• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Pakan Berbasis Ubi Kayu Pengganti Jagung terhadap Karkas Ayam Broiler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Pakan Berbasis Ubi Kayu Pengganti Jagung terhadap Karkas Ayam Broiler"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

49

LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses Pembuatan Fermentasi Tepung Ubi Kayu

Ubi kayu yang telah dikupas kulitnya

Pencucian

Pencacahan/Pencincangan

Pengkukusan

Pendinginan

2 grRhizhopus oligosporus/ 1 kg ubi kayu

Inkubasi pada suhu ruang (5 - 30°C) selama 48 jam

Pemanenan fermentasi tepung ubi kayu

Pengeringan

Penggilingan menjadi tepung ubi kayu

(2)

50

Susunan ransum dasar yang digunakan pada fase starter

No Bahan Perlakuan

Ket. * Berdasarkan Perhitungan

Susunan ransum dasar yang digunakan pada fase finisher

(3)

51

Ket. * Berdasarkan Perhitungan

Anova: Bobot hidup

Keterangan tn: tidak berbeda nyata Anova: bobot karkas

Keterangan tn: tidak berbeda nyata

Anova: persentase karkas Within Groups 48.24857 15 3.216572

Total 78.48958 19

(4)

52 Anova: Lemak Abdominal

SK JK DB KT F Hitung F tabel

0,01 0,05

Between Groups 31.812 4 7.953 2.34 3.06 4.89 Within Groups 50.85 15 3.39

Total 82.662 19

(5)

44

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor. Anggorodi, 1995. Nutrisi Aneka Ternak unggas. Gramedia, Jakarta.

Anggorodi, H.R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas.Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Antari, Risa dan Umiyasih. 2000. Pemanfaatan Tanaman Ubi Kayu dan Limbahnya secara Optimal Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Wartoza vol 19 no.4.

Blade dan Blackely. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Cheeke,P.R. and L.R.Shull. 1985. Natural Toxicant in Feed and Poisonous Plants. AVI PublishingCompany, Inc. Wesport, Connecticut. pp. 173 – 180 Cyrilla, L. dan A. Ismail. 1988. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial

Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Direktorat Bina Produksi. 1997. Kumpulan SNI Ransum. Direktorat Jendral Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.

Departemen Pertanian. 2009. Basis Data Pertanian. http://

database.deptan.go.id/bdsp/hasil_kom_asp. (30 Maret 2009). Deaton, J. W. and B. D. Lott. 1985. Age and dietary energy effect on broiler

abdominal fat deposition. Poultry Sci. 64: 2161-2164

Grey, T.C., D. Robinson andJ.M. Jones, 1982. Effect of age and sex on the eviscerated yield. Muscle and edible offal of a commercial broiler strain. British Poult. Sci23: 289-298.

Griffiths,L.S.Lesson andJ.D.Summers. 1977. Fat Deposition in Broiler. Influence of System of Dietary Energy Evaluation and Level of Various Fat Sources on Abdominal Fat Pad Size. Poult. Sci.56: 1018 – 1026.

Gomez,K.A.dan A.A.Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk PenelitianPertanian. Edisi kedua. Universitas Indonesia Press, Jakarta. hlm.8-20.

(6)

45

Hermanto, 1994 . Meningkatkan Kadar Protein Singkong dengan Candida tropicalis. Warta pendidikan dan pengembangan pertanian departemen pertanian RI, bogor 16(1) 1-2)

Ichwan, W. M. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Agromedia Pu staka.

Irmansyah, B. 2005. Dari Limbah menjadi Pakan Ternak. http : //www.geocities.com/persampahan/kompos.doc (Akses Agustus 2005 Kartadistra, H. R. 1994. Pengolahan Pakan Ayam. Kanisius, Yogyakarta.

Kasmir dan Jakfar, 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media Group, Bandung.

Kompiang,I.P.J.Darma,T.puwadira dan Supriyati. 1992, 1993. Laporan Tahunan Proyek P4N- Balitnak. No: PL.420.205.6413/ P4N. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Kubena,L.F.J.W.Deaton,T.C.Chaen and F.N.Reece. 1974. Factors Influencing the Quantity of Abdominal Fat in Broilers 1. Rearing Temperature, Sex Age or Weight, and dietary Choline Chloride and Inositol Supplemen-tation. Poult. Sci.53: 211 – 241

Lestari, 1992. Menentukan Bibit Broiler. Peternakan Indonesia.

Mandels, M. 1970. Cellulases. In: G.T. TSAO (Ed.) Annual Reports on Fermentation Processes. Vol 5. Academic Press, New York.

Mariyono, dan N. H. Khrisna 2008. Pemanfaatan Limbah Pertanian untuk Pakan Ruminansia Seminar Intern Puslitbang Peternakan, Bogor.)

Mc Donald, P., A. Edwards andJ. F. D. Green Haigh. 1994. Animal Nutrition 4thEd. Longman Scientific and TechnicalCopublishingin The USA with John Wiley andSons. Inc. NewYork

Mirzah,1990. Pengaruh Tingkat Penggunaan Limbah Udang yang Diolah dan tanpa Diolah dalam Ransum terhadap Performans Ayam Pedaging. Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Padjajaran, Bandung.

______1997. Pengaruh Pengolahan Tepung Limbah Udang dengan Tekanan Uap Panas terhadap Kualitas dan Pemanfaatannya dalam Ransum Ayam Broiler. Disertasi Program Pascasarjana, Universitas Padjajaran, Bandung. Neely, M.C.H and William, 1999, Chitin and Its Derivates in Industrial, Gums

Kelco Company California. 193 –212.

(7)

46

Palupi, NS, Zakaria,FR. dan Prangdimurti E. 2007. Pengaruh Pengolahan terhadap Nilai Gizi Pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fateta IPB. Bogor.

Parakkasi, A. 1982. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Unggas. PT. Angkasa Peternakan Universitas Andalas, Padang.

Parakkasi, A., 1999. Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Unggas. UI-Press, Jakarta. Rasyaf, M. 1993. Makanan Ayam Broiler. Cetakan I. Kanisius. Yogyakarta. Hal :

120- 212.

Pudjiastuti, A. 1985. Pengaruh Cara Pemotongan Sayap Terhadap Persentase Potongan, Karkas, Persentase Potongan-Potongan Komersial Karkas, Persentase Giblet, Persentase Lemak Abdomen dan Persentase Bagian yang Terbuang Pada Ayam Broiler. Karya IlmiahFakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Rasyaf, M. 1999. Beternak Ayam Pedaging Cetakan ke-18. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

________. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

________. 1997. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Kanisius. Yogyakarta.

________. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ritonga, H. 1992. Beberapa Cara Menghilangkan Mikroorganisme Patogen. Hal : 24-26.

Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University Press, Padang.

Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken. 3rd Ed. ML. Scott and ASS, Ithaca, New York.

Sembiring, P., 2006. Beternak Ayam Pedaging. USU. Medan.

Siregar, A.P. 1980. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Media Group, Jakarta.

Soekartawi, 2003. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Sosrosoedirjo,R.S. 1992. Bercocok Tanam Ketela Pohon. Cetakan Keenam. CV Yasa Guna, Jakarta.

(8)

47

Sumardiono, 2013 Konversi Asam Sianida menjadi Protein dalam Tepung Ubi Kayu dengan Fermentasi mengunakan Rhizopus Oligosporus. Undip. Jurnal Teknologi Kimia dan Industry. Halaman 51-55.

Supriatno, E. A. Umiyati, dan K Ruhyat. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E. 2005.Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Supriyati, 2003. Review onggok Terfermentasi dan Pemanfaatannya dalam Ransun Ayam Ras Pedaging. Wartazoa 13: 146 – 150.

Sunarsih, (2006).Persentase Karkas, Lemak Abdominal dan Income Over Feed and Chick Cost Ratio Broiler dengan Pemberian Probiotik(Lactobacillus sp.)pada Level yangBerbeda

.

Skripsi Fakultas Peternakan,

UniversitasHasanuddin, Makassar

Tillman, A. D. H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S. Lepdosoekojo. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan, UGM-Press, Yogyakarta

Tjokroadikusumo,P.S. 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu lainnya. PT.Gramedia, Jakarta.

Tweyongyere , R and Katangole, 2002. Cyanogenic Potential of Cassava Peels and Their Detoxification for Utilization as Livestock Feed.Vet Hum. Toxicol. 44(6) : 366 – 369.

Volk, T.J.2004. Trichoderma viridae, the dark green parasitic mold and maker of fungaligestedjeans.http://botit.botany.wisc.edu/toms_fungi/nov2004.html. Wahju, j. 1992. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta .

Wahju, J. 1978.Ilmu Nutrisi Unggas.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

_______. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas, edisi ke 3. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

(9)

48

Winarno, F.G., Srikandi Fardiaz dan D.Fardiaz.1980. Pengantar TeknologiPangan. PT Gramedia.Jakarta.

Wardoyo, 1992. Pengaruh PemberianFermentasi Tepung Singkongdalam Ransum terhadapPenampilan Produksi Ayam Broiler.Fakultas Peternakan. InstitutPertanian Bogor.

Yuningsih, 2009. Perlakuan Penurunan Kandungan Sianida Ubi Kayu untuk Pakan Ternak. J. Penelitian Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. hlm. 58 – 61

(10)

30

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung selama 35 haridimulai dari bulan Juni-Juli 2015.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu Day Old Chick (DOC) ayam broiler sebanyak 100 ekor, bahan penyusun ransum terdiri dari tepung jagung, tepung ubi kayu fermentasi, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, dan mineral (top mix). Air minum untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh yang diberikan secara ad libitum,rodalon sebagai desinfektan,vitamin dan bahan fumigasi (formalin 70% dan KMnO4).

Alat

Alat yang digunakan yaitu kandang sebanyak 20 plot dengan ukuran panjang 1 m x 1 m x 0,5 m,peralatan kandang terdiri dari tempat pakan dan tempat minum, alat penerang berupa lampu pijar 40 watt, mesin giling untuk menggiling bahan pakan, termometer untuk mengetahui suhu kandang, timbangan salter dengan kapasitas 5 kg dengan kepekaan 0,01 g, alat pencatat data seperti buku data, alat tulis, dan kalkulator, alat pembersih kandang berupa sapu, ember, sekop,

hand sprayer, alat lain berupa plastik, ember dan pisau, dan terpal untuk menutup

(11)

31 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam broiler. Pada ransum diberikan perlakuan sebagai berikut:

P0 = Pakan ransum dengan 0% tepung ubi kayu non fermentasi

P1 = Pakan ransum dengan 20% tepung ubi kayu non fermentasi

P2 = Pakan ransum dengan 40% tepung ubi kayu non fermentasi

P3 = Pakan ransum dengan 20% tepung ubi kayu fermentasi

P4 = Pakan ransum dengan 40% tepung ubi kayu fermentasi

Tabel 7. Susunan ransum dasar yang digunakan pada fase starter

No Bahan Perlakuan

(12)

32

Tabel 7. Susunan ransum dasar yang digunakan pada fase finisher

No Bahan Perlakuan

Ket. * Berdasarkan Perhitungan

Kombinasi unit perlakuan dalam ulangan sebagai berikut:

P0U1 P4U2 P3U3 P2U4

P2U1 P1U2 P0U3 P1U4

P4U1 P3U2 P4U3 P3U4

P3U1 P3U2 P1U3 P0U4

P1U1 P0U2 P2U3 P4U4

(13)

33 Yij = µ + σi + εij

Dimana :

Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke j i = 1, 2, 3, 4, (ulangan)

j = 1, 2, 3, 4, 5 (perlakuan) µ = nilai tengah umum σi = pengaruh perlakuan ke-i

εij = efek galat percobaan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j

Peubah Penelitian

1. Bobot potong

Bobot potong diperoleh dengan penimbangan bobot akhir setelah dipuasakan selama 6 jam.

2. Bobot karkas

Bobot karkas diperoleh dengan penimbangan daging bersama tulang hasil pemotongan setelah dipisahkan bulu dan darah, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut, dan pengeluaran isi rongga perut.

3. Persentase karkas

Persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot potong dikalikan 100 %.

Persentasi karkas = bobot karkas bobot potong

x 100% 4 . Lemak abdominal

(14)

34 Pelaksanan Penelitian

Persiapan Kandang dan Peralatan

Sebelum penelitian dilakukan terlebih terlebih dahulukandang dan peralatan kandang didesinfektan dengan rodalon dan .kandang yang berukuran 1m x1 m x 0,5 m dibersihkan dan difumigasi selama satu minggu dengan tujuan mensucihamakan kandang dari jamur, bakteri dan bibit mikroorganisme lainnya. Random DOC

Sebelum Day Old Chick(DOC) dimasukkan kedalam kandang yang sudah disediakan, terlebih dahulu dilakukan penimbangan agar bisa diketahui kisaran bobot badan awal yang akan digunakan, kemudian dilakukan pemilihan secara acak (random) yang gunanya menghindari bias (galat percobaan) lalu ditempatkan pada masing-masing plot yang tersedia sebanyak 5 ekor.

Pengolahan Tepung Ubi Kayu Fermentasi denganRhizophus Oligosporus

Tepung ubi kayu fermentasi di buat dengan menggunakan Rhizopus

Oligosporus. Proses pembuatan dapat dilihat pada gambar di lampiran 1.

Pemeliharaan Ayam Broiler

Sesaat day old chick dikandangkan, langsung di beri air gula dan pada pemberian air minum selanjutnya di berikan air minum yang di tambahkan dengan

vitachick atau sejenisnya. Pemanasan atau induk buatan sebagai penghangat DOC

(15)

35

pemberian air minum dilakukan secara ad libitum yakni pada pagi hari dan sore hari dimana tempat minum dicuci terlebih dahulu sebelum diberikan pada broiler.

Pemberian vaksin pertama kali pada umur 4 hari, yakni dengan vaksin ND melalui tetes mata. Pada umur 14 hari vaksin yang digunakan adalah vaksin IBD melalui air minum dan pada umur 18 hari vaksin yang di gunakan adalah ND juga melalui air minum. Program ini tidak baku sesuai dengan tempat penelitian. Obat obat yang di beikan sesuai dengan kebutuhan ayam. Obat yang seperti

Doxifet, Vitabro diberikan setelah terlihat adanya tanda tanda sekali disertai

dengan peyemprotan rodalon disekitar alas kandang untuk menghindari hinggapan lalat yang membawa bibit penyakit .

Pengambilan Data

Data diambil setelah umur ayam mencapai umur pemotongan karkas umur 5 minggu.Pengambilan data dilakukan dengan menimbang dan mengukur parameter yang telah di tentukan .

Persiapan yang dilakukan untuk memperoleh karkas dan organ dalam adalah:

1. Pemuasaan, ayam dipuasakan selama 6 jam untuk mengosongkan isi tembolok dan mengurangi isi pencernaan.

2. Pemotongan, ayam dipotong dibawah rahang termasuk vena jungularis pipa tenggorokan dan kerongkongan.

3. Pengeluaran darah, setelah dipotong ayam digantung dengan posisi kepala kebawah dan dibiarkan selama 2 menit.

(16)

36 5. Pencabutan bulu, bulu dicabut secara manual.

6. Pemisahan komponen non karkas, kepala hingga batas leher dipotong kaki hingga batas lutut dipotong isi rongga perut ditarik keluar lalu dipisah.

7. Penimbanganlemak abdominal. Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Annova). Apabila terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan uji

(17)

37

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Potong

Bobot potong diperoleh dari penimbangan bobot ayam sebelum dilakukan pemotongan setelah dipuasakan selama 6 jam.Rataan bobot potong ayam broiler dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Rataan bobot potong ayam broiler (g/ekor)

Pelakuan Ulangan Rataantn±SD

1 2 3 4

Keterangan : tn (tidak berbeda nyata)

Tabel 8terlihat bahwa rataan bobot potong tertinggi yaitu P0 sebesar

1410,3g/ekor, kemudian disusul berturut-turut oleh perlakuan P1sebesar1390,1

g/ekor, perlakuanP3 sebesar 1387,9 g/ekor, perlakuan P2 sebesar 1382,6 g/ekor,

perlakuan P4sebesar 1361,1 g/ekor.

Hasil analisis keragaman (lampiran7) menunjukkan bahwa penggunaan pakan berbasis ubi kayu dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot potong ayam broiler. Hal ini disebabkan komposisi nutrisi ubi kayu (ubi kayu fermentasi dan non fermentasi ) sebanding dengan komposisi nutrisi jagung yang berarti ubi kayu (fermentasi atau non fermentasi) dapat menggantikan tepung jagung sebagai campuran ransum ayam broiler.

(18)

38

(19)

39 Bobot Karkas

Bobot karkas adalah berat bagian tubuh unggas setelah dipotong dan dibuang bulu, lemak abdomen, organ dalam, kaki, kepala, leher, dan darah, kecuali paru-paru dan ginjal (Rizal, 2006).

Tabel 9.Rataan bobot karkas ayam broiler (g/ekor)

Keterangan:tn (tidak berbeda nyata)

Tabel 9terlihat bahwa rataan bobot karkas tertinggi yaitu pada P0 sebesar

1052,9g/ekor, kemudian berturut-turut oleh perlakuan P2 sebesar 1032,3g/ekor,

perlakuan P1 sebesar 1032,3g/ekor, perlakuan P3 sebesar 997,8g/ekor dan

perlakuan terendah P4 sebesar 990,3g/ekor.

Berdasarkan analisis keragaman pada lampiran 8 diketahui bahwa penggunaan pakan berbasis ubi kayu dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot karkas ayam broiler.Salah satu faktor yang memberikan pengaruh yang tidak nyata pada bobot karkas adalah kandungan nutrisi pada ubi kayu dan jagung memiliki komposisi yang sama. Hal ini sesuai dengan peryataan Lesson (2000) yang menyatakan bahwa komposisi pakan merupakan faktor penting yang mempengaruhi komposisi karkas terutama proporsi kadar lemak. Kandungan HCN pada ubi fermentasi dan nonfermentasi juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot karkas baik fermentasi, sehingga ubi kayu dapat mengantikan jagung dalam menyusun ransum ternak.

Pelakuan Ulangan Rataantn±SD

(20)

40 Persentase Karkas

Persentase karkas dihitung dengan membandingkan bobot karkas dengan bobot potong. Hasil ini diperoleh dari proses pemotongan hingga pemisahan masing-masing.

Tabel 10. Persentasi karkas ayam broiler (%)

Pelakuan Ulangan Rataantn±SD

1 2 3 4

Keterangan:tn(tidakberbeda nyata)

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa rataan persentase karkas tertinggi yaitu P2 sebesar 75,01% kemudian disusul berturut-turut oleh perlakuan

P0 sebesar 74,57%, perlakuan P1 sebesar 73,09%, perlakuan P4 sebesar 72,36%dan

perlakuan terendah adalah P3 sebesar 71,8375%.

Berdasarkan analisis keragaman pada lampiran 9 diketahui bahwa penggunaan pakan berbasis ubi kayu dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap persentase karkas ayam broiler. Hal ini disebabkan setiapperlakuanmengandung protein yang sama sehingga mampu merombak semua susunan ransum tercerna menjadi daging sehingga persentase karkassamadalam setiap perlakuan.

(21)

41

dari asam amino pada setiap perlakuan menyebabkan adanya efisiensi ransum melalui persentase karkas.

Bobot Lemak Abdominal

Lemak abdominal merupakan lemak yang terdapat di sekitar perut juga disekitar ovarium.Rataan presentase lemak abdominal ayam broiler dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 11.Rataan Lemak abdominal ayam broiler (g/ekor)

Pelakuan Ulangan Rataantn±SD

1 2 3 4

Keterangan : tn (tidak berbeda nyata)

Dari Tabel 11 terlihat bahwa rataan bobot lemak abdominal tertinggi yaitu P2 sebesar 1,73g kemudian disusul berturut-turut oleh perlakuan P3 sebesar 1.58g,

perlakuan P4 sebesar 1.57g, perlakuan P1 sebesar 1,55g dan perlakuan terendah

adalah P0sebesar 1,46g.

Berdasarkan analisis keragaman pada lampiran 10 diketahui bahwa penggunaan pakan berbasis ubi kayu dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot lemak abdominal yang artinya ubi kayu fermentasi dan non fermentasi memiliki potensi yang sama, sehingga ubi kayu dapat menggantikan peran jagung. Dapat dilihat pada Tabel lemak abdominal ayam broiler.

(22)

42

mempunyai hubungan korelasi dengan total lemak karkas, semakin tinggi kandungan lemak abdominal maka semakin tinggi kandungan lemak karkas pada ayam broiler (Leclerg dan Witehead, 1988).

(23)

43

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan ubi kayu sebagai pengganti jagung tidak mempengaruhi bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal ayam broiler. Ubi kayu dapat menggantikan penggunaan jagung sebanyak 66,6% pada ransum ayam broiler.

Saran

(24)

Ayam Broiler

Ayam pedaging merupakan jenis ayam yang sangat efisien dalam menghasilkan daging ukuran badannya yang besar, padatdan berlemak, bergerak lamban, tenang, cepat dewasa, dan kemampuan bertelurnya rendah. Ayam pedaging adalah ayam ras seleksi dari rekayasa genetika yang diternakkan khusus untuk menghasilkan daging (Wiryosunarto, 1995). Ayam pedaging mempunyai sifat-sifat utama antara lain penambahan bobot badan yang cepat dalam waktu yang singkat, bentuk dada yang lebar dan dengan timbunan yang baik pada umur 35 hari bobot badan berkisar 1,5-2kg (Siregar, 1982).

Ayam pedaging salah satu komoditi peternakan yang sangat banyak di

butuhkan masyarakat. Secara genetika ayam ras pedaging telah dibuat agar mampu

tumbuh cepat danmengkonversi pakan menjadi daging secara efisien. Faktor

penentukeberhasilan pemeliharaan ayam broiler adalah ransum ternak. Fase akhir

pada masa pemeliharaan ayam broiler merupakan masa ayam mengkonsumsi ransum

dalam jumlah yang banyak sehingga penghematan ransum pada fase ini nyata

memberikan keuntungan. Ayam broiler dapat digolongkan ke dalam kelompok

unggas penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan daging.

Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kerangka tubuh yang besar,

pertumbuhan badan yang tegap pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien dalam

mengubah ransum manjadi daging (Rukminah, 2000).

(25)

Faktor-faktor yang mendukung usaha budidaya ayam ras pedaging sebenarnya masih dapat terus dikembangkan, antara lain karena permintaan domestik terhadap ayam ras pedaging masih sangat besar (Anggorodi, 1995).Zat makanan ayam broiler pada fase pertumbuhan broiler tergantung pada pakan disamping tata laksana dan pencegahan penyakit. Tujuan pemberian ransum pada ayam adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan berproduksi. Untuk produksi maksimum dilakukan dengan jumlah cukup, baik kualitas maupun kuantitas. Ransum broiler harus seimbang antara kandungan protein dengan energi dalam ransum. Disamping itu kebutuhan vitamin dan mineral juga harus diperhatikan (Kartadisastra, 1994).

Ubi kayu

Produksi ubi kayu di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat dalam lima tahun terakhir ini dari sebesar 19.321.183 ton pada tahun 2005 menjadi 21.786.691 pada tahun 2009 atau mengalami peningkatan sebesar 11,32% (Departemen Pertanian, 2009).

Bahan pakan yang berasal dari limbah pascapanen tanaman ubi kayu antara lain pucuk ubi kayu, batang ubi kayu, kulit ubi kayu, bonggol ubi kayu, gaplek afkir, singkong afkir, dan gamblong atau onggok tergolong sebagai pakan sumber karbohidrat mudah dicerna (Mariyono et al., 2008).

(26)

Tabel 1. Komposisi kimia ubi kayu

Komponen Komposisi

Ubi Kayu Segar Tepung Ubi Kayu

Air 57,00 8,65

Sumber : (a) Susmiati (2010), (b) Arnata (2009)

Meskipun kandungan protein ubi kayu relatifrendah, tetapi kandungan asam amino ubi inicukup baik bagi masa pertumbuhan ternak.Kelemahan dari ubi kayu adalah kandunganHCN yang tidak baik bagi ternak. Untuk ituperlu dilakukan pengolahan sehingga kandungan HCN dapat dikurangi jumlahnya.Penelitian Palupi (2002)menyatakan bahwa umbi ubi kayu yangdifermentasikan menggunakan 5 gram startertempe dengan waktu fermentasi 48 jamdapat menghasilkan 6,45% kadar air, 11,75%protein kasar, 7,35% serat kasar dankandungan HCN mengalami penurunanhingga 28,08 gr/kg sehingga amandigunakan sebagai bahan baku untuk pakan ternak.

Tabel 2.Perbandingan Kandungan Nutrisi Jagung dan Ubi Kayu

Uraian Ubi kayu Jagung

(27)

Kebutuhan Nutrisi Broiler

Untuk keperluan hidupnya dan untuk produksi, ayam membutuhkan sejumlah nutrisi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang, dan berkualitas, energi yang mengandun karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral (Rasyaf, 1997). Kartadisastra (1994) menyatakan bahwa jumlah ransum yang diberikan sangat bergantung dari jenis ayam yang dipelihara, sistem pemeliharaan, dan tujuan produksi. Disamping itu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan genetik dan lingkungan tempat ternak itu dipelihara.

Kebutuhan protein hidup pokok secara praktis didefenisikan sebagai jumlah protein endogen ditambah dengan protein cadangan (protein reserves) untuk pembentukan antibodi, enzim, hormon serta untuk mempertahankan jaringan bulu dan bobot badan tetap. Metode pengukurannya adalah dengan (1) mengukur besarnya retensi nitrogen yang diperlukan untuk protein cadangan pada keadaan tidak berproduksi dan rontok bulu atau (molting); (2) mengukur nitrogen endogen. Keduanya diukur pada saat kebutuhan energi metabolis basal terpenuhi. Tahap pertama memerlukan ransum yang diketahui tepat kandungan nitrogennya dan tahap kedua ransumnya bebas protein (Amrullah, 2003).

(28)

keseimbangan antara tingkat energi dan protein, sehingga penggunaan ransum menjadi efisien (Suprijatna et al., 2005).

Perbedaan ransum yang diberikan tergantung pada kebutuhan broiler pada fase pertumbuhannya. Kebutuhan zat makanan broiler pada fase yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi Broiler Fase Starter dan Finisher

Zat Nutrisi Starter Finisher

Protein kasar (%) 22 20

Pada penyusunan formulasi ransum secara praktis, perhitungan kebutuhan nutrien hanya didasarkan pada kebutuhan energi dan protein, sedangkan kebutuhan nutrien yang lain hanya disesuaikan. Apabila ternak menunjukkan gejala defisiensi maka perlu ditambahkan suplemen terutama vitamin dan mineral. Tingkat kandungan energi ransum harus disesuaikan dengan kandungan proteinnya, karena protein sangat penting untuk pembentukan jaringan tubuh dan produksi. Apabila energi terpenuhi namun proteinnya kurang maka laju pertumbuhan dan produksi akan terganggu. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan keseimbangan antara tingkat energi dan proteinsehingga penggunaan ransum menjadi efisien (Suprijatna et al., 2005).

(29)

perkandangan menyebabkan strain ayam broiler yang ada sekarang lebih peka terhadap formula pakan yang diberikan (Wahju, 2004).

Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia dalam satu substrat organik yang dapat berlangsung karena aksi katalisator biokimia yaitu enzim yang dihasilkan oleh mikrobia tertentu. Fermentasi padat dengan substrat kulit ubi kayu dilakukan untuk meningkatkan kandungan protein dan mengurangi masalah limbah pertanian (Ichwan,2008).

Secara umum, semua bagian dari tanaman ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Bagian daun dapat dijadikan sebagai sumber protein, pemberiannya dalam bentuk kering atau silase. Umbi dapat diubah bentuknya menjadi pelet, sedangkan bagian kulit umbi dan onggok dapat di keringkan terlebih dahulu sebelum digunakan atau dapat digunakan sebagai substrat untuk produksi protein sel tunggal (Antari dan Umiyasih, 2009).

Rhizopus oligosporus

(30)

bila dibandingkan dengan kandungan ubikayu dalam bentuk segar dan kering. peningkatan ini karena aktifitas kapang dalam ragi tempe yang dapat menghasilkan biomassa yang tumbuh dari proses fermentasi. Irmansyah (2005) bahwa dengan cara merebus, mengupas, mengiris kecil-kecil, merendam dalam air, menjemur hingga kemudian dimasak adalah proses untuk mengurangi Kadar HCN. Proses pencucian dalam air mengalir dan pemanasan yang cukup,sangat ampuh untuk mencegah terbentuknya HCN yang beracun. Hermanto (1995) dan Sabrina (2001) melaporkan hasil fermentasi ubi kayu meningkatkan kadar protein. Sebagaimana pernyataan Ichwan (2003) bahwa penggunaan ubi kayu dalam pakan ternak perlu didahului dengan proses pemanasan, seperti di bawah terik matahari. Ubi kayu yang akan dipanaskan harus dipotong-potong menjadi bagian yang kecil, supaya proses pemanasan dan pengeringan lebih sempurna. Proses pemanasan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan racun HCN.

Bahan Pakan Penyusun Ransum

Adapun bahan baku makanan yang digunakan untuk menyusun ransum ternak unggas adalah bahan baku yang mengandung zat-zat makanan yang dapat memenuhi kebutuhan ternak unggas yang mengkonsumsinya dari sifat bioligis, kimiawi dan fisis.

Tepung Ikan

(31)

Tabel 4. Kandungan nutrisi tepung ikan Sumber : Hartadi et al, (1997)

Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai merupakan sumber protein yang sangat bagus karena keseimbangan asam amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Menurut penelitian Boniran bungkil kedelai dibuat melalui beberapa tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan, dan penggilingan.

Bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak lebih dari 12 % (Hutagalung, 1990). Kandungan nutrisi bungkil kedelai dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Kandungan nutrisi bungkil kedelai

Nutrisi Kandungan

Sumber: Hartadi et al. (1997)

Tepung Jagung

(32)

Tabel 6. Kandungan nutrisi tepung jagung

Minyak nabati mempunyai kandungan energi yang cukup tinggi seperti minyak kelapa yang mempunyai EM 8600 kkal/kg dan lemak yang bisa melebihi 90%. Minyak digunakan dalam ransum hanya sebagai pelengkap dan penambah untuk mencapai kebutuhan energi baik bagi ternak dan untuk meningkatkan palatabilitas. Dengan demikian pemakaiannya hanya sedikit yaitu kurang dari 5%. Mineral

(33)

bangsa ternak, proses adaptasi, tingkat konsumsi, umur, dan hubungan dengan zat makanan lain (Parakkasi,1985).

Karkas Ayam Broiler

Persentasi karkas

Persentase karkas tidak banyak berpengaruh terhadap kualitas karkas namun penting pada penampilan ternak sebelum dipotong. Pembeli ternak akan memperkirakan nilai karkas dari penampilan ternak sewaktu ternak tersebut masih hidup. Bila pembeli menaksir persentase karkas terlalu tinggi misalnya 1% saja, Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase karkas adalah konformasi tubuh dan derajat kegemukan. Ternak yang gemuk, persentase karkasnya tinggi, dan umumnya berbentuk tebal seperti balok (Kartasudjana, 2001).

Faktor lain yang mempengaruhi persentase karkas adalah jumlah pakan dan air yang ada pada saluran pencernaan ternak. Bila jumlahnya cukup banyak maka persentase karkasnya akan rendah,kulit yang besar, dan juga tebal juga akan berpengaruh terhadap persentase karkas (Kartasudjana,2000).

Bobot Karkas

(34)

Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase bobot karkas meliputi jenis kelamin, bobot badan dan umur. Persentase bobot karkas ayam broiler jantan lebih tinggi dibandingkan dengan persentase bobot karkas ayam betina (Brake et

al. 1993). Grey et al. (1982), menambahkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi bobot karkas tidak hanya jenis kelamin, umur dan bobot badan tetapi ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi karkas diantaranya strain, makanan, manajemen, dan lingkungan.

Bobot hidup

Rataan bobot akhir tertinggi diperoleh dari strain Hubbard sebesar 1976 gram, diikuti strain Cobb sebesar 1970 gram, dan terendah strain Hybrosebesar 1898 gram.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Terix (1984) dan Annis(2003) bahwa strain Hubbard, bobot akhirnya lebih tinggi dibandingkan strain lain. North (1984) berpendapat bahwa bobot hidup yang dicapai pada umur yang sama antara berbagai strain akan berbeda dan hal ini disebabkan selain adanya perbedaan mutu genetik juga disebabkan oleh faktor lingkungan yang mendukung potensi genetik tersebut. Dari hasil analisis ragam, diketahuibahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot akhir

Haysedan Marion (1973) menyatakan bobot karkas yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, bobot potong, besar dan komformasi tubuh, perlemakan, kualitas, dan kuantitas ransum serta strain yang dipelihara.

Lemak abdominal

(35)
(36)

Latar Belakang

Usaha ayam ras pedaging merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai keunggulan yang dimilikinya antara lain masa produksi yang relatif pendek kurang lebih 32-35 hari, produktivitasnya tinggi, harga yang relatif murah dan permintaan yang semakin meningkat. Beberapa faktor pendukung usaha budidaya ayam ras pedaging sebenarnya masih dapat terus dikembangkan, antara lain karena permintaan domestik terhadap ayam ras pedaging masih sangat besar.

Jagung merupakan sumber energi utama pakan, terutama untuk ternak seperti ayam. Hal ini disebabkan kandungan energinya yang dinyatakan sebagai energi termetabolis relatif tinggi dibandingkan dengan bahan pakan lainnya. Dalam ransum ungas baik ayam broiler, jagung menyumbang lebih dari separuh energi yang dibutuhkan ayam. Di samping itu, jagung mempunyai kandungan serat kasar yang relatif rendah sehingga cocok untuk pakan ayam. Kadar protein jagung (8,5%) jauh lebih rendah dibanding kebutuhan ayam broiler yang mencapai ≥22%. Ayam memerlukan asam amino yang terdapat dalam protein. Karena itu,untuk menilai kandungan gizi jagung perlu memperhatikan kandunganasam aminonya. Kandungan lisin, metionin dan triptofan jagung relatif rendah sehingga untuk membuat pakan ayam perlu ditambahkan sumberprotein yang tinggi seperti bungkil kedelai.

(37)

Oligosporusdengan waktu fermentasi 48 jamdapat menghasilkan 6,45% kadar

air,11,75% protein kasar, 7,35% serat kasar dankandungan HCN mengalami penurunanhingga 28,08 g/kg sehingga amandigunakan sebagai bahan baku untuk pakan ternak(Palupi, 2002).

Walaupun Jagung merupakan komponen pakan yang sangat penting dalam menyusum ransum pada ayam broiler,penggunaan jagung yang banyak akan menimbulkan biaya yang sangat banyak. Jagung dapat di kurangi penggunaannya pada pakan hingga mencapai 40%. Ubi kayu dapat menggantikan peran sentral jagung dalam harga jika dibandingkan dalam biaya. Biaya yamg di keluarkan untuk membeli jagung sebesar Rp.5000,00 dan untuk membeli ubi kayu hanya Rp. 3000,00, jadi ada perbedaan yang sangat besar antara harga jagung dan ubi kayu biaya yang mencapai perbedaan Rp. 2000,00. Perbedaan tersebut dari harga jagung dengan ubi kayu. Produksi ubi kayu di Indonesia sangatlah besar terkhusus di Sumatera Utara dengan memanfaatkan hasil pertanian tersebut maka penggunaan bahan pakan yang bersumber dari jagung dapat dikurangi.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penggunaan pakan berbasis ubi kayu dalam ransum ayam broiler terhadap karkas ayam broiler.

(38)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan pakan berbasis ubi kayu fermentasi terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas, dan bobot lemak abdominal ayam broiler.

Hipotesis Penelitian

Penggunaanpakan berbasis ubi kayu dalam ransum dapat meningkatkan produksi karkas ayam broiler dan dapat menggantikan penggunaan tepung jagung dalam ransum ayam broiler.

Kegunaan Penelitian

Memberikan informasi bagi kalangan akademis, peneliti, dan masyarakat tentang teknologi pengolahan fermentasi tepung ubi kayu dan penggunaannyadalam ransum ayam broiler terhadap karkas ayam broiler.

(39)

ABSTRAK

HOT KLASMEN PURBA 2015. ’Penggunaan Pakan Berbasis Ubi Kayu

terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler’ Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAFI dan MA’RUF TAFSIN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat penggunaan pakan berbasis ubi kayu fermentasi terhadap kualitas karkas (bobot akhir, bobot karkas, persentasi karkas, lemak abdominal ayam broiler).Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan selama 35 hari di mulai dari Juni-Juli 2015. Rancangan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan setiap ulangan terdiri dari 5 ekor broiler. Perlakuan ini terdiri atas P0 =Pakanransum dengan 0% tepung

ubi kayu non fermentasi. P1= Pakan ransum dengan 20% tepung ubi kayu non fermentasi P2= Pakan ransum dengan 40% tepung ubi kayu non fermentasi.P3= Pakan ransum dengan 20% tepung ubi kayu fermentasi.P4= Pakan ransum dengan 40% tepung ubi kayu fermentasi.

Hasil menunjukkan rataan bobot potong (g/ekor) rata-rata bobot potong PO., P1., P2., P3., P4 adalah1410,32, 1390,15, 1382,60, 1387,98, 1361,10.Bobot karkas (g/ekor) 1052,9, 1032,3, 1032,3, 997,8, 990,3. Persentasi karkas (%) adalah 74,57, 73,09, 75,0, 71,83, 72,36. Lemak abdominal (g/ekor) adalah 1,46, 1,55, 1,73, 1,58, 1,57. Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa penggunaan pakan berbasis ubi kayuterhadap kualitas karkas (bobot akhir, bobot karkas, persentasi karkas, lemakabdominal) ayam broiler memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan berat lemak abdominal. Kesimpulanya ubi kayu fermentasi dan nonfermentasi dapat menggantikan jagung dalam pakan ayam boiler.

(40)

ABSTRACT

HOT KLASMEN PURBA 2015. ' The Utilization ofCassava-Based Diet on Broiler Carcass 'Under Supervised by NEVY DIANA HANAFI and MAR’UF TARSIN

This study aims to determine the benefits of using cassava-based feed Fermentation on Carcass Quality (slanghter Weight, Carcass Weight, Carcass Percentage, Fat Abdominal Broilers). Experiment was conducted in Laboratory Animal Biology Faculty Agricultural, University North Sumatera started for June - July 2015. Design

used in this study is a Randomized Complete Design with 4 Treatments and 5 Replications, The treatment were level cassava on diet composed of. P0= Diet with 0% of non Fermented cassava. P1= diet ration with 20% cassava non fermented.P2= Diet ration with 40% of non fermented cassava. And cassava treated by rhizopus oligosporus, P3= Diet with 20% fermented cassava. P4= Diet with 40% cassava fermentation.

Resultsshowedthe averageslaughter weight(g/head) on treatment PO., P1., P2., P3., P4were 1410,32,1390,15, 1382,60, 1387,98, 1361,10. Carcassweight(g/head)were 1052,9, 1032,3,1032,3,997,8, 990,3.CarcassPercentage(%) were74,57,73,09,75,03,71,83,72,36, andAbdominal Fat(g/head)were 1,46,1,55, 1,73,1,58, 1,57. Stastistic that theutilization of cassava-based diet to subsitution corn gave no significant effect (P>0,05) onweightcarcass, carcass percentageandweight ofabdominalfat. It is concluded that Cassava can replace corn in chicken feed broiler

Keywords: FermentedCassava,Cassava, Slaughter Weight,BroilerChickenCarcass Weight.

(41)

PENGGUNAAN PAKAN BERBASIS UBI KAYU SEBAGAI

PENGGANTI JAGUNGTERHADAP KARKAS AYAM

BROILER

SKRIPSI

Oleh:

HOT KLASMEN PURBA 090306019

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(42)

PENGGUNAAN PAKAN BERBASIS UBI KAYU SEBAGAI

PENGGANTI JAGUNGTERHADAP KARKAS AYAM

BROILER

SKRIPSI

Oleh:

HOT KLASMEN PURBA 090306019/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelas sarjana di program studi peternakan fakultas pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(43)

Judul Penelitian : Penggunaan Pakan Berbasis Ubi Kayu Pengganti Jagung terhadap Karkas Ayam Broiler

Nama : Hot Klasmen Purba NIM : 090306019

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Dr.Nevy Diana Hanafi S.Pt.M.Si Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan

(44)

ABSTRAK

HOT KLASMEN PURBA 2015. ’Penggunaan Pakan Berbasis Ubi Kayu

terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler’ Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAFI dan MA’RUF TAFSIN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat penggunaan pakan berbasis ubi kayu fermentasi terhadap kualitas karkas (bobot akhir, bobot karkas, persentasi karkas, lemak abdominal ayam broiler).Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan selama 35 hari di mulai dari Juni-Juli 2015. Rancangan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan setiap ulangan terdiri dari 5 ekor broiler. Perlakuan ini terdiri atas P0 =Pakanransum dengan 0% tepung

ubi kayu non fermentasi. P1= Pakan ransum dengan 20% tepung ubi kayu non fermentasi P2= Pakan ransum dengan 40% tepung ubi kayu non fermentasi.P3= Pakan ransum dengan 20% tepung ubi kayu fermentasi.P4= Pakan ransum dengan 40% tepung ubi kayu fermentasi.

Hasil menunjukkan rataan bobot potong (g/ekor) rata-rata bobot potong PO., P1., P2., P3., P4 adalah1410,32, 1390,15, 1382,60, 1387,98, 1361,10.Bobot karkas (g/ekor) 1052,9, 1032,3, 1032,3, 997,8, 990,3. Persentasi karkas (%) adalah 74,57, 73,09, 75,0, 71,83, 72,36. Lemak abdominal (g/ekor) adalah 1,46, 1,55, 1,73, 1,58, 1,57. Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa penggunaan pakan berbasis ubi kayuterhadap kualitas karkas (bobot akhir, bobot karkas, persentasi karkas, lemakabdominal) ayam broiler memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan berat lemak abdominal. Kesimpulanya ubi kayu fermentasi dan nonfermentasi dapat menggantikan jagung dalam pakan ayam boiler.

(45)

ABSTRACT

HOT KLASMEN PURBA 2015. ' The Utilization ofCassava-Based Diet on Broiler

Carcass 'Under Supervised by NEVY DIANA HANAFI and MAR’UF TARSIN This study aims to determine the benefits of using cassava-based feed Fermentation on Carcass Quality (slanghter Weight, Carcass Weight, Carcass Percentage, Fat Abdominal Broilers). Experiment was conducted in Laboratory Animal Biology Faculty Agricultural, University North Sumatera started for June - July 2015. Design

used in this study is a Randomized Complete Design with 4 Treatments and 5 Replications, The treatment were level cassava on diet composed of. P0= Diet with 0% of non Fermented cassava. P1= diet ration with 20% cassava non fermented.P2= Diet ration with 40% of non fermented cassava. And cassava treated by rhizopus oligosporus, P3= Diet with 20% fermented cassava. P4= Diet with 40% cassava fermentation.

Resultsshowedthe averageslaughter weight(g/head) on treatment PO., P1., P2., P3., P4were 1410,32,1390,15, 1382,60, 1387,98, 1361,10. Carcassweight(g/head)were 1052,9, 1032,3,1032,3,997,8, 990,3.CarcassPercentage(%) were74,57,73,09,75,03,71,83,72,36, andAbdominal Fat(g/head)were 1,46,1,55, 1,73,1,58, 1,57. Stastistic that theutilization of

cassava-based diet to subsitution corn gave no significant effect (P>0,05) onweightcarcass, carcass percentageandweight ofabdominalfat. It is concluded that Cassava can replace corn in chicken feed broiler

Keywords: FermentedCassava,Cassava, Slaughter Weight,BroilerChickenCarcass Weight.

(46)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esaatas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Pakan Berbasis Ubi Kayu Pengganti Jagung dalam Ransum terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, mendidik serta memberikan motivasi kepada penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nevy Diana Hanafi selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ma’ruf Tafsin selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang mendukung demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

(47)

Penulis dilahirkan di Huta Raja, kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun Provinsi sumatera utara pada tanggal 29 April 1990 anak dari Bapak Krisman Purba dan Ibu Nurlina saragih. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pematang Siantar dan pada tahun 2009 masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Program Studi Peternakan melalui jalur ujian masuk bersama (UMB)

Selam amengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kampus seperti Anggota Ikatan mahasiswa peternakan, dan anggota dari Ikatan mahasiswa simalungun (IMAS-USU),

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan pada bulan Juli – Agustus 2012 di Desa Pardugul, Kecamatan Pangoruran, Kabupaten Samosir.

(48)

KATA PENGANTAR ... i

Hipotesa Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ayam Broiler ... 4

Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler ... 6

Perbandingan kandungan nutrisi ubi kayu dan jagung ... 7

Potensi Fermentasi Tepung Ubi Kayu ... 9

Bahan Pakan Penyusun Ransum ... .9

KarkasAyam Broiler ... 12

Persentase karkas ... 12

Bobot karkas ... 13

Bobot hidup ... 14

Lemak abdominal ... 14

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

Bahan dan Alat ... 17

Bahan... 17

Alat ... 17

(49)

Peubah ... 19

Persentase karkas ayam broiler ... 19

Bobot potong ... 19

Bobot karkas ayam broiler ... 19

Lemak abdominal ... 19

Pelaksanaan Penelitian ... 20

Persiapan Kandang ... 20

Random DOC ... 20

Pengolahan Tepung Ubi kayu dengan rhizopus ostoropus ... 20

Pemeliharaan Ayam Broiler ... 21

Pengambilan Data ... 21

Analisis Data ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Bobot potong ... 24

Bobot karkas ... 26

Persentasi karkas ... 27

Lemak abdominal ... 29

KESEIMPULAN DAN SARAN ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN…………. ... 35

(50)

1. Komposisi kimia ubi kayu ... 2

2. Perbandingankandungannutrisiubijagungdanubikayu ... 3

3. Kebutuhannutrisi broiler fase starter dan finisher ... 9

4. Kandungannutrisitepungikan ... 11

5. Kandungannutrisibungkilkedelai ... 12

6. Kandungannutrisitepungjagung ... 12

7. Susunanransumdasarpadafase starter ... 18

8. Susunanransumdasar finisher ... 19

9. Rataanbobotpotongayam broiler ... 24

10. Rataanbobotkarkas broiler ... 26

11. Persentasikarkasayam broiler ... 29

12. Bobotlemak abdominal ... .31

(51)

1. Proses PembuatanFermentasiTepungUbiKayu ... 35

2. Formula ransumayam broiler starter ... 36

3. Formula ransumayam broiler finisher ... 36

4. Anova : bobothidup ... 37

5. Anovabobotpotong ... 37

6. Anovapersentasekarkas ... 37

7. Anovaberatlemak abdominal ... 38

Gambar

Tabel 7. Susunan ransum dasar yang digunakan pada fase starter
Tabel 7. Susunan ransum dasar yang digunakan pada fase finisher
Tabel 8. Rataan bobot potong ayam broiler (g/ekor)
Tabel 9.Rataan bobot karkas ayam broiler (g/ekor)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini yang berjudul : “Analisis Penerapan Perencanaan

Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik 2813. Posisi penjualan spot dan derivatif yang masih berjalan

expert users, and this helps to avoid the presence of holes in the captured data. In practice, the handheld scanner has to be pointed to the observed scene and slightly

Hasil dari penelitian yang dilakukan dengan mewawancarai 8 sbjek penelitian yang tergabung dalam organisasi karang taruna di Desa Kemiren menghasilkan dua

Penurunan derajat insomnia ini dikarenakan karena adanya efek dari perlakuan senam yang bisa memberikan perasaan rileks dan kenyamanan saat tidur sehingga

Laporan ini dibuat berdasarkan keadaan yang telah terjadi dan telah disusun secara seksama oleh Tim Analisis APINDO meskipun demikian APINDO tidak menjamin keakuratan atau

Gariada, gariada, gariada dang marna metep /dan tidak bisa hilang dari hatiku.. 51) Judul : Tao Toba Cipt : Dakka Hutagalung. Sambulonku tano batak (kebangganku

Materi penelitian adalah daging burung puyuh yang telah mendapatkan perlakuan pemberian ransum yang ditambahkan dengan tepung siap pakai temulawak dan kunyit.. Ransum