PENERAPAN FUNGSI PENGAWASAN DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL
(Studi Di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah)
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (Strata-1)
Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Disusun Oleh:
ENGGA SARI HASIBUAN
070903067
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang
telah diberikan kepada penulis. Terutama nikmat atas kehidupan yang masih
dirasakan oleh penulis sampai saat ini serta nikmat kesehatan yang diberikan
hingga penelitian dan penulisan skripsi ini selesai dilakukan. Penulis juga tidak
lupa mengucapkan shalawat beriring salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Skripsi ini merupakan sebuah karya tulis yang diperlukan untuk
melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan program pendidikan Strata 1 (S1)
di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara, serta sebagai wadah untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan wawasan yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.
Adapun judul skripsi ini adalah “Penerapan Fungsi Pengawasan Dalam
Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah)”.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui
bagaimana penerapan fungsi pengawasan di Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Tapanuli Tengah dan juga untuk mengetahui bagaimana kondisi
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis tidak menutup
diri atas kritik atau saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi
ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapatkan bantuan,
dukungan, dan doa dari keluarga tercinta. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua yang tersayang yaitu Ayahanda Drs. H. Mhd. Jubri
Hasibuan dan Ibunda Yusni yang senantiasa memberikan motivasi dan
mendoakan di setiap langkah perjalanan hidup penulis sejak dilahirkan,
dibesarkan, hingga saat ini dapat memperoleh gelar Sarjana. Kepada Ayahanda
dan Ibunda, terima kasih karena telah menjadi orang tua yang sangat luar biasa
dan sangat sayang kepada penulis. Penulis akan selalu berusaha menjadi anak
yang dapat memberikan kebahagiaan bagi Ayahanda dan Ibunda tercinta.
Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu, membimbing, dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini secara langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Zakaria, M.SP selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua
Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Skripsi dan Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan
bimbingannya kepada penulis selama proses perkuliahan dan yang telah
bersedia meluangkan waktunya dalam mengarahkan penulis sehingga
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
5. Bapak/Ibu Staf Pengajar FISIP USU yang telah berjasa dalam
memberikan banyak bekal ilmu, nasehat, bimbingan, serta arahan kepada
penulis selama penulis menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
6. Kepada Staf Pegawai Administrasi yang ada di Departemen Ilmu
Administrasi Negara khususnya Kak Dian dan Kak Mega yang telah
banyak membantu segala urusan administratif penulis selama masa
perkuliahan hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Mual Berto Hutauruk selaku Kepala Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah yang dengan senang hati telah
menerima penulis untuk melakukan penelitian di kantornya, dan terima
kasih atas kesediaannya memberikan segala informasi yang dibutuhkan
oleh penulis.
8. Bapak Madison Siregar, Sm.Hk selaku Sekretaris Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah yang juga sangat bersedia
memberikan segala informasi yang dibutuhkan penulis terkait dengan
9. Terima kasih kepada seluruh Kepala Bidang yang di Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah yang telah bersedia membantu dan
menerima penulis untuk bisa memperoleh informasi yang dibutuhkan.
10.Kepada seluruh Pegawai atau Staf yang ada di Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian.
11.Terima kasih kepada sahabat-sahabat dekat penulis di dalam d’Ring
Sparkle (Wirda Widya Sani, Mala Dalini, Lisa Eliza, dan Maridhayani Sinaga) yang banyak memberikan dukungan dan berbagi
keceriaan yang luar biasa apabila telah berkumpul dengan mereka semua,
semoga di waktu yang akan datang kita akan menjadi orang-orang yang
sukses dan akan terus ingat pada hari-hari kita sebagai
mahasiswi-mahasiswi Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.
12.Terima kasih untuk teman-teman magang Kelompok 7 Desa Sialang Buah
Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai (Mala, Wirda,
Lisa, Maridhayani, Rika Dewi Manurung, Hilda Erwina Simatupang, Apeles Mendrofa, dan Sunarto Sitinjak).
13.Terima kasih untuk seluruh Teman-Teman AN 07 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu-persatu, atas kenangan selama masa perkuliahan kurang
lebih 4 tahun ini, semoga kita semua sukses dan berguna bagi diri sendiri,
keluarga, agama, dan negara. Amin.
14.Terima kasih kepada sahabat-sahabat dan saudara yang tidak bisa penulis
sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas bantuan, motivasi, dan doanya
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak
yang telah membantu dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Medan, Mei 2011 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Kerangka Teori ... 7
1.5.1 Fungsi Pengawasan ... 7
1.5.1.1 Pengertian Pengawasan ... 7
1.5.1.2 Tujuan Pengawasan ... 9
1.5.1.3 Tipe-Tipe Pengawasan ... 11
1.5.1.4 Prinsip-Prinsip Pengawasan ... 13
1.5.1.5 Sasaran Pengawasan ... 14
1.5.1.6 Sarana Pengawasan ... 15
1.5.1.7 Jenis-Jenis Pengawasan ... 15
1.5.1.8 Cara-Cara Pengawasan ... 16
1.5.1.9 Proses Dasar Pengawasan ... 18
1.5.1.10 Karakteristik Pengawasan Yang Efektif ... 20
1.5.2.1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil ... 22
1.5.2.2 Pengertian Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil... 23
1.5.2.3 Tujuan Disiplin Kerja ... 25
1.5.2.4 Jenis-Jenis Disiplin ... 26
1.5.2.5 Prinsip-Prinsip Pendisiplinan ... 27
1.5.2.6 Kewajiban Pegawai Negeri Sipil ... 28
1.5.2.7 Larangan Pegawai Negeri Sipil ... 30
1.5.2.8 Tingkat Dan Jenis Sanksi Disiplin ... 31
1.5.2.9 Indikator yang Dapat Meningkatkan Kedisiplinan ... 33
1.6 Penerapan Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil ... 35
1.7 Definisi Konsep ... 36
1.8 Sistematika Penulisan ... 38
BAB II METODE PENELITIAN ... 39
2.1 Bentuk Penelitian ... 39
2.2 Lokasi Penelitian ... 39
2.3 Informan Penelitian ... 39
2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 41
2.5 Teknik Analisis Data ... 42
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 43
3.1 Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Tengah ... 43
3.1.1 Sejarah Kabupaten Tapanuli Tengah ... 43
3.1.2 Kondisi Geografis Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah ... 46
3.2 Gambaran Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah ... 48
3.2.1 Profil Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah .... 48
3.2.2 Visi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah ... 51
3.2.3 Misi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah ... 52
3.2.4 Susunan Organisasi ... 53
3.2.5 Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi ... 54
BAB IV PENYAJIAN DATA ... 69
4.1 Hasil Wawancara dengan Informan Kunci (key informan) yaitu Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah ... 70
4.2 Hasil Wawancara Dengan Informan Utama ... 78
4.3 Hasil Wawancara Dengan Informan Tambahan ... 81
BAB V ANALISA DATA ... 83
5.1 Sarana Pengawasan Di Badan Kepegawaian Daerah... 83
5.2 Penerapan Fungsi Pengawasan Di Badan Kepegawaian Daerah... 85
5.3 Kondisi Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil ... 86
5.4 Kendala-Kendala Dalam Penerapan Fungsi Pengawasan ... 88
5.5 Kendala Dalam Penegakan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil ... 89
5.6 Upaya Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil... 92
BAB VI PENUTUP ... 95
6.1 Kesimpulan ... 95
6.2 Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48
Tabel 3.2 Tingkat Pendidikan Pegawai Negeri Sipil ... 49
Tabel 3.3 Jumlah Pegawai Yang Telah Mengikuti Diklat ... 50
Tabel 3.4 Jumlah Pegawai Eselon II, III, IV ... 50
ABSTRAK
PENERAPAN FUNGSI PENGAWASAN DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (STUDI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI TENGAH)
Nama : Engga Sari Hasibuan Nim : 070903067
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si
Kedisiplinan sangat penting untuk ditegakkan di dalam suatu organisasi atau instansi pemerintah. Tanpa adanya dukungan disiplin pegawai yang baik, maka akan sulit bagi organisasi untuk dapat mewujudkan berbagai tujuannya. Dengan demikian, keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan selain sangat ditentukan oleh mutu dan profesionalitas, juga sangat ditentukan oleh disiplin para anggotanya. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti di bidang kepegawaian menunjukkan bahwa disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil itu masih kurang baik sehingga apabila hal ini tidak dilakukan upaya perbaikan akan dapat menghambat dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil yaitu dengan menerapkan fungsi pengawasan yang maksimal pada instansi pemerintah.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui penerapan fungsi pengawasan dan kondisi disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah yang dapat membantu untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari Badan Kepegawaian Daerah itu sendiri. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Dari data yang diperoleh di lapangan, baik berupa data primer maupun data sekunder menunjukkan bahwa penerapan fungsi pengawasan di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah masih belum maksimal dan harus lebih ditingkatkan lagi untuk dapat meningkatkan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil sehingga dapat mewujudkan dan menyukseskan berbagai tujuan dari Badan Kepegawaian Daerah itu sendiri.
ABSTRAK
PENERAPAN FUNGSI PENGAWASAN DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (STUDI DI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI TENGAH)
Nama : Engga Sari Hasibuan Nim : 070903067
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Pembimbing : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si
Kedisiplinan sangat penting untuk ditegakkan di dalam suatu organisasi atau instansi pemerintah. Tanpa adanya dukungan disiplin pegawai yang baik, maka akan sulit bagi organisasi untuk dapat mewujudkan berbagai tujuannya. Dengan demikian, keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan selain sangat ditentukan oleh mutu dan profesionalitas, juga sangat ditentukan oleh disiplin para anggotanya. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti di bidang kepegawaian menunjukkan bahwa disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil itu masih kurang baik sehingga apabila hal ini tidak dilakukan upaya perbaikan akan dapat menghambat dalam upaya pencapaian tujuan organisasi. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil yaitu dengan menerapkan fungsi pengawasan yang maksimal pada instansi pemerintah.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui penerapan fungsi pengawasan dan kondisi disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah yang dapat membantu untuk mewujudkan tujuan-tujuan dari Badan Kepegawaian Daerah itu sendiri. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Dari data yang diperoleh di lapangan, baik berupa data primer maupun data sekunder menunjukkan bahwa penerapan fungsi pengawasan di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah masih belum maksimal dan harus lebih ditingkatkan lagi untuk dapat meningkatkan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil sehingga dapat mewujudkan dan menyukseskan berbagai tujuan dari Badan Kepegawaian Daerah itu sendiri.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka di
bidang pemerintahan sekarang ini telah terjadi perubahan yang sangat besar. Salah
satu perubahan itu adalah diwujudkannya tata kepemerintahan yang demokratis
dan baik (democratic and good governance). Upaya untuk mewujudkan sistem
pemerintahan yang demokratis, bersih, dan berwibawa selalu menjadi obsesi bagi
rakyat dan pemerintahan di jaman modern sekarang ini. Peristiwa dramatis yang
membawa kondisi perekonomian kita terpuruk sehingga agak sulit bangkit
kembali, merupakan tonggak kesadaran bagi kita semua untuk kembali menata
sistem pemerintahan yang baik. Salah satu unsur dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang perlu memperoleh perhatian dalam upaya reformasi adalah
penataan aparatur pemerintah yang meliputi penataan kelembagaan birokrasi
pemerintahan, sistem, dan penataan manajemen sumber daya Pegawai Negeri
Sipil.
Manajemen kepegawaian di Indonesia proses kegiatannya tidak jauh
berbeda dengan proses manajemen kepegawaian pada umumnya, yakni dimulai
dari proses kegiatan rekrutmen pegawai, pengembangan, promosi, renumerasi,
disiplin, dan pensiun. Dan yang menjadi topik pembahasan dalam penelitian ini
adalah mengenai disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil.
Kedisiplinan sangat penting untuk ditegakkan dalam suatu organisasi atau
akan sulit bagi organisasi untuk dapat mewujudkan berbagai tujuannya. Dengan
demikian, keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan selain
sangat ditentukan oleh mutu dan profesionalitas, juga sangat ditentukan oleh
disiplin para anggotanya (Malayu Hasibuan, 2008: 194).
Menurut Malayu Hasibuan (2008: 193) kedisiplinan adalah adanya
kesadaran dan kesediaan seorang pegawai untuk menaati segala peraturan dan
norma-norma yang ada di dalam suatu organisasi pemerintah. Bagi aparatur
pemerintahan, disiplin tersebut mencakup unsur-unsur ketaatan, kesetiaan,
kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan berkorban, dalam arti
mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk kepentingan negara
dan masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibukukan tentang manajemen
kepegawaian sipil di Indonesia oleh Prof. Dr. Miftah Thoha, MPA (2005: 90),
menyatakan bahwa di Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan setelah
diberlakukannya otonomi daerah terjadi kelebihan pegawai dan berkurangnya
beban kerja, sehingga menyebabkan banyak pegawai yang tidak memiliki
pekerjaan yang jelas. Keadaan ini menyebabkan kedisiplinan menjadi kurang baik
dan menurunkan semangat kerja Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan untuk daerah
Kabupaten Tapanuli Tengah juga memiliki hal yang tidak jauh berbeda yaitu
masih kurang baiknya disiplin yang dimiliki oleh setiap pegawai yang ada di
jajarannya. Hal ini sering disampaikan oleh Bupati Tapanuli Tengah pada saat
melaksanakan apel gabungan di lapangan apel Kantor Bupati Tapanuli Tengah.
pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah untuk dapat meningkatkan
kedisiplinannya demi menghadapi masa yang akan datang.
Untuk dapat menumbuhkan sikap disiplin dalam diri pegawai, maka
sangat diperlukan adanya peraturan disiplin untuk memberikan bimbingan dan
sebagai pedoman bagi setiap pegawai dalam menciptakan tata tertib yang baik di
dalam suatu organisasi atau instansi pemerintah. Maka, berdasarkan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 yang telah digantikan dengan Undang-Undang-Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian ditetapkanlah
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 yang telah digantikan dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil yang akan menjadi panduan bagi setiap Pegawai Negeri Sipil untuk
mewujudkan kedisiplinan dalam organisasi atau instansi tempat kerjanya.
Dalam pelaksanaannya, lembaga-lembaga yang mengatur manajemen
Pegawai Negeri Sipil dapat dikoordinir dalam satu badan yaitu Badan
Kepegawaian Negara atau di daerah disebut dengan Badan Kepegawaian Daerah.
Tugas pokok Badan Kepegawaian Negara atau Badan Kepegawaian Daerah
adalah mengambil kebijaksanaan yang menyangkut kepegawaian negeri sipil
mulai dari rekrutmen, penempatan, pengembangan, promosi, renumerasi, disiplin,
hingga pemberhentian atau pensiun Pegawai Negeri Sipil. Kebijaksanaan yang
diambil Badan Kepegawaian Negara menjadi acuan Badan Kepegawaian Daerah
dalam mengatur dan mengurus persoalan-persoalan dalam pengelolaan Pegawai
Negeri Sipil di daerah (Revida, 2009: 8).
Dalam hal ini yang menjadi objek adalah Badan Kepegawaian Daerah
Nomor 26 Tahun 2008 dijelaskan bahwa Badan Kepegawaian Daerah adalah
Perangkat Daerah yang melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil untuk
membantu Bupati dalam pelaksanaan pembinaan kepegawaian yang meliputi
pengembangan dan pemberdayaan sumber daya pegawai, penempatan dan mutasi,
serta pembinaan disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Berdasarkan penjelasan Peraturan Bupati Tapanuli Tengah Nomor 26
Tahun 2008 tersebut, salah satu tugas Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
Tapanuli Tengah adalah dalam pembinaan disiplin Pegawai Negeri Sipil. Sebagai
suatu instansi perangkat daerah yang melakukan pembinaan dan mengupayakan
peningkatan disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan pemerintah Kabupaten
Tapanuli Tengah, maka sudah menjadi keharusan bahwa Badan Kepegawaian
Daerah itu sendiri juga harus memiliki disiplin yang baik. Namun kenyataannya,
kondisi disiplin pegawai di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli
Tengah masih kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya tingkat
kehadiran pegawai dalam mengikuti apel di setiap hari-hari kerja, masih
terjadinya keterlambatan dalam penyelesaian-penyelesaian tugas yang diberikan,
produktivitas pegawai yang masih kurang baik sehingga akan dapat menghambat
pencapaian tujuan organisasi.
Oleh sebab itu, sangat diperlukan adanya penerapan fungsi pengawasan
yang lebih efektif yang dilakukan oleh atasan kepada pegawai-pegawainya untuk
dapat meningkatkan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah. Karena dengan penerapan fungsi
pengawasan akan memberikan penilaian terhadap pekerjaan-pekerjaan yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana semula yang telah ditetapkan (Manullang,
1996: 128).
Penerapan fungsi pengawasan merupakan upaya yang dilakukan atasan
untuk dapat meningkatkan disiplin kerja pegawai demi pencapaian tujuan-tujuan
organisasi. Oleh sebab itu sebelum melakukan pengawasan kepada bawahannya,
terlebih dahulu seorang atasan harus memiliki disiplin yang baik dan mampu
dijadikan teladan atau panutan dengan memberikan contoh-contoh yang baik
kepada para bawahannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik dalam melakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan
Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil (Studi Di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah)”.
1.2Perumusan Masalah
Untuk memudahkan penelitian ini agar memiliki arah yang jelas dalam
melakukan interpretasi data dan fakta-fakta, maka terlebih dahulu dirumuskan
masalah yang akan diteliti.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dalam melakukan penelitian ini
merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.3Tujuan Penelitian
Suatu penelitian ilmiah dimaksudkan untuk mengembangkan hasil
penelitian tersebut untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Tujuan penelitian harus
sejalan atau konsisten terhadap permasalahan penelitian.
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan fungsi pengawasan di Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah.
2. Untuk mengetahui kondisi disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:
1. Secara objektif, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melatih,
meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah,
sistematis, dan metodologi yang digunakan penulis dalam menyusun suatu
wacana baru dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan
wawasan, khususnya mengenai penerapan fungsi pengawasan dan
peningkatan disiplin kerja PNS.
2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan
sumbangan pemikiran bagi instansi terkait (Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Tapanuli Tengah) mengenai penerapan fungsi pengawasan dan
peningkatan disiplin kerja PNS. Penelitian juga diharapkan dapat dijadikan
referensi untuk mengambil kebijakan yang mengarahkan kepada kemajuan
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dan memperkaya ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa
bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara serta dapat menjadi bahan referensi
bagi terciptanya suatu karya ilmiah.
1.5Kerangka Teori
Dalam penelitian ini diperlukan adanya kumpulan teori-teori yang akan
menjadi pedoman dalam pelaksanaan penelitian. Setelah masalah penelitian
dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep,
dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai
landasan teoritis dalam pelaksanaan penelitian (Sugiyono, 2005: 55).
Adapun yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.5.1 Pengawasan
1.5.1.1Pengertian Pengawasan
Fungsi pengawasan (controlling) merupakan salah satu dari fungsi-fungsi
manajemen. Menurut G.R. Terry fungsi-fungsi manajemen tersebut terdiri dari
Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Penggerakan
(Actuating), dan Pengawasan (Controlling). Dengan demikian fungsi pengawasan
merupakan salah satu fungsi yang memiliki hubungan dengan fungsi-fungsi
manajemen lainnya terutama dengan fungsi perencanaan. Proses pengawasan
tanpa adanya proses perencanaan sebelumnya, tidak akan mungkin dapat
Dan sebaliknya, jika perencanaan tanpa adanya pengawasan maka akan
menimbulkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan kesalahan-kesalahan
yang fatal, diakibatkan tanpa adanya suatu alat yang akan mencegahnya. Menurut
Malayu S. P. Hasibuan (2009: 241) antara fungsi pengawasan dan fungsi
perencanaan merupakan dua fungsi yang saling mengisi, karena:
1. Proses pengawasan dilaksanakan setelah terlebih dahulu direncanakan.
2. Proses pengawasan dapat dilakukan setelah adanya proses perencanaan
terlebih dahulu.
3. Rencana-rencana akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila
pengawasan yang dilakukan baik.
4. Baiknya tujuan yang dicapai oleh suatu organisasi dapat diketahui setelah
adanya proses pengawasan dan penilaian yang dilakukan.
Menurut T. Hani Handoko (2003: 359-360) pengawasan dapat diartikan
sebagai proses untuk memberikan penjaminan bahwa tujuan-tujuan organisasi dan
manajemen yang telah ditetapkan sebelumnya oleh organisasi akan tercapai. Di
dalam pengertian tersebut mengandung unsur-unsur atau cara-cara yang akan
membuat suatu kegiatan yang dilaksanakan akan sesuai dengan yang
direncanakan.
Menurut Robert J. Mockler dalam Handoko (2003: 360-361) mengatakan
pengawasan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sistematis dalam penetapan
standar pelaksanaan kinerja pada perencanaan guna melakukan perancangan
sistem informasi umpan balik, melakukan perbandingan antara kegiatan yang
telah dilaksanakan dengan standar yang telah ditetapkan, melihat
dengan yang diperlukan untuk tetap menjamin agar sumber daya yang dimiliki
dipergunakan untuk mencapai tujuan-tujuan dari organisasi.
Menurut M. Manullang (1996: 128), fungsi pengawasan yang sering juga
disebut pengendalian adalah suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang
telah direncanakan sebelumnya, melakukan penilaian terhadapnya dan bila perlu
melakukan tindakan koreksi agar kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana semula yang telah ditetapkan.
Menurut Richard L. Daft (2007: 9) pengawasan (controlling) merupakan
fungsi yang keempat dari fungsi-fungsi manajemen yang berarti mengawasi
kegiatan pegawai, melihat apakah organisasi mampu dalam mewujudkan
tujuannya, dan akan melakukan tindakan koreksi apabila diperlukan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah
suatu proses yang dilakukan agar kegiatan yang dilaksanakan organisasi sesuai
dengan yang telah direncanakan sebelumnya dan apabila ditemukan
penyimpangan-penyimpangan akan dilakukan tindakan koreksi agar kegiatan
tersebut kembali pada tujuan awal yang telah ditetapkan.
1.5.1.2Tujuan Pengawasan
Dalam rangka meningkatkan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil untuk
mencapai tujuan organisasi, maka pengawasan sangat diperlukan karena
mempunyai tujuan-tujuan yang sangat berguna bagi pihak-pihak yang
melaksanakannya.
Suatu sistem pengawasan yang baik sangat penting dan berpengaruh
pengawasan adalah mengamati apa yang sebenarnya terjadi dan membandingkan
dengan apa yang telah direncanakan dengan maksud untuk secepatnya
melaporkan penyimpangan atau hambatan-hambatan kepada pimpinan yang
bersangkutan agar dapat diambil tindakan korektif yang perlu.
Menurut Manullang (1996: 128) tujuan utama dari fungsi pengawasan
adalah merealisasikan hal-hal yang telah direncanakan. Untuk mampu
merealisasikan tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada taraf pertama
bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah
dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan
penemuan-penemuan tersebut maka dapat diambil tindakan korektif pada waktu sekarang
ataupun pada waktu yang akan datang untuk perbaikannya.
Selain itu, menurut Hasibuan (2009: 242) tujuan dari pengawasan adalah:
1. Agar proses pelaksanaan kegiatan yang dilakukan tetap sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan.
2. Apabila terdapat penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan
kegiatan maka dilakukan tindakan perbaikan.
3. Agar tujuan-tujuan yang dicapai tetap sesuai dengan perencanaannya.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan pengawasan secara umum adalah usaha
untuk dapat mewujudkan hal-hal yang telah direncanakan agar menjadi
kenyataan, melakukan tindakan perbaikan apabila terjadi
penyimpangan-penyimpangan, dan menciptakan suatu efektivitas dan efisiensi dalam berbagai
1.5.1.3Tipe-Tipe Pengawasan
Tipe-tipe pengawasan atau bentuk pengawasan menurut T. Hani Handoko
(2003: 361-362) sebagai berikut:
1. Pengawasan Pendahuluan
Pengawasan pendahuluan atau steering controls, merupakan
pengawasan yang dirancang dalam pengantisipasian masalah atau
penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan yang ditetapkan.
Pada tipe pengawasan ini, tindakan korektif akan dilaksanakan sebelum
suatu kegiatan tertentu selesai dilaksanakan. Jadi, pendekatan pengawasan
ini lebih aktif dan agresif karena melakukan identifikasi masalah-masalah
atau penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan koreksi
sebelum suatu masalah terjadi. Pengawasan ini akan menjadi efektif
apabila seorang pimpinan mendapatkan informasi yang akurat dan tepat
waktu mengenai perkembangan kegiatan yang dilaksanakan serta
perubahan yang terjadi dalam lingkungan organisasi.
2. Pengawasan Concurrent
Pengawasan concurrent adalah pengawasan yang dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan. Pada tipe pengawasan ini,
aspek-aspek tertentu yang ada dalam suatu prosedur pelaksanaan kegiatan harus
disetujui terlebih dahulu atau adanya syarat tertentu yang harus dipenuhi
agar kegiatan-kegiatan dapat dilanjutkan kembali sehingga akan lebih
menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.
Pengawasan umpan balik adalah bentuk pengawasan yang menilai dan
mengukur hasil-hasil yang telah diperoleh dari penyelesaian suatu
kegiatan. Hal-hal yang diukur atau yang dinilai adalah penyebab terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dari tujuan dan standar yang telah
ditetapkan serta adanya penemuan-penemuan baru dari pelaksanaan
kegiatan tersebut yang dapat diterapkan pada kegiatan-kegiatan serupa di
masa yang akan datang.
Selanjutnya Malayu Hasibuan (2009: 247) mengelompokkan pengawasan
berdasarkan sifat dan waktu pengawasan sebagai berikut:
1. Preventive control yaitu upaya yang dilakukan untuk menghindari
terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan maka proses
pengawasan dilakukan sebelum kegiatan dijalankan.
2. Repressive control yaitu pengawasan yang dilakukan setelah terdapat
kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Proses
pengawasan ini dilakukan agar kegiatan selanjutnya tidak mengalami
kesalahan lagi dan berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
3. Pengawasan saat kegiatan berlangsung, yaitu proses pengawasan yang
dilakukan ketika suatu kegiatan sedang berjalan dan apabila ditemukan
penyimpangan atau kesalahan dalam pelaksanaannya maka akan langsung
diambil tindakan perbaikan.
4. Pengawasan berkala yaitu proses pengawasan yang dilakukan dalam
5. Pengawasan mendadak yaitu proses pengawasan yang dilakukan secara
mendadak untuk mendapatkan informasi dan untuk mengetahui apakah
peraturan tetap dijalankan dengan baik atau tidak oleh para pegawai.
6. Pengawasan melekat yaitu proses pengawasan yang dilakukan di setiap
tahap kegiatan yang dilakukan, mulai dari sebelum dilaksanakan, saat
pelaksanaan, dan sesudah pelaksanaan kegiatan.
1.5.1.4Prinsip-Prinsip Pengawasan
Agar fungsi pengawasan mencapai hasil yang diharapkan, maka pimpinan
organisasi atau unit organisasi yang melakukan fungsi pengawasan tersebut harus
mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip pengawasan tersebut.
Apabila prinsip-prinsip pengawasan dapat dilakukan secara efektif akan
dapat membantu dalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan yang
telah direncanakan sebelumnya. Menurut Koontz dan O’Donnel dalam Manullang
(1996: 128-129) mengatakan prinsip-prinsip pengawasan adalah sebagai berikut:
1. Adanya proses perencanaan sebelum dilakukannya pengawasan.
2. Pimpinan harus memberikan wewenang dan instruksi-instruksi yang jelas
kepada bawahannya.
3. Proses pengawasan harus mencerminkan sifat-sifat dan
kebutuhan-kebutuhan dari berbagai kegiatan yang akan diawasi.
4. Dengan adanya proses pengawasan diharapkan akan dapat menemukan
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan.
6. Pengawasan harus mampu melihat setiap pola-pola organisasi yang
diawasi.
7. Pengawasan yang dilakukan harus bersifat ekonomis.
8. Proses pengawasan yang ada dalam organisasi harus dapat dimengerti dan
dipahami oleh pengawas ataupun pihak yang akan diawasi.
9. Pelaksanaan pengawasan diharapkan dapat menjamin akan adanya
tindakan perbaikan atau korektif dalam pelaksanaan kegiatan.
1.5.1.5Sasaran Pengawasan
Pengawasan dimaksudkan untuk mencegah ataupun untuk memperbaiki
kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian yang terjadi dalam pelaksanaan tugas
dan wewenang. Berdasarkan pernyataan tersebut maka sasaran pengawasan
menurut Handayadiningrat (1991: 144) adalah sebagai berikut:
1. Mempertebal rasa tanggung jawab kepada pimpinan yang menyerahkan
tugas dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Mendidik para pegawai agar mereka melaksanakan pekerjaannya sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan.
3. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau kelalaian sehingga tidak
mengakibatkan kerugian bagi organisasi.
4. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan
pekerjaan tidak mengalami hambatan-hambatan dan pemborosan.
5. Melalui proses pengawasan, maka tugas-tugas akan dilaksanakan sesuai
1.5.1.6Sarana Pengawasan
Dalam pelaksanaan pengawasan, sarana pengawasan sangat penting untuk
diperhatikan. Karena apabila dilalaikan dapat menyebabkan pengawasan menjadi
terkendala. Sarana merupakan pedoman yang harus diperhatikan oleh pimpinan
organisasi di dalam menggerakkan aktivitas organisasi.
Dengan adanya sarana pengawasan diharapkan penyimpangan,
pemborosan, dan penyelewengan dalam organisasi dapat dihindarkan. Sarana
dalam pengawasan telah menjadikan tugas, fungsi, dan tanggung jawab pegawai
menjadi jelas dan terarah sehingga tumpang tindih dalam pekerjaan dapat
dihindari.
Sarana pengawasan tersebut yakni adanya struktur organisasi yang jelas,
pelaksanaan yang bijak, perencanaan kerja yang telah tersusun, adanya prosedur
kerja, pencatatan dan hasil kerja, serta pembinaan pegawai. Disamping sarana
pengawasan terdapat juga unsur-unsur pengawasan, dimana unsur-unsur tersebut
harus dilalui oleh setiap pengawasan di dalam melakukan pengawasan.
1.5.1.7Jenis-Jenis Pengawasan
Dalam setiap organisasi, dikenal beberapa jenis pengawasan yang sering
dilakukan. Menurut Malayu Hasibuan (2009: 248) jenis-jenis pengawasan yaitu
sebagai berikut:
1. Pengawasan Dari Dalam Organisasi (Internal Control)
Pengawasan internal ini merupakan pengawasan yang dilakukan oleh
seorang atasan terhadap bawahannya. Hal-hal yang menjadi cakupan
bawahan dalam organisasi tersebut, antara lain pelaksanaan tugas
sehari-hari, prosedur dalam kerja, disiplin pegawai, dan sebagainya. Tindakan ini
dilakukan atasan untuk tetap dapat mewujudkan tujuan organisasi.
2. Pengawasan Dari Luar Organisasi (External Control)
Pengawasan eksternal adalah suatu sistem pengawasan dimana mekanisme
dan sumber pengawasannya dilakukan oleh pihak luar.
3. Pengawasan Resmi (Formal Control)
Pengawasan resmi adalah pengawasan yang dilakukan oleh organisasi atau
instansi yang resmi. Pengawasan resmi ini dapat dilakukan secara intenal
ataupun eksternal.
4. Pengawasan Dari Masyarakat (Informal Control)
Informal control ini merupakan pengawasan yang dilakukan oleh
masyarakat terhadap suatu organisasi atau instansi tertentu, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
1.5.1.8Cara-Cara Pengawasan
Agar pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan menjadi
efektif, maka harus ada data pada pimpinan yang bersangkutan. Untuk
pengawasan seperti ini, ada beberapa cara untuk mengumpulkan fakta-fakta
menurut Manullang (1996: 132-133) yaitu:
1. Pengawasan Melalui Peninjauan Pribadi
Peninjauan pribadi (personal inspection) adalah pengawasan yang
dilakukan dengan jalan meninjau langsung secara pribadi sehingga akan
ini akan menimbulkan kesan dalam diri pegawai bahwa mereka
diamat-amati secara keras dan kuat sekali.
2. Pengawasan Melalui Laporan Lisan
Melalui cara ini, pengawasan dilakukan dengan mengumpulkan
fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan oleh bawahannya. Wawancara
dilakukan kepada orang atau sekelompok orang yang mengetahui tentang
hal-hal yang ingin diketahui terutama tentang actual result atau hasil
sesungguhnya yang telah dicapai oleh bawahannya dalam pelaksanaan
tugas-tugasnya. Dengan cara ini, maka atasan dan bawahan akan
sama-sama aktif karena akan tejadi wawancara diantara mereka yaitu bawahan
akan melaporkan bagaimana pelaksanaan tugasnya secara lisan dan
seorang atasan akan dapat menanyakan lebih lanjut mengenai hal-hal lain
yang diperlukannya.
3. Pengawasan Melalui Laporan Tertulis
Laporan tertulis (written report) adalah bentuk laporan
pertanggungjawaban seorang pegawai atau bawahan kepada atasannya
mengenai pekerjaan yang dilakukannya, sesuai dengan instruksi dan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Dengan adanya laporan tertulis ini, maka
seorang atasan akan dapat mempelajari dan akan mengetahui apakah
pegawainya tersebut telah melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang
didelegasikan kepadanya.
4. Pengawasan Melalui Laporan Kepada Hal-Hal Yang Bersifat Khusus
Pengawasan ini dilakukan berdasarkan adanya suatu kekecualian atau
apabila adanya hal-hal kekecualian. Jadi, pengawasan ini dilakukan
apabila ditemukan peristiwa-peristiwa yang istimewa dari suatu kegiatan.
1.5.1.9Proses Dasar Pengawasan
Proses pengawasan adalah kumpulan kegiatan dalam melakukan
pengawasan terhadap suatu tugas atau pekerjaan dalam organisasi atau instansi.
Proses pengawasan ini terdiri dari beberapa tindakan yang bersifat fundamental
bagi semua pengawasan yang dilaksanakan.
Menurut Malayu Hasibuan (2009: 245) mengemukakan langkah-langkah
dalam proses pengawasan adalah sebagai berikut:
1. Penentuan standar-standar yang digunakan sebagai dasar dalam
pelaksanaan proses pengawasan.
2. Melakukan penilaian terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan.
3. Melakukan perbandingan antara hasil yang telah dicapai dengan standar
yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Jika terdapat penyimpangan atau kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan
kegiatan maka dilakukan tindakan koreksi atau perbaikan agar kegiatan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Proses pengawasan menurut T. Hani Handoko (2003: 362-365) terdiri dari
lima tahap, sebagai berikut:
1. Penetapan standar pelaksanaan
Penetapan standar pelaksanaan merupakan tahap pertama dalam
proses pengawasan. Standar merupakan suatu satuan pengukuran yang
2. Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Tahap kedua dalam proses pengawasan adalah penentuan pengukuran
pelaksanaan pekerjaan. Tanpa adanya usaha untuk melakukan pengukuran
terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan maka penetapan standar
hanya akan menjadi sia-sia.
3. Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Setelah sistem pengukuran dan monitoring ditetapkan, maka tahap
selanjutnya akan dilakukan pengukuran terhadap pelaksanaan kegiatan
secara terus-menerus. Beberapa cara yang digunakan dalam melakukan
pengukuran pelaksanaan kegiatan yaitu pengamatan, laporan baik lisan
maupun tulisan, inspeksi, dan lain-lain.
4. Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan kegiatan yang
telah direncanakan atau dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya
merupakan tahap-tahap kritis dalam proses pengawasan yag dilakukan.
Tahap ini merupakan tahap yang mudah dilakukan tetapi dapat terjadi
kompleksitas saat ditemukan adanya penyimpangan-penyimpangan dan
kesalahan-kesalahan.
5. Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan
Apabila hasil pengawasan yang dilakukan menemukan adanya
penyimpangan-penyimpangan dan diperlukan tindakan koreksi, maka
tindakan tersebut harus dilakukan untuk pencapaian hasil yang lebih baik.
Tindakan koreksi tersebut berupa pengubahan standar, perbaikan
1.5.1.10 Karakteristik Pengawasan Yang Efektif
Agar dapat efektif, setiap pengawasan harus memenuhi kriteria tertentu.
Menurut T. Hani Handoko (2003: 373-374) mengemukakan karakteristik
pengawasan yang efektif adalah sebagai berikut:
1. Akurat
Data tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat agar organisasi tidak salah
dalam mengambil tindakan-tindakan koreksi.
2. Tepat waktu
Agar segera dapat mengambil tindakan koreksi atau perbaikan, maka
informasi yang ada harus dikumpulkan, disampaikan, dan dievaluasi
dengan cepat.
3. Objektif dan menyeluruh
Artinya bahwa setiap data dan informasi yang diperoleh harus mudah
dipahami dan lengkap.
4. Terpusat pada titik pengawasan strategik
Proses pengawasan harus terfokus pada bagian-bagian strategis yang
sering terjadi kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan.
5. Realistik secara ekonomis
Pembiayaan dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan harus dibuat secara
realistis yaitu harus adanya keseimbangan antara biaya yang dikeluarkan
dengan kegunaan yang akan diperoleh.
Proses pengawasan harus harmonis dengan kenyataan-kenyataan yang ada
dalam organisasi, baik hubungan antara individu maupun antara unit-unit
kerja.
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
Proses pengawasan yang dilakukan harus dikoordinasikan dengan unit
kerja lainnya karena setiap tahap yang dilakukan akan dapat
mempengaruhi sukses atau tidaknya seluruh proses yang dilakukan.
8. Fleksibel
Proses pengawasan harus mampu fleksibel dalam pelaksanaannya agar
dapat menerima dan memberikan tanggapan, kesempatan, maupun
ancaman yang datang dari lingkungan sekitar organisasi atau institusi.
9. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional
Pengawasan yang dilakukan harus mampu menjadi petunjuk bagi atasan
atas terjadinya penyimpangan-penyimpangan atau kesalahan dari standar
yang telah ditetapkan sehingga mampu mengambil tindakan koreksi
dengan tepat.
10.Diterima anggota organisasi
Sistem pengawasan yang ada dalam suatu organisasi atau institusi tertentu
harus dapat diterima oleh anggota organisasi sehingga akan mendorong
kesuksesan para anggota dengan adanya peningkatan tanggung jawab dan
1.5.2 Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil 1.5.2.1Pengertian Pegawai Negeri Sipil
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pejabat yang
berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat,
memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Pasal 2 ayat (2),
Pegawai Negeri Sipil terdiri dari Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri
Sipil Daerah. Berdasarkan penjelasan dari undang-undang tersebut, Pegawai
Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen,
Lembaga Pemerintah non-Departemen, Kesekretariatan Lembaga
Tertinggi/Tinggi Negara, instansi vertikal di daerah propinsi/kabupaten/kota,
kepaniteraan pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara
lainnya.
Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah
Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah, atau dipekerjakan di
1.5.2.2Pengertian Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil
Kata disiplin berasal dari bahasa Latin yaitu “discere” yang berarti belajar.
Dari kata ini timbul kata “discipline” yang berarti pengajaran atau pelatihan. Pada
saat sekarang ini, kata disiplin mengalami perkembangan makna menjadi
beberapa pengertian. Yang pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap
peraturan atau tunduk pada pengawasan. Dan yang kedua disiplin diartikan
sebagai latihan yang bertujuan untuk dapat mengembangkan diri agar mampu
berperilaku dengan tertib.
Menurut Sinungan (2000: 145) disiplin adalah sikap mental yang akan
tercermin di dalam setiap perbuatan atau tingkah laku seseorang, kelompok,
maupun masyarakat yang terdiri dari ketaatan terhadap segala peraturan dan
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, mematuhi segala
norma dan kaidah-kaidah yang ada dalam masyarakat untuk dapat mencapai
tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Pendapat lain mengatakan bahwa disiplin adalah suatu tindakan atau
perbuatan yang akan mendorong pegawai atau anggota organisasi dalam usaha
untuk memenuhi berbagai tuntutan yang diberikan organisasinya. Pendisiplinan
pegawai merupakan suatu bentuk pelatihan untuk memperbaiki dan membentuk
pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai sehingga mereka akan secara sukarela
untuk bekerja secara kooperatif dengan pegawai yang lain dan akan meningkatkan
prestasi kerjanya (Sondang P. Siagian, 2000: 305).
Menurut Malayu Hasibuan (2008: 193) kedisiplinan adalah adanya
kesadaran dan kesediaan seorang pegawai untuk menaati segala peraturan dan
adalah adanya sikap sukarela tanpa paksaan dari seorang pegawai untuk menaati
segala peraturan, norma yang berlaku serta sadar akan tugas dan tanggung jawab
yang harus dikerjakannya. Kesediaan adalah adanya kesesuaian sikap, tingkah
laku, dan perbuatan dari seorang pegawai dengan peraturan-peraturan tertulis atau
tidak tertulis yang ada dalam organisasi tertentu.
Selanjutnya, disiplin kerja adalah ketaatan pegawai terhadap peraturan,
kaidah, pedoman yang berlaku dalam organisasi/instansi maupun pekerjaan (job
description) yang telah ditetapkan kepadanya (Erika Revida, 2009: 14).
Disiplin kerja adalah suatu usaha dari organisasi atau instansi untuk
menerapkan dan menjalankan peraturan dan ketentuan yang harus dipatuhi oleh
setiap pegawai tanpa terkecuali
Disiplin kerja adalah suatu sikap dan perilaku yang berniat untuk mentaati
segala peraturan organisasi yang didasarkan atas kesadaran diri untuk
menyesuaikan dengan peraturan organisasi
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja
Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk
menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan, kaidah, pedoman kerja, job
description yang berlaku dan telah ditetapkan oleh organisasi baik dalam bentuk
tertulis atau tidak tertulis, yang apabila tidak ditaati/dilanggar akan dijatuhi
1.5.2.3 Tujuan Disiplin Kerja
Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan utama disiplin kerja adalah
untuk dapat menjaga kelangsungan dari organisasi atau instansi tertentu baik pada
hari ini ataupun pada hari esok.
Menurut Malayu Hasibuan (2008: 193-194) tujuan dari adanya disiplin
kerja adalah sebagai berikut:
1. Adanya disiplin kerja sangat penting karena dengan baiknya disiplin kerja
seorang pegawai, maka prestasi kerjanya juga akan meningkat. Dengan
demikian, adanya disiplin kerja yang baik maka suatu organisasi akan
dapat mencapai hasil yang optimal.
2. Tindakan disiplin akan dapat menciptakan pegawai-pegawai yang taat
akan aturan dan norma-norma yang ada dan berlaku dalam suatu
organisasi baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
3. Disiplin kerja yang baik dapat meningkatkan rasa tanggung jawab seorang
pegawai atas tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini akan
dapat mendorong semangat kerja dari pegawai sehingga mampu
mewujudkan tujuan dari organisasi tersebut sebagaimana yang telah
diinginkan.
4. Pegawai dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan benar sesuai
dengan peraturan yang berlaku dalam organisasi kerjanya.
5. Adanya disiplin agar pegawai dapat mewujudkan produktivitas yang tinggi
dalam pelaksanaan tugas-tugasnya demi mewujudkan berbagai tujuan
1.5.2.4 Jenis-Jenis Disiplin
Semua organisasi atau instansi akan memiliki standar dan aturan yang
harus dilakukan dan dipatuhi oleh pegawai dalam hubungannya dengan
pelaksanaan pekerjaannya baik yang tertulis ataupun tidak tertulis sehingga akan
dapat mewujudkan tujuan organisasi. Dan untuk bisa mewujudkan hal tersebut
sangat diperlukan adanya disiplin. Menurut Marihot Tua Hariandja (2002:
299-303) ada beberapa jenis tindakan disiplin yaitu sebagai berikut:
1. Disiplin Preventif
Disiplin preventif merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mendorong setiap pegawai agar menaati peraturan-peraturan yang ada dan
standar yang telah ditetapkan sehingga akan dapat mencegah terjadinya
pelanggaran atau penyelewengan. Tindakan ini dilakukan tanpa adanya
paksaan dari pihak-pihak tertentu sehingga dengan sendirinya akan dapat
menciptakan disiplin diri atau self discipline dalam diri pegawai.
Untuk dapat mewujudkan disiplin preventif tersebut, beberapa cara
yang perlu dilakukan adalah:
a. Pegawai harus mengetahui dan memahami standar yang berlaku dalam
organisasi tempat kerjanya.
b. Standarnya harus jelas
c. Dalam penyusunan standar harus melibatkan pegawai
d. Standar atau aturan harus dinyatakan dalam pernyataan yang positif
e. Tindakan disiplin ini harus dilakukan secara komprehensif dengan
f. Standar dan aturan yang dibuat adalah demi kebaikan bersama bukan
untuk kepentingan pihak tertentu saja.
2. Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah tindakan yang dilakukan dan diambil untuk
menangani berbagai pelanggaran atau kesalahan yang terjadi terhadap
standar dan aturan-aturan yang telah ada dan melakukan pencegahan agar
pelanggaran-pelanggaran tersebut tidak terjadi kembali. Tindakan ini
biasanya berupa hukuman tertentu yang biasa disebut sebagai tindakan
disipliner yang berupa peringatan, skors, dan pemecatan. Tujuan disiplin
korektif ini adalah untuk melakukan perbaikan atas perilaku yang
melanggar standar dan aturan yang berlaku, melakukan pencegahan agar
orang lain tidak melakukan kesalahan atau pelanggaran yang sama, serta
upaya untuk tetap mempertahankan standar dan aturan yang ada.
3. Disiplin Progresif
Disiplin progresif adalah adanya pengulangan terhadap kesalahan dan
pelanggaran-pelanggaran yang sama akan dapat mengakibatkan jatuhnya
hukuman yang lebih berat. Maksud dari tindakan disiplin ini adalah agar
pegawai yang melakukan pelanggaran dapat memperbaiki tindakannya
sebelum hukuman yang berat tersebut benar-benar dijatuhkan untuknya.
1.5.2.5 Prinsip-Prinsip Pendisiplinan
Prinsip-prinsip pendisiplinan yang dikemukakan oleh Mangkuprawira dan
1. Pendisiplinan merupakan salah satu upaya yang bertujuan untuk
melakukan perbaikan terhadap kinerja pegawai di dalam suatu organisasi.
2. Pendisiplinan pegawai harus sesuai dengan aturan yang berlaku dalam
suatu organisasi atau instansi yang bersangkutan.
3. Pendisiplinan yang dilakukan harus didokumentasikan dengan lengkap
dan terperinci mengenai hal-hal seperti rendahnya tingkat kinerja pegawai,
sanksinya, dan langkah-langkah yang telah diambil dalam proses
perbaikannya.
4. Dalam melaksanakan proses pendisiplinan dapat menggunakan
pendekatan dengan memberikan tekanan dan paksaan terhadap pegawai
sesuai dengan masalah yang dihadapi.
5. Melibatkan pegawai dalam setiap perencanaan dan pemecahan masalah
kedisiplinan yang dihadapi oleh suatu organisasi.
6. Seorang pimpinan harus menjadi teladan dalam proses penegakan disiplin
dan harus menunjukkan bagaimana sebenarnya kedisiplinan yang
diharapkan tersebut.
1.5.2.6 Kewajiban Pegawai Negeri Sipil
Kewajiban Pegawai Negeri Sipil merupakan hal-hal yang harus
dilaksanakan dan ditaati oleh setiap Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan Pasal 3
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil, yang menjadi kewajiban adalah sebagai berikut:
1. Mengucapkan sumpah/janji PNS.
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah.
4. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan
penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.
6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS.
7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan.
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah
harus dirahasiakan.
9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
negara.
10.Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal
yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah
terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil.
11.Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja.
12.Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.
13.Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya.
14.Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat.
15.Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas.
17.Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
1.5.2.7 Larangan Pegawai Negeri Sipil
Larangan Pegawai Negeri Sipil merupakan hal-hal yang dilarang dan tidak
boleh dilakukan oleh seorang Pegawai Negeri Sipil. Menurut Pasal 4 Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 yang menjadi larangan bagi Pegawai Negeri
Sipil adalah sebagai berikut:
1. Menyalahgunakan wewenang
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang
lain dengan menggunakan kewenangan orang lain.
3. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain
dan/atau lembaga atau organisasi internasional.
4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya
masyarakat asing.
5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen
atau surat berharga milik negara secara tidak sah.
6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan
untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain yang secara langsung
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik
secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk
diangkat dalam jabatan.
8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang
berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya.
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya.
10.Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga
mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani.
11.Menghalangi berjalannya tugas kedinasan.
12.Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
13.Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden.
14.Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah
atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan
surat dukungan disertai fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat
Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan.
15.Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah.
1.5.2.8 Tingkat dan Jenis Sanksi Disiplin
Tujuan utama adanya sanksi dalam disiplin kerja bagi para pegawai yang
organisasi adalah untuk mendidik dan memperbaiki tindakan pegawai yang
melakukan pelanggaran disiplin tersebut. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 53 tahun 2010 pasal 7 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, menyatakan
bahwa tingkat dan jenis sanksi disiplin kerja terdiri dari hukuman disiplin ringan,
hukuman disiplin sedang, dan hukuman disiplin berat.
1. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari:
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis
2. Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari:
a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun
b. Penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun
c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama satu tahun.
3. Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari:
a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama tiga tahun
b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah
c. Pembebasan dari jabatan
d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
PNS
e. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
Dalam penetapan jenis sanksi disiplin yang akan dijatuhkan kepada
pegawai yang melakukan pelanggaran disiplin sebaiknya dipertimbangkan dengan
cermat dan teliti bahwa sanksi disiplin yang akan dijatuhkan benar-benar sesuai
demikian, sanksi atau hukuman tersebut dapat diterima dengan rasa keadilan. Bagi
pegawai yang pernah mendapatkan sanksi disiplin dan mengulangi kesalahan
yang sama, perlu diberikan sanksi atau hukuman disiplin yang lebih berat lagi
dengan tetap berpedoman pada peraturan pemerintah yang berlaku agar pegawai
tersebut tidak mengulanginya lagi pada masa yang akan datang.
1.5.2.9 Indikator yang Dapat Meningkatkan Kedisiplinan
Disiplin kerja yang tinggi merupakan sebuah harapan yang dimiliki
seorang pimpinan terhadap bawahan atau pegawainya. Oleh sebab itu, disiplin
harus mendapatkan perhatian yang serius dan penanganan yang intensif dari
semua pihak yang terlibat dalam suatu organisasi demi terwujudnya tujuan
organisasi tersebut.
Indikator-indikator yang dapat meningkatkan kedisiplinan pegawai
menurut Malayu Hasibuam (2008: 195-198) adalah sebagai berikut:
1. Tujuan dan Kemampuan
Dalam hal ini berarti bahwa tujuan dari organisasi atau pekerjaan yang
diberikan kepada pegawai harus sesuai dengan kemampuan
masing-masing individu agar mereka serius, sungguh-sungguh, dan disiplin dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka.
2. Keteladanan dari Pimpinan
Keteladanan dari seorang pimpinan akan sangat berperan penting dalam
mewujudkan kedisiplinan karyawan karena pimpinan akan dijadikan
berbagai kegiatan. Jika kedisiplinan pimpinan baik maka kedisiplinan
bawahan juga akan baik.
3. Balas Jasa
Faktor balas jasa juga ikut mempengaruhi dalam peningkatan kedisiplinan
pegawai. Dengan adanya balas jasa yang sesuai, maka dapat meningkatkan
kepuasan dan kecintaan pegawai terhadap pekerjaannya. Apabila
kecintaan pegawai terhadap instansi/pekerjaannya meningkat maka
kedisiplinan mereka akan baik pula.
4. Keadilan
Adanya keadilan dalam pemberian balas jasa dan pemberian hukuman
bagi pegawai yang melakukan pelanggaran akan dapat menciptakan
kedisiplinan pegawai yang baik. Dengan demikian, keadilan yang baik
akan dapat menumbuhkan kedisiplinan yang baik pula.
5. Pengawasan Melekat (Waskat)
Pengawasan melekat adalah suatu tindakan atau perbuatan yang paling
efektif untuk dapat mewujudkan kedisiplinan pegawai. Dalam pelaksanaan
waskat ini, akan tercipta kebersamaan antara atasan dan bawahan untuk
mewujudkan tujuan organisasi, pegawai, dan masyarakat. Dengan
demikian akan mendukung terciptanya kedisiplinan pegawai yang baik.
6. Sanksi Hukuman
Adanya pemberian hukuman yang sesuai kepada pegawai yang melakukan
pelanggaran akan menyebabkan mereka takut untuk melakukan
Dengan demikian, sanksi atau hukuman ini akan dapat menciptakan
kedisiplinan pegawai dalam suatu organisasi.
7. Ketegasan
Perlu adanya ketegasan dari seorang pimpinan/atasan dalam mengambil
tindakan bagi pegawai yang melakukan perilaku indisipliner. Pemimpin
harus mampu mengambil tindakan tegas terhadap pegawai yang
melakukan pelanggaran sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan
demikian, sikap kedisiplinan dalam diri pegawai akan dapat terpelihara
dengan baik.
8. Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang baik sangat penting ada dalam organisasi.
Seorang atasan harus mampu menciptakan human relationship yang baik,
serasi, dan mengikat, dalam suatu organisasi baik vertikal maupun
horizontal. Dengan adanya hubungan kemanusiaan yang serasi akan
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi pegawai. Lingkungan
kerja yang nyaman dan serasi ini akan dapat meningkatkan kedisiplinan
pegawai dalam suatu organisasi.
1.6Penerapan Fungsi Pengawasan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil
Adanya penerapan fungsi pengawasan di dalam suatu organisasi sangatlah
penting. Pengawasan merupakan tindakan yang paling nyata dan paling efektif
Oleh karena itu, dengan adanya pengawasan maka disiplin kerja pegawai akan
dapat ditingkatkan.
Baiknya tingkat disiplin kerja dapat dilihat dari pegawai itu sendiri yakni
dari hasil pekerjaan yang dilakukan, ketaatan kepada pedoman-pedoman kerja,
dan pelaksanaan dari job description yang telah ditentukan pada setiap pegawai.
Dengan adanya penerapan fungsi pengawasan dalam setiap pekerjaan yang
dilakukan, maka seorang pimpinan atau atasan akan dapat melihat bagaimana
tingkat kedisiplinan pegawai, mengetahui kelemahan dalam pelaksanaan
pekerjaan, hambatan-hambatan yang dihadapi, dan mengetahui
kesalahan-kesalahan yang terjadi.
Baiknya disiplin kerja tidak hanya berguna bagi diri pegawai saja, tetapi
juga mampu memberikan manfaat yang besar bagi organisasinya. Karena dengan
meningkatnya kedisiplinan kerja pegawai maka akan dapat meningkatkan
produktivitas pegawai. Peningkatan produktivitas ini akan dapat membantu
organisasi untuk mewujudkan tujuan-tujuannya dan dapat mendorong organisasi
untuk lebih maju dan lebih baik.
1.7Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara suatu kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi
pusat penelitian ilmu sosial (Singarimbun, 1995: 33). Berdasarkan definisi
tersebut, maka penulis mengemukakan definisi dari konsep-konsep yang ada
untuk mendapatkan pembatasan yang jelas. Adapun definisi konsep dari
1. Pengawasan
Pengawasan adalah suatu kegiatan mengawasi yang dilakukan oleh atasan
yaitu Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah
kepada para bawahannya untuk melihat apakah pekerjaan yang dilakukan
oleh pegawai di Badan Kepegawaian Daerah telah sesuai dengan pedoman
kerja, petunjuk, ataupun rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan
apabila dalam penilaian pekerjaan pegawai ditemukan adanya
penyimpangan atau kesalahan-kesalahan maka akan diambil tindakan
koreksi/perbaikan agar kegiatan yang dilakukan menjadi terarah menuju
pencapaian tujuan Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli
Tengah.
2. Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil
Disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil adalah sikap, tingkah laku, dan
perbuatan dari seorang Pegawai Negeri Sipil di Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah yang menunjukkan adanya ketaatan
pegawai terhadap peraturan, kaidah atau norma, pedoman kerja, yang
berlaku pada instansi yang bersangkutan serta kesanggupan seorang
pegawai untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan job description
yang telah ditetapkan, adanya disiplin pada jam kerja, dan mematuhi
1.8Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi
konsep, dan sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum atau karakteristik lokasi
penelitian berupa sejarah singkat, visi, misi, dan struktur organisasi.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang diperoleh dari
lapangan selama penelitian berlangsung dan juga
dokumen-dokumen lain yang akan dianalisa.
BAB V ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang kajian dan analisis data yang diperoleh
dari lapangan saat penelitian dan memberikan interpretasi terhadap
masalah yang diajukan.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran atas penelitian yang dilakukan
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Bentuk Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Dalam penelitian ini,
seorang peneliti akan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak
akan melakukan pengujian hipotesa (Singarimbun, 1995: 4-5). Dengan demikian,
penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti dan
diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat.
2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
Kabupaten Tapanuli Tengah yang beralamat di Jalan Dr. F. L. Tobing No. 18
Pandan.
2.3 Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari
penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif ini tidak dikenal adanya
populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus
penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini akan menjadi informan