PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI
KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
KABUPATEN BREBES
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
TETY ASMIARSIH M NIM. 3301401075
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN EKONOMI
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang
panitia ujian skripsi pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 23 Februari 2006
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Partono Drs. H. Muhsin, M.Si
NIP. 131125942 NIP. 130818770
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ekonomi
Drs. Kusmuriyanto, M.Si. NIP. 131404309
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 25 Maret 2006
Penguji Skripsi
Dra. Palupiningdyah, M.Si NIP. 130812917
Anggota I Anggota II
Drs. Partono Drs. H. Muhsin, M. Si.
NIP. 131125942 NIP. 130818770
Mengetahui
Dekan,
Drs. H. Sunardi, M. M. NIP. 130367998
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 23 Februari 2006
Tety Asmiarsih M. NIM. 3301401075
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
(Q.S. Al Baqarah : 153)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari sesuatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang
lain”.
(Q.S. Al Insyirah : 6 – 7)
“Dalam mencapai keberhasilan, pertama-tama kita harus yakin bahwa kita
mampu”.
PERSEMBAHAN :
Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT,
skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Bapak dan Mamah tercinta, yang tak pernah
lelah berdoa untuk keberhasilanku.
2. Adik-adikku tersayang : Roy Aswin Danu dan
Rocky Asandi.
3. Mas Yayat, yang dengan penuh kasih sayang
memberikan perhatian, doa, cinta dan dorongan
demi keberhasilanku.
4. Sahabatku: Tyas, Endang N.S, teman-teman AP
angkatan 2001, serta teman-teman kost puri
puspita, terima kasih untuk persahabatannya.
5. Almamater
Alhamdullilah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Pengawasan
Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten
Brebes”. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat guna mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ekonomi, Program Studi
Administrasi Perkantoran Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat tersusun dengan baik
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. H. Ari Tri Soegito, SH. M.M, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan studi di
Universitas (UNNES).
2. Drs. H. Sunardi, M.M, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan rekomendasi serta kemudahan lain kepada
penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Drs. Kusmuriyanto, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan segala kemudahan
kepada penulis untuk studi di jurusan ekonomi.
4. Drs. Partono selaku dosen pembimbing I, yang telah sabar memberikan
bimbingan dan pengarahan serta motivasi kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. H. Muhsin, M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah sabar
memberikan bimbingan dan pengarahan serta motivasi kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Dra. Palupiningdyah, M.Si selaku dosen penguji skripsi, yang telah
memberikan masukan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Drs. Sasongko, Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Brebes yang
telah memberikan ijin dan membantu terlaksananya penelitian ini.
8. Semua karyawan dan karyawati kantor Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Brebes yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
9. Bapak dan Mamah tercinta yang telah memberikan dukungan moral dan
material.
10.Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan moral maupun
spiritual yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya atas kebaikan semua
pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, Februari 2006
Penulis
Pegawai Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Brebes. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi Adm. Perkantoran. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang, Pembimbing I : Drs. Partono, Pembimbing II : Drs. H. Muhsin, M.Si. 75 halaman. 18 daftar tabel. 10 daftar gambar. 15 daftar lampiran.
Kata Kunci : Pengawasan, Disiplin Kerja
Suatu organisasi untuk memperoleh kemajuan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perlu menggerakkan serta memantau pegawainya agar dapat mengembangkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan diarahkan untuk meningkatkan mutu kerja pegawai. Sebab pengawasan merupakan tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai. Kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Dengan disiplin yang baik berarti pegawai sadar dan bersedia mengerjakan semua tugasnya dengan baik. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti, menunjukkan bahwa pengawasan yang ada di kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Brebes sudah diterapkan tetapi dalam pelaksanaannya, pengawasan yang diberikan oleh pimpinan sebatas melihat laporan-laporan kerja dari pegawai sehingga tindakan koreksi tidak dilakukan secara langsung pada saat aktivitas pekerjaan berlangsung. Hal tersebut apakah mempengaruhi tingkat disiplin kerja pegawai dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh pimpinan. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengawasan di kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes, bagaimanakah disiplin kerja pegawai kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes, adakah pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes dan seberapa besar pengaruhnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengawasan di kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes, untuk mengetahui disiplin kerja pegawai kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes, untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes.
Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes baik pegawai negeri sipil maupun honor yang berjumlah 49 pegawai. Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena anggota populasi sekaligus menjadi anggota sampel, dimana jumlah populasi kurang dari 100. Variabel dalam penelitian ini meliputi pengawasan (X) sebagai variabel bebas dan disiplin kerja (Y) sebagai variabel terikat. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket dan metode dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase dan teknik analisis regresi sederhana dengan menggunakan program statistik SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi pengawasan di kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes termasuk kategori baik dan disiplin kerja termasuk kategori sangat tinggi. Hasil analisis regresi memperoleh persamaan regresi = 17, 806 + 0,472X. Uji signifikansi persamaan regresi uji F diperoleh F
Yˆ
hitung = 86,827 dengan probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pengawasan berpengaruh positif terhadap disiplin kerja pegawai Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Brebes. Besar pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai pada kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes sebesar 64,9% dan selebihnya disiplin kerja pegawai dipengaruhi oleh faktor lain selain pengawasan sebesar 35,1%.
Mengacu dari hasil penelitian di mana pengawasan besar pengaruhnya terhadap disiplin kerja pegawai, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut: pihak pimpinan kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Brebes hendaknya dapat meningkatkan pemberian teguran lisan maupun tertulis secara tegas kepada para pegawai yang melanggar peraturan agar pegawai lebih bertanggung jawab atas segala tugas yang telah kewajibannya.
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN... iii
PERNYATAAN... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA... vi
SARI... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah... 1
1.2Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 6
1.4Kegunaan Penelitian ... 6
1.5Sistematika Penulisan Skripsi ... 7
BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN... 10
2.1Landasan Teori Pengawasan ... 10
2.1.1Pengertian Pengawasan... 10
2.1.2Tujuan Pengawasan... 11
2.1.3Prinsip-prinsip Pengawasan ... 12
2.1.4Bentuk-bentuk Pengawasan ... 13
2.1.5Asas-asas Pengawasan ... 14
2.1.6Cara Pengawasan ... 14
2.1.7Standar Pengawasan... 16
2.1.8Proses Dasar Pengawasan ... 17
2.1.9Karakteristik Pengawasan yang Efektif ... 21
2.2Landasan Teori Disiplin... 22
2.2.1Pengertian Disiplin... 22
2.2.2Tujuan Disiplin Kerja... 24
2.2.3Jenis-jenis Disiplin Kerja ... 25
2.2.4Pendekatan Disiplin Kerja... 26
2.2.5Prinsip-prinsip Pendisiplinan ... 28
2.2.6Alat untuk Mengukur Disiplin Kerja ... 29
2.2.7Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan Disiplin Kerja ... 31
2.2.8Tingkat dan Jenis Sanksi Disiplin Kerja ... 33
2.3Kerangka Berpikir... 34
2.4Hipotesis... 36
BAB III METODE PENELITIAN... 37
3.1Populasi ... 37
3.2Variabel Penelitian ... 38
3.3Metode Pengumpulan Data ... 39
3.4Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 40
3.5Metode Analisis Data... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1Hasil Penelitian ... 50
4.2Pembahasan... 70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 75
5.1Simpulan ... 75
5.2Saran... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
LAMPIRAN... 78
Tabel Hal
1. Rincian Jumlah Populasi ... 38
2. Uji Coba Validitas Angket Pengawasan ... 42
3. Uji Coba Validitas Angket Disiplin Kerja……… 43
4. Anava Untuk Uji Kelinieran Regresi ... 47
5. Jumlah Pegawai Menurut Jabatan... 52
6. Jumlah Pegawai Menurut Pangkat dan Golongan ... 53
7. Jumlah Pegawai Menurut Pendidikan... 53
8. Jumlah Pegawai Menurut Usia... 54
9. Jumlah Pegawai Menurut Masa Kerja ... 55
10.Distribusi Kategori Pengawasan ... 56
11.Distribusi Kategori Ukuran / standar Pengawasan... 57
12.Distribusi Kategori Penilaian Kerja ... 58
13.Distribusi Kategori Perbandingan Hasil Pekerjaan dengan Standar ... 60
14.Distribusi Kategori Perhatian Atas Penyimpangan... 61
15.Distribusi Kategori Disiplin Kerja ... 62
16.Distribusi Kategori Disiplin Waktu ... 64
17.Distribusi Kategori Disiplin Peraturan... 65
18.Distribusi Kategori Disiplin pada Tangung Jawab. ... 66
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian... 36
Gambar 2. Distribusi Pengawasan ... 56
Gambar 3. Distribusi Kategori Ukuran / Standar ... 58
Gambar 4. Distribusi Kategori Penilaian Pekerjaan ... 59
Gambar 5. Distribusi Kategori Perbandingan Hasil Pekerjaan dengan Standar . 60 Gambar 6. Distribusi Kategori Perbaikan Atas penyimpangan ... 61
Gambar 7. Distribusi Disiplin Kerja ... 63
Gambar 8. Distribusi Kategori Disiplin Waktu ... 64
Gambar 9. Distribusi Kategori Disiplin Peraturan... 65
Gambar 10. Distribusi Kategori Disiplin Tanggung Jawab ... 67
Halaman
Lampiran 1. Kisi-kisi Angket Penelitian ... 78
Lampiran 2. Angket Penelitian ... 79
Lampiran 3. Data Karakteristik Responden Penelitian... 87
Lampiran 4. Data Hasil Uji Coba Angket Penelitian Pengawasan... 89
Lampiran 5. Contoh Perhitungan Reliabilitas Angket Pengawasan... 91
Lampiran 6. Data Hasil Uji Coba Angket Penelitian Disiplin Kerja... 92
Lampiran 7. Contoh Perhitungan Reliabilitas Angket Disiplin Kerja ... 94
Lampiran 8. Data Hasil Penskoran Angket Pengawasan (X) dan Disiplin Kerja (Y) ... 95
Lampiran 9. Deskripsi Data Hasil Variabel Pengawasan (X) ... 97
Lampiran 10. Deskripsi Data Hasil Variabel Disiplin Kerja (Y) ... 98
Lampiran 11. Penentuan Kategori Pada Analisis Deskriptif Persentase. ... 99
Lampiran 12. Uji Normalitas Data, Uji Linieritas Data. ... 102
Lampiran 13. Analisis Regresi Antara Pengawasan Dengan Disiplin Kerja .... 103
Lampiran 14. Surat – surat ... 104
Lampiran 15. Susunan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Brebes ...110
Lampiran 14
Surat Rekomendasi
Yang bertandatangan di bawah ini Dosen Pembimbing Skripsi dari
mahasiswa:
Nama : Tety Asmiarsih M
NIM : 3301401075
Jurusan/ Prodi : Pendidikan Ekonomi/ Administrasi Perkantoran
Judul Skripsi : Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Kantor
Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Brebes.
Menerangkan bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah menyelesaikan
skripsi dan siap untuk diajukan pada Sidang Skripsi. Demikian Surat
Rekomendasi ini dibuat agar dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, Februari 2006
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Partono Drs. H. Muhsin, M. Si
NIP. 131125942 NIP. 130818770
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ekonomi
Drs. Kusmuriyanto, M.Si. NIP. 131404309
i ii iii iv v vi vii viii ix x
xi xii xiii xiv
1 26 51 76 101 1 26 51 76 101
2 27 52 77 102 2 27 52 77 102
3 28 53 78 103 3 28 53 78 103
4 29 54 79 104 4 29 54 79 104
5 30 55 80 105 5 30 55 80 105
6 31 56 81 106 6 31 56 81 106
7 32 57 82 107 7 32 57 82 107
8 33 58 83 108 8 33 58 83 108
9 34 59 84 109 9 34 59 84 109
10 35 60 85 110 10 35 60 85 110
11 36 61 86 111 11 36 61 86 111
12 37 62 87 112 12 37 62 87 112
13 38 63 88 113 13 38 63 88 113
14 39 64 89 114 14 39 64 89 114
15 40 65 90 115 15 40 65 90 115
16 41 66 91 116 16 41 66 91 116
17 42 67 92 117 17 42 67 92 117
18 43 68 93 118 18 43 68 93 118
19 44 69 94 119 19 44 69 94 119
20 45 70 95 120 20 45 70 95 120
21 46 71 96 121 21 46 71 96 121
22 47 72 97 122 22 47 72 97 122
23 48 73 98 123 23 48 73 98 123
24 49 74 99 124 24 49 74 99 124
25 50 75 100 125 25 50 75 100 125
1.1Latar Belakang Masalah
Sumber Daya Manusia dalam suatu organisasi mempunyai peranan yang
sangat penting, karena suatu tujuan dalam suatu organisasi dapat berjalan
dengan berhasil atau tidak tergantung dari faktor manusia yang berperan
merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan organisasi yang bersangkutan.
Untuk memperoleh kemajuan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
pimpinan perlu menggerakkan serta memantau pegawainya agar dapat
mengembangkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Pengawasan yang
dilakukan oleh pimpinan diarahkan untuk meningkatkan mutu kerja pegawai.
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2003 : 194 – 196), pengawasan adalah tindakan
nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai. Kedisiplinan
harus ditegakkan dalam suatu organisasi. Tanpa dukungan disiplin pegawai yang
baik, sulit bagi organisasi untuk mewujudkan tujuannya. Jadi kedisiplinan
adalah kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Dengan
disiplin yang baik berarti pegawai sadar dan bersedia mengerjakan semua
tugasnya dengan baik.
Pada dasarnya pengawasan berarti pengamatan dan pengukuran sesuatu
kegiatan operasional dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan sasaran dan
2
standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan dilakukan dalam usaha
menjamin kegiatan terlaksana sesuai dengan kebijakan, strategi, keputusan,
rencana dan program kerja yang telah dianalisa, dirumuskan dan ditetapkan
sebelumnya dalam wadah yang disusun (Sondang P.Siagian, 1986 : 98).
Pengawasan kerja sangatlah penting dalam setiap pekerjaan baik itu
organisasi kecil maupun organisasi besar. Sebab dengan adanya pengawasan
kerja yang baik maka suatu pekerjaan akan dapat berjalan dengan lancar dan
dapat menghasilkan hasil kerja yang baik pula. Menurut Gouzali Saydam (1993
: 198), melalui pengawasan dapat dipantau berbagai hal yang dapat merugikan
organisasi, antara lain : kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan,
kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan pekerjaan, kelemahan pelaksanaan
dan cara kerjanya, rintangan-rintangan yang dialami maupun hal-hal lain yang
mungkin akan dialami, kegagalan-kegagalan ataupun sukses-sukses yang dicapai
dalam pelaksanaan pekerjaan.
Suatu pengawasan yang baik harus bersifat mendidik dalam arti mendidik
kearah kerja yang baik dan menjauhkan kemungkinan-kemungkinan
penyelewengan (Nitisemito, 1996 : 109). Pengawasan yang dilaksanakan
pimpinan bukanlah untuk mencari-cari kesalahan, pengawasan terutama
ditujukan agar rencana-rencana dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Setiap organisasi perlu memiliki ketentuan yang harus ditaati oleh para
anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut.
Pendisiplinan pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha
memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan untuk
bekerja secara kooperatif dengan para karyawan yang lain (Sondang P. Siagian,
2000 : 305).
Disiplin yang baik tercermin dari besarnya rasa tanggung jawab seseorang
terhadap tugas yang diberikan kepadanya. Maka peraturan sangat diperlukan
untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi pegawai dalam menciptakan
tata tertib yang baik di dalam organisasi, sebab kedisiplinan suatu organisasi
dikatakan baik jika sebagian pegawai menaati peraturan-peraturan yang ada
(Malayu S.P Hasibuan, 2003 : 193-194).
Untuk lebih mengefektifkan peraturan yang telah dikeluarkan dalam
rangka menegakkan disiplin, perlu adanya teladan pimpinan. Pimpinan
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan kedisiplinan, sebab
pimpinan merupakan panutan dan sorotan dari bawahannya (Nitisemito, 1996 :
118). Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin naik, jujur, serta
sesuai kata dengan perbuatan. Apabila teladan pimpinan baik, kedisiplinan
bawahanpun akan ikut baik. Jadi pimpinan ikut berperan serta dalam
menciptakan kedisiplinan pegawai, pimpinan harus mampu menggerakkan dan
mengarahkan pegawai karena pimpinan bertanggung jawab terhadap
4
Apabila organisasi melaksanakan pengawasan secara baik sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan sesuai dengan tugas dan
wewenang yang telah ditentukan, maka dengan sendirinya disiplin kerja
karyawan akan baik. Alfred R. Lateiner (1983 : 72) menyatakan bahwa disiplin
sejati apabila para pegawai datang kekantor dengan teratur dan tepat pada
waktunya, apabila mereka berpakaian serba baik pada tempatnya, apabila
mereka menggunakan perlengkapan-perlengkapan dengan hati-hati, apabila
mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh kantor atau organisasi dan apabila
mereka menyelesaikan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab.
Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes merupakan Perangkat
Daerah yang melaksanakan manajemen Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam
membantu tugas pokok Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah di kabupaten
Brebes (Keputusan Bupati Tk II Kabupaten Brebes, 2001 : 3). Untuk menunjang
pelaksanaan kegiatan operasional, perlu diterapkan tindakan pengawasan yang
rutin dari pimpinan terhadap pegawainya. Berdasarkan survey awal yang
dilakukan peneliti, menunjukkan bahwa pengawasan yang ada di kantor Badan
Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes sudah diterapkan tetapi dalam
pelaksanaannya, pengawasan yang diberikan oleh pimpinan sebatas melihat
laporan-laporan kerja dari pegawai sehingga tindakan koreksi tidak dapat
dilakukan secara langsung pada saat aktivitas pekerjaan berlangsung. Hal
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh pimpinan. Kondisi inilah yang
menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul :
“PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP DISIPLIN KERJA
PEGAWAI KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
KABUPATEN BREBES”.
1.2Identifikasi dan Perumusan Masalah
Permasalahan merupakan bagian dari suatu kegiatan yang berupa
pertanyaan yang nantinya diperoleh jawaban setelah penelitian selesai
dilaksanakan, yaitu pada kesimpulan (Suharsimi Arikunto, 2002 : 51)
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pengawasan di kantor Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Brebes ?
2. Bagaimanakah disiplin kerja pegawai kantor Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Brebes ?
3. Adakah pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai kantor
Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Brebes ?
4. Seberapa besar pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai
6
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal pokok yang harus ada terlebih dahulu
sebelum seseorang melaksanakan kegiatan penelitian. Karena dengan
merumuskan tujuan diharapkan dapat memberikan arah yang jelas bagi peneliti
dalam melangkah.
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui pengawasan yang ada di kantor Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Brebes.
2. Mengetahui disiplin kerja pegawai kantor Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Brebes.
3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja
pegawai Kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes.
4. Mengetahui seberapa besar pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja
pegawai kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Brebes.
1.4Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah :
1.4.1Kegunaan Praktis
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini berguna sebagai wahana latihan pengembangan
bangku kuliah, serta menambah pengetahuan peneliti berkaitan dengan
pengawasan dan disiplin kerja.
2. Bagi kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes
Hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada pimpinan kantor
Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes dalam rangka pembinaan
disiplin pegawai negeri sipil. Dalam hal ini berkaitan dengan mengadakan
pengawasan, sehingga pegawai dapat lebih bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Serta sebagai bahan perbandingan baik pada
keadaan sebelumnya maupun yang akan datang mengenai disiplin kerja
pegawai di lingkungan kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten
Brebes.
3. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai lembaga pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan pustaka atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2 Kegunaan Teoritis
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi
pengembangkan ilmu pengetahuan di bidang manajemen, khususnya
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).
1.5Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi dimaksudkan agar terdapat tata urutan
dalam penulisan. Sistematika penulisan skripsi merupakan rangkaian
8
mengelola serta menganalisis data dan informasi yang telah diperoleh di
lapangan.
Pemberian sistematika penulisan juga dimaksudkan untuk mempermudah
pemahaman isi dari suatu hasil penelitian yang mempunyai bobot tertentu.
Skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu :
1.5.1 Bagian Awal
Pada bagian awal terdiri dari : Halaman Judul, Persetujuan
Pembimbing, Pengesahan Kelulusan, Pernyataan, Motto dan Persembahan,
Prakata, Sari, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, dan Daftar Lampiran.
1.5.2 Bagian Isi, meliputi :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
serta sistematika skripsi.
BAB II : LANDASAN TEORI PENELITIAN
Berisi landasan teori tentang pengawasan dan disiplin kerja,
kerangka berpikir, dan hipotesis.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan tentang populasi, variabel dan sub
variabel penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan
reliabilitas instrumen, analisis data dan teknik menganalisis
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan tentang hasil-hasil penelitian disertai pembahasan
secara lengkap dan mendetail.
BAB V : PENUTUP
Berisi simpulan dari analisis-analisis yang telah dilakukan dan
saran-saran dari peneliti untuk pihak-pihak yang terkait.
1.5.3 Bagian Akhir
Pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran
BAB II
LANDASAN TEORI PENELITIAN
2.1Landasan Teori Pengawasan
2.1.1 Pengertian Pengawasan
Pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar
pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang
dikehendaki (Ranupandojo, 1990 : 109).
Pengawasan mempunyai hubungan yang erat dengan fungsi manajemen
lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Oleh karena itu Herbert G. Hicks
dalam Ulbert Silalahi (1992 : 175) mengatakan bahwa pengawasan adalah
berhubungan dengan :
1) Perbandingan kejadian-kejadian dengan rencana-rencana
2) Melakukan tindakan-tindakan korektif yang perlu terhadap kejadian-kejadian
yang menyimpang dari rencana-rencana.
Sedangkan Sondang P. Siagian dalam Ulbert Silalahi (1992 : 175)
mengemukakan pengertian pengawasan yaitu proses pengamatan dari pada
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan
yang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa pengawasan
adalah proses untuk menjaga agar kegiatan terarah menuju pencapaian tujuan
seperti yang direncanakan dan bila ditemukan penyimpangan-penyimpangan
diambil tindakan koreksi.
2.1.2 Tujuan Pengawasan
Dalam rangka meningkatkan disiplin kerja pegawai dengan tujuan untuk
mencapai tujuan organisasi sangat perlu diadakan pengawasan, karena pengawasan
mempunyai beberapa tujuan yang sangat berguna bagi pihak-pihak yang
melaksanakan.
Menurut Ranupandojo (1990 : 109) tujuan pengawasan adalah
mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang
ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki.
Sedangkan Soekarno dalam Gouzali Saydam (1993 : 197) mengemukakan
tujuan pengawasan antara lain adalah :
1) Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah berjalan sesuai dengan rencana.
2) Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan sudah sesuai dengan instruksi.
3) Untuk mengetahui apakah kegiatan telah berjalan efisien.
4) Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dan kelemahan-kelemahan dalam
kegiatan.
5) Untuk mencari jalan keluar bila ada kesulitan, kelemahan atau kegagalan kearah
perbaikan.
Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang
direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisasi tujuan utama
tersebut, maka pengawasan pada taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah dikeluarkan, dan untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan
rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk
memperbaikinya, baik pada waktu itu maupun waktu-waktu yang akan datang.
12
Dapat disimpulkan bahwa tujuan pengawasan secara umum adalah
menciptakan suatu efisiensi dan efektivitas dalam setiap kegiatan dan berusaha
agar apa yang direncanakan dapat menjadi kenyataan.
2.1.3 Prinsip-prinsip Pengawasan
Agar fungsi pengawasan mencapai hasil yang diharapkan, maka pimpinan
organisasi atau unit organisasi yang melaksanakan fungsi pengawasan harus
mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip pengawasan.
George R. Terry dalam Winardi (1986 : 396) mengemukakan bahwa
prinsip pengawasan yang efektif membantu usaha-usaha kita untuk mengatur
pekerjaan yang direncanakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan
tersebut berlangsung sesuai dengan rencana. Sedangkan menurut Ulbert Silalahi
(1992 : 178) prinsip-prinsip pengawasan adalah :
1) Pengawasan harus berlangsung terus menerus bersamaan dengan pelaksanaan
kegiatan atau pekerjaan.
2) Pengawasan harus menemukan, menilai dan menganalisis data tentang
pelaksanaan pekerjaan secara objektif.
3) Pengawasan bukan semata-mata untuk mencari kesalahan tetapi juga mencari
atau menemukan kelemahan dalam pelaksanaan pekerjaan.
4) Pengawasan harus memberi bimbingan dan mengarahkan untuk
mempermudah pelaksanaan pekerjaan dalam pencapaian tujuan.
5) Pengawasan tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan tetapi harus
menciptakan efisiensi (hasil guna).
7) Pengawasan harus berorientasi pada rencana dan tujuan yang telah ditetapkan
(Plan and Objective Oriented).
8) Pengawasan dilakukan terutama pada tempat-tempat strategis atau
kegiatan-kegiatan yang sangat menentukan atau control by exception.
9) Pengawasan harus membawa dan mempermudah melakukan tindakan
perbaikan (Corrective Action).
2.1.4 Bentuk-bentuk Pengawasan
Bentuk-bentuk atau tipe pengawasan menurut Hamdan Mansoer (1989 :
158-159) sebagai berikut :
1. Pengawasan Pra Kerja
Bentuk pengawasan pra kerja ini sifatnya mempersiapkan antisipasi
permasalahan yang akan datang. Sifatnya mengarahkan keadaan yang akan
terjadi di masa datang, sebagai peringatan untuk tidak dilanggar. Pengawasan
bentuk ini memberikan patokan kerja dan tidak memandori kerja.
2. Pengawasan Semasa Kerja
Pengawasan yang dilakukan pada saat tugas diselenggarakan,
memungkinkan manajer melakukan perbaikan di tempat pada waktu
penyimpangan diketahui. Perbaikan secara langsung sebelum penyimpangan
terlalu jauh terjadi, yang mungkin akan sangat sukar meluruskannya, lebih
menguntungkan pengawasan ini ialah supervisi. Supervisi langsung
memungkinkan manajer melakukan tindakan koreksi langsung pula.
3. Pengawasan Pasca Kerja
Pengawasan dilakukan sesudah kegiatan atau pekerjaan berlangsung
14
baru diketahui setelah pekerjaan seluruhnya selesai, sehingga tidak mungkin
diperbaiki lagi.
2.1.5 Asas-asas Pengawasan
Asas-asas pengawasan yang dikemukakan oleh Komaruddin (1992 :
19-21) antara lain :
1) Asas Sumbangan terhadap Tujuan
2) Asas Penetapan Standar
3) Asas Penetapan Pokok-Pokok Pengawasan Strategi
4) Asas Tindakan Perbaikan
5) Asas Manajemen dengan Kekecualian
6) Asas Keluwesan Pengawasan
7) Asas Keharmonisan Pengawasan
8) Asas Kecocokan Pengawasan
9) Asas Tanggung Jawab Pengawasan
10)Asas Akuntabilitas Pengawasan
2.1.6 Cara Pengawasan
Supaya pengawasan yang dilakukan seorang atasan efektif, maka haruslah
terkumpul fakta-fakta di tangan pemimpin yang bersangkutan. Guna maksud
pengawasan seperti ini, ada beberapa cara untuk mengumpulkan fakta-fakta
menurut Manullang (2004 : 178-180) yaitu :
1. Pengawasan Melalui Peninjauan Pribadi
Peninjauan pribadi (personal inspection, personal observation) adalah
mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi. Sehingga dapat dilihat
bila timbul syak wasangka dari bawahan. Cara seperti ini memberi kesan
kepada bawahan bahwa mereka diamat-amati secara keras dan kuat sekali.
Sebagai alasan karena dengan cara ini kontak langsung antara atasan dengan
bawahan dapat dipererat.
2. Pengawasan Melalui Laporan Lisan
Dengan cara ini, pengawasan dilakukan dengan mengumpulkan
fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan. Wawancara yang
diberikan ditujukan kepada orang-orang atau segolongan orang tertentu yang
dapat memberi gambaran dari hal-hal yang ingin diketahui, terutama tentang
hasil sesungguhnya (actual result) yang dicapai oleh bawahannya. Dengan
cara ini kedua belah pihak aktif, bawahan memberikan laporan lisan tentang
hasil pekerjaannya dan atasan dapat menanyakannya lebih lanjut untuk
memperoleh fakta-fakta yang diperlukan.
3. Pengawasan Melalui Laporan Tertulis
Laporan tertulis (written report) merupakan suatu pertanggung
jawaban kepada atasan mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya, sesuai
dengan instruksi dan tugas-tugas yang diberikan atasannya kepadanya.
Dengan laporan tertulis yang diberikan oleh bawahan, maka atasan dapat
membaca apakah bawahan-bawahan tersebut melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya dengan penggunaan hak-hak atau kekuasaan yang
didelegasikan kepadanya.
4. Pengawasan Melalui Laporan Kepada Hal-hal yang Bersifat Khusus
Pengawasan yang berdasarkan kekecualian atau control by exception
adalah suatu sistem pengawasan dimana pengawasan itu ditujukan kepada
soal-soal kekecualian. Jadi pengawasan hanya dilakukan bila diterima laporan
16
2.1.7 Standar Pengawasan
Sebelum kegiatan pengawasan itu dilakukan perlu ditentukan standar
atau ukuran pengawasan. Manullang (2004 : 186-187) menggolongkan
jenis-jenis standar pengawasan ke dalam tiga golongan besar, yaitu :
1. Standar dalam Bentuk Fisik (physical standard), adalah semua standar yang
dipergunakan untuk menilai atau mengukur hasil pekerjaan bawahan dan
bersifat nyata tidak dalam bentuk uang. Meliputi :
a. Kuantitas hasil produksi
b. Kualitas hasil produksi
c. waktu
2. Standar dalam Bentuk Uang, adalah semua standar yang dipergunakan
untuk menilai atau mengukur hasil pekerjaan bawahan dalam bentuk jumlah
uang. Meliputi :
a. Standar biaya
b. Standar penghasilan
c. Standar investasi
3. Standar Intangible, adalah standar yang biasa digunakan untuk mengukur
atau menilai kegiatan bawahan diukur baik dengan bentuk fisik maupun
dalam bentuk uang. Misalnya untuk mengukur kegiatan bagian atau kepala
bagian hubungan kemasyarakatan atau mengukur sikap pegawai terhadap
2.1.8 Proses Dasar Pengawasan
Proses pengawasan adalah serangkaian kegiatan di dalam melaksanakan
pengawasan terhadap suatu tugas atau pekerjaan dalam suatu organisasi. Proses
pengawasan ini terdiri dari beberapa tindakan (langkah pokok) tertentu yang
bersifat fundamental bagi semua pengawasan manajerial.
Menurut George R. Terry dalam Winardi (1986 : 397) mengemukakan
bahwa pengawasan merupakan suatu proses yang dibentuk oleh tiga macam
langkah-langkah, meliputi :
1) Mengukur hasil pekerjaan
2) Membandingkan hasil pekerjaan dengan standar dan memastikan perbedaan
(apabila ada perbedaan)
3) Mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan
perbaikan
Sedangkan Ranupandojo (1990 : 109) menyatakan bahwa proses
pengawasan biasanya meliputi empat kegiatan utama, yaitu :
1) Menentukan ukuran atau pedoman baku atau standar
2) Mengadakan penilaian terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan
3) Membandingkan antara pelaksanaan pekerjaan dengan pedoman baku yang
ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
4) Mengadakan perbaikan atau pembetulan atas penyimpangan yang terjadi,
sehingga pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Pengawasan menurut T. Hani Handoko (1995 : 363) biasanya terdiri
18
1. Penetapan standar pelaksanaan (perencanaan)
Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar
pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang
dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil, tujuan, sasaran,
kuota, dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar.
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk
mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu tahap kedua dalam
pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara
tepat.
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata
Setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan,
pengukuran dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus menerus.
Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu
pengamatan (observasi), laporan-laporan baik tertulis maupun lisan.
Metoda-metoda otomatis dan inspeksi, pengujian (test) atau dengan pengambilan
sampel.
4. Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan
penyimpangan-penyimpangan
Perbandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan
atau standar yang telah ditetapkan merupakan tahap yang paling mudah
dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi pada saat menginterprestasikan
adanya penyimpangan (deviasi). Penyimpangan-penyimpangan harus
5. Pengambilan tindakan korektif bila perlu
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini
harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar
mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan.
Menurut Manullang (2004 : 184) untuk mempermudah dalam merealisasi
tujuan, pengawasan harus perlu dilalui beberapa fase atau urutan pelaksanaan
yang terdiri dari :
1. Menetapkan alat ukur (standard)
Alat penilai atau standar bagi hasil pekerjaan bawahan, pada umumnya
terdapat baik pada rencana keseluruhan maupun pada rencana-rencana bagian.
Dengan kata lain, dalam rencana itulah pada umumnya terdapat standar bagi
pelaksanaan pekerjaan. Agar alat penilai itu diketahui benar oleh bawahan,
maka alat penilai itu harus dikemukakan, dijelaskan kepada bawahan. Dengan
demikian atasan dan bawahan bekerja dalam menetapkan apa yang menjadi
standar hasil pekerjaan bawahan tersebut.
2. Mengadakan penilaian (evaluate)
Dengan menilai dimaksudkan membandingkan hasil pekerjaan
bawahan (actual result) dengan alat pengukur (standar) yang sudah
ditentukan. Jadi pimpinan membandingkan hasil pekerjaan bawahan yang
senyatanya dengan standar sehingga dengan perbandingan itu dapat dipastikan
terjadi tidaknya penyimpangan.
3. Mengadakan tindakan perbaikan (corective action)
Dengan tindakan perbaikan diartikan, tindakan yang diambil untuk
20
standar atau rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Tindakan perbaikan itu
tidak serta merta dapat menyesuaikan hasil pekerjaan yang senyatanya dengan
rencana atau standar. Oleh karena itulah, perlu sekali adanya laporan-laporan
berkala sehingga segera sebelum terlambat dapat diketahui terjadinya
penyimpangan-penyimpangan, serta dengan tindakan perbaikan yang akan
diambil, pelaksanaan pekerjaan seluruhnya dapat diselamatkan sesuai dengan
rencana.
Dari proses pengawasan yang dikemukakan keempat ahli tersebut, maka
dapat diambil beberapa pernyataan untuk dijadikan sebagai indikator yang dapat
mengukur pengawasan, yaitu :
1. Ukuran atau standar pekerjaan
Standar secara singkat dapat diartikan sebagai suatu nilai atau petunjuk
yang menjadi suatu ukuran atau model sehingga hasil-hasil yang nyata dapat
dibandingkan (Ulbert Silalahi, 1992 : 176).
Standar atau ukuran ditetapkan sebelum pengawasan dilaksanakan, jadi
penetapan standar dapat disebut sebagai perencanaan pengawasan.
Singkatnya, standar atau ukuran adalah dasar dalam melaksanakan kegiatan
pengawasan dalam suatu organisasi.
2. Penilaian pekerjaan
Penilaian atau pengukuran pekerjaan yang dimaksud adalah mengukur
atau menilai kinerja yang dicapai oleh pegawai. Pengukuran pekerjaan yang
penting antara yang sedang terjadi dengan apa yang semula diinginkan sesuai
rencana.
3. Perbandingan antara hasil pekerjaan dengan ukuran atau standar pekerjaan
Perbandingan adalah untuk menentukan tingkat perbedaan antara
pelaksanaan (hasil) kerja yang dicapai dengan rencana yang diinginkan
sebelumnya (Ulbert Silalahi, 1992 : 176).
Perbandingan hasil kerja dengan ukuran merupakan tindakan penting
dalam menentukan seberapa baik atau seberapa buruk pengendalian yang
terjadi pada situasi tersebut. Perbandingan antara kinerja sesungguhnya dan
kinerja yang diinginkan akan menentukan tindakan yang akan diambil.
4. Perbaikan atas penyimpangan
Tindakan perbaikan atau koreksi dilaksanakan apabila dalam
pelaksanaan kerja ditemukan penyimpangan-penyimpangan atau kesalahan
yang harus segera dibetulkan. Dalam manajemen, apapun besarnya suatu
kesalahan dalam pekerjaan, kesalahan tersebut harus diperbaiki. Perbaikan
yang dilakukan haruslah mengacu kepada peraturan organisasi dan mengarah
kepada tujuan organisasi. Melalui tindakan perbaikan terhadap suatu
penyimpangan, diharapkan hasil kerja akan sesuai dengan rencana.
2.1.9 Karakteristik Pengawasan yang Efektif
Agar dapat efektif setiap pengawasan harus memenuhi kriteria tertentu.
Kriteria penting bagi pengawasan yang baik menurut pendapat Ranupandojo
22
1) Informasi yang akan diukur harus akurat
2) Pengawasan harus dilakukan tepat waktu disaat penyimpangan diketahui
3) Sistem Pengawasan yang dipergunakan harus mudah dimengerti oleh orang
lain
4) Pengawasan harus dititik beratkan pada kegiatan-kegiatan strategis
5) Harus bersifat ekonomis, artinya biaya pengawasan harus lebih kecil
dibandingkan dengan hasilnya
6) Pelaksanaan pengawasan sesuai dengan struktur organisasi
7) Harus sesuai dengan arus kerja atau sesuai dengan sistem dan prosedur yang
dilaksanakan dalam organisasi
8) Harus luwes dalam menghadapi perubahan-perubahan yang ada
9) Bersifat memerintah dan dapat dikerjakan oleh bawahan
10)Sistem pengawasan harus dapat diterima dan dimengerti oleh semua anggota
organisasi
2.2Landasan Teori Disiplin Kerja
2.2.1 Pengertian Disiplin
Kata disiplin itu sendiri berasal dari bahasa Latin “discipline” yang
berarti “latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan
tabiat”. Hal ini menekankan pada bantuan kepada pegawai untuk
mengembangkan sikap yang layak terhadap pekerjaannya dan merupakan cara
pengawas dalam membuat peranannya dalam hubungannya dengan disiplin.
Disiplin merupakan suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh pekerja
keputusan-keputusan, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan
dan tingkah laku (Moekijat, 1989 : 139).
Menurut Keith David dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2001 :
129), menyatakan bahwa disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanan
manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi.
Rumusan lain menyatakan bahwa disiplin merupakan tindakan
manajemen mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai
ketentuan tersebut. Dengan perkataan lain, pendisiplinan pegawai adalah suatu
bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap
dan perilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut secara sukarela berusaha
bekerja secara kooperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan
prestasi kerjanya ( Sondang P. Siagian, 2000 : 305 ).
Sedangkan pendapat Siswanto Sastrohadiwiryo (2003 : 291) disiplin kerja
dapat didefinisikan sabagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat
terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis
serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima
sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran disini
merupakan sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan
sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi atau
mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Sedangkan
24
dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis (Malayu
S.P Hasibuan, 2003 : 193-194).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa disiplin kerja pegawai merupakan sikap atau tingkah laku yang
menunjukkan kesetiaan dan ketaatan seseorang atau sekelompok orang terhadap
peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi atau organisasinya baik yang
tertulis maupun tidak tertulis sehingga diharapkan pekerjaan yang dilakukan
efektif dan efesien.
2.2.2 Tujuan Disiplin Kerja
Secara umum dapat disebutkan bahwa tujuan utama disiplin kerja adalah
demi kelangsungan organisasi atau perusahaan sesuai dengan motif organisasi
atau perusahaan yang bersangkutan baik hari ini maupun hari esok. Menurut
Siswanto Sastrohadiwiryo (2003 : 292) secara khusus tujuan disiplin kerja para
pegawai, antara lain :
1) Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan
maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang berlaku, baik tertulis
maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen dengan baik.
2) Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu
memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang
berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang
diberikan kepadanya.
3) Pegawai dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang
4) Para pegawai dapat bertindak dan berpartisipasi sesuai dengan norma-norma
yang berlaku pada organisasi.
5) Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan
harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
2.2.3 Jenis-jenis Disiplin Kerja
T. Hani Handoko dalam Susilo Martoyo (1996 : 144) menggolongkan
jenis-jenis disiplin antara lain :
1. Disiplin Preventif
Disiplin preventif merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan
maksud untuk mendorong para karyawan agar sadar mentaati berbagai standar
dan aturan, sehingga dapat dicegah berbagai penyelewengan atau pelanggaran.
Yang utama dalam hal ini adalah ditumbuhkannya “self discipline” pada setiap
karyawan tanpa kecuali.
2. Disiplin Korektif
Disiplin korektif merupakan kegiatan yang diambil untuk menangani
pelanggaran yang terjadi terhadap aturan-aturan, dan mencoba untuk
menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif ini
berupa suatu bentuk hukuman atau tindakan pendisiplinan (disciplinary
action), yang wujudnya dapat berupa “peringatan” ataupun berupa
“schorsing”. Semua sasaran pendisiplinan tersebut harus positif, bersifat
26
Sedangkan menurut Keith Davis dan John W. Newstrom dalam Triguno
(1997 : 50-51), menyatakan bahwa disiplin mempunyai 3 (tiga) macam bentuk,
yaitu :
1. Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah tindakan SDM agar terdorong untuk menaati
standar atau peraturan. Tujuan pokoknya adalah mendorong SDM agar
memiliki disiplin pribadi yang tinggi, agar peran kepemimpinan tidak terlalu
berat dengan pengawasan atau pemaksaan, yang dapat mematikan prakarsa
dan kreativitas serta partisipasi SDM.
2. Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah tindakan dilakukan setelah terjadi pelanggaran
standar atau peraturan, tindakan tersebut dimaksud untuk mencegah timbulnya
pelanggaran lebih lanjut. Tindakan itu biasanya berupa hukuman tertentu yang
biasa disebut sebagai tindakan disipliner, antara lain berupa peringatan, skors,
pemecatan.
3. Disiplin Progesif
Disiplin progresif adalah tindakan disipliner berulang kali berupa
hukuman yang makin berat, dengan maksud agar pihak pelanggar bisa
memperbaiki diri sebelum hukuman berat dijatuhkan.
2.2.4 Pendekatan Disiplin Kerja
Ada tiga pendekatan disiplin menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara
1. Pendekatan Disiplin Modern
Pendekatan disiplin modern yaitu menemukan sejumlah keperluan
atau kebutuhan baru di luar hukuman. Pendekatan ini berasumsi :
a. Disiplin modern merupakan suatu cara menghindarkan bentuk hukuman
secara fisik.
b. Melindungi tuduhan yang benar untuk diteruskan pada proses hukuman
yang berlaku.
c. Keputusan-keputusan yang semuanya terhadap kesalahan atau prasangka
harus diperbaiki dengan mengadakan proses penyuluhan dengan
mendapatkan fakta-faktanya.
d. Melakukan protes terhadap keputusan yang berat sebelah pihak terhadap
kasus disiplin.
2. Pendekatan Disiplin dengan Tradisi
Pendekatan disiplin dengan tradisi, yaitu pendekatan dengan cara
memberi hukuman. Pendekatan ini berasumsi :
a. Disiplin dilakukan oleh atasan kepada bawahan, dan tidak pernah ada
peninjauan kembali bila telah diputuskan.
b. Disiplin adalah hukuman untuk pelanggaran, pelaksanaannya harus
disesuaikan dengan tingkat pelanggaran.
c. Pengaruh hukuman untuk memberikan pelajaran kepada pelanggaran
maupun kepada pegawai lainnya.
28
e. Pemberian hukuman terhadap pegawai yang melanggar kedua kalinya
harus diberi hukuman yang lebih berat.
3. PendekatanDisiplin Bertujuan
Pendekatan disiplin bertujuan berasumsi :
a. Disiplin kerja harus dapat diterima dan dipahami oleh semua pegawai.
b. Disiplin bukanlah suatu hukuman, tetapi merupakan pembetulan perilaku.
c. Disiplin ditujukan untuk perbuatan perilaku yang lebih baik.
d. Disiplin pegawai bertujuan agar pegawai bertanggung jawab terhadap
peraturannya.
2.2.5 Prinsip-prinsip Pendisiplinan
Prinsip-prinsip pendisiplinan yang dikemukakan Ranupandojo (1990 :
241-242) adalah :
1. Pendisiplinan dilakukan secara pribadi.
Pendisiplinan seharusnya dilakukan dengan memberikan teguran
kepada karyawan. Teguran jangan dilakukan di hadapan orang banyak. Karena
dapat menyebabkan karyawan yang ditegur akan merasa malu dan tidak
menutup kemungkinan menimbulkan rasa dendam yang dapat merugikan
organisasi.
2. Pendisiplinan harus bersifat membangun.
Selain memberikan teguran dan menunjukkan kesalahan yang
dilakukan karyawan, harus disertai dengan saran tentang bagaimana
3. Pendisiplinan harus dilakukan sacara langsung dengan segera.
Suatu tindakan dilakukan dengan segera setelah terbukti bahwa
karyawan telah melakukan kesalahan. Jangan membiarkan masalah menjadi
kadaluarsa sehingga terlupakan oleh karyawan yang bersangkutan.
4. Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan.
Dalam tindakan pendisiplinan dilakukan secara adil tanpa pilih kasih.
Siapapun yang telah melakukan kesalahan harus mendapat tindakan
pendisiplinan secara adil tanpa membeda-bedakan.
5. Pimpinan hendaknya tidak melakukan pendisiplinan sewaktu karyawan absen.
Pendisiplinan hendaknya dilakukan dihadapan karyawan yang
bersangkutan secara pribadi agar ia tahu telah melakukan kesalahan. Karena
akan percuma pendisiplinan yang dilakukan tanpa adanya pihak yang
bersangkutan.
6. Setelah pendisiplinan sikap dari pimpinan haruslah wajar kembali.
Sikap wajar hendaknya dilakukan pimpinan terhadap karyawan yang
telah melakukan kesalahan tersebut. Dengan demikian, proses kerja dapat
lancar kembali dan tidak kaku dalam bersikap.
2.2.6 Alat Untuk Mengukur Disiplin Kerja
Menurut Alfred R. Lateiner dalam Imam Soejono (1983 : 72), umumnya
disiplin kerja karyawan dapat diukur dari :
1. Para pegawai datang ke kantor dengan tertib, tepat waktu dan teratur.
Dengan datang ke kantor secara tertib, tepat waktu dan teratur maka
30
2. Berpakaian rapi di tempat kerja.
Berpakaian rapi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
disiplin kerja karyawan, karena dengan berpakaian rapi suasana kerja akan
terasa nyaman dan rasa percaya diri dalam bekerja akan tinggi.
3. Menggunakan perlengkapan kantor dengan hati-hati.
Sikap hati-hati dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki disiplin
kerja yang baik karena apabila dalam menggunakan perlengkapan kantor tidak
secara hati-hati, maka akan terjadi kerusakan yang mengakibatkan kerugian.
4. Mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh organisasi.
Dengan mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh organisasi maka
dapat menunjukkan bahwa karyawan memiliki disiplin kerja yang baik, juga
menunjukkan kepatuhan karyawan terhadap organisasi.
5. Memiliki tanggung jawab.
Tanggung jawab sangat berpengaruh terhadap disiplin kerja, dengan
adanya tanggung jawab terhadap tugasnya maka menunjukkan disiplin kerja
karyawan tinggi.
Disiplin mencakup berbagai bidang dan cara pandangnya, seperti menurut
Guntur (1996 : 34 – 35) ada beberapa sikap disiplin yang perlu dikelola dalam
pekerjaan, yaitu :
1. Disiplin terhadap waktu
2. Disiplin terhadap target
3. Disiplin terhadap kualitas
4. Disiplin terhadap prioritas kerja
5. Disiplin terhadap prosedur
Adapun kriteria yang dipakai dalam disiplin kerja tersebut dapat
1. Disiplin waktu
Disiplin waktu disini diartikan sebagai sikap atau tingkah laku yang
menunjukkan ketaatan terhadap jam kerja yang meliputi : kehadiran dan
kepatuhan pegawai pada jam kerja, pegawai melaksanakan tugas dengan tepat
waktu dan benar.
2. Disiplin peraturan
Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar
tujuan suatu organisasi dapat dicapai dengan baik. Untuk itu dibutuhkan sikap
setia dari pegawai terhadap komitmen yang telah ditetapkan tersebut.
Kesetiaan disini berarti taat dan patuh dalam melaksanakan perintah dari
atasan dan peraturan, tata tertib yang telah ditetapkan. Serta ketaatan pegawai
dalam menggunakan kelengkapan pakaian seragam yang telah ditentukan
organisasi atau lembaga.
3. Disiplin tanggung jawab
Salah satu wujud tanggung jawab pegawai adalah penggunaan dan
pemeliharaan peralatan yang sebaik-baiknya sehingga dapat menunjang
kegiatan kantor berjalan dengan lancar. Serta adanya kesanggupan dalam
menghadapi pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang
pegawai.
2.2.7 Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan Disiplin Kerja
Disiplin kerja yang tinggi merupakan harapan bagi setiap pimpinan kepada
bawahan, karena itu sangatlah perlu bila disiplin mendapat penanganan intensif
dari semua pihak yang terlibat dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan dari
32
bawahan perlu adanya kebijakan yang tegas guna mengoreksi, memperbaiki dan
menghindari terulangnya pelanggaran kembali hal-hal yang negatif di masa-masa
mendatang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pimpinan untuk memelihara disiplin
pegawainya menurut D.S. Widodo (1981 : 98) antara lain :
1. Mengadakan pengawasan yang konsisten dan kontinyu
2. Memberi koreksi terhadap berbagai kekurangan dan atau kekeliruan
3. Memberi reward atau penghargaan walaupun dengan kata-kata terhadap
prestasi yang diraih bawahannya
4. Mengadakan komunikasi dengan bawahan pada waktu senggang yang
diarahkan pimpinan
5. Mengubah pengetahuan bawahan, sehingga dapat meningkatkan nilai dirinya
untuk kepentingan maupun organisasi / lembaga tempat bekerja
6. Memberikan kesempatan berdialog demi meningkatkan keakraban antara
pimpinan dan bawahan
D.S. Widodo (1981 : 98) juga mengemukakan hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh pimpinan dalam usaha meningkatkan disiplin pegawai adalah
dengan ketegasan dan kejelasan pengaturan itu sendiri, yaitu :
1. Pengaturan yang jelas dan tegas dengan sanksi-sanksi hukuman yang sama
bagi pelanggaran yang sama
2. Penjelasan kepada karyawan tentang apa yang diharapkan dari mereka
3. Memberitahu pada para pegawainya bagaimana peraturan dan tata tertib
4. Menyelidiki dengan seksama mengenai latar belakang terjadinya pelanggaran
peraturan
2.2.8 Tingkat dan Jenis Sanksi Disiplin Kerja
Tujuan utama pengadaan sanksi disiplin kerja bagi para tenaga kerja yang
melanggar norma-norma organisasi adalah memperbaiki dan mendidik para tenaga
kerja yang melakukan pelanggaran disiplin. Pada umumnya sebagai pegangan
pimpinan meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis sanksi disiplin kerja yang
dikemukakan oleh Siswanto Sastrohadiwiryo (2003 : 293 –294) terdiri atas sanksi
disiplin berat, sanksi disiplin sedang, sanksi disiplin ringan.
1. Sanksi Disiplin Berat
Sanksi disiplin berat misalnya :
a. Demosi jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatan atau pekerjaan
yang diberikan sebelumnya.
b. Pembebasan dari jabatan atau pekerjaan untuk dijadikan sebagai tenaga
kerja biasa bagi yang memegang jabatan.
c. Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri tenaga
kerja yang bersangkutan.
d. Pemutusan hubungan kerja tidak dengan hormat sebagai tenaga kerja di
organisasi atau perusahaan.
2. Sanksi Disiplin Sedang
Sanksi disiplin sedang misalnya :
a. Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dirancangkan
sabagaimana tenaga kerja lainnya.
b. Penurunan upah atau gaji sebesar satu kali upah atau gaji yang biasanya
34
c. Penundaan program promosi bagi tenaga kerja yang bersangkutan pada
jabatan yang lebih tinggi.
3. Sanksi Disiplin Ringan
Sanksi disiplin ringan misalnya :
a. Teguran lisan kepada tenaga kerja yang bersangkutan.
b. Teguran tertulis.
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.
Dalam penetapan jenis sanksi disiplin yang akan dijatuhkan kepada
pegawai yang melanggar hendaknya dipertimbangkan dengan cermat, teliti, dan
seksama bahwa sanksi disiplin yang akan dijatuhkan tersebut setimpal dengan
tindakan dan perilaku yang diperbuat. Dengan demikian, sanksi disiplin tersebut
dapat diterima dengan rasa keadilan. Kepada pegawai yang pernah diberikan
sanksi disiplin dan mengulangi lagi pada kasus yang sama, perlu dijatuhi sanksi
disiplin yang lebih berat dengan tetap berpedoman pada kebijakan pemerintah
yang berlaku.
2.3Kerangka Berpikir
Dalam kegiatan suatu organisasi, pengawasan sangat penting dalam
upaya mendorong disiplin guna mencapai mutu kerja yang tinggi. Pengawasan
bagi pimpinan merupakan proses pemantauan kegiatan untuk menjaga bahwa
kegiatan tersebut memang dilaksanakan terarah dan menuju kepada pencapaian
tujuan yang direncanakan. Pegawai yang tidak mempunyai komitmen terhadap
tujuan organisasi dan mudah terganggu dalam bekerja membutuhkan
pengawasan yang tinggi. Pengawasan disini meliputi ukuran atau standar
dengan ukuran atau standar pekerjaan, dan perbaikan atas penyimpangan.
Dimana pengawasan dilaksanakan guna tercapainya kelancaran kerja agar semua
rencana yang telah ditetapkan dapat terealisasi dengan baik.
Dengan adanya pengawasan yang baik dimungkinkan akan
meningkatkan disiplin kerja pegawai. Karena disiplin kerja merupakan salah
satu faktor yang sangat penting bagi terciptanya suatu tujuan organisasi. Dan
dengan adanya kedisiplinan diharapkan pekerjaan akan dilaksanakan seefektif
mungkin, bilamana kedisiplinan tidak dilaksanakan maka kemungkinan tujuan
yang telah ditetapkan tidak dapat tercapai secara efektif dan efesien. Disiplin
kerja ini dapat diukur dengan adanya disiplin waktu, disiplin peraturan, dan
disiplin tanggung jawab.
Pengawasan adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan
kedisiplinan pegawai. Melalui pengawasan secara efektif, dimaksudkan agar
para pegawai tidak melanggar aturan yang telah ditetapkan. Tingkat kesalahan
dan pelanggaran yang terjadi dapat ditekan sekecil mungkin dengan adanya
sikap disiplin dalam diri para pegawai, karena seketat apapun pengawasan yang
dilakukan oleh pihak pimpinan jika dalam diri pegawai tersebut tidak
mempunyai sikap disiplin maka akan sulit untuk bekerja sesuai aturan. Disinilah
perlunya pengawasan untuk mendukung disiplin kerja pegawai agar lebih
efektif. Sebab disiplin disini berarti ketaatan pegawai terhadap aliran atau
pengaturan organisasi. Sedangkan pengawasan berarti mencegah adanya
penyimpangan, keterlambatan kerja, kesalahpahaman dan penyelewengan kerja.
Dengan demikian apabila pengawasan dilakukan secara teratur dan kontinyu
maka penyimpangan kerja dapat dihindari yang berarti disiplin kerja dapat terus
36
Untuk lebih jelasnya, hubungan keduanya dapat ditunjukkan pada bagan
keterkaitan dibawah ini :
:
Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian Pengawasan
1. Ukuran atau standar pekerjaan.
2. Penilaian pekerjaan. 3. Perbandingan antara hasil
pekerjaan dengan ukuran atau standar pekerjaan. 4. Perbaikan atas
penyimpangan.
Disiplin kerja :
1. Disiplin waktu 2. Disiplin peraturan 3. Disiplin tanggung jawab
2.4Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto,
2002 : 64).
Dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis Kerja atau Alternatif (Ha) : “Ada pengaruh signifikan pengawasan
terhadap disiplin kerja pegawai kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten
3.1Populasi
Sudjana (1996 : 6) menyatakan bahwa populasi adalah totalitas semua
nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran kualitatif
mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan
jelas yang ingin dipelajari dari sifat-sifatnya. Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto (2002 : 108), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
keseluruhan subyek yang mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tertentu dan
berfungsi sebagai subyek yang dikenai suatu penelitian.
Didalam penelitian ini peneliti mengambil populasi keseluruhan pegawai
di kantor Badan Kepegawaian Daerah kabupaten Brebes, yang terdiri dari 49
orang pegawai baik pegawai negeri sipil maupun honor. Mengacu pada penjelasan
Suharsimi Arikunto (2002 : 112), bahwa untuk sekedar ancer-ancer maka apabila
subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar
dari 100, dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih.
Dalam penelitian ini setiap anggota populasi sekaligus menjadi anggota
sampel, karena jumlah subyek kurang dari 100 maka disebut sebagai penelitian
populasi. Keadaan dari populasi dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut
:
38
Tabel 1. Rincian Jumlah Populasi
No. Bagian Jumlah
Dokumentasi dan informasi kepegawaian
11
3.2Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi (Suharsimi Arikunto,
2002 : 94).
Sebagai variabel dalam penelitian ini adalah :
3.2.1 Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah suatu variabel yang akan mempengaruhi variabel
terikat. Dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah pengawasan dan sebagai
indikatornya adalah :
1. Ukuran atau standar pekerjaan
2. Penilaian pekerjaan
3. Perbandingkan hasil pekerjaan dengan ukuran atau standar pekerjaan
4. Perbaikan atas penyimpangan
3.2.2 Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Dalam penelitian ini sebagai variabel terikatnya adalah disiplin kerja, dengan
indikator :
1. Disiplin waktu, meliputi : kehadiran pegawai dan kepatuhan pegawai pada jam
2. Disiplin peraturan, meliputi : ketaatan pada peraturan dan tata tertib yang ada,
kepatuhan pegawai terhadap instruksi dari atasan, menggunakan kelengkapan
pakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Disiplin tanggung jawab, meliputi : kesanggupan dalam menghadapi
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab, menggunakan dan memelihara
fasilitas atau peralatan kerja sesuai dengan prosedur dan cara kerja yang telah
ditentukan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
3.3.1 Metode Angket / Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal lain yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2002 : 128).
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pengawasan dan
disiplin kerja melalui pertanyaan-pertanyaan secara tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden di kantor Badan Kepegawaian Daerah
kabupaten Brebes.
Dalam penelitian ini, metode kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
tertutup. Pertanyaan yang tersusun dalam angket berbentuk pilihan ganda dan
responden tinggal memilih alternatif jawaban yang disediakan. Alternatif jawaban