Mini Referat Magister
RADIKAL BEBAS DAN KEHAMILAN
MEITY ELVINA
PEMBIMBING :
Dr. LET
2 0 1 0
SURVEI TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF
PADA IBU HAMIL YANG BERKUNJUNG KE POLI IBU HAMIL
RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
DAN KLINIK HALIM FERTILITY CENTER MEDAN
TESIS MAGISTER
OLEH :
MUHAMMAD RIZAL SANGADJI
PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM-5
PEMBIMBING:
dr.Nazaruddin Jaffar, SpOG(K)
dr.Makmur Sitepu,M.Ked(OG),Sp.OG(K)
PENGUJI
Prof.dr.T.M.Hanafiah, SpOG(K)
dr. Yostoto B. Kaban, SpOG(K)
dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG(K)
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Master Kedokteran Klinis
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan Master Kedokteran Klinis Obstetri
dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini
banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian
besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam
menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
Puji dan syukur saya sampaikan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
“ SURVEI TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF
PADA IBU HAMIL YANG BERKUNJUNG KE POLI IBU HAMIL
RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN,RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN DAN
KLINIK HALIM FERTILITY CENTER MEDAN”
1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H
(CTM&H), SpA (K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD (KGEH) yang
telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti
Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU
Medan.
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya
2. Prof.dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Ketua Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK-USU; Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar, M. Ked (OG), SpOG
(K), Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr.
Henry Salim Siregar, SpOG (K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis
Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. M. Rhiza Z. Tala, M. Ked
(OG), SpOG (K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan; dan juga Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG
(K); Prof. dr. Djafar Siddik, SpOG (K); Prof. dr. Hamonangan Hutapea,
SpOG (K); Prof. Dr. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K); Prof. dr. R.
Haryono Roeshadi, SpOG (K); Prof. dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof. dr.
Budi R. Hadibroto, SpOG (K); dan Prof. dr. Daulat H. Sibuea, SpOG
(K); Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG (K), yang secara bersama-sama
telah berkenan menerima saya untuk mengikuti pendidikan dokter
spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
3. WalikotaTernate H. Burhan Abdurrahman ,SH,MM melalui Badan
Kepegawaian Daerah Kota Ternate Propinsi Maluku Utara atas
kesempatan tugas belajar kepada saya, sehingga saya dapat mengikuti
Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran dan Magister
Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi USU Medan.
4. dr. Nazaruddin Jaffar, SpOG (K) yang telah memberikan pengarahan
kepada saya dalam melakukan penelitian ini sekaligus sebagai
pembimbing utama saya bersama dengan dr. Makmur Sitepu,
M.Ked(OG), SpOG (K) yang telah meluangkan waktu yang sangat
berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan
tesis ini hingga selesai.
5. Prof. dr. T. M. Hanafiah, Sp.OG (K), dr. Yostoto B. Kaban, SpOG (K), dr.
Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG (K) selaku penguji dan narasumber
berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis
ini hingga selesai.
6. dr . I chwa nul A de nin, M . K ed( O G ) , SpO G ( K) se la ku Bap a k
Angk at s aya s el a m a m enj ala ni m a sa pendidikan, yang telah
banyak mengayomi, membimbing dan memberikan nasehat yang
bermanfaat kepada saya selama dalam pendidikan.
7. dr. Surya Dharma, MPH yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk
membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.
8. Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi
FK-USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan
mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Allah
SWT membalas budi baik guru-guru saya.
9. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan dr. Azwan Hakmi Lubis, SpA, M.
Kes. yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada saya untuk
bekerja sama selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinis
Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
10. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dr. Amran Lubis, SpJP (K), FIHA
beserta staf yang telah memberi kesempatan dan sarana kepada saya
untuk bekerja sama selama bertugas di Rumah Sakit tersebut.
11. Direktur RUMKIT Tk. II / Kesdam I BB Medan; Kepala SMF. Obstetri dan
Ginekologi RUMKIT Mayor CKM dr. Gunawan Rusuldi, SpOG serta dr. M.
Yazim Yakub, SpOG, dr. Agnes Dwi H. SpOG, dr. Santa M.J. Sianipar,
SpOG beserta staf yang telah memberi kesempatan dan sarana kepada
12. Direktur RSU. Sundari dr. Zulkarnain Hutasuhut serta Kepala SMF Obstetri
dan Ginekologi RSU. Sundari dr. M. Haidir, SpOG beserta staf yang telah
memberi kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama
bertugas di Rumah Sakit tersebut.
13. Direktur RSU. Haji Medan; Kepala SMF. Obstetri dan Ginekologi RSU. Haji
Medan dr. Muslich Perangin-angin, SpOG serta dr. Anwar Siregar, SpOG,
(Almh.) dr. Syahrizal Daud. SpOG, dr. Ahmad Khuwailid, SpOG, dr. Siti
Syahrini Sylvia, SpOG beserta staf yang telah memberi kesempatan dan
sarana kepada saya untuk bekerja sama selama bertugas di Rumah Sakit
tersebut.
14. Kepada seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat saya
sebutkan namanya satu persatu, dokter muda, bidan, paramedik,
karyawan / karyawati di Departemen Obstetri dan Ginekologi
FK-USU dan pasien yang telah ikut membantu dan bekerja sama
dengan saya dalam menjalani pendidikan Magister Kedokteran
Klinis Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP H. Adam Malik
Medan.
Tiada kata yang dapat saya ucapkan selain rasa syukur kepada
Allah SWT dan Sembah sujud serta terima kasih yang tidak
terhingga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya yang
sangat saya cintai Drs.H.Ramly Sangadji dan (Almh.) Hj.
Rooswita Fatmaningsih Tjan yang telah membesarkan,
membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh
kesabaran dan kasih sayang dari sejak kecil hingga kini.
Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak mertua H. Suratman Djafaar,SH,
dan ibu mertua Hj. Murniana Husein Tjun, yang telah memberikan
Tiada kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih kepada
Istri saya, Ayu Sulastri Djafaar, S.S dan teramat khusus untuk Buah
hatiku tercinta, Aura Khalilah dan Nailah Rahmatul Izza t er im a kas ih
at as kas i h saya ng , semangat serta doanya semoga Allah SWT selalu
memberikan kebahagiaan kepada keluarga kita.
Kepada: Adik – adikku tersayang, Khairunnisa, SE, Mutmainnah,
SE, M.Rizqullah Sangadji, M.Radhy Sangadji dan M.Rabbany
Sangadji, terima kasih atas dukungan kepada saya selama
menjalani pendidikan.
Kepada seluruh Keluarga yang tidak dapat saya sebutkan
namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan dan
doa, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Medan, November 2013
Sem og a Al la h SW T se nant i asa m em be r ikan r a hm at - Nya
kepa da k it a semua.
DAFTAR ISI
1.3.Tujuan Penelitian………... 4
2.1.2.1. Pengertian Pengetahuan Ibu………. 18
2.1.2.2. Ruang Lingkup Pendidikan……… 20
2.2. Kerangka Konsep……… 21
BAB 3 Metode Penelitian………. 22
3.1. Rancangan Penelitian………. 22
3.2. Waktu dan Tempat……….. 22
3.3. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian……… 22
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi……… 23
3.5. Perhitungan Jumlah Sampel……….. 23
3.6. Tekhnik Pengambilan Data………. 24
3.7. Definisi Operasional………. 25
3.8. Pengolahan Data dan Analisa Data………. 26
3.8.1. Pengolahan Data……… 26
3.8.2. Analisa Data………. 26
3.9. Etika Penelitian………. 26
3.10 Alur Penelitian……….. 27
BAB 4 Hasil dan Pembahasan……… 28
4.1. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian ……… 29
BAB 5 Kesimpulan dan Saran ………33
5.1. Kesimpulan……… 33
5.2. Saran………. 33
Daftar Pustaka………. 34
Lampiran
DAFTAR TABEL
4.1. Karakteristik Subjek Penelitian……… …... 28
4.2. Tingkat Pengetahuan Subjek Penelitian Tentang ASI Eksklusif … …… 30
4.3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pekerjaan ……… 30
4.4. Persentase Tingkat Pengetahuan berdasarkan Pekerjaan ………… 31
4.5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pendidikan ……… 31
DAFTAR SINGKATAN
SDM = Sumber Daya Manusia
WHO = World Health Organization
DEPKES = Departemen Kesehatan
SDKI = Survei Demografi Kesehatan Indonesia
RISKESDAS = Riset Kesehatan Dasar
ASI = Air Susu Ibu
HIV = Human Immunodeficiency Virus
RSUP = Rumah Sakit Umum Pusat
RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah
SD = Sekolah Dasar
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SMU = Sekolah Menengah Umum
S 1 = Sarjana Strata 1
D 3 = Diploma 3
SURVEI TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL YANG BERKUNJUNG KE POLI IBU HAMIL RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN,RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN DAN
KLINIK HALIM FERTILITY CENTER MEDAN
Muhammad Rizal Sangadji
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Abstrak.
Latar Belakang: ASI eksklusif sangat penting diberikan kepada bayi semenjak
usia 0 – 6 bulan karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik, pembentukan
psikomotor, dan akulturasi yang sangat cepat Untuk saat ini berdasarkan
penelitian-penelitian kesehatan cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia
masih sangat rendah, khususnya Propinsi Sumatera Utara, hal ini banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang ASI Eksklusif.
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ASI eksklusif pada ibu hamil
yang berkunjung ke poli Ibu Hamil RSUD. Dr.Pirngadi Medan, RSUP.H.Adam
Malik Medan dan Klinik Halim Fertility Center Medan.
Metode: Penelitian ini merupakan survey deskriptif analitik dengan menggunakan
rancangan Potong-Lintang. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan
menggunakan questioner. Populasi penelitian adalah semua ibu hamil yang
berkunjung ke Poli Ibu Hamil RSUD. Dr. Pirngadi Medan, RSUP.H. Adam Malik
Medan dan Klinik Halim Fertility Center Medan. Sampel penelitian adalah ibu hamil
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil: Karakteristik berdasarkan usia terbanyak pada usia 20-30 tahun yaitu
sebesar 54,7 %. Karakteristik berdasarkan jumlah paritas terbanyak adalah
Primigravida yaitu sebanyak 46,7%. Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan
terbanyak adalah SMU yaitu sebesar 52%. Karakteristik berdasarkan pekerjaan
terbanyak adalah Ibu rumah tangga sebesar 58%. Karakteristik berdasarkan suku
terbanyak adalah suku Batak sebesar 33,3%. Berdasarkan tingkat pengetahuan
tentang ASI eksklusif terbanyak adalah dengan tingkat pengetahuan kurang yaitu
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif pada ibu hamil yang
berkunjung ke poli Ibu Hamil di RSUD.dr.Pirngadi Medan,RSUP.H.Adam Malik
Medan,dan Klinik Halim Fertility Center Medan adalah dengan tingkat
pengetahuan yang kurang. Hal ini mungkin disebabkan sebagian besar ibu hamil
memiliki tingkat pendidikan SMU dan pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga,
sehingga diperlukan tambahan informasi pengetahuan tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif lewat KIE (Komunikasi,Informasi dan Edukasi) oleh
tenaga kesehatan.
SURVEI TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL YANG BERKUNJUNG KE POLI IBU HAMIL RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN,RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN DAN
KLINIK HALIM FERTILITY CENTER MEDAN
Muhammad Rizal Sangadji
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Abstrak.
Latar Belakang: ASI eksklusif sangat penting diberikan kepada bayi semenjak
usia 0 – 6 bulan karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik, pembentukan
psikomotor, dan akulturasi yang sangat cepat Untuk saat ini berdasarkan
penelitian-penelitian kesehatan cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia
masih sangat rendah, khususnya Propinsi Sumatera Utara, hal ini banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang ASI Eksklusif.
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ASI eksklusif pada ibu hamil
yang berkunjung ke poli Ibu Hamil RSUD. Dr.Pirngadi Medan, RSUP.H.Adam
Malik Medan dan Klinik Halim Fertility Center Medan.
Metode: Penelitian ini merupakan survey deskriptif analitik dengan menggunakan
rancangan Potong-Lintang. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan
menggunakan questioner. Populasi penelitian adalah semua ibu hamil yang
berkunjung ke Poli Ibu Hamil RSUD. Dr. Pirngadi Medan, RSUP.H. Adam Malik
Medan dan Klinik Halim Fertility Center Medan. Sampel penelitian adalah ibu hamil
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil: Karakteristik berdasarkan usia terbanyak pada usia 20-30 tahun yaitu
sebesar 54,7 %. Karakteristik berdasarkan jumlah paritas terbanyak adalah
Primigravida yaitu sebanyak 46,7%. Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan
terbanyak adalah SMU yaitu sebesar 52%. Karakteristik berdasarkan pekerjaan
terbanyak adalah Ibu rumah tangga sebesar 58%. Karakteristik berdasarkan suku
terbanyak adalah suku Batak sebesar 33,3%. Berdasarkan tingkat pengetahuan
tentang ASI eksklusif terbanyak adalah dengan tingkat pengetahuan kurang yaitu
Kesimpulan: Tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif pada ibu hamil yang
berkunjung ke poli Ibu Hamil di RSUD.dr.Pirngadi Medan,RSUP.H.Adam Malik
Medan,dan Klinik Halim Fertility Center Medan adalah dengan tingkat
pengetahuan yang kurang. Hal ini mungkin disebabkan sebagian besar ibu hamil
memiliki tingkat pendidikan SMU dan pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga,
sehingga diperlukan tambahan informasi pengetahuan tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif lewat KIE (Komunikasi,Informasi dan Edukasi) oleh
tenaga kesehatan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada pengembangan SDM
(Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, lebih mandiri, sejahtera, cerdas dan
produktif dalam bekerja. Upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan
modal bagi perwujudan kesejahteraan keluarga terutama dalam perbaikan gizi,
karena potensi ibu mempunyai kedudukan srategis dalam perkembangan bayi.
Salah satu upaya untuk tumbuh dan kembang bayi yang baik adalah
dengan pemberian ASI. Ketika bayi lahir, ibu menyediakan makanan dalam
bentuk ASI. ASI telah dipersiapkan ibu pada waktu hamil, sehingga pada saat bayi
lahir dapat diproduksi oleh ibu dan secepatnya dapat disusukan ke bayinya. Satu
jam pertama setelah melahirkan, ASI dapat segera diberikan pada bayi.
Pemberian ASI pada satu jam pertama setelah melahirkan dapat membantu rahim
ibu menghentikan perdarahan dan kembali normal. Sentuhan kulit antara ibu dan
bayi, serta isapan bayi akan membantu memperlancar produksi ASI.
1
ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi, sebab ASI mengandung
semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energy dalam susunan yang
diperlukan.
2,3
3,4
ASI Eksklusif harus diberikan pada bulan- bulan pertama setelah
kelahiran bayi, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik, pembentukan
psikomotor, dan akulturasi yang sangat cepat.2,3
Pada usia 0-6 bulan sebaiknya bayi juga tidak diberi makanan apapun
Selain itu dengan memberikan makanan tambahan pada bayi, akan mengurangi
produksi ASI, karena bayi menjadi jarang menyusu1,3
Pemberian ASI eksklusif dianjurkan sampai bayi berusia enam bulan.
Setelah berumur enam bulan bayi mulai diberi makanan pendamping ASI atau
makanan padat yang benar dan tepat. Air susu ibu harus tetap diberikan sampai
bayi berusia dua tahun atau lebih, karena ASI akan memberikan sejumlah zat- zat
gizi yang berguna untuk pertumbuhan bayi, seperti lemak, protein bermutu tinggi,
vitamin dan mineral
Pemberian ASI eksklusif di Negara berkembang berhasil menyelamatkan
sekitar 1,5 juta bayi per tahun. Atas dasar tersebut, WHO merekomendasikan
untuk hanya memberi ASI eksklusif sampai bayi berusia 4-6 bulan. Namun, pada
tahun 2001 melalui konsultasi pakar dan telaah penelitian yang sistematik, WHO
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sebagai standar emas makanan bayi
dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan tanpa tambahan apapun, dilanjutkan dengan
penambahan makanan pendamping ASI sampai bayi berusia 2 tahun atau lebih
1,6,7,8
11
Angka ASI eksklusif di dunia sangat bervariasi dan tidak berbanding lurus
dengan kemajuan suatu negara. Jepang adalah contoh negara maju dengan
angka ASI eksklusif yang rendah. Angka menyusui di jepang sangat rendah
dibandingkan negara maju lainnya yaitu hanya 44,8% pada bayi berumur 1-2
bulan, jauh di bawah Swedia yaitu 80,2% pada bayi berumur 2 bulan. Sementara
di Filipina berdasarkan laporan WHO menempati urutan terendah dalam jumlah
ibu yang menyusui anaknya
.
Pada zaman sekarang ini terjadi peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang demikian pesat. Saat ini, pengetahuan lama yang mendasar
seperti menyusui sudah semakin terlupakan. Di masa sekarang ini ibu yang
mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke atas terutama di perkotaan,
dengan tingkat pendidikan yang cukup, justru tidak memberikan ASI dengan tepat
dan sesuai dengan praktek pemberian ASI eksklusif terhadap bayi. Praktek
pemberian ASI eksklusif di kota besar mengalami penurunan, sedangkan di
daerah pedesaan sering terjadi pemberian makanan tambahan yang diberikan
tidak pada usia yang telah dianjurkan4,13,15
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2005 dari Departemen
Kesehatan, bahwa wilayah Sumatera Utara tergolong sebagai daerah dengan
persentase terendah (21,59 %) dalam kategori anak yang pernah disusui selama >
24 bulan setelah Propinsi Maluku (14,12 %). Berdasarkan data-data Dinas
Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2007), ditemukan bahwa cakupan ASI
eksklusif pada tahun 2006 di Sumatera Utara hanya 33,92% atau sekitar 85.650
bayi. Hal ini masih jauh dari indikator sehat 2010 yang menargetkan sebesar
80%
3
Menurut data Susenas tahun 2001 cakupan pemberian ASI eksklusif di
Indonesia pada bayi yang berumur kurang dari 4 bulan adalah 49,2% didaerah
perkotaan lebih rendah (44,3%) dibandingkan daerah pedesaan (52,9%) .
SDKI ( Survei Demografi Kesehatan Indonesia ) tahun 2007 mencatat target
tersebut baru tercapai 32,8% bayi yang diberi ASI eksklusif, lebih rendah
dibanding tahun 2002-2003 yaitu 39,5%
3
9. Menurut Riset Kesehatan Dasar
(riskesdas) tahun 2010 cakupan pemberian ASI eksklusif bayi usia 0 – 5 bulan
eksklusif 0-6 bulan pada tahun 2014 sebesar 80%. Ini menandakan pemberian
ASI eksklusif masih rendah11.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dimana cakupan ASI eksklusif di
Sumatera Utara masih sangat rendah, khususnya di kota Medan hal ini
dipengaruhi salah satunya oleh faktor pengetahuan ibu, khususnya ibu hamil
dalam memberikan asi eksklusif pada bayinya. Oleh sebab itu peneliti ingin
mengetahui “Bagaimana tingkat pengetahuan ASI eksklusif pada ibu hamil yang
berkunjung ke poli Ibu Hamil RSUD. Dr.Pirngadi Medan, RSUP.H.Adam Malik
Medan dan Klinik Halim Fertility Center Medan ”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat pengetahuan ASI eksklusif pada ibu hamil yang berkunjung ke poli Ibu
Hamil RSUD. Dr.Pirngadi Medan, RSUP.H.Adam Malik Medan dan Klinik Halim
Fertility Center Medan
1.3.2. Tujuan Khusus
• Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang meliputi umur, paritas,
pendidikan dan pekerjaan
1.4. Manfaat Hasil Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini diantaranya
adalah :
1.4.1. Bagi Peneliti
• Memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian
1.4.2. Bagi Masyarakat
• Untuk dapat dilakukan penyuluhan khususnya bagi para ibu hamil
mengenai pentingnya manfaat pemberian ASI eksklusif.
1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan dan Rumah Sakit
• Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan
mengenai pentingnya pengetahuan ibu hamil tentang manfaat dari
ASI
eksklusif bagi bayinya.
• Meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya bagi ibu hamil
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 ASI
2.1.1.1 Definisi ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang
berguna sebagai makanan bagi bayinya7
Air Susu Ibu adalah makanan yang ideal untuk bayi terutama pada
bulan-bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi untuk
membangun dan menyediakan energi .
8,13
ASI eksklusif adalah Pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan makanan
lainnya ataupun cairan lainnya seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih dan
tanpa tambahan makanan padat apapun seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi dan tim sampai usia enam bulan .
Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif menurut WHO adalah
memberikan hanya ASI pada bayi dan tidak memberi bayi makanan atau minuman
lain, termasuk air putih, kecuali obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI
perah juga diperbolehkan, yang dilakukan sampai bayi berumur 6 bulan
2,15
7
.
2.1.1.2 Fisiologi ASI
ASI dalam istilah kesehatan adalah dimulai dari proses laktasi. Laktasi
bayi menghisap dan menelan ASI. Selama kehamilan, hormon prolaktin dari
plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh
kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pascapersalinan, kadar
estrogen dan progestrogen turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih
dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih
dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis,
sehingga sekresi ASI semakin lancar.
Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks
aliran timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.
1. Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusui, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu
terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di
dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke
dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk
memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang
diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi intensitas dan
lamanya bayi mengisap
2. Refleks Aliran (Let Down Refleks)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga
mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin. Dimana setelah
oksitosin dilepas ke dalam darah akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi
alveoli dan duktulus, dan sinus menuju puting susu. Beberapa refleks yang
a) Refleks Menangkap (rooting refleks)
Refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan puting susu
apabila ia diletakkan di payudara.
b) Refleks Mengisap
Yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu atau pengganti puting
susu sampai ke langit keras dan punggung lidah. Refleks ini melibatkan lidah, dan
pipi.
c) Refleks Menelan
Yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menekan areola, sehingga refleks ini
merangsang pembentukan rahang bayi.
2.1.1.3 Manfaat ASI
Pemberian ASI mempunyai manfaat yang besar, baik bagi ibu, bagi bayi,
bagi negara hingga bagi lingkungan.
1) Manfaat Pemberian ASI Pada Bayi
ASI sebagai nutrisi yaitu merupakan sumber gizi yang sangat ideal
komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
ASI adalah makanan yang sempurna baik kualitas maupun kwantitasnya
ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi yaitu merupakan cairan hidup
yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. Zat kekebalan yang terdapat
pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare , juga akan menurunkan
kemungkinan bayi terkena infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi
lainnya
16,18,19
8,13,17,19
ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan karena dalam ASI terkandung
nutrien- nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau
sedikit sekali terdapat pada susu sapi antara lain. Taurin yaitu suatu bentuk zat
putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Laktosa merupakan hidrat arang utama
dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat dalam susu sapi. Asam Lemak ikatan
panjang (DHA, AA, Omega 3, Omega 6), merupakan asam lemak utama dari ASI
yang terdapat sedikit dalam susu sapi
ASI Eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang karena bayi yang sering
berada dalam dekapan ibu akan merasa kasih sayang ibunya. Ia juga akan
merasa aman dan tenteram yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi
dan membentuk kepribadian dan percaya diri dan dasar spiritual yang baik
1,13,20
8,13
2) Manfaat ASI bagi Ibu
Mengurangi perdarahan setelah melahirkan, apabila bayi segera disusui
setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadi perdarahan setelah melahirkan akan
berkurang, karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan oksitosin yang berguna
untuk menutup pembuluh darah sehingga perdarahan akan cepat berhenti.
Mengurangi terjadinya anemia karena kekurangan zat besi akibat
perdarahan. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan alat
kontrasepsi yang aman, mudah dan cukup berhasil. Mengecilkan rahim karena
kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim
Lebih cepat langsing kembali karena menyusui memerlukan energi maka
tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil, sehingga
berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum
hamil. Mengurangi kemungkinan menderita kanker pada ibu yang memberikan ASI
eksklusif. Lebih ekonomis dan mudah karena menghemat pengeluaran untuk susu
formula, perlengkapan untuk menyusui dan persiapan untuk pembuatan susu
formula.
3) Manfaat ASI bagi Negara
7,8,13
Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan
menyusui serta biaya menyiapkan susu. Penghematan untuk biaya sakit terutama
sakit muntah, mencret, dan sakit saluran nafas. Penghematan obat- obat, tenaga
dan sarana kesehatan. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan
berkualitas untuk membangun Negara
4) Manfaat ASI bagi Lingkungan
ASI akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di udara. Dengan
hanya memberi ASI manusia tidak memerlukan kaleng susu, karton dan kertas
pembungkus, botol plastik dan karet. ASI tidak menambah polusi udara karena
untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap dan tidak
memerlukan alat transportasi
2.1.1.4 Faktor- faktor yang mempengaruhi ibu memberikan ASI pada bayi
diantaranya adalah:
7,19
Perubahan sosial budaya ini dapat dicontohkan misalnya ibu bekerja atau
memiliki kesibukan sosial lainnya. Selain itu budaya meniru teman, tetangga atau
orang terkemuka yang memberikan susu formula kepada anaknya.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis ini dapat dicontohkan seorang ibu takut kehilangan daya
tarik sebagai seorang wanita dan mungkin seorang ibu merasa tertekan batinnya.
3) Faktor Fisik Ibu
Ibu sakit apabila menyusui bayinya karena payudaranya terasa nyeri
apabila digunakan untuk menyusui.
4) Kurangnya petugas kesehatan
Sedikitnya jumlah petugas kesehatan membuat masyarakat kurang
mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat memberikan ASI.
5) Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI
6) Keterangan yang Salah
Keterangan yang salah datangnya dari perugas kesehatan yang
menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng
2.1.1.5 Masalah – masalah yang dihadapi ibu menyusui.
19,26,27
1) Puting Susu Datar/ Terbenam
Pada awalnya bayi akan mengalami kesulitan, tetapi setelah beberapa
minggu dengan usaha yang ekstra, putting susu yang datar akan menonjol keluar
sehingga bayi dapat menyusu dengan mudah. Usaha untuk mengeluarkan putting
susu yang terbenam ini dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi segera
secepatnya setelah lahir bayi aktif dan ingin menyusu. Menyusui bayi sesering
dan memudahkan bayi untuk menyusu. Mengeluarkan ASI secara manual
sebelum menyusui dapat membantu bila terdapat kandungan payudara dan
putting susu tertarik ke dalam. Pompa ASI yang efektif (bukan yang berbentuk
‘terompet’ atau bentuk squeeze dan bulb) dapat dipakai untuk mengeluarkan
putting susu pada waktu menyusui3,26
2) Puting Susu Nyeri
Pada umumnya ibu akan mengalami sakit pada waktu awal menyusui. Rasa
nyeri ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan puting susu
ibu benar, perasaan nyeri ini akan menghilang. Cara menanganinya adalah
dengan memastikan posisi menyusui sudah benar. Memulai menyusui pada puting
susu yang tidak sakit guna membantu mengurangi sakit pada puting susu yang
sedang sakit. Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di putting
susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting susu
kering. Jangan membersihkan puting susu dengan sabun. Hindarkan puting susu
menjadi lembab
3) Puting Susu Lecet
3,26
Puting susu yang nyeri, bila tidak segera ditangani dengan benar akan
menjadi lecet, sehingga menyusui akan terasa menyakitkan dan dapat
mengeluarkan darah. Puting susu yang lecet dapat disebabkan oleh posisi
menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidiasis) atau
dermatitis. Hal ini dapat diatasi dengan cara mengobati puting susu yang lecet dan
pada payudara yang sakit untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya
sembuh. Mengeluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan
dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI.
Memberikan ASI perah dengan sendok atau gelas tetapi jangan dengan dot.
Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula- mula dengan waktu yang
lebih singkat. Apabila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke Puskesmas.
Posisi menyusui yang benar adalah bayi diletakkan mengahadap ibu, perut bayi
menempel ke perut ibu, telinga bayi segaris dengan lengan,mulut bayi terbuka
lebar, bibir lengkung keluar, dagu menempel pada payudara, sebagian besar
areola tak kelihatan
4) Payudara Bengkak
3,26
Pada hari pertama ( sekitar 2- 4 jam ), payudara sering terasa penuh dan
nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI
mulai diproduksi dalam jumlah banyak. Penyebab payudara bengkak adalah posisi
mulut bayi dan puting susu ibu yang salah. Produksi ASI berlebih. Terlambat
menyusui. Pengeluaran ASI yang jarang. Waktu menyusui yang terbatas. Cara
mengatasinya adalah dengan menyusui bayi sesering mungkin tanpa terjadwal /
tanpa batas waktu. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan
tangan/ pompa ASI yang efektif sebelum menyusui. Sebelum menyusui dapat
dilakukan dengan kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit dan setelah
menyusui dikompres dengan air dingin untuk mengurangi oedema
2.1.1.6 Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak konstan atau tidak sama dari waktu ke waktu. Diantara
faktor yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi yang terdiri dari
tiga tingkatan yaitu:4
1) Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae. Kolostrum ini berlangsung sekitar tiga sampai empat hari setelah ASI
pertama kali keluar. Kolostrum mempunyai karakteristik yaitu cairan ASI lebih
kental dan berwarna lebih kuning dari pada ASI mature. Lebih banyak
mengandung protein dimana protein pada umumnya adalah gama globulin. Lebih
banyak mengandung antibody dibandingkan dengan ASI mature dan dapat
memberikan perlindungan pada bayi sampai usia enam bulan. Kadar karbohidrat
dan lemaknya lebih rendah daripada ASI mature. Lebih tinggi mengandung
mineral terutama sodium dibandingkan ASI mature. Ph lebih alkali. Total energinya
hanya 58 kalori/ 100 ml kolostrum. Vitamin yang larut lemak lebih banyak
dbandingkan ASI mature sedangkan vitamin yang larut air dapat lebih tinggi atau
lebih rendah. Bila dipanaskan akan menggumpal. Lipidnya lebih banyak
mengandung kolesterol dan lecitinin dibandingkan ASI mature. Volume kolostum
berkisar 150-300 ml/ 24 jam.
2) ASI Peralihan
Air Susu peralihan merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi
ASI mature. ASI peralihan berlangsung dari hari ke empat sampai hari kesepuluh
dari masa laktasi. Beberapa karakteristik ASI peralihan meliputi kadarprotein lebih
kolostrum serta volume ASI peralihan ini lebih tinggi dibandingkan dengan
kolostrum.
3) ASI Mature
ASI Mature adalah ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh atau setelah
minggu ke tiga sampai minggu ke empat dan seterusnya. Komposisi ASI masa ini
relatif konstan. Karakteristik dari ASI mature ini adalah Cairan berwarna kekuning-
kuningan. Tidak menggumpal bila dipanaskan. Ph 6,6-6,9. Terdapat anti microbial
faktor. Kadar air dalam ASI mature 88 gram/ 100 ml. Volume ASI mature antara
300- 850 ml/ 24 jam.
2.1.1.7 Volume ASI
Pada bulan- bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada
payudara ibu hamil. Setelah persalinan, apabila bayi mulai menghisap payudara,
maka produksi ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal ASI diproduksi
sebanyak 10- 100 cc pada hari- hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan
setelah hari ke 10 sampai hari ke 14. Bayi yang sehat akan mengkonsumsi
sebanyak 700- 800 cc ASI perhari, namun kadang- kadang ada yang
mengkonsumsi kurang dari 600 cc / bahkan hampir 1 liter / hari dan tetap
menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi pada ibu
pada tingkat yang berat baik pada waktu hamil maupun menyusui dapat
mempengaruhi volume ASI. Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya
berkisar antara 500- 700 cc pada 6 bulan pertama usia bayi.400-600 cc pada
Volume ASI yang dapat dikonsumsi bayi dalam satu kali menyusu selama
sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan
volume dalam susu yang dapat diproduksi meskipun umumnya payudara yang
berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa
kehamilan, hanya memproduksi sejumlah ASI yang sedikit. Emosi seperti tekanan
(stress) atau kegelisahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi jumlah
produksi ASI selama minggu- minggu pertama menyusui
2.1.1.8 Cara Memberikan ASI
26
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama enam bulan pertama. Sesudah umur enam bulan, bayi
memerlukan makanan pelengkap karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak
seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI. Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya
secepatnya diberikan ASI yang diproduksi pada 1- 5 hari pertama dinamakan
kolostrum, yaitu cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum
sangat menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak antibody, protein
dan mineral serta vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan
setiap saat. Sebagai pedoman, pada hari pertama dan kedua lama pemberian ASI
adalah 5 sampai 10 menit pada tiap payudara. Pada hari ketiga dan seterusnya
lama pemberian ASI adalah 15- 20 menit. Produksi ASI dirangsang oleh isapan
bayi dan keadaan ibu yang tenang. Disamping itu perlu diperhatikan kesehatan ibu
pada umumnya, status gizi dan perawatan payudara. Penyuluhan tentang cara-
cara pemberian ASI yang menjamin kelancaran produksi ASI sejak lahir sangat
diperlukan ibu, terutama bagi ibu- ibu yang melahirkan untuk pertama kali. ASI
2.1.1.9 Cara Menyimpan ASI di Rumah
1) ASI yang telah dikeluarkan dapat diletakkan di kamar/ luar akan tahan 6- 8 jam
pada suhu 260
2) ASI yang telah dikeluarkan dan disimpan di dalam termos berisi es batu tahan
24 jam.
C atau lebih rendah.
3) ASI yang disimpan di lemari es tempat buah di bagian paling dalam dimana
tempat yang terdingin tahan 3-3 x 24 jam (40 C atau lebih rendah)
4) ASI yang disimpan di freezer yang mempunyai pintu terpisah sendiri, tahan 3
bulan.
5) ASI yang di simpan di freezer dengan satu pintu, tahan 2 minggu.
6) ASI yang disimpan di deep freezer (-180C atau lebih rendah) akan tahan
selama 6- 12 bulan
Sebelum diminumkan dengan sendok atau gelas plastik, ASI dapat dihangatkan
di dalam mangkok berisi air hangat. Jangan dihangatkan di atas api karena
beberapa zat kekebalan dan enzim dapat berkurang
2.1.2 Pengetahuan Ibu tentang ASI
3,26,27
2.1.2.1 Pengertian Pengetahuan Ibu
Menurut Ki Hajar Dewantoro, Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu,
hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek
tertentu. Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa faktor baik formal seperti
pendidikan yang didapat di sekolah maupun non formal. Pengetahuan merupakan
faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, dimana hal itu
dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan Rongers(1997) yang mengungkapkan
perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Penelitian Rongers (1974) juga
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku
baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yaitu
1) Awareness (Kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
16,18
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
objek sudah mulai timbul.
3) Evaluation (menimbang- nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Seorang ibu yang memiliki pendidikan formal yang rendah belum tentu tidak
mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan
dengan orang yang lebih tinggi pendidikan formalnya. Perlu menjadi pertimbangan
bahwa faktor tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya menyerap dan
memahami pengetahuan gizi yang ibu peroleh
16,18
9
2.1.2.2 Ruang Lingkup Pendidikan
1) Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau
ketat dan nyata. Misalnya tentang adanya penjenjangan cara atau metode
mengajar di sekolah
2) Pendidikan in Formal
6
Pendidikan in formal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di rumah
dalam bentuk lingkungan keluarga. Pendidikan ini berlangsung tanpa pendidik,
tanpa suatu program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu tanpa
evaluasi yang formal berbentuk ujian
3) Pendidikan Non Formal
6
Pendidikan non formal adalah usaha khusus yang diselenggarakan secara
terorganisir diutamakan bagi generasi muda dan orang dewasa yang tidak dapat
sepenuhnya mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis
dan ketrampilan dasar yang mereka perlukan sebagai warga masyarakat produktif
6
Pengetahuan ibu mengenai keunggulan ASI dan cara pemberian ASI yang
benar akan menunjang keberhasilan menyusui. Menurut Rulina Suradi
menunjukkan bahwa ibu dari semua tingkat ekonomi mempunyai pengetahuan
yang baik tentang kegunaan ASI dan mempunyi sikap yang positif terhadap usaha
memberikan ASI, tetapi dalam prakteknya tidak sejalan dengan pengetahuan
• Pendidikan
• Pekerjaan
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan survey deskriptif analitik dengan menggunakan
rancangan Potong-Lintang yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel
bebas dengan variabel tergantung dengan melakukan pengukuran sesaat, tidak
semua objek penelitian harus diperiksa pada hari / saat yang sama tetapi baik
variabel efek dinilai hanya satu kali saja22,23,24
3.2. Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di Poli Ibu Hamil RSUP.H. Adam Malik Medan,
RSUD. Dr.Pirngadi Medan dan Klinik Halim Fertility Center Medan. Penelitian
dimulai pada bulan Juli 2013 – September 2013.
3.3. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah semua ibu
hamil yang berkunjung ke Poli Ibu Hamil RSUD. Dr. Pirngadi Medan, RSUP.H.
Adam Malik Medan dan Klinik Halim Fertility Center Medan
Sampel penelitian adalah ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
3.4 Kriteria Inklusi dan eksklusi
3.4.1 Kriteria inklusi
RSUP. H. Adam Malik Medan dan Klinik Halim Fertility Center Medan
- Ibu hamil yang bersedia ikut serta dalam penelitian ini.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
- Ibu hamil dengan keterbelakangan psikis sehingga tidak mampu mengisi
kuesioner penelitian.
- Ibu hamil dengan penyakit HIV
- Ibu hamil yang tidak memiliki payudara
3.5. Perhitungan Jumlah Sampel
Sampel penelitian memakai rumus : n = Zα2
d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang
diinginkan
8 % (0,08)
Z = standar deviasi normal pada 1,96 sesuai dengan tingkat kepercayaan
95%
p = Proporsi keadaan yang dicari, bila proporsi sebelumnya tidak diketahui,
maka pada subyek yang dipilih secara simple random sampling
n = 150,06 150 orangJumlah sampel penelitian
3.6 Teknik Pengambilan Data
3.6.1 Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara secara
langsung dan bercakap - cakap dengan responden serta menggunakan kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang
diketahui
Pada penelitian ini menggunakan kuesioner pengukuran tingkat
pengetahuan oleh Sri Maryati dalam Tesis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan di kota Medan tahun 2009.
21,22,23
28
3.7. Definisi Operasional
Definisi Operasional
• Ibu hamil adalah ibu yang dinyatakan hamil setelah mealui pemeriksaan oleh
dokter.
• Pengetahuan ibu hamil adalah hal-hal yang diketahui oleh ibu hamil yang
berkaitan dengan ASI Eksklusif
• ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan pada waktu pertama kali bayi baru
lahir selama jangka waktu minimal 6 bulan tanpa diberi makanan dan
minuman tambahan lainnya.
• Pengkategorian berdasarkan jumlah skor yang diperoleh oleh responden
dengan menjawab 10 pertanyaan yang disediakan. Jawaban yang benar
variable pengetahuan dikategorikan menjadi skala ordinal dan dibagi atas 3
kelompok sebagai berikut :
Baik : Bila responden memperoleh jawaban yang benar 7-10
pertanyaan
Kurang : Bila responden memperoleh jawaban yang benar 4-6
pertanyaan
Tidak Baik : Bila responden memperoleh jawaban yang benar 0-3
pertanyaan
3.8 Pengolahan dan Analisis Data
3.8.1 Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul dari hasil penelitian kemudian diolah dengan
program komputer kemudian ditabulasikan dan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi / diagram.
3.8.2 Analisis Data
Analisa data dilakukan secara analisa makna / deskriptif dengan merujuk
pada hasil penelitian terdahulu dan referensi yang ada.
3.9 Etika Penelitian
Setiap peserta penelitian yang memenuhi kriteria penerimaan akan
diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan cara penelitian yang
sukarela dari masing-masing peserta dengan menandatangani formulir
pernyataan persetujuan penelitian tanpa paksaan. Setiap peserta penelitian tidak
akan dibebankan biaya apapun dalam penelitian ini.
3.10. Alur Penelitian
Memenuhi kriteria inklusi / eksklusi
Sampel
Dilakukan pengisian kuesioner meliputi :
• Data Pribadi, Umur, Pendidikan Formal, Paritas, Pekerjaan.
• Pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian
Dari hasil penelitian yang diperoleh pada 150 responden yang memenuhi
kriteria penerimaan. Hasil penelitian disusun menurut distribusi karateristik
responden dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 4.1. Karakteristik Subjek Penelitian
KARAKTERISTIK JUMLAH
Paritas Primigravida 70 46,7
Sekundigravida 48 32
Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa karakteristik subjek
penelitian berdasarkan umur paling banyak umur 20 – 30 tahun (54,7%).
Karakteristik subjek penelitian berdasarkan paritas paling banyak primigravida
(46,7%). Karakteristik subjek penelitian berdasarkan pendidikan paling banyak
berpendidikan SMU (52%). Karakteristik subjek penelitian berdasarkan pekerjaan
paling banyak memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (58%). Karakteristik
subjek penelitian berdasarkan suku paling banyak suku batak (33,3 %).
Tabel 4.2. Tingkat Pengetahuan Subjek Penelitian Tentang ASI Eksklusif
Jumlah Persentase
Berdasarkan tabel 4.2. di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
ibu hamil tentang ASI eksklusif adalah kurang sebanyak 62,7%. Hal ini mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pendidikan dimana pendidikan terbanyak
adalah SMU dan pekerjaan dimana terbanyak memiliki pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga. Sehingga ibu hamil kurang mendapat informasi mengenai
pentingnya pemberian ASI Eksklusif.
Tabel 4.3. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Pekerjaan
PEKERJAAN
Total P value IRT Petani PNS Wiraswasta
Tentang Asi
Dari tabel 4.3 di atas didapatkan subjek dengan pekerjaan ibu rumah
tangga yang memiliki pengetahuan baik, kurang, dan tidak baik berturut-turut
adalah sebanyak 20,56,dan 11 orang, dengan terbanyak berpengetahuan kurang.
Pekerjaan petani hanya 1 orang dan ternyata berpengetahuan kurang. Pekerjaan
pegawai negeri sipil yang memiliki pengetahuan baik dan kurang berturut-turut
adalah sebanyak 15 dan 13 orang, dengan terbanyak berpengetahuan baik.
Pekerjaan wiraswasta yang memiliki pengetahuan baik dan kurang berturut-turut
adalah sebanyak 10 dan 24 orang, dengan terbanyak berpengetahuan kurang.
Setelah dilakukan analisa data dengan uji chi-square didapatkan adanya
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan pekerjaan (p-value <
0,05).
Tabel 4.4. Persentase Tingkat Pengetahuan berdasarkan Pekerjaan
Dari tabel 4.4 diatas didapatkan subjek dengan pekerjaan sebagai Ibu
rumah tangga terbanyak secara total memiliki tingkat pengetahuan kurang dan
tidak baik yaitu sebesar 64,3 %, dengan pekerjaan sebagai petani terbanyak
memiliki tingkat pengetahuan kurang sebesar 100 %, dengan pekerjaan sebagai
PNS terbanyak memiliki tingkat pengetahuan baik sebesar 53,5 %, dengan
pekerjaan sebagai wiraswasta terbanyak memiliki tingkat pengetahuan kurang
sebesar 70,5 %. Dari hasil persentase diatas terlihat bahwa tingkat pengetahuan
memilki hubungan dengan jenis pekerjaan.
Tabel 4.5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pendidikan PENDIDIKAN
Dari tabel 4.4 di atas didapatkan subjek dengan pendidikan SD yang
memiliki pengetahuan kurang adalah sebanyak 4 orang. Pendidikan SMP memiliki
pengetahuan kurang adalah sebanyak 5 orang. Pendidikan SMU memiliki
pengetahuan baik, kurang dan tidak baik berturut-turut adalah sebanyak 16, 53
dan 9 orang, dengan terbanyak berpengetahuan kurang. Pendidikan D 3 yang
memiliki pengetahuan baik, kurang dan tidak baik berturut-turut adalah sebanyak
8, 14 dan 2 orang, dengan terbanyak berpengetahuan kurang. Pendidikan S 1
dan 18 orang, dengan terbanyak berpengetahuan kurang Setelah dilakukan
analisa data dengan uji chi-square didapatkan adanya hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan dan pendidikan (p-value < 0,05).
Tabel 4.6. Persentase Tingkat Pengetahuan berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
Tingkat Pengetahuan
Baik Kurang Tidak Baik
SD 0 % 100 % 0 %
SMP 0 % 100 % 0 %
SMU 20,5 % 67,5 % 11,5 %
D 3 33,3 % 58,3 % 8,3 %
S 1 53,8 % 46,1 % 0 %
Dari tabel 4.6 diatas didapatkan subjek dengan pendidikan SD terbanyak
memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu sebesar 100 %, dengan pendidikan
SMP terbanyak memiliki tingkat pengetahuan kurang sebesar 100 %, dengan
pendidikan SMU terbanyak memiliki tingkat pengetahuan kurang sebesar 67,9 %,
dengan pendidikan D 3 terbanyak memiliki tingkat pengetahuan kurang sebesar
58,3%, dengan pendidikan S 1 terbanyak memiliki tingkat pengetahuan baik
sebesar 53,8 %. Dari hasil persentase diatas terlihat bahwa tingkat pengetahuan
berhubungan dengan jenjang pendidikan,dimana semakin tinggi pendidikan maka
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
1. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif adalah kurang
sebanyak 62,7%. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
pendidikan dimana pendidikan terbanyak adalah SMU dan pekerjaan
dimana terbanyak memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Sehingga
ibu hamil kurang mendapat informasi mengenai pentingnya pemberian ASI
Eksklusif.
2. Berdasarkan uji chi-square didapatkan adanya hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif dengan
pendidikan (p-value < 0,05). Dimana semakin tinggi jenjang pendidikan
maka akan semakin baik tingkat pengetahuan, hal ini dapat dilihat dari
persentase terbanyak dengan tingkat pengetahuan baik dijumpai pada
subjek yang berpendidikan S 1 yaitu sebesar 53,8 % dan dengan tingkat
pengetahuan kurang terbanyak dijumpai pada subjek yang berpendidikan
SD dan SMP yaitu sebesar 100 %.
3. Berdasarkan uji chi-square didapatkan adanya hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif dengan
pekerjaan (p-value < 0,05). Hal ini dapat dilihat dari persentase terbanyak
dengan tingkat pengetahuan baik dijumpai pada subjek yang memiliki
pengetahuan kurang terbanyak dijumpai pada subjek yang memilki
pekerjaan sebagai petani yaitu sebesar 100 %.
5.2. SARAN
1. Perlu dilakukan kegiatan peningkatan KIE (komunikasi, informasi dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Deddy Muchtadi, 2009, Gizi Untuk Bayi : air susu Ibu, Susu Formula, dan
Makanan Tambahan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
2. Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina, 2011, Menyiapkan Makanan Pendamping
ASI, Jakarta: Pustaka Swara.
3. Depkes RI, 2001, ASI dan Kehamilan.BKKBN: Jakarta, 2001, Manajemen
Laktasi, Depkes RI. Jakarta.
4. I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2010, Penilaian Status Gizi, Jakarta: EGC.
5. Kunaryo Hadi Kusumo, d.k.k.,2008, Pengantar Pendidikan, semarang:IKIP.
Semarang Press.
6. Oetami Roesli, 2009, Mengenal ASI Eksklusif, Jakarta: Tubulus Agriwidya.
7. World Health Organization Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding, WHA 55 / 2002 / REC / I Annex 2, Geneva : World Health
Organization, 2002.
8. Oetami Roesli, 2008, Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, makanan Pendamping
Tepat dan Imunisasi Lengkap, Jakarta: PT Elek Media Komputindo.
9. Gartner LM, et al (2005), Breastfeeding and the use of human milk, 496-506.
10. V.Livingstone, The Art of Successful Breastfeeding, VHS,Vancouver,BC,
Canada 2011.
11. Depkes RI (2002), Strategi Nasional Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu
Sampai Tahun 2005, Jakarta.
12. Kemenkes RI (2010), Strategi Peningkatan Makanan Bayi dan Anak (PMBA),
13. Rulina, Suradi Suharyono d.k.k., 2000, ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
14. Masri Singarimbun dan Sofian effendi, 2004, Metoda Penelitian Survei,.
Cetakan pertama. Edisi Revis,. Jakarta: LP3ES
15. Sajogja d.k.k., 2004, Menuju Gizi Baik Merata di Pedesaan dan di Kota.
Yogyakarta.
16. Sjahmien Moehji, 2002, Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita, Jakarta: Bharata
Karya Aksara.
17. Soekidjo Notoadmodjo, 2006, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka
Cipta,
18. Soekidjo Notoadmodjo, 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:
Balai Pustaka.
19. Soekidjo Notoadmodjo, 2007, Pengantar Pendidikan dan Perilaku Kesahatan,
Yogyakarta
20. Soetjiningsih,2003, ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
21. Solihin Pujiadi, 2011, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Jakarta.
22. Sopiyudin Dahlan, 2009, Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan,
Jakarta: Arkans.
23. Sudigdo Sastroasmoro, 2008, Dasar- dasar Metodologi Penelitian Klinis,
Jakarta: Binarupa Aksara.
24. Sugiyono, 2004, Statistik Untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfabeta.
26. Sunoto, 2001, Dibalik Kontravensi ASI, Susu formula, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
27. Yayuk Farida, Balawati d.k.k., 2004, Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta:
Penebar Swadaya.
28. Sri Maryati, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada
Bayi Umur 0-6 bulan di Kota Medan Tahun 2009, Medan; Program studi
KUESIONER PENELITIAN
Lampiran
A.
Identitas Ibu Hamil : IDENTITAS PRIBADI
B. PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF
Jawablah pertanyaan nomor 1 s/d 10 pada soal dibawah ini dengan
memberikan tanda silang (x) pada salah satu huruf a,b,c atau d pada jawaban
yang anda anggap benar. Jawaban tidak boleh lebih dari 1 pilihan. :
1. Menurut ibu, apakah pengertian dari ASI ekskulusif ?
a. Pemberian air susu ibu kepada bayi 2 jam sekali
b. Pemberian Air Susu ibu kepada bayi sesering mungkin
c. Pemberian Air Susu ibu pada bayi berumur 0-6 bulan
d. Pemberian air Susu ibu saja pada bayi berumur 0-6 bulan tanpa memberikan
makanan/minuman lain.
2. Menurut ibu apa yang dimaksud dengan kolostrum ?
a. Susu basi yang tidak baik bagi bayi
b. Susu kotor yang harus di buang
c. Cairan bening yang perlu diberikan kepada bayi sebagai zat kekebalan
3. Manakah dari pernyataan dibawah ini merupakan manfaat menyusui bagi ibu
4. Manakah dari pernyataan dibawah ini merupakan manfaat menyusui bagi bayi
antara lain :
a. Merupakan hak azasi bagi bayi
b. Agar bayi gemuk
c. Merupakan makanan bagi bayi
d. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
5. Keunggulan ASI dibandingkan dengan susu formula adalah sebagai berikut :
a. Bayi yang diberi ASI lebih gemuk
b. Bayi yang diberi susu formula lebih gemuk
c. ASI mengandung DHA sedangkan pada susu formula tidak ada
d. ASI mengandung zat kekebalan yang tidak terdapat pada susu formula
6. Bagaimana menurut ibu apakah faktor umur ibu saat hamil mempengaruhi
produksi
7. Menurut ibu apakah alasan ibu untuk tidak mau menyusui bayinya :
b. Bayi tidak gemuk
c. Bayi Sakit
d. Bentuk tubuh ibu berubah
8. Apakah faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif ?
a. Iklan Susu Formula
b. Petugas Kesehatan
c. Asupan makanan ibu
d. Tingkat ekonomi ibu
9. Menurut ibu, Jika sakit batuk maka :
a. Ibu tidak boleh memberikan ASI kepada bayinya
b. Bayi akan tertular penyakit
c. Ibu harus menggantikannya dengan susu formula
d. bayi harus tetap diberi ASI
10. Ibu yang memberikan ASInya secara eksklusif akan menghasilkan :
a. Anak yang kuat
b. Anak yang gemuk
c. Anak yang sehat
d. Anak yang sehat dan cerdas.