• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN KECEPATAN LARI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JANGKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN KECEPATAN LARI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JANGKIT"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN

DAN KECEPATAN LARI TERHADAP PENINGKATAN

HASIL BELAJAR LOMPAT JANGKIT

(Study Eksperimen Pengaruh Metode Pembelajaran Kompetisi dan Drill

pada Peserta Didik Putra SMA Negeri 1 Dagangan Kabupaten Madiun Propinsi Jawa Timur )

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Disusun Oleh :

PRAMUJO BUDIARTO

NIM : A 120809118

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : PRAMUJO BUDIARTO

NIM : A.120809118

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARA DAN KECEPATAN LARI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JANGKIT

(Study Eksperimen Pengaruh Metode Pembelajaran Kompetisi dan Drill

pada Siswa Putra SMA Negeri 1 Dagangan kabupaten Madiun Propinsi Jawa Timur )

Adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya tersebut

diberi tanda citasi dan ditunjukkan pada daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, April 2011

Pembuat Pernyataan,

(5)

commit to user

v

MOTTO

“ Barang siapa yang menghendaki dunia ,maka hendaklah ia berilmu,

dan barang siapa yang menghendaki akhirat ,maka hendaklah ia berilmu,

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada :

Ibundaku Tarinem Tercinta,

Istriku Tintin Muryani Tersayang,

Anakku, Melin,Zelin dan Nando Tersayang,

Teman-temanku Terkenang,

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat-Nya, sehingga

penyusunan tesis ini dapat diselesaikan. Penyelesaian tesis mengalami berbagai

kesulitan dan hambatan, berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga kesulitan

dan hambatan yang timbul tersebut dapat diatasi. Dalam kesempatan ini

diucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. dr. M. Syamsulhadi, Sp. KJ (K). selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pasca Sarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian pengarahan dan

bantuannya.

3. Prof. Dr. Sugiyanto selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program

Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr.H.M. Furqon H, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan, saran dan koreksi dalam menyusun tesis.

5. Prof. Dr. Siswandari,M.Stats. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan, saran dan koreksi dalam menyusun tesis.

6. Drs. Yayuk Nuryanto,M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Dagangan Kab.

Madiun yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

7. Teman-teman yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

8. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan

penulisan tesis ini.

Semoga Allah melimpahkan rahmat,taufik dan balasan-Nya kepada

(8)

commit to user

viii

Surakarta, April 2011

(9)

commit to user

b. Pelaksanaan Lompat Jangkit Bertahap... 18

(10)

commit to user

1. Uji Normalitas Distribusi Frekuensi Populasi... 83

(11)

commit to user x

Gambar 2.1 Serangkaian Gerakan Jingkat pada Lompat Jangkit ... 19

Gambar 2.2 Serangkaian Gerakan Langkah pada Lompat Jangkit ... 20

Gambar 2.3 Serangkaian Gerakan Lompat dan Pendaratan ... 23

Gambar 2.4 Rangkaian Gerakan Keseluruhan Lompat Jangkit ... 23

Gambar 4.1 Histogram Hasil Tes Berdasarkan Metode Pembelajaran ... 78

Gambar 4.2 Histogram Nilai Rerata Hasil Belajar Lompat Jangkit... . 80

(12)

commit to user xi

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran... 34

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Drill ... 47

Tabel 3.1 Waktu Penelitian... 60

Tabel 3.2 Rancangan Faktorial Penelitian ... 63

Tabel 3.3 Proses Pengumpulan Data Penelitian... 68

Tabel 3.4 Analisis Varians Dua Jalur... 71

Tabel 4.1 Deskripsi Data Hasil Belajar Lompat Jangkit ... 77

Tabel 4.2 Peningkatan Hasil Belajar Lompat Jangkit Masing-masing Sel.... 79

Tabel 4.3 Rangkuman Uji Normalitas ... 83

Tabel 4.4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ... 84

Tabel 4.5 Ringkasan Nialai Rata-rata Hasil Belajar Lompat Jangkit ... 85

Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Jalan... 86

Tabel 4.7 Ringkasan Analisis Kecepatan Lari ... 87

Tabel 4.8 Ringkasan Analisis Dua Faktor ... 87

Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman- Keuls... 87

(13)

commit to user xii

Lampiran 1. Program Latihan Metode Pembelajaran Drill... 105

Lampiran 2. Program Latihan Metode Pembelajaran Kompetisi ... 109

Lampiran 3. Data Hasil Tes Kecepatan Lari... 122

Lampiran 4. Data Hasil Kecepatan Lari Beserta Klasifikasinya ... 125

Lampiran 5. Data Tes Awal Lompat Jangkit ... 127

Lampiran 6. Data Tes Akhir Lompat Jangkit ... 128

Lampiran 7. Rekapitulasi Data Kecepatan Lari dan Klasifikasinya ... 129

Lampiran 8. Data Pembagian Sampel Per Sel Hasil Lompat Jangkit ... 130

Lampiran 9. Rekapitulasi Data Hasil Lompat Jangkit dan Kecepatan Lari Serta Pembagian Per Sel... 131

Lampiran 10. Data Hasil Belajar Lompat Jangkit Kelompok 1 Metode Kompetisi ... 131

Lampiran 11. Data Hasil Belajar Lompat Jangkit Kelompok 1 Metode Drill... 132

Lampiran 12. Tabel Kerja Menghitung Homogenitas dan Analisis Varians . 134 Lampiran 13. Hasil Penghitungan Data Homogenitas dan Analisis Varians 135 Lampiran 14. Uji Normalitas Data Metode Liliefors... 136

Lampiran 15. Uji Normalitas Kelompok Kompetisi Kategori Rendah ... 137

Lampiran 16. Uji Normalitas Kelompok Drill Kategori Tinggi ... 138

Lampiran 17. Kelompok Drill Kategori Rendah ... 139

Lampiran 18. Rangkjuman Hasil Uji Normalitas... 140

Lampiran 19. Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet ... 141

Lampiran 20. Analisis Varian ... 142

Lampiran 21.Uji Rata-Rata Rentang Newman Keuls ... 143

Lampiran 22.Permohonan Ijin Penelitian ... 144

(14)

commit to user

xiii

ABSTRAK

Pramujo Budiarto, NIM : A.120809118 , Perbedaan Pengaruh Pendekatan Metode Pembelajaran dan Kecepatan Lari Terhadap Hasil Belajar Lompat Jangkit, pada peserta didik putra SMA Negeri 1 Dagangan, Kabupaten Madiun Propinsi Jawa Timur. Komisi Pembimbing I : Prof.Dr.H.M. Furqon H.,M.Pd. Komisi Pembimbing II : Prof.Dr. Siswandari, M.Stats. Tesis Ilmu Keolahragaan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya : (1) Perbedaan pengaruh antara pendekatan metode pembelajaran dan kecepatan lari terhadap prestasi belajar lompat jangkit, (2) Perbedaan pengaruh antara kecepatan lari tinggi dan kecepatan lari rendah terhadap hasil belajar lompat jangkit. (3) Pengaruh interaksi antara pendekatan metode pembelajaran dan kecepatan lari terhadap hasil belajar lompat jangkit.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2, terdiri dari tiga variabel yakni variabel bebas manipulatif ( metode pembelajaran ), variabel bebas atributif ( kecepatan lari ) dan variabel terikat hasil belajar lompat jangkit. Besarnya sampel yang digunakan sebanyak 40 peserta didik yang diperoleh menggunakan purposive random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis varian dua jalur. Untuk data uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dengan taraf signifikansi (α) 0,05 dan uji homogenitas variansi dengan menggunakan uji Bartlett dengan taraf signifikansi ( α 0,05

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Metode pembelajaran kompetisi memiliki peningkatan yang berbeda dengan metode pembelajaran latihan. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 5,436 > Ftabel = 4.11. Metode pembelajaran latihan

memiliki peningkatan yang lebih baik dari pada metode pembelajaran kompetisi. (2) Ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok peserta didik dengan kecepatan lari tinggi dan kecepatan lari rendah terhadap peningkatan hasil belajar lompat jangkit. Pada kelompok peserta didik dengan kecepatan lari tinggi mempunyai peningkatan hasil belajar lompat jangkit lebih baik dibanding kelompok peserta didik dengan kecepatan lari rendah. Pada kelompok peserta didik kecepatan lari tinggi memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada peserta didik yang memiliki kecepatan lari rendah. (3) Interaksi antara metode pembelajaran dan kecepatan lari sangat bermakna. Karena Fhitung = 10.623 > Ftabel

= 4.11.

(15)

commit to user

xiii ABSTRACT

Pramujo Budiarto, NIM : A.120809118. The Differences of Effect of Learning Method and Speed on The Improvement The Result of Learning Triple Jump, at Male Student of SMA 1 Dagangan, Madiun, East Java. The main supervisor : Prof.Dr.H.M. Furqon H.,M.Pd. The supervisor : Prof.Dr. Siswandari, M.Stats. Thesis, The Postgraduate Program of Sport Science of Surakarta Sebelas Maret University.

The aim of this research are to find out whether there are : (1) Differences of effect between approach competition learning method and drill learning method to the result of learning triple jump. (2) Differences of effect between high- level speed and low-level speed to the result learn the triple jump.(3) Differences interaction between learning method and speed to the result of learning the triple jump . sampling. The technique to analysis the data is Two-Way ANAVA. The normality test use Lilliefors test at the α = 0,05 level of significance and the homogeneity variance use Bartlett test with degree of significant α = 0,05

The result of research shows that : (1) Competition learning method has different development from drill learning method. It’s proved by the score F count

= 5,436 F table = 4,11. The fact drill learning method has better development

than competition learning method. (2) There are different effects among the group of learners from hig-level speed and low-level speed toward development result of learning triple jump. In learners group with hig-level speed has development result of learning triple jump, better than the learners group with low-level speed. In learners group with high-level speed has a higher potency than the learners with low-level speed. (3) The interaction between learning method and level speed are very adventageous, becouse F count = 10,623 F table = 4,11.

(16)

commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Atletik adalah aktivitas jasmani yang kompetitif maksudnya dapat diadu,

yang meliputi beberapa nomor lomba yang terpisah berdasarkan kemampuan

gerak dasar manusia seperti berjalan, berlari,melempar dan melompat.

Program atletik selalu dimodifikasi dan diperluas, sehingga olahraga yang

mempunyai banyak pilihan dan event yang berbeda satu sama lain dapat dengan

mudah dilakukan. Adanya suatu tradisi dan perkembangan atletik yang universal

menjangkau dunia luas serta prestasi dan luasnya lingkup ketangkasan mutu yang

harus dituntut oleh atletik, maka atletik merupakan olahraga dasar yang paling

baik dan bersifat manusiawi.

Peran atletik dalam olahraga dan pengembangan jasmani manusia adalah

sangat besar, hal ini juga dinyatakan oleh Ballesteros , Jose, Manuel , ( 1993 : 1 )

bahwa:

Atletik merupakan salah satu unsur penting dalam optimalisasi prestasi bidang olahraga, mengingat betapa besar kontribusi atletik dalam peran sertanya dalam upaya pengembangan kondisi jasmani manusia dan di dalamnya terkandung nilai-nilai edukatif yang tinggi, maka tidaklah berkelebihan jika atletik juga dijadikan sebagai suatu barometer perkembangan suatu negara.

Jarak dan waktu yang menjadi tolak ukur prestasi atletik merupakan hal

yang tidak dapat dimanipulasi hal ini juga dapat membuktikan bahwa betapa

murninya kemampuan seorang atlet diuji dan dikaji dalam dunia atletik. Hal ini

juga membuat cabang olahraga atletik semakin menarik dan berkembang pesat

(17)

commit to user

Prestasi atlet atletik Indonesia dewasa ini belum dapat untuk dibanggakan

dan masih jauh dari harapan, belum memberikan kontribusi yang optimal.

Perkembangan olagraga cabang atletik rasanya tertatih-tatih bahkan seakan-akan

jalan di tempat. Sepak terjang, geliat perkembangan atletik menjadi sangatlah

mengkhawatirkan dan sangat memprihatinkan bagi para pecinta, pelatih,pelaku

dan pembina di masa-masa yang akan datang. Semakin banyak permasalahan

yang ditemukan dalam upaya peningkatan prestasi di olahraga cabang atletik,

maka akan semakin syarat beban yang harus dipikul untuk mewujudkan impian,

harapan, dan cita-cita menjadi suatu kenyataan. Permasalahan nyata yang

menyebabkan lambatnya perkembangan olahraga cabang atletik berdasarkan

pengamatan peneliti, antara lain : (1) tujuan dan sasaran pembinaan yang tidak

jelas,(2) pola pembinaan yang tidak mengena,(3) proses dan penetapan atlet yang

kurang selektif,(4) sarana dan prasara serta fasilitas yang kurang mendukung,(5)

terlalu kecilnya dana yang tersedia (6) kurangnya tenaga pelatih dan pembina

yang berkualitas,(7) penyusunan program serta pelaksanaannya yang tidak

tepat,(8) minimnya ajang kompetisi olahraga cabang atletik,(9) kurangnya minat

dari para generasi muda,(10) asumsi yang keliru dalam menanggapi olahraga

cabang atletik sebagai olahraga yang tradisional,(11) adanya campur tangan dari

pihak-pihak yang bertentangan dengan maksud dan tujuan atletik itu sendiri,(12)

kurangnya perhatian dan kecilnya penghargaan ,dan masih banyak lagi

permasalahan yang harus dihadapi untuk mendapatkan perhatian yang serius

(18)

commit to user

Hambatan dan rintangan tersebut adalah bukan permasalahan yang baru

dalam pembinaan olahraga cabang altletik di tanah air, melainkan kendala yang

mendasar dan klasik dalam upaya pengembangan dan peningkatan prestasi

atletik. Hal ini menjadikan tantangan, cambuk bagi seorang pelatih,pembina dan

pecinta olahraga cabang atletik untuk mencari jalan keluar sebagai upaya

pengembangan dan peningkatan prestasi di cabang atletik. Jalur pendidikan

formal dan non formal sebenarnya telah memasukkan pelajaran penjasorkes untuk

menumbuhkembangkan bidang olahraga di cabang atletik pada nomor lompat

jangkit akan tetapi hasilnya masih kurang memuaskan, dengan demikian dunia

pendidikan juga bertanggungjawab atas prestasi olahraga terutama pada nomor

lompat jangkit ini.

Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini

(Degeng dalam Budiningsih, 2005:4)

Pemerintah telah berupaya melalui dinas pendidikan sekolah, yang

merupakan wahana pendidikan yang dipastikan mampu untuk memecahkan

masalah ini, terutama olahraga cabang atletik di nomor lompat jangkit. Hal ini

terbukti bahwa pada Olimpiade Olahraga Siswa Nasional ( OOSN ) nomor lompat

jangkit tidak diserta mertakan, padahal sekolah juga merupakan wahana untuk

menumbuhkembangkan para atlet berbakat. Mengacu pada pernyataan bahwa

pendidikan adalah kunci keberhasilan, pendidikan adalah tumpuan harapan di

masa mendatang adalah merupakan kebenaran yang diyakini oleh khalayak ramai.

(19)

commit to user

kunci perubahan ke arah yang lebih inovatif. Peran sekolah menjadi semakin

penting untuk wahana peningkatan prestasi olahraga.

Sebagai penyandang kepercayaan dari masyarakat yang begitu tinggi, akan

menjadi motivasi para pendidik untuk dapat mewujudkan semua harapan dan

impian itu. Berbagai upaya telah dilaksanakan terutama oleh seorang guru

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bisa menciptakan metode

pembelajaran olahraga cabang atletik yang bertepat guna dan berhasil guna,

walaupun dalam prakteknya masih banyak ketimpangan-ketimpangan yang harus

segera dibenahi dan ditindaklanjuti sehingga dapat memberikan andil dalam

mempermudah pencapaian tujuan.

Fenomena yang diungkapkan secara filososfis tentang Homo Ludens

sangat sering dilanggar oleh para pelatih dan guru-guru olahraga dalam sepanjang

kegiatan profesi yang mereka lakukan, yakni pada saat melatih atlet atau pada saat

membina dalam pembelajaran di sekolah terhadap para peserta didiknya.

Kenyataan atas dominasi dari stop-watch (pencatat waktu ) dan pita-ukur dalam

olahraga di sekolah terutama untuk bibit atlet atau atlet muda adalah bukan

sekedar kurangnya inisiatif dan kreatifitas seorang guru , melainkan juga adalah

cara yang ampuh dalam mematikan minat para peserta didiknya terhadap olahraga

cabang atletik yang seharusnya kita banggakan ini.

Pelajaran atletik yang yang berkaitan dengan gerak lokomotor dan non

lokomotor terkesan merupakan pelajaran penjasorkes yang membosankan, hal

tersebut dapat dimengerti karena dunia peserta didik SMA masih tergolong dalam

(20)

commit to user

dalam menyajikan materi pelajaran atletik lebih banyak menekankan pada

penguasaan teknik dan berorientasi kepada hasil dan prestasi, dengan demikian

unsur bermain dan berkompetisi yang menjadi kesenangan peserta didik menjadi

kurang diperhatikan. Kalau diperhatikan secara seksama, sebenarnya para peserta

didik SMA kegiatan hari-harinya di saat istirahat di sekolah selalu diisi dengan

aktivitas bermain yang dinamis. Dari aktivitas fisik yang mereka lakukan tersebut

nampak jelas bahwa mereka selalu bergerak dengan keterampilan, kecepatan,

kecekatan, kekuatan yang mereka miliki sendiri. Mereka dapat berlari kencang

sedang mengejar bola. Mereka juga dapat beraktivitas berlama-lama seolah tak

kenal lelah, serta tampak terlihat cekatan dalam bermain bola , berkejaran,

menghindar maupun mengejar lawannya. Bila demikian halnya, mengapa

pembelajaran atletik tidak dikemas dalam bentuk permainan kompetisi. Artinya

para peserta didik diajak beraktivitas berlari, berjingkat, melangkah dan melompat

dalam berbagai aktivitas bermain dan berlomba atau berkompetisi.

Alat-alat serta lapangan yang digunakan dalam ativitas tersebut tidak

selalu harus menggunakan alat dan lapangan standard. Karena sasaran yang akan

dicapai adalah agar peserta didik memiliki dan menguasai berbagai kemampuan

gerak dasar lari, lempar dan lompat, atau dapat memiliki kemampuan motorik

dasar seperti kekuatan, kecepatan, daya tahan, keseimbangan, dan kelentukan.

Hal-hal seperti itu yang lebih menarik bagi para peserta didik dibanding mereka

harus mengikuti berbagai tes fisik olahraga dengan penuh kelelahan dan

kejenuhan dengan target waktu dan jarak ukur. Penulis akan mencoba mengubah

(21)

commit to user

dalam pembelajaran atletik : dari berorientasi prestasi kepada orientasi proses

belajar mengajar atletik bernuansa bermain kompetisi, dari ketergantungan pada

penggunaan alat-alat standar, menjadi pemanfaatan alat-alat yang dimodifikasi

yakni dengan menggunakan alat-alat yang sederhana, murah dan mudah dicari

,sehingga berbagai aktivitas beberlari, berjingkat, melangkah dan melompat,

tersebut dapat dilakukan dengan beragam variasi kecepatan maupun kekuatan,

sesuai dengan kemampuan serta fasilitas yang tersedia. Melalui kegiatan atletik

bernuansa bermain kompetisi tersebut paling sedikit komponen fisik peserta

didik akan turut terbina secara langsung. Sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan pada umumnya, bahwa tidak semata-mata hanya bertujuan

menyehatkan jasmani saja, akan tetapi perkembangan kesehatan rohani juga

menjadi sasaran dari pendidikan jasmani dan lebih dari itu yang tidak kurang

pentingnya adalah juga mencakup wilayah sehat sosial. Atletik masih tetap

menjadi kegiatan yang sering diberikan kepada peserta didik. Sekolah dapat

dengan mudah untuk menyiapkan fasilitas untuk kegiatan pembelajaran atletik.

Pendidik dituntut memiliki kreativitas dan inisiatif agar dalam penyampaian

materi tentang aletik ini tidak membosankan.

Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran atletik sangat menentukan

hasil belajarnya apabila peserta didik aktif dalam proses belajar dan pembelajaran.

Peserta didik tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang

disampaikan guru,tetapi peserta didik beraktivitas langsung. Pendidik diharapkan

dapat menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas peserta didik. Keterlibatan

(22)

commit to user

adalah penting. Peserta didik yang melakukan kegiatan belajar atletik menjadi

pelaku utama bukan menjadi obyek dalam pembelajaran. Supaya peserta didik

banyak terlibat dalam proses pembelajaran, Pendidik hendaknya memilih dan

mempersiapkan kegiatan-kegiatan pelajaran atletik sesuai dengan tujuan

pembelajaran itu sendiri.Pengulangan belajar, dan penguasaan meteri oleh peserta

didik tidak bisa berlangsung secara singkat. Peserta didik perlu melakukan

pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari dapat dilaksanakan

dengan optimal. Peran pendidik harus melakukan sesuatu yang membuat peserta

didik melakukan pengulangan belajar, terutama materi pelajaran yang merangsang

dan menantang, kadang peserta didik merasa bosan dan tidak tertarik dengan

materi atletik yang sedang diajarkan.

Solusi untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih dan

mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan menantang

peserta didik untuk bersedia tanpa adanya unsur paksaan yang disertai dengan

perasaan senang untuk mempelajarinya. Hal senada juga dinyatakan oleh ahli

psikologi sebagai berikut:

Psikologi kognitif, pembelajaran adalah usaha membantu siswa atau anak didik mencapai perubahan struktur kognitif melalui pemahaman. Psikologi humanistik, pembelajaran adalah usaha guru untuk menciptakan suasana yang menyenangkan untuk belajar (enjoy learning), yang membuat siswa dipanggil untuk belajar (Darsono, 2001: 24-25)

Pembelajaran atletik dengan pendekatan berkompetisi merupakan suatu

upaya agar anak menyukai pelajaran atletik yang terkesan sangat membosankan.

Atletik yang dikemas secara bermain dan berkompetisi dapat menggugah

(23)

commit to user

ada pada setiap kelas pada jenjang pendidikan menegah atas yang kita ajar.

Permainan kompetisi atletik tidak berarti menghilangkan unsur keseriusan,

mengabaikan unsur ketangkasan atau menghilangkan substansi pokok materi

atletik, akan tetapi permainan kompetisi atletik berisikan seperangkat gerak dasar

atletik berupa : jalan, lari, lompat dan lempar yang disajikan dalam bentuk

permainan yang berkompetisi dan bervariasi sebagai upaya memperkaya

perbendaharaan gerak dasar peserta didik. Kegiatannya didominasi oleh

pendekatan kompetisi yang dieksplorasi dalam suasana kegembiraan dan

diperkuat oleh pemenuhan dorongan berkompetisi sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik. Bermain kompetisi dalam atletik sebetulnya tidak

dikenal batasan tingkat pendidikan, yang membedakan barangkali adalah jenis

permainan, berat ringannya, bobot permainan serta kemampuan pemahaman

peserta didik untuk melakukannya. Atletik berorientasi bermain dapat

mengembangkan berbagai dimensi seperti diungkapkan oleh Hans

Katzenbogner/Michael Medler dalam Yoyo Bahagia, (2000 : 57), yaitu :

Atletik berorientasi bermain dapat mengembangkan dimensi permainan atletik, mengembangkan berbagai variasi gerakan atletik, dimensi irama atkletik, kemungkinan kompetisi serta mengembangkan dimensi pengalaman atletik. Unsur yang terkandung dalam permainan adalah kegembiraan atau keceriaan.

Selanjutnya menurut Yoyo Bahagia ( 2000 : 57 ), tanda-tanda menuju ke

arah permainan yang menggembirakan tersebut antara lain sebagai berikut:

(24)

commit to user

Permainan berkompetisi atletik tercipta manakala unsur kegembiraan

dalam praktek merasuk ke dalam jiwa peserta didik . Dengan demikian maka

aktivitas bermain dan berkompetisi atletik dalam penyajian materi atletik harus

menjadi salah satu alasan bagi guru penjasorkes karena dapat membangun serta

membangkitkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran penjasorkes.

Metode kompetisi menjadi salah satu bentuk pembelajaran yang

dikembangkan dalam pembelajaran atletik.Pemanfaatan kesempatan belajar yang

menarik terutama bidang atletik di nomor lompat jangkit yang memerlukan

gerakan anggota tubuh yang sangat kompleks, memungkinkan terciptanya hasil

belajar peserta didik menjadi optimal.

Pada hakeketnya tidaklah susah untuk memotivasi siswa untuk berlari,

berjingkat dan melompat. Sering dijumpai tempat atau arena di lingkungan

sekolah dimana mereka berada dapat digunakan untuk aktivitas ini. Tanpa

disadarinya anak-anak melakukan dalam situasi bermain dan berkompetisi dengan

teman-temannya, akan membawa dampak yang positif kearah bermain dan

berkompetisi atletik yang mengarah pada gerakan yang bermacam-macam.

Berbekal dari arena inilah tinggal sedikit langkah lagi untuk menghadapi

akan lari, berjingkat dan melompat dengan menggunakan peralatan seperti : tali,

simpai , ban sepeda dan benda-benda berkeping lainnya. Sehingga dapatlah

diciptakan suasana yang menarik dan menantang peserta didik untuk

menggunakan, mencoba berlari, berjingkat dan melompat dengan menghalau

(25)

commit to user

Penyediaan alat dan sarana disamping mengutamakan faktor yang sifatnya

menantang dan menarik juga harus tetap diperhatikan tentang keselamatan dan

keamanannya, sehingga peserta didik terhindar dari perasaan takut dan

keterpaksaan yang berakibat cidera. Penggunaan rintangan yang rendah

mengggunakan bangku-bangku atau kotak kayu yang kokoh, namun bila

rintangan agak tinggi menggunakan kardus bekas sehingga apabila terpaksa

membenturnya peserta didik tidak akan cidera dan terlepas dari perasaan takut.

Keuntungan alat-alat ini selain mengurangi resiko juga mudah membawanya

murah harganya mudah mencarinya dan praktis dalam penggunaannya.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah mata pelajaran yang

menitikberatkan pada ranah psikomotor, akan tetapi juga tidak mengabaikan pada

ranah kognitif maupun pada ranah afektif, banyak cabang olah raga yang masih

dibagi lagi menjadi berbagai nomor sudah barang tentu banyak yang tidak dapat

dikuasai para peserta didik.

Latihan yang berat dan tingkat kesulitan yang tinggi semakin

memperburuk hasil belajarnya. Hal ini dapat kita lihat pada materi cabang atletik

pada nomor lompat jangkit, tingkat sekolah menengah atas, pencapaian tujuan

pembelajaran masih jauh dari harapan. Hasil seleksi antar sekolah ternyata

memang sangat rendah , hampir semua sekolah tidak mengirimkan atlet lompat

jangkit . Padahal lompat jangkit merupakan lanjutan dari lompat jauh yang mana

telah dipelajari pada kelas tingkatan sebelumnya. Seharusnya peserta didik tingkat

sekolah menengah atas sudah mampu dan terampil melakukan lompat jangkit

(26)

commit to user

semudah yang dibayangkan. Kendala yang sifatnya teknis selalu mewarnai

pelaksanaan lompat jangkit diantaranya, cara lari dalam mengambil

ancang-ancang, pada saat langkah, saat jingkat dan pada saat lompat banyak yang

terdiskualifikasi atau hasil lompat yang tidak diukur karena tidak termasuk

lompatan yang syah.

Kondisi dan berbagai kendala yang sering dijumpai dalam pembelajaran

tersebut harus segera dicari solusinya, salah satunya adalah upaya seorang guru

penjasorkes untuk melakukan penerapan metode pembelajaran yang memberikan

kesempatan berkompetisi dan drill sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada cabang atletik di nomor lompat

jangkit secara optimal.

Metode kompetisi adalah suatu pendekatan cara belajar yang berorientasi

pada tujuan melalui berbagai permaian yang menarik yang dapat mengidentifikasi

siapa saja yang melakukan sesuatu yang lebih baik daripada yang lain dalam suatu

perlombaan, berfokus pada sasaran-sasaran yang akan dicapai. Makna bermain

kompetisi menurut Adang Suherman, Yudha M. Saputra, Yudha Endrayana

(2001 : 5) adalah sebagai berikut:

Sebenarnya makna bermain kompetisi adalah sebuah proses dalam menentukan pemenang dan yang kalah yang pada akhirnya akan diperoleh ranking yang bersifat hirarkis dan setiap orang akan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk dirinya dan untuk orang lain.

Pada penelitian ini yang menjadi tujuannya adalah mencapai suatu hasil

belajar lompat jangkit yang optimal, maka model permaian kompetisi yang

(27)

commit to user

koordinasi gerak. Permainan kompetisi yang diberikan tentunya bisa

meningkatkan kualitas tersebut.

Metode drill adalah suatu pendekatan cara belajar yang berorientasi pada

program latihan yang langsung menuju pada tujuan yang sebenarnya. Jadi pada

penelitian ini menggunakan program latihan lompat jangkit yang sebenarnya,

tanpa adanya faktor bermain. Peserta didik melakukan latihan yang telah

terprogram berdasarkan kemampuan gerak dasar yang telah dikuasai oleh peserta

didik. Pada materi lompat jangkit ada tiga gerakan dasar yang dominan yang harus

dikuasai peserta didik terlebih dahulu. Upaya penguasaan pola gerak dasar lompat

jangkit tersebut disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik.

Mengingat keterbatasan kemapuan peserta didik untuk dapat berhasil

dalam pembelajaran lompat jangkit secara optimal terutama pada kecepatan yang

tinggi, penguasaan kondisi dan teknik , tenaga lompat yang kuat, ketangkasan

,keseimbangan serta koordinasi gerak dari ketiga tahap lompatan, maka akan

penulis teliti salah satu faktor pendukung tersebut yakni kecepatan para peserta

didik yang akan dijadikan variable atributif dalam penelitian ini.

Banyaknya komponen yang mempengaruhi keefektifan proses

pembelajaran, maka pada penelitian ini akan dibatasi pada analisis yang ada

hubungannya dengan metode pembelajaran di sekolah dimana peserta didik

berada, yaitu mengenai perbandingan keefektifan penerapan metode kompetisi

dan metode drill dalam pembelajaran lompat jangkit ditinjau dari kecepatan lari

(28)

commit to user

B . Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan pengaruh antara metode pembelajaran kompetisi

dengan metode pembelajaran drill terhadap hasil belajar lompat jangkit ?

2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara kecepatan lari tinggi dan

kecepatan lari rendah para peserta didik terhadap hasil belajar lompat

jangkit ?

3. Apakah ada pengaruh interaksi metode pembelajaran dan kecepatan lari

para peserta didik terhadap hasil belajar lompat jangkit ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1 Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara metode pembelajaran

kompetisi dengan metode pembelajaran drill terhadap hasil belajar lompat

jangkit .

2 Untuk mengetahui perbedaan pengaruh kecepatan lari tinggi dan

kecepatan lari rendah para peserta didik terhadap hasil belajar lompat

jangkit .

3 Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dan

(29)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

a. Sekolah, dapatlah kiranya sebagai masukan pada para pendidik untuk

mebuat metode pembelajaran yang lebih efektif, khususnya pada

pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di tingkat SMA.

b. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, dapat digunakan sebagai

acuan dalam rangka upaya pengembangan program pembelajaran yang

berbeda sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

c. Peserta didik, agar lebih termotivasi dan berkreasi untuk belajar pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan dengan menggunakan metode

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang mereka miliki

sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :

a. Bahan kajian berbagai pihak di sekolah terutama bagi kepala sekolah

dalam membuat dan mengembangkan metodik pembelajaran pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan yang terkait dengan tujuan instruksional di

mana sekolah berada.

b. Kajian untuk guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di tingkat

(30)

commit to user

sesuai dengan karakteristik peserta didiknya terutama pada pembelajaran

lompat jangkit.

c. Pengembangan ilmu, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai

acuan penelitian lebih lanjut, khususnya dalam merancang metode

pembelajaran yang berorientasi pada tujuan pembelajaran yang lebih

efektif dan efisien.

d. Sebagai khasanah ilmu pengetahuan para pembaca dapat dijadikan

(31)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Lompat Jangkit

a. Pengertian Lompat Jangkit

Lompat jangkit menurut Fred Mc Mane (1985 : 39 ) adalah:” Suatu

serangkaian tiga kali lompatan yang disertai dengan jingkat pada gerakan pertama,

langkah dan loncat.”

Pernyataan senada juga disampaikan tentang lompat jangkit oleh Mochamad Djumindar A. Widya ( 2004 : 79 ) sebagai berikut:

Lompat jangkit adalah rangkaian suatu gerak lari,lompat dengan suatu gerakan yang cepat dari lompatan-lompatan atau tumpuan yang telah ditentukan yaitu dua kali jingkat kaki yang sama dan satu kali kaki yang lain dengan gerakan yang tidak terputus.

Serangkaian gerakan yang harus dilakukan dengan waktu yang singkat dan

koordinasi gerak yang berkesinambungan yang melibatkan seluruh anggota

badan,sehingga pelaksanaan lompat jangkit harus didahului dengan proses belajar

dan latihan khusus.

Tujuan dari lompat jangkit adalah untuk mencapai jarak lompat yang sejauh-jauhnya. Darmawan Diraatmaja dan Yadianto ( 990 : 17 ) menyatakan :

Lompat jangkit atau hop,step and jump dalam prakteknya tidak berbeda dengan lompat jauh, yang ingin dicapai dalam melakukan lompat jangkit adalah untuk mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya dan setinggi-tingginya.

Teknik lompat jangkit adalah kelanjutan dari lompat jauh, akan tetapi

(32)

commit to user

dari para ahli bahwa mengajarkan lompat jauh setelah lompat jangkit adalah lebih

baik, karena tingkat kemajuannya lebih tinggi daripada lompat jauh sehingga

mendorong antusias peserta didik, namun apabila ditinjau dari aspek metodik

pembelajaran jelas bahwa lompat jauh lebih mudah daripada lompat jangkit

sehingga guru harus mengajarkan dari yang mudah terlebih dahulu ke tingkatan

yang lebih sulit.

Lompat jangkit atau juga disebut lompat tiga dilakukan dengan memilih

tumpuan kaki yang diarasa kuat dan mudah dilakukan oleh si pelompat, hal serupa

dikemukakan oleh U.Jonath, E. Haag, R. Krempel (1986:221 ) yaitu:

Sejak 1896, pada permulaan Olimpiade moderen peraturan perlombaan Internasional menetapkan urutan loncat kiri-kiri-kanan atau kanan-kanan-kiri. Loncatan bagiannya mendapat nama : hop-step-jump ( jingkat-langkah-loncat ) sejak itu aturannya tidak diubah lagi.

Selanjutnya mereka tegaskan bahwa peloncat tiga bukanlah peloncat jauh yang

gagal , melainkan justru peloncat jauh yang serba bisa.

Jess Javer (1998:50 ) mengemukakan mengenai lompat jangkit sebagai berikut :

Dalam lompat jangkit si pelompat harus mendarat dengan kaki yang sama dengan yang digunakan untuk take-off pada fase pertama ( hop = lompatan dengan satu kaki ), dengan kaki yang berlawanan dari kaki yang digunakan take-off pada fase yang ke dua ( step ) dan dengan kedua kaki pada fase terakhir ( jump ) .

Dari beberapa sumber tersebut , maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa

pada dasarnya lompat jangkit atau juga disebut lompat tiga tidak ada perbedaan

mengenai pelaksanaannya, yaitu serangkaian gerakan melompat yang terdiri dari

ancang-ancang atau awalan, jingkat, langkah, lompat dan diakhiri dengan

(33)

commit to user

b. Pelaksanaan lompat jangkit secara bertahap

Berdasarkan berbagai sumber yang telah dikemukakan di depan, agar lebih

jelasnya akan penulis berikan gambaran mengenai lompat jangkit, yaitu ada lima

tahap yang harus dilakukan oleh atlet lompat jangkit sebagai berikut :

1 ) Ancang-ancang atau awalan

Tujuan dari ancang-ancang atau awalan untuk mencapai kecepatan optimal

dan mempersiapkan lepas tapak. Lepas tapak adalah pengalihan aktif dari

ancang-ancang ke tahap melayang. Panjang ancang-ancang-ancang-ancang tergantung pada kecepatan

yang dimiliki peserta didik. Hal ini juga dikemukakan oleh ( U. Jonath, Haag,E.,

Krempel, R.( 1986 : 225) ” Sebagai peraturan yang masih berlaku, atlet puncak mengambil ancang-ancang dari 35 sampai 42 meter ( yaitu 18 sampai 22 langkah

ancang ), dan yang lebih muda 10 sampai 15 langkah” .Sifat

ancang-ancang atau awalan yang baik adalah : cepat, tepat dan konsisten juga persiapan

menumpu yang kuat.

2 ) Jingkat atau Hop

Gerakan jingkat atau hop adalah sebuah gerakan yang menumpu pada kaki

yang sama tanpa mengurangi kecepatan lari. Untuk mencapai ketinggian pada saat

jump, gerakan menumpu kaki dipertahankan dalam posisi tergantung, kemudian

secara cepat dihentakkan ke atas sehingga diperoleh ketinggian yang diinginkan.

Jingkat harus dilakukan sedatar mungkin. Sebelum melakukan pendaratan,

kaki lompat dilencangkan jauh ke depan dan dipertahankan sampai dengan si

pelompat sampai di tanah. Titik berat badan harus tetap berada kira-kira sepanjang

(34)

commit to user

Posisi lengan dan kaki ayun yang sebebas mungkin. Sampai sekarang belum ada

ketentuan kaki yang mana digunakan untuk jingkat apabila kedua kaki sama-sama

kuatnya. U. Jonath, Haag,E., Krempel, R. (1986 : 225) juga mengemukakan

bahwa, ” Jika tenaga loncat kedua kaki praktis sama kuatnya, maka kebanyakan

lalu dipilih kaki yang praktis ” ( yang dipakai sebagai kaki loncatan pertama )

Agar lebih jelasnya berikut ini akan disajikan serangkaian gerakan jingkat

pada lompat jangkit berupa gambar :

Gambar 2.1

Serangkaian gerakan jingkat pada lompat jangkit

3 ) Langkah atau Step

Tahap yang ketiga adalah tahap langkah, pada tahap ini merupakan tahap

yang paling sulit dilakukan terutama bagi peserta didik pemula pada lompat

jangkit. Tingkat kesulitan yang relatif tinggi kadang membuat diskwalifikasi.

Gerakan langkah atau step dilakukan setelah gerakan jingkat atau hop. Gerakan

langkah atau step ini dimaksudkan untuk mengubah gerakan jingkat yang

bertumpu pada kaki yang sama, sehingga memberi kesempatan mengangkat beban

tubuh condong ke depan, sebagai persiapan melakukan gerakan lompat atau jump.

Untuk memperoleh ketinggian yang diinginkan, pada saat melakukan langkah,

(35)

commit to user

menjaga agar badan tidak turun lebih cepat, seorang atlit harus merentangkan

kedua belah lengan ke atas. Pada saat akan mendapat, pusat perhatian pada kaki

yang diayunkan sejauh mungkin ke arah depan, lutut diangkat ke depan sehingga

sejajar dan kedua lengan digerakkan ke depan membantu gerakan kaki. Hal ini

dilakukan setelah tumit menyentuh pasir.

Pada tahap langkah ini Jess Jarver ( 1986 : 57 ) mengutarakan bahwa,”

Begitu kaki yang dipakai melompat dalam hop menyentuh tanah, kaki yang

sebelah lagi yang saat itu tergantung hendaknya digerakkan , dengan lutut dan

paha dipertahankan tetap tinggi ” Jadi pada tahap ini , paha kaki ayun di tarik ke

atas sampai pada posisi horisontal. Kaki lompat yang semula kencang kemudian

ditekuk dan lutut sampai ketinggian pinggul. Langkah yang panjang dengan kedua

kaki dilencangkan untuk persiapan pendaratan. Beberapa penelitian menyatakan

bahwa kemajuan prestasi, sebagian datang dari perbaikan-perbaikan dalam tahap

langkah.

Agar lebih jelasnya akan disajikan gambar serangkaian gerak langkah pada

lompat jangkit sebagai berikut :

Gambar 2.2

(36)

commit to user

4 ). Lompat

Gerakan terakhir dari lompat jangkit adalah gerakan lompat atau jump.

Gerakan lompat adalah melakukan pendaratan dengan sempurna. Untuk mencapai

pendaratan yang sempurna, maka seorang atlet lompat jangkit harus

memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah ketika melakukan gerakan

langkah atau step, kaki yang tergantung diayunkan ke arah depan dibantu dengan

ayunan kedua tangan. Jarak lompat yang bisa dicapai oleh seorang atlet,

tergantung pada gerakan-gerakan awal. Definisi dari lompat menurut Mochamad

Djumindar A. Widya ( 2004 : 65 ) sebagai berikut: 6814

Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu kaki dan mendarat dengan kaki/ anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan yang baik.

Tujuan tahap yang ke empat ini adalah mengerahkan kecepatan yang

tersisa guna mendapatkan jarak lompat sejauh mungkin. Jauhnya lompatan

tergantung pada pembagian yang praktis dari momentum ke depan pada saat tahap

sebelumnya. Gerakan pada tahap ini juga diuraikan Jess Jarver ( 1986:59 ) sebagai

berikut :

Pemindahan momentum didapat dari pengarahan kaki setelah stepping, yang menyentuh tanah dan gerakan dari kaki sebelahnya serta kedua tangan. Begitu kaki stepping mendarat,kaki sebelahnya yang tergantung bebas diayunkan ke depan dengan lutut terlebih dahulu, punggung selurus mungkin untuk mendapatkan ketinggian.

Karena jauhnya lompatan pada tahap ini tergantung pada distribusi

ekonomis dari momentum ke depan pada fase - fase sebelumnya dan komponen

(37)

commit to user

didik mampu melakukan pola gerak tertentu yang mendukung keberhasilan suatu

lompatan.

Suatu hal yang penting pada tahap lompat ini ialah saat posisi badan

melayang di udara. Pada saat si pelompat melepas kakinya dari tanah, pusat dari

gaya beratnya bergerak dalam lintasan parabola. Tidak ada pengaruh dan

pengubah kecepatan dari pusat gaya berat badan si pelompat. Pelompat dapat

mengukur gerakan tungkainya yang bertujuan untuk menghindari putaran

sehingga pendaratan dapat dilakukan dengan mudah dan sempurna.

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan pada tahap ini , yaitu :Teknik

jongkok, teknik menggantung dan teknik tendang pukul .

a. Pada teknik jongkok kecepatan menyudut akan bertambah dan tidak ada daya

untuk melawan rotasi, sehingga memaksa tumit jatuh terlampau awal dan

teknik ini jarang digunakan oleh pelompat profesional.

b. Teknik menggantung diperoleh dengan cara merentangkan tubuh setelah lepas

tapak dan tungkai dalam keadaan terseret. Kaki yang memimpin, dijatuhkan

setelah kaki yang lepas tapak selesai menjalankan tugasnya dan digerakkan ke

belakang.

c. Teknik tendang pukul dapat dilakukan dengan cara memutar tungkai dan tangan

pada saat melayang,. Sedangkan tujuan dari teknik ini adalah mendapatkan

keseimbangan dan mengurang rotasi ke depan.

5). Pendaratan

Sebelum mendarat disarankan peserta didik merentangkan kedua tangan

(38)

commit to user

yang direntang sejauh mungkin dari pinggul.Lutut diangkat dan kedua tagannya

diayun ke bawah untuk membantu rentangan kaki. Pada tahap ini juga

memberikan saran sebagai berikut : ”Usaha untuk memperbaiki posisi jatuh ke pit

tidak ke belakang dengan memperhatikan menekuknya lutut pada waktu kaki

menyentuh tanah.” ( Jess Javer, 1988 : 61 )

Agar lebih jelasnya akan disajikan gambar serangkaian gerak pendaratan pada

lompat jangkit sebagai berikut :

Gambar 2.3

Serangkaian gerakan lompat dan pendaratan pada lompat jangkit

Dari uraian pentahapan untuk melakukan lompat jangkit sesuai dengan

keterangan dan gambar yang telah penulis jelaskan, tahap demi tahap,maka agar

lebih jelasnya disajikan serangkaian gerak lompat jangkit secara keseluruhan

sebagai berikut :

Gambar 2.4

(39)

commit to user

Dari berbagai sumber tersebut di depan, dapatlah disimpulkan bahwa pelaksanaan

lompat jangkit adalah sebagai berikut :(1)lari awalan, (2) bertolak, bertumpu, (3).

melayang.

( 1) Lari awalan adalah lari ancang-ancang dilakukan dengan cepat sejauh kurang

lebih 40 meter bagi atlet senior atau 18 sampai 22 langkah lari. Lari awalan pada

lompat jangkit tidak banyak perubahan sikap badan untuk beberapa langkah lari

terakhir. Untuk meningkatkan kecepatan lari dengan tidak menghambat dari

tumpuan-tumpuan tersebut, jarak awalan harus cukup panjang 35 – 40 meter,

supaya kecepatan mencapai titik maksimal pada waktu melakukan tumpuan.

Gerakan lari konstan dan mampu menempatkan kaki tumpu pada balok dengan

tepat.

( 2 ) Bertolak atau bertumpu, ada tiga kali bertolak atau bertumpu yang terpisah,

tolakan pertama pada balok tumpuan melibatkan proyeksi horizontal, dengan

gerakan yang cocok dari kaki yang bebas, tolakan ke dua terjadi dan dilakukan

oleh kaki penolak yang sama dan dengan penekanan yang lebih pada angkatan

dan dorongan dari kaki bebas dan lengan. Tolakan yang ke tiga, menggunakan

kaki yang lain, memiliki sedikit posisi depan dari titik pusat gravitasi dan

angkatan ke atas yang paling besar. Pada tolakan pertama lengan dikoordinasikan

dengan kaki, sedangkan untuk tolakan yang ke dua dan ketiga gerakan

mengangkat lengan bisa digabung.

( 3 ) Melayang

Lompatan pertama adalah suatu jingkat. Sesudah bertolak, kaki bebas secara

(40)

commit to user

persiapan untuk mendarat secara aktif, gerakan ini menggambarkan suatu gerak

para bola yang paling datar dari ketiganya. Lompatan kedua merupakan langkah

terbesar dari satu kaki ke kaki yang lain semacam langkah melompat. Lulut kaki

bebas diangkat tinggi-tinggi, kedua kaki ditekuk pada titik tinggi, pada tahap ini

sampai kaki bebas mulai diluruskan pada saat berayun ke bawah dan belakang

untuk pendaratan secara aktif. Tahap akhir adalah suatu lompat jauh, dengan

gerak menggantung atau dengan menggunakan tehnik melayang yang sederhana.

Pada tiap-tiap tumpuan, terjadi kehilangan kecepatan horisontal secara

progresif yang tidak dapat untuk dihindari. Seorang pelompat jangkit harus dapat

memperkecil kecepatan horisontal yang hilang dan dapat mengkompensasikan hal

itu dengan angkatan vertikal yang lebih besar. Pada teori, kecepatan vertikal saat

bertumpu harus ditambah secara progresif pada setiap lompatan, tetapi pada para

atlet yang profesional melakukan hal yang sebaliknya, kecepatan vertikal yang

paling tinggi pada saat lompat kemudian pada saat jingkat dan yang paling rendah

pada saat langkah. Untuk praktek melatih pelompat pemula dengan baik adalah

selalu menambah kecepatan vertikal setiap lompatannya dan upaya

menyeimbangkan irama agar berimbang setiap tahap melayang. Pada saat

melayang lengan dan kaki digunakan untuk mempersiapkan suatu pendaratan aktif

dan juga pada saat bertumpu.

c. Tipe Pelompat jangkit

Ada dua tipe dalam pelaksanaan lompat jangkit menurut U. Jonath,

(41)

commit to user

( 1 ) Tipe Teknik Lompat Terjal, ciri yang jelas pada pelompat ini adalah : sudut

tolak yang terjal pada lompatan yang pertama yaitu jingkat 15 derajat, lompatan

yang pertama jauh dan tinggi ( peran sertanya 38 pesrsen), kehilangan kecepatan

yang agak besar, ayunan lengan rangkap pada langkah dan lompat dan karenanya

badan badan bagian atas sedikit membungkuk ke depan, benturan penghambat tau

pengerem lebih kuat pada tiap lepas tapak, perbandingan jarak antara jingkat,

langkah dan lompat kira-kira 38 : 29 : 33.

(2).Tipe Teknik Lompat Datar

Ciri-ciri dari tipe teknik lompat jangkit datar dapat didefinisikan sebagai

berikut :

Lompatan pertama datar dengan sedikit detakan gerak, sudut tolak yang lebih kecil dari lompatan pertama ( 13 derajat ), tidak banyak kehilangan kecepatan horisontal, ayunan lengan yang berlawanan pada ketiga lompatan, perbandingan jarak antara jingkat, langkah dan lompat kira-kira 35 : 30 : 35. ( U. Jonath, E. Haag., R. Krempel, 1986 : 224 – 225 )

Jadi ternyata ada dua teknik pada atlet lompat jangkit untuk melakukan

yang terbaik, sehingga menjadi pilihan yang sesuai dengan keinginannya, mana

yang lebih menguntungkan untuk berprestasi yang lebih tinggi.

2. Metode Pembelajaran

Metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat yang

digunakan untuk mencapai tujuan. Rusli Lutan, (1988:397) mendefinisikan ”

Metode sebagai suatu cara untuk melangsungkan proses belajar mengajar

(42)

commit to user

Surakhmad (1994:96) bahwa, ” Metode adalah cara yang didalam fungsinya

merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan ”.

Arti secara etimologi dalam kamus bahasa Indonesia ” Metode diartikan

sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan

dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya ”.

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu peserta didik, agar mereka

dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Menurut Dick dan Carey

(1990 : 1 ) ”Metode pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam mengelola

secara sistematis atau mencapai tujuan seperti yang diharapkan.”

Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah, dan cara

yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan

bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan

dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran.Dapat pula dikatakan

bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian

tujuan, maka dapatlah dimaknai arti dari metode pembelajaran

adalahlangkah-langkah taktis yang digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk

mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan. Metode pembelajaran harus disusun

dengan tepat sehingga memudahkan proses belajar mengajar.

Metode pembelajaran lompat jangkit dapat didefinisikan sebagai cara yang

ditempuh oleh guru untuk menciptakan bentuk pembelajaran teknik lompat

jangkit yang benar, sehingga para peserta didik dapat menguasai keterampilan

(43)

commit to user

Pemilihan dan penerapan metode pembelajaran yang tepat akan mempermudah

proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan.

Untuk menentukan berhasil tidaknya metode pembelajaran diberikan juga

memerlukan kejelian dari seorang guru untuk mengetahui karakteristik

keterampilan gerak para peserta didiknya yang dapat dibagai menjadi tiga bagian.

Keterampilan gerak dibagi menjadi tiga bagian yaitu : (1) Siklis (cyclic ) yaitu ketrerampilan karakteristik penampilan geraknya yang diulang-ulang. (2) Asiklis ( acyclic) jenis keterampilan yang karakteristinya menunjukkan kesatuan fungsi, perpaduan rangkaian gerak. (3) Kombinasi Asiklis ( Acyclic Combined ) yaitu jenis keterampilan siklis dan asiklis. (Farel dan Rusli Lutan , 1988 : 7 )

Metode pembelajaran adalah konsep dasar yang mewadahi,

menginsipirasi, menguatkan, dan melatarbelakangi metode pembelajaran dengan

cakupan teoritis tertentu. Pendekatan metode pembelajaran lompat jangkit dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu metode pembelajaran kompetisi dan metode

pembelajaran drill. Metode pembelajaran kompetisi lebih efektif diberikan dalam

jenis keterampilan siklis, dengan melakukan berbagai permainan yang sifatnya

bertahap untuk dapat menguasai gerakan lompat jangkit yang sifatnya

diulang-ulang. Metode pembelajaran drill cenderung lebih efektif diberikan pada jenis

ketrampilan asiklis, yaitu diberikan pada latihan yang langsung menuju pada

materi yang merupakan satu kesatuan rangkaian gerakan.

a. Metode Pembelajaran Kompetisi

Kata kompetisi sering dimaknai dengan persaingan dimana individu yang

bersaing selalu berupaya untuk menjadi yang terbaik dari yang lainnya. Kompetisi

(44)

commit to user

kalah dengan mengidentifikasi siapa saja melakukan sesuatu yang lebih baik

daripada yang lainnya dalam suatu perlombaan yang pada akhirnya diperoleh

ranking secara hirarkis. Pembelajaran iklim kompetisi sangat memungkinkan

dilakukan di sekolah melalui pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang

telah diprogram oleh pendidik mengenai prosedur yang telah ditentukan. Metode

kompetisi akan memberikan manfaat terutama sebagai upaya pembentukan

karakter dan mempersiapkan peserta didik dalam bermasyarakat. Metode

pembelajaran kompetisi ini belum terbiasa dilakukan oleh banyak pendidik, tetapi

dengan penelitian ini dapatlah dijadikan dorongan untuk melakukannya dalam

pembelajaran atletik khususnya materi lompat jangkit.

1). Manfaat Kompetisi

a). Perkembangan Fisik

Kegiatan kompetisi bermanfaat untuk pengembangan bermacam-macam

aspek yang ada pada diri peserta didik yang mencakup fisik,motorik,sosial,

emosional,kepribadian,kognisi, keterampilan berolahraga dan sebagainya.

Peserta didik memperoleh kesempatan untuk melibatkan banyak gerakan

melalui kegiatan berkompetisi. Kesehatan dapat meningkat, otot tubuh tumbuh

menjadi kuat serta juga dapat menyalurkan energi yang berlebihan sehingga

dapat merasakan perasaan gelisah dan kejenuhan pada diri peserta didik.

Pelaksanaan kompetisi dapat memberi sumbangan yang positif apabila dikemas

(45)

commit to user b). Perkembangan Motorik

Kegiatan berkompetisi dapat mengembangkan aspek motorik yang bersifat

kasar seperti lempar, lari , lompat dan jalan. Sebagai contoh kita amati peserta

didik berlomba lompat jangkit, mereka pasti berupaya keras menjadi yang

terbaik dan terjauh hasil lompatannya. Pada awalnya mereka belum terampil

untuk berlari, berjingkat,melangkah dan melompat, tetapi dengan seringnya

berlatih peserta didik berminat untuk melakukannya sehingga berhasil menjadi

lebih terampil dalam melakukan lompat jangkit. Dengan beraktivitas yang

teratur, peserta didik dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki yaitu

motorik halus ( fine movement) maupun motorik kasar ( gross movement).

Kedua keterampilan ini tidak mungkin peserta didik miliki tanpa melakukan

aktivitas berkompetisi dengan sungguh-sungguh.

c). Perkembangan Sosial

Pelaksanaan kompetisi yang dilakukan dengan teman sebaya dapat

membentuk perkembangan sosial peserta didik. Perkembangan sosial pada

peserta didik setingkat sekolah lanjutan tingkat atas adalah dalam fase

memasuki pencarian jati diri dan mencari teman dekat dari lawan jenisnya.

Mereka akan selalu mencari teman untuk berafiliasi satu sama lainnya. Melalui

pendekatan berkompetisi sangat membuka peluang untuk memenuhi hasrat

mereka. Desain untuk pengalaman belajar yang tepat akan berbuah hasil

(46)

commit to user d). Perkembangan Emosi

Kegiatan berkompetisi adalah kebutuhan bagi peserta didik, melalui

kegiatan dalam suatu event peserta didik mengekspresikan emosinya. Kegiatan

kompetisi yang dilakukan bersama kelompok temannya, peserta didik akan

mempunyai penilaian terhadap dirinya mengenai kelebihan dan kekurangan

yang mereka miliki, sehingga dapat membantu konsep diri ke arah yang lebih

positif. Apalagi di saat krisis multi dimensi dewasa ini, perilaku peserta didik

di sekolah akan terimbas, sebagai contoh nyata adalah banyaknya perkelaian

antar pelajar hal ini dapat dijadikan simbol adanya ketidak harmonisan antara

emosi dan keinginan. Keinginan yang tidak diimbangi dengan fasilitas untuk

menyalurkan hasrat mereka mencari jalan lain untuk mendapatkan perhatian

yang serius dari semua pihak yakni melakukan tawuran pelajar di mana-mana.

Diberlakukannya pendekatan berkompetisi secara sehat merupakan suatu

tindakan preventif perilaku kekerasan peserta didik yang tidak dapat

menyalurkan kelebihan energi yang mereka miliki dan pengunaan waktu luang

mengarah pada kegiatan yang bersifat positif.

e). Pengembangan Prestasi

Kegiatan berkompetisi dapat membawa suatu kepercayaan diri, mampu

melakukan kegiatan dengan tingkat kesulitan gerak yang tinggi, sehingga

peserta didik dapat menguasai gerakan-gerakan yang relevan dalam

(47)

commit to user

Metode pembelajaran kompetisi adalah cara belajar peserta didik dengan

melakukan berbagai macam permainan yang berorientasi pada peningkatan semua

komponen, keberhasilan belajar yang dikemas dalam suatu perlombaan atau

berkompetisi. Menurut Adang Suherman, Yudha M. Saputra, Yudha Endrayana.

( 2001:25), menyatakan bahwa :

Mengajarkan atletik untuk siswa SLTA sedikit berbeda, untuk anak SD guru harus menekankan pembelajaran atletik melalui pendekatan bermain, di SLTP melalui pendekatan bermain dan berkompetisi sedangkan untuk SLTA guru dapat menggunakan pendekatan yang menekankan performa melalui kompetisi.

Mengingat banyaknya faktor yang harus dipenuhi untuk memperoleh hasil

belajar optimal pada materi pembelajaran lompat jangkit, juga karakteristik

peserta didik yang berbeda baik dalam keterampilan, kemampuan gerak dasar

serta motivasi yang mereka dimiliki, maka metode pembelajaran kompetisi dapat

dijadikan cara untuk mencapai tujuan. Gunter Lange ( 1995 : 04) menyatakan

bahwa:

Kenyataan atas dominasi stop watch dan pita ukur dalam olahraga sekolah dan latihan, terutama pada atlet pemula atau tunas muda adalah bukan sekedar kurangnya inisiatif kreatifitas dan pengetahuan para guru atau pelatih, melainkan juga adalah cara yang ampuh dalam mematikan minat anak-anak terhadap atletik olahraga kesayangan kita. Bahkan selanjutnya juga dipertegas bahwa, motivasi sepanjang hidup untuk berlatih atletik dengan tingkatan prestasi tinggi atau hanya sekedar untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran, hanya dapat dicapai bila latihan sebenarnya olahraga di sekolah-sekolah diganti dengan pendekatan metodik-dikdaktik baru dengan mengutamakan bermain kompetisi atletik atau tegasnya atletik yang penuh kegembiraan bermain dan berlomba.

Tujuan bermain kompetisi untuk semua cabang olahraga adalah sama yaitu

menanamkan nilai-nilai kompetisi. Akan tetapi konsep yang sama bukan berarti

(48)

commit to user

aktivitas yang berhubungan dengan permainan kompetisi lompat jangkit yang

dibuat oleh seorang pendidik akan selalu dihubungkan dengan perlombaan dalam

lompat jangkit, bukan untuk yang lain. Beberapa bentuk aktivitas yang permainan

kompetisi dalam pembelajaran lompat jangkit harus diarahkan pada unsur

pendukung dalam lompat jangkit, yaitu : kecepatan lari, ketepatan menolak, irama

langkah, interval pada tolakan maupun jarak keseluruhan hasil lompatan atau

dengan dicoba dengan perlombaan yang sebenarnya.

Bentuk permainan kompetisi lompat jangkit yang telah peneliti jadikan

acuan yakni Pedoman Manual Actual Knowledge for Indonesian IAAF Level 1

Coaches (1993:6.47) adalah sebagai berikut :

(1). Lompatan banyak sisi

(2). Taman lompatan

(3). Lompat ganda berirama

(4). Lompat jarak sasaran

(5). Lompat melewati rintangan

6).Lompat terhadap sesuatu

(7). Lomba pertunjukan kuda

(8). Lomba lari estafet

(9). Estafet melompat

10).Estafet Sirkuit

(11).Lomba berkejaran

(12).Memasang jalur rintangan

(49)

commit to user (14).Lompatan dorongan

(15).Lompat sprint berbentuk sebuah bintang

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Kompetisi

Kelebihan Kekurangan

-Sumbangan yang positif terhadap

aspek perkembangan fisik

peserta didik

-Sebagai wahana untuk mengek-

spresikan emosional

-Memenuhi keinginan bersosialisasi

yang sehat

-Sarana pembentukan konsep diri

ke arah yang lebih positif

- Peserta didik yang merasa tidak

sepadan, akan menyerah sebelum

berkompetisi

- Emosi yang tinggi terkadang sulit

terkontrol

- Untuk menjadi yang terbaik, terkadang

melakukan persaingan yang kurang

sehat

- Penyusunan program yang salah

tujuan pembelajaran tidak akan

tercapai.

b. Metode Pembelajaran Drill

Metode pembelajaran drill mempunyai pengertian sebagai berikut:

Metode drill adalah cara pendekatan dalam mengajar dimana pelajar diberi instruksi untuk melakukan gerakan tertentu berulang-ulang sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Guru terus mengontrol secara ketat apakah petunjuk yang diberikan telah dilaksanakan oleh pelajar.

(50)

commit to user

Drill adalah suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan

terhadap apa yang telah dipelajari peserta didik sehingga memperoleh suatu

keterampilan tertentu. Kata latihan berarti bahwa sesuatu itu selalu diulang. Bila

situasi belajar diubah kondisinya maka responnya akan berubah sehingga

keterampilan akan semakin lebih sempurna.

Metode ini merupakan pendekatan yang berorientasi pada guru dan sangat

cocok untuk menguasai bentuk gerak keterampilan yang bersifat baku.Aspek

motorik kasar seperti jalan,lari lempar dan lompat dapat dikembangkan melalui

kegiatan latihan. Peserta didik pada awalnya belum bisa melakukan semua

gerakan pada cabang olahraga yang sifatnya gerakan baku. Salah satu contoh

adalah peserta didik belum bisa melakukan materi pelajaran atletik di nomor

lompat jangkit, maka mereka harus berlatih lompat jangkit. Untuk memperoleh

hasil lompatan optimal maka komponen - komponen penentu harus terpenuhi.

Lompat jangkit yang terdiri dari gerakan lari, jingkat,langkah dan lompat ini

memerlukan latihan koordinasi gerakan yang tidak mudah, dengan seringnya

mereka berlatih para peserta didik menjadi berminat untuk melakukan lompat

jangkit dan menjadi lebih terampil sehingga hasil belajar lompat jangkit semakin

optimal. Berorientasi pada banyaknya gerakan yang terangkai menjadi apa yang

dinamakan lompat jangkit, maka pendekatan pembelajaran drill ini dilakukan

dengan proses latihan yang sifatnya bertahap, dengan bertujuan untuk menguasai

keterampilan gerak yang melibatkan anggota tubuh dalam porsi yang

bebeda-beda, sehingga terkoordinasi dengan baik dan mencapai hasil belajar yang

(51)

commit to user

Menurut Nossek. J (1995:3) “ Latihan adalah suatu proses atau dinyatakan

dengan kata lain, periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun,sampai

siswa tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi ”. Menurut Sukadiyanto

(2002:1) menerangkan bahwa,” Pada prinsipnya latihan merupakan suatu proses

perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan: kualitas fisik

kemampuan fungsional peralatan tubuh dan kualitas psikis anak latih”. Sedangkan

menurut Harsono, (1988:102) menyatakan bahwa,” Latihan juga bisa dikatakan

sebagai sesuatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara

berulang-ulang yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah ”.

Bompa Tudor O. (1990:3) menyatakan pula, “ Latihan adalah merupakan

kegiatan yang sistematis dalam waktu yang lama ditingkatkan secara progresif

dan individual yang mengarah pada cirri-ciri fisiologis dan psikologis manusia

untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan ”. Namun ada pula yang

menyatakan bahwa, “Latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan

meningkatkan fitness/kesegaran seorang siswa dalam suatu aktivitas yang dipilih.

Ini adalah proses jangka panjang yang semakin meningkat (progresif) dan

mengakui kebutuhan individu-individu siswa dan kemampuanya. Program latihan

dilakukan mengunakan latihan atau praktik untuk mengembangkan kualitas yang

dituntut oleh suatu even ”. (Thomson, Peter,J.L. 1993:61)

Latihan secara luas diartikan sebagai suatu intruksi yang diorganisasikan

dengan tujuan meningkatkan kemampuan fisik, psikis serta keterampilan baik

intelektual maupun keterampilan gerak olahraga. Dalam pembinaan olahraga

Gambar

Gambar  2.1 Serangkaian Gerakan Jingkat pada Lompat Jangkit .................
Gambar 2.1 Serangkaian gerakan jingkat pada lompat jangkit
  Gambar 2.2
Gambar 2.3 Serangkaian gerakan lompat dan pendaratan  pada lompat jangkit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan peningkatan kecepatan lari 100 meter antara siswa yang dikenai latihan interval anaerob dengan rasio kerja

Simpulan dalam penelitian ini adalah 1) latihan lompat kijang irama cepat berpengaruh dapat meningkatkan kecepatan lari, 2) latihan lompat kijang irama lambat berpengaruh

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LOMPAT JANGKIT MELALUI PENERAPAN GAYA MENGAJAR LATIHAN PADA.. SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIMEULUE TIMUR TAHUN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa: Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan acceleration sprint dan repetition sprint terhadap kecepatan lari 100 meter pada

Kesimpualan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan kecepatan lari 30 meterdengan hasil lompat jauh siswa SMP Negeri 2 Tambusai Utara, terdapat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh side jump sprint dan circuit training terhadap peningkatan kecepatan lari pada pemain futsal

Berdasarkan pada hasil kesimpulan dalam penelitian ini, ternyata latihan lari hollow sprints dan repetition sprints memberikan pengaruh terhadap peningkatan kecepatan lari

Pemecahan Masalah Permasalahan tentang upaya peningkatan pembelajaran kecepatan lari jarak pendek dengan menggunakan media modifikasi banki pada siswa kelas X- IPA SMA Islam Al Qodir