1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia merupakan program pemerintah dalam
memajukan bangsa dengan cara membangun dalam segala bidang, misalnya
pembangunan dalam bidang ekonomi, social dan budaya sebagaimana
tercantum dalam undang-undang. Pembanguna di Indonesia di tujukan
untuk mensejahtrakan rakyat Indoneia. Tapi dalam pembangunan ini tidak
akan tercapai apabila tidak ada kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat, hal ini ditujukan agar pembanguanan tersebut berjalan sesuai
dengan keinginan masyarakat dan bangsa Indonsia, di samping itu ada hal
yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan yaitu dana atau biaya
untuk pembangunan itu sendiri, salah satu sumber dana yang paling besar
adalah dari pajak.
Selama ini upaya penegakan hokum belum berjalan efektif, hal ini
terlihat dari masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak, masih
banyaknya subjek potensial yang belum dilaporkan atau belum dihitung
secara benar oleh wajib pajak, maupun banyaknya utang pajak yang belum
dibayar penegakan hokum dapat di lakukan dengan pemeriksaan,
pemeriksaan pajak merupakan instreumen untuk menentukan kepatuhan
baik formal maupun material yang tujuan utamanya adalah untuk menguji
Wajib pajak merupakan orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan di tentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong
pajak tertentu. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan
kegotong royongan nasional melalui system menghitung, menperhitungkan,
membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga melalui
sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan
lebih rapi, terkendali,sederhana dan mudah untuk dipahami oleh masyarakat
wajib pajak.
Undang – undang No. 7 tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan
(PPh) berlaku sejak 1 januari 1984. Undang – undang ini telah beberapa kali
mengalami perubahan dan terakhir kali diubah dengan undang – undang
Nomor 36 Tahun 2008.
Undang – undang Pajak Penghasilan (PPh) mengatur pengenaan
pajak penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut
dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak
yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam undang – undang PPh
disebut wajib pajak. Wajib pajak dikenai pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai
pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak
Pajak penghasilan (PPh) pasal 21 adalah pajak sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan, yang wajib dipotong, disetorkan dan
dilaporkan oleh pemberi kerja wajib pajak orang peribadi subjek pajak
dalam negeri dan subjek pajak Luar Negeri. PPh Pasal 21 merupakan Pajak
atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang peribadi subjek
pajak Dalam Negeri.
Adapun kendala utama yang dihadapi dalam pembayaran pajak
adalah masih banyak wajib pajak yang tidak patuh karena sering terjadi
keterlambatan pembayaran pajak, akibatnya penerimaan pajak yang terjadi
pada Kantor Pelayanan Pajak Majalaya belum optimal, hal ini menunjukan
bahwa kepatuhan wajib pajak sangat diperlukan dalam melakukan
pemenuhan kewajiban perpajakan, hal ini dilakukan sendiri oleh wajib pajak
maka hal tersebut memungkinkan wajib pajak untuk tidak patuh yaitu
dengan adanya keterlambatan pemenuhan kewajiban perpajakan,
berdasarkan hal tersebut jumlah penghasilan wajib pajak menjadi dasar
perhitungan PPh pasal 21.
Berdasarkan uraian diatas, maka Penulis bermaksud untuk membuat
Laporan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul : PROSEDUR
PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA KPP
1.2. Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan dari kerja praktek lapangan ini adalah:
1. Untuk mengetahui prosedur perhitungan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 pada KPP PRATAMA BANDUNG MAJALAYA
1.3. Kegunaan Kerja Praktek
Kegunaan yang diharapkan penulis adalah:
1. Bagi penulis
a. Memperoleh pengalaman secara langsung dalam mempelajari
perhitungan PPh pasal 21.
b. Menambah ilmu pengetahuan, khususnya tentang perpajakan.
c. Mengetahui keadaan lingkungan kerja yang sebenarnya sebagai
bahan perbandingan bagi pengetahuan teoritis yang didapat
diperkuliahan.
2. Bagi perusahaan
a. Ikut menunjang program akademik, serta membantu pemerintah
dalam menyiapkan tenaga kerja yang berpengalaman di bidangnya.
b. Sebagai upaya untuk membantu menyiapkan tenaga terampil bagi
mahasiswa yang akan terjun ke dunia kerja.
c. Menjalin kerjasama dan saling mengenal antara Instansi kerja dan
pendidikan, sehingga bisa dijadikan referensi untuk menyiapkan
3. Bagi Pihak Luar
Penelitian dalam Kuliah Kerja Praktek ini diharapkan menjadi
sumber pengetahuan.
1.1. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Penulis melakukan kerja praktek untuk memperoleh data yang
dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Majalaya, yang
beralamat di Jl. Peta No.7 Bandung.
Adapun waktu pelaksanaan kerja praktek yang disetujui terhitung
dari tanggal 26 Juli 2010 sampai dengan 26 Agustus 2010. Kerja praktek ini
dilakukan setiap hari kerja mulai dari pukul 08.00 s.d. 16.00.
6
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
2.1.1. Sejarah KPP Pratama Bandung Majalaya
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya (yang merupakan
gabungan fungsi dari KPP, KP. PBB dan KARIKPA) telah dipersiapkan
keberadaannya sesuai dengan SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 tentang
Persiapan Penerapan Sistem administrasi Perpajakan Moderen Pada Kantor
Wilayah DJP dan Pembentukan KPP Pratama di Seluruh Indonesia Tahun
2007-2008. Semua ini dilakukan sehubungan dengan adanya reorganisasi di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak berdasrkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007. Adapun Saat Mulai Beroperasi (SMO)
KPP Pratama Majalaya adalah tanggal 28 Agustus 2007 setelah diresmikan
oleh Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I.
Kantor Pelayanan Pajak Majalaya telah memiliki gedung sendiri
(eks. Karikpa Bandung Satu dan Dua) yang beralamat di Jalan Peta No. 7
Bandung dan memiliki wilayah administrasi fiskal yang merupakan
gabungan dari beberapa kantor pajak terdahulu, yaitu: KPP Cimahi dan KP.
PBB Bandung Dua.
Walaupun secara geografis KPP Pratama Majalaya berada di
wilayah kota Bandung, tetapi wilayah yang ‘dikuasainya’ sejatinya adalah
kabupaten Bandung. Kabipaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di
Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan
Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Garut di timur dan selatan, serta
Kabupaten Cianjur di barat dan selatan.
Pada Tahun 2006, Kabupaten bandung terdiri dari 45 Kecamatan
dengan jumlah desa seluruhnya 431 desa dan 9 kelurahan. Sejak tahun 2007,
berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2007, kabupaten ini dimekarkan menjadi
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat (dengan ibukota di
Ngamprah). Adapun wilayah Kabupaten Bandung yang menjadi tanggung
jawab KPP Pratama Majalaya berjumlah 15 kecamatan, antara lain:
Kecamatan Majalaya, Cileunyi dan lain-lain.
Didalam penyusunan monografi fiskal merupakan gambaran umum
mengenai potensi fiskal dari wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Majalaya yang disajikan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dengan
segala aspeknya dalam rangka menentukan arah kebijaksanaan dalam
mengambil keputusan. Sedangkan data sekunder yang dijadikan acuan
dalam menyusun monografi fiskal ini adalah buku ‘Kabupaten Bandung
Dalam Angka 2007 terbitan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung yang
bekerjasama dengan Badan Pembangunan Daerah.
Monografi Fiskal untuk daerah kerja Kantor Pelayanan Pajak
1. Keadaan ekonomi sosial dan hal-hal yang spesifik yang ada di
masing-masing daerah
Sektor sosial ekonomi yang menonjol pada wilayah kerja
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya adalah sektor pertanian
tanaman pangan (termasuk perkebunan), peternakan, dan perikanan, hal
ini dapat terlihat pada tingkat masyarakat yang bekerja pada usaha
tersebut yang secara rata-rata mengalami peningkatan.
2. Sektor-sektor usaha yang menonjol dan mempunyai potensi perpajakan
Sektor usaha yang menonjol dan potensial adalah sektor industri
pengolahan, baik industri besar maupun sedang, misalnya: industri
garment dan lain-lain, disamping sektor lainnya, seperti sektor
perdagangan, sektor perhubungan, sektor komunikasi, sektor
pariwisata, sektor peternakan dan keuangan dan perbankan serta sektor
jasa konstruksi bangunan/properti.
3. Sektor-sektor strategis dari wilayah yang bersangkutan
Potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung sebagaimana
yang nampak dibeberapa wilayah kota kecamatan, mempunyai nilai
strategis yang menunjang adalah, sektor peternakan, sektor pariwisata,
sektor komunikasi, sektor perdagangan dan sektor industri serta sektor
jasa konstruksi bangunan/properti.
2. Potensi yang masih dapat digali dan kendala untuk menggali potensi
Potensi ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung sebagaimana
yang nampak dibeberapa wilayah kota kecamatan, potensi fiskal yang
dapat digali adalah sektor perdagangan, sektor peternakan, sektor
perikanan, dan sektor pariwisata.
Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian
Kabupaten Bandung. Sektor ini (dahulu pernah) merupakan
penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten Bandung. Guna meningkatkan penerimaan
pajak (seperti PPN, PPh, PBB dan BPHTB) diwilayah administrasi
fiskal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, kami berusaha
‘membedah’ seluruh aspek ekstensifikasi dan intensifikasi melalui
rekomendasi-rekomendasi dalam mengidentifikasi dan memecahkan
masalah.
2.1.2. Geografis
Peta wilayah yang menjadi wewenang administrasi fiskal Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Majalaya berbeda dengan luas wilayah
administrasi Kabupaten Bandung yang meliputi 15 kecamatan dari 30
kecamatan (sesuai dengan UU Nomor 12 Tahun 2007 tentang pemekaran di
Kabupaten Bandung Barat).
Batas-batas wilayah Kabupaten Bandung :
Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa
Kabupaten Bandung berada pada 6°,41’ – 7°,19’ Lintang Selatan dan diantara107°22’ – 108°5’ Bujur Timur dengan luas wilayah 176.239 ha.
Batas Utara Kabupaten Bandung Barat; Sebelah Timur Kabupaten
Sumedang dan Kabupaten Garut; Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan
Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten Bandung Barat; di bagian
Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi. Kabupaten Bandung terdiri atas 30
kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan. Adapun untuk wilayah kerja KPP
Pratama Majalaya,adalah: Batas Utara Kabupaten Subang, Wilayah KPP
Pratama Cimahi (Lembang, Parongpong dan sebagainya.) dan Kabupaten
Sumedang; sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut;
sebelah Selatan Kabupaten Garut; sebelah Barat Kota Bandung dan Wilayah
KPP Pratama Soreang (Pangalengan, Banjaran dan sebagainya.).
Keadaan Fisik Kabupaten Bandung (Wilayah KPP Pratama Majalaya):
1. Kabupaten Bandung Bagian Utara, merupakan gabungan variasi antara
dataran tinggi yang terdiri dari pegunungan atau bukit-bukit dan dataran
rendah yang pada umumnya digunakan sebagai areal perumahan,
persawahan, perkebunan.
2. Kabupaten Bandung Bagian Tengah, merupakan daerah yang cenderung
stabil walaupun posisi bagian ini lebih rendah diantara lainnya. Sungai
Citarum yang membelah bagian ini pernah menjadikan sektor industri
(garment/tekstil) tumbuh dan berkembang.
3. Kabupaten Bandung Bagian Timur, merupakan dataran tinggi yang
bagi sektor perdagangan dan jasa karena bagian ini dilalui oleh jalan
raya lintas propinsi.
4. Kabupaten Bandung Bagian Barat, merupakan dataran rendah yang
banyak daerahnya dipakai untuk membangun sarana perumahan (nilai
tambah bagi sektor jasa konstruksi) karena aksesnya yang mudah
dijangkau dari Kota Bandung serta bernilai strategis bagi sektor
perikanan.
5. Kabupaten Bandung Bagian Selatan, merupakan daerah yang
didominasi oleh pegunungan dan bukit-bukit. Sektor yang paling
menonjol untuk bagian ini adalah perkebunan, lebih spesifik lagi yaitu
perkebunan the karena berbatasan langsung dengan Kecamatan
Pangalengan (Wilayah KPP Pratama Soreang). Di samping itu, sektor
peternakan (yang menghasilkan susu sapi) juga menjadi andalan
masyarakat di bagian ini. Semua itu tercermin dengan adanya komunitas
resmi yang bernama Koperasi Pengusaha Susu Bandung Selatan
(KPBS).
Wilayah pemerintahan Kabupaten Bandung sesuai data tahun 2007
meliputi 15 kecamatan terdiri dari 134 desa/kelurahan, yaitu :
1. Wilayah Selatan, meliputi:
- Kecamatan Kertasari
- Kecamatan Pacet
2. Wilayah Tengah, meliputi:
- Kecamatan Majalaya
- Kecamatan Solokan jeruk
3. Wilayah Utara, meliputi:
- Kecamatan Cimenyan
- Kecamatan Cilengkrang
- Kecamatan Cileunyi
- Kecamatan Rancaekek
4. Wilayah Timur, meliputi:
- Kecamatan Nagreg
- Kecamatan Cicalengka
- Kecamatan Cikancung
- Kecamatan Paseh
5. Wilayah Barat, meliputi:
- Kecamatan Bojongsoang
- Kecamatan Ciparay
2.1.3 Gambaran Sektor Usaha
Seperti telah digambarkan dalam Monografi Fiskal KPP Pratama
Majalaya yang disusun tahun 2008, sektor usaha yang menonjol dan
potensial untuk wilayah Kabupaten Bandung ada 3 (tiga) kelompok dan
1. Sektor Perindustrian yang terdiri dari industri besar dan industri sedang
merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bandung dan
sampai saat ini masih menjadi primadona dalam kaitannya dengan
penerimaan pajak karena merupakan penyumbang terbesar dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Bandung. Sektor ini didominasi oleh
industri tekstil disusul oleh industri pakaian jadi dan industri makanan
dan minuman.
2. Posisi kedua ditempati oleh sektor perdagangan baik besar atau eceran.
Hal ini berbanding lurus dengan tingkat perekonomian masyarakat yang
cenderung meningkat seiring dengan pertambahan populasi dan
pertumbuhan jasa konstruksi (properti). Pertumbuhan yang cukup
signifikan pada sektor ini juga mengakibatkan tingkat konsumsi untuk
listrik, gas dan air meningkat.
3. Sektor jasa (usaha persewaan), real estat dan perbankan (keuangan)
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perputaran cepat arus kas
(cash flow) seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Bandung.
2.1.4. Visi dan MIsi
Dalam pelaksanaan kegiatan perpajakan Indonesia Direktorat
Jenderal Pajak mempunyai visi dan misi yang dijadikan sebagai dasar
Visi Direktorat Jenderal Pajak
Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan
integritas dan profesionalisme yang tinggi.
Misi Direktorat Jenderal Pajak
Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang
Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang
efektif dan efisien
2.2. Struktur Organisasi
Dalam suatu perusahaan baik perusahaan kecil maupun besar, struktur
organisasi sangatlah penting, karena struktur organisasi merupakan alur job
description dalam pelaksaan kerja yang baik dan terarah, serta dapat diketahui
batas tanggung jawab dari suatu pekerjaan. KPP Pratama Bandung Majalaya yang
merupakan suatu organisasi yang besar senantiasa mengadakan pembaharuan
struktur organisasi sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan.
Penulis akan mengemukakan struktur organisasi dan uraian tugas di KPP
Pratama Bandung Majalaya. Struktur organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya
dibuat dalam bentuk garis komando karena alur dan tanggung jawab secara
sampai ke bawah. Demikian pula tangga organisasi harus diajukan ke pihak atasan
untuk mendapat penyelesaian. Hal tersebut dapat terlihat pada gambar struktrur
organisasi KPP Pratama Bandung Majalaya berikut ini :
2.3. Deskripsi Jabatan
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Memiliki wewenang dalam mengelola pelaksanaan penyuluhan,
pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang perpajakan dalam
wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
2.3. Deskripsi Jabatan
Kepala Kantor
Pelaksana Pelaksana Pelaksana
Supervisor
Sumber: KPP Pratama Bandung Majalaya
Gambar 2.1
2.3. Deskripsi Jabatan
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Memiliki wewenang mengelola pelaksanaan penyuluhan, pelayanan,
dan pengawasan Wajib Pajak di bidang perpajakan dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan memonitor realisasi intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan. Dan
memiliki tanggung jawab menegakkan disiplin pegawai memberikan
penghargaan atau menjatuhkan hukuman disiplin kepada pegawai
2. Kepala Subbagian Umum
Memiliki wewenang dalam melaksanakan tugas pelayanan
kesekretariatan dengan cara mengatur kegiatan tata usaha dan
kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan untuk
menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Memiliki wewenang dalam membantu pelaksanaan pengumpulan,
pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen
perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi
e-SPT dan e-filing serta bertanggung jawab dalam penyiapan laporan
kinerja.
4. Seksi Pelayanan
Bertanggung jawab membantu pelaksanakan penetapan dan
pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan,
dan pelaksanaan registrasi wajib pajak sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Kepala Seksi Penagihan
Memiliki wewenang dalam melaksanakan urusan penatausahaan
piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif,
usulan penghapusan piutang pajak, serta bertanggung jawab dalam
penyimpanan dokumen-dokumen penagihan sesuai ketentuan yang
berlaku.
6. Kepala Seksi Pemeriksaan
Bertangung jawab melaksanakan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi
pemeriksaan perpajakan lainnya.
7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan atau himbauan kepada wajib
pajak dan konsultasi teknis perpajakan. Bertanggung jawab dalam
penyusunan Profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi
data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan
evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengamatan potensi
pajak. Dan bertanggung jawab dalam penilaian obyek pajak dalam rangka
ekstensifikasi perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
9. Juru Sita Pajak
Bertanggung jawab melakukan urusan penundaan dan angsuran
tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta
penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
10.Account Representative
Memiliki wewenang dalam melaksanakan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib
pajak dan konsultasi teknis perpajakan. Dan bertanggung jawab dalam
penyusunan Profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi
data wajib pajak dalam rangka intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil
banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
11.Operator Console
Bertanggung jawab dalam melaksanakan pemeliharaan dan
monitoring data, program administrasi perpajakan, melakukan sosialisasi
program administrasi perpajakan, pengecekan, perbaikan komputer dan
perangkat penunjangnya, serta mengawasi pengoperasian komputer dan
2.4. Aspek Kegiatan Perusahaan
Di KPP Bandung Majalaya di bagi menjadi beberapa bagian.
Dimana setiap bagian memiliki kegiatan yang berbeda tetapi saling
berkaitan. Kegiatan tersebut rutin dilakukan oleh setiap bagian.
Adapun kegiatan perusahaan yang dilakukan oleh setiap bagian di
KPP Pratama Bandung Majalaya yaitu sebagai berikut:
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
a. Menerima konsep penerbitan ketetapan pajak/produk hukum.
b. Meneliti ketetapan pajak/produk hukum.
c. Menyetujui dan menandatangani ketetapan pajak/produk hukum.
2. Kepala Subbagian Umum
a. Menerima arsip in aktif (non berkas wajib pajak) yang diserahkan
oleh Seksi-seksi terkait dengan membuat berita acara.
b. Menugaskan Pelaksana untuk menyimpan dan menata arsip yang
masih mempunyai nilai guna berdasarkan klasifikasi arsip yang
berlaku dalam filing, box atau sarana penyimpan arsip lainnya.
c. Menugaskan Pelaksana untuk membuat daftar inventaris
penyimpanan arsip.
d. Menugaskan Pelaksana untuk melayani peminjaman arsip dengan
membuat bon peminjaman.
e. Memantau dan mengawasi pelaksanaan tugas pemrosesan
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
a. Mempelajari bahan penyusunan laporan kegiatan Seksi.
b. Menyusun laporan kegiatan Seksi.
c. Menyampaikan laporan kegiatan Seksi kepada Kepala Kantor.
4. Seksi Pelayanan
a. Menugaskan Pelaksana untuk menyusun program penyuluhan
perpajakan.
b. Mengusulkan program penyuluhan perpajakan kepada Kepala
Kantor.
c. Melakukan koordinasi dengan Subbagian Umum dan Seksi terkait.
d. Melaksanakan program penyuluhan.
5. Kepala Seksi Penagihan
a. Menugaskan Juru Sita Pajak untuk membuat Surat Teguran, Surat
Paksa Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dan Surat
Permintaan.
b. Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan pajak dalam Sistem
Aplikasi Komputer.
c. Meneliti konsep Surat Teguran, Surat Paksa, SPMP, dan Surat
Permintaan Pemblokiran serta menyampaikan kepada Kepala Kantor
untuk ditetapkan.
6. Kepala Seksi Pemeriksaan
a. Menerima penugasan dari Kepala Kantor mengenai rencana
b. Meneliti dan menganalisis kemampuan beban kerja Kelompok
Tenaga Fungsional Pemeriksa Pajak.
c. Menugaskan Pelaksana untuk menyusun konsep penyesuaian
rencana pemeriksaan pajak.
d. Menerima, meneliti dan memaraf serta menyampaikan konsep
penyesuaian rencana pemeriksaan pajak kepada Kepala Kantor.
7. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
a. Menerima pertanyaan secara tertulis dari wajib pajak tentang
ketentuan teknis perpajakan.
b. Menugaskan AR untuk melaksanakan bimbingan/himbauan kepada
wajib pajak atas ketentuan perpajakan yang berlaku serta konsultasi
teknis perpajakan dari permasalahan wajib pajak yang disampaikan
secara lisan maupun tertulis.
c. Meneliti dan menyetujui konsep surat jawaban atas pertanyaan
tentang ketentuan teknis perpajakan serta meneruskan kepada Kepala
Kantor untuk ditandatangani.
d. Menugaskan AR untuk menatausahakan surat jawaban serta
mengirimkannya melalui Subbagian Umum dengan Buku Ekspedisi.
8. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
a. Mempelajari bahan penyusunan laporan kegiatan Seksi.
b. Menyusun laporan kegiatan Seksi Ekstensifikasi Kantor Pelayanan
c. Menyampaikan laporan kegiatan Seksi Ekstensifikasi kepada Kepala
Kantor.
9. Juru Sita Pajak
a. Menerima tugas dari Kepala Seksi Penagihan untuk membuat Surat
Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP)
dan Surat Permintaan Pemblokiran berdasarkan daftar tunggakan
pajak dalam Sistem Aplikasi Komputer.
b. Membuat Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan
Penyitaan (SPMP) dan Surat Permintaan Pemblokiran berdasarkan
daftar tunggakan pajak dalam Sistem Aplikasi Komputer dan
menyampaikan kepada Kepala Seksi Penagihan.
c. Menerima kembali Surat Paksa, SPMP, dan Surat Permintaan
Pemblokiran yang telah ditandatangani Kepala Kantor serta
menatausahakan dan melaksanakan.
10. Account Representative
a. Mengumpulkan, menerima atau mencari data atau informasi yang
berhubungan langsung dengan isi Profil wajib pajak.
b. Membuat/memutakhirkan Profil wajib pajak pada Sistem Aplikasi
Komputer dan Profil manual wajib pajak.
c. Membuat usulan rencana kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak
dalam rangka pengawasan/pemutakhiran data wajib pajak.
d. Melakukan kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak berdasarkan Surat
e. Membuat laporan hasil kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak serta
laporan tindak lanjut hasil kunjungan kerja tersebut serta
menyampaikan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
11. Operator Console
a. Menerima tugas dari Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi
untuk menyajikan informasi perpajakan.
b. Memproses, menganalisa dan menyajikan informasi perpajakan.
c. Menyampaikan konsep informasi perpajakan kepada Kepala Seksi.
d. Pengolahan Data dan Informasi.
e. Menatausahakan informasi perpajakan dalam file tersendiri sebagai
24 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 26 Juli 2010 –
26 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di KPP Pratama
Bandung Majalaya dan penulis ditempatkan di bagian Pengolaha Data dan
Informasi (PDI). Dalam menjalankan Kerja Praktek diharapkan penulis
dapat membantu dan mendukung proses perusahaan.
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Kegiatan–kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan Kerja
Praktek di KPP Pratama Bandung Majalaya adalah membantu kegiatan dari
karyawan.
Adapun kegiatan rutin yang dilakukan selama mengikuti Kerja
Praktek adalah sebagai berikut:
1. merekam SPT,
2. Pajak Pertambahan niali (PPN), dan
3.3. Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
3.3.1. Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
1. Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21
Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap adalah
Penghasilan Kena Pajak.
2. Menghitung Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak bagi pegawai tetap adalah sebesar penghasilan
neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Besarnya penghasilan neto bagi pegawai tetap yang dipotong PPh Pasal
21 adalah jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan :
a. Biaya jabatan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (3)
Undang-Undang Pajak Penghasilan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor PMK-250/PMK. 03/2008, besarnya biaya jabatan
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk penghitungan
pemotongan Pajak Penghasilan ditetapkan sebesar 5% dari
Penghasilan Bruto, setinggi-tingginya Rp 6.000.000,00 setahun atau
Rp 500.000,00 sebulan.
b. Besarnya biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto untuk penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi
pensiunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp. 2.400.000,00 (dua juta
empat ratus ribu rupiah) setahun atau Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu
rupiah) sebulan.
Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada
dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan
hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah bagi:
a. Wajib Pajak : Rp 15.840.000,-
b. Tambahan status kawin : Rp 1.320.000,-
c. Istri Bekerja : Rp 15.840.000,-
d. Tambahan tanggungan : Rp 1.320.000,- (Maksimal 3)
Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri;
b. Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri
ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya.
Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukan keterangan tertulis
dari pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan yang
menyatakan suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan,
untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya.
4. Ketentuan Penghitungan PPh Pasal 21
a. Untuk perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap masa
pajak, tarif diterapkan atas perkiraan penghasilan yang akan diperoleh
selama 1 (satu) tahun, dengan ketentuan sebagai berikut:
Atas penghasilan yang bersifat teratur :
= Jumlah Penghasilan Teratur Sebulan x 12
Atas tambahan penghasilan yang bersifat tidak teratur :
= (Penghasilan Teratur Sebulan x 12) + Penghasilan
Tidak Teratur
b. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk setiap masa pajak
adalah:
Atas penghasilan yang bersifat teratur :
= PPh Terutang atas Jumlah Penghasilan Teratur
Atas tambahan penghasilan yang bersifat tidak teratur :
= (PPh Terutang Penghasilan Tidak Teratur - PPh Terutang
Penghasilan Teratur)
Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal
21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang
diterapkan terhadap wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong tersebut adalah
sebesar 120 % (seratus dua puluh persen) dari jumlah PPh Pasal 21
yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak. Pemotongan PPh Pasal 21 tersebut hanya
berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final.
Penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif
yang lebih tinggi, mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok
Wajib Pajak, PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut dapat
diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan
selanjutnya setelah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
d. Saat Terutang PPh Pasal 21
PPh Pasal 21 terutang bagi Penerima Penghasilan pada saat dilakukan
pembayaran atau pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan.
PPh Pasal 21 terutang bagi Pemotong PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal
26 untuk setiap masa pajak. Saat terutang untuk setiap masa pajak
sebagaimana dimaksud tersebut adalah akhir bulan dilakukannya
pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang
Rincian Perhitungan PPh pasal 21
a. Penghasilan Bruto
1. Gaji sebulan xxx
2. Tunjangan PPh xxx
3. Tunjangan dan honorium lainnya xxx
4. Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja xxx
5. Penerimaan dalam bentuk natural yang yang di
Kenakanpemotongan PPh pasal 21 xxx
6. Jumlah penghasilan Bruto xxx
b. Pengurangan
7. Biaya Jabatan (5% X penghasilan bruto) xxx
8. Iuran Pensiun atau Iuran THT/JHT xxx
9. Jumlah pengurangan xxx
c. Pengurangan PPh Pasal 21
10.Penghailan Neto sebulan (6-9) xxx
11.Penghasilan neto setahun (10 X 12 bln) xxx
12.Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) (xxx)
13.Penghasilan Kena pajak setahun (11-12) xxx
14.PPh Pasal 21 terutang (13 X tariff psl 17) xxx
Contoh Perhitungan PPh Pasal 21
Pegawai Tetap Penerima Penghasilan Bulanan
Gaji Bulanan
Indra adalah seorang pegawai pada perusahaan PT. FITZGER, menikah
tanpa anak NPWP 04.131.122.0002.000, memperoleh gaji sebulan
sebesar Rp 2.000.000. PT. FITZGER mengikuti program jamsostek,
premi jaminan kecelakaan kerja dan Premi jaminan kematian dibayar
oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,5% dan 0,3% dari
gaji. PT. FITZGER menanggung iuran jaminan hari tuasetiap bulan
sebesar 3,7% dari gaji sedangkan indra membayar iuran jaminan hari tua
sebesar 2% dari gaji setiap bulan. Disamping itu PT. FITZGER juga
mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT. FITZGER
menmbayar iuran pensiun untuk Indra ke dana pensiunyang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 100.000,
sedangkan Indra membayar sendiri Iuran pensiun sebesar Rp 50.000.
Perhitungan PPh Pasal 21
Gaji bulanan Rp 2000.000
Premi Jaminan Kecelakaan Rp 10.000
Premi Jaminan Kematian Rp 6.000
Penghasilan Bruto Rp 2.016.000
1. Biaya Jabatan
5% X 2.016.000 Rp 100.000
2. Iuran pensiun Rp 50.000
3. Iuran jaminan hari tua Rp 40.000
(Rp 190.000)
Penghasilan Neto sebulan Rp 1.826.000
Penghasilan Neto Setahun
12 X 1.825.000 Rp 21.912.000
PTKP
Untuk WP Sendiri Rp 15.480.000
Tambahan WP Kawin Rp 1.320.000
Rp 17.000.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 4.752.000
PPh Pasal 21 Terutang
5% X 4.752.000 Rp 237.600
PPh Pasal 21 Sebulan
32 4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut :
Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21,
menggunakan dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 dengan dasar
penghasilan kena pajak yaitu sebesar penghasilan neto di kurangi penghasilan
tidak kena pajak (PTKP) yang mana harus sesuai dengan ketentuan
perhitungan PPh Pasal 21.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat di berikan oleh
penulis adalah sebagai berikut :
Perhitungan Pajak Penghasilan dalam SPT PPh Pasal 21 wajib pajak
orang peribadi seharusnya dilakukan oleh wajib pajak sendiri, namun dalam
prakteknya kebanyakan kebanyakan perhitungan diserahkan kepada satu
pihak yaitu akuntan, sehingga membutuhkan proses yang memakan waktu
lebih lama karena harus menunggu data karyawan lain yang melakukan