• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) (Studi Pada Pasar Tradisional Dwikora Pematangsiantar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima (PKL) (Studi Pada Pasar Tradisional Dwikora Pematangsiantar)"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Ali. Mohammad. 1982. Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi. Bandung: Angkasa Offset.

Atmosoeprapto, Kisdarto. 2002. Menuju Sumber Daya Manusia Berdaya dengan Kepemimpinan Efektif dan Manajemen Efesien. Jakarta: Elex Media.

Gibson, Ivancevich dan Donnely. 1997. Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga

Komputindo Irawan, Prasetya. 1998. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN Press.

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Pembaruan

Limbong, Dayat. 2007. Penataan Lahan Usaha PK-5: Ketertiban vs Kelangsungan Hidup. Jakarta: Pustaka Bangsa Press

Mangkunegara,A.A.Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama.

Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (Ed.rev.). Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Bandung.

Putra, Fadillah dan Saiful Arif, 2001. Kapitalisme Birokrasi, Kritik Reieventing Government Osborne-Gaebler, Yogyakarta : LKIS.

Siagian, S.P. 1978. Kepemimpinan Dan Prilaku, Jakarta : Gunung Agung.

__________. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta : PT. Pustaka LP3ES.

Sinulingga, Sukaria. 2013. Metode Penelitian. Medan: USUPress

(2)

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2004 Tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Pasal 1 Tahun 1993 Tentang Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban di Daerah

Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor-Kantor Kota Pematangsiantar

Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar No. 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025

Rencana Kerja Pemerintah Kota Pematangsiantar Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar Tahun 2014

Sumber Website :

(diakses pada tanggal 12

Desemeber 2014 pukul 15.00)

Desember 2014 pukul 15.00)

tanggal 3 Januari 2015 pukul 10.00)

(3)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1. Gambaran Umum Kota Pematangsiantar

III.1.1. Aspek Geografi dan Demografi Kota Pematangsiantar

Secara geografis, Kota Pematangsiantar terletak di Provinsi Sumatera Utara pada garis 2° 53' 20" - 3° 01' 00" Lintang Utara dan 99° 1' 00" - 99° 6' 35" Bujur Timur yang berada di tengah-tengah Kabupaten Simalungun, dengan jarak ke Ibukota Provinsi yaitu Kota Medan sejauh 128 Km. Wilayah Kota Pematangsiantar memiliki luas dataran sebesar 79,97 km² atau sekitar 0,11% dari luas Provinsi Sumatera Utara yang terletak 400-500 meter di atas permukaan laut. Struktur wilayah Kota Pematangsiantar berwujud daerah perkotaan dengan pertanian berupa sawah dan ladang yang berada di pinggiran kota.

Topografi Kota Pematangsiantar merupakan tanah berbukit-bukit dan berlembah serta datar di bagian pusat kota dengan jenis tanah podsolik berasal dari batuan sedimen. Di sebelah Utara dan Barat merupakan daerah bergelombang dan di sebelah Selatan dan Timur merupakan daerah landai dengan kemiringan tanah 0-15%. Kota Pematangsiantar termasuk daerah yang beriklim sedang dengan suhu maksimal rata-rata 30,40 ºC dan suhu minimal dengan rata-rata 19,90°C.

(4)

jumlah laki-laki sebanyak 114.561 jiwa dan perempuan sebanyak 120.137 jiwa serta kepadatan penduduk 2.935 jiwa per km².

Tabel.III.1 : Jumlah Penduduk Dirinci Per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar, 2011

Tabel.III.2 : Proyeksi Jumlah Penduduk per Kecamatan

No

Kecamatan RENTANG WAKTU PERENCANAAN

2012 2017 2022 2027 2032

(5)

SITALASARI

239.654 252.003 264.989 278.644 293.003 Sumber : Hasil Analisis 2010

Tabel.III.3 : Proyeksi Kepadatan Penduduk per Kecamatan

No Kecamatan RENTANG WAKTU PERENCANAAN

2012 2017 2022 2027 2032 Sumber : Hasil Analisis, 2010

Sebagaimana kota-kota lain di Indonesia, kota Pematangsiantar juga mengalami dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Suhu maksimum rata-rata adalah 30,0 ºC dan suhu minimum rata-rata 21,0 ºC. Kelembaban udara rata-rata adalah 84%, sedangkan curah hujan rata-rata 257 mm dimana curah hujan tertinggi terjadi ada bulan September yang mencapai 465 mm.

(6)

Kantor Satuan Polisi Pamong Praja terletak di Jalan Haji Adam Malik No.2, Kelurahan Teladan, Kecamatan Siantar Utara, Kota Pematangsiantar, Sumate ra Utara.

III.2.1. Dasar Pembentukan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar

Adapun dasar pembentukan dari Kantor Satpol-PP adalah :

1. Pembentukan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Utara dimulai tahun 2000 yang merupakan amanat dari UU No. 22 tahun 1999 ;

2. Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Operasional Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Utara. 3. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata

Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Pematangsiantar.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja.

5. Keputusan Walikota Pematangsiantar nomor 387b Tahun 2001 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar.

(7)

Nama-nama Kepala Kantor Satpol PP kota Pematangsiantar sejak pertama sekali dibentuk,yaitu tahun 2001 :

1. Tahun 2001 – 2003 : Benar Sitepu

2. Tahun 2003 – 2005 : Drs. Jonson Simanjuntak 3. Tahun 2005 – 2006 : Drs. Hendrik Sihombing 4. Tahun 2006 – 2008 : Drs. Robert Samosir 5. Tahun 2008 – 2010 : Mahadin Sitanggang, SH 6. Tahun 2010 – 2011 : Sofian Purba, S.Sos

7. Tahun 2011- 2012 : Hasudungan Hutajulu, SH 8. Tahun 2012 - sekarang : Drs. Julham Situmorang, M.Si

III.2.3. Jumlah Personil, Golongan, dan Jabatan Personil Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar

Jumlah Personil pada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja pada tahun 2015: 1. PNS : 31 Orang

2. Pegawai Honor : 99 Orang Jumlah : 130 Orang

Keadaan Personil Polisi Pamong Praja berdasaran Golongan :

1. Golongan IV sebanyak : 1 orang, terdiri dari : • Golongan IV/b = 1 orang

• Golongan IV/a = - orang

(8)

• Golongan III/d = 1 orang • Golongan III/c = 3 orang • Golongan III/b = 1 orang • Golongan III/a = - orang

3. Golongan II sebanyak : 24 orang, terdiri dari : • Golongan II/d = 1 orang

• Golongan II/c = 18 orang • Golongan II/b = 3 orang • Golongan II/a = 2 orang

4. Golongan I sebanyak : 1 orang, terdiri dari : • Golongan I/d = - orang

• Golongan I/c = - orang • Golongan I/b = - orang • Golongan I/a = 1 orang

Jumlah Personil berdasarkan Jabatan (Peran) :

• Pejabat Struktural ;

o Eselon II = - orang

o Eselon III = 1 orang

o Eselon IV = 4 orang

(9)

• Tenaga Administrasi = 9 orang

III.2.4. Sarana dan Prasarana di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar.

Sarana dan prasarana yang ada di Kantor Satpol-PP Kota Pematangsiantar :

a. Bangunan Kantor :

• 1 (Satu) bangunan kantor semi permanen

b. Jumlah kendraan dinas : • mobil/truk = 1 unit • mobil kijang = 2 unit • mobil pangawalan = 1 unit • sepeda motor = 1 unit

Sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Pematangsiantar Nomor 38 b Tahun 2001, Kantor Satuan Polisi Pamong Praja mmemiliki kedudukan, tugas pokok dan fungsi-fungsi sebagai berikut :

1) Kedudukan :

a. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja adalah unsur penunjang Pemerintahan Kota Pematangsiantar.

b. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja diimin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

(10)

Kantor Satuan PolisiPamong Praja mempunyai tugas membantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang ketentraman dan ketertiban serta penegakan peraturan daerah, peraturan walikota, keputusan walikota dan peraturan perundang-undangan lainnya. Penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud, meliputi : Menyusun program dan melaksanakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan daerah, peraturan walikota sebgaimana pelaksanaan peraturan daerah;

a. Melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di daerah;

b. Melaksanakan kebijakan penegakan peraturan daerah, peraturan walikota, dan keputusan walikota sebagai sebagai pelaksana peraturan daerah;

c. Melaksanakan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban serta penegakan peraturan daerah, peraturan walikota, dan keputusan walikota sebagai pelaksana peraturan daerah dengan aparat kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan/ataunaparatur lainnya;

(11)

e. Melaksanakan pengawasan terhadap masyrakat agar mematuhi dan mentaati peraturan daerah, peraturan walikota, keputusan walikota sebgai pelaksana peraturan daerah;

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya;

III.3. Visi dan Misi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

III.3.1. Visi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

“Kota Pematangsiantar yanga aman, tertib dan kondusif serta mematuhi dan mentaati Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.

III.3.2. Misi Satpol PP ( Tujuan dan Sasaran)

1. Melaksanakan penyusunan program(pengelolaan administrasi, ketatausahaan, perlengkapan, kepegawaian dan Keuangan) dalam pelaksanaan ketentraman, ketertiban umum dan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.

2. Melaksanakan kebijakan pemerliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di daerah.

3. Melaksanakan pengawasan dan penegakan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah, dan Peraturan Perundang-Undangan lainnya.

(12)

5. Melaksanakan pengamanan unsure pimpinan daerah beserta lingkungan kerja pimpinan Pemerintah Kota.

6. Melaksanakan koordinasi dengan aparat kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan aparatur lainnya dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah.

7. Melaksanakan pembinaan kualitas fisik, mental serta pemberdayaan personil Satpol PP.

Tujuan dan sasaran strategi yang telah ditetapkan dapat diuraikan sebagai berikut:

Tabel .III.4. Tujuan dan Sasaran Strategi

Tujuan I Meningkatnya Kualitas Pelayanan Prima Administrasi Perkantoran Sasaran Terwujudnya Pelayanan Prima Administrasi Perkantoran

Tujuan II Meningkatnya Kinerja Prima Personil Satpol PP Sasaran Semakin meningkatnya Kinerja Personil Satpol PP

Tujuan III Terciptanya kondisi aman dan nyaman di Lingkungan Pemerintah kota Pematangsiantar

Sasaran Semakin meningkatnya keamanan dan kenyamanan lingkungan Kota Pematangsiantar.

Tujuan IV Terciptanya lingkungan masyarakat yang tentram dan tertib

Sasaran Terwujudnya Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat di Lingkungan Pemerintah Kota Pematangsiantar

Tabel III.5. Strategi Pencapaian Tujuan

No Sasaran Strategi Pencapaian Tujuan dan Sasaran

(13)

1. Terwujudnya

III.4. Kebijakan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

III.4.1. Hambatan

(14)

2. Dana Anggaran pendukung untuk kelancaran pelaksanan tugas belum memadai.

3. Kualitas Aparat Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar yang relatif masih rendah sehingga belum mendukung secara penuh pelaksanaan tugas.

III.3.2. Masalah yang dihadapi Satuan Polisi Pamong Praja

1. Masih rendahnya pemahaman masyarakat atau kurang proaktif terhadap Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar dan Peraturan Perundang-undangan lainnya yang menyangkut bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum.

2. Masih rendahnya kesadaran para pedagang kaki lima yang menggunakan Jalan dan Trotoar untuk tempat berjualan dan berdagang.

3. Para pedagang pasar pagi diluar areal Pasar Dwikora dan Pasar Horas masih belum mematuhi ketentuan waktu berjualan yang ditetakan Pemerintah Kota Pematangsiantar.

4. Masih ada masyarakat yang mendirikan bangunan belum memiliki izin IMB atau IMB-nya belum dikeluar pelaksanaan bangunan telah dimulai, begitu juga terhada izin-izin usaha lainnya belum seenuhnya diindahkan sesuai ketentuan Peraturan yang berlaku.

III.4.3. Kebijakan untuk Pencegahan Masalah

(15)

2. Menghimbau para pedagang kaki lima untuk tidak menggunakan badan-badan Jalan dan Trotoar untuk berjualan dan berdagang.

3. Menghimbau Para Pedagang Pasar Pagi diluar Pasar Dwikora dan Pasar Horas untuk mematuhi ketentuan waktu berjualan yang telah ditentukan pemerintah Kota Pematangsiantar.

4. Melakukan Penertiban Pedagang Kaki Lima yang berjualan pada tempat-tempat yang dilarang sesuai dengan Perda.

5. Menghimbau masyarakat yang mendirikan bangunan untuk mengurus IMB ke Dinas Tata Kota dan Bangunan Kota Pematangsiantar sebelum pembangunan dimulai, begitu juga izin Usaha lainnya ke Instansi terkait.

III.3.4. Program dan Kegiatan Satuan Polisi Pamong Praja

1. Melakukan Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban Umum kepada masyarakat Kota Pematangsiantar.

2. Melaksanakan Pengawasan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah dan Peraturan Perundang-undangan lainnya.

3. Melaksanakan Pengamanan dan Pengawalan unsur Pimpinan Daerah Pemerintah Kota Pematangsiantar beserta lingkungan kerjanya.

4. Mengaplikasikan Pengamanan Kapasitas dan Kesamaptaan Personil Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar.

(16)

6. Melakukan Pengolahan Administrasi dan Ketatausahaan, Perlengkapan, Kepegawaian, dan Keuangan.

7. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan.

III.5. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi dalam Kantor Satpol Polisi Pamong Praja dapat dilihat dalam bagan dibawah ini :

(17)

III.6. Uraian Tugas Pejabat Struktural dan Staf Kantor Satuan Polisi Pamong Praja.

A. Sub Bagian Tata Usaha

Sub bagian tata usaha merupakan unsur staf yang di pimpin oleh seorang kepala sub bagian tata usaha yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala kantor. Sub bagian tata usaha kantor satuan polisi pamong praja mempunyai tugas membantu kepala kantor di bidang pembinaan penyelenggaran administrasi umum dan perlengkapan, pembinaan kepegawaian dan tata laksana, serta pembinaan administrasi keuangan.

Penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud di atas meliputi :

1. Menyelenggarakan urusan surat menyurat, tatalaksana dan perlengkapan kepegawaian;

2. Menyusun bahan pelaporan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum; 3. Menyelenggaran administrasi keuangan;

4. Melakukan koordinasi dengan unit kerja/instansi terkait sesuai dengan bidang tugasnya dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas;

(18)

Seksi operasional penertiban merupakan unsur pelaksanaan yang dipimpin oleh seorang kepala seksi dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala kantor. Seksi operasional penertiban mempunyai tugas membantu kepala kantor di bidang operasional penertiban.

Penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud diatas meliputi :

1. Melaksanakan tugas operasional sesuai dengan pedoman dan petunjuk teknis/operasional penertiban peraturan daerah dan peraturan walikota;

2. Mengawasi pelaksanaan peraturan daerah, peraturan walikota, dan peraturan perundang-undangan lainnya;

3. Menyusun rencana dan program kegiatan pembinaan ketentraman dan ketertiban;

4. Melaksanakan razia penertiban guna menjamin tertibnya penyelenggaran peraturan daerah, peraturan walikota dan peraturan perundang-undangan lainnya berkoordinasi dengan instansi lainnya;

5. Melaksanakan Tipiring (Tindak Pidana Ringan) terhadap pelanggaran peraturan daerah;

6. Menyiapkan bahan dalam rangka penyusunan petunjuk tentang pengamanan dan penyidikan penyelenggaraan peraturan daerah serta peraturan perundang-undangan lainnya yang menyangkut ketertiban umum;

(19)

C. Seksi Pengamanan dan Pengawalan

Seksi pengamanan dan pengawalan merupakan unsur pelaksana yang dipimpin soleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala kantor. Seksi pengamanan dan pengawalan mempunyai tugas membantu kepala kantor di bidang pengamanan dan pengawalan.

Penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud diatas meliputi :

1. Melaksanakan pengamanan unsur pimpinan pemerintah kota (walikota, wakil walikota dan sekretaris daerah) beserta lingkungan kerjanya;

2. Melaksanakan pengawalan unsur pimpinan pemerintah kota;

3. Melaksanakan pengamanan dan lingkungan kerja pemerintah daerah demi tertibnya penyelenggaraan roda pemerintah;

4. Melaksanakan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas pengamanan dan pengawalan;

5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala kantor sesuai dengan tugas dan fungsinya

D. Seksi Pengembangan Kapasitas dan Kesamaptaan

(20)

kantor di bidang pengembangan kapasitas dan kesamaptaan satuan polisipamong praja. Penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud diatas meliputi :

1. Melaksanakan pengembangan kapasitas satuan polisi pamong praja yang meliputi pembinaan personil, ketatalaksanaan, sarana dan prasarana kerja polisi pamong praja;

2. Melaksanakan diklat personil polisi pamong praja untuk meningkatkan keterampilan pelaksanaan tugas;

(21)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Data yang akan disajikan oleh peneliti mengenai efektivitas kinerja dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), adalah data primer dan data sekunder. Kemudian penulis akan menganalisis dan menginterpretasikan secara deskriptif kualitatif. Adapun data yang akan disajikan dalam penulisan ini yaitu penyajian data hasil wawancara dari informan kunci (key informan) yaitu Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, informan utama yaitu seksi operasional dan penertiban, dua orang anggota seksi operasional dan penertiban dan informan tambahan yaitu pedagang kaki lima yang ada di Pasar Dwikora sebanyak 4 orang. Berikut hasil wawancara yang penulis sajikan dalam bentuk uraian-uraian dan penjelasan-penjelasan sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh responden yang bersangkutan.

A. Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Satpol Pamong Praja (Satpol PP) Pematangsiantar

1. Menyusun program dan melaksanakan ketentraman dan ketertiban umum.

(22)

1. Apakah ada program pengamanan dan penertiban yang dilakukan oleh Kantor Satpol PP dalam menertibkan dan menjaga keamanan di kota Pematangsiantar?

Jawab : “ya, tentu saja ada dan sudah disusun setiap tahun. Karena mewujudkan kota Pematangsiantar yang aman,tertib dan kondusif merupakan visi dari Kantor Satpol PP ini. Oleh sebab itu, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab dari kantor ini untuk menjaga ketertiban dan keamanan kota.”

2. Pada saat kapan dilakukan penyusunan dari program kegiatan dan kerja dari Kantor Satpol PP ?

Jawab : “kalau penyusunan dari program kegiatan dan kerja dari kantor ini dilakukan satu kali dalam setahun, biasanya dilakukan antara bulan Agustus samapai Oktober. Dan program yang ada dikantor ini, disusun setahun sebelumnya. Maksudnya, program yang akan digunakan pada tahun 2015, penyusunannya dilakukan pada tahun 2014. Seluruh rerncana kerja dari Kantor Satpol PP, ditiuangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Kota Pematangsiantar Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar.”

(23)

Jawab : “pelaksanaan dari suatu kegiatan harus melalui prosedur yang sudah ditentukan. Para anggota Satpol tidak dibenarkan untuk melakukan tindakan penertiban kalau belum ada surat perintah. Oleh sebab itu, semua kegiatan dari kantor satpol harus didasarkan surat perintah tugas dan tidak boleh lari dari aturan yang sudah ditetapkan.”

4. Jadi bagaimana prosedur para anggota Satpol-PP untuk terjun langsung ke lapangan ?

Jawab : “yang pertama sekali, surat perintah tugas harus terlebih dahulu dikeluarkan dari bagian tata usaha (TU), setelah itu surat diberikan kepada bagian seksi operasional penertiban agar menentukan anggota yang harus turun ke lapangan. Dan kalau tidak ada surat perintah dari atasan, anggota tidak dapat pergi kelapangan.”

5. Untuk langsung terjun kelapangan biasanya diperlukan berapa personil Pak ?

Jawab : “tergantung jenis kegiatannya, kalau skala besar hampir seluruh anggota dibutuhkan kecuali seksi bidang TU dan sesi pengawalan dan pengamanan. Personil yang dibutuhkan untuk skala sedang, biasanya berjumlah 10-20 personil yang diturunkan kelapangan dan jumlah lelaki selalu lebih banyak dibandingkan jumlah wanita.”

(24)

Jawab : “Untuk Pasar Dwikora, terakhir dilakukan penertiban itu tahun lalu,yaitu tahun 2014. Walaupun seperti itu, kegiatan di pasar dwikora ini tetap diawasi setiap harinya. Dan kalau untuk penggusuran tidak pernah dilakukan lagi.”

7. Pernahkah pemerintah melakukan relokasi terhadap PKL yang ada di Pasar Dwikora ini, dan bagaimana hasilnya Pak?

Jawab : “lima tahun yang lalu pernah dilakukan relokasi PKL. Mereka dipindahkan ke terminal Suka Dame yang berada didekat terminal bus. Dan relokasi ini tidak berjalan seperti yang diharapkan karena sebagian para PKL tetap balik ketempat semula yaitu di badan jalan Patuan Nagari dan Patuan Anggi.”

8. Jadi menurut Bapak sendiri apa langkah yang tepat untuk mengatasi dan menata rapi para PKL yang ada di Pasar Dwikora ini ?

Jawab : “kalau menurut saya langkah awal adalah kesadaran dari masing-masing masyarakat untuk hidup secara terarah dan teratur. Memang relokasi penting. Akan tetapi cara itu akan tetap gagal karena masyarakat pembeli juga lebih memilih berdagang di badan jalan seperti biasanya. Kalau saja para pembeli juga mau bekerja sama dengan pemerintah untuk melakukan penertiban akan PKL ini, maka semua akan berjalan dengan baik. Selain itu harus ada kerjasama yang baik dengan dinas-dinas yang lain untuk memberikan pengarahan seperti sosialisasi Perda kepada masyarakat.”

(25)

Untuk melihat kebijakan seperti apa yang sudah dilakukan dalam pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban daerah. Maka peneliti mengajukan pertanyaan kepada Bapak Drs. Julham Situmorang dengan pertanyaan :

9. Apa yang dimaksud dengan melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban, dan apa saja yang termasuk kedalam kebijakan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban ini, Pak ?

(26)

10. Apa kegiatan yang pemeliharaan dan penyelengaran ketentraman dan ketertiban yang sudah pernah dilakukan Kantor Satpol-PP ?

Jawab : “salah satunya memindahkan pkl yang ada didepan Taman Bunga, dan Pujasera. Semua pkl kami pindahkan kebelakang taman bunga dan disana sudah dibangun pemerintah tempat yang cocok untuk berdagang. Dan sebagian dipindah lokasikan ke depan Stasiun Kereta Api. Akan tetapi masih ada saja beberapa pedagang yang keras kepala dan tetap berjualan didepan Pujasera. Dan faktor utama yang membuat para pkl bersikeras mempertahankan tempatnya karena memang masyarakat juga tetap membeli sekalipun itu dipinggir jalan. Sebagian masyrakat juga kurang sadar hukum, sudah tau itu di pinggir jalan, masih saja memarkirkan kendaraannya dipinggir jalan untuk membeli barang dagangan si pkl tadi. Padahal hal ini mengakibatkan lalu lintas terganggu. Inilah yang harus kita ubah, yaitu pola pikir masyarakat dan sudah seharusnya saling membantu dalam mewujudkan penertiban ini, ada kontribusi dari pemerintah, ada dari dinas dan juga dari masyarakat. ”

11. Dan tantangan apa yang dihadapi saat melakukan kebijakan ketentraman dan ketertiban ini ?

(27)

topi,baju pelindung, tongkat T, sepatu, dan Tameng. Perlengkapan yang tersedia hanya 40 set, sementara jumlah anggota Satpol-PP sebanyak 130 orang. Jadi kantor Satpol-PP kekurangan perlengkapan sebanyak 90 set. Padahal perlengkapan ini sangat diperlukan saat melakukan penertiban dengan para pedagang kaki lima 130 orang. Jadi kantor Satpol-PP kekurangan perlengkapan sebanyak 90 set. Padahal perlengkapan ini sangat diperlukan saat melakukan penertiban para pedagang kaki lima, terutama untuk menghindari tindak-tindakan pertikaian. Yang kedua ancaman dari luar yaitu adalah masyarakat setempat. Ancaman dari luar inilah yang biasanya mengakibatkan bentuk-bentuk perlawanan dari pedagang kaki lima, masyarakat.”

3. Melaksanakan kebijakan penegakan peraturan daerah, peraturan walikota, dan keputusan walikota sebagai pelaksana peraturan daerah.

Kantor Satpol-PP sebagai pelaksana dari peraturan daerah, harus menegakkan keputusan walikota, peraturan walikota, dan peraturan daerah. Maka peneliti mengajukan pertanyaan kepada Bapak Drs. Julham Situmorang, dengan pertanyaan :

12. Apa fungsi dari kebijakan Perda, Peraturan Walikota, dan keputusan walikota untuk kinerja dari Satpol-PP?

Jawab : “Perda inilah yang menjadi acuan kinerja oleh anggota Satpol-PP ini dalam kesehariannya.ada 21 Perda yang harus ditangani oleh Kantor Satpol-PP kota Pematangsiantar.”

(28)

Jawab : “Peraturan daerah no 10 tahun 2005 tentang izin usaha industri, perda no 1 tahun 2014 tentang IMB, Perda no 9 thn 2005 tentang tanda daftar industri, perda no 8 tahun 2005 tentang tanda daftar perusahaan, perda no 7 tahun 2005 tentang tanda daftar gudang, perda no 6 tahun 2005 tentang surat izin usaha perdagangan, perda no 5 tahun 2005 tentang surat izin tempat usaha, perda no 6 tahun 2004 tentang izin usaha kepariwisataan, perda no7 tahun 2003 tentang rencana tata ruang wilayah kota Pematangsiantar, perda 12 tahun 2002 tentang retribusi pajak hotel, perda no11 tahun 2002 tentang pajak restoran, perda no 9 tahun 2002 tentang perizinan bidang kesehatan, perda no 19 tahun 1998 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga, perda no11 tahun 1998 tentang retribusi parkir di tepi jalan umum, perda no 13 tahun 1998 tentang retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran / racun api, perda no 9 tahun 1992 tentang wajib bersih lingkungan , keindahan dan ketertiban umum, perda no 2 tahun 2014 tentangizin undang-undang gangguan , perda no 9 tahun 2001 tentang pajak reklame, peraturan pemerintah no 6 tahun 2011 tentang pajak daerah, perda no 4 tahun 2005 tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, perda no 16 tahun 2005 tentang lalu lintas dan angkutan jalan di wilayah kota Pematangsiantar”.

4. Melaksanakan koordinasi pemeliharaan dan penyelengaraan ketentraman dan ketertiban umum.

(29)

14. Dinas-dinas apa sajakah yang berkoordinasi dengan Kantor Satpol-PP ?

Jawab : “Dinas Kebersihan, Kantor, Kesbanglinmas (Kesejahteraan Pembangunan dan Perlindungan masyarakat), Kejaksaan, Kantor Pengadilan Dinas Sosial,Polisi, Kecamatan, Kelurahan,dan lain-lain. ”

15. Jadi pada saat kapan saja dibutuhkan peran serta dari dinas-dinas yang terkait?

Jawab : “pada saat satpol-pp melakukan kegiatan penertiban , contohnya penertiban PKL, maka sangat diharapkan peran serta dari dinas-dinas yang lain, seperti kantor camat, kantor pasar, dan dinas kebersihan. Hal ini dikarenakan peran dari satpol-pp saja tidak akan berhasil maksimal tanpa dibantu oleh dinas-dinas terkait tersebut. Ditambah lagi menggingat bahwa PKL yang ada di Pasar saat ini melebihi jumlah personil Satpol-pp yang masih minim dalam perlengkapan keamanan. Dan kalau hanya peran dari Satpol-pp saja, tidak akan tuntas untuk mengatasi PKL ini. Oleh karenanya diharapkan peran serta dari dinas-dinas terkait.”

5. Melaksanakan koordinasi pembinaan dan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum.

(30)

16. Bagaimana koordinasi yang dilakukan untuk pembinaan dan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban ?

Jawab : “kalau untuk penentuan dengan dinas mana berkoordinasi, itu ditentukan dari Perda. Sudah ada memang aturannya. Contohnya saat menertibkan PKL, diperlukan lah koordinasi dari Polisi, dalam hal ini bantuan dari Polisi diperlukan untuk mencegah dan menghambat terjadinya bentrok saat anggota Satpol-PP melakukan penertiban. Contoh lainnya, bantuan dari Dinas Tata Ruang dan lingkungan mengenai bangunan-bangunan yang tidak memiliki IMB (izin mendirikan bangunan).”

17. Menurut bapak, dengan adanya koordinasi dengan dinas-dinas lain maka pembinaan dan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban lebih cepat tercapai atau malah mengahambat prosesnya?

Jawab : “ya tentu saja sangat membantu, seperti yang sudah jelaskan tadi.”

18. Jadi upaya apa yang tepat untuk menertibkan Pkl ini , Pak ?

Jawab : “upaya yang tepat untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan kerjasama antara pemerintah dengan dinas-dinas terkait, selain itu kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat juga penting sekali. Selain menjalin hubungan kerjasama, seharusnya dibuat sosialisasi terhadap masyarakat.”

(31)

Untuk mengawasi tindakan masyarakat yang melanggar Peraturan Daerah. Maka peneliti mengajukan pertanyaan kepada Bapak Julham Situmorang dengan pertanyaan:

19. Bagaimana tindakan pengawasan yang sudah dilakukan oleh anggota Satpol-PP dalam mengawasi tindakan masyarakat yang melanggar Perda ?

Jawab : “contoh tindaan pengawasan yang dilakukan oleh Satpol-PP adalah kasus masyarakat yang mendirikan bangunan dilahan yang seharusnya masyarakat gunakan sebagai jalan,oleh sebab itu, bangunan ini menggangu jalan masyarakat didaerah itu. Dalam hal ini Satpol-PP juga berkoordinasi dengan Dinas Tata Ruang dan Lingkungan dalam masalah IMB.”

20. Bagaimana prosedur SOP (standar operasional) kerja dari Satpol-PP dalam melakukan penertiban ?

Jawab : “prosedur kerja dari Satpol- PP yang pertama diawali dengan peringatan lisan, kedua yaitu memberikan tegoran I jika langkah pertama tidak berhasil, ketiga yaitu memberikan tegoran II dan setelah seminggu setelah teguran II tidak berhasil juga, maka Satpol-PP akan membongkar sendiri selama 3x24 jam.”

21. Jadi penilaian Bapak sendiri terhadap kinerja dari anggota Satpol terutama dalam menertibkan pedagang kaki lima bagaimana Pak ?

(32)

dikarenakan prasarana dan jumlah personil yang belum memadai serta kesadaran dari masyarakat yang masih rendah, inilah mengakibatkan kinerja dari anggota Satpol-PP belum efektif.”

7. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Kantor Satpol-PP menjalanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota dan tetap didasarkan oleh tugas dan fungsinya. Maka peneliti mengajukan pertanyaan kepada Bapak Drs. Julham Situmorang dengan pertanyaan :

22. Apa Tugas lain yang dimaksud itu yang bagaimana , Pak ?

Jawab : ”tugas lain itu merupakan tugas yang diberikan oleh walikota, maksudnya tugas diluar dari tugas dari Satpol-PP yang semestinya. Akan tetapi tidak menyalahi dari tugas dan tanggung jawab dari Satpol-PP. ”

23. Seperti apa prosedurnya , Pak ?

(33)

adm.pemerintah dan kesejahteraan rakyat), dan kemudian sampailah kepada kantor Satpol-PP”

24. Salah satu tugas lain yang sudah pernah diterima oleh Kantor Satpol-PP apa , Pak ?

Jawab : ”Tugas lain yang pernah kami jalankan terakhir kali kurang lebih lima tahun yang lalu sewaktu Walikota yang sebelumnya. Tugas lain yang pernah dilaksanakan yaitu pada saat permasalahan pemindahan sekolah SMAN.4 Pematangsiantar. Pada saat itu Bapak Walikota menugaskan kantor Satpol-PP untuk melakukan penjagaan di malam hari karena pada saat itu terjadi bentrok.”

B. Hasil wawancara dengan Kepala dan Anggota Seksi Operasional dan Penertiban Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP)

1. Melaksanakan tugas operasional sesuai pedoman dan petunjuk teknis/operasional penertiban Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota.

Sebagai seksi operasional dan penertiban, maka anggota Satpol-PP yang termasuk dalam seksi ini bertugas untuk melaksanakn tugas-tugas sebagaimana yang sudah seharusnya dilaksanakan sebagai anggota seksi operasional dan penertiban. Maka peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Seksi Operasional dan Penertiban yaitu Bapak A.Sinaga dan dua orang anggota dari seksi Operasional dan Penertiban, yaitu Bapak Silalahi dan Bapak Simamora dengan pertanyaan :

(34)

Jawab : “yang pertama pengamanan unjuk rasa, kedua penertiban pedagang kaki lima (pkl),ketiga penjaman objek vital,keempat penagamanan acara-acara / event tertentu,kelima pengamanan dan pengawalan. Dan kelima program inilah yang menjadi tugas pokok bagi bidang operasional dan penertiban”

Pertanyaan yang serupa juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi : “Ya, ada lima yang menjadi program dari seksi operasional dan penertiban ini, yaitu penertiban pkl, penertiban unjuk rasa, pengamanan gedung-gedung/rumah dinas, pengamanan keramaian saat ada acara besar di kota Pematangsiantar, pengamanan dan pengawalan Walikota/Sekda”

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang menjadi salah satu anggota dari seksi operasional dan penertiban ini :

“penegakan dan pengawasan Perda, penjagaan keamanan dan ketertiban masyarakat, pengawalan pejabat, pengamanan asset daerah.”

2. Pada saat kapan dilakukan penyusunan dari program kegiatan dan kerja dari Kantor Satpol PP ?

Jawab : “biasanya penyusunan program kegiatan dilakukan bulan agustus atau oktober. Kegiatan untuk tahun depan,biasanya disusun pada tahun ini.”

(35)

“bulan agustus, kadang bulan oktober. Rencana kerja untuk tahun depan,disusun di tahun ini ”

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang menjadi salah satu anggota dari seksi operasional dan penertiban ini :

“akhir tahun, yaitu dibulan agustus atau oktober”

3. Jadi bagaimana untuk prosedur kerja kelapangan ?

Jawab : “prosedurnya diawali dengan perintah tugas dari atasan, dan bagian tata usaha akan mengeluarkan surat perintah kerja kepada bagian operasional dan penertiban.”

Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :

“dari atasan,kemudian pengeluaran surat perintah tugas, setelah itulah boleh terjun kelapangan.”

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota dari seksi operasional dan penertiban ini :

“harus dimulai dari perintah atasan, dan setelah surat perintah keluar, barulah anggota boleh terjun kelapangan”

(36)

Jawab : “awal tahun 2014”

Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :

“awal tahun 2014 terakhir kali dilakukan penertiban di Pasar Dwikora”

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota dari seksi operasional dan penertiban ini :

“kalau tidak salah pada akhir tahun 2014, dan di tahun 2015 ini belum ada dilakukan ”

2. Mengawasi pelaksanaan Peraturan Daerah, Peraturan Walikota dan Peraturan Perundang-undangan lainnya.

Seksi Operasional dan Penertiban bertugas untuk mengawasi pelaksanan dari Perda, Peraturan Walikota dan Peraturan perundang-undangan lainnya. Maka peneliti mengajukan pertanyaan dengan pertanyaan :

5. Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan ?

(37)

Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :

“dalam melakukan pengawasan, diharapkan adanya kerjasama dengan dinas-dinas yang lain. Karena hanya Satpol-PP saja yang bekerja tanpa adanya kerjasama dari dinas-dinas lain, masalah PKL ini tidak akan tuntas.”

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :

“contohnya ada pedagang yang membangun tempat dagangannya ditempat yang tidak seharusnya. Maka anggota Satpol-PP harus terlebih dahulu melakukan tindakan kekeluargaan, hal ini diharapkan untuk menjauhi segala bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi. Dan Satpol-PP menghindarkan segala bentuk tidak anarkis.”

6. Seperti apa standar operasional kerja (SOP) penertiban ?

Jawab : “untuk SOP nya diawali dengan kalau ada sesuatu yang menyalahi, maka dilakukan pendekatan secara lisan kepada PKL tersebut, yaitu pendekatan secara kekeluargaan, kalau hal ini tidak berjalan dengan baik maka masuklah Tegoran I untuk membongkar sendiri, yang kedua kalau tidak dilaksanakan dalam tempo seminggu maka dikeluarkan tegoran II dan isinya tetap untuk membongkar sendiri, selanjutnya minimal tujuh hari maka diberikan tegoran keIII agar mereka membongkar sendiri, kalau tetap tidak dibongkar,maka Satpol-PP akan membongkar 3x24 jam.”

(38)

“kalau untuk SOP pembongkaran bangunan, Satpol hanya sebagai pengeksekusi, yang memegang tim yaitu Dinas Tata Ruang dan Lingkungan(Tarukim). Dan dalam hal ini Satpol hanya bisa menerima perintah dar dinas terkait, setelah itu dibuat suatu tim,maka Satpol hanya sebagian dari tim. Oleh sebab itu, Satpol tidak dapat langsung melakukan pembongkaran bangunan sebelum ada perintah dari Tarukim.”

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :

“prosedur Sop ini yang pertama diawali dengan pendekatan secara kekeluargaan, kalau cara ini tidak berhasil maka dikeluarkan surat peringatan I, jika tidak berhasil maka dikeluarkan peringatan II, dan kalau hal itu tidak berhasil maka dikeluarkan surat peringatan III, yaitu untuk membongkar selama 3x24 jam.”

7. Berapa jumlah anggota yang dibutuhkan untuk terjun langsung kelapangan ?

Jawab : “tergantung jenis kegiatannya. Kalau kegiatan dalam jangkauan besar, maka dibutuhkan banyak anggota Satpol. Dan kalau jangkauan yang besar,maka seluruh anggota diturunkan kelapangan. Kecuali Seksi TU dan Seksi Pengawalan. Karena kedua seksi ini sudah berbeda tugasnya.”

Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :

(39)

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :

“tergantung jenis kegiatan nya. Kalau kegiatan yang besar maka banyak jugalah jumlah anggota yang dibutuhkan, kalau kegiatan yang skala kecil, maka jumlah anggota yang dibutuhkan juga sedikit dan tergantung tingkat keramaian dari kegiatan tersebut.”

8. Bagaimana tanggapan anda terhadap kinerja Satpol-PP dalam menertibkan pedagang kaki lima ini ?

Jawab : “jelas masih kurang efektif dikarenakan masih banyak kendala yang dihadapi seperti yang saya jelaskan tadi.”

Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :

“masih mencapai 80-90 persen saja”

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :

(40)

masalah dilema yang dihadapi oleh anggota Satpol-PP yang terkadang tidak tega untuk memaksa tertib para PKL.”

3. Menyusun rencana dan program kegiatan pembinaan ketentraman dan ketertiban.

Dengan adanya suatu rencana, maka suatu kegiatan akan lebih efektif hasilnya. Karena dengan adanya suatu rencana, suatu kegiatan akan berjalan secara teratur. Maka peneliti melakukan wawancara dengan pertanyaan :

9. Untuk Pasar Dwikora adakah rencana atau program yang sudah disepakati untuk dilakukan ?

Jawab : “sempat dibuat kesepakatan dengan PKL untuk berjualan dari pukul lima pagi sampai pukul tujuh pagi. Hal ini dilakukan karena pukul tujuh pagi masyarakat akan melewati jalan di Pasar Dwikora ini untuk beraktivitas, dan hal dilakukan untuk menghindari kemacetan jalan.””

Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :

“tahun lalu itu sajalah kegiatan yang dilakukan untuk menertibkan PKL di pasar dwikora ini. Untuk tahun ini belum ada.”

(41)

“tahun lalu saja ada program penertiban, dan untuk tahun ini belum ada. Tetapi setiap hari tetap dilakukan pengawasan di Pasar Dwikora ini.”

10. Sudah pernahkah dilakukan relokasi terhadap PKL yang ada di Pasar Dwikora ini ?

Jawab : “lima tahun yang lalu, para PKL dipindahkan ke terminal suka dame,yang terletak didekat terminal.”

Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :

“dipindahkan ke terminal suka dame tetapi itu lima tahun yang lalu.”

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :

“keterminal Suka dame, akan tetapi tidak berhasil.”

11. Menurut anda apa langkah yang tepat dalam menangani PKL ?

Jawab : “melakukan kerjasama dengan instansi terkait, dan mengubah pola piker masyarakat untuk taat pada peraturan.”

Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :

(42)

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :

“langkah yang paling tepat adalah relokasi, dibuat suatu tempat yang layak dan tidak menggangu kepentingan umum. Dan diharapkan Pemko mencari tempat yang lebih baik yang bisa dijangkau oleh masyarakat pembeli. ”

4. Melaksanakan razia penertiban guna menjamin tertibnya pelenggaraan Peraturan Daerah, Peraturan Walikota dan peraturan perundang-undang lainnya berkoordinasi dengan instansi terkait.

Sebagai seksi operasional dan penertiban, maka seksi ini bekerjasama dengan dinas terkait untuk memberi rasia kepada masyarakat yang menyalahi aturan dari Perda, Peraturan Walikota, dan peraturan perundang-undangan lainnya. Maka peneliti melakukan wawancara dengan pertanyaan :

12. Kapan saja dilakukan razia penertiban ini ?

Jawab : “setiap bulan selalu dilakukan dua kali, akan tetapi kalau untuk Pasar Dwikora, saat ini hanya dilakukan pemantauan. Kalau untuk razia besar-besaran belum pernah lagi dilakukan.”

Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :

“dua kali sebulan kadang ada penyelewengan Perda yang harus ditindak.”

(43)

“kalau ada bentuk-bentuk penyelewengan, ya pada saat itulah dilakukan penertiban. Jadi tergantung kalau ada penyelewengan atau tidak. Dan untuk Pasar Dwikora belum ada razia terhadap PKL untuk tahun ini.”“

13. Tindakan-tindakan seperti apa saja yang patut untuk dirazia oleh anggota Satpol-PP?

Jawab : “yang pasti yang melanggar 21 Perda yang menjadi tanggung jawab dari Kantor Satpol-PP.”

Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :

“yang melanggar Perda yang sudah ditentukan.”

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :

“yang mendirikan bangunan ditempat yang tidak seharusnya, tidak memiliki IMB, PKL yang tersebar tidak teratur,izin papan reklame,spanduk-spanduk, tanda daftar perusahaan, dll.”

5. Melaksanakan Tipiring (Tindak Pidana Ringan) terhadap pelanggaran Peraturan Daerah.

(44)

14. Apa yang dimaksud dengan Tipiring ?

Jawab: “Tipiring ini merupakan tindak pidana ringan yang sangksi nya sangat ringan dan biasanya tidak membuat PKL jera karena sifatnya masih ringan. Contohnya PKL yang memakai badan jalan, saat kita menindak Tipiring, harus ada PPNS ,karena selanjutnya PPNS yang akan bekerjasama dengan Kejaksaan dalam menentukan sangksi yang akan diterima.”

Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :

“Tipiring ini merupakan tindak pidana ringan yang diberikan kepada PKL sebagai tanda peringatan.”

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :

“Tipiring itu merupakan tindak pidana ringan yang nantinya dapat menentukan apa hukuman yang harus diterima. ”

15. Sudah berhasilkah tindakan Tipiring ini untuk membuat masyarakat jera dan tidak melanggar aturan lagi ?

Jawab : “kalau menurut saya belum. Karena sifat dari Tipiring ini masih lemah.”

(45)

“namanya juga tipiring, tindak pidana ringan, sifatnya lemah dan tidak membuat masyarakat jera.”

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :

“Menurut saya belum berhasil karena belum ada efek jera kepada para PKL, dan tidak pernah permasalahan PKL ini sampai tuntas untuk diselesaikan, misalnya anggota satpol sudah mengangkat barang dagangan PKL tersebut, besoknya gerobak dagangan PKL itu tadi sudah dipulangkan dan PKL tadi pun kembali berjualan lagi. Seharusnya ada PPNS (penyidik pegawai negeri sipil). PPNS ini yang bertugas untuk menyidik dan menyelesaikan masalah seperti ini secara hukum. Dan hal inilah yang menjadi kendala bagi anggota Satpol.”

7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala kantor sesuai dengan tugas dan fungsinya.

16. Apa yang dimaksud dengan tugas lain ?

Jawab : “tugas yang diberikan oleh walikota diluar dari tugas dan tanggungjawab dari kantor Satpol-PP yang seharusnya, akan tetapi tidak lari jalur dari tugas Satpol yang sesungguhnya.”

(46)

“kalau tugas lain itu merupakan tugas baru yang tiba-tiba diberikan oleh pemerintah kota, walikota.”

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban :

“tugas lain itu merupakan tugas-tugas diluar tugas dan tanggung jawab yang sudah ditetapkan.”

17. Apa saja tugas lain yang sudah pernah diterima oleh kantor Satpol-PP ?

Jawab : “kalau untuk tahun ini belum ada. Lima tahun yang lalu masalah pemindahan sekolah SMAN4. Karena pada saat itu terjadi bentrok.”

Pertanyaan yang sama juga peneliti tanyakan kepada Bapak Silalahi :

“pada saat masalah pemindahan bangunan SMAN 4 Pematangsiantar.”

Begitu juga dengan Bapak Simamora yang merupakan anggota seksi operasional dan penertiban.

“kalau tidak salah, sekitar lima atau 6 tahun yang lalu kami melakukan penjagaan malam pada saat masalah pemindahan bangunan SMAN4,selain itu kerjasama dan gotongroyong dengan pemerintah dan dinas-dinas yang terkait untuk membersihkan Pasar Dwikora yang terbakar pada tahun lalu.”

(47)

Peneliti melakukan wawancara dengan 4 Pedagang Kaki Lima. Adapun yang peneliti wawancarai adalah Ibu Saragi, Ibu Sinaga, Ibu Simamora dan Bapak Adi.

1. Sudah berapa lama anda berjualan di Pasar Dwikora ini ?

Jawab : Ibu Saragi : “saya berjualan disini sudah dua puluh enam tahun.”

Ibu Sinaga : “sekitar enam tahun saya sudah berjualan ditempat ini.”

Bapak Ali : “kira-kira sudah delapan belas tahun saya berjualan ditempat ini.”

Ibu Simamora : “sudah dua puluh tahun berjualan di pasar ini.”

2. Anda penduduk asli kota ini atau dari daerah lain ?

Ibu Saragi: “ya saya penduduk asli kota Pematangsiantar.”

Ibu Sinaga: “saya tidak penduduk asli kota, karena saya tinggal di Raya.”

Bapak Ali: “ya,saya penduduk asli kota Pematangsiantar.”

Ibu Simamora: “penduduk asli kota ini”

3. Apa betul kalau PKL yang ada disini tidak sepenuhnya warga kota Pematangsianar ?

Ibu Saragi : “ya tentu saja, karena pasar dekat dengan terminal ke daerah-daerah lain. Jadi banyak juga masyarakat dari daerah-daerah lain berjualan ditempat ini.”

(48)

Bapak Ali : “benar sekali dan banyak juga jumlah pedagang yang berasal dari daerah lain berjualan di pasar dwikora ini.”

Ibu Simamora : “ya benar.”

4. Dari awal anda berjualan, tempat ini yang anda jadikan sebagai tempat anda untuk membuka usaha dagang anda ?

Ibu Saragi : “iya, dari dua puluh enam tahun yang lalu, tempat saya berdagang memang disini”

Ibu Sinaga : “tidak, dulunya saya agak dipinggir jalan. Tetapi karena yang ditempat saya sekarang ini sudah tidak berjualan lagi. Jadi saya yang memakai tempatnya. Baru dua tahun terakhir ini saya ditempat ini.”

Bapak Ali : “iya tempat saya berdagang memang disini dari awal sampai sekarang.”

Ibu Simamora : “iya,disini tempat saya dari awal berjualan.”

5. Kegiatan berdagang di pasar ini dimulai dari pukul berapa ?

Ibu Saragi : “kalau para pedagang sebagian ini dari jam satu dini hari sudah disini karena kami harus membeli barang dagangan dari orang –orang yang menjual hasil ladangnya. Tapi biasanya pembeli datang kira-kira pukul empat subuh. Jam segitulah baru mulai rame pembeli sampai pukul delapan.”

(49)

Bapak Ali : “dari pukul tiga sudah banyak orang yang berjualan dan sudah banyak pembeli. Dan sudah ramai juga orang lalu-lalang dipasar ini baik itu berdagang, belanja, dan lain-lain.”

Ibu Simamora : “mulai pukul dua dini hari sudah mulailah kegiatan jual beli dipasar ini.”

6. Jadi anda berjualan dari pukul berapa sampai pukul berapa ?

Ibu Saragi : “dari pukul tiga dini hari sampai pukul dua siang kalau dagangan saya belum habis, tetapi kalau dagangan saya cepat laku, biasanya jam sebelas siang saya sudah pulang.”

Ibu Sinaga : “dari pukul tiga dini hari sampai pukul sepuluh pagi.”

Bapak Ali : “biasanya saya mulai berjualan dari pukul delapan pagi sampai pukul enam sore.”

Ibu Simamora : “mulai pukul empat dini hari dan biasanya pukul Sembilan pagi saya sudah pulang karena dagangan saya sudah habis”

7. Apakah ada ketentuan, seperti kesepakatan waktu berdagang untuk para PKL yang diberikan oleh Satpol-PP ?

(50)

Ibu Sinaga : “sejauh ini tidak ada.”

Bapak Ali : “sepertinya tidak ada.sejauh ini saya tidak tau ada kesepakatan berdagang.”

Ibu Simamora :“untuk sekarang tidak ada, tetapi dulu ada. Karena sekarang kami berdagang sudah aman aman saja.”

8. Bagaimana Tanggapan anda terhadap sosok Satpol-PP ?

Ibu Saragi: “sempat memang menggangap mereka musuh. Kalau sekarang memang tidak pernah lagi dilakukan penggusuran, kalau dulu sekitar 6 tahun yang lalu selalu dilakukan penggusuran. Jadi sekarang kami berjualan sudah aman. ”

Ibu Sinaga: “baik, sekarang mereka hanya memantau-mantau saja. Mengingatkan jangan sampai ke jalan raya dipakai untuk berdagang, mengingatkan sampah. Dan tidak pernah menggangu lagi.”

Bapak Ali : “ya namanya juga mereka menjalankan tugas, sementara kami para pedagang mencari makan untuk hidup. Jadi memang sama-sama bersikeras mempertahankan kepentingan masing-masing.”

Ibu Simamora :“karena belakangan ini mereka tidak pernah lagi melakukan penggusuran, ya seperti inilah untuk seterusnya , tidak diganggu lagi kami para pedagang kaki lima.”

(51)

Ibu Saragi : “sudah lama tidak pernah lagi, lima tahun yang lalu.”

Ibu Sinaga : “sudah tidak pernah lagi..”

Pak Ali : “lima tahun yang lalu.”

Ibu Simamora : “sudah lama sekali, sewaktu walikota yang sebelunya masih memimpin kota ini.”

10. Bantuan dari pemerintah yang sudah diterima oleh PKL yang ada disini ?

Ibu Saragi : “payung dan timangan, tapi tidak semua mendapatkannya.”

Ibu Sinaga : “tidak ada.”

Pak Ali : “kalau bantuan sepertinya tidak ada, dan saya juga kurang tau karena saya kan berdagang molen dan martabak.”

Ibu Simamora : “pernah dulu diberi pemerintah payung dan timbangan, tapi tidak semua dapat bagian. Saya salah satu pedagang yang tidak dapat bagian, dan payung serta timbangan saya beli sendiri.”

11. Apakah pemerintah pernah melakukan relokasi kepada PKL ?

Ibu Saragi : “pernah beberapa tahun yang lalu,dipindahkan keterminal suka dame, tetapi seperti itulah kami diam diam pindah ke tempat awal kami. Karena lebih banyak untung kalau berjualan di tempat ini.”

(52)

Pak Ali : “di pindahin ke terminal suka dame,”

Ibu Simamora : “pernah, ke terminal sukadame, tapi tempatnya kurang strategis.”

12. Jadi apa harapan anda sendiri kepada pemerintah ?

Ibu Saragi : “harapannya pemerintah tidak menggangu kegiatan dagang kami. Tidak ada penggusuran terhadap pedagang. Memang sekarang lalu lintas jadi semakin terganggu, kalau dulu memang saat mereka melakukan penertiban, tertata rapi semua dari parkir becak, parkiran kendaraan pembeli, dan tempat kami berdagang juga rapi disusun. ”

Ibu Sinaga : “ya kalau bisa pemerintah menyediakan tempat yang layak untuk kami para pedagang.”

Pak Ali : “kalau seperti sekarang ini, sudah aman karena Satpol-PP tidak pernah lagi melakukan penggusuran. Dan harapannya seperti inilah seterusnya.”

(53)

Dan berikut Gambar keadaan Pasar Dwikora mulai dari pagi hari sampai sore hari, kita dapat melihat bahwa sampai pukul enam sore kegiatan jual-beli oleh pedagang kaki lima dengan masyarakat di Pasar Dwikora tetap berlangsung.

(54)
(55)
(56)

BAB V

ANALISA DATA

Pada bab V ini akan dipaparkan tentang penganalisaan data-data hasil penelitian, dan kemudian data-data tersebut akan dianalisis menurut indikator masing-masing. Dari hasil analisa data-data ini, akan diperoleh kesimpulan dari penelitian ini untuk mengetahui kinerja dari Satuan Polisi Pamong Praja sudah efektif atau belum.

1. Menyusun program dan melaksanakan ketentraman dan ketertiban umum. Suatu kegiatan akan berjalan dengan baik, jika sebelum pelaksanaan kegiatan sudah disusun terlebih dahulu rencana dari kegiatan yang akan dilakukan. Jika rencana sudah disusun, maka setiap kegiatan akan berjalan sesuai dengan prosedur yang sudah dirancang. Dari data yang diperoleh oleh peneliti dari lapangan, bahwa kantor Satpol-PP ini setiap tahunnya merancang program yang akan dilaksanakan pada tahun depan. Dan penyusunan dari rencana program pembinaan ketentraman dan ketertiban ini dilakukan antara bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober. Dan karena visi dari kantor Satpol-PP ini untuk mewujudkan Kota Pematangsiantar yang aman,tertib, dan kondusif, maka sudah menjadi tugas utama dari Satpol-PP menjaga ketentraman dan ketertiban.

(57)

yang dikeluarkan oleh bagian tata usaha, dan selanjutnya diserahkan kepada bagian operasional dan penertiban untuk penentuan jumlah personil dan siapa saja yang akan ditugaskan kelapangan. Untuk jumlah personil yang dibutuhkan, berbeda-beda berdasarkan besar kecil resiko yang akan dihadapi. Kalau resikonya kecil, maka hanya dibutuhkan sekitar dua puluh orang personil Satpol-PP, namun jika resiko yang dihadapi besar, maka dibutuhkan lebih dari dua puluh orang personil, bahkan seluruh anggota yang akan akan dikerahkan kelapangan, kecuali bagian tata usaha dan bagian pengamanan/pengawalan.

(58)

Hal ini dilakukan karena mereka merasa tempat awal lebih menghasilkan banyak keuntungan karena dipinggir jalan.

2. Melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di daerah.

Satpol-PP berhak mengeluarkan suatu kebijakan atas suatu pelanggaran yang terjadi. Akan tetapi kebijakan yang dikeluarkan oleh Satpol-PP harus sesuai dengan Perda yang ada. Sebagai penegak di bidang ketentraman dan ketertiban, Satpol berhak mengambil suatu kebijakan atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat. Seperti yang sudah Kantor Satpol lakukan pada pedagang kaki lima yang ada di depan Taman Bunga dan didepan Pujasera Kota Pematangsiantar, mereka dipindahkan ke belakang Taman Bunga Kota Pematangsiantar, sebagian juga dipindahkan ke depan Stasiun Kereta Api dan disana pemerintah sudah menyediakan tempat yang cocok untuk para pedagang,dan para pedagang kaki lima juga tidak perlu lagi bersusah payah mendorong gerobaknya saat ingin berjualan. Akan tetapi masih juga beberapa pedagang yang tidak mengikuti aturan Perda yang ada. Mereka tetap mempertahankan tempat awal mereka berdagang.

(59)

mengerti aturan dan tidak membeli barang dagang para pedagang kaki lima tersebut, otomatis mereka pun tidak akan berjualan kalau pelanggan mereka tidak ada yang membeli lagi. Hal inilah yang menjadi salah satu kendala dalam mentertibkan para pedagang kaki lima. Selain itu, kendala lain yang dihadapi oleh Kantor Satpol-PP dalam mentertibkan pedagang kaki lima ini adalah kurangnya sarana dan prasarana yang ada dikantor Satpol-PP, baik itu dari dana yang kurang memadai, personil yang kurang, serta perlengkapan anti huru-hara yang sangat berguna bagi anggota Satpol-PP dalam melakukan keamanan dan ketertiban.

(60)

3. Melaksanakan kebijakan penegakan Peraturan Daerah, Peraturan Walikota dan Keputusan Walikota sebagai pelaksana Peraturan Daerah

Kantor Satpol-PP dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya didasarkan atas Peraturan daerah yang sudah ditetapkan dan harus diawasi agar tidak ada masyarakat yang melanggarnya. Ada dua puluh satu Perda yang harus diawasi oleh Kantor Satpol-PP. adapun Perda yang dimaksud, yakni :

a. Peraturan Daerah No.10 tahun 2005 Tentang Izin Usaha Industri, b. Perda No.1 Tahun 2014 tentang Izin Mendirikan Bangunan, c. Perda N. 9 Tahun 2005 Tentang Tanda Daftar Industri, d. Perda No.8 Tahun 2005 Tentang Tanda Daftar Perusahaan, e. Perda No.7 tahun 2005 Tentang Tanda Daftar Gudang,

f. Perda No.6 Tahun 2005 Tentang Surat Izin Usaha Perdagangan, g. Perda No.5 Tahun 2005 Tentang Surat Izin Tempat Usaha, h. Perda No. 6 tahun 2004 Tentang Izin Usaha Kepariwisataan,

i. Perda No.7 Tahun 2003 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pematangsiantar,

j. Perda 12 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pajak Hotel, k. Perda No. 11 Tahun 2002 Tentang Pajak Restoran,

l. Perda No. 9 Tahun 2002 Tentang Perizinan Bidang Kesehatan,

m. Perda No. 19 tahun 1998 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga,

(61)

o. Perda No.13 tahun 1998 Tentang Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran / Racun api,

p. Perda No. 9 Tahun 1992 tentang Wajib Bersih Lingkungan , Keindahan dan Ketertiban umum,

q. Perda No. 2 tahun 2014 Tentang Izin Undang-Undang Gangguan , r. Perda No. 9 Tahun 2001 Tentang Pajak Reklame,

s. Peraturan Pemerintah No 6 tahun 2011 Tentang Pajak Daerah,

t. Perda No. 4 Tahun 2005 Tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan,

u. Perda No. 16 Tahun 2005 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di wilayah Kota Pematangsiantar.

Dan untuk kebijakan dalam penegakan peraturan daerah, sepertinya masih belum berhasil sepenuhnya, hal ini terbukti dari masih banyaknya timbul bentuk-betuk penyelewengan terhadap Perda yang sudah ditentukan. Hal ini diakibatkan sangksi yang diberikan masih bersifat ringan dan membuat masyarakat tidak takut untuk mengulanginya. Seperti pendapat Kepala Bagian Operasional, bahwa Perda itu sangksinya masih lemah. Sementara anggota Bagian Operasional mengatakan bahwa selain karena Perda yang sangksinya masih kurang membuat masyarakat jera, disisi lain selama ini tidak ada tindakan yang lebih lanjut saat dilakukan Tipiring(tindak pidana ringan). Maksudnya orang yang melakukan kesalahan tadi tidak pernah masalahnya dikupas tuntas oleh PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil).

(62)

4. Melaksanakan koordinasi pemeliharaan dan penyelengaraan ketentraman dan ketertiban umum.

Kantor Satpol-PP melakukan koordinasi dan kerjasama dengan dinas-dinas yang terkait seperti Dinas Kebersihan, Kantor, Kesbanglinmas (Kesejahteraan Pembangunan dan Perlindungan masyarakat), Kejaksaan, Kantor Pengadilan Dinas Sosial,Polisi, Kecamatan, Kelurahan,dan lain-lain. Koordinasi dengan dinas-dinas lainnya sangat dibutuhkan karena dengan adanya koordinasi diharapkan dapat membantu berjalannya tugas yang diharapkan. Dan menurut pendapat Satpol-PP, koordinasi dengan dinas lain selalu dibutuhkan dalam setiap pelaksanaan tugas dari Satpol-PP. Contohnya pada saat penertiban pedagang kaki lima, Satpol-PP tidak dapat menindak sendiri pedagang kaki lima tersebut, harus ada PPNS yang nantinya menentukan hukuman yang harus diterima dan selanjutnya akan diserahkan kepada Pengadilan. Selain itu, Kantor Satpol-PP juga berkoordinasi dengan Kepolisian saat melakukan penertiban pedagang kaki lima. Polisi bertugas untuk menjaga keamanan kalau terjadi bentrok antara petugas Satpol-PP dengan pedagang kaki lima. Dengan adanya bantuan dari Polisi ini akan lebih mengamankan segala bentuk kekerasan, terlebih lagi mengingat perlengkapan yang dimiliki oleh anggota Satpol masih minim.

(63)

Satpol-PP dengan dinas – dinas lainnya, terbukti bahwa koordinasi Kantor Satpol dengan dinas yang lain berjalan dengan baik.

5. Melaksanakan koordinasi pembinaan dan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum.

Melakukan koordinasi dengan dinas-dinas yang terkait dalam melakukan pembinaan ketentraman dan ketertiban umum. Dengan adanya koordinasi diharapkan dapat mengatasi permasalahan akan pedagang kaki lima. Selain kerjasama antara pemerintah dan dinas terkait dan kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat, perlu dilakukan sosialisasi atas Peraturan Daerah kepada masyarakat melalui media massa, media elektronik, spanduk-spanduk, selain itu hal kecil yang perlu dimulai yakni sosialisasi dari kelurahan,kecamatan, dan RT/RW.

Dan untuk koordinasi pembinaan dan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum sepertinya bagian tugas ini masih belum berjalan dengan baik karena masih banyak masyarakat yang kurang sadar dan patuh pada peraturan. Jika pemerintah dan dinas-dinas terkait bersama-sama melakukan pembinaan kepada masyarakat akan pentingnya patuh terhadap peraturan yang ada agar keadaan kota semakin aman dan tertib. Jika semua pihak bekerjasama dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban, otomatis tidak akan ditemukan lagi pedagang-pedagang yang memakai jalur umum yang seharusnya tidak digunakan untuk berdagang,tetapi untuk jalur lalulintas.

(64)

6. Melaksanakan pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan menaati Peraturan Daerah.

Pelaksanaan pengamatan dan pengawalan unsur pimpinan Pemerintah Daerah berserta lingkungan kerjanya merupakan tugas lain yang harus dilaksanakan oleh Satpol-PP. Dari hasil wawancara, anggota Satpol-PP dalam melaksanakan pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan menaati perda dan peraturan lainnya yang sudah ditetapkan oleh pemerintah tetap melakukan pengawasan terhadap pedagang kaki lima di Pasar Dwikora setiap harinya. Dan pedagang kaki lima juga mengaku bahwa Satpol-PP setiap harinya datang hanya untuk memantau , mengawasi saja dan tidak melakukan kegiatan penertiban seperti penggusuran kepada mereka. Dan kegiatan ini sudah berlangsung lama, karena menurut pengakuan dari pedagang kaki lima di Pasar Dwikora terakhir kali dilakukan sekitar lima tahun yang lalu. Sementara menurut anggota Satpol-PP tahun lalu dilakukan penertiban di Pasar Dwikora ini.

7. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(65)
(66)

BAB VI

PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP) kota Pematangsiantar, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

(67)

2. Gangguan lalu lintas yang terjadi karena semakin banyaknya muncul para pedagang kaki lima di Pasar Dwikora merupakan bukti nyata bahwa pihak yang seharusnya menertibkan para pedagang kaki lima ini harus memberikan perhatian lebih dari yang sebelunya agar para pedagang bisa ditata dengan rapi dan Penertiban Pedagang Kaki Lima di Pasar Dwikora ini perlu dilakukan secara teratur, mengingat bahwa sudah lama tidak dilakukan lagi penertiban maupun penataan terhadap pedagang kaki lima di Pasar Dwikora ini.

3. Kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk patuh kepada peraturan yang sudah ditentukan. Contoh kecilnya masyarakat masih saja memarkirkan kendaraan dipinggir jalan, hanya untuk membeli barang dagangan pedagang kaki lima tersebut. Hal ini juga mengakibatkan arus lalu lintas menjadi tergangggu. Kalau saja masyarakat paham dan mengerti apa itu peraturan, otomatislah hal seperti ini tidak akan terjadi. Dan sanksi dari pelanggaran perda masih lemah,sehingga masyarakat tidak jera dengan pelanggaran yang sudah dilakukan.

(68)

mengingat para pedagang untuk tidak menggunakan badan jalan sebagai tempat untuk berdagang, mengatur posisi payung mereka agar tidak menggangu para penggguna jalan yang melintasi jalan ini.

VI.2. Saran

1. Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan dan menangani masalah pedagang kaki lima ini. Karena masalah pkl ini tidak akan selesai jika dilakukan hanya satu pihak saja. Karena diperlukan kerjasama yang baik antara berbagai pihak untuk melakukan penataan dan penertiban terhadap pedagang kaki lima yang ada di Pasar Dwikora ini.

2. Kerjasama antar pemerintah dengan dinas – dinas yang terkait seperti Kantor Satpol-PP, Dinas Kebersihan, Kantor Camat, PPNS, dan Pihak Pengadilan yang dapat menindak dan menentukan sanksi dari pelanggaran yang dilakukan pkl.

3. Agar tidak ada pihak-pihak yang akan dirugikan, baik itu dari pihak Satpol-PP maupun pihak pedagang kaki lima, sebaiknya pemerintah mengambil suatu kebijakan untuk menangani pedagang kaki lima ini yaitu dengan menata rapi susunan mereka dan membangun tempat yang lebih tepat dan pasti lebih strategi agar para pelanggan yang akan datang untuk membeli tidak kesulitan dalam menjangkau tempat pedagang tersebut.

(69)

dengan sembarangan saat membeli barang dagangan pkl. Dan ada juga pembeli tidak mau tau dengan sekitar, yang seenaknya saja memberhentikan kendaraan dipinggir jalan untuk membeli dagangan pkl. Hal ini jelas menganggu jalur lalu lintas. Oleh sebab itu, masyarakat juga jangan hanya memberatkan tugas kepada pihak yang terkait, akan tetapi kita sebagai masyarkat yang baik harus mematuhi aturan yang ada, dan terutama harus tanggap terhadap keadaan sekitar, bahwa kita harus hidup berdampingan dan saling membantu agar keadaan disekitar kita bias tertata dengan baik.

(70)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitain deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moh.Ali (1982:120), Penelitian dengan pendekatan Deskriptif dimaksudkan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dan dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis/ pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambarantentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskriptif situasi. Dengan demikian, maka alasan peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif adalah peneliti akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan mencoba menganalisis kebenaran berdasarkan data dilapangan.

II.2 Lokasi Penelitian

(71)

II.3 Informan Penelitian

Data yang diperoleh dari penelitian ini berasal dari informan dan hasil dari interpretasi yang dilakukan peneliti. Dan untuk penelitian yang bersifat kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel Bagong Suyanto (2005:171). Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Menurut Bagong Suyanto (2005:172) informan penelitian terbagi 3, yakni :

a. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini, peneliti menentukan informan kunci, yaitu Kepala Satuan Polisi Pamong Praja kota Pematangsiantar.

b. Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan informan utama yaitu Kepala Seksi Operasional Penertiban Kepala Satuan Polisi Pamong Praja kota Pematangsiantar. serta beberapa Anggota Satuan Polisi Pamong Praja .

c. Informan tambahan adalah mereka yang mengetahui masalah yang diteliti, walaupun tidak terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang akan diteliti. Adapun informan tambahan yang dipilih peneliti adalah pedagang kaki lima yang berjualan di Pasar Dwikora, Jalan Gotongroyong, Pematangsiantar.

Gambar

Tabel.III.2 : Proyeksi Jumlah Penduduk per Kecamatan
Tabel.III.3 : Proyeksi Kepadatan Penduduk per Kecamatan
Tabel .III.4. Tujuan dan Sasaran Strategi
Gambar III.1. Bagan Susunan Organisasi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti-bukti surat maupun keterangan saksi- saksi yang dihadapkan Penggugat telah dapat dijadikan dasar oleh Majelis Hakim sebagai bukti

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang serta shalawat beriring salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, akhirnya

Selanjutnya, inklusi pada teks yang kontra adalah pelanggaran hukum Soeharto; aturan yang dilanggar; strategi pembangunan Soeharto yang dianggap salah; karakteristik Soeharto

Laporan Realisasi Anggaran Smt I 2019 versi Permendagri 13 Sekretariat Dinas Kepala Dinas DLH Juni 2019 / Padang √ √.. BENTUK INFORMASI

Berdasarkan informasi yang disajikan pada Tabel 8, Tabel 9 dan Tabel 10 dapat dilihat bahwa hutan alam sekunder memiliki cadangan karbon lebih rendah

Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif. Varises esofagus merupakan salah satu

Melihat bukti dari variabel pendukung yaitu bahwa pemberian teh kombucha dalam air minum dengan konsentrasi 40% mampu meningkatkan secara nyata konsumsi air minum dan

Selain itu, pada penelitian sebelumnya oleh Febriyanto (2016) menunjukkan bahwa tepung beras merah dapat digunakan sebagai bahan pengganti tepung beras putih