Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Analysis Inventories Turnover and Receivables Turnover to Profitability In PT Indofood Sukses Makmur Tbk
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Skripsi Jenjang Studi S1
Program Studi Akuntansi Konsentrasi Keuangan
Disusun Oleh :
NAMA : Ratih Anugraha N NIM : 21107020
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
Inventories turnover and receivables turnover are current asset blink continuously experiencing rolation. Turnover of trade inventories and receivables have an important role for the company through the management of trade inventories and receivable effectively and efficeintly so that the capital needed smaller and can found high levels of profitability. High profitability is more more important than the benefits, because profitability is one measure that the company working efficiently. The study examined the effects of trade inventories and on the receivable profitability of PT Indofood Sukses Makmur Tbk from 2004-2010. The purpose of this research is to know the amount of trade inventories, receivables turnover and profitability PT Indofood Sukses Makmur Tbk year 2004-2010, and to know the effects of trade inventories turnover and receivable turnover of profitability is partially or simultaneously on PT Indofood Sukses Makmur Tbk years from 2004-2010. This research
conducted focused on the analysis of the company’s financial statement in 2004-2010 by using multiple regression analysis techniques. instrument used in the form of research
documentation of the company’s financial statement. While the indicators used is the velocity
of trade inventories and receivable turn as the independent variable and profitability as a dependent variable.These results indicate that the turnover of trade inventories and receivable turnover is partially a significant effect on profitability, turnover simultaneously trade inventories and receivable have a significant effect on profitability.
Abstrak
Perputaran persediaan dan perputaran piutang merupakan unsur aktiva lancar yang secara kontinyu mengalami perputaran. perputaran persediaan dan perputaran piutang mempunyai peranan yang penting bagi perusahaan melalui pengelolaan perputaran persediaan dan perputaran piutang secara efektif dan efisien sehingga modal yang dibutuhkan semakin kecil dan dapat diperoleh tingkat profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar, karena profitabilitas merupakan salah satu ukuran bahwa perusahaan bekerja secara efisien. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang terhadap profitabilitas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2004-2010. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya tingkat perputaran persediaan, perputaran piutang dan profitabilitas PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2004-2010, serta untuk mengetahui pengaruh tingkat perputaran persediaan dan perputaran piutang terhadap profitabilitas secara parsial maupun simultan pada PT Indofood Sukses Makmur tahun 2004-2010. Penelitian yang dilakukan ini ditekankan pada analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tahun 2004-2010 dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Instrument penelitian yang digunakan berupa dokumentasi laopran keuangan perusahaan. Sedangkan indikator yang digunakan adalah perputaran persediaan dan perputaran piutang sebagai variable bebas dan profitabilitas sebagai variable terikat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perputaran persediaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, tingkat perputaran piutang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.secara simultan perputaran persediaan dan perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Assalamu’alaikumWr. Wb
Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan,
kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi
ini, penulis melaksanakan penelitian pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
dalam menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul
yang diambil yaitu: “ANALISIS PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN
PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT
INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk”.
Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terimakasih kepada
ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, barokah,
karunia serta memberikan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah skripsi tersebut.
Untuk kedua orang tuaku Suryana.A Nugraha dan Cicih Juarsih yang
selalu mendoakan, memberikan kasih sayang dengan keikhlasan dan kesabaran
serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi semangat
penulis untuk menyelesaikan usulan penelitian ini.
Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun usulan penelitian
Puspitawati, SE.,M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat
berharga demi selesainya penyusunan usulan penelitian ini, akhirnya dengan doa,
semangat dan ikhtiar penulis mampu melewatinya. tidak lupa penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu/bapak :
1. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Umi Narimawati, DRA., S.E.,M. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri DewiAnggadini, SE.,M.Si. selaku Ketua Porgram Studi Akuntansi.
4. Ely Suhayati SE., M.Si. Ak selaku Dosen Wali AK-1
5. Surtikanti SE., M.Si dan Wati Aris Astuti SE., M.Si selaku dosen penguji
yang telah banyak membantu penulis dalam sidang dan dalam revisi skripsi.
6. Iyan Andriyana selaku dosen SPSS yang telah banyak meluangkan waktunya
untuk mengajarkan, membimbing dan menjelaskan mengenai cara
pengolahan data statistik sehingga penulis dapat mengolah data sendiri tanpa
perlu meminta bantuan bengkel statistic untuk mengolah datanya.
7. Staff Kesekretariatan Program Studi Akuntansi teh seni dan teh dona
makasih banyak untuk pelayanan dan informasinya.
8. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis
dengan pengetahuan..
9. Adikku Dodi yang telah memberikan doa, dorongan, semangat untuk
10. Seluruh keluarga besar-ku Oma, Tante, dan yang lainnya terimakasih atas
dukungan dan doanya serta kasih sayang yang begitu tulus kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.
11. Untuk sahabat-sahabatku di RW_09 Imey, Fey, Ina terimakasih atas
dukungan, kebersamaannya baik saat-saat indah maupun saat-saat susah dan
bantuannya. Penulis bahagia dan bangga bisa mempunyai sahabat sejati
seperti kalian, semoga persahabatan kita ini bisa untuk selamanya (040907).
12. Semua teman-teman kelas Ak-1 terimakasih atas dukungan, kebersamaan
dan bantuannya. Terimaksih kalian sudah banyak membantu penulis dalam
kegiatan perkuliahan dan dalam penyusunan skripsi.
13. Untuk sahabat-sahabatku di The Bear Family PMR, Eka, Ditha, Gina,
Rilwanu, Bagus, Iip, Dewi, Fisda, Rahmad dan khususnya untuk indra
terimakasih karena sudah repot-repot mengantarkan penulis ke BEJ untuk
meminta legalisir surat pengesahan, terimakasih teman-teman terbaik penulis
untuk masukan dan semangatnya
14. Untuk sahabat-sahabat penulis di just for fun adi, rendy, galih, retno, teguh, fitri dan isti untuk kebersamaannya dan semangatnya. Untuk yang belum
menyusun skripsi, ayo cepat menyusul dan semangat kawan
15. Untuk sahabat penulis selvi, raras, feby, dimas dan teman-teman lain yang
sering main kekosan, terimakasih untuk semangat dan kerjasamanya.
16. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan usulan penelitiani ni
Penulis juga menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan kedepannya.
Akhir kata, penulis berharap agar usulan penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.
Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Wassalamua’laikumWr. Wb.
Bandung, Juli 2011
Penulis
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Persediaan merupakan salah satu pos aktiva yang cukup penting karena
persediaan merupakan pos aktiva lancar yang cukup besar nilainya. Pada perusahaan
dagang, persediaan tersebut merupakan barang dagangan sedangkan pada perusahaan
industry persediaan tersebut dapat berupa bahan mentah (Raw Material), barang dalam proses (work in process) maupun barang jadi (finished good). Kekurangan ataupun kelebihan persediaan merupakan gejala yang kurang baik. (Pramesti Trianggani :2009)
Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur yang
aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah dan
kemudian dijual kepada konsumen. Untuk mempercepat pengembalian kas melalui
penjualan maka diperlukan suatu perputaran persediaan yang baik. Pada prinsipnya
perputaran persediaan mempermudah atau memperlancar jalannnya operasi
perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi
barang-barang serta mendistribusikannnya kepada pelanggan. Semakin tinggi perputaran
persediaan barang, maka semakin tinggi biaya yang dapat ditekan sehingga semakin
persediaan barang, semakin kecil pula laba yang diperolehnya. Untuk mencapai
tingkat. Perputaran persediaan yang tinggi tidak semudah yang dibayangkan, banyak
hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam operasi perusahaan itu sendiri.
Diantaranya pengolahan persediaan secara teratur dan efisien, meningkatkan kualitas barang, dan memenuhi apa yang menjadi keinginan konsumen. Persediaan harus
dikelola dengan baik karena persediaan yang optimal dapat digunakan meningkatkan
penjualan, sehingga akan menaikan keuntungan yang diperoleh perusahaan. (Ellys Delfrina Sipangkar : 2009)
Dengan adanya pengelolaan perputaran persediaan yang baik, perusahaan
dapat segera mengubah persediaan yang tersimpan menjadi laba melalui penjualan.
Penjualan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara tunai maupun secara kredit.
Piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Ini
berarti perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain.
Untuk menghasilkan laba yang lebih optimal maka perlu dilakukan perputaran
piutang. Perputaran piutang ini harus dikelola dengan baik karena menyangkut
dengan laba yang akan diperoleh perusahaan, sehingga disini manajemen harus
dilaksanakan agar kebijaksanaan kredit mencapai optimal. Perputaran piutang adalah
rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas. Putaran
piutang dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih dengan saldo rata-rata
piutang. Saldo rata-rata piutang dihitung dengan menjumlahkan saldo awal dan saldo
akhir dan kemudian membaginya menjadi dua.. Piutang termasuk dalam golongan
membayar atau akan melunasi hutang mereka. Rekening pelangggan seperti itu
umumnya disebut piutang tidak tertagih atau piutang ragu-ragu, dan merupakan suatu
kerugian atau beban penjualan secara kredit. Ada dua metode untuk mengukur
piutang ragu-ragu yaitu metode cadangan dan metode penghapusan langsung. Dalam
metode cadangan menyaratkan pengakuan piutang ragu-ragu dalam periode dimana
terjadi penjualan, bukan dalam periode terjadi penghapusan sesungguhnya. Metode
cadangan ini mencatat kerugian piutang dagang berdasarkan estimasi. Untuk
menentukan jumlah cadangan piutang ragu-ragu dapat dipakai dua dasar yaitu
persentase penjualan (pendekatan laba-rugi) dan persentase piutang dagang
(pendekatan neraca). Sedangkan metode penghapusan langsung, kerugian piutang
ragu-ragu tidak diestimasi dan tidak mengunakan rekening cadangan, karena
langsung dicatat debet beban penghapusan piutang dan kredit piutang usaha. (Niken Hastuti : 2010)
Kelangsungan hidup (going Corcern) perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain profitabilitas oleh perusahaan itu sendiri. Tujuan yang paling mendasar
dari operasi perusahaan adalah memperoleh laba yang optimal. Profitabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Alat
yang umum digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas dihubungkan dengan
penjualan yaitu laporan laba rugi dimana setiap posnya dinyatakan dalam persentase
penjualan. Dalam usaha memperoleh keuntungan yang maksimal perusahaan
dihadapkan pada masalah pengelolaan modal kerja. Modal kerja pada perusahan
Brigham (2001:107) mengemukakan bahwa “profitabilitas akan menunjukan
kombinasi efek dari likuiditas,manajemen aktiva, dan utang hasil-hasil operasi”.
Pentingnya profitabilitas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak dari
ketidakmmpuan perusahaan mendapatkan laba yang maksimal untuk mendukung
kegiatan operasionalnya.
Ada beberapa ukuran yang dipakai untuk melihat kondisi profitabilitas suatu
perusahaan, antara lain Profit Margin, ROA, ROE, dan lain-lain. Dalam penelitian ini
peneliti akan menggunakan tingkat pengembalian asset (Return On Assets). Rasio ini mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban bunga dan pajak (Brigham,
2001 :109). Rasio ini diukur dengan membandingkan antara laba bersih terhadap total aktiva. Semakin tinggi perbandingan laba bersih terhadap total aktiva maka akan
semakin baik bagi perusahaan.
Semakin tingginya tingkat perputaran persediaan menyebabkan perusahaan
semakin cepat dalam melakukan penjualan barang dagang sehingga akan
memperbesar perputaran piutang yang akan menghasilkan laba, laba operasi dan
pada akhirnya juga akan meningkatkan laba bersih. Laba bersih mengindikasikan
profitabilitas perusahaan. Laba bersih mencerminkan pengembalian kepada
pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan.laba perusahaan yang tinggi belum
tentu menunjukan profitabilitas yang tinggi, akan tetapi profitabilitas yang tinggi
sudah dapat dipastikan bahwa laba yang dihasilkan tinggi. Bagi perusahaan pada
umumnya masalah profitabilitas lebih penting daripada laba karena efisiensi baru
dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba dengan demikian tingkat
profitabilitas memegang peranan yang penting dan perputaran persediaan yang cepat
diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. (Ellys Delfrina Sipangkar : 2009)
Dengan demikian dalam memperoleh piutang dapat ditagih sangat
berhubungan dengan profitabilitas perusahaan. Karena profitabilitas perusahaan
menunjukkan suatu perbandingan antara laba dan penjualan. Laba atau profit
merupakan salah satu tujuan utama berdirinya setiap badan usaha. Tanpa
diperolehnya laba, perusahaan tidak dapat memenuhi tujuan lainnya yaitu
pertumbuhan yang terus menerus (going corcern) dan tanggungjawab sosial (corporate social responsibility). Laba yang menjadi tujuan utama perusahaan dapat dicapai dengan penjualan barang atau jasa. Semakin besar volume penjualan barang
dan jasa, maka laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan semakin besar juga
PT indofood Sukses Makmur didirikan di indonesia pada tanggal 14 agustus
1990. Kegiatan usaha indofood dibagi menjadi empat kelompok usaha strategis yaitu:
produk konsumen bermerek, bogasari, minyak goreng dan lemak nabati, serta
distribusi. Kelompok produk konsumen bermerek terdiri dari divisi mie instan,
divisi makanan ringan, divisi nutrisi dan makanan khusus, divisi bumbu penyedap
makanan, serta divisi kemasan. Adapun kelompok minyak goreng dan lemak nabati
terdiri dari divisi perkebunan, divisi minyak goreng dan margarin, serta divisi
komoditi. Pabriknya berlokasi di berbagai tempat di Pulau Jawa, Sumatra,
PT Indofood Sukses Makmur Tbk mempunyai permasalahan pada profitabilitasnya
maupun perputaran persediaan. Berdasarkan uraian di atas maka akan dijelaskan pada
tabel data berikut ini :
Tabel 1.1
Data Profitabilitas (ROA) dan Perputaran Persediaan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Tahun Tahun Profitabilitas (ROA) (%)
Berdasarkan pada tabel 1.1 diatas dijelaskan bahwa perputaran persediaan
mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Semakin
cepat persediaan dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual oleh
perusahaan baik secara kredit maupun tunai maka semakin cepat pula bagi
perusahaan memperoleh laba. Jika secara kredit maka akan menimbulkan piutang
bagi perusahaan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan
semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Setiap tahun periode PT
Indofood Sukses Makmur Tbk perputaran persediannya mengalami kenaikan yang
cukup signifikan hal itu akan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitasnya.
Pada tahun 2004 triwulan ke II perputaran persediaan nya mengalami
kenaikan yaitu menjadi sebesar 2,79 dari sebelumnya tetapi profitabilitasnya tetap
artinya tidak mengalami penurunan ataupun kenaikan. Pada tahun 2005 triwulan ke II
tingkat perputaran persediannya mengalami kenaikan menjadi 2,66 sementara
profitabilitasnya mengalami penurunan menjadi 0,1 %. Pada tahun 2006 triwulan
ke-III perputaran persediannya mengalami penurunan menjadi sebesar 2,19 dan triwulan
ke- IV profitabilitasnya mengalami penurunan menjadi 0,38 % dari sebelumnya
sebesar 3,02 %. Pada tahun 2007 triwulan ke IV profitabilitasnya mengalami
penurunan menjadi sebesar 3,32 % dan perputaran persediannya mengalami kenaikan
menjadi 5,31. Pada tahun 2008 periode triwulan ke-III dan ke IV profitabilitasnya
pun mengalami penurunan sebesar 3,11% dan 2,62 %. Sementara perputaran
persediannya mengalami kenaikan sebesar 3,60 dan 4,72. Profitabilitas yang menurun
terjadi piutang tak tertagih yang dapat menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan
tersebut.
Dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik
untuk membahas tentang peranan perputaran persediaan dan perputaran piutang
terhadap profitabilitas dengan mengambil judul “Analisis Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis akan membatasi
masalah yang akan menjadi pokok penelitian, yaitu:
1. Semakin tinggi perputaran persediaan barang, maka semakin tinggi biaya
yang dapat ditekan sehingga semakin besar perolehan laba suatu perusahaan
maka lebih sedikit risiko kerugian, jika persediaan itu turun nilainya atau jika
terjadi perubahan dalam permintaan maupun perubahan mode . Sebaliknya,
semakin jika semakin lambat perputaran persediaan barang, semakin kecil
pula laba yang diperolehnya..
2. Semakin tingginya tingkat perputaran persediaan menyebabkan perusahaan
semakin cepat dalam melakukan penjualan barang dagang sehingga akan
dan pada akhirnya juga akan meningkatkan laba bersih. Laba bersih
mengindikasikan profitabilitas perusahaan.
3. Setiap tahun PT Indofood Sukses Makmur Tbk perputaran persediannya
mengalami kenaikan yang cukup signifikan hal itu akan berpengaruh terhadap
tingkat profitabilitasnya tetapi seperti yang sudah dijabarkan diatas,
perputaran persediannya mengalami kenaikan tetapi tingkat profitabilitasnnya
mengalami penurunan., hal ini bisa dikarenakan perputaran piutang yang
tidak berjalan dengan baik sehingga terjadi piutang tak tertagih yang dapat
menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan tersebut.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasakan pengidentifikasian masalah yang telah diuraikan diatas, maka
peneliti mencoba untuk menyusun rumusan masalah adalah sebagai berikut
1. Seberapa besar hubungan perputaran persediaan dan perputaran piutang
terhadap profitabilitas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk
2. Seberapa besar pengaruh perputaran persediaan terhadap profitabilitas
secara parsial pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk
3. Seberapa besar pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas secara
4. Seberapa besar perputaran persediaan dan perputaran piutang serta
pengaruhnya secara simultan terhadap profitabilitas pada PT Indofood
Sukses Makmur Tbk
1.4 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perputaran
persediaan terhadap profitabilitas serta pengaruh perputaran piutang terhadap
profitabilitas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan perputaran persediaan dan perputaran
piutang terhadap profitabilitas
2. Untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang
yang dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap profitabilitas
3. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan mengenai perputaran
persediaan dan perputaran piutang yang dilakukan oleh perusahaan akan
berpengaruh terhadap profitabilitas.
4. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial perputaran persediaan dan
perputaran piutang yang dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh
1.5 Kegunaan penelitian
1.5.1 Kegunaan Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk
dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam mengalokasikan
perputaran persediaan dan perputaran piutang dan pengaruhnya terhadap
profitabilitas. Sehingga perusahaan dapat berkembang dengan baik.
1.5.2 Kegunaan Akademis
1. Bagi penulis
Hasil dari penelitian ini akan memberikan wawasan pengetahuan tentang
masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas
mengenai pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang
terhadap profitabilitas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk, baik secara
teori maupun secara praktek.
2. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan memberikan masukan kepada pihak manajemen dalam rangka
perbaikan dan pengembangan dari praktik- praktik yang sudah dianggap
3. Bagi pihak- pihak yang memerlukan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan informasi yang
bermanfaat serta dapat dijadikan judul dalam penyusunan laporan usulan
penelitian.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Dalam
melakukan penelitian ini, penulis membuat rencana jadwal penelitian yang dimulai
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Persediaan
Sebuah perusahaan harus menyimpan persediaan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan pelanggannya. Kegagalan untuk melakukan hal itu bisa mengakibatkan hilangnya
penjualan. Di sisi lain, terlalu banyak menyimpan persediaan akan menambah beban seperti
penyimpanan, asuransi dan pajak properti. Persediaan yang berlebihan akan meningkatkan
risiko kerugian akibat penurunan harga, kerusakan dan perubahan pola pembelian pelanggan
2.1.1.1 Pengertian Persediaan
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi
perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi
barang-barang serta menyampaikannnya kepada para pelanggan atau konsumen.
Pengertian persedian menurut Warren, et al (2005 : 440) adalah sebagai berikut :
“Persediaan digunakan untuk mengindikasikan :
1. Barang dagangan yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan
2. Bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk
tujuan itu.”
Selain pengertian persediaan yang dikemukakan di atas, berikut ini ada pengertian
persediaan menurut Stice dan skousen (2007 : 654) adalah sebagai berikut :
Persediaan memungkinkan produk-produk dihasilkan pada tempat yang jauh dari
pelanggan atau sumber bahan mentah. Dengan adanya persediaan, produksi tidak perlu
dilakukan khusus buat konsumen, atau sebaliknya tidak perlu konsumsi didesak supaya
sesuai dengan kepentingan produksi.
2.1.1.2 Tipe-tipe Persediaan
Adapun tipe-tipe persediaan menurut Rangkuti (2004 :3) adalah sebagai berikut :
“Tipe persediaan terdiri atas :
a. Persediaan alat-alat kantor (Supplies b. Persediaan bahan baku (Raw Material) c. Persediaan barang dalam proses d. Persediaan barang jadi”.
Adapun penjelasan dari yang di atas adalah sebagai berikut :
a. Persediaan alat-alat kantor (Supplies)
Persediaan yang diperlukan dalam menjalankan fungsi organisasi dan tidak menjadi
bagian dari produk akhir. Tipe persediaan alat-alat kantor diantaranya adalah : kertas,
pensil, tinta, dll
b. Persediaan bahan baku (Raw Material)
Item yang dibeli dari para supplier untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi.
Bahan baku ini akan mengalami transformasi atau dikonversi menjadi bahan akhir. Tipe
dari bahan baku diantaranya dalah : kayu, papan, dll
c. Persediaan barang dalam proses
Bagian dari produk akhir tapi masih dalam proses pengerjaan, karena masih menunggu
item yang lain untuk diproses.
d. Persediaan barang jadi
2.1.1.3 Jenis-jenis Persediaan
Ada beberapa jenis di dalam persediaan, jenis-jenis persediaan menurut Rangkuti
(2004 : 7) adalah sebagai berikut :
“jenis-jenis persediaan menurut fungsinya adalah :
1. Batch Stock / Lot Size Inventory 2. Fluctuation Stock
3. Anticipation Stock”
Adapun penjelasan mengenai hal tersebut di atas adalah sebagai berikut :
1. Batch Stock / Lot Size Inventory
Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau
barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu.
Keuntungannnya :
a. Potongan harga pada pembelian
b. Efisiensi produksi
c. Penghematan biaya angkutan
2. Fluctuation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak
dapat diramalkan
3. Anticipation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diramalkan, berdasarkan pola musiman terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi
penggunaan, penjualan atau permintaan yang meningkat.
2.1.1.4 Metode-metode Penilaian Persediaan
Setelah dijelaskan tipe-tipe dan jenis-jenis persediaan maka akan dijelaskan
“Metode-metode penilaian persediaan yang paling umum adalah : a. Idendtifikasi khusus (Spesific identification)
b. Biaya rata-rata (Average Weight)
c. Metode masuk pertama, keluar pertama (FIFO) d. Metode masuk akhir, keluar pertama (LIFO)”
Berikut penjelasan mengenai hal tersebut :
a. Idendtifikasi khusus (Spesific identification)
Biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke barang
yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut.
Metode identifikasi khusus memerlukan suatu cara untuk mengidentifikasikan biaya
historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang dicatat
disesuaikan dengan arus fisik barang. Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi
khusus sangat menarik, khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki
biaya yang tinggi. Namun ketika persediaan terdiri dari berbagai unsur atau unsur-unsur
identik yang dibeli pada saat berlainan dengan harga yang berbeda, maka idntifikasi
khusus akan menjadi lamban, membebani dan memakan biaya.
b. Biaya rata-rata (Average Weight)
Metode biaya rata-rata membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode
ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan
biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga.
Metode biaya rata-rata biaya dapat dianggap sebagai metode realistis dan paralel dengan
arus fisik barang, khususnya ketika ada pencampuran dari unit persediaan yang identik.
Tidak seperti metode persediaan yang lain, pendekatan metode biaya rata-rata
memberikan nilai yang sama untuk unsure serupa dengan penggunaan yang sama.
Metode ini tidak memperbolehkan manipulasi keuntungan. Tetapi keterbatasan dari
signifikan terhadap harga dalam periode dimana terdapat kenaikan atau penurunan haga
yang cepat.
c. Metode masuk pertama, keluar pertama (FIFO)
Metode FIFO didasari asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang lebih dahulu
masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap
arus biaya ketika penggunaan model identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan
atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralel
dengan arus fisik barang dari barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil
untuk memanipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan
terjadinya biaya. Selain itu, dalam FIFO, unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah
unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama
dengan biaya penggantian diakhir periode (end of period replacement cost). d. Metode masuk akhir, keluar pertama (LIFO)
Metode LIFO didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling terkahir barulah yang
terjual. LIFO menghasilkan nilai lama dalam neraca dan dapat memberikan angka. Harga
pokok penjualan yang aneh ketika tingkat persediaan menurun. Namun LIFO adalah
metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan saat ini dengan pendapatan
saat ini.
Selain metode penilaian persediaan diatas, ada metode penilaian persediaan yang
lainnya menurut Waren et al (2005 : 456) yaitu :
1. “Penilaian pada mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar 2. Penilaian pada nilai realisasi bersih”
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Penilaian pada mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar
Metode ini digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar yang digunakan adalah
tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli dari
sumber pemasok yang biasa. Dalam menerapkan metode LCM, biaya dan biaya
penggantian dapat ditentukan dengan salah satu dari tiga cara berikut. Biaya dan biaya
penggantian (Replacement cost) dapat ditentukan untuk : a. Setiap jenis barang dalam persediaan
b. Kelas atau kategori utama persediaan
c. Persediaan secara keseluruhan
2. Penilaian pada nilai realisasi bersih
Barang dagang yang telah using, rusak, cacat atau hanya yang bisa dijual dengan harga
dibawah harga pokok harus diturunkan nilainya. Barang dagang semacam ini harus
dinilai dengan nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih (Net realizable) adalah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan.
2.1.1.5 Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem pencatatan persediaan menurut Horngren et al (2003 : 453-456) adalah sebagai
berikut :
“jenis usaha yang berbeda memiliki kebutuhan informasi persediaan yang berbeda pula ada dua system pencatatan persediaan yaitu :
1. Sistem persediaan perpetual 2. Sistem persediaan periodik”
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Sistem persediaan perpetual
Dalam sistem perpetual, perusahaan akan mencatat setiap mutasi yang terjadi pada
persediaan barangnya. Jadi akun persediaan akan selalu menunjukan nilai persediaan
pada setiap saat. Pencatatan secara perpetual berguna untuk menyediakan laporan
bulanan, kuartalan ataupun laporan interim , dimana perusahaan dapat langsung
menghitung persediaan fisik terlebih dahulu. Sistem persediaan perpetual juga
memberikan tingkat pengendalian terhadap persediaan yang lebih akurat dibandingkan
sistem periodik karena informasi mengenai persediaan dalam sistem perpetual selalu
mencerminkan keadaan persediaan saat ini.
2. Sistem persediaan periodik
Dalam sistem periodik, perusahaan tidak selalu mencatat mutasi yang terjadi pada
persediaan yang dimilikinya. Akibatnya pada akhir periode perusahaan harus melakukan
perhitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah persediaan yang dimiliki pada saat itu.
Jumlah persediaan tersebut akan dikalikan dengan unit biaya untuk mendapatkan harga
pokok persediaan pada akhir periode. Angka inilah yang akan masuk ke dalam neraca.
Angka ini juga digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan. Sistem periodik
disebut juga sistem fisik, Karena sistem ini tergantung pada hasil perhitungan persediaan
secara fisik pada setiap akhir periode. Sistem ini biasanya digunakan untuk mencatat
persediaan yang nilainya tidak tinggi, karena dari segi biaya mungkin tidak begitu
menguntungkan untuk mempunyai catatan untuk setiap mutasi dari barang yang rendah
nilainya.
Metode-metode yang dapat digunakan dalam mengestimasi persediaan menurut
Warren et al (2005 : 4590) adalah :
“Perusahaan mungkin perlu mengetahui jumlah persediaan apabila pencatatan
persediaan perpetual tidak dilakukan dan tidak praktis. Perusahaan yang menggunakan sistem persediaan periodik mungkin perlu membuat laporan laba rugi bulanan, tetapi melakukan perhitungan fisik persediaan setiap bulan mungkin tidak ekonomis. Biaya persediaan dapat diestimasi dengan menggunakan dua cara yaitu dengan metode eceran dan dengan metode laba kotor “.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Metode Eceran
Metode persediaan eceran mengestimasikan biaya persediaan berdasarkan hubungan
dagang yang sama. Untuk menggunajkan metode ini harga eceran dari semua barang
dagang harus ditetapkan dan ditotalkan. Berikutnya, persediaan eceran ditentukan
dengan mengurangi penjualan selama periode berjalan dari harga eceran barang yang
tersedia untuk dijual selama periode bersangkutan. Estimasi biaya persediaan kemudian
dihitung dengan mengalikan persediaan eceran dengan rasio biaya terhadap harga jual
(eceran) barang dagang yang tersedia untuk dijual.
2. Metode Laba kotor
Metode laba kotor menggunakan estimasi laba kotor yang direalisasi selama periode
dimaksud untuk mengestimasi persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya
diestimasikan dari tingkat actual dari tahun sebelumnya, disesuaikan dengan setiap
perubahan yang terjadi dalam harga pokok dan harga jual selama periode berjalan.
Dengan menggunakan tingkat laba kotor , jumlah penjualan untuk suatu periode dapat
dibagi ke dalam dua komponen yaitu :
a. Laba kotor
b. Harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan dapat dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia untuk
dijual guna mendapatkan estimasi harga pokok persediaan.
Persediaan merupakan salah satu pos modal kerja yang cukup penting karena
kebanyakan modal usaha berasal dari persediaan. Pada perusahaan dagang, persediaan
tersebut merupakan barang dagangan, sedangkan pada perusahaan industri persediaan
tersebut dapat berupa bahan mentah (Raw material), barang dalam prose (Work in process) dan barang jadi (Finished goods). Kekurangan ataupun kelebihan persediaan merupakan gejala yang kurang baik. Kekurangan dapat mengakibatkan larinya pelanggan, sedangkan
kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisisen. Oleh karena itu
proses produksi. Dengan kata lain, total cost yang berhubungan dengan persediaan dapat diminimalkan. Perhitungan total cost persediaan secara keseluruhan dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk biaya dari persediaan.
Para pemilikdan manajer berusaha keras untuk membuat persediaan barang-barangnya
secepat mungkin karena barang-barang yang tidak terjual akan mengurangi laba. Makin cepat
penjualan yang terjadi maka makin tinggi labanya yang berarti perusahaan mendapat
mendapat tambahan aliran kas. Makin lambat penjualannnya, maka makin rendah labanya.
Idealnya suatu usaha dapat beroperasi tanpa adanya simpanan persediaan. Walaupun
demikian, kebanyakan perusahaan harus mempunyai persediaan barang untuk pelanggannya.
Pada pedagang yang berhasil akan membeli dengan hati-hati untuk tetap menjaga perputaran
barang yang diusahakannnya tetap dalam tempo yang cepat.
2.1.2 Perputaran Persediaan
Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur yang aktif dalam
operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah dan kemudian dijual kepada
konsumen. Untuk mempercepat pengembalian kas melalui penjualan maka diperlukan suatu
perputaran persediaan yang baik. Pada prinsipnya perputaran persediaan mempermudah atau
memperlancar jalannnya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi barang-barang serta mendistribusikannnya kepada pelanggan. Besarnya hasil
perhitungan perputaran persediaan menunjukan tingkat kecepatan perputaran persediaan
menjadi kas atau piutang dagang. Tingkat perputaran persediaan menunjukan berapa kali
persediaan tersebut ganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat
perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah
Definisi perputaran persediaan menurut Warren et al (2005 : 462) adalah sebagai
“Perputaran persediaan (inventory turnover) adalah suatu alat untuk mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan. Rasio ini dihitung sebagai berikut :
Perputaran persediaan = Harga pokok penjualan Persediaan rata-rata
Sumber : Waren (2005:462)
Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan angka-angka mingguan,
bulanan, ataupun tahunan. Untuk menyederhanakannnya kita menentukan persediaan
rata-rata dengan membagi jumlah persediaan pada akhir dan awal tahun dengan dua. Selama
jumlah persediaan yang dimiliki sepanjang tahun stabil , rata-rata ini akan cukup akurat bagi
analisis peneliti. Untuk mencapai tingkat perputaran tinggi, maka harus diadakan
perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat dan
semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang
disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen dan
pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
2.1.3 Piutang
Piutang terjadi kerena adanya penjualan secara kredit. Banyak perusahaan yang
menjual barang dagang atau jasa mereka secara kredit karena penjualansecara kredit tersebut
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan (atau untuk mencegah penurunan) penjualan.
Dengan penjualan secara kredit meningkat maka piutang pun meningkat dan diharapkan laba
juga meningkat.
2.1.3.1 Pengertian Piutang
Pengertian piutang menurut Enny pudjiastuti (2004;117)adalah sebagai berikut :
“Piutang (receivables) merupakan proses penjualan barang hasil produksisecara
kredit”.
Selain pengertian piutang menurut Enny Pudjiastuti yang telah dinyatakan diatas,
“Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudianatas penjualan barang atau jasa yang dilakukan”.
Berdasarkan pdefinisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa piutang adalah
proses penjualan barang hasil produksisecara kredit dan memberikan
kelonggaran-kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan dalambentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudianatas penjualan barang atau
jasa yang dilakukan.
2.1.3.2 Klasifikasi Piutang
Banyak perusahan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau
jasa. Dengan adanya penjualan kredit maka akan timbul piutang.
Piutang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, berikut ini menurut Michell
Suharli (2006:202) mengenai pengklasifikasian piutang yaitu :
“piutang dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Piutang Dagang (trade receivable)
2. Piutang Lain (other receivable)
3. Piutang Wesel (notes receivable)”
Adapun penjelasan dari uraian diatas adalah sebagai berikut :
Piutang dagang yaitu jumlah piutang dari pelanggan yang terjadi karena
transaksi penjualan barang dan jasa
Piutang wesel yaitu surat pernyataan berhutang atau janji pelunasan secara tertulis
Piutang lainnya yaitu meliputi piutang yang berasal bukan dari perdagangan.
Selanjutnya ketiga jenis receivable tersebut dikelompokan lagi menjadi piutang afiliasi atau tidak afiliasi. Piutang afiliasi artinya piutang dari perorangan atau organisasi
yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan. Sedangkan piutang tak terafiliasi
artinya piutang dari perorangan atau entitas bisnis yang bukan pihak yang memiliki hubungan
2.1.3.3 Metode Penghapusan Piutang
Penyisihan piutang tak tertagih merupakan pembebanan kemungkinan rugi karena
tidak tertagihnya piutang. Jumlah yang tercantum di dalamnya merupakan suatu taksiran.
Dari cara perhitungan yang telah dibicarakan terlihat bahwa nama nama pelanggan tidak
dapat diidentifikasi, maka penyisihan piutang tak tertagih dicatat dalam akun terpisah.
Dengan cara ini rincian piutang menurut nama debitur berdasarkan jumlah brutonya masih
dapat dibuat. Adakalanya telah dapat dipastikan bahwa piutang kepada seseorang pelanggan
tertentu tidak akan dapat ditagih. Misalnya karena pelanggan yang bersangkutan telah
dinyatakan pailit, bangkrut atau lari ke luar negeri. Terhadap piutang yang demikian, harus
dihapuskan. Penghapusan piutang berbeda dengan penyisihan piutang tak tertagih. Dalam
penghapusan piutang, saldo piutang kepada pelanggan tertentu dikeluarkan dari catatan
perusahaan. Dengan penghapusan piutang tersebut, nama dan saldo piutang pelanggan yang
bersangkutan tidak akan muncul lagi dalamrincian piutang. Piutang dagang harus dilaporkan
sebesar nilai realisasi bersihnya,yaitu : piutang usaha dikurangi piutang yang tak tertagih.
Metode pencatatan transaksi terhadap piutang tak tertagih menurut Michell Suharli
(2006:205) adalah sebagai berikut :
“ pencatatan transaksi terhadap piutang tak tertagih memiliki duapilihan metode yaitu :
1. “Metode Langsung (direct method)
2. Metode Penyisihan (allowance methode)”
Adapun penjelasan dari uraian diatas adalah sebagai berikut :
1. Metode Langsung
Metode langsung mengakui beban piutang tak tertagih pada saat terjadinya, sehingga
mungkin saja jumlah besar piutang tak tertagih menyebabkan penurunan laba bersih
yang sinifikan pada saat periode tertentu. Menurut metode penghapusan langsung, ketika
menggambarkan benar kapan piutang benar-benar tidak dapat tertagih. Namun
kerugiannya, laporan laba/rugi bersih menjadi terganggu apabila jumlah beban tak
tertagih dilaporkan dalam mjumlah besar. Gangguan atas laporan laba/rugi bersih
tersebut dapat mempengaruhi keputusan para pengguna. Guna menyiasati agar laporan
laba/rugi tidak terganggu, beberapa perusahaan mencadangkan piutang tak tertagih
meskipun belum benar-benar tidak tertagih sebagaimana dinyatakan dalam metode
penyisihan.
2. Metode Penyisihan
Metode penyisihan mengakui beban penyisihan piutang tak tertagih setiap akhir periode
agar tidak mengganggu laba bersih secara signifikan. Metode penyisihan menuntut
perusahaan menghitung jumlah kemungkinan piutang tak tertagih pada setiap akhir
periode. Hal ini menyediakan laporan piutang yang seolah menjamin berapa kas yang
dapat diterima dari piutang yang dilaporkan. Metode penyisihan memiliki 3 hal yang
harus diperhatikan:
1. Piutang tak tertagih adalah perkiraan. Perkiraan ini dianggap sebagai beban
dikaitkan dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama ketika penjualan
tersebut terjadi sesuai prinsip perbandingan.
2. Perkiraan piutang tak tertagih mendebet “account expense” dan mengkredit “allowance for doubtful account” . jurnal ini menjadi ayat jurnal penyesuaian
dalam akhir setiap periode dan akun “allowance for doubtful account” dilaporkan
di laporan neraca menjadi kontra akun dari akun “account receivable”. Dengan
demikian saldo normal perkiraan “allowance for doubtful account” adalah kredit.
3. Ketika piutang yang spesifik dihapuskan karena tak tertagih, akuntan mendebet
“allowance for doubtful account” dan mengkredit “accountsreceivable” sejumlah
2.1.3.4 Jumlah Penyisihan Piutang Ragu-ragu
Pelaporan piutang harus sejumlah realisasi bersihnya (net realizable) artinya nilai piutang yang diestimasikan dapat tertagih. Nilai realisasi piutang disebut juga piutang bersih
yaitu saldo piutang dagang dikurangi dengan penyisishan piutang ragu-ragu (allowance for bad debtful account).
Dasar-dasar dalam menetapkan jumlah piutang ragu-ragu menurut Michell Suhardi
(2006:208) adalah sebagai berikut :
“Terdapat tiga dasar penetapan jumlah piutang ragu-ragu yaitu: 1. Presentase piutang (pendekatan neraca)
2. Presentase penjualan (pendekatan laba/rugi) 3. Analisa umur piutang (aging schedule analysis)”
Adapun penjelasan dari uraian diatas adalah sebagai berikut :
Presentase Piutang
Apabila jumlah penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan pendekatan pendekatan
neraca maka kalkulasi dilakukan dengan presentase saldo piutang dagang pada neraca
saldo yang belum disesuaikan (anadjusted trial balance). Penentuan presentase piutang dapat ditetapkan dari piutang kotor atau piutang bersih.menentukan presentase
kemungkinan tak tertagih berdasarkan pengalaman sebelumnya, dasar pemikiran
pendekatan neraca adalah menekankan risiko dari piutang, semakin besar jumlah piutang
maka risiko tidak tertagih semakin besar secara proporsional. Sebagai hasil allowance for bad debtful account akan menunjukan risiko dari saldo piutang yang dilaporkan. Ketika jurnal penyesuaian dibuat, jumlah yang ada di penyisishan piutang tak tertagih
merupakan saldo awal yang perlu diselisihkan.
Presentase Penjualan
Apabila jumlah penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan pendekatan
laba/rugi maka kalkulasi dilakukan dengan presentase saldo penjualan pada neraca saldo
dapat ditetapkan dari penjualan kotor atau penjualan bersih. Berbeda dengan kalkulasi
pendekatan neraca yang menghasilkan jumlah “allowance for bad debtful account”,
kalkulasi pendekatan laba/rugi menghasilkan jumlah “doubtfull account expense” .
dengan demikian hasil perhitungan dengan pendekatan laba/rugi tidak perlu diselisihkan
dengan jumlah “allowance for bad debtful account”yang sudah ada di neraca.
Analisa Umur Piutang
Risiko tidak tertagih pada piutang yang sudah lewat jatuh tempo tentu lebih besar
daripada yang belum jatuh tempo. Lebih lanjut, piutang yang telah lewat jatuh tempo
lebih lama memiliki risiko tak tertagih lebih tinggi dibandingkan dengan yang telah jatuh
tempo lebih sebentar. Oleh karena itu perusahaan menyusun daftar umur piutang
masing-masing pelanggan.
2.1.4 Perputaran Piutang
2.1.4.1 Pengertian Perputaran Piutang
Untuk mendukung misi perusahaan, salah satunya adalah dengan melakukan
penjualan kredit yang secara tidak langsung dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Dari penjualan kredit tersebut dapat menimbulkan adanya piutang. Semakin besar proporsi
dan jumlah kredit, semakin besar pula piutang yang dimiliki oleh perusahaan, apabila hal-hal
lain tetap. Meskipun piutang bisa terbentuk tidak dengan penjualan kredit, misalnya seperti
para karyawan yang mengajukan permohonan pinjaman kepada perusahaan, perusahaan lain
meminjam uang kepada perusahaan tersebut tanpa ada hubungannya dengan transaksi
penjualan.
Piutang usaha dan piutang lain-lain diharapkan dapat tertagih dalam satu tahun atau
siklus usaha normal diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, kadang-kadang seluruh piutang
kasus demikian jumlah piutang usaha yang jangka waktu penagihannya lebih satu tahun atau
siklus usaha normal harus diungkapkan dalam catatan atau laporan keuangan. Dari pengertian
di atas, maka piutang adalah hak perusahaan untuk menuntut pihak lain sehubungan dengan
adanya penjulan barang atau jasa secara kredit, dan pihak lain harus memenuhi kewajiban
untuk membayar.
Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk
mengubah piutang menjadi kas.
Perhitungan perputaran piutang menurut Bambang riyanto (2008:90) adalah sebagai
berikut :
”Perputaran piutang dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih dengan saldo rata–rata piutang. Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dapat dihitung dengan menggunakan rasio perputaran piutang. Perputaran piutang dihitung dengan rumus :
Perputaran Piutang = Piutang usaha Piutang rata rata
(Sumber : Bambang Riyanto 2008:90)
Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar, artinya
piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul lagi akibat penjualan begitu
seterusnya. Periode perputaran piutang tergantung padapanjang pendeknya ketentuan waktu
yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Disisi lain, syarat pembayaran kredit
juga akan mempengaruhi tingkat perputaran piutang, di mana tingkat perputaran piutang
menggambarkanberapa kali modal yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu tahun.
Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakansecara efisien.
Perputaran piutang juga dapat dihitung dengan rumus sebagaiberikut :
Perputaran Piutang = Penjualan
Rata-rata piutang
Rata-rata piutang dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :
Rata-rata piutang = Piutang awal + Piutang
Piutang Akhir
(Sumber : Syamsuddin 2004:49)
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan yang dimaksud perputaran piutang
adalah rasio antara penjualan kredit yang menghasilkan piutang usaha bagi perusahaan dan
rata rata piutang.
2.1.4.2 Pentingnya Perputaran Piutang
Piutang merupakan salah satu elemen dari modal kerja perusahaan, dimana seperti
halnya aktiva-aktiva lancar yang lain selalu dalam keadaan berputar secara terus untuk setiap
periode selama berlangsungnya operasi perusahaan dan mempunyai kaitan yang erat satu
sama lainnya. Keterkaitan yang erat ini mengandung maksud bahwa apabila perusahaan
mempunyai jumlah piutang yang terlalu besar sebagai akibat dari kebijaksanaan kredit yang
terlalu lunak, terutama dalam menetapkan periode kreditnya, maka akan memperlambat
perputaran kas. Perputaran piutang adalah suatu proses dari pelaksanaan kerangka kerja yang
menyangkut penetapan kebijakan kredit, pelaksana kredit dan pengumpulan piutang melalui
sistim dan prosedur yang tepat, guna mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Pada
kebanyakan perusahaan, dimana perputaran piutang merupakan fungsi keuangan yang sangat
penting dan memerlukan analisis yang seksama, karena hal ini dapat digunakan untuk
mengoptimalkan tingkat likuiditas perusahaan dalam hubungannya dengan dana yang
tertanam dalam aktiva lancar. Jadi perputaran yang lebih baik ini adalah merupakan
perwujudan dari kebijaksanaan pihak perusahaan dalam hal mengatur dan mengelola
piutangnya. Dengan adanya pengelolaan piutang yang baik akan dapat menjamin lancarnya
penerimaan tagihan piutang dan memperkecil risiko tidak tertagihnya piutang terseut,
efisien dan dapat menghindari kondisi keuangan yang membahayakan perusahaan itu sendiri.
Oleh karena itu, perputaran piutang termasuk factor yang harus diperhatikan untuk
kelangsungan hidup suatu perusahaan.
2.1.5 Profitabilitas
2.1.5.1 Pengertian Profitabilitas
Pengertian laba atau profit merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha. Oleh
karena itu memperoleh laba adalah tujuan utama dari setiap badanusaha dalam hal ini adalah
perusahaan.
Pengertian profitabilitas menurut Munawir (2003; 64), adalah sebagai berikut :
“Merupakan rasio keberhasilan suatu perusahaan dalam menggunakan kekayaan
secara produktif, sehingga menghasilkan keuntungan atau labayang memuaskan.”
Sedangkan tujuan dari rasio profitabilitas menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti
(2004; 72) adalah sebagai berikut :
“Rasio profitabilitas dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva
perusahaan (atau sekelompok aktiva perusahaan) yang ingin dikaitkan dengan
penjualan yang berhasil diciptakan.”
Pada dasarnya tujuan utama suatu perusahaan adalah menghasilkan laba yangoptimal
dari penggunaan aktiva (kekayaan) suatu perusahaan, dimana dikaitkan dengan penjualan
yang berhasil diciptakan suatu perusahaan sehingga dapat menghasilkan laba. Laba dapat
menjamin eksistensi perusahaan baik dalam operasi maupun dalam kemampuan untuk
2.1.5.2 Analisis Rasio Profitabilitas
Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio profitabilitas. Analisis
rasio profitabilitas yang umum digunakan menurut Agnes Sawir (2005; 18) adalah sebagai
berikut :
“1. Gross Profit Margin (GPM) 2. Net Profit Margin (NPM) 3. Return on Assets (ROA) 4. Return on Equity (ROE).”
Adapun penjelasan dari analisis rasio profitabilitas yang umum digunakan
oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Gross Profit Margin
Rasio ini mengukur efesiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya,
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Secara
matematis rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Gross Profit Margin = Sales-COGS Sales
(Sumber : Agnes Sawir 2005: 18) 2. Net Profit Margin
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam
menghasilkan net income (laba bersih) dari kegiatan operasi pokok bagi perusahaan yang bersangkutan. Secara matematis Net Profit Margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Net Profit Margin = Net Income Operating Income
3. Return on Assets
Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Semakin besar Return on Assets (ROA) suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut
dari segi penggunaan asset. Secara matematis Return on Assets (ROA) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Return On Total Assets = Net Income Total Assets
(Sumber : Agnes Sawir 2005: 18)
4. Return on Equity (ROE)
Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (Net Worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Return on Equity (ROE) menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut sebagai rentabilitas usaha.
Secara matematis Return on Equity (ROE) dapat diukur dengan menggunakan rumus :
Return On Equity = Net Income Net Worth
(Sumber : Agnes Sawir 2005: 18)
2.1.5.3 Return on Assets (ROA)
dalam menghasilkan income atau pendapatan dari pengelolaan aset perusahaan. Selain itu rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan suatu perusahaan dalammenghasilkan
laba dari seluruh assets yang dimilik perusahaan.
Kegunaan Return On Assets (ROA) menurut DwiPrastowo dan Rifka Juliaty (2005; 91), adalah sebagai berikut :
“Mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya
untuk memperoleh laba, kemudian rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kembalian investasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan
seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya.”
Sedangkan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004; 74), menyatakan
bahwa Return on Assets (ROA) adalah :
“Rasio yang menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa dipoles
dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Karena itu dipergunakan
angka laba bersih dan total aktiva (total assets) perusahaan.”
Return on Assets (ROA) didasarkan pada pendapat bahwa karena aktiva didanai oleh para pemegang saham dan kreditor, maka rasio ini-pun harus dapat memberikan ukuran
produktivitas aktiva dalam pengembalian kepada para penanam modal tersebut. Oleh karena
itu rasio Return on Assets (ROA) sering disamakan dengan rasio Return on Investment atau ROI (Agnes Sawir, 2000; 20).
Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah rasio Return on Assets (ROA) dihitung dengan menggunakan rumus :
Return On Total Assets = Net Income Total Assets
Keterangan :
Net Income = Laba Bersih
Total Assets = Total Aktiva
Rasio Return on Assets (ROA) merupakan indikator keberhasilan perusahaan atas pengelolaan kekayaan (aset) yang dimilik perusahaan, sehingga dengan meningkatnya rasio
return on assets (ROA) mencerminkan kinerja perusahaan baik dalam mengelola kekayaan yang dimilikinya, sehingga dapat menghasilkan keuntungan atau laba
2.2 Hubungan Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas
Persediaan merupakan salah satu pos modal kerja yang cukup penting karena
kebanyakan modal usaha berasal dari persediaan Persediaan seringkali merupakan bagian
aktiva lancar yang cukup besar. Persediaan merupakan investasi yang dibuat untuk tujuan
memperoleh pengembalian melalui penjualan kepada pelanggan. Untuk mempercepat
pengembalian kas melalui penjualan maka diperlukan suatu perputaran persediaan yang baik.
Sebaliknya, perputaran persediaan yang kurang baik sehingga persediaannya akan
menumpuk, perusahaan akan dihadapkan pada biaya penyimpanan, asuransi dan pajak
property yang cukup besar.(Waren, et al . 2005-452) Hal itu berarti perusahaan harus
menambah alokasi dana untuk biaya-biaya yang telah disebutkan itu.
Hubungan perputaran persediaan terhadap profitabilitas menurut Horngren et al (2003
:250) adalah sebagai berikut :
“perputaran persediaan mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Semakin cepat persediaan dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual oleh perusahaan maka akan semakin tinggi pula tingkat profitabilitasnya. Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan
semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut”.
Hal ini juga menunjukan volume penjualan yang tinggi pada perusahaan tersebut. Hal
minimalisasi biaya-biaya yang terjadi. Besarnya laba yang diperoleh perusahan akan
memaksimalkan tingkat pengembalian asset yang diperoleh perusahaan. Semakin besar
tingkat pengembalian asset (Return on asset) yang diperoleh perusahaan merupakan salah satu indikasi bahwa profitabilitas perusahaan menunjukan kondisi yang baik.
2.3 Hubungan Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas
Perusahaan dapat menjual produknya dengan dua cara yaitu dapat dilakukan secara
tunai dan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Dari penjualan
secara tunai maka perusahaan akan mendapatkan pendapatan secara cepat, sedangkan
penjualan yang dilakukan secara kredit tersebut akan menimbulkan piutang. Piutangadalah
merupakan kebiasaan bagi perusaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan
pada waktu melakukan penjualan. Kelonggarankelonggaran yang diberikan , biasanya dalam
bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang
atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut penjualan kredit.
Penjualan kredit tersebut maka terjadilah piutang. Ini berarti perusahaan mempunyai hak
klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan
dapat menuntut pembayarandalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada
pihak dengan siapa dia berpiutang. Oleh karena adanya manfaat (dalam bentuk diterimanya
uang tunai, aktiva lain atau jasa) yang diharapkan dapat diperoleh di masa datang, maka
piutang dianggap sebagai aktiva.
Adapun teori penghubung mengenai hubungan perputaran piutang terhadap
profitabilitas menurut Bambang Riyanto (2008:85) sebagai berikut :
“Makin besarnya jumlah perputaran piutang berarti semakin besar resiko,tetapi
Selain itu ada pendapat lain dari para ahli mengenai hubungan perputaran piutang
terhadap profitabilita yang dikemukakan oleh Jhon J. wild (2005:261), diterjemahkan oleh
Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu Harahap adalah sebagai berikut :
“Penilaian kualitas laba (profitabilitas) sering kali dipengaruhi olehanalisis piutang dan
kolektibilitasnya”
Piutang merupakan aktiva lancar, dimana dalam menentukan jumlah atautingkat aktiva
lancar pihak manejemen harus mempertimbangkan keuntungan dan kelebihan antara
profitabilitas dan risiko. Oleh karena itu jika sebuah perusahaan dapat mengelola aktiva lancarnya dengan lebih efisien sehingga beroperasi dengan investasi yang lebih kecil pada
modal kerja, maka hal ini akan meningkatkan profitabilitas. Dimana dengan adanya piutang
maka perusahaan akan menerima kas pada masa datang. Berdasarkan uraian di atas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa piutang dapat memperbesar tingkat profitabilitas (return on assets) namun rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas itu disebutperputaran piutang. Jadi perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas
(return on assets).
2.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.4.1 Kerangka Pemikiran
Persediaan merupakan investasi aktiva yang dibuat untuk tujuan memperoleh
pengembalian melalui penjualan kepada pelanggan. Perputaran persediaan mengukur
kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Semakin cepat persediaan
dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual oleh perusahaan maka semakin
cepat pula bagi perusahaan memperoleh laba. Semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh
perusahaan maka akan semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Keadaan
perusahaan mengelola persediaannya.(Warren, et al. 2005 : 462) Hal ini juga menunjukan
volume penjualan yang tinggi pada perusahaan tersebut. Hal itu dapat berarti laba yang
didapat oleh perusahaan semakin besar dengan mengasumsikan minimalisasi biaya-biaya
yang terjadi. Besarnya laba yang diperoleh perusahan akan memaksimalkan tingkat
pengembalian asset yang diperoleh perusahaan. Semakin besar tingkat pengembalian asset
(Return on asset) yang diperoleh perusahaan merupakan salah satu indikasi bahwa profitabilitas perusahaan menunjukan kondisi yang baik.
Dari persediaan tersebut maka akan dilakukan proses produksi untuk menghasilkan
suatu produk yang mana nantinya akan dikembalikan dalam bentuk penjualan. Penjualan
yang dilakukan dalam perusahaan terdapat dua cara yaitu secara tunai dan secara kredit. Dari
penjualan secara kredit maka akan menghasilkan suatu piutang , jika perputaran piutangnya
dilakukan dengan baik maka akan meningkatkan profitabilitas.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu
Pramesti Trianggani (2009) yang menggunakan piutang usaha dan perputaran persediaan
terhadap profitabilitas pada CV Ciptatama tahun 2005-2007 menyatakan bahwa
perputaran persediaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Piutang yang diberikan kepada pelanggan tentunya harus bisa memberikan manfaat
bagi perusahaan. Untuk itu perlu diketahui efisiensi piutang, untuk mengukur efisiensi
piutang bisa menggunakan dengan perhitungan tingkat perputaran piutang atau rata-rata
terkumpulnya piutang. Semakin efisien piutang tersebut berarti semakin tinggi tingkat
perputarannya dan dengan semakin tingginya tingkat perputaran piutang maka tingkat
profitabilitasnya juga akan meningkat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Dra Yuniep Mujati Suaidah, Msi
(2009) dengan judul pengaruh utang jangka pendek dan perputaran piutang terhadap
bahwa perputaran piutang secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas dan secara
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Investasi
Aktiva
Persediaan
Rata-rata Persediaan
Proses Produksi
Barang Produksi
Penjualan
Tunai Kredit
Rata-rata Piutang Piutang
Perputaran Piutang HPP
Biaya-biaya
Laba / Rugi Bersih
Profitabilitas Perputaran
Persediaan