61 DAFTAR PUSTAKA
[1] “Learning Guide Operasi PLTU" Manual Book PLTU PT. Indonesia Power Uboh Labuan Learning Center.
[2] Kerszenbaum Isidor Geoff Klempner “Handbook of Large Turbo Generator Operation and Maintainance. IEEE Press. 2008
[3] Rosyid Nuur Harjono. “Pemanfaatan Spektrum Vibrasi untuk mengindikasikan kerusakan pada motor induksi di PLTU Indramayu 3 x 300 MW”.Universitas Diponegoro.2013
[4] Jevtic M.B. “Numerical and experimental aspects of thermally induced vibration in real rotor”. 2011. Vol 15
[5] Alberto Bellini. “Diagnosis of bearing faults in induction machines by vibration or current signals : a critical comparison”. IEEE.2005
[6] Girdshar, Paresh. 2004. “ Practical Machinary Vibration Analysis and predictive maintenance”. Elsevier. Burlington
[7] Irasari Pudji. “Analisis Getaran pada Generator Magnet Permanen 1 KW Hasil Rancang Bangun Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik. LIPI.2010
[8] Lamma Mustari. “Studi Kasus Vibrasi Generator STG 1.0 PLTGU Muara Karang”. Teknik Elektro. Universitas Mercu Buana. 2010
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di PLTU Pangkalan Susu. Penelitian akan dilaksanakan setelah proposal diseminarkan dan disetujui. Lama penelitian direncanakan selama 2 (dua) bulan.
3.2 Bahan dan Perlengkapan Pengujian
Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah data generator, data beban yang dilayani generator, dan data vibrasi pada bagian rotor generator. Peralatan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah generator sinkron, alat ukur vibration analyzer, dan peralatan lain yang dibutuhkan.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, data yang dibutuhkan diambil terlebih dahulu. Data tersebut kemudian dianalisa dan dihitung sesuai dengan rumus terkait. Kemudian hasil yang didapat akan disajikan dalam bentuk tabel dan kurva.
3.4 Variable yang Diamati
Variabel – variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi :
Trending data vibrasi portable Beban MW
Temperatur
Arus medan (If)
3.5 Prosedur Penelitian
Berdasarkan diagram alir flowchart, teknik perhitungan dan pengolahan dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:
1. Penentuan setting data
Mempersiapkan setting data seperti spesifikasi generator dan standar vibrasi yang digunakan untuk mengetahui kondisi kelayakan mesin beroperasi. Standar yang digunakan adalah ISO 7919.
2. Pengambilan data vibrasi
Melakukan pengukuran vibrasi berdasarkan karakterikstiknya. 3. Pengukuran Trending
Trending adalah plot dari suatu variabel/parameter kondisi mesin (vibrasi) sepanjang waktu tertentu, yang digunakan sebagai petujuk atau indikator terjadinya perubahan (biasanya memburuknya suatu mesin). Trending atau dalam pemeliharaan prediktif, digunakan untuk memonitor kondisi. Misalnya, trending yang meningkat dari vibrasi suatu mesin, menunjukkan makin memburuknya kondisi mesin tersebut.
4. Perbandingan dengan ukuran standar
Membandingkan tingkat kenaikan vibrasi dari data sebelumnya yaitu dari standar ISO 7919 dan trending data atau kondisi mesin sepanjang waktu tertentu.
5. Pengolahan dan analisa data
Data kemudian dilakukan perhitungan dan diamati perubahannya dengan MW, MVAR, dan temperatur. Kemudian diberikan rekomendasi penyelesaian permasalahan vibrasi yang ada. Data tersebut kemudian dianalisa dan disajikan dalam bentuk tabel dan kurva.
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN 4.1 Umum
Generator merupakan suatu peralatan utama dalam suatu sistem pembangkitan energi listrik. Pada PLTU Pangkalan Susu, generator mempunyai kapabilitas 220 MW setiap unitnya. Rotor generator diputar oleh turbin uap yang berfungsi sebagai prime mover. Energi mekanik pada rotor ini dikonversikan menjadi energi listrik yang nantinya digunakan untuk berbagai macam kebutuhan. Dalam penggunaannya, generator beroperasi secara terus-menerus sesuai dengan kebutuhan beban yang dilayaninya. Suatu benda yang diam apabila dibebani oleh suatu gaya akan menimbulkan gerakan sekitar titik setimbang. Getaran akibat beban dinamis yang diterima mesin apabila dilakukan secara rutin dengan periode yang lama akan menimbulkan getaran siklis yang dapat menyebabkan kelelahan material. Getaran dalam gerakan melingkar yang terjadi pada mesin putar tidak dapat dihindari, tetapi dengan pengujian besar getaran yang terjadi, akan dapat diketahui getaran tersebut menyebabkan kerusakan atau tidak.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka generator perlu mendapatkan pengukuran dan analisa condition monitoring terhadap parameter kelistrikan untuk melihat pengaruhnya terhadap ketahanan generator.
Gambar 4.1 Layout bearing generator sinkron PLTU Pangkalan Susu 220 MW
Dalam bab ini, penulis berusaha melakukan pengukuran generator dan memperlihatkan pengaruhnya terhadap parameter – parameter kelistrikan .
4.2 Data Hasil Percobaan Data Umum Generator
Berikut adalah spesifikasi generator yang digunakan :
Unit : GT 1
Rating Generator : 258.8 MVA / 220 MW
Rating tegangan : 15.75 kV
Rating arus : 9488 A
Frekuensi : 50 Hz
Faktor daya : 0.85
Jumlah Kutub : 2
Rating Tegangan eksitasi : 472 V Rating arus eksitasi : 1845 A
Sistem Pendinginan : Hidrogen
Sistem eksitasi : Statis, Sikat
Hasil pengukuran kond
berdasarkan trending data dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini :
Tabel 4.1 Trending data vibrasi bearing 6 pada generator sinkron
Data 06/01/ pengukuran perpindahan getaran diketahui bahwa titik tertinggi terdapat pada pengukuran arah sumbu x (horizontal) sebesar 86 µm sedangkan paling re terdapat pada sumbu z (aksial) yaitu sebesar 10,6 µm.
0 20
SV 6X SV 6Y BV 6
Hasil pengukuran kondisi vibrasi pada generator pada berdasarkan trending data dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini :
Tabel 4.1 Trending data vibrasi bearing 6 pada generator sinkron
06/01/15 05/02/15 15/04/15 10/05/15
1,6 63,3 77,6 79,6
53,9 51,3 52 53,4
17,9 35,5 10,6 40,6
1,6 63,3 77,6 79,6
Kurva perpindahan (displacement) getaran dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 4.2 Grafik respon getaran bearing 6
Seperti yang terlihat pada Tabel 4.1 , pada pengamatan respon getaran untuk pengukuran perpindahan getaran diketahui bahwa titik tertinggi terdapat pada pengukuran arah sumbu x (horizontal) sebesar 86 µm sedangkan paling re terdapat pada sumbu z (aksial) yaitu sebesar 10,6 µm.
20 40 60 80 100
isi vibrasi pada generator pada bearing 6 berdasarkan trending data dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini :
20/06/15 86 54,5 14,0 86
) getaran dapat digambarkan sebagai berikut
Pada bearing 7 , hasil pengukuran respon getaran pada generator dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil trending data vibrasi di bearing 7 yaitu:
Data 06/01/15 SV 7X 32,5 SV 7Y 24,2
BV 7 9,9
Vibmaks 32,5
Kurva perpindahan getaran dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4.3 Grafik respon getaran bearing 7
Seperti yang terlihat pada Tabel 4.2, pada pengamatan respon getaran pada bearing 7 untuk pengukuran respon getaran diketahui bahwa titik tertinggi terdapat pada pengukuran arah sumbu x (horizontal) sebesar 67,8 µm sedangkan paling
Pada bearing 7 , hasil pengukuran respon getaran pada generator dapat dilihat
Tabel 4.2 Hasil trending data vibrasi di bearing 7 yaitu:
15 05/02/15 15/04/15 10/05/15
35,5 67,8 40,9
22,2 41,1 25,7
10,2 9,6 12
35,5 67,8 40,9
Kurva perpindahan getaran dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4.3 Grafik respon getaran bearing 7
Seperti yang terlihat pada Tabel 4.2, pada pengamatan respon getaran pada bearing 7 untuk pengukuran respon getaran diketahui bahwa titik tertinggi terdapat pada pengukuran arah sumbu x (horizontal) sebesar 67,8 µm sedangkan paling rendah terdapat pada sumbu z yaitu sebesar 9,6 µm.
20 40 60 80
Pada bearing 7 , hasil pengukuran respon getaran pada generator dapat dilihat
20/06/15 56,1 31,4 11,4 56,1
Jika membandingkan vibrasi yang terjadi pada kedua bearing maka diperoleh perbandingan kurva yang terlihat pada gambar dibawah sebagai berikut
Vibrasi terjadi paling tinggi berada pada arah horizontal bearing 6 yaitu 86 µm. Jika keadaan ini berlanjut secara terus menerus maka akan membahayakan pengoperasian generator sehingga perlu melakukan suatu analisa terhadap kenaikan vibrasi yang terjadi.
4.4 Analisa Sensitivitas Termal 0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Berdasarkan data operasional dari tanggal 06 Januari 2015 – 20 Juni 2015, pukul 10:30 saat dilakukannya pengukuran vibrasi menunjukkan pengaruh vibrasi terhadap berbagai parameter kelistrikan sebagai berikut :
Tabel 4.2 Pengaruh vibrasi terhadap daya output (Pout), daya reaktif, arus
eksitasi, tegangan eksitasi, dan temperatur bearing rotor. Vib
Dari trending data operasional yang terlihat diatas bahwa potensi kenaikan beban terhadap vibrasi . Oleh karena itu dilakukan sebuah pengujian pengaruh sensivitas termal terhadap vibrasi yang terjadi . Pengujian ini dilakukan dengan cara :
Pembebanan dilakukan setahap demi setahap hingga 60% pembebanan, kemudian dicatat vibrasi yang terjadi
MW Vib maks MVAR PF IF VF
30 12,1 69,5 0,74 865,8 257,9
60 22,9 71,75 0,73 1373,6 283,6
90 40 78,37 0,85 1588,9 301,4
Dari tabel diatas, maka pengaruh kenaikan beban terhadap vibrasi dapat diperlihatkan seperti gambar berikut
Beban (MW) dijaga dalam keadaan konstan sementara arus medan akan naik perlahan-lahan diikuti dengan MVAR .
Terlihat dari grafik diatas, peningkatan arus eksitasi di rotor generator meningkatkan terjadinya vibrasi . Ini dikarenakan peningkatan temperatur metal dan temperatur belitan rotor yang tidak merata. Keadaan ini menyatakan bahwa vibrasi yang terjadi pada rotor bisa disebabkan oleh sensitivitas termal reversible.
Untuk mengetahui tingkat kelayakan pengoperasian mesin berputar seperti generator maka diperlukan perbandingan dengan standar vibrasi ISO 7919 yang diperlihatkan seperti tabel berikut :
Tabel 4.3 – Recommended values for maximum relative displacement of the shaft for steam turbines and generators at the zone bounderies.
Zone Boundary Shaft rotational speed
(r/min)
1500 1800 3000 3600
Peak to peak displacement of shaft ( )
Berikut adalah zona evaluasi yang diizinkan untuk vibrasi rotor mesin yang menyediakan petunjuk untuk melakukan tindakan preventif selanjutnya.
Zona A :
Vibrasi pada mesin yang berada dalam tahap commisioning. Zona B :
Mesin dengan vibrasi pada zona ini adalah dalam keadaan normal dan dapat diterima untuk operasi jangka panjang.
Zona C:
Mesin dengan vibrasi pada zona ini dianggap tidak bekerja dengan baik untuk operasi jangka panjang dan merupakan zona ALARM.
Zona D :
Vibrasi pada zona ini dapat menyebabkan kerusakan pada mesin dan harus lakukan perbaikan mesin.
BAB V
KESIMPULAN & SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari data operasi, perubahan beban yang dilayani generator akan mempengaruhi perubahan temperatur dan vibrasi di rotor generator. Semakin besar beban yang dilayani generator, maka semakin tinggi pula vibrasi dan temperatur pada rotor generator tersebut. Dengan melihat trending trending data vibrasi tertinggi sebesar 86µm dengan beban 219,5 MW dan temperatur 78,2 °C.
2. Generator sinkron mengalami gejala sensivitas termal tipe reversible, yang disebabkan distribusi tempeatur yang tidak merata di sepanjang rotor. 3. Dari penelitian ini, di ketahui bahwa tingkat vibrasi pada generator PLTU
5.2 Saran
Dari penelitian ini, ada beberapa saran yang diajukan penulis, yaitu sebagai berikut:
1. Sebaiknya penelitian yang selanjutnya dapat menganalisa vibrasi generator berdasarkan analisis sinyal arus (signal current analysis).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Generator Sinkron
Generator arus bolak – balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi
tenaga listrik arus bolak – balik. Generator arus bolak – balik sering disebut juga
sebagai alternator, generator AC (alternating current), atau generator sinkron.
Dikatakan generator sinkron karena jumlah putaran rotornya sama dengan jumlah
putaran medan magnet pada stator .
Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari kecepatan putar rotor dengan kutub –
kutub magnet yang berputar dengan kecepatan yang sama dengan medan putar
pada stator. Mesin ini tidak dapat dijalankan sendiri karena kutub – kutub rotor
tidak dapat tiba – tiba mengikuti kecepatan medan putar pada waktu sakelar
terhubung dengan jala – jala. Generator arus bolak – balik dibagi menjadi dua jenis,
yaitu: a. Generator arus bolak – balik 1 phasa
b. Generator arus bolak – balik 3 phasa
Gambar diagram kedua bentuk generator arus bolak – balik tersebut dapat dilihat
dari gambar 2.1 berikut.
(a) (b)
Gambar 2.1 (a) Diagram Generator AC Satu Fasa Dua Kutub
Perbedaan prinsip antara generator DC dengan generator AC adalah letak
kumparan jangkar dan kumparan statornya. Pada generator DC, kumparan jangkar
terletak pada bagian rotor dan kumparan medan terletak pada bagian stator.
Sedangkan pada generator AC, kumparan jangkar terletak pada bagian stator dan
kumparan medan terletak pada bagian rotor.
2.2 Konstruksi Generator Sinkron
Pada generator sinkron, arus DC yang dipasang ke belitan rotor akan
menghasilkan medan magnet rotor. Kemudian rotor akan diputar dengan suatu
kecepatan tertentu oleh sebuah penggerak mula, memutarkan medan magnet
didalam mesin dan menginduksikan tegangan pada belitan stator.
Rotor dari generator ini, pada dasarnya merupakan elektromagnet yang
besar, dimana konstruksi kutub-kutubnya dapat berupa kutub menonjol dari
permukaan rotor, dan bentuknya seperti tapak sepatu sehingga sering juga disebut
dengan rotor bentuk kutub sepatu. Bentuk kutub tidak menonjol adalah konstruksi
kutub-kutubnya sama tinggi dengan permukaan rotor yang berbentuk silinder,
sehingga bentuk ini sering juga disebut dengan rotor silinder.
Rotor-rotor ini sifatnya untuk menghasilkan medan magnet, maka
laminasinya perlu dibuat sedemikian rupa untuk menghasilkan rugi-rugi eddy
sekecil mungkin.
Dalam hal ini, arus searah harus disuplai ke rangkaian medan dirotor, yang
1. Suplai arus searah berasal dari sumber tegangan eksternal dengan cara
menghubungkannya ke terminal belitan medan melalui slipring dan
sikat.
2. Suplai arus searah berasal dari sumber daya khusus yang terpasang
langsung pada poros generator tersebut.
Pada prinsipnya, konstruksi generator sinkron sama dengan motor sinkron.
Secara umum, konstruksi generator sinkron terdiri dari stator (bagian yang diam)
dan rotor (bagian yang bergerak). Keduanya merupakan rangkaian magnetik yang
berbentuk simetris dan silindris. Selain itu generator sinkron memiliki celah udara
ruang antara stator dan rotor yang berfungsi sebagai tempat terjadinya fluksi atau
induksi energi listrik dari rotor ke-stator.
Pada Gambar 2.2 dapat dilihat konstruksi sederhana dari sebuah generator
sinkron secara umum :
2.2.1 Rotor
Rotor terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:
1. Slip Ring
Slip ring merupakan cincin logam yang melingkari poros rotor tetapi
dipisahkanoleh isolasi tertentu. Terminal kumparan rotor dipasang ke slip ring
inikemudian dihubungkan ke sumber arus searah melalui sikat (brush)
yangletaknya menempel pada slip ring.
2. Sikat
Sebagian dari generator sinkron ada yang memiliki sikat ada juga yang tidak
memiliki sikat. Sikat pada generator sinkron berfungsi sebagai saklar putar
untuk mengalirkan arus DC ke-kumparan medan pada rotor generator sinkron.
Sikat terbuat dari bahan karbon tertentu.
3. Kumparan Rotor (Kumparan Medan)
Kumparan medan merupakan unsur yang memegang peranan utama
dalammenghasilkan medan magnet. Kumparan ini mendapat arus searah dari
sumbereksitasi tertentu.
4. Poros Rotor
Poros rotor merupakan tempat meletakkan kumparan medan, dimana pada poros
rotor tersebut telah dibentuk slot-slot secara parallel terhadap poros rotor.
Gambar 2.3 Rotor Generator Sinkron
Rotor pada generator sinkron pada dasarnya sebuah elektromagnet yang
besar. Kutub medan megnet rotor dapat berupa salient pole (kutub menonjol) dan
non salient pole (kutub selinder atau tak menonjol).
1. Rotor Kutub Menonjol (Salient Pole Rotor)
Rotor tipe ini mempunyai kutub yang jumlahnya banyak. Kumparan
dibelitkan pada tangkai kutub, dimana kutub-kutub diberi laminasi untuk
mengurangi panas yang ditimbulkan oleh arus Eddy, kumparan-kumparan
medannya terjadi dari bilah tembaga persegi. Kutub menonjol ditandai dengan
rotor berdiameter besar dan panjang sumbunya pendek.
Selain itu jenis kutub salient pole, kutub magnetnya menonjol keluar dari
permukaan rotor. Belitan-belitan medan dihubung seri. Ketika belitan medan ini
disuplai oleh eksiter, maka kutub yang berdekatan akan membentuk kutub yang
berlawanan.
Bentuk kutub menonjol generator sinkron tampak seperti Gambar 2.4
Gambar 2.4 Rotor Kutub Menonjol Generator Sinkron
Rotor kutub menonjol umumnya digunakan pada generator sinkron dengan
kecepatan putaran rendah dan sedang (120-400 rpm). Generator sinkron tipe
seperti ini biasanya dikopel oleh mesin diesel atau turbin air pada sistem
pembangkit listrik. Rotor kutub menonjol baik digunakan untuk putaran rendah
dan sedang karena :
Konstruksi kutub menonjol tidak terlalu kuat untuk menahan tekanan mekanis apabila diputar dengan kecepatan tinggi.
Kutub menonjol akan mengalami rugi-rugi yang besar dan bersuara bising jika diputar dengan kecepatan tinggi.
2. Rotor Kutub Tak Menonjol (Rotor Silinder)
Rotor tipe ini dibuat dari plat baja berbentuk silender yang mempunyai
sejumlah slot sebagai tempat kumparan. Karena adanya slot-slot dan juga
dapat dibuat. Belitan-belitan medan dipasang pada alur-alur disisi luarnya dan
terhubung seri yang dienerjais oleh eksiter.
Rotor ini biasanya berdiameter kecil dan sumbunya sangat panjang.
Konstruksi ini memberikan keseimbangan mekanis yang lebih baik karena
rugi-rugi anginnya lebih kecil dibandingkan rotor kutub menonjol (salient pole rotor).
Gambar bentuk kutub silinder generator sinkron tampak seperti pada Gambar 2.5
berikut :
Gambar 2.5 Rotor Kutub Silinder Generator Sinkron
Rotor silinder umumnya digunakan pada generator sinkron dengan kecepatan
putaran tinggi (1500 atau 3000 rpm) biasanya digunakan untuk pembangkit listrik
berkapasitas besar misalnya pembangkit listrik tenaga uap dan gas. Rotor silinder
baik digunakan pada kecepatan tinggi karena :
Distribusi disekeliling rotor mendekati bentuk gelombang sinus sehingga lebih baik dari kutub menonjol.
2.2.2 Stator
Stator (armature) adalah bagian yang berfungsi sebagai tempat untukmenerima
induksi magnet dari rotor. Arus AC yang menuju ke beban disalurkan melalui
stator. Komponen ini berbentuk sebuah rangka silinder dengan lilitan kawat
konduktor yang sangat banyak.
Bentuk suatu stator dari generator sinkron dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut :
Gambar 2.6 Stator Generator Sinkron
Stator terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:
1. Rangka stator
Rangka stator merupakan rumah (kerangka) yang menyangga intijangkar
generator.
2. Inti Stator
Inti stator terbuat dari laminasi-laminasi baja campuran atau besimagnetic
khusus terpasang ke rangka stator.
3. Alur (slot) dan Gigi
Ada 3 (tiga) bentuk alur stator yaitu terbuka, setengah terbuka, dan tertutup
seperti pada gambar 2.7 berikut :
Gambar 2.7 Bentuk-bentuk Alur
4. Kumparan Stator (Kumparan Jangkar)
Kumparan jangkar biasanya terbuat dari tembaga. Kumparan inimerupakan
tempat timbulnya ggl induksi.
2.3 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron
Tegangan induksi Ea dibangkitkan pada fasa generator sinkron. Tegangan
ini biasanya tidak sama dengan tegangan yang muncul pada terminal generator.
Tegangan induksi sama dengan tegangan output terminal hanya ketika tidak ada
arus jangkar yang mengalir pada mesin. Beberapa faktor yang menyebabkan
perbedaan antara tegangan induksi dengan tegangan terminal adalah:
1. Distorsi medan magnet pada celah udara oleh mengalirnya arus pada
stator, disebut reaksi jangkar.
2. Induktansi sendiri kumparan jangkar.
3. Resistansi kumparan jangkar.
Stator terdiri dari belitan-belitan. Suatu belitan konduktor akan terdiri dari
tahanan Ra dan induktansi Xla maka rangkaian ekivalen suatu generator sinkron
dapat dibuat seperti Gambar 2.8.
adj
Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron
Dengan melihat Gambar 2.14 maka dapat ditulis Persamaan tegangan generator
sinkron sebagai berikut :
Ea = V + jXarIa + jXlaIa + RaIa...(2.1)
Dan persamaan terminal generator sinkron dapat ditulis
V = Ea – jXarIa – jXlaIa – RaIa...(2.2)
Dengan menyatakan reaktansi reaksi jangkar dan reaktansi fluks bocor sebagai
reaktansi sinkron, atau Xa = Xar + Xla dapat dilihat pada Gambar 2.15 maka
persamaan menjadi :
V = − − (Volt)...(2.3)
Sehingga rangkaian ekivalen generator sinkron tiga fasa dapat digambarkan.
Gambar di bawah ini menunjukkan rangkaian penuh dari suatu generator sinkron
Gambar 2.9 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Tiga Phasa
Gambar di atas menunjukkan suatu sumber DC (VF) yang disuplai ke
rangkaian medan rotor (yang ditunjukkan oleh induktansi dan resistani yang
terhubung seri). Resistor (RF) dihubungkan secara seri dengan resitor yang dapat di
atur (Radj) , dimana Radj dapat mengontrol besarnya nilai arus medan (IF).
Sehingga rangkaian ekivalen dari rotor suatu generator sinkron ditunjukkan
Gambar 2.10 Rangkaian Ekivalen Rotor pada Generator Sinkron
Jika ketiga fasa generator sinkron identik semua nilainya (kecuali sudut
fasanya), maka dapat digunakan rangkaian ekivalen generator untuk tiap fasa
seperti yang ditunjukkan oleh gambar berikut:
Gambar 2.11 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Perfasa
Hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan rangkaian ekivalen
perfasa adalah : ketiga fasa mempunyai tegangan dan arus yang sama hanya ketika
beban yang dilayani olehnya seimbang. Jika beban generator tidak seimbang, maka
2.4 Prinsip Kerja Generator Sinkron
Jika kumparan rotor yang berfungsi sebagai pembangkit kumparan medan
magnit yang terletak di antara kutub magnit utara dan selatan diputar oleh prime
mover, maka pada kumparan rotor akan timbul medan magnit atau fluks yang
bersifat bolak – balik atau fluks putar. Fluks putar ini akan memotong – motong
kumparan stator sehingga pada ujung – ujung kumparan stator timbul gaya
geraklistrik karena pengaruh induksi dari fluks putar tersebut. Gaya gerak listrik
(ggl) yang timbul pada kumparan stator juga bersifat bolak – balik, atau berputar
dengan kecepatan sinkron terhadap kecepatan putar rotor.
Secara singkat prinsip kerja generator sinkron dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Kumparan medan yang terdapat pada rotor dihubungkan dengan sumber
eksitasi tertentu yang akan mensuplai arus searah terhadap kumparan
medan. Dengan adanya arus searah yang mengalir melalui kumparan
medan maka akan menimbulkan fluks yang besarnya terhadap waktu adalah
tetap.
2) Penggerak mula (Prime Mover yang sudah terkopel dengan rotor segera
dioperasikan sehingga rotor akan berputar pada kecepatan nominalnya
persamaan
fe = frekuensi listrik (Hz)
3) Perputaran rotor tersebut sekaligus akan memutar medan magnet yang
dihasilkan oleh kumparan medan. Medan putar yang dihasilkan pada rotor,
akan diinduksikan pada kumparan jangkar sehingga pada kumparan jangkar
yang terletak di stator akan dihasilkan fluks magnetik yang berubah-ubah
besarnya terhadap waktu. Adanya perubahan fluks magnetik yang
melingkupi suatu kumparan akan menimbulkan ggl induksi pada
ujung-ujung kumparan tersebut, hal tersebut sesuai dengan persamaan (2.5)
= − (2.5)
dimana
E = ggl induksi (Volt) N = Jumlah belitan
C = Konstanta p = Jumlah kutub
n = Putaran (rpm) f = Frequensi (Hz) ϕ = Fluks magnetik (weber)
Untuk generator sinkron tiga phasa, digunakan tiga kumparan jangkar yang
ditempatkan di stator yang disusun dalam bentuk tertentu, sehingga susunan kumparan
jangkar yang sedemikian akan membangkitkan tegangan induksi pada ketiga kumparan
jangkar yang besarnya sama tapi berbeda fasa 1200
satu sama lain. Setelah itu ketiga
terminal kumparan jangkar siap dioperasikan untuk menghasilkan energi listrik.
2.5 Kecepatan Putar Generator Sinkron
Frekuensi elektris yang dihasilkan generator sinkron adalah sinkron dengan
kecepatan putar generator. Rotor generator sinkron terdiri atas rangkaian
elektromagnet dengan suplai arus DC. Medan magnet rotor bergerak pada arah
putaran rotor. Hubungan antara kecepatan putar medan magnet pada mesin dengan
frekuensi elektrik pada stator adalah:
= 60 2
Dimana:
f = frekuensi listrik (Hz)
n = kecepatan putar rotor (rpm)
p = jumlah kutub magnet
P/2 = jumlah pasang kutub
Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan medan
magnet, persamaan diatas juga menunjukkan hubungan antara kecepatan putar
rotor dengan frekuensi listrik yang dihasilkan. Agar daya listrik dibangkitkan tetap
pada frekuensi 50Hz atau 60 Hz, maka generator harus berputar pada kecepatan
tetap dengan jumlah kutub mesin yang telah ditentukan. Sebagai contoh untuk
membangkitkan 60 Hz pada mesin dua kutub, rotor arus berputardengan kecepatan
3600 rpm.Untuk membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat kutub, rotor harus
2.6 Internal Generator Sinkron
Besarnya tegangan induksi yang dibangkitkan pada stator sesuai dengan
Hukum Faraday yang menyatakan bahwa :
= − (2.6)
Dimana :
: Gaya gerak listrik induksi
: Jumlah kumparan
: Laju fluks magnet
2.7 Diagram Fasor
Diagram fasor memperlihatkan bahwa terjadinya pebedaan antara tegangan
teminal V dalam keadaan berbeban dengan tegangan induksi (Ea) atau tegangan
pada saat tidak berbeban. Diagram dipengaruhi selain oleh faktor kerja juga oleh
besarnya arus jangkar (Ia) yang mengalir. Dengan memperhatikan perubahan
tegangan V untuk faktor keja yang berbeda-beda, karakteristik tegangan teminal V
terhadap arus jangkar Ia diperlihatkan pada gambar 2.12
2.8 Torsi dan Daya Generator Sinkron
Generator sinkron adalah mesin sinkron yang bekerja dengan
mengkonversikan daya mekanis ke daya listrik tiga fasa . Sumber daya mekanis ini
disebut penggerak mula yang mempunyai putaran konstan. Bila hal ini tidak
dipenuhi dapat menyebabkan frekuensi yang dihasilkan generator tidak sesuai yang
diinginkan.
Secara teori bahwa daya mekanis yang dihasilkan penggerak mula oleh
generator sinkron diubah menjadi daya elektrik. Perbedaan antara daya output dan
daya input mesin sinkron dinyatakan sebagai rugi-rugi mesin.
Rugi-rugi ini diperlihatkan ada gambar 2.13, daya input mekanis pada poros
generator (Pin) :
Pin = . (2.7)
Dan daya yang dikonversikan dari mekanikal menjadi elektrikal yang
prosesnya terjadi dalam mesin adalah
Pconv = . (2.8)
Dimana adalah sudut antara Ea dan Ia. Perbedaan antara daya input dan
daya yang dikonversikan dalam generator dinyatakan dalam rugi-rugi mekanis dan
rugi-rugi inti dan rugi sasar (stray) pada generator.
Gambar 2.13 Diagram aliran daya generator sinkron
Dan besar daya output yang sebenarnya dapat ditulis dalam bentuk
persamaan :
Untuk tegangan jala-jala Pout = √3. VT. IL. cos (2.10)
Untuk tegangan phasa Pout = 3. Vϕ. IA. cos (2.11)
Output daya reaktif Qout =√3. VT. IL. sin (2.12)
Besarnya torsi induksi pada generator ini dinyatakan dalam persamaan :
= k .BR x BS (2.13)
Sedangkan besarannya :
Dimana δ adalah sudut magnetik antara rotor dengan medan magnet (sudut torsi).
Cara lain untuk torsi induktif pada generator sinkron dapat dikembangkan pari
persamaan Pconv = . ,torsi dapat dinyatakan juga dalam bentuk :
= 3. Vφ EA sin δ (2.15)
ωm Xs
Persamaan diatas menyatakan torsi induksi dalam bentuk besarn
listrik,sedangkan persamaan = k .BR x BS menunjukkan persamaan dalam
bentuk mekanik.
2.9 Generator Sinkron Tanpa Beban
Dengan memutar generator sinkron diputar pada kecepatan sinkron dan
rotor diberi arus medan (If), maka tegangan (E0) akan terinduksi pada kumparan
jangkar stator. Bentuk hubungannya diperlihatkan pada persamaan berikut.
E0 = c.n.Φ (2.16)
Dimana :
c = konstanta mesin
n = putaran sinkron
Φ = fluks yang dihasilkan oleh If
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator,
karenanya tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh arus
medan (If). Apabila arus medan (If) diubah-ubah harganya, akan diperoleh harga E0
Bila besarnya arus medan dinaikkan, maka tegangan output juga akan naik
sampai titik saturasi (jenuh) seperti diperlihatkan pada gambar 2.13 berikut.
(a) (b)
Gambar 2.14 (a) Kurva Karakteristik Generator Sinkron Tanpa Beban
(b) Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Tanpa Beban
2.10 Generator Sinkron Berbeban
Bila generator diberi beban yang berubah – ubah maka besarnya tegangan
terminal Vt akan berubah – ubah pula. Hal ini disebabkan adanya :
• Jatuh tegangan karena resistansi jangkar (Ra)
• Jatuh tegangan karena reaktansi bocor jangkar (XL)
Gambar rangkaian dan karakteristik generator sinkron berbeban diperlihatkan pada
gambar 2.15 berikut ini.
(a) (b)
Gambar 2.15 (a) Kurva Karakteristik Generator Berbeban
(b) Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Berbeban
Persamaan tegangan pada generator berbeban adalah:
Ea = VΦ + IaRa + j IaXs (2.17)
Xs = XL + Xa (2.18)
Dimana:
Ea = tegangan induksi pada jangkar per phasa (Volt)
VΦ = tegangan terminal output per phasa (Volt)
Ra = resistansi jangkar per phasa (ohm)
Xs = reaktansi sinkron per phasa (ohm)
XL = reaktansi bocor per phasa (ohm)
2.11 Teori Dasar Getaran
Getaran adalah gerakan osilasi disekitar sebuah titik, gerakan massa yang
diberikan gaya (forced vibration) tanpa friction/gesekan. Getaran mesin adalah
gerakan suatu bagian mesin maju dan mundur dari keadaan diam. Getaran yang
ditimbulkan pada suatu mesin dapat mengambarkan kondisi gerakan-gerakan yang
tidak diinginkan pada komponen-komponen mesin. Contoh sederhanaditunjukkan
pada suatu getaran pegas dapat dilihat pada Gambar 2.16.Gerakan massa dari posisi
netral menuju batas puncak, kembali ke posisinetral, lalu menuju batas bawah dan
kembali ke posisi netral dapat diwakilkan dengan gerakan satu putaran lingkaran.
Gerakan satu putaran lingkaran ini memberikan informasi terpenting dalam
pengukuran getaran. Pergerakan yangkontinu akan menghasilkan gerakan periodik
atau harmonik.
Gambar 2.16 Getaran Murni
2.12 Karakteristik Getaran
Kondisi suatu mesin dan masalah-masalah kerusakan mekanik yang terjadi
dapat diketahui dengan mengukur karakteristik sinyal getaran pada mesin tersebut
memetakan gerakan dari pegas tersebut terhadap waktu. Pada Gambar 2.16
,menjelaskan tentang karakteristik getaran.
Gambar 2.16 Karakteristik getaran
2.12.1 Perpindahan Getaran (Vibration Displacement)
Pada Gambar 2.16, Perpindahan Getaran atau Vibration Displacement di
tunjukan pada getaran dengan jarak yang ditempuh dari suatu puncak ke puncak
(peak to peak), Perpindahan tersebut pada umumnya dinyatakan dalam satuan
mikron (μm) atau mils. Dimana : 1 μm = 0,001 (mm) dan 1 mils = 0,001 (inch).
2.12.2 Kecepatan Getaran ( Vibration Velocitn )
Pada Gambar 2.16, Kecepatan Getaran di notasikan dengan dua keadaan
yaitu (peak) dan menurut ISO menggunakan (rms). Pada gerak periodik
getarankecepatan maksimum terjadi pada titik (posisi netral) sedangkan kecepatan
minimum titik puncak atas (top or crest) dan titik puncak bawah (bottom or
trough), Kecepatan getaran maksimum ini biasanya dalam satuan : mm/det atau
Untuk root mean square (rms). Nilai peak = 1,414 x nilai rms. Kadang-kadang
digunakan juga satuan inch/sec (peak) atau inch/sec (rms), 1 inches = 25,4 (mm) .
2.12.3 Percepatan Getaran (Vibration Acceleration )
Pada Gambar 2.16, karakteristik getaran lain dan juga penting adalah
percepatan. kecepatan getaran adalah nol titik puncak atas (top or crest) dan titik
puncak bawah (bottom or trough), tetapi pada bagian-bagian tersebut akan
mengalami percepatan mengalami nilai maksimum. Sedang pada kondisi netral
percepatan getaran adalah nol. Secara teknis percepatan adalah laju perubahan dari
kecepatan. Percepatan getaran pada umumnya dinyatakan dalam, satuan
“g”,dimana satu “g” adalah percepatan yang disebabkan oleh gaya gravitasi pada
permukaan bumi. Sesuai dengan perjanjian intemasional satuan gravitasi pada
permukaan bumi “g” adalah 9,0665 (m/det2), 386,087 (in/det2) atau 32, 1739
(ft/det2) .
2.12.4 Frekuensi (Frequencn)
Pada Gambar 2.14 , titik A sampai titik E merupakan cycle kesatu, pada
titik E sampai titik I cycle kedua, pada titik I sampai titik M cycle ketiga,
danseterusnya. Pada titik puncak atas (top or crest) nilai maksimum positif
diatasgaris dasar (line reference) dan titik puncak bawah (bottom or trough)
nilaimaksimun negatif dibawah garis dasar (line reference). Satu gelombang
terdiridari titik puncak atas (top or crest) dan titik puncak bawah. frekuensi dari
getarantersebut biasanya dinyatakan sebagai jumlah siklus getaran yang terjadi tiap
menit (CPM = Cycles per minute). Sebagai contoh sebuah mesin bergetar 60 kali
Frekuensi bisa juga dinyatakan dalam CPS (cycles per second) atau Hertz dan
putaran dinyatakan dalam revolution per minute (RPM). Frekuensi = 1/periode[1].
Gambar 2.17 Fundamental Gelombang
2.12.5 Amplitudo (Amplitude)
Pada gambar 2.4 gelombang 1 dan gelombang 2 mempunyai panjang gelombang
yang sama, tetapi titik puncak atas (top or crest) dan titik puncak bawah (bottom or
trough ) berbeda. Jarak antara garis dasar (line reference) dan titik puncak atas (top
or crest) disebut Amplitudo (Amplitude) .
2.9.6 Fase (Phase)
Pada gambar 2.5, terlihat bentuk gelombang dengan intensifikasi amplitudo dan
frekuensi, tetapi titik puncak atas (top or crest) mengalami pergeseran (offset)
dengan jarak T/4 disebut sudut fase ( phase angle). Jarak T =360°, sehingga sudut
Gambar 2.17 Hubungan Fase dalam gelombang yang sama.
2.13 Jenis –Jenis Vibrasi
Vibrasi diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu :
1) Vibrasi bebas
Vibrasi bebas adalah vibrasi suatu benda yang terjadi tanpa adanya
hentakan – hentakan dari luar benda itu secara terus menerus. Jadi yang
disebut sebagai getaran bebas yaitu benda tersebut bergetar sendiri
setelah bebas dari gangguan - gangguan tersebut diatas. Sebagai contoh
sederhana adalah sebuah bell yang dipukul sekali saja maka pada bell
itu terjadi vibrasi bebas yang makin lama makin kecil.
2) Vibrasi paksa
Vibrasi paksa terjadi hampir pada seluruh mesin-mesin yang sedan
beroperasi. Pada contoh diatas sebuah bell yang dipukul, apabila
pukulan itu dilakukan secara terus - menerus, maka vibrasi yang terjadi
adalah vibrasi paksa. Jika gaya pada pukulan itu tetap dan berulang
secara sama,maka vibrasi bell akan stabil yaitu besar dan frekuensinya
2.14 Penyebab Terjadinya Vibrasi
Vibrasi adalah pergerakan dar rotor generator atau komponennya yang
keluar dari titik netralnya.Vibrasi atau getaran yang ditimbulkan oleh peralatan
yang berputar semisal motor, pompa, fan dan sejenisnya akan memberikan
petunjuk tentang kondisi dari peralatan tersebut berada dalam kondisi yang baik
ataukah sebaliknya.Secara umum penyebab terjadinya anomali getaran pada sebuah
peralatan yang berputar adalah sebagai berikut :
1) Unbalance atau imbalance
Unbalance adalah terjadinya pergeseran titik pusat massa dari titik
pusat putarnya sehingga akan menimbulkan getaran yang tinggi.
2) Misalignment
Vibrasi yang disebabkan oleh penyambungan poros yang tidak simetris
dan besarannya tergantung dari ketidaksimetrisan penyambunganya,
semakin tidak simteris penyambungan poros pada sebuah peralatan
maka menyebabkan vibrasi akan semakin tinggi. Gejala vibrasi yang
diakibatkan oleh misalignment hampir sama dengan gejala unbalance
akan tetapi dengan menggunakan vibriometer yang memadai akan lebih
mudah membedakan antara unbalance dan misalignment yaitu dari
analisa sudut fasanya. Terdapat beberapa jenis misalignment seperti
misalignment pada sambungan kopling, sabuk, rantai, roda gigi dan
lain-lain.
Vibrasi ini terjadi pada journal bearing yaitu pada mesin-mesin
dengan sistem pelumasan minyak bertekanan, serta mesin putaran
tinggi (di atas putaran kritis pertama).
4) Gesekan (rubbing)
Gesekan antara bagian yang berputar dengan bagian yang tetap
disebut rubbing. Gesekan ini bisa terjadi secara terputus-putus
(intermitent) atau secara terus menerus (continue) selama berputar.
5) Variasi beban
Beban besar (overload) pada mesin dapat menyebabkan vibrasi
yang tinggi. Untuk melakukan analisa dari fenomena ini maka
karakstristik pengoperasian mesin harus difahami, sehingga dalam
mengukur getaran dasar (baseline vibration) sangat penting untuk
memperhatikan variasi getaran terhadap beban, tekanan dan
temperatur.
6) Themal Sensitivity
Termal sensitivitas pada rotor generator adalah sebuah fenomena
yang terjadi pada sebuah rotor generator yang menyebabkan
perubahan vibrasi pada rotor generator seiring dengan perubahan
arus medan. Pada dasarnya termal sensitivitas dapat disebabkan oleh
distribusi temperatur yang tidak sama disekitar permukaan rotor
atau akibat gaya aksial yang terdistribusi tidak merata pada rotor
dikarenakan perbedaan koefisien termal ekspansi yang besar antara
belitan yang terbuat dari tembaga dan ini rotor yang terbuat dari
belitan rotor secara mekanik maupun elektrik, generator akan
terbebankan secara tidak merata yang akan menyebabkan rotor
bengkok dan menyebabkan perubahan besaran vibrasi.
2.15 Vibrasi Generator dan Sensitivitas Thermal (Thermal Sensitivitn)
Analisa stabilitas thermal dilakukan ketika tidak diketahui asal terjadinya
vibrasi pada generator. Tujuan dari analisa ini adalah mempersempit analisa asal
penyebab terjadinya vbrasi dengan menganalisa pengaruhnya terhadap arus medan
(If) yang terjadi pada belitan medan. Thermal sensitivity adalah problem pada
kumparan rotor generator yang disebabkan terjadinya ketidaksamaan/tidak
meratanya kuat medan elektromagnetik sehingga rotor menjadi bengkok karena
tekanan medan elektromagnetik yang tidak merata tersebut dan menimbulkan
vibrasi di luar batas yang dipersyaratkan.
Sensitivitas thermal merupakan sebuah fenomena yang terjadi pada rotor
ketika perubahan vibrasi berbanding lurus dengan perubahan arus medan (If).
Penyebab sensitivitas termal adalah ketidakseimbangan distribusi panas disekitar
belitan rotor atau akibat gaya aksial yang terdistribusi tidak merata pada rotor
dikarenakan perbedaan koefisien termal ekspansi yang besar antara belitan yang
terbuat dari tembaga dan ini rotor yang terbuat dari campuran baja.
Jika ada ketidakseimbangan pada area seputar belitan rotor secara mekanik
maupun elektrik, generator akan terbebankan secara tidak merata yang akan
menyebabkan rotor bengkok dan menyebabkan perubahan besaran vibrasi.
Secara umum, sensitivitas termal dibagi menjadi dua jenis termal, keduanya
mengikuti perubahan arus eksitasi sedangkan tipe irreversible artinya perubahan
arus eksitasi tidak berpengaruh pada perubahan besaran vibrasi yang
ditimbulkanya. Jika situasi ini terjadi perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada
kondisi rotor. Tipe reversibe dan irreversible terlihat pada gambar ,yang
menunjukkan pengaruh arus eksitasi (If) terhadap vibrasi pada rotor generator.
2.16 Kurva Kapabilitas (Curve Capabilitn)
Generator adalah mesin listrik yang berfungsi merubah energi mekanik
yang berasal dari turbin sebagai penggerak mula (prime mover) menjadi energi
listrik. Untuk memudahkan operator pada umumnya setiap generator dilengkapi
dengan Capability Curve, kurva ini berupa korelasi batasan operasi pembebanan
generator. Dalam banyak kasus termal sensitivitas tidak menyebabkan generator
tidak beroperasi, melainkan hanya membatasi operasi pada arus eksitasi yang
rendah saja untuk menghindari peningkatan vibrasi
(a)
Gambar 2.18 (a) Tipe Reversible (b) Tipe Irreversible
Dari grafik kurva kapabilitas pada gambar berikut terlihat ada 3 daerah
operasi. Daerah A-B dibatasi oleh temperatur kumparan medan, B-C dibatasi
temperatur kumparan jangkar dan C-D dibatasi temperatur inti kumparan jangkar.
Secara umum termal sensitivitas tidak dipengaruhi pola operasi B-C dan C-D, hal
ini karena pada kedua kurva pola operasi B-C dan C-D diatas tidak besar.
Gambar 2.19 Kurva Kapabilitas secara umum
Jika level vibrasi masih berada dalam keadaan yang dapat diterima,
sensitivitas termal tidak menjadi sebuah masalah besar. Masalah akan terjadi jika
selama masa operasi jika vibrasi melebihi batas yang dapat diterima oleh kurva
kapablilitas. Pada gambar 2.20 dibawah akan diperlihatkan kapabilitas dari
generator sinkron pada PLTU Pangkalan Susu, khususnya sehingga dapat diketahui
Gambar 2.20 Kurva Kapabilitas Generator Sinkr
Pada gambar dibawah terlihat skematik diagram beaaring yang terdapat
pada PLTU Pangkalan Susu. Bearing yang diamati adalah bearing pada
yaitu bearing 6 dan bearing 7. Pengukuran generator dilakukan pada arah radial
(horizontal dan vertikal) dan pada arah axial.
Gambar 2.21 Layout bearing generator sinkron PLTU Pangkalan Susu 220 MW
2.17 Penyebab Sensitivitas Thermal
Beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya fenomena sensitivitas
termal adalah sebagai berikut :
Short turn ( Hubung Singkat)
Short turn terjadi karena adanya breakdown pada isolasi diantara
beliatan. Short turn merupakan faktor utama dari terjadinya thermal
sensitivity.Kelayakan dari operasi generator sendiri sangat bergantung
pada penyebaran dan jumlah hubung singkat yang terja
Kurva Kapabilitas Generator Sinkron PLTU Pang. Susu
Pada gambar dibawah terlihat skematik diagram beaaring yang terdapat
pada PLTU Pangkalan Susu. Bearing yang diamati adalah bearing pada
yaitu bearing 6 dan bearing 7. Pengukuran generator dilakukan pada arah radial
(horizontal dan vertikal) dan pada arah axial.
Gambar 2.21 Layout bearing generator sinkron PLTU Pangkalan Susu 220 MW
Penyebab Sensitivitas Thermal
hal yang bisa menyebabkan terjadinya fenomena sensitivitas
termal adalah sebagai berikut :
Short turn ( Hubung Singkat)
Short turn terjadi karena adanya breakdown pada isolasi diantara
beliatan. Short turn merupakan faktor utama dari terjadinya thermal
sensitivity.Kelayakan dari operasi generator sendiri sangat bergantung
pada penyebaran dan jumlah hubung singkat yang terjadi. Dalam proses on PLTU Pang. Susu
Pada gambar dibawah terlihat skematik diagram beaaring yang terdapat
pada PLTU Pangkalan Susu. Bearing yang diamati adalah bearing pada generator
yaitu bearing 6 dan bearing 7. Pengukuran generator dilakukan pada arah radial
Gambar 2.21 Layout bearing generator sinkron PLTU Pangkalan Susu 220 MW
hal yang bisa menyebabkan terjadinya fenomena sensitivitas
Short turn terjadi karena adanya breakdown pada isolasi diantara
beliatan. Short turn merupakan faktor utama dari terjadinya thermal
sensitivity.Kelayakan dari operasi generator sendiri sangat bergantung
start/stop unit yang berulang-ulang, gesekan akan lebih sering terjadi
antara belitan dengan belitan akibatnya akan mengikis isolasi antara
belitan. Jika terjadi hubung singkat lebih besar pada belitan yang satu
dengan yang lainnya, maka resistansi belitan akan lebih rendah dari
yang lainnya akibatnya terjadi perbedaan temperatur. Oleh karena
perbedaan distribusi panas yang tidak merata ini, menyebabkan
peristiwa pembengkokan rotor yang akan berbanding lurus dengan arus
eksitasi ( If ) yang terjadi.
Ventilasi pendingin tertutup
Tertutupnya lubang pendingin dapat secara signifikan mempengaruhi
keseimbangan temperatur dari rotor generator. Ini dapat terjadi jika ada
benda asing masuk kedalam kumparan medan dan menutupi lubang
ventilasi dan pendingin. Permasalahan permasalahan ini membuat
distribusi temperatur menjadi tidak sama, yang kemudian
mempengaruhi kumparan medan dan akhrinya menyebabkan reversible
thermal sensitivity.
Perbedaan ketebalan block pemisah pada ujung belitan
Jarak antar blok pada end winding rotor generator harus sesuai, pas dan
seragam. Jarak yang tidak sama dapat mengakibatkan gaya yang tidak
seragam pada core (steel field forging) melalui retaining ring sehingga
bisa mengakibatkan reversible thermal sensitivity.
Untuk mengetahui suatu mesin kondisi umum kelayakan mesin yang
beroperasi dan mengetahui mesin tersebut layak atau tidak layak untuk beroperasi
pada batas vibrasi tertentu. Maka diperlukan standar vibrasi yang digunakan untuk
mengetahui tahap kerusakan mesin akibat vibrasi yaitu ISO 7919−2:2001. Tabel
2.1 dibawah merupakan batas perpindahan getaran yang terbagi pada beberapa
zona aman dan tidak aman.
Tabel 2.1 – Recommended values for maximum relative displacement of the shaft
for steam turbines and generators at the zone bounderies.
Zone Boundary Shaft rotational speed (r/min)
1500 1800 3000 3600
Peak to peak displacement of shaft ( )
A/B 100 90 80 75
B/C 200 185 165 150
C/D 320 290 260 240
Berikut adalah zona evaluasi yang diizinkan untuk vibrasi rotor mesin yang menyediakan petunjuk untuk melakukan tindakan preventif selanjutnya.
Zone A :
Vibrasi pada mesin yang berada dalam tahap commisioning. Zone B :
Mesin dengan vibrasi pada zona ini adalah dalam keadaan normal dan dapat diterima untuk operasi jangka panjang.
Zona C:
Mesin dengan vibrasi pada zona ini dianggap tidak bekerja dengan baik untuk operasi jangka panjang dan merupakan zona ALARM.
Zone D :
Vibrasi pada zona ini dapat menyebabkan kerusakan pada mesin dan merupakan zona TRIP.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama yaitu pusat pembangkit listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Pusat pembangkit
merupakan rangkaian alat atau mesin yang merubah energi mekanikal untuk menghasilkan energi listrik. Generator listrik adalah sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi mekanik menjadi listrik. Penggunaan
generator listrik di pusat pembangkit listrik tidak terlepas dari permasalahan yang dapat menyebabkan kerugian. Salah satu kerugian yang terjadi pada mesin listrik
adalah vibrasi / getaran pada mesin. Getaran merupakan fenomena yang banyak terjadi pada mesin berputar yang menunjukkan pergerakan keluar dari titik netralnya. Getaran dan generator tidak dapat dipisahkan karena generator
mempunyai dimensi kecepatan yang berporos. Suatu mesin yang ideal jika dipandang dari sudut vibrasi yaitu mesin yang tidak mengalami vibrasi sama sekali. Namun kelihatannya kondisi tersebut mustahil diperoleh karena sangat sulit
mendapatkan fabrikasi mesin tanpa sisa ketidakseimbangan atau mesin yang bergerak berputar tanpa menimbulkan gesekan satu bagian dengan bagian lainnya .
Oleh karena itu dibutuhkan suatu analisa vibrasi guna memonitor kondisi vibrasi yang terjadi pada generator. Penulis akan melakukan penelitian di PLTU Pangkalan Susu dan menganalisa keterkaitan antara terjadinya vibrasi terhadap
11 dapat menjadi acuan dalam pencegahan dan pemeliharaan mesin generator sinkron
yang lebih baik.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Berapa besar pengukuran vibrasi di PLTU Pangkalan Susu
2. Bagaimana tingkat keparahan vibrasi jika dibandingkan dengan acuan klasifikasi getaran yang sesuai dengan standar ISO 7919.
3. Bagaimana hasil analisa penyebab terjadinya vibrasi generator pada
PLTU Pangkalan Susu.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui besar pengukuran vibrasi di PLTU Pangkalan Susu.
2. Mengetahui tingkat keparahan vibrasi yang disesuaikan dengan acuan klasifikasi getaran dengan standar ISO 7919.
3. Menjelaskan analisa penyebab terjadinya vibrasi generator sinkron di
PLTU Pangkalan Susu.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
3. Analisa vibrasi yang digunakan adalah dengan metode condition
monitoring, yaitu dengan melakukan monitoring kondisi mesin melalui
data yang telah diambil.
4. Analisa penyebab vibrasi dibatasi pada masalah sensivitas termal.
1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari tugas akhir ini adalah untuk menganalisa keterkaitan antara terjadinya vibrasi terhadap parameter kelistrikan dan pengaruhnya terhadap performasi generator listrik di PLTU Pangkalan Susu
i
ABSTRAK
Penggunaan generator sinkron di dunia, khususnya di pusat pembangkit
listrik tidak terlepas dari permasalahan yang dapat menyebabkan kerugian.
Kerugian yang timbul tidak hanya dalam jumlah kecil, melainkan dapat juga
menghasilkan kerugian dalam jumlah cukup besar dalam proses produksi.
Menjaga mesin listrik agar selalu dalam kondisi ideal, sehingga
menghasilkan daya output yang maksimal adalah harapan perusahaan listrik. Mesin
yang ideal dipandang dari sudut vibrasi, adalah mesin yang tidak menghasilkan
vibrasi sama sekali. Namun kelihatannya kondisi tersebut mustahil diperoleh
karena sangat sulit mendapatkan fabrikasi mesin tanpa sisa ketidakseimbangan atau
mesin yang bergerak berputar tanpa menimbulkan gesekan satu bagian dengan
bagian lainnya .
Oleh karena itu dilakukan pengukuran vibrasi dan metode condition
monitoring akibat vibrasi yang terjadi pada mesin. Sehubungan dengan hal tersebut
di atas, maka penulis mencoba untuk menganalisa vibrasi sehingga dapat
meminimalisir kerugian yang timbul jika terjadi vibrasi yang melebihi batas
ambang normal. Hal ini diharapkan dapat membantu pemeliharaan prediktif yang
terjadi akibat gangguan vibrasi pada generator.
Penelitian akan dilakukan di PLTU PangkalanSusu 2 x 200 MW. Metode
analisis yang digunakan adalah metode condition monitoring, yaitu memonitor
kondisi mesin melalui data yang diambil, membandingkannya dengan data
sebelumnya sehingga dapat dilihat perubahan yang terjadi pada mesin , kemudian
menganalisa kategori vibrasi tersebut berdasarkan standar vibrasi ISO
ANALISIS VIBRASI PADA GENERATOR SINKRON
(STUDI KASUS PLTU PANGKALAN SUSU 2 x 200 MW)
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
menyelesaikan pendidikan sarjana (S
Departemen Teknik Elektro Sub konsentrasi Teknik
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR
ANALISIS VIBRASI PADA GENERATOR SINKRON
(STUDI KASUS PLTU PANGKALAN SUSU 2 x 200 MW)
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada
Departemen Teknik Elektro Sub konsentrasi Teknik Energi Listrik
Oleh :
ANALISIS VIBRASI PADA GENERATOR SINKRON
(STUDI KASUS PLTU PANGKALAN SUSU 2 x 200 MW)
ABSTRAK
Penggunaan generator sinkron di dunia, khususnya di pusat pembangkit
listrik tidak terlepas dari permasalahan yang dapat menyebabkan kerugian.
Kerugian yang timbul tidak hanya dalam jumlah kecil, melainkan dapat juga
menghasilkan kerugian dalam jumlah cukup besar dalam proses produksi.
Menjaga mesin listrik agar selalu dalam kondisi ideal, sehingga
menghasilkan daya output yang maksimal adalah harapan perusahaan listrik. Mesin
yang ideal dipandang dari sudut vibrasi, adalah mesin yang tidak menghasilkan
vibrasi sama sekali. Namun kelihatannya kondisi tersebut mustahil diperoleh
karena sangat sulit mendapatkan fabrikasi mesin tanpa sisa ketidakseimbangan atau
mesin yang bergerak berputar tanpa menimbulkan gesekan satu bagian dengan
bagian lainnya .
Oleh karena itu dilakukan pengukuran vibrasi dan metode condition
monitoring akibat vibrasi yang terjadi pada mesin. Sehubungan dengan hal tersebut
di atas, maka penulis mencoba untuk menganalisa vibrasi sehingga dapat
meminimalisir kerugian yang timbul jika terjadi vibrasi yang melebihi batas
ambang normal. Hal ini diharapkan dapat membantu pemeliharaan prediktif yang
terjadi akibat gangguan vibrasi pada generator.
Penelitian akan dilakukan di PLTU PangkalanSusu 2 x 200 MW. Metode
analisis yang digunakan adalah metode condition monitoring, yaitu memonitor
kondisi mesin melalui data yang diambil, membandingkannya dengan data
sebelumnya sehingga dapat dilihat perubahan yang terjadi pada mesin , kemudian
menganalisa kategori vibrasi tersebut berdasarkan standar vibrasi ISO
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas izin dari Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan Tugas Akhir ini. Saya sebagai penulis menghaturkan terima
kasih sebanyak – banyaknya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan orang tua yang
menjadi teladan bagi penulis untuk selalu belajar dan mencari ilmu.
Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan yang harus penulis
penuhi untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di Departemen Teknik
Elektro, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir penulis adalah :
“ANALISIS VIBRASI PADA GENERATOR SINKRON
(STUDI KASUS PADA PLTU PANGKALAN SUSU 2 x 200 MW)”
Dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak,
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis
dan banyak memberikan dukungan moril maupun spiritual kepada penulis
dari kecil hingga saat ini.
2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik
Elektro FT. USU serta selaku dosen penguji Tugas Akhir yang telah
banyak memberikan masukan demi perbaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Rachmad Fauzi S.T., M.T. selaku sekretaris Departemen Teknik
Elektro FT USU yang telah banyak memberikan masukan demi perbaikan
4. Bapak Ir. Raja Harahap, MT., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang
telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan
bantuan, bimbingan, dan pengarahan kepada penulis selama perkuliahan
hingga penyusunan Tugas Akhir ini.
5. Pak Hasdari, ST. MT selaku dosen wali penulis.
6. Bapak Ir. Edy Warman, MT., dan Ibu Ir. Windalina Syafiar selaku Dosen
Penguji Tugas Akhir yang telah banyak memberikan masukan demi
perbaikan Tugas Akhir ini.
7. Bapak Ir.Syamsul Amien, MS selaku Dosen Penguji Tugas Akhir yang
membantu memberikan masukan dan nasehat untuk memperbaiki Tugas
Akhir ini.
8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik penulis menuju jenjang
Sarjana.
9. Seluruh staf pegawai Departemen Teknik Elektro FT USU yang telah
membantu penulis dalam pengurusan administrasi.
10.Bapak Muhammad Yusuf selaku Manajer UPK Pembangkit Sumatera 2.
11.Bapak Gusthama D. Zachrandy selaku Asisten Manajer UPK Pembangkit
Sumatera 2.
12.Bapak Sandi Anugraha selaku pembimbing lapangan selama Kerja Praktek.
13.Bapak Fandy & Bapak Eko Bambang yang telah memberikan banyak ilmu
kepada penulis, baik secara teori maupun praktek secara langsung ke
lapangan.
14.Seluruh pegawai PT. PLN (Persero) UPK Kitsum 2 (Pak Leo, Pak Choy,
(Pak Heri, Pak Aji, Pak Rafi, Pak Reo, dan Pak Abu) yang telah bersedia
memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama melaksanakan.
15.Kakak dan abang kandung saya yang membantu memberikan semangat dan
doa dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.
16.Faisal, Alisa, Hazijah Afni dan Sakinah yang selalu memberi semangat,
bantuan, tangisan dan senyuman kepada saya, selama menjalani pendidikan
di Departemen Teknik Elektro FT USU hingga jenjang Sarjana.
17.Seluruh teman-teman stambuk 2011 yang selalu saling memberi semangat,
bantuan, dan cerita selama mengerjakan tugas akhir ini.
18.Seluruh abang dan kakak senior serta adik-adik junior yang telah memberi
dukungan dan bantuan.
19.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun.
Akhirnya penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya mahasiswa yang ingin mendalami sistem pembangkitan energi listrik.
Medan, Januari 2016
DAFTAR ISI
2.3 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron ... 12
2.4 Prinsip Kerja ... 16
2.5 Kecepatan Putar Generator Sinkron ... 18
2.6 Diagram Fasor ... 19
2.11.1 Perpindahan Getaran... 26
2.11.2 Kecepatan Getaran ... 26
2.11.4 Frekuensi ... 27
2.11.6 Amplitudo ... 28
2.11.6 Phasa ... 28
2.12 Jenis –Jenis Vibrasi ... 29
2.13 Penyebab Terjadinya Vibrasi ... 30
2.14 Vibrasi dan sensitivitas termal ... 32
2.15 Sensivitas Termal dan Kurva Kapabiltas... 34
2.16 Penyebab Sensivitas Termal ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum ... 41
4.2 Data Hasil Percobaan... 43
4.3 Pengukuran Vibrasi Generator ... 44
4.4 Analisa Sensivitas Termal ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 50
5.2 Saran ... 51
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 (a) Diagram Generator AC Satu Fasa Dua Kutub... 4
(b) Diagram Generator AC Tiga Fasa Dua Kutub... 4
Gambar 2.2 Konstruksi Generator Sinkron Secara Umum... 6
Gambar 2.3 Rotor Generator Sinkron... 8
Gambar 2.4 Rotor Kutub Menonjol Generator Sinkron... 9
Gambar 2.5 Rotor Kutub Silinder Generator Sinkron... 10
Gambar 2.6 Stator Generator Sinkron... 11
Gambar 2.7 Bentuk-bentuk Alur... 12
Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron... 13
Gambar 2.9 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Tiga Phasa... 14
Gambar 2.10 Rangkaian Ekivalen Rotor pada Generator Sinkron... 15
Gambar 2.11 Rangkaian Ekivalen Generator Sinkron Perphasa... 15
Gambar 2.12 Diagram Fasor... 19
Gambar 2.13 Diagram aliran daya generator sinkron... 21
Gambar 2.20 Thermal Sensitivity... 33
Gambar 2.21 Kurva Kapabilitas secara umum... 34
Gambar 2.22 Kurva Kapabilitas Generator Sinkron PLTU Pang. Susu... 35
Gambar 2.23 Layout bearing generator sinkron PLTU Pang Susu 220 MW...35
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian... 40
Gambar 4.1 Layout bearing ... 43
Gambar 4.1 Grafik respon getaran bearing 6... 44
Gambar 4.3 Grafik respon getaran bearing 7... 45
Gambar 4.4 Grafik Vibrasi vs Daya Output ... 47
Gambar 4.5 Grafik Vibrasi vs Q out ... 47
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Vibrasi ISO 7919... 37
Tabel 4.1 Trending data vibrasi bearing 6 ... 43
Tabel 4.2 Trending data vibrasi beaing 7... 44
Tabel 4.3 Pengaruh vibrasi terhadap berbagai parameter ... 46
Tabel 4.4 Tabel percobaan beban dinaikkan hingga 60% ... 46