LAMPIRAN
30 BPTN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk √ √ √ √ 20 31 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk √ √ √ √ 21 32 DNAR Bank Dinar Indonesia Tbk x x x x - 33 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk √ √ √ √ 22 34 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk √ √ √ √ 23 35 MCOR Bank Windu Kentjana Internasional Tbk √ √ √ √ 24
36 MEGA Bank Mega Tbk √ √ √ √ 25
37 NAGA Bank Mitraniaga Tbk x x x x -
38 NISP Bank NISP OCBC Tbk √ √ √ √ 26
39 NOBU Bank Nationalnobu Tbk x x x x -
40 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk √ √ √ √ 27
Lampiran 2
Hasil Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return on Asset (ROA), Loan to Deposit
Ratio (LDR), dan Nilai Perusahaan (PBV)
No Emiten
Tahun CAR NPL ROA LDR PBV
LAMPIRAN 3
Hasil Uji Deskriptif
Statistics
CAR NPL ROA LDR NILAI_PERUSA
HAAN
N
Valid 84 84 84 84 84
Missing 0 0 0 0 0
Mean 16.776511214 1.938826834 2.052155077 85.110294251 1.553048984
Std. Deviation 2.8991722411 .9976071117 .9995208425 10.2472079658 1.0202430846
Minimum 10.6369130 .2100146 .2999106 53.6874225 .3802386
LAMPIRAN 4
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 84
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .97560608
Most Extreme Differences
Absolute .122
Positive .122
Negative -.082
Kolmogorov-Smirnov Z 1.119
Asymp. Sig. (2-tailed) .164
a. Test distribution is Normal.
LAMPIRAN 5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
CAR .873 1.146
NPL .874 1.144
ROA .848 1.179
LDR .892 1.121
LAMPIRAN 6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .622a .387 .356 .8189350518 1.142
a. Predictors: (Constant), LDR, CAR, NPL, ROA
LAMPIRAN 7
a. Predictors: (Constant), LDR, CAR, NPL, ROA
b. Dependent Variable: Abresid
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1.006E-013 .911 .000 1.000
CAR .000 .033 .000 .000 1.000
NPL .000 .096 .000 .000 1.000
ROA .000 .098 .000 .000 1.000
LDR .000 .009 .000 .000 1.000
LAMPIRAN 8
Hasil Uji Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .622a .387 .356 .81894
LAMPIRAN 9
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 33.413 4 8.353 12.455 .000b
Residual 52.982 79 .671
Total 86.394 83
a. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN
LAMPIRAN 10
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 3.438 .911 3.775 .000
CAR -.116 .033 -.329 -3.493 .001
NPL -.031 .096 -.030 -.318 .751
ROA .648 .098 .635 6.635 .000
LDR -.014 .009 -.143 -1.532 .130
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia, 2014. Statistika Ekonomi Keuangan Indonesia, (Online), (http:/www.bi.go.id), diakses 15 Desember 2015)
Abdullah, M. Faisal, 2005. Manajemen Perbankan. Edisi 1. UMM Press. Malang
Brigham, Eugene F., Joel F. Houston, 2010. Dasar- dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat, Jakarta
Budisantoso, T dan Sigit, 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi 1. Jakarta : Salemba Empat.
Carningsih, 2010.” Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Hubungan Antara Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”, Universitas Gunadarma.
Dendawijaya, Lukman, 2009. Manajemen Perbankan. Bogor : Ghalia Indonesia.
Fahrizal, Helmi, 2013.”Pengaruh Return on Assets (ROA),Return on Equity (ROE), dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Nilai Perusahaan”. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Fama, Eugene F. 1978. “The Effects of a Firm’s Investment and Financing Decisions on the Welfare of its Security Holders”. The American Economic Review. 272-284.
Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Cetakan ke IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Gunawan, Keshia Justicia, 2011. “Pengaruh Likuiditas, Leverage, Dividend an Pengembalian Investasi Terhadap Nilai Perusahaan (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2004-2009)”. Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Hidayat, Teguh, 2010. “Mengenal Fundamental Perbankan”.
http://www.teguhhidayat.com/2010/11/mengenal-fundamental-perbankan.html, diakses 15 November 2015.
Hidayat, Muhammad, 2014.”Pengaruh Rasio Kesehatan Perbankan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”. Universitas Indo Global Mandiri,Vol 4, No 1.
Kasmir, 2008. “Manajemen Perbankan” (Edisi Revisi), Rajawali Pers, Jakarta.
, 2012.”Analisis Laporan Keuangan”. Rajawali Pers, Jakarta.
Kirman, Rolly, 2013. “The Impact of The Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), (Dividend Per Share (DPS), Return On Equity (ROE), Non Performing Loan (NPL) toward To The Value of Firm (Case Studi in Banking Company at Indonesian Stock Exchange)”. Universitas Riau
Kusuma, Indra dan Musaroh, 2014.”Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia”. Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia, Vol 3. Edisi VI.
Modigliani, F., and M.H Miller, 1961. “Dividend Policy, Growth and the Valuation of Shares”, Journal of Business, October 411-433.
Ningtyastuti, Annisa, 2014. “Analisis Komparatif Kinerja Keuangan terhdap Nilai Perusahaan Bank Pemerintah dan Bank Umum yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2012”. Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Serang.
Nugroho, Febry Setyo, 2013.”Pengaruh Good Corporate Governance,Return on Assets dan Ukuran Perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011”. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Pane, Anita Rumbia, 2004.”Pengaruh Going Concern Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Jakarta”. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Riyadi, Slamet, 2006. Banking Assets and Liability Management. Penerbit FE UI, Jakarta.
Samisi, Komang dan Putu Agus Ardiana, 2013. “Pengaruh Struktur Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderasi”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Bali
Sartono, Agus, 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPEF-YOGYAKARTA.
Srihayati, Dian., Didik Tandika dan Azib, 2015.”Pengaruh kinerja keuangan perbankan terhadap nilai perusahaan dengan metode Tobin’s Q Pada Perusahaan Perbankan Ynag Listing di Kompas 100”. Universitas Islam Bandung, Bandung
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung : Alfabeta.
Surat Edaran Bank Indonesia no.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011. Surat Edaran Bank Indonesia no.13/28/DPNP tanggal 9 Desember 2011. Taswan, 2006. Manajemen Perbankan. Yogyakarta : UPP STIM YPKP.
Weston, J. Fred. and Copeland, 1999. Manajemen Keuangan, Jilid 1, Terjemahan Jaka Wasana dan Krisbandono. Penerbit Kina Rupa Aksara:Jakarta.
Wibowo, Andi dan Sugianto, 2015. “Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Corporate Social Responsibility dan Konsekuensi terhadap nilai Perusahaan”. Universitas Esa Unggul, Jakarta.
Wibowo, Agung Edy, 2012. Aplikasi Praktis SPSS Dalam Penelitian. Penerbit Gava Media, Yogyakarta.
www.idx.co.id
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji dan menganalisis pengaruh
capital, risk profile, earning dan liquidity terhadap Nilai Perusahaan perbankan
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk itu data yang digunakan adalah seluruh
bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data dalam Penelitian
ini jika dilihat dari waktu yang digunakan termasuk data time series dengan
periode penelitian 2012 sampai dengan tahun 2014.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif kausal.
Menurut Sugiyono (2009:37) penelitian asosiatif kausal adalah suatu penelitian
yang mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain yang
mempunyai hubungan sebab akibat.
3.2 Metode Penentuan Sampel 3.2.1 Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah bank-bank umum go
public di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2012 sampai tahun 2014, menurut data yang terdapat pada website Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2015 jumlah bank umum yang tercatat adalah 42 bank
3.2.2 Sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu salah
satu teknik pengambilan sampel non probability sampling dengan cara
pengambilan sampel yang pada prinsipnya menggunakan pertimbangan tertentu
yang digunakan peneliti, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan telah
menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2012 sampai 2014
2. Bank umum yang memiliki data-data yang lengkap terkait dengan variable
yang akan diteliti dari tahun 2012 sampai 2014
3. Bank umum yang tidak delisting selama periode 2012 sampai dengan tahun
2014
4. Bank umum yang tidak mengalami kerugian selama periode 2012 sampai
dengan tahun 2014
Berdasarkan kriteria di atas dapat diseleksi 42 bank yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan akhirnya terpilih sebanyak 28 bank yang
menjadi sampel penelitian. Proses pemilihan sampel dapat dilihat dalam tabel
seleksi populasi di lampiran 1. Nama-nama bank yang menjadi sampel dapat
dilihat pada tabel 3.3 dan karena data dalam penelitian ini adalah data panel
yang merupakan gabungan antara data time series dan cross section, maka
3.3 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yang melibatkan banyak waktu tertentu (time series) dan banyak sampel (cross
section). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
laporan keuangan tahunan bank-bank umum yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang telah di publikasikan pada periode penelitian.
Penelitian di lakukan melalui laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) di
www.idx.co.id dan melalui situs resmi masing-masing perusahaan. Penelitian di
Tabel 3.1
Daftar Sampel Penelitian
No Kode
Saham Nama Emiten Tanggal IPO
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk 8 Agustus 2003 2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 8 Oktober 2007
3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 8 Januari 2008
4 BBCA Bank Central Asia Tbk 31 Mei 2000
5 BBKP Bank Bukopin Tbk 10 Juli 2006
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 25 November 1996 7 BBNP Bank Nusantara Prahyangan Tbk 10 Januari 2001 8 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 November 2003 9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17 Desember 2009 10 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 6 Desember 1989
11 BJBR Bank Jabar Banten Tbk 8 Juli 2010
12 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Tbk) 12 Juli 2012 13 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14 Juli 2003 20 BPTN Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 12 Maret 2008 21 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk 30 Juni 1999 22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 29 Agustus 1990 23 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk 29 Agustus 1997 24 MCOR Bank Windu Kentjana Internasional Tbk 29 Agustus 2007
25 MEGA Bank Mega Tbk 17 April 2000
26 NISP Bank NISP OCBC Tbk 20 Oktober 1994
27 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 29 Desember 1982
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian in adalah unsur penelitian yang terkait
dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau sesuai dengan hasil
perumusan masalah. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 4
(empat) variabel independen (X) yaitu capital, risk profile, earning dan liquidity dan
satu variabel dependen (Y) yaitu nilai perusahaan.
Adapun definisi dari masing-masing variabel tersebut, yaitu sebagai berikut:
3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.
Variabel Dependen dinyatakan dengan notasi Y, yaitu nilai perusahaan. Dalam
penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah nilai perusahaan.
Nilai perusahaan adalah persepsi investor terhadap perusahaan yang sering
dikaitkan dengan harga suatu saham. Hal ini sejalan dengan pendapat Weston and
Copeland (1999). Dalam penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan Price to
Book Value (PBV). Price to Book Value (PBV) adalah Rasio yang membandingkan
antara nilai pasar (market value) dengan nilai buku (book value) Umumnya,
perusahaan yang baik akan mempunyai nilai Price to Book Value (PBV) diatas 1,
yang artinya nilai market value lebih besar daripada book value. Harga yang
digunakan untuk menghitung Price to Book Value (PBV) dalam penelitian ini adalah
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio.
3.4.2 Variabel Independen
Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital yang
di proksikan oleh Capital Adequacy Ratio (CAR), risk profile yang diproksikan oleh
Non Performing Loan (NPL), earning yang diproksikan oleh Return on Assets (ROA)
dan liquidity yang diproksikan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR).
a. Capital
Sejalan dengan Surat Edaran Bank Indonesia no 13/24/DPNP, capital dalam
penelitian ini diartikan sebagai jumlah modal yang dikelola oleh sebuah bank dalam
menjalankan fungsinya.
Capital dalam penelitian ini diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR)
yang mengukur rasio kecukupan modal yang diukur dengan membandingan antara
jumlah modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Rumusnya
adalah sebagai berikut:
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio.
PBV= H P P L
H E P L
b. Risk Profile
Sejalan dengan Surat Edaran Bank Indonesia no 13/24/DPNP, risk profile
dalam penelitian ini didefinisikan sebagai Resiko Inheren dan kualitas penerapan
manajemen resiko dalam aktivitas operasional perbankan. Secara spesifik resiko yang
digunakan dalam penelitian ini adalah resiko kredit, yaitu resiko yang timbul akibat
gagal bayar debitur atau pihak lain dalam memenuhi kewajibannya kepada bank.
NPL yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Performing Loan (NPL) gross
karena telah menghitung seluruh resiko kredit.
Dalam penelitian ini risk profile diukur dengan Non Performing Loan (NPL)
yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio.
c. Earning
Earning didefinisikan sebagai kinerja earning, sumber-sumber earning dan
sustainability earning perbankan. Definisi ini sejalan dengan Surat Edaran Bank
Indonesia no 13/24/DPNP. Earning dalam penelitian ini diukur dengan Return on
Assets (ROA). Yaitu perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva yang
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio.
d. Liquidity
Liquidity didefinisikan sebagai kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya dengan alat-alat likuid yang dimilikinya. Liquidity dalam
penelitian ini diukur dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio
(LDR) adalah rasio likuiditas bank yang membandingkan seluruh jumlah kredit yang
diberikan terhadap dana pihak ketiga, yang dihitung dengan rumus adalah sebagai
berikut:
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio.
� � =L x 100%
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Sumber: Data diolah dari penelitian sebelumnya
Variabel Definisi Pengukuran Skala
Nilai
Capital Jumlah modal yang dikelola oleh sebuah bank dalam menjalankan fungsinya.
CAR =ModalATMR X % Rasio
3.5 Metode Analisis Data
Dalam Penelitian ini data diolah dengan menggunakan program SPSS.
Pengolahan statistik dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif yang dilanjutkan
dengan pengujian asumsi klasik, Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linear berganda dengan terlebih dahulu diuji menggunakan uji
asumsi klasik dan terakhir dilakukan pengujian Hipotesis.
3.5.1 Analis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran umum
mengenai semua variable yang digunakan dalam penelitian ini. Semua variable
diringkas dalam unit analisis yang meliputi mean, median, modus, nilai minimal dan
maksimal, range serta variasi lainnya.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik adalah yang bersifat representif dan signifikan atau
memenuhi prinsip BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), model regresi tersebut
harus memenuhi asumsi dasar klasik regesi. Asumsi dasar tersebut adalah apabila
tidak terjadi gejala autokorelasi, heteroskedastisitas, multikolinearitas diantara
variabel bebas dalam model regresi.
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas yaitu suatu pengujian untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak
statistik Kormogorof-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai Asymp.
Sig (2-tailed) lebih besar dari α=0,05.
Menurut Wibowo (2012:69) untuk meyakinkan lagi bahwa data benar-benar
memiliki distribusi normal ada baiknya perlu diuji lagi dengan menggunakan
pendekatan numerik, yaitu mengambil keputusan berdasarkan besaran nilai
kuantitatif yang dibandingkan.
3.5.2.2 Uji Multikolineritas
Uji Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2006:91). Ada tidak nya
multikolineritas dapat diketahui dari koefisien korelasi antar variable bebas tidak
lebih besar dari 0,5 maka tidak terjadi multikolineritas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2006:95).
Menurut Ghozali (2006:95) pengujian ini dapat dilihat melalui:
1. Nilai Tolerance Nilai tolerance, nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10.
2. Nilai Variance Inflation Factor (VIF)
a. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) ≥ 10 maka terdapat multikolinieritas
diantara variabel bebas.
b. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) ≤ 10 maka tidak terdapat
Suatu model dapat juga dinyatakan tidak terjadi multikolineritas jika nilai korelasi
antar variabel independennya < 5 % (Wibowo, 2012:93).
3.5.2.3 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan
penganggu periode t-1 (Ghozali, 2006:95). Masalah ini timbul karena residual tidak
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data
runtut waktu (time series).
Secara sederhana, suatu model dapat dinyatakan tidak terjadi gejala
autokorelasi, jika probabilitas nilai Durbin Watson.> 0.05 (Wibowo,2012:106).
3.5.2.4 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan kepengamatan yang
lain (Ghozali,2006:105). Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya heterokedastisitas digunakan uji
Geyser. Metode ini dilakukan dengan meregres nilai absolute residual terhadap
variabel bebas. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan
terhadap nilai terhadap absolute residual, maka tidak terdapat gejala
3.5.3 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan model persamaan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda
menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel independen (X1,X2,Xn….)
dengan variabel dependen (Y). Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan
antar variabel independen dengan dependen apakah masing-masing varibel
independen berhubungan positive atau negative serta dapat memprediksi nilai dari
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya dalam kondisi
tertentu berupa naik-turunnya variabel-variabel independen itu sendiri dalam model
regresi.
Model Analisis regresi berganda:
YFV= α + β1.CAR+ β2.NPL + β3.ROA + β4.LDR + e
Keterangan:
YFV = Nilai perusahaan yang di proksikan oleh Price to Book Value α = Konstanta (Intercept)
β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi
CAR = Capital Adequacy Ratio
NPL = Non Performing Loan
LDR = Loan to Deposit Ratio
e = Kesalahan (standar error)
Pengujian Hipotesis dilakukan melalui uji koefisien determinan (Adj R2), Uji F dan
Uji t.
3.5.3.1. Koefisien Determinasi (R2)
Besaran R2 di dedefinisikan sebagai koefisien determinasi digunakan untuk
mengetahui seberapa besar persentase sumbangan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara serentak. Batasan untuk R2 adalah 0< R2 <1. Jika
R2 mendekati 1 menunjukkan peranan variabel independen terhadap variabel
dependen semakin besar. Begitu juga sebaliknya, jika R2 semakin mendekati 0 maka
peranan variabel independen terhadap variabel dependen semakin kecil.
Koefisien determinan dapat diartikan sebagai besaran proporsi atau
persentase keragaman Y (variabel terikat) yang diterangkan oleh X (variabel bebas).
Secara singkat koefisien tersebut untuk mengukur besar sumbangan dari variable X
(bebas) terhadap keragaman variabel Y (terikat) (Wibowo, 2012:135).
Secara umum, koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif
rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan,
sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya memiliki nilai koefisien
determinasi yang tinggi (Ghozali, 2006:87).
R
2=
3.5.3.2 Uji-F
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-F dan uji-t. Uji-F
digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang terdiri atas capital, risk
profile, earning dan liquidity secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen yaitu nilai perusahaan. Menurut Ghozali (2006:62) jika nilai F
hitung lebih besar daripada F tabel, maka Ho ditolak atau Ha diterima menyatakan
bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi
variabel dependen. Uji F dilakukan dengan menggunakan signifikaansi 0,05 dengan
hipotesis sebagai berikut:
Ho= Capital, risk profile, earning dan liquidity tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai perusahaan
H1= Capital, risk profile, earning dan liquidity berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai perusahaan
Dalam uji F kesimpulan yang diambil adalah dengan melihat signifikansi (α)
3.5.3.3 Uji-t
Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen yang terdiri dari capital, risk profile, earning dan liquidity memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, yaitu nilai perusahaan. Uji-t
dilakukan dengan menggunakan nilai signifikansi 5 % . Menurut Ghozali (2006:59)
jika nilai statistik t hitung lebih tinggi dibandingkan t tabel, maka Ho ditolak atau Ha
diterima. Hal ini menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan populasi bank umum yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2012 sampai tahun 2014
berjumlah 42 bank.
Berdasarkan populasi bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2014, penelitian ini menggunakan
beberapa sampel bank umum yang ditentukan berdasarkan metode purposive
sampling, yaitu penentuan sample yang prinsipnya menggunakan kriteria-kriteria
tertentu sehingga didapat sampel berjumlah 28 sampel penelitian. Adapun data yang
digunakan adalah data sekunder yaitu laporan keuangan tahun 2012, 2013 dan 2014
yang didapat melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) www.idx.co.id
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh melalui laman resmi Bursa Efek
Indonesia (BEI) www.idx.co.id periode tahun 2012-2014, dapat diperoleh data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu, Nilai Perusahaan, Capital Adequacy Ratio
informasi tentang data penelitian. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan
gambaran tentang suatu data yang meliputi mean, minimum, maksimum, standar
deviasi yang dihasilkan dari proksi variabel penelitian. Variabel- variabel yang
digunakan meliputi capital, risk profile, earning dan liquidity yang masing-masing
diproksikan oleh CAR, NPL, ROA dan LDR sebagai variabel independen, dan nilai
perusahaan sebagai variabel dependen yang diproksikan oleh PBV. CAR, NPL,
ROA, LDR dan nilai perusahaan diuji secara statistik deskriptif dengan
menggunakan program SPSS V.21 seperti yang terlihat dalam tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistics
CAR NPL ROA LDR NILAI_PERUS
AHAAN
N
Valid 84 84 84 84 84
Missing 0 0 0 0 0
Mean 16.776511214 1.938826834 2.052155077 85.110294251 1.553048984
Std. Deviation 2.8991722411 .9976071117 .9995208425 10.2472079658 1.0202430846
Minimum 10.6369130 .2100146 .2999106 53.6874225 .3802386
Maximum 26.5559972 4.1505364 4.4571745 108.8711035 5.2582085
Sumber: Data sekunder yang diolah, Lampiran 3, Halaman 77
Berdasarkan uji statistik deskriptif pada tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
dan standar deviasi sebesar 2,90. Nilai rata-rata lebih besar dari standar deviasi,
berarti bahwa sebaran nilai CAR adalah baik.
2. Besarnya nilai NPL pada 84 perusahaan sampel mempunyai nilai rata-rata sebesar
1,94 dengan nilai minimum NPL adalah sebesar 0,21, nilai maksimum 4,15 dan
standar deviasi sebesar 0,99. Nilai rata-rata lebih besar dari standar deviasi, berarti
bahwa sebaran nilai NPL adalah baik.
3. Besarnya nilai ROA pada 84 perusahaan sampel mempunyai nilai rata-rata sebesar
2,05 dengan nilai minimum ROA adalah sebesar 0,30, nilai maksimum 4,46 dan
standar deviasi sebesar 0,99. Nilai rata-rata lebih besar dari standar deviasi, berarti
bahwa sebaran nilai ROA adalah baik.
4. Besarnya nilai LDR pada 84 perusahaan sampel mempunyai nilai rata-rata sebesar
85,11 dengan nilai minimum LDR adalah sebesar 53,69, nilai maksimum 108,87
dan standar deviasi sebesar 10,25. Nilai rata-rata lebih besar dari standar deviasi,
berarti bahwa sebaran nilai LDR adalah baik.
5. Besarnya Nilai Perusahaan pada 84 perusahaan sampel mempunyai nilai rata-rata
sebesar 1,55 dengan nilai minimum Nilai Perusahaan adalah sebesar 0,38, nilai
maksimum 5,26 dan standar deviasi sebesar 1,02. Nilai rata-rata lebih besar dari
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas yaitu suatu pengujian untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak
(Ghozali:2006:110). Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau
mendekati normal. Pengujian normalitas distribusi data populasi menggunakan
statistik Kormogorov-Smirnov.
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .97560608
Sumber:Data sekunder yang diolah, Lampiran 4, Halaman 78
Data populasi dikatakan normal jika koefisien Asymp. Sig (2-tailed) lebih
besar dari 0,05. Berdasarkan uji normalitas menggunakan Kormogorof-Smirnov Test
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali,2006;91). Multikolinearitas
dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Infation Factor (VIF). Jika nilai
tolerance lebih dari 10 persen dan nilai VIF kurang dari 10 maka dikatakan tidak
terdapat gejala multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
CAR .873 1.146
NPL .874 1.144
ROA .848 1.179
LDR .892 1.121
a. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN
Sumber:Data sekunder yang diolah, Lampiran 5, Halaman 79
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji
multikolinearitas menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
tolerance kurang dari 0,1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen.
tidak ada multikolinearitas diantara variabel-variabel independen dalam model
regresi.
4.3.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
penganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali,2006:95). Untuk mengetahui
adanya autokorelasi, digunakan metoda Durbin-Watson (DW Test). Hasil uji
autokorelasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4
a. Predictors: (Constant), LDR, CAR, NPL, ROA
b. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN
Sumber: Data sekunder yang diolah, Lampiran 6, Halaman 80
Secara sederhana, suatu model dapat dinyatakan tidak terjadi gejala
autokorelasi, jika probabilitas nilai Durbin Watson.> 0.05 (Wibowo,2012:106). Pada
tabel di atas probabilitas nilai Durbin-Watson adalah 1.142 > 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa model tersebut tidak mengalami gejala autokorelasi.
4.3.4 Uji Heterokedastisitas
(Ghozali, 2006:105). Jika variance residual dari suatu pengamatan ke pengamatan
laiannya tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya heterokedastisitas digunakan uji
Geyser. Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Sumber:Data sekunder yang diolah, Lampiran 7, Halaman 81
Suatu model dapat dikatakan tidak mengalami gejala heterokedastisitas jika
Nilai signifikansi masing-masing variabel lebih besar dari 0.05. Pada tabel 4.5 di atas
nilai signifikansi dari masing-masing variabel adalah 1.000 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari gejala heterokedastisitas, dengan
kata lain korelasi masing-masing variabel dengan nilai residualnya menghasilkan
4.4 Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model analisis regresi
berganda (multiple regression analysis), yaitu dilakukan melalui uji koefisien
determinasi, uji statistik F dan uji statistik t.
4.4.1 Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dapat diartikan sebagai besaran proporsi atau
persentase keragaman Y (variabel terikat) yang diterangkan oleh X (variabel bebas).
Secara singkat koefisien tersebut untuk mengukur besar sumbangan dari variabel X
(bebas) terhadap keragaman variabel Y (terikat) (Wibowo, 2012:135).
Tabel 4.6 Hasil Uji Determinan
Sumber:Data sekunder yang diolah, Lampiran 8, Halaman 83
Tingkat koefisien determinasi yang terdapat pada kolom Adj R2 memiliki nilai
sebesar 0,356 atau 35,60 % menunjukkan bahwa variabel capital, risk profile,
earning dan liquidity mampu menjelaskan variabel nilai perusahaan sebesar 35,60
% sedangkan sisanya 64,40 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan
dalam penelitian ini.
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .622a .387 .356 .81894
4.4.2 Uji Statistik F dan Uji Statistik t
a. Pengujian Hipotesis 1 (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
simultan terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini pengaruh capital, risk profile,
earning dan liquidity secara simultan terhadap nilai perusahaan. Variabel capital,
risk profile, earning dan liquidity masing-masing diproksikan oleh CAR, NPL,
ROA dan LDR. Sedangkan nilai perusahaan diproksikan oleh PBV.
Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 33.413 4 8.353 12.455 .000b
Residual 52.982 79 .671
Total 86.394 83
a. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN
b. Predictors: (Constant), LDR, CAR, NPL, ROA
Sumber:Data sekunder yang diolah, Lampiran 9, Halaman 84
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, menunjukkan bahwa signifikansi F hitung
sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi F hitung lebih kecil dari pada signifikansi
yang ditentukan (0,000<0,05) maka hipotesis nol ( H01 ) ditolak yang berarti bahwa
variabel capital, risk profile earning dan liquidity secara simultan berpengaruh
b. Pengujian Hipotesis 2 (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel yang
terdiri atas capital, risk profile, earning dan liquidity memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen yaitu, nilai perusahaan. Berdasarkan uji
statistik diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Sumber: Data sekunder yang dioleh, Lampiran 10 , Halaman 85
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengaruh Capital secara parsial terhadap Nilai Perusahaan
Capital dalam penelitian ini diproksikan oleh CAR. Berdasarkan pada tabel
hasil uji analisis regresi berganda diperoleh nilai signifikansi 0,001. Karena nilai
signifikansi hitung lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditentukan (0,001 < 0,05)
2. Pengaruh Risk Profile secara parsial terhadap Nilai Perusahaan
Risk Profile dalam penelitian ini diproksikan oleh NPL. Berdasarkan pada
tabel hasil uji analisis regresi berganda diperoleh nilai signifikansi 0,751. Karena
nilai signifikansi hitung lebih besar dari nilai signifikansi yang ditentukan (0,751 >
0,05) maka maka hipotesis nol (H02) diterima dan menolak hipotesis alternatif
(Ha2b). Berarti Risk Profile tidak berpengaruh secara parsial terhadap nilai
perusahaan.
3. Pengaruh Earning secara parsial terhadap Nilai Perusahaan
Earning dalam penelitian ini diproksikan oleh ROA. Berdasarkan pada tabel
hasil uji analisis regresi berganda diperoleh nilai signifikansi 0,000. Karena nilai
signifikansi hitung lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditentukan (0,000 < 0,05)
maka maka hipotesis nol (H02) ditolak dan menerima hipotesis alternatif (Ha2c).
Berarti Earning berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.
4. Pengaruh Liquidity secara parsial terhadap Nilai Perusahaan
Liquidity dalam penelitian ini diproksikan oleh LDR. Berdasarkan pada tabel
hasil uji analisis regresi berganda diperoleh nilai signifikansi 0,130. Karena nilai
signifikansi hitung lebih besar dari nilai signifikansi yang ditentukan (0,130 > 0,05)
maka maka hipotesis nol (H02) diterima dan menolak hipotesis alternatif (Ha2C).
Berarti Liquidity tidak berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.
YFV= 3,438 − 0,116CAR − 0,031NPL + 0,648ROA – 0,014LDR + e
Koefisien-koefisien regresi linear berganda di atas dapat diartikan sebagai
berikut:
a. Konstanta sebesar 3,428 menyatakan bahwa jika variabel independen dinyatakan
konstan, maka nilai perusahaan adalah sebesar 3,438
b. Koefisien regresi CAR sebesar – 0,116 menyatakan bahwa setiap kenaikan satu
persen CAR, maka akan menurunkan nilai perusahaan sebesar 0,116
c. Koefisien regresi NPL − 0,031 menyatakan bahwa setiap kenaikan satu persen
NPL, maka akan menurunkan nilai perusahaan sebesar 0,031
d. Koefisien regresi ROA 0,648 menyatakan bahwa setiap kenaikan satu persen
ROA, maka akan menaikkan nilai perusahaan sebesar 0,648.
e. Koefisien regresi LDR –0,014 menyatakan bahwa setiap kenaikan satu persen
LDR, maka akan menurunkan nilai perusahaan sebesar – 0,014
Pembahasan Analisis Simultan
Hasil uji regresi berganda menghasilkan nilai signifikansi F hitung sebesar
0,000. Karena nilai signifikansi F hitung lebih kecil dari pada signifikansi yang
ditentukan (0,000<0,05) maka hipotesis nol ( H01 ) ditolak yang berarti bahwa
Tingkat koefisien determinasi yang terdapat pada kolom Adj R2 memiliki
nilai sebesar 0,356 atau 35,60 % menunjukkan bahwa variabel capital, risk profile,
earning dan liquidity mampu menjelaskan variabel nilai perusahaan sebesar 35,60
% sedangkan sisanya 64,40 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan
dalam penelitian ini.
Hal ini dikarenakan koefisien ROA sebagai proksi earning yang tinggi,
sehingga setiap adanya penurunan atau kenaikan akan berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hal ini juga menutupi nilai koefisien CAR, NPL dan LDR
sebagai proksi dari capital, risk profile dan liquidity yang rendah, sehingga
penurunan atau kenaikan kosfisien ketiga proksi tersebut dapat ditutupi oleh
tingginya nilai koefisien ROA.
Analisis Parsial Analisis Capital
Capital dalam penelitian ini diproksikan oleh Capital Adequacy Ratio (CAR).
Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,001. Karena nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai signifikansi yang telah
ditetapkan (0,001 < 0,05) maka maka hipotesis nol (H02) ditolak dan menerima
hipotesis alternatif (Ha2a). Berarti terdapat pengaruh signifikan capital terhadap nilai
dalam peningkatan nilai perusahaan. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian
Kirman (2013), Pane (2009).
Capital yang memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan berarti
bahwa investor memandang permodalan bank sangat penting sebagai penyangga
terhadap kemungkinan terjadinya resiko. Pengaruh capital yang negatif terhadap
nilai perusahaan berarti bahwa semakin tinggi permodalan suatu bank maka akan
menurunkan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan permodalan yang tinggi akan
menyebabkan idle cash, sehingga kredit atau pinjaman yang disalurkan tidak
maksimal yang berakibat pada penurunan profitabilitas bank. Karena dana yang
seharusnya disalurkan untuk mendapatkan laba menjadi tidak disalurkan dan menjadi
cadangan likuiditas bank jika terjadi penarikan dana oleh pihak ketiga. Permodalan
bank yang besar akan menurunkan profitabilitas bank sehingga menurunkan nilai
perusahaan. Karena bagi investor yang paling utama adalah profitabilitas perbankan.
Analisis Risk Profile
Risk Profile dalam penelitian ini diproksikan oleh NPL. Berdasakan pada
tabel hasil uji analisis regresi berganda diperoleh nilai signifikansi 0,751. Karena
nilai signifikansi hitung lebih besar dari nilai signifikansi yang ditentukan (0,751 >
0,05) maka maka hipotesis nol (H02) diterima dan menolak hipotesis alternatif (Ha2b).
Berarti tidak terdapat pengaruh Risk Profile secara parsial terhadap nilai perusahaan.
penting dalam peningkatan nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian
Srihayati dkk (2015), Hidayat (2014), dan Ningtyastuty (2014) dan Kirman (2013)
Risk Profile yang secara parsial tidak memilki pengaruh tehadap nilai
perusahaan berarti bahwa investor atau calon investor berkeyakinan bahwa bank
memiliki modal yang cukup untuk menutupi kerugian akibat kredit macet berupa
cadangan kerugian aktiva produktif yang disebut Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP). Investor tidak terpengaruh besarnya kredit macet yang ditanggung
oleh sebuah bank. Disamping itu harus adanya jaminan dalam pemberian kredit,
seperti kredit perumahan atau kredit modal kerja sehingga apabila terjadi resiko
kredit macet, bank dapat mengambil alih jaminannya untuk menanggulangi kerugian
akibat kredit macet. Jadi, risk profile bank yang diproksikan oleh NPL/kredit macet
tidak mempengaruhi harga saham bank. Bagi investor yang paling utama adalah
rentabilitas suatu bank. Semakin tinggi rentabilitas bank maka semakin tinggi
dividen yang akan diterima oleh investor.
Analisis Earning
Earning dalam penelitian ini diproksikan oleh ROA. Berdasarkan pada tabel
hasil uji analisis regresi berganda diperoleh nilai signifikansi 0,000. Karena nilai
signifikansi hitung lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditentukan (0,000 < 0,05)
maka maka hipotesis nol (H02) ditolak dan menerima hipotesis alternatif (Ha2c).
Berarti terdapat pengaruh Earning secara parsial signifikan terhadap nilai
penting dalam peningkatan nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hidayat (2014), Ningtyastuty (2014), Fahrizal (2013) dan
Charningsih (2009).
Earning yang dalam penelitian ini diproksikan oleh Return On Asset (ROA),
Return On Asset (ROA) adalah ukuran keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Hasil
penelitian menunjukkan variabel earning mempunyai pengaruh yang paling
signifikan terhadap nilai perusahaan. Dimana investor lebih tertarik pada laba yang
dicetak oleh perusahaan. Earning yang positif menggambarkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari total aktiva perusahaan. Rasio ini digunakan oleh
investor untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan di masa
lampau dan menilai prospek perusahaan di masa depan. Hal ini konsisten dengan
penelitian Mogdiliani dan Miller (dalam Nugroho, 2013;13) bahwa nilai perusahaan
ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan.
Analisis Liquidity
Liquidity dalam penelitian ini diproksikan oleh LDR .Berdasarkan pada tabel
hasil uji analisis regresi berganda diperoleh nilai signifikansi 0,130. Karena nilai
signifikansi hitung lebih besar dari nilai signifikansi yang ditentukan (0,130 > 0,05)
maka maka hipotesis nol (H02) diterima dan menolak hipotesis alternatif (Ha2C).
Berarti tidak terdapat pengaruh Liquidity secara parsial terhadap nilai perusahaan.
peningkatan nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh). Wibowo dkk (2015), Ningtyastuti (2014)
Liquidity yang tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan hal ini
terjadi dimungkinkan karena investor tidak mempertimbangkan tingkat likuiditas
bank karena perbankan cenderung mencari nilai aman LDR. Hal ini bisa terlihat dari
nilai rata-rata LDR bank sebesar 85 % diatas batas bawah LDR yang telah
ditetapkan. Liquidity yang memiliki pengaruh negative terhadap nilai perusahaan
berarti bahwa semakin tinggi likuiditas bank maka semakin rendah nilai perusahaan
bank. Hal ini berarti bank yang memiliki likuiditas yang tinggi (LDR rendah) tidak
bisa menghasilkan rentabilitas yang tinggi karena dana yang tersedia yang
seharusnya digunakan untuk penyaluran kredit atau pinjaman kepada masyarakat
untuk menghasilkan laba tidak disalurkan tetapi digunakan sebagai cadangan
likuiditas bank apabila terjadi penarikan oleh nasabah dengan kata lain terjadi idle
cash yang berarti bank tidak bisa menghasilkan profit secara maksimal.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data tentang pengaruh capital, risk profile, earning
dan liquidity terhadap nilai perusahaan bank-bank umum go public di Indonesia
periode 2012-2014, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Capital, Risk Profile, Earning dan Liquidity secara bersama-sama berpengaruh
terhadap nilai perusahaan dan model penelitian layak digunakan berdasarkan uji
F dengan hasil nilai signifikansi 0.000 dimana nilai ini lebih kecil dari 0.05.
2. Hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan parsial capital terhadap nilai perusahaan.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi CAR sebagai proksi capital
sebesar 0.001. CAR berpengaruh negative terhadap nilai perusahaan berarti
nilai CAR yang tinggi menggambarkan adanya idle cash sehingga profit yang
diperoleh perusahaan menjadi tidak maksimal. Profitabilitas yang tidak
maksimal akan menurunkan nilai perusahaan.
2. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan parsial risk profile terhadap nilai
perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi NPL sebagai proksi
bank dapat menutupi kerugian akibat kredit macet, bank memiliki cadangan
untuk menutupi kerugian tersebut atau kredit yang diberikan kepada
masyarakat sudah dilindungi. Bagi investor yang paling penting adalah
profitabilitas bank . Semakin tinggi profitabilitas bank maka semakin tinggi
dividen yang akan diterima.
3. Terdapat pengaruh yang signifikan parsial earning terhadap nilai perusahaan.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0.000. Variabel earning
memiliki pengaruh yang paling signifikan. Dimana investor lebih tertarik
pada laba yang dihasilkan oleh perbankan.
4.. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan parsial liquidity terhadap nilai
perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0.130.
liquidity yang tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan terjadi
dimungkinkan karena perbankan cenderung mencari nilai aman dengan
rata-rata nilai LDR 85%. Liquidity yang berpengaruh negatif berarti bahwa
semakin tinggi likuiditas bank (LDR rendah) maka semakin rendah nilai
perusahaan. Hal ini berarti bank yang memilki likuiditas yang tinggi tidak
bisa menghasilkan profit yang maksimal. Karena bagi investor yang paling
utama adalah profitabilitas perbankan.
5.2 Keterbatasan dan Saran Keterbatasan Penelitian
1.Periode data penelitian yang digunakan hanya 3 (tiga) tahun, yaitu dari tahun
2012 sampai dengan tahun 2014 sehingga sampel yang dihasilkan dirasa
belum mewakili keseluruhan kondisi perusahaan.
2. Penelitian hanya menguji dan menganalisis 4 (empat) variabel independen
sedangkan masih banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan Perbankan
Pihak perbankan sebaiknya dapat meningkatkan kinerja perusahaan
perbankan khususnya kinerja earning sehingga menurut persepsi investor
prospek perusahaan dimasa depan tetap baik
2. Bagi Investor dan calon investor
Bagi investor atau calon investor yang ingin berinvestasi dalam sektor
perbankan harus memperhatikan rasio-rasio yang dominan yang dapat
berpengaruh terhadap penilaian perusahaan. Sehingga dapat diketahui kinerja
bank tersebut yang dapat menghasilkan return yang maksimal dan terhindar
dari resiko kerugian.
Bagi penelitian selanjutnya, interval perode sebaiknya ditambah sehingga
memberikan sampel yang lebi banyak serta lebih akurat. Indikator penelitian dapat
diganti atau ditambah dengan proxy lain seperti Net Interest Margin, Return On
Equity, BOPO atau ditambah dengan variabel lain seperti Good Corporate
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Literatur 2.1.1 Nilai Perusahaan
Menurut Weston and Copeland (1999) Nilai perusahaan dapat
didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang menggambarkan persepsi
investor terhadap emiten bersangkutan. Dalam hal ini ini konsep dasar nilai
perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut : V= B + S dimana V adalah nilai
perusahaan, B adalah nilai pasar dari liability dan S adalah nilai pasar dari equity
(Weston and Copeland, 1999). Nilai perusahaan merupakan penjumlahan nilai
pasar hutang dan nilai pasar ekuitas, sehingga jika tujuan manajemen ingin
menaikan nilai perusahaan maka manajemen harus memilih komposisi liability
terhadap equity yang menghasilkan nilai perusahaan yang maksimum.
Menurut Fama (1978, dalam Samisi 2013: 454) nilai perusahaan akan
tercermin dari harga sahamnya. Harga saham didasarkan penilaian eksternal
terhadap asset perusahaan serta pertumbuhan pasar saham. Harga pasar saham
yang terbentuk disebut nilai pasar perusahaan karena mencerminkan nilai asset
perusahaan sesungguhnya. Semakin tinggi harga suatu saham maka semakin
tinggi nilai perusahaan, karena nilai perusahaan merupakan persepsi investor
terhadap perusahaan tersebut dikaitkan dengan harga saham.
Dendrawijaya (2009, dalam putri 2013:4) mengemukakan dampak dari
keberadaaan NPL yang tidak wajar salah satunya adalah hilangnya kesempatan
memperoleh income dari kredit yang diberikan sehingga mengurangi perolehan
laba dan berpengaruh buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Nilai
profitabilitas yang negatif dapat menurunkan nilai perusahaan. Karena pihak
eksternal akan menilai perusahaan melalui kinerja keuangan perusahaan
tersebut.
Menurut Mogdiliani dan Miller (dalam Nugroho, 2013:13) Nilai
perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Earning yang
positive berarti perusahaan mampu menghasilkan laba dengan menggunakan
keseluruhan asset yang dimiliki. Semakin tinggi earning yang diperoleh
perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan.
Menurut Harnanto (1984: 174, dalam Gunawan 2011:32) bagi pemilik
perusahaan, perusahaan yang tidak/kurang likuid berarti mengurangi kesempatan
untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar atau kehilangan kontrol terhadap
sebagian atau keseluruhan modal yang diinvestasikan. Kehilangan kesempatan
memperoleh laba perusahaan berarti menurunkan persepsi investor terhadap nilai
perusahaan.
Ada beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan,
yang paling popular di kalangan investor adalah dengan menggunakan Price to
Book Value (PBV). Dalam penelitian ini rasio yang digunakan untuk
Menurut Sartono (2001:120) rasio harga saham terhadap nilai buku
perusahaan atau Price to Book Value (PBV), menunjukkan tingkat kemampuan
perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan.
Nilai Price to Book Value (PBV) menggambarkan berapa kali nilai pasar suatu
saham di hargai pada nilai bukunya, atau untuk mengukur tingkat kemahalan
dari suatu saham. Semakin tinggi nilai Price to Book Value (PBV)
menunjukkan nilai perusahaan yang semakin meningkat. Begitu pula sebaliknya.
Menurut Brigham (2010:151) Rasio harga pasar suatu saham terhadap
nilai bukunya memberikan indikasi pandangan investor terhadap nilai
perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor dijual dengan rasio
nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan pengembalian
yang rendah. Keberadaan nilai Price to Book Value (PBV) sangat penting bagi
investor untuk menilai saham-saham mana yang overvalued atau undervalued
dalam perencanaan investasi saham perbankan. Semakin tinggi nilai rasio ini
semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, begitu
juga sebaliknya semakin rendah rasio ini kepercayaan publik terhadap prospek
perusahaan menurun yang berakibat pada menurunnya permintaan terhadap
saham perusaaan yang berimbas pada penurunan harga saham.
Price to Book Value (PBV) dapat dirumuskan sebagai berikut:
PBV=
H P P L
2.1.2 Rasio-Rasio Keuangan Yang Digunakan
Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal bank terdiri atas dua macam, yaitu modal inti dan modal
pelengkap. Modal dalam penelitian ini diproksikan oleh Capital Adequacy Ratio
(CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio untuk mengukur
permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama
risiko terjadi karena bunga gagal ditagih (Kasmir, 2008:295). Rasio kecukupan
modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) diperoleh dengan membandingkan
jumlah modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Menurut
Abdullah (2005:60) melalui rasio ini akan diketahui kemampuan menyanggah
aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal bank.
Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR) semakin baik suatu perusahaan
karena modal yang cukup dapat digunakan perusahaan untuk penyaluran kredit
yang dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Kecukupan modal bank terkait dengan peranan bank sebagai financial
intermediary. Semakin baik kemampuan bank dalam mencapai kecukupan modal
semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Sehingga
bank dapat menghimpun dana untuk memenuhi kebutuhan pendanaan
perusahaannya.
Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat dirumuskan sebagai berikut:
b. Non Performing Loan (NPL)
Risk Profile dalam penelitian ini diproksikan oleh Non Performing Loan
(NPL). Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu kunci untuk menilai
kualitas kinerja bank. Menurut Kasmir (2008:292), Credit Risk Ratio / NPL
merupakan rasio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan
membandingkan kredit macet dengan kredit yang disalurkan.
Menurut Riyadi (2006:161) semakin besar tingkat NPL menunjukkan
bahwa bank tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya sekaligus
memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank
tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank. Jadi,
Non Performing Loan (NPL) dapat mengindikasikan adanya masalah dalam
bank. Meningkatnya Non Performing Loan (NPL) dapat berpengaruh negatif
terhadap bank. Salah satu dampak tersebut adalah berkurangnya modal yang
dimiliki oleh bank. Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet juga
merupakan salah satu indikator untuk mengukur kemampuan bank mengkover
resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Semakin kecil Non
Performing Loan (NPL) semakin kecil pula resiko kredit macet yang ditanggung
pihak bank.
Pembayaran kredit oleh debitur merupakan suatu keharusan agar
operasional perbankan dapat berjalan dengan baik. Jika terjadi penunggakan
pembayaran kredit oleh debitur maka bank dapat mengalami masalah
permodalan, yang dapat berpengaruh terhadap masalah kinerja perbankan dan
Didalam laporan keuangan bank, Non Performing Loan (NPL) ada 2
macam, yaitu Non Performing Loan (NPL) groos dan Non Performing Loan
(NPL) net. Non Performing Loan (NPL) gross adalah Non Performing Loan
(NPL) yang membandingkan jumlah kredit berstatus kurang lancar, diragukan,
dan macet yang disatukan, dengan total kredit yang disalurkan. Sedangkan Non
Performing Loan (NPL) net hanya membandingkan kredit
berstatus macet dengan total kredit yang disalurkan (Hidayat, 2010). NPL yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Non Performing Loan (NPL) gross karena
telah menghitung seluruh resiko kredit.
Non Performing Loan (NPL) dirumuskan sebagai berikut:
c. Return on Assets (ROA)
Earning dalam penelitian ini diproksikan oleh Return on Assets (ROA).
Return on Assets (ROA) menurut Kasmir (2012:201) adalah rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan.
Menurut Mogdiliani dan Miller (dalam Nugroho, 2013:13) Nilai
perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset perusahaan. Return on
Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas
pengembalian perusahaan dari seluruh pendanaan (aktiva) yang diberikan kepada
perusahaaan. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan antara laba bersih
dengan total aktiva. Rasio yang positif menggambarkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari total aktiva perusahaan. Sebaliknya Return on Assets
(ROA) yang negative menggambarkan dari keselurahan aktiva perusahaan,
perusahaan mengalami kerugian. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin baik
perusahaan, begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai ini semakin menurun
kinerja suatu perusahaan. Return on Assets (ROA) mampu mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan di masa lampau untuk
kemudian diproksikan di masa depan.
Semakin besar Return on Assets (ROA) menunjukkan kinerja suatu
perusahaan semakin baik, karena adanya tingkat pengembalian atas investasi
yang semakin tinggi. Return on Assets (ROA) juga merupakan perkalian antara
faktor net income margin dengan assets turnover. Net income margin
menggambarkan seberapa besar laba yang dapat dihasilkan dari setiap penjualan
yang di ciptakan, sedangkan assets turnover menggambarkan seberapa jauh
perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimiliki. Apabila
salah satu dari rasio tersebut meningkat maka Return on Assets (ROA) juga akan
meningkat.
Return on Assets (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut:
d. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Liquidity dalam penelitian ini di proksikan oleh Loan to Deposit Ratio
(LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur
komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana dari
masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir 2008:290).
Tujuan perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah untuk
mengetahui seberapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya. Bank dikatakan likuid jika bank tersebut dapat
memenuhi kewajiban hutang-hutangnya dan dapat membayar kembali semua
dana yang diterima dari pihak ketiga.
Menurut Taswan (2006:114) semakin tinggi LDR mengindikasikan
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, kondisi ini
yang disebabkan karena jumlah yang di perlukan untuk membiayai kredit
menjadi semakin besar. Jadi, Loan to Deposit Ratio (LDR) yang meningkat
menggambarkan besarnya kredit yang disalurkan dengan tujuan memperoleh
laba. Jika bank tersebut tidak mampu menyalurkan dana yang dihimpun (idle
cash) bank tersebut dapat mengalami kerugian. Loan to Deposit Ratio (LDR)
juga dapat digunakan untuk menilai strategi manajemen. Manajemen yang
bersifat konservatif memiliki nilai rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang
rendah, karena adanya pembatasan pemberian kredit. Begitu juga sebaliknya
manajemen bank yang agresif memiliki nilai rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)
yang tinggi.
Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian Srihayati dkk (2015) yang bertujuan untuk menganalisis
pengaruh kinerja keuangan perbankan terhadap nilai perusahaan dengan metode Tobin’s Q. Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang
listing di kompas 100 selama periode 2009 sampai tahun 2013. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel keuangan secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan secara parsial Capital Adequacy
Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, Non Performing
Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, Biaya Operasional
per Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan, Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan dan Net Interest Margin (NIM) berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan.
Hidayat (2014) meneliti pengaruh rasio kesehatan perbankan terhadap
nilai perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dengan menggunakan profil
resiko, profil pendapatan dan profil permodalan sebagai variable independen dan
nilai perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value (PBV) sebagai variabel
dependen. Sampel yang digunakan berjumlah 40 sampel perbankan yang listing
dari tahun 2008 sampai tahun 2011. Pengujian sampel menunjukkan bahwa
semua variabel independen yang terdiri atas profil resiko, profil pendapatan dan
profil permodalan secara bersama-sama berpengaruh positif signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil pendapatan