• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perputaran Persediaan Dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perputaran Persediaan Dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Analysis Inventories Turnover and Receivables Turnover to Profitability In PT Indofood Sukses Makmur Tbk

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Skripsi Jenjang Studi S1

Program Studi Akuntansi Konsentrasi Keuangan

Disusun Oleh :

NAMA : Ratih Anugraha N NIM : 21107020

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

Inventories turnover and receivables turnover are current asset blink continuously experiencing rolation. Turnover of trade inventories and receivables have an important role for the company through the management of trade inventories and receivable effectively and efficeintly so that the capital needed smaller and can found high levels of profitability. High profitability is more more important than the benefits, because profitability is one measure that the company working efficiently. The study examined the effects of trade inventories and on the receivable profitability of PT Indofood Sukses Makmur Tbk from 2004-2010. The purpose of this research is to know the amount of trade inventories, receivables turnover and profitability PT Indofood Sukses Makmur Tbk year 2004-2010, and to know the effects of trade inventories turnover and receivable turnover of profitability is partially or simultaneously on PT Indofood Sukses Makmur Tbk years from 2004-2010. This research

conducted focused on the analysis of the company’s financial statement in 2004-2010 by using multiple regression analysis techniques. instrument used in the form of research

documentation of the company’s financial statement. While the indicators used is the velocity

of trade inventories and receivable turn as the independent variable and profitability as a dependent variable.These results indicate that the turnover of trade inventories and receivable turnover is partially a significant effect on profitability, turnover simultaneously trade inventories and receivable have a significant effect on profitability.

(3)

Abstrak

Perputaran persediaan dan perputaran piutang merupakan unsur aktiva lancar yang secara kontinyu mengalami perputaran. perputaran persediaan dan perputaran piutang mempunyai peranan yang penting bagi perusahaan melalui pengelolaan perputaran persediaan dan perputaran piutang secara efektif dan efisien sehingga modal yang dibutuhkan semakin kecil dan dapat diperoleh tingkat profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar, karena profitabilitas merupakan salah satu ukuran bahwa perusahaan bekerja secara efisien. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang terhadap profitabilitas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2004-2010. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya tingkat perputaran persediaan, perputaran piutang dan profitabilitas PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2004-2010, serta untuk mengetahui pengaruh tingkat perputaran persediaan dan perputaran piutang terhadap profitabilitas secara parsial maupun simultan pada PT Indofood Sukses Makmur tahun 2004-2010. Penelitian yang dilakukan ini ditekankan pada analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tahun 2004-2010 dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Instrument penelitian yang digunakan berupa dokumentasi laopran keuangan perusahaan. Sedangkan indikator yang digunakan adalah perputaran persediaan dan perputaran piutang sebagai variable bebas dan profitabilitas sebagai variable terikat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perputaran persediaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, tingkat perputaran piutang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.secara simultan perputaran persediaan dan perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

(4)

Assalamu’alaikumWr. Wb

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan,

kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi

ini, penulis melaksanakan penelitian pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan

dalam menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas

Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul

yang diambil yaitu: “ANALISIS PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN

PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA PT

INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk”.

Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terimakasih kepada

ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, barokah,

karunia serta memberikan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah skripsi tersebut.

Untuk kedua orang tuaku Suryana.A Nugraha dan Cicih Juarsih yang

selalu mendoakan, memberikan kasih sayang dengan keikhlasan dan kesabaran

serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi semangat

penulis untuk menyelesaikan usulan penelitian ini.

Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun usulan penelitian

(5)

Puspitawati, SE.,M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat

berharga demi selesainya penyusunan usulan penelitian ini, akhirnya dengan doa,

semangat dan ikhtiar penulis mampu melewatinya. tidak lupa penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu/bapak :

1. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Prof. Dr. Umi Narimawati, DRA., S.E.,M. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri DewiAnggadini, SE.,M.Si. selaku Ketua Porgram Studi Akuntansi.

4. Ely Suhayati SE., M.Si. Ak selaku Dosen Wali AK-1

5. Surtikanti SE., M.Si dan Wati Aris Astuti SE., M.Si selaku dosen penguji

yang telah banyak membantu penulis dalam sidang dan dalam revisi skripsi.

6. Iyan Andriyana selaku dosen SPSS yang telah banyak meluangkan waktunya

untuk mengajarkan, membimbing dan menjelaskan mengenai cara

pengolahan data statistik sehingga penulis dapat mengolah data sendiri tanpa

perlu meminta bantuan bengkel statistic untuk mengolah datanya.

7. Staff Kesekretariatan Program Studi Akuntansi teh seni dan teh dona

makasih banyak untuk pelayanan dan informasinya.

8. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis

dengan pengetahuan..

9. Adikku Dodi yang telah memberikan doa, dorongan, semangat untuk

(6)

10. Seluruh keluarga besar-ku Oma, Tante, dan yang lainnya terimakasih atas

dukungan dan doanya serta kasih sayang yang begitu tulus kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

11. Untuk sahabat-sahabatku di RW_09 Imey, Fey, Ina terimakasih atas

dukungan, kebersamaannya baik saat-saat indah maupun saat-saat susah dan

bantuannya. Penulis bahagia dan bangga bisa mempunyai sahabat sejati

seperti kalian, semoga persahabatan kita ini bisa untuk selamanya (040907).

12. Semua teman-teman kelas Ak-1 terimakasih atas dukungan, kebersamaan

dan bantuannya. Terimaksih kalian sudah banyak membantu penulis dalam

kegiatan perkuliahan dan dalam penyusunan skripsi.

13. Untuk sahabat-sahabatku di The Bear Family PMR, Eka, Ditha, Gina,

Rilwanu, Bagus, Iip, Dewi, Fisda, Rahmad dan khususnya untuk indra

terimakasih karena sudah repot-repot mengantarkan penulis ke BEJ untuk

meminta legalisir surat pengesahan, terimakasih teman-teman terbaik penulis

untuk masukan dan semangatnya

14. Untuk sahabat-sahabat penulis di just for fun adi, rendy, galih, retno, teguh, fitri dan isti untuk kebersamaannya dan semangatnya. Untuk yang belum

menyusun skripsi, ayo cepat menyusul dan semangat kawan

15. Untuk sahabat penulis selvi, raras, feby, dimas dan teman-teman lain yang

sering main kekosan, terimakasih untuk semangat dan kerjasamanya.

16. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan usulan penelitiani ni

(7)

Penulis juga menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari

sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan kedepannya.

Akhir kata, penulis berharap agar usulan penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.

Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Wassalamua’laikumWr. Wb.

Bandung, Juli 2011

Penulis

(8)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Persediaan merupakan salah satu pos aktiva yang cukup penting karena

persediaan merupakan pos aktiva lancar yang cukup besar nilainya. Pada perusahaan

dagang, persediaan tersebut merupakan barang dagangan sedangkan pada perusahaan

industry persediaan tersebut dapat berupa bahan mentah (Raw Material), barang dalam proses (work in process) maupun barang jadi (finished good). Kekurangan ataupun kelebihan persediaan merupakan gejala yang kurang baik. (Pramesti Trianggani :2009)

Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur yang

aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah dan

kemudian dijual kepada konsumen. Untuk mempercepat pengembalian kas melalui

penjualan maka diperlukan suatu perputaran persediaan yang baik. Pada prinsipnya

perputaran persediaan mempermudah atau memperlancar jalannnya operasi

perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi

barang-barang serta mendistribusikannnya kepada pelanggan. Semakin tinggi perputaran

persediaan barang, maka semakin tinggi biaya yang dapat ditekan sehingga semakin

(9)

persediaan barang, semakin kecil pula laba yang diperolehnya. Untuk mencapai

tingkat. Perputaran persediaan yang tinggi tidak semudah yang dibayangkan, banyak

hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam operasi perusahaan itu sendiri.

Diantaranya pengolahan persediaan secara teratur dan efisien, meningkatkan kualitas barang, dan memenuhi apa yang menjadi keinginan konsumen. Persediaan harus

dikelola dengan baik karena persediaan yang optimal dapat digunakan meningkatkan

penjualan, sehingga akan menaikan keuntungan yang diperoleh perusahaan. (Ellys Delfrina Sipangkar : 2009)

Dengan adanya pengelolaan perputaran persediaan yang baik, perusahaan

dapat segera mengubah persediaan yang tersimpan menjadi laba melalui penjualan.

Penjualan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara tunai maupun secara kredit.

Piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Ini

berarti perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain.

Untuk menghasilkan laba yang lebih optimal maka perlu dilakukan perputaran

piutang. Perputaran piutang ini harus dikelola dengan baik karena menyangkut

dengan laba yang akan diperoleh perusahaan, sehingga disini manajemen harus

dilaksanakan agar kebijaksanaan kredit mencapai optimal. Perputaran piutang adalah

rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas. Putaran

piutang dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih dengan saldo rata-rata

piutang. Saldo rata-rata piutang dihitung dengan menjumlahkan saldo awal dan saldo

akhir dan kemudian membaginya menjadi dua.. Piutang termasuk dalam golongan

(10)

membayar atau akan melunasi hutang mereka. Rekening pelangggan seperti itu

umumnya disebut piutang tidak tertagih atau piutang ragu-ragu, dan merupakan suatu

kerugian atau beban penjualan secara kredit. Ada dua metode untuk mengukur

piutang ragu-ragu yaitu metode cadangan dan metode penghapusan langsung. Dalam

metode cadangan menyaratkan pengakuan piutang ragu-ragu dalam periode dimana

terjadi penjualan, bukan dalam periode terjadi penghapusan sesungguhnya. Metode

cadangan ini mencatat kerugian piutang dagang berdasarkan estimasi. Untuk

menentukan jumlah cadangan piutang ragu-ragu dapat dipakai dua dasar yaitu

persentase penjualan (pendekatan laba-rugi) dan persentase piutang dagang

(pendekatan neraca). Sedangkan metode penghapusan langsung, kerugian piutang

ragu-ragu tidak diestimasi dan tidak mengunakan rekening cadangan, karena

langsung dicatat debet beban penghapusan piutang dan kredit piutang usaha. (Niken Hastuti : 2010)

Kelangsungan hidup (going Corcern) perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain profitabilitas oleh perusahaan itu sendiri. Tujuan yang paling mendasar

dari operasi perusahaan adalah memperoleh laba yang optimal. Profitabilitas adalah

kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Alat

yang umum digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas dihubungkan dengan

penjualan yaitu laporan laba rugi dimana setiap posnya dinyatakan dalam persentase

penjualan. Dalam usaha memperoleh keuntungan yang maksimal perusahaan

dihadapkan pada masalah pengelolaan modal kerja. Modal kerja pada perusahan

(11)

Brigham (2001:107) mengemukakan bahwa “profitabilitas akan menunjukan

kombinasi efek dari likuiditas,manajemen aktiva, dan utang hasil-hasil operasi”.

Pentingnya profitabilitas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak dari

ketidakmmpuan perusahaan mendapatkan laba yang maksimal untuk mendukung

kegiatan operasionalnya.

Ada beberapa ukuran yang dipakai untuk melihat kondisi profitabilitas suatu

perusahaan, antara lain Profit Margin, ROA, ROE, dan lain-lain. Dalam penelitian ini

peneliti akan menggunakan tingkat pengembalian asset (Return On Assets). Rasio ini mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban bunga dan pajak (Brigham,

2001 :109). Rasio ini diukur dengan membandingkan antara laba bersih terhadap total aktiva. Semakin tinggi perbandingan laba bersih terhadap total aktiva maka akan

semakin baik bagi perusahaan.

Semakin tingginya tingkat perputaran persediaan menyebabkan perusahaan

semakin cepat dalam melakukan penjualan barang dagang sehingga akan

memperbesar perputaran piutang yang akan menghasilkan laba, laba operasi dan

pada akhirnya juga akan meningkatkan laba bersih. Laba bersih mengindikasikan

profitabilitas perusahaan. Laba bersih mencerminkan pengembalian kepada

pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan.laba perusahaan yang tinggi belum

tentu menunjukan profitabilitas yang tinggi, akan tetapi profitabilitas yang tinggi

sudah dapat dipastikan bahwa laba yang dihasilkan tinggi. Bagi perusahaan pada

umumnya masalah profitabilitas lebih penting daripada laba karena efisiensi baru

(12)

dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba dengan demikian tingkat

profitabilitas memegang peranan yang penting dan perputaran persediaan yang cepat

diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. (Ellys Delfrina Sipangkar : 2009)

Dengan demikian dalam memperoleh piutang dapat ditagih sangat

berhubungan dengan profitabilitas perusahaan. Karena profitabilitas perusahaan

menunjukkan suatu perbandingan antara laba dan penjualan. Laba atau profit

merupakan salah satu tujuan utama berdirinya setiap badan usaha. Tanpa

diperolehnya laba, perusahaan tidak dapat memenuhi tujuan lainnya yaitu

pertumbuhan yang terus menerus (going corcern) dan tanggungjawab sosial (corporate social responsibility). Laba yang menjadi tujuan utama perusahaan dapat dicapai dengan penjualan barang atau jasa. Semakin besar volume penjualan barang

dan jasa, maka laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan semakin besar juga

PT indofood Sukses Makmur didirikan di indonesia pada tanggal 14 agustus

1990. Kegiatan usaha indofood dibagi menjadi empat kelompok usaha strategis yaitu:

produk konsumen bermerek, bogasari, minyak goreng dan lemak nabati, serta

distribusi. Kelompok produk konsumen bermerek terdiri dari divisi mie instan,

divisi makanan ringan, divisi nutrisi dan makanan khusus, divisi bumbu penyedap

makanan, serta divisi kemasan. Adapun kelompok minyak goreng dan lemak nabati

terdiri dari divisi perkebunan, divisi minyak goreng dan margarin, serta divisi

komoditi. Pabriknya berlokasi di berbagai tempat di Pulau Jawa, Sumatra,

(13)

PT Indofood Sukses Makmur Tbk mempunyai permasalahan pada profitabilitasnya

maupun perputaran persediaan. Berdasarkan uraian di atas maka akan dijelaskan pada

tabel data berikut ini :

Tabel 1.1

Data Profitabilitas (ROA) dan Perputaran Persediaan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk

Tahun Tahun Profitabilitas (ROA) (%)

(14)

Berdasarkan pada tabel 1.1 diatas dijelaskan bahwa perputaran persediaan

mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Semakin

cepat persediaan dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual oleh

perusahaan baik secara kredit maupun tunai maka semakin cepat pula bagi

perusahaan memperoleh laba. Jika secara kredit maka akan menimbulkan piutang

bagi perusahaan. Semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan

semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Setiap tahun periode PT

Indofood Sukses Makmur Tbk perputaran persediannya mengalami kenaikan yang

cukup signifikan hal itu akan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitasnya.

Pada tahun 2004 triwulan ke II perputaran persediaan nya mengalami

kenaikan yaitu menjadi sebesar 2,79 dari sebelumnya tetapi profitabilitasnya tetap

artinya tidak mengalami penurunan ataupun kenaikan. Pada tahun 2005 triwulan ke II

tingkat perputaran persediannya mengalami kenaikan menjadi 2,66 sementara

profitabilitasnya mengalami penurunan menjadi 0,1 %. Pada tahun 2006 triwulan

ke-III perputaran persediannya mengalami penurunan menjadi sebesar 2,19 dan triwulan

ke- IV profitabilitasnya mengalami penurunan menjadi 0,38 % dari sebelumnya

sebesar 3,02 %. Pada tahun 2007 triwulan ke IV profitabilitasnya mengalami

penurunan menjadi sebesar 3,32 % dan perputaran persediannya mengalami kenaikan

menjadi 5,31. Pada tahun 2008 periode triwulan ke-III dan ke IV profitabilitasnya

pun mengalami penurunan sebesar 3,11% dan 2,62 %. Sementara perputaran

persediannya mengalami kenaikan sebesar 3,60 dan 4,72. Profitabilitas yang menurun

(15)

terjadi piutang tak tertagih yang dapat menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan

tersebut.

Dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik

untuk membahas tentang peranan perputaran persediaan dan perputaran piutang

terhadap profitabilitas dengan mengambil judul “Analisis Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis akan membatasi

masalah yang akan menjadi pokok penelitian, yaitu:

1. Semakin tinggi perputaran persediaan barang, maka semakin tinggi biaya

yang dapat ditekan sehingga semakin besar perolehan laba suatu perusahaan

maka lebih sedikit risiko kerugian, jika persediaan itu turun nilainya atau jika

terjadi perubahan dalam permintaan maupun perubahan mode . Sebaliknya,

semakin jika semakin lambat perputaran persediaan barang, semakin kecil

pula laba yang diperolehnya..

2. Semakin tingginya tingkat perputaran persediaan menyebabkan perusahaan

semakin cepat dalam melakukan penjualan barang dagang sehingga akan

(16)

dan pada akhirnya juga akan meningkatkan laba bersih. Laba bersih

mengindikasikan profitabilitas perusahaan.

3. Setiap tahun PT Indofood Sukses Makmur Tbk perputaran persediannya

mengalami kenaikan yang cukup signifikan hal itu akan berpengaruh terhadap

tingkat profitabilitasnya tetapi seperti yang sudah dijabarkan diatas,

perputaran persediannya mengalami kenaikan tetapi tingkat profitabilitasnnya

mengalami penurunan., hal ini bisa dikarenakan perputaran piutang yang

tidak berjalan dengan baik sehingga terjadi piutang tak tertagih yang dapat

menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasakan pengidentifikasian masalah yang telah diuraikan diatas, maka

peneliti mencoba untuk menyusun rumusan masalah adalah sebagai berikut

1. Seberapa besar hubungan perputaran persediaan dan perputaran piutang

terhadap profitabilitas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk

2. Seberapa besar pengaruh perputaran persediaan terhadap profitabilitas

secara parsial pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk

3. Seberapa besar pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas secara

(17)

4. Seberapa besar perputaran persediaan dan perputaran piutang serta

pengaruhnya secara simultan terhadap profitabilitas pada PT Indofood

Sukses Makmur Tbk

1.4 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perputaran

persediaan terhadap profitabilitas serta pengaruh perputaran piutang terhadap

profitabilitas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan perputaran persediaan dan perputaran

piutang terhadap profitabilitas

2. Untuk mengetahui pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang

yang dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap profitabilitas

3. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan mengenai perputaran

persediaan dan perputaran piutang yang dilakukan oleh perusahaan akan

berpengaruh terhadap profitabilitas.

4. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial perputaran persediaan dan

perputaran piutang yang dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh

(18)

1.5 Kegunaan penelitian

1.5.1 Kegunaan Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan untuk

dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam mengalokasikan

perputaran persediaan dan perputaran piutang dan pengaruhnya terhadap

profitabilitas. Sehingga perusahaan dapat berkembang dengan baik.

1.5.2 Kegunaan Akademis

1. Bagi penulis

Hasil dari penelitian ini akan memberikan wawasan pengetahuan tentang

masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas

mengenai pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang

terhadap profitabilitas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk, baik secara

teori maupun secara praktek.

2. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dan memberikan masukan kepada pihak manajemen dalam rangka

perbaikan dan pengembangan dari praktik- praktik yang sudah dianggap

(19)

3. Bagi pihak- pihak yang memerlukan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan informasi yang

bermanfaat serta dapat dijadikan judul dalam penyusunan laporan usulan

penelitian.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Dalam

melakukan penelitian ini, penulis membuat rencana jadwal penelitian yang dimulai

(20)

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Persediaan

Sebuah perusahaan harus menyimpan persediaan yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan pelanggannya. Kegagalan untuk melakukan hal itu bisa mengakibatkan hilangnya

penjualan. Di sisi lain, terlalu banyak menyimpan persediaan akan menambah beban seperti

penyimpanan, asuransi dan pajak properti. Persediaan yang berlebihan akan meningkatkan

risiko kerugian akibat penurunan harga, kerusakan dan perubahan pola pembelian pelanggan

2.1.1.1 Pengertian Persediaan

Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi

perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi

barang-barang serta menyampaikannnya kepada para pelanggan atau konsumen.

Pengertian persedian menurut Warren, et al (2005 : 440) adalah sebagai berikut :

“Persediaan digunakan untuk mengindikasikan :

1. Barang dagangan yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan

2. Bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk

tujuan itu.”

Selain pengertian persediaan yang dikemukakan di atas, berikut ini ada pengertian

persediaan menurut Stice dan skousen (2007 : 654) adalah sebagai berikut :

(21)

Persediaan memungkinkan produk-produk dihasilkan pada tempat yang jauh dari

pelanggan atau sumber bahan mentah. Dengan adanya persediaan, produksi tidak perlu

dilakukan khusus buat konsumen, atau sebaliknya tidak perlu konsumsi didesak supaya

sesuai dengan kepentingan produksi.

2.1.1.2 Tipe-tipe Persediaan

Adapun tipe-tipe persediaan menurut Rangkuti (2004 :3) adalah sebagai berikut :

“Tipe persediaan terdiri atas :

a. Persediaan alat-alat kantor (Supplies b. Persediaan bahan baku (Raw Material) c. Persediaan barang dalam proses d. Persediaan barang jadi”.

Adapun penjelasan dari yang di atas adalah sebagai berikut :

a. Persediaan alat-alat kantor (Supplies)

Persediaan yang diperlukan dalam menjalankan fungsi organisasi dan tidak menjadi

bagian dari produk akhir. Tipe persediaan alat-alat kantor diantaranya adalah : kertas,

pensil, tinta, dll

b. Persediaan bahan baku (Raw Material)

Item yang dibeli dari para supplier untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi.

Bahan baku ini akan mengalami transformasi atau dikonversi menjadi bahan akhir. Tipe

dari bahan baku diantaranya dalah : kayu, papan, dll

c. Persediaan barang dalam proses

Bagian dari produk akhir tapi masih dalam proses pengerjaan, karena masih menunggu

item yang lain untuk diproses.

d. Persediaan barang jadi

(22)

2.1.1.3 Jenis-jenis Persediaan

Ada beberapa jenis di dalam persediaan, jenis-jenis persediaan menurut Rangkuti

(2004 : 7) adalah sebagai berikut :

“jenis-jenis persediaan menurut fungsinya adalah :

1. Batch Stock / Lot Size Inventory 2. Fluctuation Stock

3. Anticipation Stock”

Adapun penjelasan mengenai hal tersebut di atas adalah sebagai berikut :

1. Batch Stock / Lot Size Inventory

Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau

barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu.

Keuntungannnya :

a. Potongan harga pada pembelian

b. Efisiensi produksi

c. Penghematan biaya angkutan

2. Fluctuation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak

dapat diramalkan

3. Anticipation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diramalkan, berdasarkan pola musiman terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi

penggunaan, penjualan atau permintaan yang meningkat.

2.1.1.4 Metode-metode Penilaian Persediaan

Setelah dijelaskan tipe-tipe dan jenis-jenis persediaan maka akan dijelaskan

(23)

“Metode-metode penilaian persediaan yang paling umum adalah : a. Idendtifikasi khusus (Spesific identification)

b. Biaya rata-rata (Average Weight)

c. Metode masuk pertama, keluar pertama (FIFO) d. Metode masuk akhir, keluar pertama (LIFO)”

Berikut penjelasan mengenai hal tersebut :

a. Idendtifikasi khusus (Spesific identification)

Biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke barang

yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut.

Metode identifikasi khusus memerlukan suatu cara untuk mengidentifikasikan biaya

historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang dicatat

disesuaikan dengan arus fisik barang. Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi

khusus sangat menarik, khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki

biaya yang tinggi. Namun ketika persediaan terdiri dari berbagai unsur atau unsur-unsur

identik yang dibeli pada saat berlainan dengan harga yang berbeda, maka idntifikasi

khusus akan menjadi lamban, membebani dan memakan biaya.

b. Biaya rata-rata (Average Weight)

Metode biaya rata-rata membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode

ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan

biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga.

Metode biaya rata-rata biaya dapat dianggap sebagai metode realistis dan paralel dengan

arus fisik barang, khususnya ketika ada pencampuran dari unit persediaan yang identik.

Tidak seperti metode persediaan yang lain, pendekatan metode biaya rata-rata

memberikan nilai yang sama untuk unsure serupa dengan penggunaan yang sama.

Metode ini tidak memperbolehkan manipulasi keuntungan. Tetapi keterbatasan dari

(24)

signifikan terhadap harga dalam periode dimana terdapat kenaikan atau penurunan haga

yang cepat.

c. Metode masuk pertama, keluar pertama (FIFO)

Metode FIFO didasari asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang lebih dahulu

masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap

arus biaya ketika penggunaan model identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan

atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralel

dengan arus fisik barang dari barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil

untuk memanipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan

terjadinya biaya. Selain itu, dalam FIFO, unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah

unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama

dengan biaya penggantian diakhir periode (end of period replacement cost). d. Metode masuk akhir, keluar pertama (LIFO)

Metode LIFO didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling terkahir barulah yang

terjual. LIFO menghasilkan nilai lama dalam neraca dan dapat memberikan angka. Harga

pokok penjualan yang aneh ketika tingkat persediaan menurun. Namun LIFO adalah

metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan saat ini dengan pendapatan

saat ini.

Selain metode penilaian persediaan diatas, ada metode penilaian persediaan yang

lainnya menurut Waren et al (2005 : 456) yaitu :

1. “Penilaian pada mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar 2. Penilaian pada nilai realisasi bersih”

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Penilaian pada mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar

Metode ini digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar yang digunakan adalah

(25)

tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli dari

sumber pemasok yang biasa. Dalam menerapkan metode LCM, biaya dan biaya

penggantian dapat ditentukan dengan salah satu dari tiga cara berikut. Biaya dan biaya

penggantian (Replacement cost) dapat ditentukan untuk : a. Setiap jenis barang dalam persediaan

b. Kelas atau kategori utama persediaan

c. Persediaan secara keseluruhan

2. Penilaian pada nilai realisasi bersih

Barang dagang yang telah using, rusak, cacat atau hanya yang bisa dijual dengan harga

dibawah harga pokok harus diturunkan nilainya. Barang dagang semacam ini harus

dinilai dengan nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih (Net realizable) adalah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan.

2.1.1.5 Sistem Pencatatan Persediaan

Sistem pencatatan persediaan menurut Horngren et al (2003 : 453-456) adalah sebagai

berikut :

“jenis usaha yang berbeda memiliki kebutuhan informasi persediaan yang berbeda pula ada dua system pencatatan persediaan yaitu :

1. Sistem persediaan perpetual 2. Sistem persediaan periodik”

Penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Sistem persediaan perpetual

Dalam sistem perpetual, perusahaan akan mencatat setiap mutasi yang terjadi pada

persediaan barangnya. Jadi akun persediaan akan selalu menunjukan nilai persediaan

pada setiap saat. Pencatatan secara perpetual berguna untuk menyediakan laporan

bulanan, kuartalan ataupun laporan interim , dimana perusahaan dapat langsung

(26)

menghitung persediaan fisik terlebih dahulu. Sistem persediaan perpetual juga

memberikan tingkat pengendalian terhadap persediaan yang lebih akurat dibandingkan

sistem periodik karena informasi mengenai persediaan dalam sistem perpetual selalu

mencerminkan keadaan persediaan saat ini.

2. Sistem persediaan periodik

Dalam sistem periodik, perusahaan tidak selalu mencatat mutasi yang terjadi pada

persediaan yang dimilikinya. Akibatnya pada akhir periode perusahaan harus melakukan

perhitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah persediaan yang dimiliki pada saat itu.

Jumlah persediaan tersebut akan dikalikan dengan unit biaya untuk mendapatkan harga

pokok persediaan pada akhir periode. Angka inilah yang akan masuk ke dalam neraca.

Angka ini juga digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan. Sistem periodik

disebut juga sistem fisik, Karena sistem ini tergantung pada hasil perhitungan persediaan

secara fisik pada setiap akhir periode. Sistem ini biasanya digunakan untuk mencatat

persediaan yang nilainya tidak tinggi, karena dari segi biaya mungkin tidak begitu

menguntungkan untuk mempunyai catatan untuk setiap mutasi dari barang yang rendah

nilainya.

Metode-metode yang dapat digunakan dalam mengestimasi persediaan menurut

Warren et al (2005 : 4590) adalah :

“Perusahaan mungkin perlu mengetahui jumlah persediaan apabila pencatatan

persediaan perpetual tidak dilakukan dan tidak praktis. Perusahaan yang menggunakan sistem persediaan periodik mungkin perlu membuat laporan laba rugi bulanan, tetapi melakukan perhitungan fisik persediaan setiap bulan mungkin tidak ekonomis. Biaya persediaan dapat diestimasi dengan menggunakan dua cara yaitu dengan metode eceran dan dengan metode laba kotor “.

Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Metode Eceran

Metode persediaan eceran mengestimasikan biaya persediaan berdasarkan hubungan

(27)

dagang yang sama. Untuk menggunajkan metode ini harga eceran dari semua barang

dagang harus ditetapkan dan ditotalkan. Berikutnya, persediaan eceran ditentukan

dengan mengurangi penjualan selama periode berjalan dari harga eceran barang yang

tersedia untuk dijual selama periode bersangkutan. Estimasi biaya persediaan kemudian

dihitung dengan mengalikan persediaan eceran dengan rasio biaya terhadap harga jual

(eceran) barang dagang yang tersedia untuk dijual.

2. Metode Laba kotor

Metode laba kotor menggunakan estimasi laba kotor yang direalisasi selama periode

dimaksud untuk mengestimasi persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya

diestimasikan dari tingkat actual dari tahun sebelumnya, disesuaikan dengan setiap

perubahan yang terjadi dalam harga pokok dan harga jual selama periode berjalan.

Dengan menggunakan tingkat laba kotor , jumlah penjualan untuk suatu periode dapat

dibagi ke dalam dua komponen yaitu :

a. Laba kotor

b. Harga pokok penjualan

Harga pokok penjualan dapat dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia untuk

dijual guna mendapatkan estimasi harga pokok persediaan.

Persediaan merupakan salah satu pos modal kerja yang cukup penting karena

kebanyakan modal usaha berasal dari persediaan. Pada perusahaan dagang, persediaan

tersebut merupakan barang dagangan, sedangkan pada perusahaan industri persediaan

tersebut dapat berupa bahan mentah (Raw material), barang dalam prose (Work in process) dan barang jadi (Finished goods). Kekurangan ataupun kelebihan persediaan merupakan gejala yang kurang baik. Kekurangan dapat mengakibatkan larinya pelanggan, sedangkan

kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisisen. Oleh karena itu

(28)

proses produksi. Dengan kata lain, total cost yang berhubungan dengan persediaan dapat diminimalkan. Perhitungan total cost persediaan secara keseluruhan dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk biaya dari persediaan.

Para pemilikdan manajer berusaha keras untuk membuat persediaan barang-barangnya

secepat mungkin karena barang-barang yang tidak terjual akan mengurangi laba. Makin cepat

penjualan yang terjadi maka makin tinggi labanya yang berarti perusahaan mendapat

mendapat tambahan aliran kas. Makin lambat penjualannnya, maka makin rendah labanya.

Idealnya suatu usaha dapat beroperasi tanpa adanya simpanan persediaan. Walaupun

demikian, kebanyakan perusahaan harus mempunyai persediaan barang untuk pelanggannya.

Pada pedagang yang berhasil akan membeli dengan hati-hati untuk tetap menjaga perputaran

barang yang diusahakannnya tetap dalam tempo yang cepat.

2.1.2 Perputaran Persediaan

Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur yang aktif dalam

operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah dan kemudian dijual kepada

konsumen. Untuk mempercepat pengembalian kas melalui penjualan maka diperlukan suatu

perputaran persediaan yang baik. Pada prinsipnya perputaran persediaan mempermudah atau

memperlancar jalannnya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk

memproduksi barang-barang serta mendistribusikannnya kepada pelanggan. Besarnya hasil

perhitungan perputaran persediaan menunjukan tingkat kecepatan perputaran persediaan

menjadi kas atau piutang dagang. Tingkat perputaran persediaan menunjukan berapa kali

persediaan tersebut ganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat

perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah

Definisi perputaran persediaan menurut Warren et al (2005 : 462) adalah sebagai

(29)

“Perputaran persediaan (inventory turnover) adalah suatu alat untuk mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan. Rasio ini dihitung sebagai berikut :

Perputaran persediaan = Harga pokok penjualan Persediaan rata-rata

Sumber : Waren (2005:462)

Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan angka-angka mingguan,

bulanan, ataupun tahunan. Untuk menyederhanakannnya kita menentukan persediaan

rata-rata dengan membagi jumlah persediaan pada akhir dan awal tahun dengan dua. Selama

jumlah persediaan yang dimiliki sepanjang tahun stabil , rata-rata ini akan cukup akurat bagi

analisis peneliti. Untuk mencapai tingkat perputaran tinggi, maka harus diadakan

perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat dan

semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang

disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen dan

pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.

2.1.3 Piutang

Piutang terjadi kerena adanya penjualan secara kredit. Banyak perusahaan yang

menjual barang dagang atau jasa mereka secara kredit karena penjualansecara kredit tersebut

merupakan suatu upaya untuk meningkatkan (atau untuk mencegah penurunan) penjualan.

Dengan penjualan secara kredit meningkat maka piutang pun meningkat dan diharapkan laba

juga meningkat.

2.1.3.1 Pengertian Piutang

Pengertian piutang menurut Enny pudjiastuti (2004;117)adalah sebagai berikut :

“Piutang (receivables) merupakan proses penjualan barang hasil produksisecara

kredit”.

Selain pengertian piutang menurut Enny Pudjiastuti yang telah dinyatakan diatas,

(30)

“Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudianatas penjualan barang atau jasa yang dilakukan”.

Berdasarkan pdefinisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa piutang adalah

proses penjualan barang hasil produksisecara kredit dan memberikan

kelonggaran-kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan dalambentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudianatas penjualan barang atau

jasa yang dilakukan.

2.1.3.2 Klasifikasi Piutang

Banyak perusahan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau

jasa. Dengan adanya penjualan kredit maka akan timbul piutang.

Piutang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, berikut ini menurut Michell

Suharli (2006:202) mengenai pengklasifikasian piutang yaitu :

“piutang dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Piutang Dagang (trade receivable)

2. Piutang Lain (other receivable)

3. Piutang Wesel (notes receivable)”

Adapun penjelasan dari uraian diatas adalah sebagai berikut :

Piutang dagang yaitu jumlah piutang dari pelanggan yang terjadi karena

transaksi penjualan barang dan jasa

Piutang wesel yaitu surat pernyataan berhutang atau janji pelunasan secara tertulis

Piutang lainnya yaitu meliputi piutang yang berasal bukan dari perdagangan.

Selanjutnya ketiga jenis receivable tersebut dikelompokan lagi menjadi piutang afiliasi atau tidak afiliasi. Piutang afiliasi artinya piutang dari perorangan atau organisasi

yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan. Sedangkan piutang tak terafiliasi

artinya piutang dari perorangan atau entitas bisnis yang bukan pihak yang memiliki hubungan

(31)

2.1.3.3 Metode Penghapusan Piutang

Penyisihan piutang tak tertagih merupakan pembebanan kemungkinan rugi karena

tidak tertagihnya piutang. Jumlah yang tercantum di dalamnya merupakan suatu taksiran.

Dari cara perhitungan yang telah dibicarakan terlihat bahwa nama nama pelanggan tidak

dapat diidentifikasi, maka penyisihan piutang tak tertagih dicatat dalam akun terpisah.

Dengan cara ini rincian piutang menurut nama debitur berdasarkan jumlah brutonya masih

dapat dibuat. Adakalanya telah dapat dipastikan bahwa piutang kepada seseorang pelanggan

tertentu tidak akan dapat ditagih. Misalnya karena pelanggan yang bersangkutan telah

dinyatakan pailit, bangkrut atau lari ke luar negeri. Terhadap piutang yang demikian, harus

dihapuskan. Penghapusan piutang berbeda dengan penyisihan piutang tak tertagih. Dalam

penghapusan piutang, saldo piutang kepada pelanggan tertentu dikeluarkan dari catatan

perusahaan. Dengan penghapusan piutang tersebut, nama dan saldo piutang pelanggan yang

bersangkutan tidak akan muncul lagi dalamrincian piutang. Piutang dagang harus dilaporkan

sebesar nilai realisasi bersihnya,yaitu : piutang usaha dikurangi piutang yang tak tertagih.

Metode pencatatan transaksi terhadap piutang tak tertagih menurut Michell Suharli

(2006:205) adalah sebagai berikut :

“ pencatatan transaksi terhadap piutang tak tertagih memiliki duapilihan metode yaitu :

1. “Metode Langsung (direct method)

2. Metode Penyisihan (allowance methode)”

Adapun penjelasan dari uraian diatas adalah sebagai berikut :

1. Metode Langsung

Metode langsung mengakui beban piutang tak tertagih pada saat terjadinya, sehingga

mungkin saja jumlah besar piutang tak tertagih menyebabkan penurunan laba bersih

yang sinifikan pada saat periode tertentu. Menurut metode penghapusan langsung, ketika

(32)

menggambarkan benar kapan piutang benar-benar tidak dapat tertagih. Namun

kerugiannya, laporan laba/rugi bersih menjadi terganggu apabila jumlah beban tak

tertagih dilaporkan dalam mjumlah besar. Gangguan atas laporan laba/rugi bersih

tersebut dapat mempengaruhi keputusan para pengguna. Guna menyiasati agar laporan

laba/rugi tidak terganggu, beberapa perusahaan mencadangkan piutang tak tertagih

meskipun belum benar-benar tidak tertagih sebagaimana dinyatakan dalam metode

penyisihan.

2. Metode Penyisihan

Metode penyisihan mengakui beban penyisihan piutang tak tertagih setiap akhir periode

agar tidak mengganggu laba bersih secara signifikan. Metode penyisihan menuntut

perusahaan menghitung jumlah kemungkinan piutang tak tertagih pada setiap akhir

periode. Hal ini menyediakan laporan piutang yang seolah menjamin berapa kas yang

dapat diterima dari piutang yang dilaporkan. Metode penyisihan memiliki 3 hal yang

harus diperhatikan:

1. Piutang tak tertagih adalah perkiraan. Perkiraan ini dianggap sebagai beban

dikaitkan dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama ketika penjualan

tersebut terjadi sesuai prinsip perbandingan.

2. Perkiraan piutang tak tertagih mendebet “account expense” dan mengkredit “allowance for doubtful account” . jurnal ini menjadi ayat jurnal penyesuaian

dalam akhir setiap periode dan akun “allowance for doubtful account” dilaporkan

di laporan neraca menjadi kontra akun dari akun “account receivable”. Dengan

demikian saldo normal perkiraan “allowance for doubtful account” adalah kredit.

3. Ketika piutang yang spesifik dihapuskan karena tak tertagih, akuntan mendebet

allowance for doubtful account” dan mengkredit “accountsreceivable” sejumlah

(33)

2.1.3.4 Jumlah Penyisihan Piutang Ragu-ragu

Pelaporan piutang harus sejumlah realisasi bersihnya (net realizable) artinya nilai piutang yang diestimasikan dapat tertagih. Nilai realisasi piutang disebut juga piutang bersih

yaitu saldo piutang dagang dikurangi dengan penyisishan piutang ragu-ragu (allowance for bad debtful account).

Dasar-dasar dalam menetapkan jumlah piutang ragu-ragu menurut Michell Suhardi

(2006:208) adalah sebagai berikut :

“Terdapat tiga dasar penetapan jumlah piutang ragu-ragu yaitu: 1. Presentase piutang (pendekatan neraca)

2. Presentase penjualan (pendekatan laba/rugi) 3. Analisa umur piutang (aging schedule analysis)”

Adapun penjelasan dari uraian diatas adalah sebagai berikut :

 Presentase Piutang

Apabila jumlah penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan pendekatan pendekatan

neraca maka kalkulasi dilakukan dengan presentase saldo piutang dagang pada neraca

saldo yang belum disesuaikan (anadjusted trial balance). Penentuan presentase piutang dapat ditetapkan dari piutang kotor atau piutang bersih.menentukan presentase

kemungkinan tak tertagih berdasarkan pengalaman sebelumnya, dasar pemikiran

pendekatan neraca adalah menekankan risiko dari piutang, semakin besar jumlah piutang

maka risiko tidak tertagih semakin besar secara proporsional. Sebagai hasil allowance for bad debtful account akan menunjukan risiko dari saldo piutang yang dilaporkan. Ketika jurnal penyesuaian dibuat, jumlah yang ada di penyisishan piutang tak tertagih

merupakan saldo awal yang perlu diselisihkan.

 Presentase Penjualan

Apabila jumlah penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan pendekatan

laba/rugi maka kalkulasi dilakukan dengan presentase saldo penjualan pada neraca saldo

(34)

dapat ditetapkan dari penjualan kotor atau penjualan bersih. Berbeda dengan kalkulasi

pendekatan neraca yang menghasilkan jumlah “allowance for bad debtful account”,

kalkulasi pendekatan laba/rugi menghasilkan jumlah “doubtfull account expense” .

dengan demikian hasil perhitungan dengan pendekatan laba/rugi tidak perlu diselisihkan

dengan jumlah “allowance for bad debtful account”yang sudah ada di neraca.

 Analisa Umur Piutang

Risiko tidak tertagih pada piutang yang sudah lewat jatuh tempo tentu lebih besar

daripada yang belum jatuh tempo. Lebih lanjut, piutang yang telah lewat jatuh tempo

lebih lama memiliki risiko tak tertagih lebih tinggi dibandingkan dengan yang telah jatuh

tempo lebih sebentar. Oleh karena itu perusahaan menyusun daftar umur piutang

masing-masing pelanggan.

2.1.4 Perputaran Piutang

2.1.4.1 Pengertian Perputaran Piutang

Untuk mendukung misi perusahaan, salah satunya adalah dengan melakukan

penjualan kredit yang secara tidak langsung dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Dari penjualan kredit tersebut dapat menimbulkan adanya piutang. Semakin besar proporsi

dan jumlah kredit, semakin besar pula piutang yang dimiliki oleh perusahaan, apabila hal-hal

lain tetap. Meskipun piutang bisa terbentuk tidak dengan penjualan kredit, misalnya seperti

para karyawan yang mengajukan permohonan pinjaman kepada perusahaan, perusahaan lain

meminjam uang kepada perusahaan tersebut tanpa ada hubungannya dengan transaksi

penjualan.

Piutang usaha dan piutang lain-lain diharapkan dapat tertagih dalam satu tahun atau

siklus usaha normal diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, kadang-kadang seluruh piutang

(35)

kasus demikian jumlah piutang usaha yang jangka waktu penagihannya lebih satu tahun atau

siklus usaha normal harus diungkapkan dalam catatan atau laporan keuangan. Dari pengertian

di atas, maka piutang adalah hak perusahaan untuk menuntut pihak lain sehubungan dengan

adanya penjulan barang atau jasa secara kredit, dan pihak lain harus memenuhi kewajiban

untuk membayar.

Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk

mengubah piutang menjadi kas.

Perhitungan perputaran piutang menurut Bambang riyanto (2008:90) adalah sebagai

berikut :

”Perputaran piutang dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih dengan saldo rata–rata piutang. Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dapat dihitung dengan menggunakan rasio perputaran piutang. Perputaran piutang dihitung dengan rumus :

Perputaran Piutang = Piutang usaha Piutang rata rata

(Sumber : Bambang Riyanto 2008:90)

Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar, artinya

piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul lagi akibat penjualan begitu

seterusnya. Periode perputaran piutang tergantung padapanjang pendeknya ketentuan waktu

yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit. Disisi lain, syarat pembayaran kredit

juga akan mempengaruhi tingkat perputaran piutang, di mana tingkat perputaran piutang

menggambarkanberapa kali modal yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu tahun.

Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakansecara efisien.

Perputaran piutang juga dapat dihitung dengan rumus sebagaiberikut :

Perputaran Piutang = Penjualan

Rata-rata piutang

(36)

Rata-rata piutang dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :

Rata-rata piutang = Piutang awal + Piutang

Piutang Akhir

(Sumber : Syamsuddin 2004:49)

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan yang dimaksud perputaran piutang

adalah rasio antara penjualan kredit yang menghasilkan piutang usaha bagi perusahaan dan

rata rata piutang.

2.1.4.2 Pentingnya Perputaran Piutang

Piutang merupakan salah satu elemen dari modal kerja perusahaan, dimana seperti

halnya aktiva-aktiva lancar yang lain selalu dalam keadaan berputar secara terus untuk setiap

periode selama berlangsungnya operasi perusahaan dan mempunyai kaitan yang erat satu

sama lainnya. Keterkaitan yang erat ini mengandung maksud bahwa apabila perusahaan

mempunyai jumlah piutang yang terlalu besar sebagai akibat dari kebijaksanaan kredit yang

terlalu lunak, terutama dalam menetapkan periode kreditnya, maka akan memperlambat

perputaran kas. Perputaran piutang adalah suatu proses dari pelaksanaan kerangka kerja yang

menyangkut penetapan kebijakan kredit, pelaksana kredit dan pengumpulan piutang melalui

sistim dan prosedur yang tepat, guna mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Pada

kebanyakan perusahaan, dimana perputaran piutang merupakan fungsi keuangan yang sangat

penting dan memerlukan analisis yang seksama, karena hal ini dapat digunakan untuk

mengoptimalkan tingkat likuiditas perusahaan dalam hubungannya dengan dana yang

tertanam dalam aktiva lancar. Jadi perputaran yang lebih baik ini adalah merupakan

perwujudan dari kebijaksanaan pihak perusahaan dalam hal mengatur dan mengelola

piutangnya. Dengan adanya pengelolaan piutang yang baik akan dapat menjamin lancarnya

penerimaan tagihan piutang dan memperkecil risiko tidak tertagihnya piutang terseut,

(37)

efisien dan dapat menghindari kondisi keuangan yang membahayakan perusahaan itu sendiri.

Oleh karena itu, perputaran piutang termasuk factor yang harus diperhatikan untuk

kelangsungan hidup suatu perusahaan.

2.1.5 Profitabilitas

2.1.5.1 Pengertian Profitabilitas

Pengertian laba atau profit merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha. Oleh

karena itu memperoleh laba adalah tujuan utama dari setiap badanusaha dalam hal ini adalah

perusahaan.

Pengertian profitabilitas menurut Munawir (2003; 64), adalah sebagai berikut :

“Merupakan rasio keberhasilan suatu perusahaan dalam menggunakan kekayaan

secara produktif, sehingga menghasilkan keuntungan atau labayang memuaskan.”

Sedangkan tujuan dari rasio profitabilitas menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti

(2004; 72) adalah sebagai berikut :

“Rasio profitabilitas dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva

perusahaan (atau sekelompok aktiva perusahaan) yang ingin dikaitkan dengan

penjualan yang berhasil diciptakan.”

Pada dasarnya tujuan utama suatu perusahaan adalah menghasilkan laba yangoptimal

dari penggunaan aktiva (kekayaan) suatu perusahaan, dimana dikaitkan dengan penjualan

yang berhasil diciptakan suatu perusahaan sehingga dapat menghasilkan laba. Laba dapat

menjamin eksistensi perusahaan baik dalam operasi maupun dalam kemampuan untuk

(38)

2.1.5.2 Analisis Rasio Profitabilitas

Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio profitabilitas. Analisis

rasio profitabilitas yang umum digunakan menurut Agnes Sawir (2005; 18) adalah sebagai

berikut :

“1. Gross Profit Margin (GPM) 2. Net Profit Margin (NPM) 3. Return on Assets (ROA) 4. Return on Equity (ROE).”

Adapun penjelasan dari analisis rasio profitabilitas yang umum digunakan

oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Gross Profit Margin

Rasio ini mengukur efesiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya,

mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Secara

matematis rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Gross Profit Margin = Sales-COGS Sales

(Sumber : Agnes Sawir 2005: 18) 2. Net Profit Margin

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam

menghasilkan net income (laba bersih) dari kegiatan operasi pokok bagi perusahaan yang bersangkutan. Secara matematis Net Profit Margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Net Profit Margin = Net Income Operating Income

(39)

3. Return on Assets

Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.

Semakin besar Return on Assets (ROA) suatu perusahaan, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut

dari segi penggunaan asset. Secara matematis Return on Assets (ROA) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Return On Total Assets = Net Income Total Assets

(Sumber : Agnes Sawir 2005: 18)

4. Return on Equity (ROE)

Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (Net Worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Return on Equity (ROE) menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut sebagai rentabilitas usaha.

Secara matematis Return on Equity (ROE) dapat diukur dengan menggunakan rumus :

Return On Equity = Net Income Net Worth

(Sumber : Agnes Sawir 2005: 18)

2.1.5.3 Return on Assets (ROA)

(40)

dalam menghasilkan income atau pendapatan dari pengelolaan aset perusahaan. Selain itu rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan suatu perusahaan dalammenghasilkan

laba dari seluruh assets yang dimilik perusahaan.

Kegunaan Return On Assets (ROA) menurut DwiPrastowo dan Rifka Juliaty (2005; 91), adalah sebagai berikut :

“Mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya

untuk memperoleh laba, kemudian rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kembalian investasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan

seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya.”

Sedangkan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004; 74), menyatakan

bahwa Return on Assets (ROA) adalah :

“Rasio yang menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa dipoles

dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Karena itu dipergunakan

angka laba bersih dan total aktiva (total assets) perusahaan.”

Return on Assets (ROA) didasarkan pada pendapat bahwa karena aktiva didanai oleh para pemegang saham dan kreditor, maka rasio ini-pun harus dapat memberikan ukuran

produktivitas aktiva dalam pengembalian kepada para penanam modal tersebut. Oleh karena

itu rasio Return on Assets (ROA) sering disamakan dengan rasio Return on Investment atau ROI (Agnes Sawir, 2000; 20).

Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah rasio Return on Assets (ROA) dihitung dengan menggunakan rumus :

Return On Total Assets = Net Income Total Assets

(41)

Keterangan :

Net Income = Laba Bersih

Total Assets = Total Aktiva

Rasio Return on Assets (ROA) merupakan indikator keberhasilan perusahaan atas pengelolaan kekayaan (aset) yang dimilik perusahaan, sehingga dengan meningkatnya rasio

return on assets (ROA) mencerminkan kinerja perusahaan baik dalam mengelola kekayaan yang dimilikinya, sehingga dapat menghasilkan keuntungan atau laba

2.2 Hubungan Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas

Persediaan merupakan salah satu pos modal kerja yang cukup penting karena

kebanyakan modal usaha berasal dari persediaan Persediaan seringkali merupakan bagian

aktiva lancar yang cukup besar. Persediaan merupakan investasi yang dibuat untuk tujuan

memperoleh pengembalian melalui penjualan kepada pelanggan. Untuk mempercepat

pengembalian kas melalui penjualan maka diperlukan suatu perputaran persediaan yang baik.

Sebaliknya, perputaran persediaan yang kurang baik sehingga persediaannya akan

menumpuk, perusahaan akan dihadapkan pada biaya penyimpanan, asuransi dan pajak

property yang cukup besar.(Waren, et al . 2005-452) Hal itu berarti perusahaan harus

menambah alokasi dana untuk biaya-biaya yang telah disebutkan itu.

Hubungan perputaran persediaan terhadap profitabilitas menurut Horngren et al (2003

:250) adalah sebagai berikut :

“perputaran persediaan mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Semakin cepat persediaan dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual oleh perusahaan maka akan semakin tinggi pula tingkat profitabilitasnya. Semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan

semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut”.

Hal ini juga menunjukan volume penjualan yang tinggi pada perusahaan tersebut. Hal

(42)

minimalisasi biaya-biaya yang terjadi. Besarnya laba yang diperoleh perusahan akan

memaksimalkan tingkat pengembalian asset yang diperoleh perusahaan. Semakin besar

tingkat pengembalian asset (Return on asset) yang diperoleh perusahaan merupakan salah satu indikasi bahwa profitabilitas perusahaan menunjukan kondisi yang baik.

2.3 Hubungan Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas

Perusahaan dapat menjual produknya dengan dua cara yaitu dapat dilakukan secara

tunai dan secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Dari penjualan

secara tunai maka perusahaan akan mendapatkan pendapatan secara cepat, sedangkan

penjualan yang dilakukan secara kredit tersebut akan menimbulkan piutang. Piutangadalah

merupakan kebiasaan bagi perusaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan

pada waktu melakukan penjualan. Kelonggarankelonggaran yang diberikan , biasanya dalam

bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang

atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut penjualan kredit.

Penjualan kredit tersebut maka terjadilah piutang. Ini berarti perusahaan mempunyai hak

klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan

dapat menuntut pembayarandalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada

pihak dengan siapa dia berpiutang. Oleh karena adanya manfaat (dalam bentuk diterimanya

uang tunai, aktiva lain atau jasa) yang diharapkan dapat diperoleh di masa datang, maka

piutang dianggap sebagai aktiva.

Adapun teori penghubung mengenai hubungan perputaran piutang terhadap

profitabilitas menurut Bambang Riyanto (2008:85) sebagai berikut :

“Makin besarnya jumlah perputaran piutang berarti semakin besar resiko,tetapi

(43)

Selain itu ada pendapat lain dari para ahli mengenai hubungan perputaran piutang

terhadap profitabilita yang dikemukakan oleh Jhon J. wild (2005:261), diterjemahkan oleh

Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu Harahap adalah sebagai berikut :

“Penilaian kualitas laba (profitabilitas) sering kali dipengaruhi olehanalisis piutang dan

kolektibilitasnya”

Piutang merupakan aktiva lancar, dimana dalam menentukan jumlah atautingkat aktiva

lancar pihak manejemen harus mempertimbangkan keuntungan dan kelebihan antara

profitabilitas dan risiko. Oleh karena itu jika sebuah perusahaan dapat mengelola aktiva lancarnya dengan lebih efisien sehingga beroperasi dengan investasi yang lebih kecil pada

modal kerja, maka hal ini akan meningkatkan profitabilitas. Dimana dengan adanya piutang

maka perusahaan akan menerima kas pada masa datang. Berdasarkan uraian di atas, penulis

dapat menyimpulkan bahwa piutang dapat memperbesar tingkat profitabilitas (return on assets) namun rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas itu disebutperputaran piutang. Jadi perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas

(return on assets).

2.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.4.1 Kerangka Pemikiran

Persediaan merupakan investasi aktiva yang dibuat untuk tujuan memperoleh

pengembalian melalui penjualan kepada pelanggan. Perputaran persediaan mengukur

kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari perusahaan. Semakin cepat persediaan

dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual oleh perusahaan maka semakin

cepat pula bagi perusahaan memperoleh laba. Semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh

perusahaan maka akan semakin baik bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Keadaan

(44)

perusahaan mengelola persediaannya.(Warren, et al. 2005 : 462) Hal ini juga menunjukan

volume penjualan yang tinggi pada perusahaan tersebut. Hal itu dapat berarti laba yang

didapat oleh perusahaan semakin besar dengan mengasumsikan minimalisasi biaya-biaya

yang terjadi. Besarnya laba yang diperoleh perusahan akan memaksimalkan tingkat

pengembalian asset yang diperoleh perusahaan. Semakin besar tingkat pengembalian asset

(Return on asset) yang diperoleh perusahaan merupakan salah satu indikasi bahwa profitabilitas perusahaan menunjukan kondisi yang baik.

Dari persediaan tersebut maka akan dilakukan proses produksi untuk menghasilkan

suatu produk yang mana nantinya akan dikembalikan dalam bentuk penjualan. Penjualan

yang dilakukan dalam perusahaan terdapat dua cara yaitu secara tunai dan secara kredit. Dari

penjualan secara kredit maka akan menghasilkan suatu piutang , jika perputaran piutangnya

dilakukan dengan baik maka akan meningkatkan profitabilitas.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu

Pramesti Trianggani (2009) yang menggunakan piutang usaha dan perputaran persediaan

terhadap profitabilitas pada CV Ciptatama tahun 2005-2007 menyatakan bahwa

perputaran persediaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Piutang yang diberikan kepada pelanggan tentunya harus bisa memberikan manfaat

bagi perusahaan. Untuk itu perlu diketahui efisiensi piutang, untuk mengukur efisiensi

piutang bisa menggunakan dengan perhitungan tingkat perputaran piutang atau rata-rata

terkumpulnya piutang. Semakin efisien piutang tersebut berarti semakin tinggi tingkat

perputarannya dan dengan semakin tingginya tingkat perputaran piutang maka tingkat

profitabilitasnya juga akan meningkat.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Dra Yuniep Mujati Suaidah, Msi

(2009) dengan judul pengaruh utang jangka pendek dan perputaran piutang terhadap

(45)

bahwa perputaran piutang secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas dan secara

(46)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Investasi

Aktiva

Persediaan

Rata-rata Persediaan

Proses Produksi

Barang Produksi

Penjualan

Tunai Kredit

Rata-rata Piutang Piutang

Perputaran Piutang HPP

Biaya-biaya

Laba / Rugi Bersih

Profitabilitas Perputaran

Persediaan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
 Tabel 2.1Jurnal Penelitian lain
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tugas akhir ini berjudul: Peranan Manajemen Risiko Bagi Seorang manajer Dalam Meningkatkan Kinerja dan Profitabilitas PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Tugas Akhir ini

DAMPAK KOMPENSASI TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN DEPARTMENT PRODUKSI PADA PT INDOFOOD CBP SUKSES

Tujuan dilakukan analisis ini adalah menganalisis penerapan manajemen rantai pasok PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang berbasis ERP (Enterprise Resource Planning) dengan

Laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan PT Nippon Indosari Corpindo Tbk yang berdasarkan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi dan tingkat suku bunga terhadap return saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 2009- 2011.. 2

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat kondisi Trend Return On Asset pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk dari tahun 2016 sampai 2019 mengalami peningkatan dan

Untuk mengetahui efektivitas pengelolaan persediaan dapat dilihat dari perhitungan tingkat perputaran persediaanya, karena semakin tinggi tingkat perputaran persediaan

Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah kegiatan media relations yang dilakukan oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk tulisan berupa