aplikasi Untuk
Riset Skripsi, Tesis dan Disertasi, Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Solehah Abdul Hamid. 1997. Pembangunan Ekonomi ASEAN, Sintok: Universiti
Utara Malaysia.
Suprapto, Drs. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-ilmu
Pengetahuan Sosial, Yogyakarta: CAPS
Yep Putih. 1985. Keusahawanan, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Dendawijaya Ir. Drs. Lukman, M.M. 2005. Manejemen Perbankan, Bogor: Ghalia
Indonesia
Hidayat Dr. H. Rahmat, SE, MT. 2014. Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan
67 Hendry Arisson, Dkk. 1999. Perbankan Syariah Perspektif Praktisi, Jakarta pusat:
Muamalat Institute.
Website
Clotefi, 1999. http:www.etakai.gr/html/eng/prosegisis.html, 23 Oktober 1999
28
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya mengkaji hal-hal yang menyangkut dengan pengusaha
Muslim dalam kaitannya dengan eksistensi lembaga keuangan konvensional dan
juga lembaga keuangan syariah di Kota Binjai. Penelitian ini pula bersifat
deskriptif – eksploratif sehingga tidak bermaksud untuk menguji hipotesis.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Binjai. Tempo waktu penelitian
direncanakan selama tiga bulan. Untuk satu bulan pertama digunakan untuk
menyusun proposal penelitian dan proses seminar, dua bulan berikutnya
digunakan untuk melakukan penelitian lapangan sampai kepada penulisan akhir
skripsi.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Berdasarkan data terakhir pada BPS Kota Binjai tahun 2013, jumlah
penduduk Kota Binjai pada tahun 2013 berjumlah 252.263 jiwa yang terdiri dari
125.917 jiwa laki-laki, dan 126.346 jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk
2.769 jiwa/km2 dan rata-rata 4,27 jiwa per rumah tangga. Dari jumlah penduduk
ini sebagian besar penduduk beragama Islam. Dari segi persepsi, penduduk
muslim ini ada yang menjadi pengusaha UKM dan dalam data penelitian ini
29
1. Populasi dimaksudkan sebagai sekumpulan orang atau objek yang
mempunyai kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk
masalah pokok dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, populasinya
adalah seluruh pengusaha UKM Muslim di Kota Binjai. Jumlah seluruh
pengusaha UKM Muslim di kota Binjai belum diketahui secara pasti
karena tidak ada data dan lembaga yang mencatatnya. Data yang
diterbitkan oleh BPS Sumatera Utara atau pun BPS kota Binjai misalnya,
tidak mengklasifikasikan mereka berdasarkan agama.
2. Sampel penelitian diambil disebabakan berbagai keterbatasan yang
dihadapi peneliti. Dalam penelitian ini, sampel kajian diambil sebanyak 50
orang pengusaha UKM Muslim dengan cara campuran antara “eksidental”
(Accidental sampling) dengan snowball sampling. Hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan mendapatkan responden penelitian.
Dalam penelitian ini, tidak ada rumus tertentu untuk mendapatkan angka 50
ini, sebab jumlah populasinya juga tidak diketahui secara pasti. Angka ini
merupakan “judgement” saja dengan berbagai alasan. Antara lain:
• Menurut Roscoe dan Sugiyono (2004) ukuran sampel yang layak untuk
penelitian adalah anatara 30 sampai 500 orang. Dengan demikian jumlah
sampel penelitian ini telah sesuai. Apalagi mengingat populasinya
homogen.
• Sampel sebanyak 50 orang diyakini sangat representif untuk mewakili
keseluruhan pengusaha UKM Muslim di Kota Binjai. Dengan jumlah
30
tepat dan objektif dan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya
tentang masalah atau fenomena yang diteliti.
Distribusi pengambilan sampel dari 5 kecamatan di Kota Binjai dilakukan
secara proporsional untuk 5 kecamatan yang ada sebagaimana disimulasikan
dalam tabel berikut:
Tabel 3.1
Distribusi Pengambilan Sampel Penelitian di Kota Binjai
No. Nama Kecamatan Jumlah Sampel Keterangan
1 Kecamatan Binjai Selatan 10
2 Kecamatan Binjai Kota 10
3 Kecamatan Binjai Timur 10
4 Kecamatan Binjai Utara 10
5 Kecamatan Binjai Barat 10
Jumlah 50
Sumber : Tabel ini diolah sendiri oleh penulis
3.4Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sifat dan kategori penelitian ini yakni
eksploratif-deskriptif, maka data yang digunakan pada dasarnya adalah data primer. Data
primer ini diperoleh dengan cara memberikan kuesioner / angket kepada para
pengusaha UKM Muslim yang berdomisili di 5 kecamatan di kota Binjai.
Keseluruhan responden diminta mengisi angket yang bersifat campuran antara
angket langsung dan angket tidak langsung. Bentuk-bentuk pertanyaan yang
31
choice), pertanyaan dua pilihan (forced choice), dan beberapa pertanyaan yang
bersifat terbuka (open question) yang kesemuanya disusun dengan teliti dan
hati-hati untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan. Selain itu, diketengahkan juga
pertanyaan yang berdifat counter checking terhadap jawaban responden sehingga
kebenaran informasi yang diperoleh lebih akurat.
Agar penelitian ini lebih sempurna maka data-data primer yang diperoleh
dari 50 responden akan dipadukan dengan data-data sekunder yang diperoleh
dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi resmi
seperti buku-buku, majalah, artikel, laporan, dan lain-lain.
3.5 Metode Analisis Data
Penelitian ini lebih bersifat eksploratif-deskriptif sehingga tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Data-data penelitian yang dihimpun
selama kira-kita 2 bulan, di proses dengan menggunakan perangkat SPSS dan
hasilnya diketengahkan dalam berbagai bentuk antara lain dalam bentuk
presentase, bentuk bivariat (tabel kontingensi) agar hubungan antara variabel
dapat diketahui.untuk melihat hubungan yang lebih kompleks pula digunakan
tabel berbentuk trivariat. Selain itu juga teknik analisis korelasi terhadap variabel
tertentu. Analisis dengan menggunakan gambar dan grafik juga digunakan
sedemikian rupa terhadap item dan variabel yang dianggap sesuai untuk
memberikan makna yang lebih cantik dan tepat. Khusus permasalahan ketiga
yakni pretasi dan pencapaian golongan pengusaha akan dianalisis dengan tabel
perbandingan pretasi dan memberikan peringkat untuk setiap item sehingga pada
32
dibuat.dengan demikian data dan informasi yang diperoleh memberi makna yang
luas dan manfaat maksimal. Berikut bentuk analisis yang digunakan dalam
penelitian ini.
3.5.1 Tabel Distribusi Frekuensi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data mentah yang
masih acak dan tidak beraturan. Maka dari itu data perlu disusun agar data dapat
dideskripsikan dan memudahkan pembaca untuk memahami dan menilai data
yang telah dikumpulkan dengan cara membuat distribusi frekuensi. Distribusi
frekuensi adalah susunan data menurut kelas-kelas interval tertentu atau dalam
sebuah daftar (Sanusi, 2013 : 116). Distribusi frekuesni dibuat dengan
mengelompokkan data-data yang telah dikumpulkan kemudian menyusunnya
dalam kelas-kelas tertentu.
3.5.2 Tabulasi Silang / Cross Tabulation
Tabel silang merupakan metode untuk mentabulasi beberapa variabel yang
berbeda kedalam suatu matriks. Analisis tabulasi silang meliputi dua jalur tabulasi
frekuensi. untuk memudahkan data untuk dibaca, biasanya variabel terikat
(variabel dependen) disusun pada garis row dan variabel bebas (variabel
independen) disusun pada garis kolom.
3.5.3 Gambar / Grafik
Grafik adalah alat penyajian data statistik yang tertuang dalam bentuk
lukisan, baik lukisan garis, gambar, maupun lambang. Dalam penyajiannya,
semua data yang berbentuk angka disajikan melalui visualisasi lukisan garis,
33
3.5.4 Tabel Komparasi
Tabel komparasi dibuat untuk menunjukkan perbedaan atau perbandingan.
Penelitian komparasi dijelaskan tampaknya ada nilai kemanfaatannya hanya apa
bila dibanding menunjukkan variabel dinamis (Arikunto, 2010 : 6). Pada
penelitian ini, tabel komparasi menggambarkan perbandingan penerimaan
pengusaha UKM muslim terhadap institusi perbankan, baik itu bank konvensional
34
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum
4.1.1. Kota Binjai
Kota Binjai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara yang
berjarak kurang lebih 22 Km dari Kota Medan. Kota Binjai berbatasan langsung
dengan Kabupaten Langkat di sebelah Barat dan Utara serta berbatasan dengan
Kabupaten Deli Serdang di sebelah Timur dan Selatan. Kota Binjai terdiri dari
lima kecamatan yang terbagi atas 37 kelurahan, 248 lingkungan dan
pemerintahannya dipimpin oleh seorang Wali Kota. Masing-masing kecamatan
memiliki aktivitas utama dalam perekonomian tersendiri. Daerah pusat
perekonomian dan pusat pemerintahan berada di wilayah Kecamatan Binjai Kota
dan Kecamatan Binjai Timur. Kawasan perindustrian berpusat di wilayah Binjai
Utara, kawasan pertanian berpusat di wilayah Kecamatan Binjai Selatan, dan
daerah pengembangan peternakan berpusat wilayah Kecamatan Binjai Barat.
Berdasarkan data tahun 1999, total kegiatan perekonomian di Kota Binjai
sebesar 29% bersumber dari kegiatan perdagangan dan jasa. Sekarang ini pun
kedua aktivitas ekonomi tersebut banyak di jumpai di Kota Binjai di setiap
kecamatannya walau dalam jumlah yang berbeda-beda (Data publikasi BPS Kota
Binjai 2014). Namun berdasarkan pendapat para pengusaha UKM Muslim yang
ditemui dalam penelitian ini, perekonomian di Kota Binjai saat ini melemah atau
mengalami kemunduran.
Bank sebagai lembaga keuangan yang menyediakan berbagai produk dan
35
dan telah banyak jasa perbankan yang dimanfaatkan oleh para pengusaha,
termasuk pengusaha UKM Muslim. Hanya saja tidak semua pengusaha UKM
Muslim menerima atau memanfaatkan jasa perbankan dalam menjalankan usaha
mereka, sehingga pertumbuhan ekonomi di Kota Binjai masih belum maksimal
dan belum memberikan dampak positif dalam meningkatkan pendapatan daerah
Kota Binjai maupun memperbaiki hidup masyarakatnya.
Faktor-faktor yang menghambat atau kendala yang mempengaruhi
penerimaan pengusaha UKM Muslim di Kota Binjai terhadap eksistensi
perbankan adalah kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap lembaga keuangan
yang menyediakan jasa perbankan itu sendiri, baik itu bank konvensional maupun
bank syariah yang mengakibatkan berbagai masalah dan kurangnya peran
pemerintah dalam mensosialisasikan manfaat penggunaan jasa perbankan untuk
dunia usaha.
4.2 Profil dan Deskripsi Responden 4.2.1 Profil Pengusaha
Jumlah pengusaha UKM Muslim di Kota Binjai belum diketahui secara
pasti. Berdasarkan data terakhir pada BPS Kota Binjai tahun 2013, penduduk
Kota Binjai berjumlah 252.263 jiwa yang terdiri dari 125.917 jiwa laki-laki, dan
126.346 jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk 2.769 jiwa/km2 dan
rata-rata 4,27 jiwa per rumah tangga. Jumlah penduduk ini sebagian besar beragama
Islam. Pada penelitian ini, 50 orang profil pengusaha UKM Muslim yang menjadi
36
1. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Data pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.1
Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 38 76
Perempuan 12 24
Total 50 100
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan data hasil ouput spss 15 (Tabel 4.1) di atas, diketahui bahwa
responden laki-laki berjumlah 38 orang atau 76%dari total responden. Jumlah ini
lebih banyak dari responden perempuan yang hanya berjumlah 12 orang atau 24%
dari total responden.
Pada penelitian ini, memang lebih banyak ditemui pengusaha UKM
Muslim laki-laki daripada perempuan, namun perbedaan jumlah tersebut tidak
memberi pengaruh besar terhadap perekonomian. Hanya saja terdapat pola pikir
penduduk Kota Binjai yang menganggap menjadi pengusaha memiliki resiko
yang besar dan kecenderungan menganggap pekerjaan sebagai pegawai negeri
lebih menjamin dan bergengsi, sehingga bagi laki-laki lebih berani mengambil
resiko untuk berbisnis daripada perempuan. Meskipun begitu, baik laki-laki
maupun perempuan memiliki peluang yang sama dalam kebebasan membuka
37
2. Data Responden Berdasarkan Umur
Dalam penelitian ini umur responden terbagi menjadi 4 kategori yaitu < 30,
30-40, 41-50, >50. Kondisi umur para pengusaha UKM Muslim jika di
crosstabkan dengan jeniss kelamin, maka datanya dapat terlihat seperti dalam
tabel di bawah ini :
Tabel 4.2
Data Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Umur Total
<30 Tahun 30-40 Tahun 41-50 Tahun >50 Tahun
Laki-laki 12 12 14 0 38
Perempuan 3 5 3 1 12
Total 15 17 17 1 50
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan hasil output spss 15 (Tabel 4.2) diketahui bahwa responden
laki-laki yang berusia kurang dari 30 tahun berjumlah 12 orang, sedangkan
responden perempuan yang berusia kurang dari 30 tahun berjumlah 3 orang,
sehingga total jumlah responden pada kategori ini 30% dari total responden.
Responden laki-laki dengan umur berkisar 30-40 tahun berjumlah 12 orang,
sedang untuk responden perempuan dengan kategori umur yang sama berjumlah 5
orang sehingga total responden pada katagori usia ini 34% dari total responden.
Untuk kategori responden umur 41-50 tahun, responden laki-laki berjumlah 14
orang dan responden perempuan 3 orang dengan total responden pada kategori ini
38
berjumlah seorang saja atau 2% dari total responden adalah yang berumur lebih
dari 50 tahun.
Data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengusaha yang berusia 30-40
tahun dan berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang memilih dan bertahan
untuk menjadi pengusaha daripada perempuan karena adanya minat pada usaha
yang digelutinya serta memiliki kemampuan dalam menghadapi resiko sebagai
pengusaha. Begitupun dengan responden dengan umur 41-50 tahun jumlah
responden laki-laki juga lebih banyak dari responden perempuan karena selain
memiliki keberanian dalam berusaha, juga diyakini telah memiliki pengalaman
yang cukup dalam dunia usaha sehingga tetap bertahan sebagai pengusaha UKM.
Lain halnya dengan pengusaha yang berusia kurang dari 30 tahun yang jumlahnya
sedikit menunjukkan bahwa penduduk Kota Binjai dengan usia tersebut masih
banyak yang menjadi pekerja baik itu pegawai negeri sipil maupun bekerja di
perusahaan orang lain. Meskipun begitu, perbedaan jumlahnya tidak terlalu jauh
dari responden yang berusia 30-40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa cukup
banyaknya penduduk berusia kurang dari 30 tahun yang telah berani untuk
membuka usaha sendiri.
3. Data Responden Berdasarkan Pendidikan
Tiap-tiap responden pada penelitian ini memiliki jenjang pendidikan yang
berbeda-beda yang mempengaruhi kemajuan usaha mereka. Data responden
berdasarkan pendidikan yang pernah ditempuh dan tingkat umur pengusaha
39
Tabel 4.3
Data Responden Berdasarkan Pendidikan dan Tingkat Umur Pengusaha
Pendidikan Umur Total
<30 Tahun 30-40 Tahun 41-50 Tahun >50 Tahun
Tamat SMP/Sederajat 0 1 3 0 4
Tamat SMA/Sederajat 7 8 8 1 24
Tamat D3/Sederajat 0 4 5 0 9
Tamat S1 8 4 1 0 13
Total 15 17 17 1 50
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan pada tabel 4.3 di atas, diketahui responden dengan tingkat
pendidikan tamat SMA/ Sederajat jumlahnya lebih besar dibanding responden
lainnya dengan jumlah 7 orang yang berusia kurang dari 30 tahun, 8 orang dengan
usia berkisar 30-40 tahun, 8 orang berusia 41-50 tahun, dan 1 orang yang berusia
lebih dari 50 tahun sehingga total responden yang pendidikannya tamat
SMA/Sederajat sebesar 48% dari total responden.
Hal ini menunjukkan kebanyakan dari responden menjadi pengusaha
UKM Muslim karena tidak melanjutkankan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi setelah lulus SMA karena dipengaruhi oleh faktor kekurangan biaya dan
tidak adanya keinginan untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi dan merasa
menjadi pengusaha akan dapat menghasilkan uang yang lebih cepat tanpa harus
mengahabiskan uang dan waktu untuk kuliah di perguruan tinggi. Hal ini sangat
40
berkembang akibat dari keterbatasan ilmu untuk memajukan usahanya yang
sesuai dengan pasar.
Namun diketahui pula bahwa responden yang tamat D3/Sederajat dan
tamat S1 jumlahnya cukup banyak, yaitu 44% dari total responden. Responden
dengan jenjang pendidikan tersebut telah memiliki ilmu yang cukup dan
kemampuan untuk menerima pendidikan dari pelatihan untuk pengusaha yang
tinggi. Karena itulah pengusaha dengan pendidikan yang lebih tinggi ini lebih
matang dan mampu bersaing pada pasar.
4. Data Responden Berdasarkan Lamanya Jadi Pengusaha.
Data responden berdasarkan lamanya para pengusaha UKM Muslim mulai
memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha beserta dengan tingkat kepuasan
terhadap usahanya disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.4
Data Responden Berdasarkan Lama Jadi Pengusaha dan Kepuasan
Lama Berusaha Kepuasan Total
Belum Puas Puas
<3 tahun 14 5 19
3-5 tahun 4 9 13
6-8 tahun 6 4 10
9-11 tahun 2 2 4
12-14 tahun 1 2 3
>14 tahun 0 1 1
Total 27 23 50
Sumber : diolah dari data primer
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa pengusaha UKM Muslim
41
dengan jumlah 19 orang dan yang puas dengan usahanya hanya 5 orang
sedangkan yang belum puas ada 14 orang. Kemudian diikuti oleh responden yang
telah menjadi pengusaha selama 3-5 tahun dengan jumlah 13 orang, dan yang
puas dengan usahanya sebanyak 9 orang dan yang belum puas 4 orang. Sedang
responden yang paling sedikit jumlahnya yaitu yang telah jadi pengusaha lebih
dari 14 tahun hanya 1 orang dan Ia puas dengan usaha yang dimilikinya.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin baru seorang responden menjadi
pengusaha kebanyakan dari mereka belum puas dengan usahanya karena baru saja
memulai bisnisnya, sehingga banyak keinginan dan harapan yang besar terhadap
usahanya. Hal ini adalah hal yang baik karena pengusaha tersebut cenderung akan
terus melakukan perubahan-perubahan atau inovasi untuk memajukan usahanya
menjadi lebih baik dan lebih bersaing.
5. Data Responden Berdasarkan Suku
Penduduk kota Binjai terdiri dari berbagai suku antara lain suku Batak (toba,
mandailing, simalungun, karo), Jawa, Minang, Melayu, Aceh, Tiongkok dan
berbagai suku lainnya. Pada penelitian ini, pengusaha UKM Muslim yang menjadi
42
Tabel 4.5
Data Responden Berdasarkan Suku
Suku Frekuensi Persentase
Batak (Toba, Mandailing, dll) 4 8
Jawa 32 64
Melayu 5 10
Minang 6 12
Aceh 1 2
Lain-lain 2 4
Total 50 100
Sumber : diolah dari data primer
Dari tabel di atas, diketahui bahwa pengusaha UKM Muslim dari suku
Jawa merupakan responden terbanyak dengan jumlah 32 orang atau 64% dari total
responden. Disusul oleh responden bersuku Minang sebanyak 7 orang atau 14%
dari total responden. Pengusaha bersuku Melayu berjumlah 5 orang atau 10% dari
total responden. Pengusaha dari suku Batak berjumlah 4 orang atau % dari total
responden, lalu pengusaha dari suku Aceh merupakan responden yang paling
sedikit, yaitu hanya seorang saja atau 2% dari total responden. Adapun suku
lain-lain pada tabel berjumlah 2 orang atau 4% dari total responden, yaitu pengusaha
yang bersal dari suku Nias dan India.
Pada data yang diperoleh di atas. Diketahui bahwa jumlah responden
bersuku Jawa mendominasi dari keseluruhan jumlah responden dari suku lain. Hal
ini di sebabkan karena karakteristik orang-orang suku Jawa adalah orang yang
selalu berusaha, berani untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu untuk
43
dikenal memiliki watak bisnis yang tinggi. Meskipun begitu, di Kota Binjai tidak
ada diskriminasi berusaha berdasarkan suku dan etnis. Terbukti dari banyaknya
pengusaha yang bersala dari berbagai suku yang berbeda-beda. Artinya, Kota
Binjai adalah kota yang terbuka bagi semua suku atau etnis untuk berusaha. Data
responden berdasarkan suku dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.1
Data Responden Berdasarkan Suku Tabel 4.6
Komparasi Kondisi Pengusaha UKM Muslim Binjai
Item Suku Total
Jumlah Belum Pernah Sekolah
Agama 3 16 3 4 0 1 27
Total 7 45 7 10 3 7 78
Sumber : diolah dari data primer
44
6. Data Responden Berdasarkan Pernah/Tidak Pernah Sekolah Agama
Pengusaha UKM Muslim di Kota Binjai yang menjadi responden dilihat dari
pernah/tidak pernah sekolah agama dan jenis kelamin responden beserta gambar
dapat dilihat berikut ini :
Tabel 4.7
Data Responden Berdasarkan Pernah/Tidak Pernah Sekolah Agama dan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Sekolah Agama Total
Pernah Sekolah Agama Belum Pernah Sekolah Agama
Laki-Laki 20 18 38
Perempuan 3 9 12
Total 23 27 50
Sumber : diolah dari data prime
Gambar 4.2
Data Responden Berdasarkan Pernah/Tidak Pernah Sekolah Agama
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui pengusaha UKM Muslim yang
menjadi responden pada penelitian ini dari 38 responden laki-laki, 20 orang
mengaku pernah bersekolah agama dan 18 orang lainnya belum pernah.
Sedangkan dari 12 responden perempuan diketahui hanya 3 orang yang mengaku
46% 54%
Sales
Pernah Sekolah Agama
45
pernah sekolah agama dan 9 orang lainnya belum pernah. Dan totalnya, responden
yang belum pernah sekolah agama jumlahnya 27 orang, lebih banyak daripada
responden yang pernah sekolah agama yang hanya berjumlah 23 orang.
Hal tersebut menunjukkan adanya kemungkinan besar para pengusaha
tidak memiliki pengetahuan dalam menjalankan usaha yang sesuai dengan syariat
Islam. Hal ini sangat disayangkan, karena sebagai pengusaha Muslim, Islam telah
menetapkan syariat atau aturan dalam setiap aspek kehidupan dan aktivitas kita
sehari-hari termasuk dalam berusaha dan kurangnya pengetahun akan ilmu agama
akan memengaruhi pengusaha dalam menjalankan usahanya baik itu dalam
bertransaksi, membutuhkan pinjaman modal dari bank dengan perbedaan riba dan
bagi hasil, dan menjalankan usaha kongsi yang adil dengan mitra usaha beresiko
memunculkan dosa bahkan haram.
4.2.1. Profil Perusahaan
Usaha yang dijalankan pengusaha UKM Muslim di kota Binjai yang menjadi
responden pada penelitian ini disajikan sebagai berikut :
1. Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan
Data responden berdasarkan kategori kepemilikan perusahaan dan jumlah
46
Tabel 4.8
Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Pegawai Kategori
Sumber : diolah dari data primer
Dari tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan milik perorangan
mendominasi responden sebanyak 40 orang atau 80% dari total responden dengan
perusahaan yang memiliki jumlah pegawai yang kurang dari 5 sebanyak 34
perusahaan, jumlah pegawai 5-10 orang 6 orang. orang Disusul oleh perusahaan
milik keluarga atau kongsi sebanyak 8 orang atau 16% dari total responden dan
memiliki pegawai kurang dari 5 orang dan responden terkecil adalah responden
dengan perusahaan dalam bentuk PT yaitu sebanyak 2 orang atau 4% dari total
responden yang 1 perusahaan jumlah pegawainya kurang dari 5 orang dan 1
perusahaan lagi pegawainya berkisar 11-15 orang.
Dari data di atas, maka dapat disimpulkan pengusaha UKM Muslim di
Kota Binjai belum menyerap tenaga kerja yang banyak yang menyebabkan
terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Hal ini mungkin karena
kemampuan pengusaha yang belum dapat melakukan manajemen usaha dengan
baik bagi pengusaha yang memiliki perusahaan milik sendiri dan untuk
perusahaan keluarga maupun kongsi lebih banyak memilih untuk memanfaatkan
47
kerja pada masyarakat tidak maksimal. Data responden berdasarkan kategori
perusahaan dan pegawainya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.3
Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Pegawai
2. Data Responden Berdasarkan Bidang Usaha
Data responden berdasarkan bidang usaha yang dijalankan beserta dengan
kategori kepemilikan perusahaan yang dimiliki responden dapat dilihat dari tabel
berikut :
perusahaanPT Milik Keluarga (kongsi) Milik Perorangan
Count
40
30
20
10
0
48
Tabel 4.9
Data Responden Berdasarkan Bidang Usaha dan Kategori Perusahaan
Katgori
Sumber : diolah dari data primer
dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa bidang usaha dagang/restoran
mendominasi usaha responden dengan 17 perusahaan atau 34,0% dari total
responden perusahaan milik perorangan, 2 perusahaan atau 4% responden
perusahaan milik keluarga (kongsi) dan 1 PTatau 2% dari total responden. Dan
totalnya 20 perusahaan atau 40% dari total responden bergerak di bidang usaha
dagang/restoran. Untuk bidang usaha lain-lain yaitu usaha 1 usaha penjahit, 2
usaha percetakan, dan 2 usaha photo studio.
Dari data di atas, maka dapat disimpulkan lebih banyak pengusaha UKM
Muslim di Kota Binjai yang memilih menjalankan usaha dagang atau restoran
karena usaha ini adalah bentuk unsaha yang menyediakan kebutuhan sehari-hari
masyarakat, sehingga asumsi pengusaha usaha akan mudah diterima oleh
masyarakat dan bertahan. Juga, pada usaha dagang tidak memerlukan keahlian
49
berasumsi bahwa setiap masyarakat akan membutuhkan makanan dengan tingkat
harga tertentu, sehingga makanan akan selalu habis terjual bila dibisniskan.
3. Data Responden Berdasarkan Lama Perusahaan
Data responden berdasarkan lama perusahaan yang dimiliki responden, omset
perusahaan pertahun dan jumlah pegawai dapat di lihat pada tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.10
Data Responden Berdasarkan Lama Usaha, Omset dan Jumlah Pegawai
Sumber : diolah dari data primer
Dari tabel 4.9 di atas, perusahaan responden terbanyak yaitu perusahaan
yang bediri kurang dari 4 tahun dengan total pegawai 28 orang, dimana 24 orang
50
yang omssetnya sekitar 150-200 juta. Kemudian disusul oleh lama usaha
responden yang berkisar 4-6 tahun sebanyak 11 perusahaan dimana 3 perusahaan
dari usaha yang omsetnya kurang dari 100 juta dan 8 perusahaan yang omsetnya
150-200 juta. Untuk perusahaan responden yang telah berdiri lebih lama yaitu
10-12 tahun pegawi yang digunakan justru sangat sedikit.
Dari data di atas dapat disimpulkan usaha yang dijalankan responden tidak
lah efektif. Karena untuk perusahaan yang belum lama berdiri omset yang dimiliki
masih sedikit sedang mereka membutuhkan beberapa pegawai. Hal ini
dikarenakan pula ada pengusaha yang memiliki pekerjaan tetap sebagai pegawai
negeri sipil namun membukan usaha sendiri, sehingga hampir semua usahanya
dikelola oleh pegawainya meskipun omsetnya masih sedikit. Sedangkan untuk
perusahaan yang telah berdiri cukup lama yaitu 10-12 tahun dan memiliki omset
yang tinggi sayangnya tidak menyerap banyak pegawai karena merasa mampu
untuk mengelola sendiri usahanya tanpa bantuan banyak orang dan kalaupun
dibutuhkan pegawai, mereka lebih memilih menggunakan tenaga keluarga.
4. Data Responden Berdasarkan Pemasaran dan Omset
Data responden berdasarkan luasnya wilayah pemasaran daan dikaitkan
dengan besar omset usaha yang diperoleh selama 1 tahun dapat di lihat pada tabel
51
Tabel 4.11
Data Responden Berdasarkan Daerah Pemasaran dan Omset
Daerah Pemasaran Omset Total
<100 juta 150-200 juta 201-250 juta >350 juta
Kecamatan 21 3 0 0 24
Kabupaten/kota 12 8 0 1 21
Provinsi 1 3 0 0 4
Nasional 0 0 1 0 1
Total 34 14 1 1 50
Sumber : diolah dari data primer
Dari data pada tabel 4.10 di atas, diketahui usaha responden yang luas daerah
pemasarannya di kecamatan lebih banyak dari usaha responden lainnya, yaitu
sebanyak 24 usaha dengan 21 usaha omsetnya kurang dari 100 juta dan 3 usaha
omsetnya berkisar 150-200 juta. Kemudian diikuti oleh usaha yang daerah
pemasarannya adalah kabupaten/kota dengan total 21 usaha, dimana 12 dari usaha
tersebut omsetnya kurang dari 100 juta, 8 usaha omsetnya berkisar 150-200 juta,
dan 1 usaha beromset lebih dari 350 juta. Sedang usaha yang daerah
pemasarannya mencapai wilayah nasional hanya 1 usaha dengan omset 201-250
juta.
Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan pengusaha UKM Muslim di Kota
Binjai masih belum mampu mengelola usahanya dengan baik sehingga jangkauan
pemasarannya pun hanya berkisar di daerah kecamatan usaha itu saja. Hal ini
disebabkan karena kurangnya modal usaha dan kemampuan pengusaha dalam
memasarkan usahanya agar dikenal lebih banyak orang. Untuk itu, diperlukan
adanya tindakan pemerintah untuk mengadakan bazar usaha ataupun pelatihan
52
usaha oleh pengusaha menjadi lebih besar, dan diharapkan pula keaktifan
pengusaha untuk aktif dan ikut serta dalam event-event dan pelatihan usaha.
4.3. Deskripsi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah penerimaan
pengusaha UKM Muslim terhadap eksistensi perbankan di kota Binjai dengan
melihat dari banyaknya pengusaha UKM Muslim yang mengambil kredit pada
bank untuk modal usaha, kecenderungan pengusaha UKM Muslim untuk
menggunakan jasa dari bank konvensional, bank syariah atau pun menggunakan
jasa dari kedua bank konvensional dan syariah. Kemudian dilakukan pengukuran
skala tingkat penerimaan pengusaha UKM Muslim dengan mengukur tingkat
banyaknya pengusaha UKM Muslim yang pernah atau tidak pernah mengambil
kredit pada bank, tingkat kecenderungan menggunakan jasa bank konvensional,
bank syariah ataupun menggunakan jasa kedua bank tersebut,
4.3.1 Penerimaan Berdasarkan Tingkat Permintaan Kredit Pada Bank
Pada analisis berdasarkan tingkat permintaan kredit pada bank diketahui
dengan seberapa banyak pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden yang
memiliki pengalaman meminta kredit dari jasa perbankan untuk modal usahanya.
Hal ini dikaitkan pula dengan sumber modal dan pembiayaan usaha responden
dalam menjalankan usahanya.
Jika jumlah responden yang meminta kredit pada bank cukup banyak,
maka diketahui bahwa pengusaha UKM Muslim menerima jasa perbankan.
Sebaliknya, jika banyak pengusaha UKM Muslim yang tidak meminta kredit
53
usaha, maka jasa perbankan tidak diterima di kota Binjai. Data responden
pengusaha UKM Muslim di kota Binjai yang memiliki pengalaman mengambil
kredit di bank maupun yang tidak pernah mengambil kredit dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.12
Data Responden yang Pernah Meminta Kredit/Belum, Kategori Perusahaan dan Lama Berusaha
Sumber : diolah dari data primer
Pada tabel 4.11 di atas, diketahui bahwa responden yang pernah
meminta kredit pada bank berjumlah 27 orang, lebih banyak dari pada responden
yang belum pernah meminta kredit pada bank yang berjumlah 23 orang.
Responden yang menerima kredit dari bank yaitu yang usahanya telah berdiri
kurang dari 3 tahun dan kebanyakan adalah usaha milik perorangan. Hal ini
54
menggunakan jasa perbankan, dalam hal ini mengajukan kredit untuk pembiayaan
usaha mereka sebagai tambahan modal usaha. Sehingga bisa dikatakan, bahwa
pengusaha UKM Muslim di kota Binjai menerima eksistensi perbankan.
Sedangkan untuk responden yang belum pernah meminta kredit pada
bank, modal usaha mereka berasal dari uang sendiri, pinjaman pada keluarga
ataupun menjalankan bisnis usaha keluarga yang telah lama berjalan dan
responden yang bersangkutan adalah penerus usaha keluarga tersebut, sehingga
tidak mengeluarkan modal pribadi.
Namun tidak semua pengusaha UKM Muslim menggunakan jasa
perbankan seperti yang terlihat pada tabel. Hal tersebut disebabkan karena
kurangnya pengetahun pengusaha terhadap perbankan itu sendiri, terutama pada
perbankan syariah yang sosialisasinya pada masyarakat masih belum menyeluruh
sehingga sebagian besar pengusaha tidak mengetahui perbedaan antara perbankan
konvensional dan perbankan syariah. Selain itu, faktor bunga bank dari bank
konvensional membuat para pengusaha tidak nyaman untuk meminjam uang atau
meminta kredit pada bank dan lebih memilih untuk mengusahakan modal dari
uang sendiri. Dan faktor lainnya adalah peran pemerintah yang kurang
mensosialisasikan fungsi dari perbankan yang berguna jika dimanfaatkan dengan
baik oleh pengusaha agar mereka lebih mengetahui dan memahami fungsi dari
setiap jasa perbankan yang ditawarkan oleh tiap-tiap bank yang berbeda-beda.
Pada penelitian ini pula, responden terbagi atas 4 golongan berdasarkan
sumber modal dan pembiayaan usaha mereka, yaitu :
1. Pengusaha Muslim yang sama sekali tidak terlihat dengan bank manapun
55
2. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional saja
(Gol. B)
3. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan syariah saja (Gol.
C)
4. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional dan
perbankan syariah (campuran) (Gol. D)
Dan dari penggolongan di atas, data dan gambar responden yang diperoleh
setelah diolah yaitu :
Tabel 4.13
Data Responden Berdasarkan Golongan Kategori
Sumber : diolah dari data primer
Gambar 4.4
Data Golongan Responden
Dari data pada tabel dan grafik di atas, diketahui bahwa responden yang
mendapatkan kredit dari bank konvensional jumlahnya lebih dominan, yaitu
sebanyak 18 orang, di susul oleh responden penerima kredit dari bank syariah
Sales
Gol. A
Gol. B
Gol. C
56
sebanyak 8 orang dan 1 orang responden yang menerima kredit dari bank
konvenional dan bank syariah atau campuran.
4.3.2 Alasan Responden Menerima Bank Kovensional
Setiap responden yang menerima dan memanfaatkan perbankan dalam
dunia usaha pasti memiliki alasan tersendiri dalam memilih bank yang hendak
dimanfaatkan jasanya. Hal tersebut disebabkan karena banyaknnya Bank yang
telah muncul di tengah masyarakat saat ini dan adanya dua sistem perbankan di
Indonesia, yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah.
Pemilihan pengunaan jasa kedua perbankan tersebut bergantung pada responden
itu sendiri karena di pengaruhi oleh beberapa alasan. Berikut data alasan
responden memilih bank konvensional dan menolak bank syariah pada tabel 4.13 :
Tabel 4.13
Alasan Menerima Bank Konvensional dan Alasan Menolak Bank Syariah Alasan memilih
bank konvesional
Alasan tidak memilih bank syariah
Total
57
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 4.14 di atas maka diketahui
bahwa 3 orang responden menganggap bank konvensional lebih profesional,
diantaranya 2 orang setuju dengan pernyataan I, dan 1 orang setuju dengan
pernyataan II. Kemudian diketahui 12 orang responden beranggapan bank
konvensional urusannya lebih mudah dan lebih dekat diantaranya 4 orang setuju
dengan pernyataan I, 5 orang setuju dengan pernyataan II, 1 orang setuju dengan
pernyataan III, dan 2 orang lagi setuju dengan pernyataan IV. Lalu diketahui
hanya 1 orang yang setuju pada pernyataan bank konvensional tidak ada beda
dengan bank syariah dimana orang tersebut juga setuju pada pernyataan II. Dan
pernyataan responden yang belum paham tentang bank syariah ada 2 orang yang
diantaranya 1 orang setuju dengan pernyataan II dan 1 orang lagi setuju dengan
pernyataan III
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alasan responden memilih
menggunakan jasa perbankan konvensional adalah karena anggapan urusan di
bank konvensional lebih mudah/lebih dekat dan anggapan bahwa bank
konvensional lebih profesional. Sedangkan alasan responden tidak memilih bank
syariah karena anggapan bank syariah tidak ada bedanya dengan bank
konvensional dan anggapan bahwa bank syariah belum profesional. Hal ini
menunjukkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman responden terhadap
perbankan syariah dan fungsinya sebagai penyelamat diri dari riba juga karena
eksistensi bank konvensional yang sudah lama, membuat responden lebih
cenderung menggunakan jasa perbankan ini.
58
Sebagaimana responden pada penelitian ini yang memilih untuk
menggunakan jasa perbankan konvensional dalam usahanya dan menolak
perbankan syariahya karena alasan-alasan tertentu, begitupun responden yang
memilih menggunakan jasa perbankan syariah. Responden tersebut memiliki
alasan tersendiri memilih bank syariah dan menolak bank konvensional. Berikut
data tabel 4.14 yang menunjukkan alasan responden memilih bank syariah dan
menolak bank konvensional :
Tabel 4.14
Alasan Responden Menerima Bank Syariah dan Menolak Bank Konvensional
Alasan memilih bank syariah
Alasan tidak menerima bank konvensional
Total Bank syariah beda jauh
dengan bank
Sumber : diolah dari data primer
Dari tabel silang di atas dapat diketahui bahwa responden yang memilih
bank syariah dengan alasan agar terhindar dari riba ada 1 orang dimana ia juga
setuju dengan pernyataan I dan II. Kemudian rresponden yang memilih bank
syariah dengan alasan untuk mebantu bisnis sesama muslim berjumlah 5 orang
diantaranya 2 orang setuju dengan pernyataan I dan 3 orang setuju dengan
peernyataan II. Lalu bagi responden yang memilih bank syariah dengan alasan
lain-lain, yaitu karena alasan ingin mencoba-coba ada 1 orang dimana ia juga
59
Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa responden memilih
untuk memanfaatkan jasa bank syariah karena untuk membantu bisnis sesama
muslim. Selain itu para responden lebih banyak yang setuju dengan pernyataan
III, yaitu anggapan bahwa bank konvensional kurang terbuka. Hal ini
menunjukkan kurangnya kesadaran para responden arti dari fungsi perbankan
syariah sendiri dan kurangnya pemahaman berbisnis secara syariah yang baik,
termasuk dalam memilih partner usaha, dalam hal ini adalah memilih bank untuk
dimintai kredit usaha oleh responden. Hal ini sangat di sayangkan, karena sebagai
pengusaha UKM Muslim, kita sudah seharusnya tahu bagaimana berbisnis secara
syariah yang benar dan memanfaatkan perbankan syariah dengan niat yang lurus.
Dari data pada tabel 4.13 dan 4.14 maka dapat disimpulkan penerimaan
responden terhadap penggunaan jasa perbankan syariah masih sangat kurang yang
di sebabkan beberapa faktor, yaitu :
1. Kurangnya pengetahuan pengusaha tentang perbankan syariah baik itu dari
segi fungsi, kelebihan dan kekurangan serta dalam perspektif agama.
Sehingga pengusaha yang tidak tahu tentang perbankan syariah juga tidak
memiliki keinginan untuk mengetahuinya.
2. Kurangnya sosialisasi pemerintah, para ulama, dan dari pihak bank syariah
sendiri dalam memberikan pengetahun tentang perbankan syariah secara
menyeluruh kepada masyarakat. Sehingga banyak pengusaha yang
60
3. Adanya anggapan bank syariah masih belum profesional karena masih
dikatakan “masih baru” dan belum berpengalaman seperti bank
konvensional yang sudah lebih dulu dikenal luas oleh masyarakat.
4. Bagi beberapa pengusaha bekerja sama dengan bank syariah lebih sulit
dan mahal biaya administrasi dan pengembalian pinjamannya dari pada
bank konvensional yang memberikan bunga yang rendah bagi pengusaha
yang meminta kredit.
5. Tidak banyak pengusaha yang mempedulikan perbedaan antara bank
konvensional dan bank syariah. Sebagian dari mereka beranggapan bank
syariah sama dengan bank konvensional, hanya saja nama-nama produk
yang ditawarkan bercirikan islami dan mereka menyamakan anatar bunga
dan bagi hasil akibat kurangnya pengetahun mereka. Dalam hal ini,
pengusaha-benar-benar keliru.
Namun terlepas dari hal di atas, responden yang memilih menggunakan jasa
perbankan syariah pun di dorong oleh beberapa faktor, yaitu keinginan pengusaha
untuk saling membantu usaha sesama Muslim dan pengusaha yang sadar akan
haramnya riba bagi kehidupan termasuk dalam bisnis sehingga memilih bank
syariah sebagai solusi untuk dapat berbisnis tanpa harus dibebankan dosa karena
riba.
Untuk bank konvensional sendiri, berdasarkan engakuan dari pengusaha
UKM Muslim di Kota Binjai memilih untuk menggunakan jasa perbankan bank
61
1. Pengusaha beranggapan urusan pada bank konvensional lebih mudah
diurus dan di selesaikan juga aksesnya yang mudah. Hal ini dikarenakan
banyaknya cabang bank konvensional di kota Binjai begitupun keberadaan
mesin ATM-nya sehingga memudahkan pengusaha dalam menggunakan
jasanya.
2. Anggapan bahwa bank konvensional lebih profesional dari bank syariah.
Hal ini di sebabkan karena dibanding bank syariah, bank konvensional
telah menunjukkan eksistensinya lebih dulu sehingga pengusaha telah
mengetahui sedikit banyaknya tentang cara kerja bank konvensional dan
sudah tidak terasa asing lagi bagi masyarakat.
3. Dibanding bank syariah, biaya administrasi pada bank konvensional lebih
kecil. Meski setiap bank konvensional bunganya berbeda-beda, tapi jauh
lebih rendah dari bank syariah. Dalam hal ini, pengusaha akan cenderung
memilih bank yang menawarkan bunga yang lebih rendah dari bank
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya pengolahan data terhadap variabel-variabel
penelitian di atas, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Rata-rata pengusaha UKM Muslim di Kota Binjai adalah pengusaha
dengan pendidikan tamat SMA/sederajat yaitu 24 orang atau 48% dari
total responden dan sebagaian besar responden tidak pernah sekolah
agama. Pengusaha UKM Muslim di Kota Binjai didominasi oleh suku
Jawa sebesar 64% dari total responden dengan bidang usaha sebagian
besar bergerak di bidang dagang usaha dan restoran.
2. Pengusaha UKM Muslim di Kota Binjai menerima eksistensi perbankan di
kota tersebut. Hal ini terbukti dari sebagian besar responden yang
mengajukan permintaan kredit usaha sebagai tanda pemanfaatan dari jasa
perbankan. Terbukti 54% dari total responden menggunakan jasa
perbankan baik itu konvensional ataupun syariah sebagai modal atau
sumber pembiayaan usahanya. Namun pada penelitian ini, diketahui
responden cenderung menggunakan jasa perbankan konvensional.
3. Pengetahuan dan pemahaman pengusaha UKM Muslim di Kota Binjai
terhadap perbankan syariah masih rendah akibat kurangnya kesadaran dan
kemauan untuk melakukan bisnis yang sesuai dengan syariat Islam,
kurangnya pendidikan agama, juga karena kurangnya sosialisasi tentang
63
4. Pengusaha UKM Muslim di Kota Binjai yang menerima eksistensi
perbankan karena disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai sumber
pembiayaan modal usaha yang mudah dan profesional. Untuk responden
yang memilih bank syariah faktornya ialah untuk membantu usaha sesama
Muslim dan menghindari riba.
5. Masih ada pengusaha yang belum menggunakan jasa perbankan akibat
kurangnya pengetahuan terhadap perbankan itu sendiri sehingga
menimbulkan keraguan untuk menggunakana jasa perbankan, suku bunga
bank yang berbeda tiap bank dan juga karena kurangnya dorongan dari
pemerintah untuk menghimmbau dan mensosialisasikan fungsi perbankan
pada pengusaha.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang penerimaan
eksistensi perbankan pengusaha UKM Muslim di Kota Binjai, maka
penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Perlunya promosi yang lebih aktif dari pihak perbankan yang bekerja sama
dengan pemerintah untuk lebih mengajak massyarakat memanfaatkan jasa
perbankan agar aktivitas ekonomi dapat terus berjalan lancar dan dapat
memberbaiki ekonomi di Kota Binjai menjadi lebih baik lagi.
2. Perlunya keaktifan MUI dan Departemen agama dalam mensosialisasikan
tentang pentingnya menjalankan usaha yang sesuai dengan syariat Islam.
Agar usaha pengusaha UKM muslim dapat terlepas dari riba yang
64
S.w.t. Sosialisasi juga dilakukan bersama pihak-pihak perbankan syariah
dengan menawarkan jasa perbankan yang mudah pengurusannya, jelas
perbandingannya dengan perbankan konvensional sesuai dengan syariat
Islam dan menyeluruh sehinga masyarakat dapat mengenal perbankan
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang RI No. 10 tahun 1998 pasal 1, Bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat (Lukman, 2005 : 5,
Irsyad, 2010 : 5). Bank umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberi
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Perbankan sendiri adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan
proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Arisson, 1999 : 20, Lukman,
2005 : 5).
Kegiatan Bank berfungsi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu
daerah untuk lebih maju melalui kerja sama yang dilakukan antara bank dan
pengusaha. Terlebih untuk kemajuan usaha mikro yang dilakukan oleh para
pengusaha UKM muslim dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan dan
kemajuan ekonomi daerah di Kota Binjai.
2.2 Bank Konvensional
2.2.1 Pengertian Bank Konvensional
Bank Konvensional adalah Bank umum yang menjalankan kegiatan
usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Banak Umum
13
2011). Bank berdasarkan prinsip konvensional adalah bank-bank yang
beropoerasi menggunakan sistem bunga dan fee based untuk mendapatkan
keuntungan yang diharapkan (Irsyad, 2010 : 33)
Saat ini bank konvensional sudah lebih dikenal oleh masyarakat dan
fasilitasnya pun banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha baik dalam memenuhi
kebutuhan modal usaha, untuk menyimpan aset kekayaan dan untuk berbagai
jenis transaksi bisnis. Bank konvensional kini memiliki fasilitas yang tidak hanya
sebagai penghimpun dana dan menyalurkannya kembali pada masyarakat, namun
juga menawarkan berbagai produk dan pelayanan terhadap nasabah melalui jasa
pembayaran yang memberi kemudahan dalam melakukan transaksi dalam
kehidupan nasabah sehari-hari. Misalnya pembayaran listrik, transaksi antar
daerah bahkan pengisian dan transfer pulsa dari rekening.
2.2.2 Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional
Berdasarkan ketentuan dalam UU No. 10 tahun 1998 pasal 6 dan pasal
7,dikatakan kegiatan usaha yang dilakukan bank umum ada 18 kegiatan. Namun,
penulis hanya akan mencantumkan 5 dari 18 kegiatan tersebut yang dianggap
paling kegiatan bank yang merepresentasikan sebuah bank itu sendiri, yaitu :
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
Penghimpunan dana dari masyarakat secara aktif dilakukan oleh bank
14
menggunakan jasa bank secara aktif disebabkan jumlah bank yang masih
sedikit di Indonesia. Namun sekarang ini bank adalah lembaga keuangan
yang tersebar di tiap pelosok daerah yang memiliki jumlah penduduk yang
banyak dengan kegiatan usaha masyarakatnya yang berkembang. Dengan
banyaknya bank yang saling bersaing untuk mencari keuntungan, maka
pihak bank pun mulai aktif untuk mencari nasabah dan menghimpun dana
dengan berbagai strategi. Kegiatan penghimpunan dana dikenal dengan
funding(Irsyad, 2010 : 10)
2. Memberikan kredit.
Memberikan kredit pada nasabah adalah salah satu ciri khas dari bank.
Dana yang dihimpun dari masyarakat akan diputar untuk dimanfaatkan
oleh pengusaha dalam hal pemberian modal atau bentuk kerja sama
lainnya. Kegiatan bank dalam memberikan modal dijalankan dengan
melakukan analisis usaha pengusaha dengan harapan pengusaha akan
membayar kreditnya tepat waktu beserta bunganya.
Pemberian kredit oleh bank mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu
daerah karena adanya modal yang dapat digunakan pengusaha dalam
berbisnis, kegiatan ini biasanya disebut lending. Bisnis yang berhasil akan
memberikan keuntungan bagi bank dan daerah. Hanya saja untuk bank
yang menggunakan prinsip konvensional, modal usaha yang digunakan
pengusaha bebas untuk usaha umum selama tidak melanggar
undang-undang, sehingga halal atau haramnya jenis usaha tidak begitu
15
3. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah.
Dalam kegiatan bank yang memberikan jasa untuk memindahkan uang
untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah
berhubungan dengan transaksi atau perpindahan uang antar bank atau pun
pada instansi dan tempat usaha lainnya. Bank menyediakan fasilitas dalam
memanfaatkan kepercayaan nasabah untuk memperlancarkan arus
perpindahan uang atau pun untuk keperluan bank itu sendiri.
4. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana
kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi
maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
Dalam kegiatannya sehari-hari, bank tidak hanya berguna untuk
nasabahnya, namun juga berguna bagi bank lain dan praktek usaha
lainnya. Bank dapat menempatkan dananya berupa investasi pada suatu
usaha atau proyek tertentu. Bank dapat pula melakukan peminjaman dana
pada bank atau instansi lain ataupun pada BI jika dibutuhkan. Bank
memberikan pinjaman pada bank ataupun pihak lain yang membutuhkan
dengan menggunakan berbagai sarana yang sesuai.
5. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
Kegiatan bank yang satu ini lazim digunakan oleh nasabah bank yang
sangat berhati-hati pada barang dan surat berharga yang dimilikinya.
Dengan menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
16
diperlukan. Nasabah dibebankan untuk membayar biaya penyimpanan
oleh bank, dan bank juga menjamin keamanan tempat penyimpanan yang
disediakan dari pecurian, kebakaran, dan berbagai situasi lainnya yang
tidak diinginkan oleh bank dan nasabah untuk terjadi.
2.3 Bank Syariah
2.3.1 Pengertian Bank Syariah
Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008, Bank Syariah adalah Bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
Dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari, Bank Syariah dan Bank perkreditan
Rakyat Syariah haruslah berpegang teguh terhadap prinsip syariah islam, karena
hal tersebut merupakan hal yang membedakan antara Bank konvensional dan
Bank syariah.
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpan dana atau pembiayaan kegiatan usaha atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah (Rahmat Hidayat,
2014: 13). Perbankan syariah merupakan suatu lembaga intermediasi yang
menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat dimana seluruh aktivitasnya
dijalankan berdasarkan etika dan prinsip-prinsip islam sehingga bebas dari unsur
bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif non produktif seperti perjudian
(maysir), bebas dari kegiatan yang meragukan (gharar), bebas dari perkara yang
tidak sah (bathil), dan hanya membiayai usaha-usaha yang halal (Irsyad, 2010:
17
Berdasarkan rumusan diatas, dapat di ketahui bahwa Bank syariah sebagai
badan usaha yang menjalankan aktivitas yang dilakukannya berdasarkan hukum
islam, yakni bank yang menggunakan dan menjalankan sistem perbankan syariah
yang bersumber dari Al-qur’an dan Hadits, yang menjunjung tinggi aqidah dan
kepastian halal dari kegiatan usaha yang dilakukannya berdasarkan prinsip-prinsip
syariah yang dijalankan, berbeda jalur dari sistem perbankan konvensioanl yang
terdapat bunga (riba) di dalamnya yang sangat jelas haram bagi umat islam,
menjadikan kegiatan usaha yang dijalankan seorang pengusaha muslim tidak
halal, bank syariah dengan prinsip syariah menolak adanya bunga (riba) dan lebih
menggunakan kegiatan bagi hasil dengan nasabahnya sesuai pada perjanjian yang
berdasarkan hukum islam untuk mencapai keuntungan bersama yang adil dan
halal. Dengan Bank syariah maka pengusaha muslim dapat menjalankan usahanya
dengan jalan yang halal dan diridhoi oleh Allah SWT.
2.3.2 Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah
Berdasarkan Booklet Perbankan Indonesia (2011) kegiatan usaha bank
umum syariah terdiri atas 26 kegiatan, namun penulis hanya akan mencantumkan
5 kegiatan yang mempresentasikan bank umum syariah, yaitu :
1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Kegiatan menghimpun dana juga dilakukan oleh bank syariah sebagaimana
kegiatan dan fungsi bank yang tercantum dalam UU No. 10 tahun 1998. Bank
18
perbankan, baik itu sesama bank syariah maupun bank konvensional.
Merupakan tantangan tersendiri pada bank syariah untuk menarik nasabah
karena masyarakat Indonesia kurang terlalu mengenal sistem perbankan
syariah dan lebih mengenal sistem konvensional yang telah lebih lama di
dunia perbankan. Penghimpunan dana oleh bank syariah dapat dilakukan
dengan berbagai strategi yang tentunya berdasarkan prinsip syariah yang
halal. Yaitu dengan menggunakan akad-akad syariah.
2. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad
musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Kegiatan penyaluran biaya oleh bank syariah sama dengan kegiatan
memberikan kredit pada bank konvensional. Pemberian biaya yang dilakukan
bank syariah baik itu untuk modal usaha pengusaha UKM ataupun untuk
keperluan lainnya dilakukan berdasarkan ketentuan islam. Berbeda dari bank
konvensional yang menerima keuntungan usahanya dengan membebankan
bunga pada nasabahnya. Pada bank syariah keuntungan bank diperoleh
melalui bagi hasil atas usaha yang dikerjakan oleh pengusaha yang menerima
kredit dari bank. Bagi hasil dari keuntungan berdasarkan akad yang mengikat
antara kedua belah pihak untuk mencapai keadilan bersama diyakini halal dan
diridhoi Allah.
3 Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Bank syariah mempunyai jasa untuk mengalihkan utang piutang yang sering
19
pengalihan utang agar usahanya tetap berjalan hingga dapat membayar
kembali utangnya pada bank, bukan lagi kepada pihak ia sebelumnya
berutang. Perpindahan utang piutang pada perbankan dikenal dengan anjak
piutang (factoring). Kegiatan bank syariah yang berdasarkan asas tolong
menolong ini seringnya menggunakan akad hawalah, yaitu akad pengalihan
utang kepada pihak yang berutang dalam syariah islam. Sehingga, pengusaha
dapat tetap menjalankan usahanya dengan cara yang halal sampai ia mampu
membayar utang.
4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah.
Kegiatan pemindahan uang yang dilakukan bank syariah baik untuk
kepentingan bank sendiri ataupun kepentingan nasabah berguna untuk
melancarkan transakasi pembayaran yang dilakukan khususnya untuk
pengusaha yang hendak melakukan transaksi di dalam atau di luar negeri
dalam rangka menjalankan bisnis usaha yang dijalankannya. Oleh bank
syariah, perpindahan uang dapat dilakukan dengan cara yang halal tanpa
penggenaan bunga, tapi diantara kedua pihak telah diketahui keuntungan
yang diperoleh masing-masing dengan adil, suka rela. Untuk bank sendiri,
perpindahan uang dilakukan untuk keperluan operasional bank itu sendiri.
5. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah.
Pada kegiatan perbankan, bank syariah dapat diunjuk sebagai perwakilan oleh
nasabahnya. Fungsi bank sebagai wali amanat ini adalah hal yang yang umum