• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Strategi DOTS Plus Pada Program Penanggulangan TB MDR di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Strategi DOTS Plus Pada Program Penanggulangan TB MDR di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2016"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( IN – DEPTH INTERVIEW ) ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DOTS PLUS PADA PROGRAM

PENANGGULANGAN TB MDR DI PUSKESMAS TELADAN TAHUN 2016

I. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan

a. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Tanggal wawancara :

b. Pertanyaan

1. Kapan Dinas Kesehatan Kota Medan membuat dan melakukan program

penanggulangan TB MDR dengan Strategi DOTS Plus?

2. Apakah ada pelatihan yang diberikan kepada tenaga kesehatan yang

menanggulangi TB MDR?

3. Bagaimana kerja sama Dinas Kesehatan dengan instansi terkait dengan TB

MDR?

4. Bagaimana pendanaan terhadap penanggulangan TB MDR?

5. Bagaimana pengembangan sumber daya manusia dalam menanggulangi TB

MDR?

6. Bagaimana strategi penemuan kasus yang tepat pada TB MDR?

(2)

8. Bagaimana ketersediaan OAT lini kedua dalam menanggulangi TB MDR?

9. Bagaimana kelengkapan pencatatan dan pelaporan penanggulangan TB MDR?

10.Bagaimana keberhasilan yang telah didapat, apakah ada hambatan atau kendala

dalam menanggulangi TB MDR?

11.Apa langkah yang dilakukan dalam mengatasi hambatan atau kendala tersebut?

II. Daftar pertanyaan untuk Informan Kepala Puskesmas Teladan Medan a. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Tanggal wawancara :

b. Pertanyaan

1. Kapan Puskesmas ini melaksanakan program penanggulangan TB MDR?

2. Apakah ada pelatihan yang diberikan kepada petugas?

3. Bagaimana kerja sama yang dilakukan puskesmas dalam menanggulangi TB

MDR?

4. Bagaimana pendanaan untuk menanggulangi TB MDR?

5. Bagaimana pengembangan Sumber daya manusia dalam menanggulangi TB

MDR?

6. Bagaimana strategi penemuan kasus yang tepat pada TB MDR?

7. Bagaimana pengelolaan pasien TB MDR yang seharusnya?

(3)

9. Bagaimana kelengkapan pencatatan dan pelaporan penanggulangan TB MDR?

10.Bagaimana keberhasilan yang telah didapat, apakah ada hambatan atau kendala

dalam menanggulangi TB MDR?

11.Apa langkah yang dilakukan dalam mengatasi hambatan atau kendala tersebut?

III. Daftar pertanyaan untuk Informan Penanggung jawab program / petugas kesehatan penanggulangan TB-MDR di Puskesmas Teladan a. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Tanggal wawancara :

b. Pertanyaan

1. Apakah tupoksi anda dalam program penanggulangan TB MDR?

2. Apakah ada pelatihan yang diberikan kepada petugas?

3. Bagaimana kerja sama yang dilakukan puskesmas dalam menanggulangi TB

MDR?

4. Bagaimana pendanaan untuk menanggulangi TB MDR?

5. Bagaimana pengembangan Sumber daya manusia dalam menanggulangi TB

MDR?

6. Bagaimana strategi penemuan kasus yang tepat pada TB MDR?

7. Bagaimana pengelolaan pasien TB MDR yang seharusnya?

(4)

9. Bagaimana kelengkapan pencatatan dan pelaporan penanggulangan TB MDR?

10.Bagaimana keberhasilan yang telah didapat, apakah ada hambatan atau kendala

dalam menanggulangi TB MDR?

11.Apa langkah yang dilakukan dalam mengatasi hambatan atau kendala tersebut?

IV. Daftar pertanyaan untuk Informan Pengawas Minum Obat (PMO). a. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Tanggal wawancara :

b. Pertanyaan

1. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan penjelasan tentang PMO?

2. Berapa kali Bapak/Ibu mengambil obat ke puskesmas? Apakah pasien ikut

?

3. Apakah Bapak/Ibu melihat pasien meminum obat?

4. Bagaimana alur pemeriksaan yang dilakukan petugas selama berobat ke

puskesmas?

5. Bagaimana pelayanan yang dilakukan tenaga kesehatan di puskesmas ini?

(5)

V. Daftar pertanyaan untuk Informan Pasien TB MDR. a. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pendidikan Terakhir :

5. Tanggal wawancara :

b. Pertanyaan

1. Bagaimana awal mula Bapak/Ibu menderita TB MDR?

2. Bagaimana alur pemeriksaan yang dilakukan petugas selama berobat di

puskesmas ini ?

3. Bagaimana petugas kesehatan memantau Bapak/Ibu selama pengobatan?

4. Bagaimana menurut Bapak/Ibu dengan sarana dan prasarana di puskesmas

ini?

5. Apakah Bapak/Ibu memiliki PMO? Siapa?

6. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapatkan penjelasan tentang TB MDR?

7. Bagaimana pelayanan yang dilakukan tenaga kesehatan di puskesmas ini?

(6)

LAMPIRAN 2

HASIL WAWANCARA MENDALAM ( INDEPTH INTERVIEW) ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DOTS PLUS PADA PROGRAM PENANGGULANGAN TB MDR DI PUSKESMAS TELADAN TAHUN 2016

1. PELAKSANAAN STRATEGI DOTS PLUS DALAM PROGRAM TB MDR

1.1 Komitmen Politis yang berkesinambungan

Matriks 1 Pernyataan tentang komitmen politis pelaksanaan Strategi DOTS Plus di Puskesmas Teladan Tahun 2016

Informan Pernyataan

1

2

3

“Kalau dikatakan komitmen tentang penanggulangan TB MDR ya kita

harus siap untuk melaksanakan program penanggulangan TB MDR dengan strategi DOTS Plus. Jika ada pasien TB MDR kita tidak boleh menolaknya melainkan menanganinya agar tidak terjadi penularan. Pasien yang diagnosanya positif TB MDR dari RS Adam Malik akan di

lanjutkan pengobatannya ke puskesmas.”

“Program penanggulangan TB MDR di Puskesmas Teladan sudah kami

lakukan sejak tahun 2014 setelah adanya pasien TB MDR dengan Strategi DOTS Plus. Puskesmas melakukan penjaringan untuk menemukan kasus kemudian kita rujuk ke Adam Malik dan akan

dikembalikan ke puskesmas untuk suntik dan kelanjutan pengobatan.” “Program ini sejak tahun 2014 setelah adanya pasien TB MDR pake Strategi DOTS Plus.Mulai penjaringan untuk menemukan kasus terus kita rujuk ke Adam Malik dan akan dikembalikan ke puskesmas untuk

(7)

Matriks 2 Pernyataan tentang pengembangan sumber daya manusia dan

“Pengembangan sumber daya manusia itu dengan mengadakan pelatihan

untuk program TB MDR yang dilakukan sekali pada awal munculnya pasien TB MDR Waktu ada pelatihanlah diberikan buku panduan TB MDR ini. Kalau kerja sama lintas program saya rasa lancar saja karena meskipun penanggung jawab program TB di puskesmas cuma 1 akan tetapi petugas yang lain juga kan boleh ikut membantu sedangkan untuk lintas sektor di kecamatan maupun di kelurahan untuk berbagi informasi TB MDR. Tetapi kalau untuk pengobatan dan efek samping kita kerja

sama ke RS Adam Malik.”

“Pelatihan khusus untuk TB MDR belum pernah ada kami dapatkan,

akan tetapi dulu saya pernah ikut sosialisasi tentang penanganan TB MDR ini. Buku panduannya gak ada, paling searching dari internet. Kerja sama lintas program di puskesmas ini ya bersama program HIV , Promkes. Jika petugas TB tidak ada maka perawat yang ada ditugaskan untuk menyuntik pasien TB MDR, Kerja sama lintas sektor dilakukan bersama dengan kelurahan dan kecamatan untuk menyampaikan

informasi tentang penyakit ini.”

“Untuk pelatihan TB MDR hanya sekilas saja saya dapatkan, tidak

seperti TB Paru yang mendalam. Ketika mengikuti penyuluhan TB yang juga terkadang ada di sampaikan sekilas tentang TB MDRnya.Buku panduan gak ada sama saya yang ada hanya selembaran 9 kriteria terduga TB MDR. Untuk kerja sama, Meskipun saya sendiri penanggungjawab TB paru dan TB MDR dalam pelaksanaannya kami berkoordinasi kok. Kalau saya tidak ada disini, perawat yang lain yang

(8)

Matriks 3 Pernyataan tentang sumber pendanaan program TB MDR di

Adam Malik. Dari RS Adam Malik lah diberikan obat ke puskesmas dan untuk penunjang yang lainnya seperti aquades, spuit itu dari anggaran

puskesmas.”

“Kalau sumber dana untuk sosialisasi dan alat penunjang seperti spuit, aquades itu dari dana BOK sedangkan untuk obat obatan dari APBN

melalui RS Adam Malik”

“Setau ibu dari pusat dananya atau APBN dan obat dari RS.Kalau alat

suntik dan masker kadang dari puskesmas juga karena kurang ”

1.2 Strategi Penemuan Kasus

Matriks 4 Pernyataan tentang penemuan kasus TB MDR di Puskesmas kesehatan yang lain untuk memeriksakan keluhannya. Kemudian diperiksa dahaknya dan kalau diduga TB MDR maka akan di rujuk ke RS Adam Malik untuk kultur dahak. Setelah diagnosanya positif maka akan dikembalikan ke puskesmas untuk melanjutkan pengobatan, Kalau ke rumah-rumah biasanya hanya melakukan

penyuluhan.”

“Penemuan kasus ya pasien berobat dulu kemudian dianjurkan ke lab

untuk periksa dahak dan kalau diduga TB MDR kita rujuklah ke RS Adam Malik. Setelah itu kan dikembalikan ke puskesmas untuk kelanjutan pengobatan. Penemuan kasus ke rumah rumah tidak kami lakukan karena penemuan kasus TB kan secara pasif dan promosi

yang aktif.”

“Kita obati dulu pasien yang datang dengan keluhan batuk misalnya

kemudian dokter menyuruh untuk periksa dahak ke lab. Kalau positif ada kuman dan berkali kali, maka di duga TB MDR dan dirujuklah ke RS Adam Malik karena disitu ada alatnya. Setelah positif akan dikembalikan ke puskesmas untuk pengobatannya. Kita hanya menunggu pasien berobat, gak ada ke rumah- rumah untuk

(9)

5

6

7

“Bapak ke RS Adam Malik kak, udah itu ke puskesmas Teladan suntik dan ngambil obat.”

“Bapak dari RS swasta dulu berobat udah itu disuruhlah rujukan dari

puskesmas. Puskemas menyuruh ke RS Adam Malik katanya hasilnya penyakit bapak sekarang inilah. Dan di puskeslah di lanjut

ngambil obat.”

“Ya saya datang berobat ke sana dan di cek dahak ke lab kemudian

dokternya bilang supaya dirujuk ke RS Adam Malik, Pas di Rumah sakit kata dokternya hasilnya TB MDR. Mulanya saya gak mengerti kan sakit apa ini dan ternyata karena dulu saya gak teratur minum obat waktu TB Paru. Setelah itu dikembalikan saya ke puskesmas

untuk suntik dan mengambil obat.”

“Bapak dari RS swastanya trus disuruhlah cek ke puskesmas. Udah

di cek dahaknya dirujuk lah bapak ke RS Adam Malik.”

1.3 Pengelolaan Pasien

Matriks 5 Pernyataan tentang Pengelolaan Pasien TB MDR di Puskesmas Teladan Tahun 2016

“Pasien yang melanjutkan pengobatan harus dipantau terus terutama minum obat didepan petugas dan adanya PMO pasien TB MDR itu. Kalau ada pasien yang putus berobat biasanya ada suatu kumpulan Pejabat ( Pejuang Hebat Martabat) yang kita minta untuk memberi

dukungan kepada pasien TB MDR.”

“Petugas memantau obat-obatnya, efek samping yang di alami pasien, PMO diberikan informasi agar lebih terlatih dalam penanganan pasien. Pasien yang diluar daerah itu sudah di luar prosedur kita karena pasien bersih keras ingin tetap puskesmas Teladan yang menangani.”

“Pasiennya kita ingatkan setiap datang pakai masker, minum obat depan petugas dan memiliki PMO untuk mendampingi pasien. Untuk pasien yang di luar daerah sudah kita bilang untuk pindah, namun pasiennya tetap mau kita yang mengobatinya. Memang seharusnya

tidak boleh seperti itu.”

“Kurang tau sih kak PMO itu apa, tapi saya yang mengambil obat

Bapak setiap bulan dan mengirimnya ke sana. Kalau minum obat waktu di sini bapak rajin kok kak, karena bapak juga mau sembuhnya.Pas ngambil obat di berikan informasi dari puskesmas Teladan supaya mengingatkan bapak untuk rajin minum obat, bilang

jangan telat ngambil obat.”

(10)

1.4 Jaminan Ketersediaan OAT lini kedua

Matriks 6 Pernyataan tentang Jaminan Ketersediaan OAT lini kedua di Puskesmas Teladan Tahun 2016

“Obat-obatan selalu lengkap dari RS Adam Malik ke setiap puskesmas dengan melihat juga tanggal kadaluarsa obat untuk

menjamin mutu obat tersebut.”

“Obatnya dari RS dikiim ke puskesmas selalu lengkap dan dalam keadaan bagus dan biasanya berpaket sesuai kebutuhan dan jumlah

pasien di sini.”

“Obatnya ini dari RS Adam Malik dan maskernya juga diberikan

namun, terkadang kurang maskernya. Kalau obatnya lengkap kami

terima.”

“Setiap akhir bulan saya mengambil obat ke Puskesmas untuk ku

kirim ke sidikalang selalu kok ada. Hanya waktu pengambilan aja

kadang telat sehari karena saya juga ada kerjaan kak.”

“Setiap kali mengambil obat ke puskesmas Teladan selalu ada sesuai

dengan waktu yang telah dijanjikan. Seperti “minggu depan diambil obatnya ya bu”, ya harus kita ambil lah dek.”

“Obat selalu ada lengkap meskipun saya jauh.”.

“Ibu mengambil obat selalu adanya diberikan puskesmas dan

maskernya kadang-kadangnya diberikan. Jadi maulah beli sendiri

atau dari adam malik waktu cek setiap bulan kesana.”

6

7

suntik. Memang ibu yang mendampingi bapak selama sakit ini, tapi gak tau lah ibu PMO namanya. Penyuluhan gak pernah ibu ikut, paling dijelaskan sama petugas lah dikit2 tentang penyakit bapak

ini.”

“Sebelum bapak pindah ke sini bapak selalu ke puskesmas suntik,

cek berat badan, apalagi efek sampingnya obat ini dek banyak kalilah. Dijelaskannya penyakit bapak ini berbahaya supaya patuh

aku minum obat.”

“Saya semasa suntiknya datang ke puskesmas Teladan tapi saya

kecewa karena mereka menghindar dari saya. Mereka seperti menjauhi orang yang penyakit kusta dan untungnya petugas TB nya tidak seperti itu. Dan masker kalau sesak saya bukalah gak tahan juga memakainya. Penyuluhan gak pernah saya ikut tapi setiap berobat di

(11)

1.5 Pencatatan dan Pelaporan

Matriks 7 Pernyataan tentang Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas Teladan Tahun 2016

“ Untuk kelancaran pencatatan pelaporan kita mendatangi puskesmas

untuk memantau pelaksanaan program, melihat laporan agar

mempermudah menghitung indikator setelah selesai pengobatan.” “Pencatatan kita lakukan setiap kali pasien berobat ataupun PMO nya mengambil obat. Selain itu jika ada yang terduga TB MDR dicatat ke

dalam buku. Dan setiap pencatatan akan di laporkan ke Dinas.”

“Pencatatan pelaporan di puskesmas lengkap dan dilakukan

pemantauan berat badan pasien, pengawasan pemberian obat kepada pasien. Pihak dari Dinkes juga datang untuk memantau pelaksanaan

program TB MDR ini”

Setiap aku ke puskesmas untuk ngambil obat ada dan dicatat kok

kak.”

“Ngambil obat ibu dicatat, waktu bapak berobat pun adanya di catatnya”

“Dulu waktu masih disana saya datang untuk periksa dan di timbang

berat badan dek dan langsung dicatat di kartu berobat.”

“Bapak dulu hanya berat badan saja yang di timbang, sekarang bapak udah tidak pernah kesana. Dicatat mereka ke buku buku itulah”

2. HAMBATAN PELAKSANAAN STRATEGI DOTS PLUS DI PUSKESMAS TELADAN

Matriks 8 Pernyataan tentang Hambatan Pelaksanaan Strategi DOTS Plus di Puskesmas Teladan Tahun 2016

Informan Pernyataan

1 2

3

“Hambatan yang kami lakukan gak ada sih dek, tapi kalo di

puskesmas menghadapi pasien lah.”

“Hambatannya dalam pengelolaan pasien dimana pasien masih

kurang dalam menggunakan alat pelindung diri, dan hambatan geografis karena adanya pasien yang diluar daerah kita sementara

dalam pengawasan puskesmas Teladan”

(12)

4 5 6 7

dari pasien TB MDR ini.”

“Kalau ngambil obat kadang tidak tepat waktu karena saya juga ada kegiatan kuliah kak.”

“Bapak minum obat gak bisa ibu lihat terus karena ibu juga ke pasar. Dan ngambil obat pun mau ibu telat ke puskesmas.”

“Hambatan saya uanglah dek, karena banyak kali efek obat ini. Kalau

tidak puding gak enak badan dek.”

“Rasa bosan itu lah hampir 2 tahun minum obat sekali 16 butir.

Kalau gak patuh ulang lagi dari awal. Pakai masker pun sesak jadi

kadang kadangnya ku pake.”

3. KEBERHASILAN PELAKSANAAN STRATEGI DOTS PLUS DI PUSKESMAS TELADAN

Matriks 9 Pernyataan tentang keberhasilan program TB MDR di Puskesmas Teladan Tahun 2016 angka kesembuhan, penemuan kasus. ”

“Keberhasilan dilihat dari cara menemukan kasus dan melanjutkan pengobatan sampai berhasil dinyatakan sembuh. Dan kurang tau juga bagaimana menghitung indikatornya karena pasien kita masih dalam

pengobatan.”

“Untuk keberhasilan program ini ibu kurang tau. Karena gak seperti TB Paru kan udah ada cara menghitungnya. Kalau TB MDR ini belum

(13)
(14)
(15)
(16)

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y. 2001. DOTS & DOTS Plus Dalam: Kumpulan Naskah Temu Ilmiah Respirologi. Surakarta: Laboratorium Paru FK UNS.

_____ . 2002. Tuberkulosis Diagnosis , Terapi, dan Masalahnya. Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia: 131

Amin, Z., Bahar, A., 2007. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo, A., W., dkk. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid III. Ed 5. Jakarta : FKUI; 2230- 2239.

Arifin Nawas, Dedi Nofizar, Erlina Burhan. Identifikasi Faktor Risiko

Tuberkulosis Multidrug Resistant (TB-MDR). Maj Kedokteran Indonesia, Volum:60, Nomor: 12. 2010.

Depkes RI. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.

_____ . 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.

_____ . 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.

_____ . 2010. Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Pasien TB-MDR. Jakarta

Dinas Kesehatan Kota Medan.2013. Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2013. Medan

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.2012. Profil Kesehatan Proviinsi Sumatera Utara Tahun 2012. Medan

_______ .2013. Profil Kesehatan Proviinsi Sumatera Utara Tahun 2013. Medan

Ducati, R.G., Netto A.R., Basso L.A. 2006. The resumption of consumption ñ A review on tuberculosis. Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro, 101

(7): 697-714.

Erlinda.R.,Wantiyah.,Dewi I E., 2013. Hubungan Peran Pengawas Minum Obat (PMO) dalam Program Directly Observed Treatment

Shortcourse (DOTS) dengan Hasil Apusan BTA Pasien Tuberkulosis Paru di Puskesmas Tanggul Kabupaten Jember.

Fitri Syaidhatul., 2015. Analisis Penatalaksanaan Program Penanggulangan Tuberkulosis Multi Drugs Resisten (TB-MDR) di Puskesmas Helvetia

(17)

Frieden, T., R., Sbarbaro, J., A., 2007. Promoting Adherence to Treatment For Tuberculosis

Gunawan, Iman. 2013. Metode Penelitian Kualitatif : Teori & Praktik. Bumi Aksara. Jakarta.

Hudoyo, Ahmad, 2008. Tuberkulosis Mudah Diobati, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Jaringan Kesehatan Masyarakat, 2014.Informasi Dasar Bagi Pengawas Menelan Obat TB (PMO TB).Medan: Jaringan Kesehatan Masyarakat.hlm 5-8

Kemenkes, 2011, Programmatic Management of Drug Resistance Tuberculosis, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

_______, 2013, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tentang Pedoman Manajemen Terpadu pengendalian Tuberkulosis Resisten Obat, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 21-37, Jakarta.

M. jusuf., Winariani., Slamet Hariadi (2010). Buku Ajar Ilmu penyakit Paru. departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR-RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.

McMahon, Rosemary. 1999. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. ECG. Jakarta.

Miles, Matthew B dan huberman, A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta. Universitas Indonesia Press

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat. Jakarta.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2011. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Revisi pertama. Jakarta: PDPI

RAB, Tabrani. 1996: Ilmu penyakit paru. Cetakan I. Jakarta : Hipokrates.

(18)

Syahrini, Heny., 2008. Tuberkulosis Resisten Ganda. Tesis, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem pernapasan / Irman

Somantri.Jakarta : Salemba Medika.

Wahab, Irwana. 2002. Penggunaan Strategi DOTS dalam Penanggulangan TB Paru di Puskesmas Padang Bulan Selayang Tahun 2002. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidimiologi, Penularan, Pencegahan Dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Wirdani, 2001.Hubungan Keberadaan Pengawas Menelan Obat Penderita Tuberkulosis Paru di Kota Semarang.

World Health Organization. 2008. Guidelines For Programatic Management Drug Resisten Tuberculosis. Emergency Edition, Geneve.

_____ . 2013. Global Tuberculosis Report 2013, WHO.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan pendekatan kualitatif

yang digunakan untuk meneliti proses pelaksanaan dengan lima komponen

strategi DOTS plus dalam upaya penanggulangan TB MDR di Puskesmas Teladan

Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Teladan Medan Kota yang menjadi

salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan program penanggulangan

TB-MDR. Pemilihan lokasi ini karena adanya penderita TB MDR sehingga

peneliti ingin mengetahui proses pelaksanaan strategi DOTS sebagai upaya

penanggulangan TB MDR.

3.2.2 Waktu penelitian

Kegiatan penelitian ini di mulai pada awal bulan Maret 2016 (Survey

awal) – Mei 2016 dan lanjutkan dengan pengolahan data yang sudah terkumpul

(20)

3.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah pihak – pihak yang memahami dan

menguasai masalah serta terlibat langsung dalam proses pelaksanaan strategi

DOTS Plus sebagai upaya menanggulangi TB MDR di Puskesmas Teladan.

Penulis mendapatkan informan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang.

Karakteristik informan secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1 Karakteristik Informan

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa jumlah informan dalam penelitian ini

adalah 7 informan, yang terdiri dari 1 informan bidang pengendalian masalah

kesehatan Dinas Kesehatan Kota Medan yang berusia 41 tahun dengan pendidikan

(21)

pendidikan Dokter, 1 informan petugas TB Paru yang berusia 55 tahun dengan

pendidikan SPK, 2 informan PMO yang masing-masing berusia 19 tahun dengan

pendidikan SMA dan berusia 64 tahun dengan pendidikan SMP, serta 2 orang

informan penderita TB MDR yang masing – masing berusia 46 tahun dengan

pendidikan SMP dan berusia 67 tahun dengan pendidikan SMP.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan wawancara

mendalam (indepth interview) kepada informan penelitian dengan berpedoman

pada pertanyaan terbuka yang telah dipersiapkan. Untuk melengkapi data hasil

wawancara mendalam peneliti melakukan studi dokumen untuk memperoleh

data-data yang dibutuhkan dan observasi untuk melihat proses penanganan TB MDR

dengan strategi DOTS plus.

3.5 Triangulasi

Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber yaitu menggali

kebenaran informasi melalui berbagai sumber untuk memperoleh data. Hal yang

terpenting adalah mengetahui adanya alasan-alasan akan terjadinya perbedaan

(22)

3.6 Metode Analisis Data

Proses analisis data didasarkan pada penyederhanaan dan interpretasi data

yang dilaksanakan sebelum, selama dan sesudah proses pengumpulan data. Proses

ini terdiri dari tiga sub proses yang saling berkaitan.

Menurut Miles dan Huberman (1992) metode analisis data kualitatif

dilakukan dengan tiga alur kegiatan yaitu :

a. Proses Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan tertulis di lokasi penelitian.

b. Proses Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Bentuk penyajian data dapat berupa matriks, grafik, jaringan, bagan, dan

sebagainya.

c. Proses Penarikan kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif ini merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada.

3.7 Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah peneliti, alat tulis,

(23)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis

Puskesmas Teladan Kota Medan terletak di Jl. Sisingamangaraja Kecamatan

Medan Kota yang mempunyai wilayah kerja kurang lebih 229,1 Ha dengan

akses jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan roda empat, yang

terdiri dari 5 (lima) kelurahan :

a. Kelurahan Mesjid

b. Kelurahan Teladan Barat

c. Kelurahan Pasar Baru

d. Kelurahan Pusat Pasar

e. Kelurahan Pandahulu I.

Puskesmas Teladan berbatasan dengan :

a. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Maimun

b. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Teladan Timur

c. Sebelah timur berbatasan dengan Medan Perjuangan

d. Sebelah barat berbatasan dengan Simpang Limun

Adapun struktur organisasi dalam pelaksanaan TB MDR di Puskesmas Teladan

(24)

Gambar 4.1 Struktur organisasi penanggulangan TB MDR di Puskesmas Teladan

Kepala Puskesmas Dr. Kus Puji Astuti NIP. 196802161996032001

Tb Paru / TB MDR Minarliana

NIP. 196101221982032002 Poli Dewasa

Dr.Yunita Sary M.Kes NIP. 197406302002122002

Laboratorium Rosmen Sianturi NIP. 195907051981032003

Apotek

(25)

4.1.2 Demografis

Wilayah kerja Puskesmas Teladan memiliki jumlah penduduk sebanyak

36.438 orang dengan jumlah penduduk laki laki sebanyak 17.444 orang dan

jumlah penduduk perempuan sebanyak 18.994 orang.

Tabel 4.1 Jumlah penduduk berdasarkan kelurahan Tahun 2015

No Kelurahan KK Laki-laki Perempuan Jumlah

1

Berdasarkan mata pencaharian jumlah penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Teladan dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2 Jumlah penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata

Pencaharian Jumlah Persentase 1

4.1.3 Sumber Daya Kesehatan

(26)

Tabel 4.3 Tenaga Kesehatan Puskesmas Teladan

No Jenis Tenaga Pendidikan Jlh

Jenis Kelamin Status

Kepegawaian

4.2 Pelaksanaan Strategi DOTS Plus pada program penanggulangan TB MDR di Puskesmas Teladan

Penanggulangan TB kini sudah mendapat tantangan baru dengan

munculnya TB MDR yang diakibatkan oleh kuman yang telah resisten. Program

penanggulangan TB MDR dilakukan dengan Strategi DOTS plus dengan lima

komponen yang mendukung keberhasilan program penanggulangan TB MDR.

Program penanggulangan TB MDR dengan Strategi DOTS Plus di

Puskesmas Teladan dimulai pada Tahun 2014 setelah menemukan kasus TB

(27)

pasien telah meninggal dan 3 pasien dalam masa pengobatan yang satu

diantaranya merupakan pasien ko-infeksi TB. Pasien TB MDR melakukan

pengobatan selama 2 tahun dan 6 bulan suntik injeksi. Setiap pasien yang diduga

TB MDR akan dirujuk ke RS Adam Malik untuk dilakukannya pemeriksaan

sputum dengan menggunakan Gene Expert.

Pelaksanaan strategi DOTS dilakukan dengan lima komponen yaitu :

komitmen politis yang berkesinambungan dalam masalah MDR, strategi

penemuan kasus dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis, pengobatan

dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini kedua dengan pengawasan

langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO), jaminan tersedianya OAT lini

kedua secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu dengan mutu terjamin, serta

sistem pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan

evaluasi program penanggulangan TB MDR (Permenkes RI No 13 tahun 2013).

4.2.1 Komitmen Politis Yang Berkesinambungan

Hasil wawancara mendalam tentang komitmen politis sebagai salah satu

komponen strategi DOTS Plus diperoleh informasi :

“Kalau dikatakan komitmen tentang penanggulangan TB MDR ya kita harus siap untuk melaksanakan program penanggulangan TB MDR dengan strategi DOTS Plus. Jika ada pasien TB MDR kita tidak boleh menolaknya melainkan menanganinya agar tidak terjadi penularan. Pasien yang diagnosanya positif TB MDR dari RS Adam Malik akan di lanjutkan pengobatannya ke puskesmas.” ( Informan 1)

Dari Pernyataan informan 1 bahwa di Dinas Kesehatan sudah memiliki

(28)

DOTS Plus terlihat dari tidak adanya penolakan dalam penanganan kasus TB

MDR melainkan kesiapan untuk menanganinya. Begitu juga dengan hasil

wawancara di puskesmas Teladan didapatkan informasi :

“Program penanggulangan TB MDR di Puskesmas Teladan sudah kami lakukan sejak tahun 2014 setelah adanya pasien TB MDR dengan Strategi DOTS Plus. Puskesmas melakukan penjaringan untuk menemukan kasus kemudian kita rujuk ke Adam Malik dan akan dikembalikan ke puskesmas untuk suntik dan kelanjutan pengobatan.” ( Informan 2 & 3)

Hal ini menyatakan bahwa Puskesmas Teladan melaksanakan program

penanggulangan TB MDR dengan Strategi DOTS Plus setelah adanya pasien pada

tahun 2014. Puskesmas melakukan penjaringan suspek TB MDR untuk

menemukan kasus yang kemudian dirujuk ke RS Adam Malik dan dikembalikan

ke puskesmas untuk melanjutkan pengobatan.

Kegiatan yang mendukung komitmen adalah pengembangan sumber daya

manusia dan kerja sama lintas program dan lintas sektor dalam pelaksanaan

strategi DOTS Plus dan diperoleh hasil wawancara yaitu :

“Pengembangan sumber daya manusia itu dengan mengadakan pelatihan untuk program TB MDR yang dilakukan sekali pada awal munculnya pasien TB MDR Waktu ada pelatihanlah diberikan buku panduan TB MDR ini. Kalau kerja sama lintas program saya rasa lancar saja karena meskipun penanggung jawab program TB di puskesmas cuma 1 akan tetapi petugas yang lain juga kan boleh ikut membantu sedangkan untuk lintas sektor di kecamatan maupun di kelurahan untuk berbagi informasi TB MDR. Tetapi kalau untuk pengobatan dan efek samping kita kerja sama ke RS Adam Malik.” (Informan 1)

(29)

pasien TB MDR, Kerja sama lintas sektor dilakukan bersama dengan kelurahan dan kecamatan untuk menyampaikan informasi tentang penyakit ini.”(Informan 2)

“Untuk pelatihan TB MDR hanya sekilas saja saya dapatkan, tidak seperti TB Paru yang mendalam. Ketika mengikuti penyuluhan TB yang juga terkadang ada di sampaikan sekilas tentang TB MDRnya.Buku panduan gak ada sama saya yang ada hanya selembaran 9 kriteria terduga TB MDR. Untuk kerja sama, Meskipun saya sendiri penanggungjawab TB paru dan TB MDR dalam pelaksanaannya kami berkoordinasi kok. Kalau saya tidak ada disini, perawat yang lain yang memberikan obat ataupun menyuntik pasien.”

( Informan 3)

Berdasarkan kutipan beberapa informan diatas dapat diketahui bahwa

pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan pelatihan. Pelatihan sudah

pernah dilaksanakan pada awal maraknya TB MDR akan tetapi petugas kesehatan

di puskesmas Teladan belum mendapatkan pelatihan dalam penanganan TB

MDR. Puskesmas Teladan hanya mengikuti sosialisasi tentang TB MDR

sedangkan pelatihan tidak ikut karena belum adanya pasien TB MDR pada saat itu

sementara buku panduan ada dibagikan hanya pada saat mengikuti pelatihan.

Kerja sama lintas program dilakukan dengan baik karena petugas kesehatan di

puskesmas Teladan saling berkoordinasi satu sama lain dalam memberikan obat

dan memberikan suntik kepada pasien. Kerja sama lintas program dilakukan

bersama dengan program HIV, Promkes dan dibantu juga dari bagian Apotik dan

Laboratorium. Sedangkan Kerja sama lintas sektor dilakukan bersama kelurahan

dan kecamatan untuk dapat mengadakan penyuluhan tentang TB MDR di wilayah

(30)

Komitmen juga perlu adanya investasi ataupun pendanaan untuk

menjalankan program TB MDR. Hasil wawancara mendalam tentang sumber

pendanaan untuk program TB MDR adalah :

“Sumber dananya ini dari Kemenkes ke Dinas Provinsi lalu ke RS Adam Malik. Dari RS Adam Malik lah diberikan obat ke puskesmas dan untuk penunjang yang lainnya seperti aquades, spuit itu dari anggaran puskesmas.” (Informan 1)

“Kalau sumber dana untuk sosialisasi dan alat penunjang seperti spuit, aquades itu dari dana BOK sedangkan untuk obat obatan dari APBN melalui RS Adam Malik” ( Informan 2)

Berdasarkan hasil wawancara tentang sumber dana untuk program TB

MDR bersumber dari dana APBN dimana obat-obatan dari RS Adam Malik.

Sedangkan untuk alat penunjang seperti aquades, spuit dari dana BOK puskesmas

Teladan.

4.2.2 Strategi Penemuan Kasus

Strategi penemuan kasus untuk program penanggulangan TB MDR

diperoleh informasi melalui wawancara mendalam yaitu “

“Biasanya pasien berobat ke puskesmas ataupun ke pelayanan kesehatan yang lain untuk memeriksakan keluhannya. Kemudian diperiksa dahaknya dan kalau diduga TB MDR maka akan di rujuk ke RS Adam Malik untuk kultur dahak. Setelah diagnosanya positif maka akan dikembalikan ke puskesmas untuk melanjutkan pengobatan, Kalau ke rumah-rumah biasanya hanya melakukan penyuluhan.” ( Informan 1)

(31)

penemuan kasus TB kan secara pasif dan promosi yang aktif.” ( informan 2)

“Kita obati dulu pasien yang datang dengan keluhan batuk misalnya kemudian dokter menyuruh untuk periksa dahak ke lab. Kalau positif ada kuman dan berkali kali, maka di duga TB MDR dan dirujuklah ke RS Adam Malik karena disitu ada alatnya. Setelah positif akan dikembalikan ke puskesmas untuk pengobatannya. Kita hanya menunggu pasien berobat, gak ada ke rumah- rumah untuk mendapatkan kasus.” (informan 3)

Berdasarkan kutipan tersebut didapatkan hasil penelitian bahwa

Puskesmas Teladan melakukan strategi penemuan kasus dengan mengobati pasien

yang datang untuk diperiksa dahaknya ke laboratorium. Jika diduga TB MDR

maka akan dirujuk ke RS Adam Malik untuk kultur dahak dan setelah positif TB

MDR akan melanjutkan pengobatan di puskesmas. Penemuan kasus ke rumah –

rumah tidak dilakukan melainkan penyuluhan di wilayah kerja Puskesmas

Teladan.

Pernyataan diatas didukung dengan adanya informasi dari pasien TB

MDR yang mengungkapkan cara Puskesmas Teladan dalam menemukan kasus

TB MDR yaitu :

(32)

4.2.3 Pengelolaan Pasien

Hasil wawancara mendalam tentang pengelolaan pasien dalam

penanggulangan TB MDR didapatkan informasi bahwa :

“Pasien yang melanjutkan pengobatan harus dipantau terus terutama minum obat didepan petugas dan adanya PMO pasien TB MDR itu. Kalau ada pasien yang putus berobat biasanya ada suatu kumpulan Pejabat ( Pejuang Hebat Martabat) yang kita minta untuk memberi dukungan kepada pasien TB MDR.” (Informan 1)

Berdasarkan kutipan tersebut dalam pengelolaan pasien TB MDR harus

dilakukan dengan tepat khususnya dalam meminum obat harus di depan petugas

dan memiliki PMO yang terlatih. Selain itu pasien yang putus berobat diberikan

semangat ataupun dukungan, motivasi dari perkumpulan Pejabat. Pejabat ini suatu

perkumpulan orang orang yang pernah menjadi pasien TB DR dan sudah sembuh

dari penyakit tersebut.

Sementara di Puskesmas Teladan pelaksanaan pengelolaan pasien dapat

diperoleh informasi :

“Petugas memantau obat-obatnya, efek samping yang di alami pasien, PMO diberikan informasi agar lebih terlatih dalam penanganan pasien. Pasien yang diluar daerah itu sudah di luar prosedur kita karena pasien bersih keras ingin tetap puskesmas Teladan yang menangani.” (Informan 2)

(33)

Berdasarkan wawancara mendalam tersebut dalam pengelolaan pasien

ditangani dengan memantau efek samping, obat-obatan dan mengingatkan pasien

untuk memakai masker pada saat berobat ke Puskesmas Teladan. Hanya saja

puskesmas Teladan kurang tegas dalam pemindahan pasien agar tetap pengawasan

minum obat di depan petugas. PMO sangat diharapkan memberikan

pendampingan yang serius kepada pasien TB MDR.

Beberapa hasil wawancara mendalam tentang pengelolaan pasien yang

dilakukan puskesmas Teladan kepada PMO dan pasien TB MDR didapatkan

informasi :

“Kurang tau sih kak PMO itu apa, tapi saya yang mengambil obat Bapak setiap bulan dan mengirimnya ke sana. Kalau minum obat waktu di sini bapak rajin kok kak, karena bapak juga mau sembuhnya.Pas ngambil obat di berikan informasi dari puskesmas Teladan supaya mengingatkan bapak untuk rajin minum obat, bilang jangan telat ngambil obat.” (Informan 4)

“Dulu sama bapak ke puskesmas mengambil obat kan, bapaknya di suntik. Memang ibu yang mendampingi bapak selama sakit ini, tapi gak tau lah ibu PMO namanya. Penyuluhan gak pernah ibu ikut, paling dijelaskan sama petugas lah dikit2 tentang penyakit bapak ini.” (Informan 5)

“Sebelum bapak pindah ke sini bapak selalu ke puskesmas suntik, cek berat badan, apalagi efek sampingnya obat ini dek banyak kalilah. Dijelaskannya penyakit bapak ini berbahaya supaya patuh aku minum obat.” (Informan 6)

(34)

Kutipan beberapa informan PMO dan Pasien TB MDR bahwa setiap

penyuluhan yang diadakan Puskesmas Teladan, PMO dan Pasien tidak pernah

ikut. Hal ini terjadi karena berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan

kurangnya minat PMO atau pasien untuk mengikuti penyuluhan dan kurangnya

persiapan petugas dalam mengundang PMO dan pasien jauh hari sebelum

penyuluhan dilaksanakan. Mengatasi hal demikian petugas memberikan

penjelasan sekilas tentang TB MDR pada PMO dan pasien pada saat berkunjung

ke Puskesmas.

4.2.4 Jaminan Ketersediaan OAT lini kedua

Hasil wawancara mendalam tentang ketersediaan OAT lini kedua dalam

program penanggulangan TB MDR di dapatkan informasi :

“Obat-obatan selalu lengkap dari RS Adam Malik ke setiap puskesmas dengan melihat juga tanggal kadaluarsa obat untuk menjamin mutu obat tersebut.” (Informan1)

“Obatnya ini dari RS Adam Malik dan maskernya juga diberikan namun,

terkadang kurang maskernya. Kalau obatnya lengkap kami

terima.”(Informan 3)

Berdasarkan kutipan diatas bahwa hasil penelitian tentang ketersediaan

OAT lini kedua selalu lengkap dan tidak rusak. Obat obatan dan masker diterima

dari RS Adam Malik ke puskesmas meskipun masker masih dengan jumlah yang

sedikit. Pernyataan ini semakin didukung dengan adanya informasi dari pasien

yaitu :

(35)

“Setiap kali mengambil obat ke puskesmas Teladan selalu ada sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan. Seperti “minggu depan diambil obatnya ya bu”, ya harus kita ambil lah dek.” (Informan 5)

“Ibu mengambil obat selalu adanya diberikan puskesmas dan maskernya kadang-kadangnya diberikan. Jadi maulah beli sendiri atau dari adam malik waktu cek setiap bulan kesana.” (Informan 7)

Setiap pengambilan obat untuk TB MDR, petugas selalu ada untuk

memberikannya sesuai dengan kebutuhan pasien, menghitung kecukupan obat

untuk penjadwalan pengambilan obat dan memberikannya dalam keadaan yang

bagus serta pemberian masker kepada pasien dilakukan hanya pada saat masker

tersedia di puskesmas.

4.2.5 Pencatatan dan Pelaporan

Hasil wawancara mendalam tentang pencatatan dan pelaporan dalam

penanggulangan TB MDR didapatkan infomasi :

“ Untuk kelancaran pencatatan pelaporan kita mendatangi puskesmas untuk memantau pelaksanaan program, melihat laporan agar mempermudah menghitung indikator setelah selesai pengobatan.” ( Informan 1)

“Pencatatan kita lakukan setiap kali pasien berobat ataupun PMO nya mengambil obat. Selain itu jika ada yang terduga TB MDR dicatat ke dalam buku. Dan setiap pencatatan akan di laporkan ke Dinas.” (Informan 2)

(36)

“Ngambil obat ibu dicatat, waktu bapak berobat pun adanya di catatnya” (Informan 5)

“Dulu waktu masih disana saya datang untuk periksa dan di timbang berat badan dek dan langsung dicatat di kartu berobat.” (informan 6)

“Bapak dulu hanya berat badan saja yang di timbang, sekarang bapak udah tidak pernah kesana. Dicatat mereka ke buku buku itulah” (Informan 7)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut di dapatkan bahwa pencatatan dan

pelaporan yang dilakukan Puskesmas Teladan sudah lengkap. Dinas Kesehatan

melakukan kunjungan ke puskesmas untuk memantau laporan dan pelaksanaan

Puskesmas terhadap Strategi DOTS Plus. Petugas TB MDR melakukan

pencatatan serta pemantauan terhadap pasien.Pencatatan dilakukan setiap kali

pasien datang berobat dan PMO mengambil obat untuk pasien TB MDR tersebut.

Sedangkan pemantauan yang dilakukan petugas sekedar memantau berat badan

saja kepada pasien TB MDR.

4.3 Hambatan Pelaksanaan Strategi DOTS Plus di Puskesmas Teladan

Hasil wawancara yang peneliti dapatkan tentang hambatan pelaksanaan

strategi DOTS Plus dalam program TB MDR ini adalah :

“Hambatannya dalam pengelolaan pasien dimana pasien masih kurang dalam menggunakan alat pelindung diri, dan hambatan geografis karena adanya pasien yang diluar daerah kita sementara dalam pengawasan puskesmas Teladan” (Informan 2)

(37)

terkadang pegawai disini pun mau menghindar dari pasien TB MDR ini.”( Informan 3)

“Kalau ngambil obat kadang tidak tepat waktu karena saya juga ada kegiatan kuliah kak.” (informan 4}

“Bapak minum obat gak bisa ibu lihat terus karena ibu juga ke pasar. Dan ngambil obat pun mau ibu telat ke puskesmas.” (Informan 5)

“Hambatan saya uanglah dek, karena banyak kali efek obat ini. Kalau tidak puding gak enak badan dek.” (informan 6)

“Rasa bosan itu lah hampir 2 tahun minum obat sekali 16 butir. Kalau gak patuh ulang lagi dari awal. Pakai masker pun sesak jadi kadang kadangnya ku pake.” ( Informan 7)

Berdasarkan kutipan hasil wawancara mendalam kepada beberapa

informan bahwa hambatan pelaksanaan strategi DOTS Plus terdapat dalam

pengelolaan pasien TB MDR. Pasien masih kurang dalam penggunaan alat

pelindung diri karena merasakan sesak dalam pemakaiannya. Adanya pasien yang

berada di luar kota dan dibawah pengawasan Puskesmas Teladan dan nomor HP

pasien yang susah dihubungi untuk dipantau. Hal ini seharusnya tidak boleh

terjadi karena sudah di luar prosedur penanganan pasien TB MDR. Selain itu juga

PMO yang tidak tepat waktu dalam pengambilan obat ke puskesmas karena

berbagai alasan.

4.4 Keberhasilan Pelaksanaan Strategi DOTS Plus di Puskesmas Teladan Hasil wawancara mendalam tentang keberhasilan pelaksanaan strategi

(38)

“Keberhasilan dilihat dari cara menemukan kasus dan melanjutkan pengobatan sampai berhasil dinyatakan sembuh. Dan kurang tau juga bagaimana menghitung indikatornya karena pasien kita masih dalam pengobatan.” (informan 2)

“Untuk keberhasilan program ini ibu kurang tau. Karena gak seperti TB Paru kan udah ada cara menghitungnya. Kalau TB MDR ini belum tau juga, nantilah tunggu selesai pengobatannya”( Informan 3)

Berdasarkan kutipan tersebut bahwa keberhasilan pelaksanaan strategi

DOTS plus masih dalam proses karena pasien TB MDR di puskesmas Teladan

sedang dalam pengobatan. Pengobatan pasien TB MDR di puskesmas Teladan

baru dimulai semenjak tahun 2014 dan hingga pada saat ini belum selesai masa

pengobatan. Ketika pengobatan selesai maka dapat di nilai berdasarkan indikator

yang telah ditetapkan.

Setelah pengobatan selesai di puskesmas Teladan, keberhasilan

pelaksanaan program penanggulangan TB MDR dengan strategi DOTS plus

berdasarkan lima komponen diharapkan dapat memberikan angka kesembuhan

bagi penderita TB MDR. Setiap komponen yang telah dilaksanakan dapat

(39)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Analisis Pelaksanaan Strategi DOTS Plus di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2016

Strategi DOTS Plus merupakan pendukung program penanggulangan TB

MDR. Program penanggulangan TB MDR di Puskesmas Teladan dilakukan

dengan strategi DOTS Plus sejak tahun 2014 setelah adanya pasien TB MDR.

Strategi DOTS plus dinilai paling efektif dalam pencapaian angka kesembuhan

berdasarkan lima komponen yang ada.

Kelima komponen DOTS plus diharapkan terlaksana dengan baik agar

dapat mencapai kesembuhan pada penderita TB MDR dan sesuai dengan indikator

yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan strategi DOTS Plus dengan kelima

komponen di puskesmas Teladan belum terlaksana dengan maksimal. Karena

masih ditemukannya kekurangan dalam pelaksanaan strategi DOTS plus di

Puskesmas Teladan.

5.1.1 Komitmen Politis Yang Berkesinambungan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaan komponen komitmen

politis sebagai strategi DOTS plus di Puskesmas Teladan berjalan dengan baik.

Pemerintah telah membuat keputusan untuk menjadikan program TB MDR

dengan strategi DOTS plus terlihat dari adanya Permenkes No 13 Tahun 2013

tentang “Pedoman Manajemen Terpadu pengendalian Tuberkulosis Resisten

(40)

dilaksanakan di Puskesmas Teladan pada tahun 2014 setelah adanya pasien TB

MDR. Puskesmas Teladan melakukan penjaringan suspek TB yang diduga TB

MDR dan merujuk ke RS Adam Malik. Kemudian akan menangani pasien yang

dinyatakan TB MDR selama 2 tahun dengan 6 bulan suntik.

Komitmen politis pemerintah dalam mendukung pengawasan tuberkulosis

adalah penting terhadap keempat unsur lainnya untuk dijalankan dengan baik.

Komitmen ini seyogyanya dimulai dengan keputusan pemerintah untuk

menjadikan tuberkulosis sebagai prioritas penting/utama dalam program

kesehatan. Untuk mendapatkan dampak yang memadai maka harus dibuat

program nasional yang menyeluruh yang diikuti dengan pembuatan buku petunjuk

(guideline) yang menjelaskan bagaimana DOTS dapat diimplementasikan dalam

program/sistem kesehatan umum yang ada. Begitu dasar-dasar ini telah diletakan

maka diperlukan dukungan pendanaan serta tenaga pelaksana yang terlatih untuk

dapat mewujudkan program menjadi kegiatan nyata di masyarakat.

(Aditama,2001)

Komitmen politis didukung dengan adanya investasi dan kegiatan berupa

pengembangan infrastruktur, sumber daya manusia, kerja sama lintas program dan

lintas sektor, dukungan dari kebijakan – kebijakan pengendalian TB untuk

pelaksanaan program secara rasional, termasuk tersedianya OAT lini kedua dan

sarana pendukung lainnya. Selain itu, Program Pengendalian TB Nasional harus

diperkuat untuk mencegah meningkatnya kejadian TB MDR dan timbulnya TB

(41)

Berdasarkan hasil penelitian kegiatan yang mendukung komitmen politis

seperti pengembangan sumber daya manusia telah dilakukan dengan pelatihan ke

beberapa puskesmas akan tetapi Puskesmas Teladan belum mendapatkannya. Hal

ini terjadi karena pada saat pelatihan diselenggarakan belum ada pasien yang

ditangani Puskesmas Teladan. Buku panduan juga didapatkan pada saat pelatihan

oleh karena itu Puskesmas Teladan tidak memiliki buku tersebut. Namun tidak

menjadi penghalang untuk menangani pasien TB MDR karena canggihnya

teknologi saat ini yaitu dengan mencari di internet yang berhubungan dengan

penanganan TB MDR. Petugas Puskesmas Teladan hanya ikut berpartisipasi

dalam sosialisasi tentang penjaringan, penemuan kasus serta pengobatan TB

MDR.

Kegiatan kerja sama yang dilakukan puskesmas Teladan berupa kerja

sama lintas program dan lintas sektor. Hasil Penelitian didapatkan bahwa kerja

sama lintas program di Puskesmas Teladan dilakukan dengan baik karena petugas

kesehatan saling berkoordinasi satu sama lain dalam memberikan obat dan

memberikan suntik kepada pasien. Kerja sama lintas program dilakukan bersama

dengan program HIV seperti menangani pasien Ko-infeksi, Promosi kesehatan

dengan memeberikan penyuluhan ke wilayah kerja puskesmas dan dibantu juga

dari bagian Apotik dalam pemberian obat serta Laboratorium untuk memberikan

hasil periksa sputum. Sedangkan Kerja sama lintas sektor dilakukan bersama

kelurahan, kecamatan maupun organisasi keagamaan ( Aisiyah ) untuk dapat

(42)

dan memberikan informasi ke Puskesmas Teladan jika menemukan masyarakat

dengan kriteria TB MDR.

Selain itu adanya dukungan dana dalam pelaksanaan TB MDR yang

bersumber dari dana APBN merupakan suatu dukungan dari pemerintah sebagai

wujud nyata komitmen politis yang berkesinambungan dalam menjalankan

program penanggulangan TB MDR. Dana yang diperoleh Puskesmas Teladan

digunakan untuk biaya penyuluhan, dan pengobatan, namun tidak ada di

khususkan untuk penjaringan kasus dengan mengunjungi masyarakat secara

langsung. Puskesmas Teladan mengatasi hal tersebut dengan menggunakan dana

BOK yang tersisa pada tahun sebelumnya.

5.1.2 Strategi Penemuan Kasus

Komponen ini terdiri dari ketepatan dalam mendiagnosis dengan akurat

dan ketepatan waktu. Hal ini dapat dilihat melalui pemeriksaan apusan dahak

secara mikroskopis, biakan dan uji kepekaan. Komponen strategi penemuan kasus

harus dilaksanakan dengan akurat mulai dari penjaringan sampai dilakukannya

pengobatan kepada pasien untuk mencegah penularan di lingkungan sekitarnya.

(Kemenkes RI,2013)

Penemuan pasien merupakan langkah awal dalam penanggulangan TB

MDR. Dimana penemuan dan pengobatan pasien TB-MDR secara bermakna akan

dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB, sekaligus merupakan

kegiatan pencegahan penularan TB-MDR yang efektif di masyarakat. Strategi

(43)

kelompok populasi yang terdampak TB dan populasi rentan, penjaringan terduga

pasien TB-MDR dilakukan di fasilitas kesehatan oleh petugas kesehatan dengan

menemukan gejala-gejala yang termasuk dalam kategori penyakit TB-MDR.

Menurut hasil penelitian penemuan kasus yang dilakukan di Puskesmas

Teladan dengan cara menunggu pasien datang berobat atau secara pasif akan

tetapi dengan promosi yang aktif. Menurut Kepala puskesmas Teladan lebih baik

menangani satu pasien dengan tuntas dibandingkan mencari pasien dari

rumah-rumah akan tetapi putus berobat. Bentuk dari promosi yang dilakukan puskesmas

Teladan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui kerja sama

lintas sektor.

Penjaringan pasien TB MDR dilakukan pada pasien yang datang ke

puskesmas saja dengan tanda dan gejala TB yang diduga tergolong pada kategori

penderita TB-MDR. Penjaringan dilakukan dengan pemeriksaan 3 spesimen

dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu dan dengan

melihat riwayat pengobatan TB terdahulu

Penegakan diagnosis TB-MDR dengan menggunakan uji kepekaan obat

dengan standart yang telah di tetapkan. Dengan tujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya resistensi Mycobacterium tuberkulosis terhadap OAT. Pemeriksaan uji

kepekaan Mycobacterium tuberkulosis dilakukan dengan menggunakan metode

konvensional atau menggunakan metode tes cepat dengan menggunakan

GeneXpert dan hasil pemeriksaan dapat diketahui dalam kurun waktu kurang

lebih 2 jam. Pemeriksaan kepekaan obat ini dilakukan di laboratorium rujukan

(44)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa untuk penegakan diagnosis

TB-MDR tidak dapat dilakukan di puskesmas dikarenakan tidak adanya

ketersediaan dukungan alat yang digunakan untuk diagnosa dan pemeriksaan

kultur dan uji kepekaan OAT di puskesmas. Maka dalam hal penegakan diagnosis

TB-MDR puskesmas melakukan rujukan ke RS Adam Malik. Rujukan dapat

berupa slide dahak penderita terduga TB-MDR ataupun penderita tersebut, namun

selama ini yang dilakukan hanya rujukan slide dahak penderita saja. Setelah

pemeriksaan dan diketahui hasilnya positif maka hasil pemeriksaan di kirimkan

kembali ke puskesmas agar diberi pengobatan.

Maka strategi penemuan kasus TB MDR didapatkan bahwa di Puskesmas

Teladan hanya dapat menduga pasien TB MDR berdasarkan 9 kriteria pasien

terduga TB MDR. Hal ini terjadi karena tidak adanya alat gen Xpert untuk

mengkultur dahak pasien terduga TB MDR. Maka Puskesmas Teladan hanya

dapat merujuk pasien ke RS Adam Malik dan setelah hasilnya positif akan

dikembalikan ke puskesmas untuk melanjutkan pengobatan. Karena kurangnya

dukungan alat puskesmas tidak dapat mendiagnosis pasien TB MDR.

Strategi penemuan kasus yang dilakukan di Puskesmas Teladan telah

berjalan dengan baik mulai dari penjaringan sampai pengobatan kepada pasien

sesuai dengan arahan dari pihak RS Adam Malik. Penegakan diagnosis dilakukan

secara tepat di RS Adam Malik dengan alat yang telah tersertifikasi untuk

(45)

5.1.3 Pengelolaan pasien TB MDR

Pengobatan dengan OAT haruslah yang berkualitas sesuai dengan panduan

pengobatan yang tepat. Hal ini dapat dilihat melalui pengobatan dengan PMO

yang terlatih, adanya prosedur tetap untuk mengawasi, dan mengatasi kejadian

efek samping obat. Walaupun pengelolaan pasien dilakukan dengan baik, tapi

tanpa didukung ketersediaan OAT maka pelaksanaan strategi akan menjadi

kurang baik. (Kemenkes RI,2013)

Untuk menjamin keteraturan pengobatan TB MDR perlu adanya Pengawas

Minum Obat (PMO). PMO merupakan orang yang dipercaya dan ditunjuk sebagai

pengawas dan pemantau pasien TB MDR dalam minum obat dengan teratur dan

tuntas.

Persyaratan penggunaan pengawas minum obat adalah:

1. Seseorang yang dikenal , dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas

kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh

pasien

2. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien

3. Bersedia membantu pasien dengan sukarela

4. Bersedia di latih dan atau mendapatkan penyuluhan bersama sama dengan

pasien.(Informasi Dasar PMO TB, 2014)

Tugas seorang PMO yaitu :

1. Menyiapkan dan mengingatkan pasien saat minum obat,

2. Memotivasi pasien saat merasa bosan mengkonsumsi obat setiap hari,

(46)

4. Memberitahu pasien hal yang harus dan tidak boleh dilakukan; seperti

menggunakan masker saat di rumah maupun keluar dan harus menutup

mulut saat batuk ( Erlinda et al,2013)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Teladan diketahui

bahwa terdapat 3 pasien TB MDR yang sedang dalam pengobatan dan

masing-masing memiliki PMO. PMO dari 2 pasien TB MDR yang diteliti merupakan

keluarga dekat pasien. PMO tidak pernah ikut penyuluhan dalam penanganan TB

MDR. Sehingga dalam pelaksanaannya PMO hanya menjalankan tugas

mengambil obat dan memberikannya kepada pasien seperti anjuran petugas

kesehatan. PMO tidak mendapatkan sosialisasi dalam upaya penemuan kasus baru

mengenai gejala-gejala TB, mereka hanya mendapatkan informasi mengenai tugas

yang harus mereka lakukan, sehingga mereka tidak mengetahui apabila ada

masyarakat atau keluarga sekitarnya terkena TB sehingga mengakibatkan tidak

tercapainya angka penemuan kasus.

Salah satu pasien TB MDR berada di luar kota setelah selesai masa

penyuntikan. Hal ini tidak lagi sesuai dengan prosedur dimana pasien seharusnya

berada dalam pantauan Puskesmas Teladan. Petugas seharusnya secara tegas tidak

membiarkan kejadian ini terjadi melainkan memindahkan pasien tersebut ditempat

tinggal yang baru meskipun pasien bersih keras untuk tetap dalam pengawasan

Puskesmas Teladan. Selain itu berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan

didapatkan bahwa PMO kurang mengawasi pasien dalam minum obat karena

PMO sibuk bekerja. Sementara hasil penelitian menyatakan peran PMO keluarga

(47)

supervisi intensif dari tenaga kesehatan (Frieden & Sbarbao,2007) serta mendapat

cukup pelatihan dan penyuluhan dari petugas kesehatan (Wirdani,2001).

Dalam pengelolaan pasien di Puskesmas Teladan dilakukan pengobatan

efek samping dan pemberian obat kepada pasien dan disertai penimbangan berat

badan. Hal itu berjalan lancar pada awal masa 6 bulan suntik karena pasien rajin

datang ke Puskesmas. Akan tetapi setelah berlalu masa penyuntikan pasien jarang

datang bahkan ada yang di luar kota. Salah satu pasien merasakan kurangnya

pelayanan di puskesmas karena merasa di hindari pegawai yang bekerja di sana.

Sehingga dalam pengelolaan pasien yang dilaksanakan Puskemas Teladan

masih kurang optimal karena kurang tegasnya petugas untuk memindahkan pasien

yang di luar kota. Selain itu dalam pengelolaan pasien PMO kurang memahami

tugasnya karena tidak mendapatkan penyuluhan dan hanya mengetahui untuk

mengingatkan pasien untuk minum obat.

5.1.4 Jaminan Ketersediaan OAT lini kedua

Pengelolaan OAT lini kedua lebih rumit daripada OAT lini pertama. Hal

ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : waktu kadaluarsa yang lebih

singkat, cara penghitungan kebutuhan pemakaian yang berdasar kebutuhan per

individual pasien, jangka waktu pemberian yang berbeda sesuai respons

pengobatan, beberapa obat memerlukan cara penyimpanan khusus yang tidak

(48)

Sesuai dengan program penanggulangan TB MDR maka pemerintah

menyediakan OAT lini kedua di puskesmas-puskesmas dalam bentuk paket

(Kombipak) dengan kemasan yang baik dan tidak mudah rusak. Paket kombipak

ini harus di minum oleh penderita sesuai dengan waktu yang telah di

perhitungkan. Obat-obatan dikirim dari RS Adam Malik ke setiap puskesmas

yang menangani pasien TB MDR.

Dalam pengadaan OAT TB-MDR RS Adam Malik berkoordinasi dengan

Dinas Provinsi Sumatera Utara, sementara pihak dinas berkoordinasi dengan

Kementerian Kesehatan RI dalam pendanaan yang dibutuhkan untuk

penanggulangan program TB-MDR. Pendistribusian OAT TB-MDR dari pihak

RS Adam Malik ke puskesmas diberikan setiap 3 bulan sekali, pendistribusian

OAT ini berdasarkan jumlah pasien yang menjalankan pengobatan. Puskesmas

Teladan memiliki sebanyak 3 orang pasien dimana pasien telah selesai

mendapatkan obat injeksi. Mulai awal pengobatan setiap pasien minum obat

setiap hari, sehingga dalam sebulan dibutuhkan sebanyak 24 paket per bulan

untuk 1 pasien.

Berdasarkan pendistribusian obat dari RS Adam Malik ke Puskesmas

Teladan dilaksanakan sesuai dengan jumlah pasien dan jumlah obat yang

diberikan puskesmas kepada pasien dalam pengobatan. Sementara untuk alat

penunjang seperti masker, aquades, spuit kurang sehingga puskesmas

menggunakan anggaran BOK untuk memenuhinya. Hal ini terjadi karena

(49)

Obat-obatan yang diterima puskesmas selalu lengkap dan dalam keadaan

bagus sehingga terjamin mutunya terlihat dari waktu kadaluarsa yang bagus,

jumlah sesuai dengan kebutuhan pasien. Petugas juga memperhatikan cara

perhitungan dalam pembagian obat kepada pasien dengan secukupnya.

5.1.5 Pencatatan dan pelaporan

Pada sistem pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan

pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB MDR menunjukkan hasil

yang optimal. Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu elemen yang sangat

penting dalam sistem informasi penanggulangan TB MDR. Untuk itu pencatatan

dan pelaporan perlu dilakukan berdasarkan klasifikasi dan tipe penderita. Semua

unit pelaksana program penanggulangan TB MDR harus melaksanakan suatu

sistem pencatatan dan pelaporan yang baku.

Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa informan didapatkan informasi

bahwa petugas puskesmas langsung mencatat dan membuat kartu berobatnya.

Kartu berobat diberikan kepada penderita atau biasanya dapat disimpan di

puskesmas agar tidak hilang. Pencatatan yang dilakukan oleh petugas berguna

agar pengobatan lengkap, tidak tertinggal, dan untuk mengevaluasi kondisi

penderita dan kemajuan pengobatannya (Depkes RI, 2002).

Laporan setiap hasil kegiatan penanggulangan TB MDR yang

dilaksanakan dicantumkan dalam format yang baku dari departemen kesehatan.

(50)

petugas di lapangan.Dinas kesehatan kota Medan akan berkunjung untuk melihat

laporan dan memantau pelaksanaan program TB MDR di Puskesmas Teladan.

Diketahui bahwa laporan rutin dilaksanakan dengan tepat waktu dan

lengkap sesuai dengan format laporan yang baku. Dengan adanya laporan dari

puskesmas maka Dinas kesehatan akan memberikan umpan balik.

Prosedur penegakan diagnosis TB MDR memerlukan waktu yang

bervariasi, masa pengobatan yang panjang dan tidak sama lamanya, banyaknya

jumlah OAT yang ditelan, efek samping yang mungkin ditimbulkan merupakan

hal-hal yang menyebabkan perbedaan antara pencatatan dan pelaporan formulir

yang ada selama ini. Hasil pencatatan dan pelaporan diperlukan untuk analisis

kohort, menghitung indikator antara pemeriksaan biakan dan uji kepekaan OAT

dan laporan hasil pengobatan. Selain itu pengawasan rutin harus dilakukan untuk

memverifikasi kualitas informasi dan untuk mengatasi masalah kinerja petugas.

Monitoring atau pengawasan akan membantu untuk menjamin agar

program yang dilakukan dapat berjalan seperti yang diharapkan dan membantu

tenaga serta pengawas untuk mempertahankan jumlah dan mutu pekerjaan yang

diharapkan. Pengawasan yang baik adalah pengawasan yang tepat waktu,

sederhana, minimal, dan luwes (McMahon, 1999).

Berdasarkan penelitian pelaksanaan pemantauan dan evaluasi yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan dalam pelaksanaan program TB

MDR dengan strategi DOTS Plus yaitu dengan menginformasikan kepada petugas

TB MDR puskesmas untuk mengantarkan laporan TB setiap bulan dan

(51)

yang dibagi dalam triwulan I, II, II, dan IV. Petugas akan memeriksa hasil

kelengkapan data yang di lakukan oleh puskesmas dengan melihat formulir, untuk

mencegah terjadinya kesalahan petugas dalam menulis laporan. Apabila laporan

dari puskesmas terlambat, maka petugas Dinas Kesehatan akan mengingatkan

kepada petugas TB untuk mengantarkan laporan ke Dinas Kesehatan Kota Medan.

Petugas dinas melakukan suvervisi ke puskesmas sekaligus melakukan

pemantauan dan evaluasi terhadap program TB MDR. Pemantauan dan evaluasi

harus dilakukan untuk meninjau langsung pencatatan dan pelaporan yang

dilakukan oleh puskesmas.

Mengevaluasi efektifitas suatu program adalah menentukan nilai dari hasil

yang dicapai oleh tim kesehatan. Evaluasi diadakan untuk mengetahui sejauh

mana program yang dilaksanakan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan

tenaga kesehatan. Informasi yang didapat untuk memperbaiki kuantitas, kualitas,

aksesibilitas, efisiensi dari pelayanan kesehatan (McMahon, 1999).

5.2 Hambatan pelaksanaan Strategi DOTS plus di Puskesmas Teladan Tahun 2016

Hambatan pelaksanaan Strategi DOTS plus pada program penanggulangan

TB MDR adalah masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program

penanggulangan TB MDR. Setiap masalah dapat mempengaruhi kinerja dalam

pelaksanaan program.

Berdasarkan obsevasi yang peneliti lakukan bahwa yang menjadi

hambatan dalam pelaksanaan strategi DOTS plus terdapat dalam pengelolaan

(52)

kesulitan dalam pengelolaan pasien karena pasien yang tidak datang ke puskesmas

dan berada di luar daerah. Petugas juga kurang tegas dalam pemindahan pasien ke

luar kota tempat pasien tinggal. Selain itu petugas juga sulit dalam berkomunikasi

dengan pasien karena nomor telepon pasien yang susah untuk di hubungi.

Dari sisi PMO dalam menjalankan perannya memiliki hambatan dalam

penanganan pasien terlihat dari PMO yang sibuk bekerja dan berada berbeda jarak

dengan pasien. PMO juga tidak mendapatkan penyuluhan melainkan hanya

informasi pada saat mengambil obat. PMO hanya memahami untuk mengambil

obat dan mengingat pasien minum obat tanpa harus melihat pasien meminumnya

langsung.

Pasien dalam menjalankan pengobatan mengalami banyak efek samping

dalam pengobatan dan kurangnya kesadaran untuk memakai alat pelindung diri

karena merasa ketidaknyamanan atau sesak tanpa menghiraukan penularan yang

terjadi pada orang lain. Selain itu pasien juga mengalami kejenuhan dalam

mengkonsumsi obat karena jangka waktu pengobatan yang lama yaitu selama 2

tahun.

Setiap hambatan dapat diatasi dengan kerjasama yang baik antara setiap

orang yang berperan di dalamnya. Kerjasama antara petugas , PMO dan pasien

sebagai pendukung untuk meminimalisirkan penularan TB MDR dan pengobatan

Gambar

Tabel 3.1 Karakteristik Informan
Gambar 4.1 Struktur organisasi penanggulangan TB MDR di Puskesmas             Teladan
Tabel 4.1 Jumlah penduduk berdasarkan kelurahan  Tahun 2015
Tabel 2.1 Panduan standar obat di RSU Dr. Soetomo dan RS Persahabatan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, baik transaksi e-commerce maupun jual beli tradisional tidak dilarang sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Jumuah110; (2) Meskipun tidak dilakukan secara

[r]

22 DESI YURI LANATAMA AKUNTANSI PAGI BAIK SEKALI LULUS 23 AYUNG ADUMA DEVANATA MANAJEMEN MALAM BAIK SEKALI LULUS 24 MUHAMAD SYAIFUDIN MANAJEMEN MALAM BAIK SEKALI LULUS 25

Program studi yang diusulkan harus memiliki manfaat terhadap institusi, masyarakat, serta bangsa dan negara. Institusi pengusul memiliki kemampuan dan potensi untuk

Berdasarkan hasil seleksi tes masuk calon mahasiswa baru gelombang I Tahun Akademik 2015/2016 yang diselenggarakan tanggal 27 Juni 2015 di Aula Kampus STIE Kesuma Negara

Program studi yang diusulkan harus memiliki manfaat terhadap institusi, masyarakat, serta bangsa dan negara. Institusi pengusul memiliki kemampuan dan potensi untuk

[r]

Tujuan penelitian yaitu: 1) mengetahui penerapan asessment kinerja dapat meningkatkan aktivitas siswa pada konsep pencemaran; 2) mengetahui perbedaan keterampilan proses sains