• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Hukum Upaya-upaya Pencegahan Terjadinya Kredit Bermasalah (Studi di PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aspek Hukum Upaya-upaya Pencegahan Terjadinya Kredit Bermasalah (Studi di PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe)"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Badrulzaman, Mariam Darus, Perjanjian Kredit Bank, Alumni: Bandung, 2003.

Bahsan, M., Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta, 2010.

Darmawi, Herman, Manajemen Perbankan, Bumi Aksara: Jakarta, 2011.

Djumhana, M., Kredit Sebagai Unsur-Unsur Perikatan, Penerbit Ghalia: Jakarta, 2000.

Fuady, Munir, Hukum Perkreditan Kontemporer, Penerbit Citra Aditya Bakti: Bandung, 2002.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Penerbit Kencana: Jakarta, 2005.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Rajagrafindo Persada: Jakarta, 1998.

Mahdi, Sri Soesilowati, Surini Ahlan Sjarif, Akhmad Budi Cahyono, Hukum Perdata Suatu Pengantar, Jakarta: Gitama Jaya Jakarta, 2005.

Mahmoedin, As., Melacak Kredit Bermasalah, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta, 2010.

Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia), Penerbitan Fak. Ekonomi UI;

Jakarta, 2004.

Naja, H. R. Daeng, Hukum Kredit dan Bank Garansi, PT. Citra Aditya Bakti; Bandung, 2005.

(2)

Nurhadi dan Tim Penulis, Bunda Rehngena Silent Woman By Wisdom, Pustaka Dunia; Jakarta, 2012.

Satrio, J., Hukum Jaminan, Hak-hak Kebendaan, Citra Aditya Bakti; Bandung. 1991.

Supramono, Gatot, Perjanjian Utang Piutang, Kencana Prenada Media Group; Jakarta, 1999.

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, PT. Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2003.

Sutojo, Siswanto, The Management of Commercial Bank, Damar Mulia Pustaka: Jakarta, 2007.

Suyatno, Thomas, dkk., Kelembagaan Perbankan, Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 1993.

Tim Bahasa Pustaka Agung Harapan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen, CV. Pustaka Agung Harapan; Surabaya, 2009.

Tobing, Ruyanti Dorotea, Hukum Perjanjian Kredit Konsep Perjanjian Kredit Sindikasi Yang Berasaskan Demokrasi Ekonomi, Laksbang Grafika;

Yogyakarta, 2014.

Untung, Budi, Kredit Perbankan di Indonesia, Penerbit Andi; Yogyakarta, 2000.

Internet

“Pengertian Kredit bermasalah” Juni 2015

(3)

“Pengertian Kredit Bermasalah Definisi Faktor Penyebab Menurut Perspektif KUH Perdata, Oktober 2015.

Wawancara

Hasil wawancara kepada Bapak Harri Ischan, jabatan selaku Divisi Analisis Kredit di PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe, tanggal 28 Agustus 2015

Hasil wawancara dengan Ibu Octaviana Wibowo, jabatan selaku Divisi Legal PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe tanggal 3 September 2015.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

(4)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT

A.Pengertian dan Unsur-unsur Kredit

Beberapa penyebutan istilah kredit dari berbagai bahasa asing, yakni credere (bahasa Yunani), credito (bahasa latin). Di dalam kamus lengkap bahasa

Indonesia moderen, istilah kredit diartikan ansuran, cicilan, mengangsur,

mencicil.22

Secara etimologis istilah kredit yang berasal dari bahasa latin, yaitu credere yang berarti kepercayaan, misalnya seorang nasabah debitur memperoleh

kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapatkan kepercayaan dari bank. Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit adalah

kepercayaan.23

Kredit dilihat dari sudut bahasa berarti kepercayaan, dalam arti bahwa apabila seseorang atau badan usaha mendapatkan kredit dari bank, orang atau badan usaha telah mendapat kepercayaan dari bank pemberi kredit.24 Dengan pengertian tersebut dapat dipahami, bahwa kredit merupakan suatu utang atau peminjaman uang.

22

Tim Bahasa Pustaka Agung Harapan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen, CV. Pustaka Agung Harapan; Surabaya, hal. 323.

23

Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Penerbit Citra Aditya Bakti: Bandung, 2002, hal. 5

24

H. R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, PT. Citra Aditya Bakti; Bandung, hal.123.

(5)

Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran dikemudian hari atau memperoleh pinjaman uang, yang pembayaraanya dilakukan dikemudian hari dengan cicilan

atau angsuran sesuai dengan perjanjian.25

Savelberg menyatakan bahwa kredit mempunai arti antara lain:26

a. Sebagai dasar dari setiap perikatan dimana seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain.

b. Sebagai jaminan dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan memperoleh kembali apa yang diserahkan itu (commdatus, depositus, regulare, pignus).

Levy merumuskan arti hukum dari kredit, bahwa kredit ialah menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu

dibelakang hari.27

M. Jakile mengemukakan bahwa kredit adalah suatu ukuran kemampuan dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal tersebut.28

Menurut O. P. Simorangkir, bahwa kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontra prestasi) akan terjadi pada

25

Ruyanti Dorotea Tobing, Hukum Perjanjian Kredit Konsep Perjanjian Kredit Sindikasi

Yang Berasaskan Demokrasi Ekonomi, Laksbang Grafika; Yogyakarta, hal. 178 26

Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Alumni: Bandung, 2003, hal. 21

27 Ibid. 28

(6)

waktu mendatang.29 Sedangkan, menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak lain untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Berdasarkan pengertian kredit yang ditetapkan oleh UU sebagaimana tersebut di atas, suatu pinjam-meminjam uang akan digolongkan sebagai kredit

perbankan sepanjang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut, yakni:30

a. Adanya penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang.

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang tersebut dilakukan oleh bank. Bank adalah penyedia dana dengan menyetujui pemberian sejumlah dana yang kemudian disebut sebagai jumlah kredit atau plafon kredit. Sementara tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang dalam praktik perbankan misalnya berupa pemberian (penerbitan) garansi bank dan penyediaan fasilitas dana untuk pembukaan letter of credit (LC).

b. Adanya persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain.

Persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam merupakan dasar dari penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan 29

Op. Cit., H.R. Daeng Naja. 30

(7)

peyediaan uang tersebut. Persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam dibuat oleh bank dengan pihak debitur yang diwujudkan dalam bentuk perjanjian kredit.

Perjanjian kredit sebagai salah satu jenis perjanjian, tunduk kepada ketentuan hukum perikatan dalam hukum positif di Indonesia. Pengaturan tentang perjanjian terdapat dalam ketentuan-ketentuan KUHPerdata, Buku Ketiga tentang Perikatan, dan ketentuan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sepanjang yang mengatur tentang larangan pencantuman klausul baku dalam perjanjian.

Perjanjian pinjam-meminjam uang antara bank dengan debitur lazim disebut perjanjian kredit, surat perjanjian kredit, akad kredit, dan sebutan lain yang hampir sejenis. Perjanjian kredit yang dibuat secara sah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku (antara lain memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata) merupakan UU bagi bank dan debitur. Ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata menetapkan suatu perjanjian yang sah berlaku sebagai UU bagi pihak yang berjanji. c. Adanya kewajiban melunasi utang.

(8)

ketentuan perjanjian kredit. Dengan demikian, kredit perbankan bukan suatu bantuan dana yang diberikan secara cuma-cuma. Kredit perbankan adalah suatu utang yang harus dibayar kembali oleh debitur. d. Adanya jangka waktu tertentu.

Pemberian kredit terkait dengan suatu jangka tertentu. Jangka waktu tersebut ditetapkan pada perjanjian kredit yang dibuat bank dengan debitur. Jangka waktu yang ditetapkan merupakan batas waktu kewajiban bank untuk menyediakan dana pinjaman dan menunjukkan kesempatan dilunasinya kredit.

Berdasarkan jangka waktu tertentu tersebut dapat disimpulkan bahwa jangka waktu kredit harus ditetapkan secara tegas karena menyangkut hak dan kewajiban masing-masing pihak.

e. Adanya pemberian bunga kredit.

Terhadap suatu kredit sebagai salah satu bentuk pinjaman uang ditetapkan adanya pemberian bunga. Bank menetapkan suku bunga atas pinjaman uang yang diberikannya. Suku bunga merupakan harga atas uang yang dipinjamkan dan disetujui bank kepada debitur. Namun, sering pula disebut sebagai balas jasa atas penggunaan uang bank oleh debitur. Sepanjang terhadap bunga kredit yang ditetapkan dalam perjanjian kredit dilakukan pembayaran oleh debitur, akan merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama bagi bank.

(9)

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

2. Kesepakatan

Disamping unsur kepercayaan didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pmberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing- masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencangkup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

4. Risiko

(10)

panjang suatu kredit semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam, atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.

5. Balas Jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil

B.Fungsi dan Manfaat Kredit

Adapun yang menjadi fungsi kredit itu dalam kehidupan perekonomian, peradagangan, keuangan, dalam garis besarnya adalah sebagai berikut:

1. Kredit dapat meningkatkan dayaguna (utility) dari modal/uang

(11)

demikian dana yang ada di bank tersebut tidak mengendap atau diam, tetapi disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat.

2. Kredit untuk meningkatkan dayaguna (utility) dari sesuatu barang. Dengan adanya bantuan kredit dari bank, akan dapat membantu produsen untuk memproduksi bahan mentah menjadi bahan jadi, sehingga dayaguna (utility) dari bahan tersebut meningkat. Misalnya peningkatan dayaguna (utility) kelapa menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak kelapa/minyak goreng, peningkatan dayaguna benang tekstil dan lain-lain.

3. Kredit meningkatkan peredaran dan lalulintas uang.

Kredit yang disalukan melalui rekening-rekening koran pengusaha, akan menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya, seperti cheque, giro bilyet, wesel, dan sebagainya. Melalui kredit peredaran uang charteal maupun uang giral akan lebih berkembang oleh karena kredit menciptakan kegairahan berusaha, sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

4. Kredit akan menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

(12)

kemampuan. Karena itu pulalah pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank, kemudian dipergunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktifitasnya. Dengan demikian secara otomatis kemudian timbul pula kesan bahwa setiap usaha untuk peningkatan produktifitas, masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan modal, karena masalah tersebut dapat diatasi oleh bank dengan memberikan kreditnya.

5. Kredit sebagai alat stabilitasi ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilisasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha pengedalian inflasi, peningkatan ekspor, rehabilitasi prasarana, pemenuhan kebutuhan- kebutuhan pokok rakyat. Dengan demikian arah pemberian kredit harus berpedoman pada pemberian pembatasan, yaitu pengarahan ke sektor- sektor produktif.

6. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional.

Para pengusaha yang memperoleh krdit tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usahanya berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini dikembalikan lagi, dalam arti dikembalikan kedalam struktur modal, maka peningkatan akan berlangsung terus menerus. Dengan pendapatan yang terus meningkat berarti peningkatan pembayaran jumlah pajak oleh perusahaan.

(13)

samping itu dengan semakin efektifnya kegiatan swa-sembada kebutuhan-kebutuhan pokok, berarti akan menghemat devisa keuangan negara, dan akan dapat diarahkan, pada usaha-usaha kesejahteraan ataupun sektor-sektor lain yang lebih berguna. Apabila setiap pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal, dan buruh atau karyawan mengalami peningkatan pendapatan, maka pendapatan negara melalui pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah, dan penggunaan devisa untuk konsumsi berkurang, dengan demikian langsung atau tidak, melalui pembrian kredit akan menambah pendapatan nasional. 7. Kredit sebagai alat penghubung ekonomi internasional.

Bank sebagai lembaga pemberi kredit tidak saja bergerak di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Seperti kita ketahui bahwa negara- negara kaya atau yang kuat ekonominya, demi persahabatan antara negara banyak memberikan bantuan kepada negara yang sedang berkembang. Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bunga relatif kecil atau murah, dan jangka waktu penggunaan yang panjang. Melalui bantuan kredit antara negara inilah maka hubungan antar negara pemberi kredit dan negara penerima kredit akan bertambah erat terutama yang mengenai hubungan perekonomian dan perdagangan.31 Kredit juga memiliki manfaat, yaitu sebagai berikut:32

a. Bagi Debitur

1. Meningkatkan usahanya dengan pengadaan berbagai faktor produksi.

31

Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Penerbit Andi; Yogyakarta, 2000, hal. 4

(14)

2. Kredit bank relatif mudah diperoleh bila usaha debitur layak dibiayai.

3. Dengan jumlah yang banyak, memudahkan calon debitur memilih bank yang cocok dengan usahanya.

4. Bermacam-macam jenis kredit dapat disesuaikan calon debitur. 5. Rahasia keuangan debitur terlindungi.

b. Bagi Bank

1. Bank memperoleh pendapatan dari bunga yang diterima dari debitur. 2. Dengan adanya bunga kredit diharapkan rentabilitas bank akan

membaik dan perolehan laba meningkat.

3. Dengan pemberian kredit akan membantu dalam memasarkan produk atau jasa perbankan lainnya.

4. Pemberian kredit untuk merebut pangsa pasar dalam industri perbankan.

5. Pemberian kredit untuk mempertahankan dan menggembangkan usaha bank.

c. Bagi Pemerintah

1. Alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi secara umum. 2. Alat untuk megendalikan kegiatan moneter.

(15)

1. Mendorong pertumbuhan dan perluasan ekonomi. 2. Mengirangi tingkat pengangguran.

3. Meningkatkan pendapatan masyarakat.

4. Memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menyimpan uangnya di bank.

C.Ketentuan dan Persyaratan Umum Pemberian Kredit

Kreditur dalam memberikan pinjaman uang kepada debitur, tentu tidak langsung begitu saja bersedia memenuhi permintaan debitur, sebelum memberikan kreditur pasti mempertimbangkan lebih dahulu tentang beberapa hal

dapat tidaknya permintaan itu dikabulkan.33

Dari segi macam-macam kreditur, yang dapat memberikan utang digolongkan menjadi 2 macam, yaitu perorangan dan perusahaan/bank. Utang- piutang antar-perorangan sifatnya adalah pribadi, karena siapa saja orangnya dapat memberikan utang kepada orang lain. Berbeda dengan bank, sebuah lembaga yang bentuknya sebagai perusahaan yang salah satu fungsinya memberikan kredit kepada nasabahnya, yang diatur dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998.34

Untuk mengetahui apakah suatu kredit yang diberikan kepada calon debitur layak untuk diberikan atau tidak, maka pihak bank sebagai kreditur akan melakukan penilaian-penilaian dalam analisanya terhadap kepada calon debiturnya, yang mana penilaian-penilaian analisa tersebut adalah merupakan

hal. 13.

33

Gatot Supramono, Perjanjian Utang Piutang, Kencana Prenada Media Group; Jakarta,

(16)

ketentuan dan syarat standar kelayakan dalam memberikan kredit oleh pihak bank kepada calon debiturnya.

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali (terlunasi). Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit. Dalam melakukan penilaian kriteria- kriteria serta aspek penilaian tetap sama. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan sudah menjadi standar setiap bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan prinsip 5C dan prinsip 7P serta prinsip 3R.35

Adapun penjelasan untuk analisis dengan prinsip 5C kredit adalah sebagai berikut:36

1. Character (watak)

Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi. Seperti : gaya hidup, hoby, dan social standingnya. Ini semua merupakan ukuran “kemauan” membayar.

2. Capacity (kemampuan)

Untuk melihat kemampuan nasabahnya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan

35

Mandala Manurung dan Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia), Penerbitan Fak. Ekonomi UI; Jakarta, 2004, hal. 193.

(17)

pemerintah. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

3. Capital (modal)

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) degan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.

4. Collateral (agunan)

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang besifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

5. Condition of economy (kondisi perekonomian)

(18)

Kemudian penilaian kredit dengan prinsip metode analisis 7P adalah sebagai berikut:37

a. Personality (kepribadian)

Yaitu, menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Seperti : emosi, tingkah laku, dan sikap dalam menghadapi suatu masalah.

b. Party (golongan)

Yaitu, mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.

c. Perpose (tujuan)

Yaitu, untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Contoh : apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya.

d. Prospect (prospek)

Yaitu, untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

e. Payment (sumber pembayaran)

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk

37

(19)

pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik.

f. Profitability (kemampuan untuk membayar keuntungan)

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat.

g. Protection (perlindungan)

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

Kemudian penilaian kredit dengan prinsip 3R adalah sebagai berikut:38

1. Returns

Adalah penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitor setelah memperoleh kredit.

2. Repayment

Adalah memperhitungkan kemampuan, jadwal, dan jangka waktu pembayaran kredit oleh calon debitor, tetapi perusahaannya tetap berjalan.

3. Risk Bearing Ability

Adalah memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon debitor untuk menghadapi risiko, apakah perusahaan calon debitor risikonya besar atau kecil.

38

(20)

Maksud penilaian kredit dengan menggunakan prinsip-prinsip diatas adalah untuk memperoleh kepercayaan dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari bila kredit ternyata jadi diberikan, sehingga kredit tersebut aman dan terkendali.

D.Dasar-dasar dan Proses Pemberian Kredit

Dasar dan proses dalam pemberian kredit terhadap calon debitur, dimana dasar dan proses pemberian kredit adalah merupakan ketentuan, atau petunjuk tindakan-tindakan yang harus dilakukan bagi kedua belah pihak, yakni; pihak bank dan pihak nasabah sebagai calon debitur kredit. Tindakan-tindakan tersebut mencakup sejak diajukannya permohonan kredit oleh nasabah sampai dengan lunasnya suatu kredit yang diberikan oleh pihak bank.

Kredit yang diberikan bank kepada calon debiturnya mengandung resiko besar sehingga bank dalam memberikan kredit kepada calon debiturnya harus

memperhatikan asas-asas perkreditan, yaitu diantaranya:39

1. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian tertulis,

2. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit kepada usaha yang sejak semula telah diperhitungkan kurang sehat dan akan membawa kerugian,

3. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit untuk pembelian saham, dan modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli saham, atau

4. Memberikan kredit melampaui batas maksimum pemberian kredit.

hal. 369

39

(21)

Adapun dasar dan proses pemberian kredit dilakukan di PT. Bank Sumut pada umumnya, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Permohonan Kredit

Calon debitur mengajukan permohonan kredit secara tertulis kepada pihak PT. Bank Sumut pada bagian Administrasi Kredit. Calon debitur datang ke kantor bank, dan mengajukan surat permohonan kredit kepada devisi kredit. Calon debitur kredit diharuskan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam hal pengajuan permohonan kredit. Syarat-syarat yang perlu disertakan adalah:

a) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/indentitas lainnya. b) Fotokopi Kartu Keluarga (KK)

c) Surat izin usaha atau surat keterangan usaha.

PT. Bank Sumut memperhatikan prinsip kehati-hatian (prundential banking system) dalam menilai suatu permohonan kredit tersebut, yaitu sebagai

berikut:

1) PT. Bank Sumut hanya memberikan kredit apabila permohonan kredit diajukan secara tertulis. Hal ini berlaku baik untuk kredit baru, perpanjangan jangka waktu, tambahan kredit, maupun permohonan perubahan persyaratan kredit.

2) Permohonan kredit harus memuat informasi yang lengkap dan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank.

(22)

2. Tahap Analis Kredit/ Tahap Pemeriksaan

Berdasarkan arahan Bank Indonesia sebagaimana termuat dalam SK Direksi Bank Indonesia No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995, setiap permohonan kredit yang telah memenuhi syarat harus dianalis secara tertulis dengan prinsip sebagai berikut:

a) Bentuk, format, dan kedalaman analis kredit ditetapkan oleh bank yang disesuaikan dengan jumlah dan jenis kredit.

b) Analisis kredit harus menggambarkan konsep hubungan total permohonan kredit. Ini berarti bahwa persetujuan pemberian kredit tidak boleh berdasarkan semata-mata atas pertimbangan permohonan untuk satu transanksi atau satu rekening kredit dari pemohon, namun harus didasarkan atas dasar penilaian seluruh kredit dari pemohon kredit yang telah diberikan dan atau akan diberikan secara bersamasama oleh bank. c) Analis kredit harus dibuat secara lengkap, akurat, dan objektif yang

sekurang-kurangnya meliputi:

1) Menggambarkan semua informasi yang berkaitan dengan usaha dan data pemohon termasuk hasil penelitian pada daftar kredit macet. 2) Penilaian kelayakan jumlah permohonan kredit dengan kegiatan

usaha yang akan dibiayai, dengan sasaran menghindari kemungkinan terjadinya praktek mark up yang dapat merugikan bank.

(23)

4) Analisa kredit sekurang-kurangnya harus mencakup penilaian tentang prinsip 5C dan penilaian terhadap sumber pelunasan kredit yang dititikberatkan pada hasil usaha yang dilakukan pemohon serta penyediaan aspek yuridis perkreditan dengan tujuan untuk melindungi bank atas resiko yang mungkin timbul.

5) Dalam penilaian kredit sindikasi harus dinilai pula bank yang bertindak sebagai bank individu.

Pada tahap pemeriksaan, setelah syarat-syarat dilengkapi, pihak PT. Bank Sumut dalam hal ini analis kredit (loan officer) akan melakukan checking serta peninjauan langsung ke lapangan tentang layak atau tidaknya calon debitur kredit diberikan pinjaman dengan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan permohonan tersebut antara lain:

a) Mencocokkan fotokopi bukti diri/ identitas lain sesuai dengan aslinya. b) Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan calon debitur, yang

bertujuan untuk menganalisis apakah calon debitur mampu mengembalikan pinjaman atau tidak.

c) Menanyakan tentang keuntungan dari calon debitur dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan untuk membayar pinjaman.

3. Tahap Pemberian Putusan Kredit

(24)

Pihak PT. Bank Sumut akan memberitahukan kepada calon debitur untuk mengkonfirmasi kembali beberapa hari menurut hari yang telah ditentukan oleh pihak PT. Bank Sumut setelah pengajuan permohonan kredit. Biasanya pemberian putusan dilakukan 3-5 hari setelah pendaftaran permohonan kredit. Setiap pejabat PT. Bank Sumut yang terlibat dalam kebijakan persetujuan kredit harus mampu memastikan hal-hal berikut:

a) Setiap kredit yang diberikan telah sesuai dengan prinsip perkreditan yang sehat dan ketentuan perbankan lainnya.

b) Pemberian kredit telah sesuai dan didasarkan pada analisis kredit yang jujur, objektif, cermat, dan seksama (menggunakan 5’C principles) serta independent,

c) Adanya keyakinan bahwa kredit akan mampu dilunasi oleh debitur. Sebelum memberikan kredit kepada para nasabah terlebih dahulu dilakukan analisa dengan penilaian dengan cara melakukan tinjauan langsung ke lapangan (Survey On The Spot) atau pengecekan tempat dimana agunan berada. Pengecekan ke lapangan didasarkan pada prinsip 5C seperti yang telah disebut di atas.

4. Tahap Pencairan Kredit/ Akad Kredit

(25)

5. Kolektibilitas Kredit

Terhadap kredit yang telah direalisasi tidak semuanya berjalan sesuai dengan analisa, pembahasan dan keputusan yang diambil oleh manajemen. Dalam memenuhi kewajiban membayar angsuran kredit baik angsuran pokok maupun angsuran bunga ada debitur yang lancar dan ada pula yang tidak lancar pembayarannya.

E.Pengertian Kredit Bermasalah.

Secara umum kredit bermasalah adalah kredit yang dapat menimbulkan persoalan, bukan hanya terhadap bank selaku lembaga pemberi kredit, tetapi juga terhadap nasabah sebagai penerima kredit.

Kredit bermasalah, dalam ilmu bagian dari

atau.40

Ada berbagai definisi-definisi mengenai kredit bermasalah, yaitu:41 1. Kredit bermasalah adalah kredit yang tidak lancar.

2. Kredit bermasalah adalah kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan sebelumnya, misalnya persyaratan mengenai pembayaran bunga, pengembalian pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan agunan, dan sebagainya.

2015

hal. 2

40

“Pengertian Kredit bermasalah”

41

(26)

3. Kredit bermasalah adalah kredit yang tidak menepati jadwal angsuran, sehingga terjadi tunggakan.

4. Kredit bermasalah adalah kredit yang tidak menepati janji pembayaran, sehingga memerlukan tindakan hukum untuk menagihnya.

5. Kredit bermasalah adalah kredit yang mengandung potensi untuk merugikan bank.

6. Kredit bermasalah adalah kredit yang berpotensi menunggak dalam satu waktu tertentu.

Kelancaran debitur dalam membayar kewajibannya, yaitu pokok angsuran dan bunga, adalah sebuah keharusan. Karena bank merupakan lembaga intermediasi perbankan yang tugasnya menampung dan menyalurkan dana dari dan ke masyarakat. Sehingga pembayaran kredit oleh debitur merupakan sebuah keharusan agar kegiatan operasional bank tetap dapat berjalan dengan lancar. Apabila terjadi banyak penunggakan pembayaran kredit oleh debitur maka berarti bank tidak bisa mendapatkan kembali modal yang telah dikeluarkannya, dan hal ini tentu saja dapat mempengaruhi tingkat kesehatan bank.

Kredit bermasalah merupakan resiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh bank. resiko tersebut berupa keadaan dimana kredit tidak dapat kembali tepat pada wantunya. Kredit bermasalah diperbankan itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya adanya kesengajaan dari pihak-pihak yang yang terlibat dalam proses pemberian kredit, kesalahan prosedur pemberian kredit, atau disebabkan oleh faktor lain seperti krisis ekonomi.42

42

(27)

yaitu:43

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kredit bermasalah,

1. Faktor internal perbankan yang meliputi kelemahan dalam analisis kredit, kelemahan-kelemahan kredit, agunan, sumber daya alam, teknologi, dan kecurangan petugas bank, diantara:

a. Kelemahan dalam analisis kredit, yaitu:

1) Analisis kredit tidak berdasarkan data akurat. 2) Informasi kredit tidak lengkap.

3) Kredit terlalu sedikit. 4) Kredit terlalu banyak.

5) Jangka waktu kredit terlalu lama. 6) Jangka waktu kredit terlalu pendek. b. Kelemahan dalam dokumen kredit, yaitu:

1) Data mengenai kredit tidak didokumentasi dengan baik.

2) Pengawasan atas fisik dokumen tidak dilaksanakan dengan baik. c. Kelemahan dalam supervise kredit, yaitu:

1) Bank kurang pengawasan atas usaha nasabah secara kontinyu dan teratur.

2) Terbatasnya data dan informasi yang berkaitan dengan penyelamatan dan penyelesaian kredit.

3) Tindakan perbaikan tidak diterapkan secara dini dan tepat waktu. 4) Jumlah nasabah terlalu banyak.

43

(28)

5) Nasabah terpencar.

d. Kecerobohan petugas bank, yaitu: 1) Bank terlalu kompromi.

2) Bank tidak mempunyai kebijakan perkreditan yang sehat. 3) Petugas bank terlalu menggampangkan masalah.

4) Persaingan antar bank.

5) Pengambilan keputusan yang tidak tepat waktu.

6) Terus memberikan pinjaman pada uasaha yang siklusnya menurun.

7) Tidak diasuransikan.

e. Kelemahan kebijaksanaan kredit, yaitu: Prosedur kredit terlalu panjang.

f. Kelemahan bidang agunan, yaitu:

1) Jaminan tidak dipantau dan diawasi secara baik. 2) Nilai agunan tidak sesuai.

3) Agunan fiktif.

4) Agunan sudah dijual. 5) Pengikatan agunan lemah

g. Kelemahan sumber daya manusia, yaitu:

1) Terbatasnya tenaga yang ahli dibidang penyelamatan penyelasaian kredit.

(29)

3) Kurangnya tenaga ahli hukum untuk mendukung pelaksanaan penyelesaian dan penyelamatan kredit.

4) Terbatasnya tenaga ahli untuk analisis kredit. h. Kelemahan teknologi, yaitu:

1) Terbatasnya sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pekerjaan teknis.

2) Keterbatasan bank dalam hal teknis, seperti : manajemen secara baik, pengawasan secara kontinyu, administrasi yang rapi.

i. Kecurangan petugas bank, yaitu:

1) Petugas bank terlibat kepentingan pribadi.

2) Disiplin pejabat kredit dalam menerapkan system dan prosedur kredit rendah.

2. Faktor internal nasabah yang meliputi kelemahan karakter nasabah, kemampuan nasabah, musibah yang dialami nasabah, kecerobohan nasabah, dan manajemen nasabah.

a. Kelemahan karakter nasabah, yaitu:

1) Nasabah tidak mau tahu atau memang tidak beritikad baik. 2) Nasabah kalah judi.

3) Nasabah menghilang.

b. Kelemahan kemampuan nasabah, yaitu: tidak mampu mengembalikan kredit karena terganggunya kelancaran usaha, yakni; 1) Kemampuan usaha nasabah yang kurang.

(30)

3) Kemampuan pemasaran tidak memadai. 4) Pengetahuan terbatas.

5) Pengalaman terbatas. 6) Informasi terbatas

3. Faktor eksternal seperti situasi ekonomi yang negatif, politik dalam negeri yang merugikan, politik negara lain yang merugikan, situasi alam yang merugikan, dan peraturan pemerintah yang merugikan. a. Situasi ekonomi yang negatif, yaitu:

1) Globalisasi ekonomi yang berdampak negatif. 2) Perubahan kurs mata uang.

b. Situasi politik dalam negeri yang merugikan, yaitu: 1) Pergantian pejabat tertentu.

2) Hubungan diplomatik dengan negara lain. 3) Adanya gejolak sosial.

c. Politik Negara lain yang merugikan, yaitu: 1) Proteksi oleh negara lain.

2) Adanya pemogokan buruh diluar negri. 3) Adanya perkembangan politik diegara lain.

4) Kebijakan dari industri luar negri dengan menjatuhkan harga barangnya sehingga memukul harga produk dalam negri.

(31)

e. Peraturan pemerintah yang merugikan, yaitu:

1) Membatasi jumlah supermarket atau mall di daerah tertentu. 2) Menutup usaha tertentu untuk melindungi pengusaha kecil.

4. Faktor kegagalan bisnis senantiasa muncul di luar kemampuan para pihak seperti aspek hubungan, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek teknis produksi, aspek keuangan, dan aspek sosial ekonomi.

5. Faktor ketidakmampuan manajemen adalah pencatatan tidak memadai, informasi biaya tidak memadai, modal jangka panjang tidak cukup, gagal mengendalikan biaya, overheadcost yang berlebihan, kurangnya pengawasan, gagal melakukan penjualan, investasi berlebihan, kurang menguasai teknis, dan perselisihan antara pengurus.

Selain faktor-faktor yang sebagaimana telah diuraian diatas, adapun beberapa penyebab lainnya yang merupakan kesalahan pihak kreditur, yaitu:44

1. Keteledoran bank mematuhi peraturan pemberian kredit yang telah digariskan.

2. Terlalu mudah memberikan kredit yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang standar kelayakan permintaan kredit yang diajukan.

3. Konsentrasi dana kredit pada sekelompok debitur atau sektor usaha yang beresiko tinggi.

44

(32)

4. Kurang memadainya jumlah eksekutif dan staff bagian kredit yang berpengalaman.

5. Lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepada para eksekutif dan staff bagian kredit.

6. Jumlah pemberian kredit yang melampaui batas kemampuan bank. 7. Lemahnya kemampuan bank mendeteksi arah perkembangan arus kas

(cashflow) debitur lama.

8. Tidak mampu bersaing, sehingga terpaksa menerima deditur yang kurang bermutu.

Selain faktor-faktor di atas yang menjadi penyebab kredit bermasalah, berikut adalah sumber-sumber penyebab terjadinya kegagalan dalam pengembalian kredit oleh nasabah atau penyebab terjadinya kredit bermasalah

pada bank dapat dikemukakan sebagai berikut, yaitu:45 1. Self dealing

Self dealing terjadi karena adanya interest tertentu dari pejabat

pemberi kredit terhadap permohonan kredit yang diajukan nasabah, kemudian memberikan kredit yang tidak layak kepada nasabahnya dengan harapan mendapatkan kompensasi berupa imbalan dari nasabahnya.

2. Anxiety for income

Pendapatan yang diperoleh melalui kegiatan perkreditan merupakan sumber pendapatan utama sebagian besar bank

(33)

sehingga ambisi ataupun nafsu yang berlebihan untuk memperoleh laba bank melalui penerimaan bunga kredit sering menimbulkan pertimbangan yang tidak sehat dalam pemberian kredit.

3. Compromise of credit principles

Pelnggaan terhadap prinsip-prinsip kredit oleh pimpinan bank yang menyetujui pemberian kredit yang mengandung resiko yang potensial menjadi kredit yang bermasalah.

4. Incomplete credit information

Terbatasnya informasi seperti data keuangan dan laporan usaha, disamping informasi lainnya seperti penggunaan kredit, perencanaan, ataupun keterangan mengenai sumber pelunasan kembali kredit.

5. Failure to obtain or enforce liquidation agreements

Sikap ragu-ragu dalam menentukan tindakan terhadap suatu kewajiban yang telah diperjanjikan, meskipun nasabah mampu dan wajib membayarnya, juga merupakan penyebab timbulnya kredit- kredit yang tidak sehat dan mengakibatkan kredit bermasalah bagi bank.

6. Complacency

Sikap memudahkan suatu masalah dalam proses kredit akan mengakibatkan terjadinya kegagalan atas pelunasan kembali kredit yang diberikan.

(34)

Karena kurangnya pengawasan yang efektif dan berkesinambungan setelah pemberian kredit, kondisi kredit berkembang menjadi kerugian karena nasabah tidak memenuhi kewajibannya dengan baik.

8. Technical incompetence

Tidak adanya kemampuan teknis dalam menganalisis permohonan kredit dari aspek keuangan maupun aspek lainnya akan berakibat kegagalan dalam operasi perkreditan suatu bank. Para pejabat kredit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan tugasnya dan jangan memberikan kredit kepada usaha atau sektor yang tidak dikenal dengan baik.

9. Poor selection of risks

Resiko tersebut dapat dijelaskan dibawah ini:

a. Pejabat kredit mampu mendeteksi kemampuan nasabah dalam membiayai usahanya, selain yang diperoleh dari bank.

b. Pejabat bank harus mampu menghitung berapa kebutuhan nasabah yang sesungguhnya.

c. Pejabat kredit harus mampu menghitung nilai jaminan yang mengcover kredit yang diberikan.

(35)

e. Pejabat kredit harus mampu mendeteksi resiko pemberian kredit yang mungkin secara kemampuan cukup baik, tetapi dari sisi moral kurang menguntungkan bagi bank.

f. Pejabat kredit harus mampu mendeteksi kualitas jaminan yang akan menimbulkan masalah dikemudian hari.

10.Overlending

Overlending adalah pemberian kredit yang besarnya melampaui

batas kemampuan pelunasan kredit oleh nasabah. 11.Competition

Competition merupakan resiko persaingan yang kurang sehat antar

bank yang memperebutkan nasabah yang berakibat pemberian kredit yang tidak sehat.

Bank sendiri sudah memiliki kriteria dalam memberi penilaian dan menggolongkan kemampuan debitur, dalam mengembalikan pembayaran pokok atau angsuran dan bunga sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati, yang diatur dalam Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR Tahun 1998.

(36)

bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total kredit yang disalurkan.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum ditetapkan secara tegas penggolongan ditinjau dari segi kualitas kredit, maka kredit dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu:

1. Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria:

a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).

2. Dalam Perhatian Khusus (special mention), apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum

melampaui 90 hari; atau

b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relatif aktif; atau

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau

e. Didukung oleh pinjaman baru.

3. Kurang Lancar (Substandard), apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau

b. Sering terjadi cerukan; atau

(37)

d. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau

e. Terdapat indikasi masalah keuangan debitor; atau f. Dokumentasi pinjaman lemah.

4. Diragukan (doubtful), apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau d. Terjadi kapitalisasi bunga; atau

e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.

5. Macet (loss), apabila memenuhi kriteria:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau

(38)

BAB IV

PENYELESAIAN ATAS TERJADINYA KREDIT BERMASALAH DI PT.

BANK SUMUT CABANG KABANJAHE

A.Faktor Penyebab Terjadinya Kredit Bermasalah Oleh Debitur di PT.

Bank Sumut Cabang Kabanjahe

Kredit dilakukan berdasarkan perjanjian antara PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe dengan nasabah, dan tiap-tiap perjanjian atau persetujuan menimbulkan konsekuensi yang berupa hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuatnya untuk mentaati dan menjalani semua yang telah disepakati karena perjanjian yang dibuat secara sah juga merupakan UU bagi para pihak yang membuatnya.

Ketentuan tersebut juga berlaku untuk perjanjian pemberian kredit yang dibuat oleh PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe dengan nasabah. Berdasarkan Pedoman Umum Operasional Perkreditan (PUOP), hak dan kewajiban para pihak

adalah:46

1. Kewajiban PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe, yaitu:

a) Memberikan dana kredit sebesar yang telah disepakati dalam perjanjian kepada nasabah.

b) Meningkatkan bantuan dana kredit bilamana nasabah tersebut dapat melaksanakan kewajibanya dengan baik sesuai dengan apa yang telah disepakati dalam perjanjian.

46

Hasil wawancara dengan Bapak Hartono Manjoenis, jabatan selaku Pemimpin Cabang di. Bank Sumut Cabang Kabanjahe tanggal 13 November 2015.

(39)

2. Hak PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe, yaitu:

a) Memberikan pengarahan atau pendidikan kepada nasabah yang mendapat dana kredit agar dapat meningkatkan usahanya.

b) Menilai atau mengevaluasi kegiatan dari para nasabah dalam menggunakan dana bantuan dari kredit.

3. Hak debitur

a) Mendapatkan dana bantuan kredit dari PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe sebesar yang telah disepakati.

b) Menggunakan dana kredit untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya.

4. Kewajiban debitur

a) Mengembalikan dana kredit berserta bunga dengan tepat waktu sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian.

b) Menyerahkan suatu bentuk jaminan untuk disimpan pihak bank. c) Membayar semua biaya yang timbul.

Dalam pelaksanaan perjanjian tidak tertutup kemungkinan terjadinya pengingkaran perjanjian, yang lazimnya dalam bahasa hukum dikenal dengan istilah wanprestasi diartikan sebagai kelalaian debitur untuk memenuhi

kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.47

Wanprestasi menurut hukum perdata di Indonesia tersebut dalam Pasal 1238 KUHPerdata, yakni bahwa si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi

47

Sri Soesilowati Mahdi, Surini Ahlan Sjarif, Akhmad Budi Cahyono, Hukum Perdata

(40)

perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.

Adapun jenis-jenis atau bentuk dari wanprestasi adalah sebagai berikut:48 1. Debitur tidak memenuhi perikatan atau sama sekali tidak melaksanakan

prestasi

2. Debitur terlambat memenuhi prestasi atau perikatan

3. Debitur melaksanakan prestasi tetapi tidak baik, atau debitur keliru atau tidak pantas dalam memenuhi perikatan.

Seseorang debitur dapat dikatakan telah melakukan telah melakukan wanprestasi dalam memenuhi prestasi atau kewajibannya adalah jika:49

a. Pembayaran angsuran terlambat dari yang ditentukan dalam perjanjian kredit

b. Pembayaran bunga terlambat dari yang ditentukan dalam perjanjian kredit

c. Pembayaran angsuran dan bunga terlambat dari yang telah ditentukan dalam perjanjian kredit.

Timbulnya kredit bermasalah pada dasarnya tidak terjadinya secara tiba- tiba, melainkan melalui suatu proses. Secara umum, penyebab terjadinya kredit bermasalah atau kredit macet yang terjadi disebabkan karena akibat kesalahan

debitur, yaitu:50

48

“Pengertian Kredit Bermasalah Definisi Faktor Penyebab Menurut Perspektif KUH Perdata,

49 Ibid. 50

(41)

1. Menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan milik debitur, yang disebabkan merosotnya kondisi ekonomi di bidang usahanya.

2. Adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan, atau karena kurang berpengalaman dalam bidang usaha yang dikelola oleh nasabah.

3. Problem keluarga, misalnya; perceraian, kematian, sakit yang berkepanjangan, atau pemborosan dana oleh salah satu atau beberapa orang anggota keluarga debitur.

4. Kegagalan debitur pada pengelolaan bidang usahanya. 5. Kesulitan likuiditas keuangan yang serius.

6. Munculnya kejadian yang diluar kekuasaan debitur, misalnya; perang, dan bencana alam.

7. Watak buruk debitur yang semula memang telah merencanakan tidak akan mengembalikan kredit

Selain faktor-faktor yang sebagaimana telah diuraian di atas, adapun beberapa penyebab lainnya yang merupakan kesalahan pihak kreditur, yaitu:51

1. Keteledoran bank mematuhi peraturan pemberian kredit yang telah digariskan.

2. Terlalu mudah memberikan kredit yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang standar kelayakan permintaan kredit yang diajukan.

51

(42)

3. Konsentrasi dana kredit pada sekelompok debitur atau sektor usaha yang beresiko tinggi.

4. Kurang memadainya jumlah eksekutif dan staff bagian kredit yang berpengalaman.

5. Lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepada para eksekutif dan staff bagian kredit.

6. Jumlah pemberian kredit yang melampaui batas kemampuan bank. 7. Lemahnya kemampuan bank mendeteksi arah perkembangan arus kas

(cashflow) debitur lama.

8. Tidak mampu bersaing, sehingga terpaksa menerima deditur yang kurang bermutu.

Secara umum, faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet berdasarkan pada pengalaman-pengalaman yang pernah dihadapi sebelumnya oleh PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe, adalah dikarenakan dengan berbagai faktor, yaitu:52

1. Faktor ekonomi yang tidak menentu, kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurun.

2. Faktor alam, musibah kebakaran, banjir, gempa dan lain-lain (force majeur)yang mengganggu kelancaran kegiatan usaha dan kemungkinan

besar kegiatan usaha akan terhenti. Karena bencana alam tersebut sering kali tidak terprediksi/di luar dugaan dari debitur, sehingga rencana usaha yang dibuat debitur sering kali terhambat atau gagal yang berimbas pada macetnya kredit.

52

(43)

3. Penyalahgunaan kredit oleh debitur yang seharusnya kredit digunakan pembiayaan untuk kredit modal kerja usaha tetapi digunakan pembiayaan investasi (beli mobil, bangunan rumah tempat tinggal dan lain-lain) yang tidak ada kaitan dengan usaha dan sebaliknya untuk kredit investasi tapi dipergunakan untuk modal kerja artinya salah penggunaan kredit.

4. Manajemen sangat lemah, karakter debitur yang tidak dapat dipercaya lagi artinya seorang debitur yang tidak mengerti atau tidak bisa mengendalikan usahanya, sehingga terjadi kerugian di dalam usahanya.

Adapun berbagai faktor yang dapat menyebabkan kredit macet pada PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe yang secara garis besar dapat disimpulkan sebagai kegagalan bank di dalam proses analis yang memenuhi unsur 5 (lima) C yang dikenal sebagai prinsip dasar di dalam analisa penilaian kredit di perbankan,

yaitu:53

1. Character, yaitu karakteristik atau kepribadian debitur.

2. Capacity, yaitu kapasitas atau kemampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya

3. Capital, yaitu modal atau kekuatan permodalan debitur di dalam menjalankan usahanya.

4. Condition, yaitu kondisi yang mempengaruhi baik itu kondisi lokal, regional, maupun nasional.

(44)

5. Colleterall, yaitu jaminan/agunan yang merupakan pengamanan bagi pihak kreditur terhadap pemenuhan kewajiban kreditur.

Faktor penyebab lainnya terjadinya kredit bermasalah atau kredit macet ialah dikarenakan lemahnya proses legal yang menyebabkan terbuka lebarnya celah hukum yang menyebabkan lemahnya posisi bank (kreditur) dimata hukum, yang dilakukan secara sengaja (charater/fraud/ketidakpatuhan terhadap standar operasional prosedur (SOP) maupun secara tidak sengaja (ketelitian dan kearutan data/condition).54

B.Cara Penyelesaian Bila Terjadi Kredit Bermasalah Oleh Debitur di PT.

Bank Sumut Cabang Kabanjahe

Keutamaan dalam menjaga untuk berjalannya operasional PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe adalah merupakan hal terpenting dalam sebuah penyelesaian masalah, baik itu masalah kredit macet yang dilakukan oleh antara para pihak, yakni pihak PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe dengan nasabahnya.

Setiap bank-bank di Indonesia pasti menghadapi masalah kredit macet, kredit macet merupakan suatu resiko yang dapat terjadi dalam setiap pemberian kredit, dapat dikatakan bahwa bank tidak mungkin terhindar dari kredit macet. Kredit macet adalah suatu hal yang merupakan akan menjadi penyebab kesulitan bagi bank itu sendiri, yaitu berupa kesulitan yang menyangkut tingkat kesehatan bank, oleh karena itu bank wajib mencegah dan mengantisipasi terjadinya kredit macet atau paling tidak bank berusaha melakukan upaya untuk meminimalkan

(45)

jumlah kredit macet agar tidak mengganggu tingkat kesehatan bank khususnya di PT. Bank Sumut Cabang kabanjahe.55

Adapun upaya cara penyelesaian masalah kredit bermasalah atau kredit macet pada umumnya pihak bank melakukan tindakan:56

1. Tindakan preventif, yaitu tindakan dengan cara pengawasan terhadap kelancaran suatu kredit yang diberikan, mengadakan pembinaan terhadap usaha debitur agar kredit berjalan lancar dan pengikatan jaminan kredit dengan jaminan.

2. Tindakan represif adalah tindakan yang dilakukan dengan (dua) cara pendekatan, yaitu:

2.a.perdamaian yaitu penundaan waktu dan keringanan suku bunga dan angsuran.

2.b.penjualan barang jaminan yang dilakukan dengan cara damai atau penjualan barang jaminan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku menurut hukum.

Langkah penyelamatan kredit bermasalah dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar.

55

Hasil wawancara kepada Bapak Efraim Sitepu, jabatan selaku Pemimpin Seksi (Administrasi dan Penyelamatan Kredit) di PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe, tanggal 28 November 2015

(46)

Terhadap kredit yang mengalami kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian. Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara:57

1. Kredit diperpanjang/penjadwalan kembali (Rescheduling)

Suatu tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang jangka waktu kredit atau jangka waktu angsuran. Dalam hal ini sisi debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit pembayaran kredit, misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya

2. Persyaratan Kembali Kredit (Reconditioning)

Reconditioning maksudnya adalah bank mengubah berbagai persyaratan

yang ada seperti :

a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok

b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu yaitu hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa.

c. Penurunan suku bunga

Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai contoh jika bunga per tahun sebelumnya dibebankan 20% per tahun diturunkan menjadi 18% per tahun.

d. Pembebasan bunga

57

(47)

Pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah tidak mampu lagi membayar kredit tersebut, akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.

3. Penataan Kembali (Restructuring)

Restructuring merupakan tindakan bank kepada nasabah dengan

cara menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutuhkan tambahan dana dan usaha yang dibiayai memang masih layak. Tindakan ini meliputi :

a. Dengan menambah jumlah kredit

b. Dengan menambah equity yaitu dengan menyetor uang tunai, tambahan dari pemilik.

4. Kombinasi

Merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang di atas. Seseorang nasabah dapat saja diselamatkan dengan kombinasi antara Rescheduling dengan Retructuring, misalnya jangka waktu

diperpanjang pembayaran bunga ditunda atau Reconditioning dengan Rescheduling misalnya jangka waktu diperpanjang modal ditambah.

5. Penyitaan Jaminan

(48)

yaitu:58

Dalam Penyelesaian kredit bermasalah dilakukan melalui 2 (dua) cara,

1. Penyelesaian secara damai

Penyelesaian secara damai dapat dilakukan terhadap debitur yang beritikad baik untuk menyelesaikan kreditnya dan cara yang ditempuh dalam penyelesaian kredit ini dipandang lebih baik dibandingkan dengan alternatif penyelesaian lainnya. Penyelesaian kredit bermasalah secara damai, berupa tindakan-tindakan yang dijalankan agar dalam jangka waktu tertentu. Kredit Bermasalah tersebut dapat diselesaikan seluruhnya atau sebagian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Penyelesaian Melalui Saluran Hukum

Apabila upaya penyelesaian secara damai sudah diupayakan secara maksimal dan belum memberikan hasil atau debitur tidak menunjukkan itikad baiknya dalam menyelesaikan kredit, maka penyelesaiaannya dapat ditempuh melalui saluran hukum

Ada beberapa cara yang ditekankan oleh PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe untuk mengatasi, menghindari dan mengurangi kerugian keuangan Negara yang diakibatkan oleh kredit macet ialah:59

1. Penagihan yaitu didalam melaksanakan kegiatan penagihan terhadap kredit bermasalah, bank membentuk tim penagihan dengan keputusan direksi. Dimana usaha bank dalam melakukan penagihan dengan intensif terutama kepada debitur yang masih mempunyai kemampuan.

58 Ibid. 59

(49)

2. Mengajukan klaim terhadap debitur yang telah diajukan deklarasi sebelumnya kepada PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe yaitu pengajuan klaimnya berpedoman kepada perjanjian yang telah ditandatangani bank dan debitur. Untuk mengantisipasi resiko kredit dan atau menghindari kegagalan klaim, PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe wajib melaksanakan hal-hal sebagai berikut :

a) Pemberian kredit harus berpedoman pada Kebijakan Perkreditan Bank (KPB) dan ketentuan pelaksanaannya serta memenuhi prosedur pemberian kredit yang sehat.

b) Prosedur tuntutan ganti rugi (klaim) berpedoman kepada perjanjian kerjasama antara bank dengan perusahaan/lembaga asuransi kredit. c) Terhadap kredit yang telah dipertanggungjawabkan, bank wajib

menggunakan hak klaimnya untuk mengantisipasi resiko kredit.

3. Restrukturisasi kredit adalah upaya yang dilakukan PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe dalam kegiatan perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya, yang dilakukan antara lain :

a) Penurunan suku bunga kredit

b) Pengurangan tunggakan bunga kredit c) Perpanjangan jangka waktu kredit d) Penambahan fasilitas kredit

(50)

4. Mengajukan atau melimpahkan penanganan kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Terhadap kredit yang telah jatuh tempo dan tergolong kredit macet berdasarkan ketentuan kolektibilitas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, diserahkan pengurusannya kepada KPKNL.

C.Standar Operasional Prosedur di PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe

Jika Terjadi Kredit Bermasalah Oleh Debitur

Untuk mengatasi kredit bermasalah tersebut upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pihak bank pada tahapan pertama adalah upaya penyelamatan kredit, dengan syarat apabila bank mempunyai keyakinan bahwa usaha nasabah masih mempunyai prospek untuk berkembang.

Apabila sampai terjadi kredit bermasalah atau macet akibat penunggakan pembayaran, berdasarkan Pedoman Umum Operasional Perkreditan (PUOP) di PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe maka penyelamatan kredit bermasalah

tersebut dilakukan dengan cara reschedulling, reconditioning, retructuring.60 Untuk memperbaiki atau memperlancar pinjaman kredit yang diberikan kepada nasabah yang semula tergolong diragukan atau macet, PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe melakukan tindakan penyelamatan, agar pinjaman kredit yang semula tergolong diragukan atau macet menjadi lancar lagi. Bentuk dari

penyelamatan pembiayaan tersebut berupa:61

60 Ibid. 61

(51)

1) Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan syarat pembiayaan yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya.

2) Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat pembiayaan, yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan/atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo pembiayaan.

3) Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat pembiayaan yang menyangkut:

a) Penambahan dana bank, dan/atau,

b) Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bagi hasil menjadi pokok pembiayaan baru, dan atau,

c) Konversi seluruh atau sebagian dari pembiayaan menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan/atau persyaratan pembiayaan.

Dalam upaya menentukan langkah-langkah upaya penyelesaian kredit bermasalah khususnya dari pihak Bank Sumut Cabang Kabanjahe adalah dengan

melakukan tindakan upaya-upaya pendekatan sebagai berikut, yaitu:62

1. Setiap pejabat di PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe yang terkait dengan pengelolaan kredit tidak boleh membiarkan atau bahkan berusaha untuk menutup-nutupi adanya atau terjadinya kredit bermasalah di wilayah unit kerjanya.

(52)

2. Setiap pejabat PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe yang terkait dengan pengelolaan kredit harus mampu mendeteksi secara dini kemungkinan pembiayaan akan menjadi masalah.

3. Pengambilan langkah-langkah dalam penanganan kredit bermasalah harus dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari semakin memburuknya kredit bermasalah tersebut.

4. Pengambilan kebijaksanaan dalam menentukan langlah penyelesaian kredit bermasalah tidak boleh menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Penanganan kredit bermasalah harus objektif, tidak membedakan bedakan dengan debitur tertentu, atau besaran pinjaman tertentu, namun tetap memperhatikan skala prioritas.

Upaya hukum PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe dalam penanganan kredit yang bermasalah dilakukan secara sistematis dengan menindaklanjuti “peringatan dini” dengan memberikan pemberitahuan (somatie), dimana pihak PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe sebelumnya harus dapat memperoleh informasi-informasi dari pengamatan secara langsung terhadap nasabah atas kejadian-kejadian atau gejala-gejala yang diperoleh secara langsung dari nasabah yang telah diidentifikasi dan diwaspadai dengan menentukan langkah yang tepat yang segera harus diambil untuk melakukan perbaikan sebelum pinjaman kredit menjadi bermasalah dan semakin memburuk.63

(53)

Secara garis besarnya upaya penanganan kredit yang bermasalah di PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe dilakukan melalui 2 upaya, yaitu:64

a. Upaya penyelamatan, dalam upaya ini cenderung dan lebih terfokus pada upaya tercapainya pembayaran kembali pembiayaan dengan semestinya dengan cara cash collection, rescheduling, reconditioning, atau resrecturing.

b. Upaya penyelesaian, penyelesaian pinjaman kredit cenderung terfokus pada tindakan untuk mengupayakan pembayaran kembali pinjaman kredit dengan mengeksekusi agunan, baik dengan melakukan pencairan cash collateral, penagihan kepada penjamin, pengambilalihan agunan

oleh bank sendiri, penjualan secara sukarela atau penjualan agunan melalui lelang.

(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan atas permasalahan yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor penyebab terjadinya kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe pada dasar umumnya disebabkan penyalahgunaan kredit oleh pihak debitur juga menyebabkan menjadi penyebab kredit bermasalah karena tidak mempergunakan pinjaman kredit sebagaimana mestinya sebagaimana yang dituang dalam perjanjian kredit yang tidak ada kaitan dengan usaha. Kurangnya pengetahuan ataupun pemahaman seorang debitur dalam menjalankan dan debitur tidak mengerti atau tidak bisa mengendalikan usahanya. Faktor force majeur yang merupakan suatu keadaan yang diluar dugaaan bagi para pihak, seperti; musibah kebakaran, banjir, gempa dan lain-lain juga dapat menyebabkan terjadinya kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe.

2. Cara penyelesaian kredit bermasalah pada PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe adalah dengan melakukan upaya tindakan preventif, yaitu dengan cara pengawasan terhadap kelancaran suatu kredit yang diberikan, mengadakan pembinaan terhadap debitur agar kredit berjalan lancar dan pengikatan jaminan kredit dengan jaminan. Kemudian

(55)

melakukan upaya tindakan represif, yaitu tindakan dilakukan dengan 2 (dua) cara pendekatan. Yakni; perdamaian dan penjualan barang jaminan yang dilakukan dengan cara prosedur yang berlaku menurut hukum.

3. Standar operasional prosedur di PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe jika terjadi kredit bermasalah atau kredit macet maka upaya yang dilakukan adalah melakukan upaya penyelamatan kredit dengan cara cash collection, rescheduling, reconditioning, dan resrecturing.

Kemudian upaya terakhir yang dilakukan untuk menyelamatkan kredit yang bermasalah atau kredit macet adalah dengan melakukan penagihan kepada penjamin, eksekusi terhadap barang jaminan (agunan), pengambilalihan agunan oleh PT. Bank Sumut Cabang Kabanjahe sendiri dengan melakukan penjualan secara sukarela atau penjualan melalui lelang.

B.Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

(56)

mengurangi atau terhindar dari terjadinya kredit bermasalah atau kredit macet.

(57)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG BANK

A.Sejarah Bank di Indonesia

Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia-Belanda. Pada masa itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan

penting di Hindia-Belanda. Bank‐bank yang ada itu antara lain:6

1. De Javasce NV.

2. De Post Poar Bank.

3. De Algemenevolks Crediet Bank.

4. Nederland Handles Maatscappi (NHM).

5. Nationale Handles Bank (NHB).

6. De Escompto Bank NV.

Terdapat pula bank‐bank milik orang Indonesia dan orang-orang asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank‐bank tersebut antara lain:7

a. Bank Nasional Indonesia. b. Bank Abuan Saudagar. c. NV Bank Boemi.

d. The Chartered Bank of India.

e. The Yokohama Species Bank.

f. The Matsui Bank.

g. The Bank of China.

6

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Rajagrafindo Persada; Jakarta, 2013, hal. 27

7 Ibid.

(58)

h. Batavia Bank.

Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah

Indonesia. Bankbank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain:8

1. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang

sekarang dikenal dengan BNI ʹ46.

2. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dar De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko. 3. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo. 4. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.

5. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.

6. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian

menjadi Bank Amerta.

7. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.

8. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan Bank Pasifik.

9. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari. Kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949. Di Indonesia, praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan. Lembaga keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum,

Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Umum Syari ʹah, dan juga BP

Referensi

Dokumen terkait

1. Bilangan prima terkecil adalah . a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 2 Bilangan prima genap adalah. a. 2 b. 4 c. 6 d.

As the analysis of the data captured by the support points delivers only an empirical variogram – which is in fact no function, but a set of points serving

Atas pendapatan dari kapal yang dikenakan pajak penghasilan final, beban pajak diakui proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode

Examples of images retrieved using simple statistics without labelling (buildings:7/18, dense residential: 13/18). The retrieval results are presented in Fig. One can observe

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki serta Nilai Aktiva

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) ASIA Jl. Soekarno-Hatta - Rembuksari 1A

Dengan adanya website P.A SOS diharapkan pada kalangan user atau pengguna internet bisa mendapatkan informasi yang lebih luas dan

mengajukan permohonan untuk Aktif Kuliah Kembali di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & KOmputer (STMIK) ASIA Malang. Demikian permohonan ini saya buat