• Tidak ada hasil yang ditemukan

PATOGENISITAS Aeromonas salmonicida PADA PATIN SIAM (Pangasius hypophthalmus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PATOGENISITAS Aeromonas salmonicida PADA PATIN SIAM (Pangasius hypophthalmus)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PATOGENISITAS Aeromonas salmonicida PADA PATIN SIAM (Pangasius hypophthalmus)

Oleh

Elmunah Wahidah

Aeromonas salmonicida merupakan bakteri pathogen pada ikan yang memiliki kisaran inang yang luas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati dan mengetahui patogenisitas A. salmonicida pada ikan patin siam. Isolate bakteri A. salmonicida dikoleksi dari Stasiun Karantina Ikan Panjang. Ada tiga parameter yang diamati untuk mengetahui patogenisitas A. salmonicida pada penelitian ini yaitu, LD50, uji hemaglutinasi dan uji Postulat Koch. LD50 diambil dari data sekunder pada penelitian sebelumnya oleh Supriyadi (2010). Uji hemaglutinasi dilakukan dengan mengacu pada metode standar uji hemaglutinasi VIRAPUR (2011) dengan sedikit modifikasi. Uji Postulat Koch dilakukan dengan menginfeksikan isolat A. salmonicida dari ikan yang diinfeksi sebelumnya pada 10 ekor ikan patin dan diamati gejala sakit dan kematian selama 2 minggu.

Hasil penelitian menunjukkan LD50 A. salmonicida pada ikan patin siam adalah 107cfu/mL. Uji hemaglutinasi menunjukkan adanya reaksi aglutinasi eritrosit ikan patin pada pengenceran 21. Uji Postulat Koch menunjukkan adanya kematian pada ikan patin sebanyak 2 ekor tanpa diawali dengan gejala klinis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bakteri A. salmonicida memiliki patogenisitas yang relatif rendah pada ikan patin siam.

(2)

ABSTRACT

Pathogenicity of Aeromonas salmonicida in Patin Siam (Pangasius hypophthalmus)

By

ELMUNAH WAHIDAH

Aeromonas salmonicida is pathogenic bacteria in fish that has wide range host. The objective of this research was to know pathogenicity of A. salmonicida on striped catfish. A. salmonicida isolate was collected from Panjang fish quarantine station. There were three parameters observed to detect pathogenicity of A. salmonicida in this research : LD50, hemagglutination test and Koch Postulate test. LD50 was taken from the secondary data in a previous research by Supriyadi (2010). Hemagglutination test was referred to standard method of VIRAPUR hemagglutination test (2011) with minor modification. Koch Postulate test was done by infecting A. salmonicida from a previously infected fish into ten striped catfish. The symptom of disease and mortality was observed daily in two weeks after infection.

The results showed that LD50 A. salmonicida on striped catfish was 107 cfu/mL. The hemagglutination test showed that there was agglutination reaction of erythrocyte on striped catfish in 2-1 dilution. Koch Postulate test indicated that there were 2 fish died without any initiated clinical symptom. These resulted that A. salmonicida isolate of this research has low pathogenicity on striped catfish.. Key words : A. salmonicida, LD50, hemagglutination, Koch Postulat, striped

(3)

PATOGENISITAS Aeromonas salmonicida PADA IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypophthalmus)

Oleh

ELMUNAH WAHIDAH

Skripsi

Sebagai Salah Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)

PATOGENISITAS Aeromonassalmonicida PADA IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypophthalmus)

(Skripsi)

Oleh

Elmunah Wahidah 0514111042

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

(6)
(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan patin ... 8

2. Bakteri A. salmonicida ... 10

3. Eritrosit aglutinan dan eritrosit tidak aglutinan ... 17

4. Tahapan penelitian ... 24

5. Hasil uji hemaglutinasi ... 31

6. Isolasi bakteri ke medium GSP ... 31

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Kerangka Pemikiran ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) ... 7

1. Klasifikasi dan identifikasi ikan patin ... 7

2. Habitat dan distribusi ikan patin ... 8

3. Makan dan kebiasaan makan ikan patin ... 9

B. Bakteri A. salmonicida ... 9

C. Patogenisitas Mikroba ... 16

1. Uji LD50 ... 16

2. Uji Hemaglutinasi ... 16

3. Uji Postulat Koch ... 18

D. Kualitas Air ... 19

1. Suhu ... 19

2. DO (Dissolved oxygen) ... 20

(9)

III. METODE PENELITIAN ... 21

A. Waktu dan Tempat ... 21

B. Alat dan Bahan ... 21

C.Metode Penelitian ... 22

D.Prosedur Penelitian ... 23

1. Tahap Persiapan ... 25

a. Sterilisasi Alat dan Bahan ... 25

b. Persiapan Wadah dan Ikan Uji ... 25

c. Pembuatan Media Bakteri ... 26

d. Penumbuhan dan Pengenceran Bakteri ... 26

e. Kohabitasi ... 26

2. Tahap Pelaksanaan ... 27

a. Uji Hemaglutinasi ... 27

b. Uji Postulat Koch ... 27

3. Tahap Pengamatan ... 27

a. Respon makan ikan ... 28

b. Mortalitas ... 28

c. Pengukuran Kualitas Air ... 28

d. Gejala Klinis ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

1. LD50 ... 30

2. Uji Hemaglutinasi ... 30

3. Uji Postulat Koch ... 31

a. Respon nafsu makan ikan patin ... 32

b. Kualitas Air ... 33

c. Mortalitas ... 33

d. Gejala klinis ikan patin ... 33

B. Pembahasan ... 34

V. SIMPULAN ... 40 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Petunjuk Praktikum Penyakit Ikan Bakterial. Pelatihan Lanjutan Bakteriologi Tingkat Ahli Karantina Ikan. Lab Hama dan Penyakit Ikan. UGM. Hal 22 – 23.

______. 2008. (http//id.wikipedia.org/wiki/Bakteri). Di akses tanggal 11 September 2011. Jam 20.25 wib.

______. 2010a. Petunjuk Praktikum Manajemen Kesehatan Ikan. Universitas Lampung Jurusan Budidaya Perairan. Hal 2.

______. 2010b. (http://tychoctf.blog spot.com/2010/06/Postulat – Koch.html) di akses tanggal 1 November 2011 jam 20.18 wib.

______. 2011a. VIRAPUR (Virus Purification Experts). www. Virapur.com. San Diego. Diakses tanggal 10 Oktober 2011.

______. 2011b. (http://omahtani.wordpress.com//2011/08/25/mengantisipasi_ serangan_bakteri_Aeromonas_pada_patin_dan_manusia/GCAT:

glyoerophospolipid cholesterol acyltransferase). Di akses tanggal 29 Oktober 2011 pukul 19.03 WIB.

______. 2012a. (http://83.238.144.18/analytics/micro_manual/TEDIS

data/prods/1_10230_0500.hyml). Diakses tanggal 5 Januari 2012 pukul 02.28 wib.

______ . 2012. (http://aguskrisno blog.files.wordpress.com. 2011/01/

anatomi_bakteri.jpg.) diakses tanggal 25 Desember 2011 Pukul 22.30 wib.

Afrianto, E & Liviawaty, E. 1999. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanasius. Hal 56 – 62.

(11)

42

Ayuningtyas, A.K. 2008. Efektivitas Campuran Meniran Phylanthus niruri dan Bawang Putih (Allium sativum) untuk Pengendalian Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan Lele Dumbo (Clarias sp). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Instintut Pertanian Bogor. Bogor. Bootsma, R., dan J. Blommert. 1978. Zur Aetiologie der Erythroder- matitis beim

Karpfen Cyprinu8 cal’pio L. In Neuere uber Fischifektionen. Gustav Fischer Verlag Stuttgart and New York. Pp 20 – 27.

Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Auburn University. 4th Printing, International Centre for Aquaculture Experiment Station. Auburn.

Buller, N.B. 2004. Bacteria from Fish and Other Aquatic Animals, A Practical Identification Manual. CABI Publishing, UK. 358p.

Carson, J. Dan J. Handlinger. 1988. Virulence of the aetiological agent of goldfish ulcer disease in Atlantic salmon, Salmo salar L. Journal of Fish Disease. 11 : 471 – 479.

Cipriano dan G. Bullock. 2001. Furunculosis And Other Diseases Caused By Aeromonas salmonicida. Fish Diseases Leaflet 66. West Virginia. 33 : 2 –8

Dachlan, M. 2001. Kamus Istilah Medis. Penerbit Arkola. Jakarta. Hal 449.

Darmanto. 2003. Respon Kebal Ikan Mas Koki (Carassius auratus) Melalui Vaksinasi dan Imunostimulasi Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Tesis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Instintut Pertanian Bogor. Bogor.

Darti S.L dan Iwan, D. 2006. Penyakit Ikan Hias. Penebar Swadaya. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Balai Pustaka. Jakarta

Djarijah, A.S. 2001. Pembenihan Patin. Kanisius. Yogyakarta.

Effendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Bogor

Emmerich, R., dan E. Weibel. 1890. Uber eine durch Bakterien verursachte Infektionskrankheitder Forellen. Allg. Fisch. Ztg. 15: 85 – 92.

Gufran, M. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta. Jakarta. 63 hal.

(12)

Ghufran, K,K. 2010. Budidaya Ikan Patin di Kolam Terpal. LILY Publisher. Yogyakarta. Hal 7 – 11.

Gyles, C. L. and J.F. Prescott. 2004. Themes in Bacterial Pathogenic Mechanisms. In Gyles, C.L., J. F. Prescott, J. G. Songer, and C. O. Thoen (Eds). 2004. Pathogenesis of Bacterial Infections in Animals Third Edition. Blackwell Publishing, Iowa, USA.

Guntur Tarigan, H. 2009. Prinsip – Prinsip Dasar Metode Riset Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Angkasa. Bandung. Hal 155.

Hammel, K.L. 1995. An overview of furunculosis in Atlantic Canada. Bulletin of the Aquaculture Association of Canada. 95 : 8 – 11.

Hariyadi, S., I.N.N Suryadiputra dan B. Widigdo. 1992. Limnologi. Metode Analisa Kualitas Air. Laboratorium Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. 109 halaman.

Holt, J.G., N.R Krieg., P.H.A Sneath., J.P Staley. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. The Williams and Wilkins Company, Baltimore.

Humphrey, J.D. dan L. D. Ashburner. 1993. Spread of the bacterial fish pathogen A. salmonicida after importation of infected goldfish, Carrasius auratus, into Australia. Australian Veterinary Journal. 70 : 453 – 454.

Jawetz, E, Melnick, J.L dan Adelberg, E.A. 1995. Medical Microbiology. San Fransisco. Edisi 20. hal 141.

Kurniastuti. 2001. Rangkuman Bahan Kuliah Pengendalian Hama Penyakit. Program D3 Sumberdaya Perikanan. Universitas Lampung. Hal 5.

Lee, K., S. Kim, Y. Oh, and Y. Lee. 2000. Characterization of Aeromonas hydrophila Isolated from Rainbow Trouts in Korea. The Journal of Microbiology Vol. 38. (1) : 1-7

McCarthy, D. H. dan R. J. Robert. 1980. Furunculosis of fish – the present state of our knowledge. In M. R. Droop and H. W. Jannasch, eds. Advances in Aquatic Microbiology. Academic Press, London. Vol 2 : 293 – 341. Michael T,Madigan, John M.Martinko and Jack Parker. 2003. Biology of

Microorganisms. Edisi sepuluh. Technical University of Denmark, Lyngby, Denmark. Hal. 740.

Notoadmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Hal. 138

(13)

44

Putra, A. P. 2009. Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L) terhadap Infeksi Bakter Aeromonas salmonicida pada Ikan Patin (Pangasius pangasius). Skripsi Fakultas Pertanian Program Studi Budidaya Perairan, Universiras Lampung. Lampung.

ReedL. J. & Muench H. 1938. A simple method of estimating fifty percent end points. American Journal of Hygiene 27, 493–497.

Supriyadi, A. 2010. Efektifitas Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia cattapa L) Untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas salmonicida Pada Ikan Patin (Pangasioniodon hypophthalmus). Skripsi Fakultas Pertnian Program Studi Budidaya Perairan. Universitas Lampung.

Supriyadi, H. Dan P. Taufik, 1981. Identifikasi dan cara penanggulangannya penyakit bakterial pada ikan lele (Clarias batracus). Bull. Perik. I (3): 447-454

Stickney, RR. 1993. Principle of Warmwater Aquaculture. A Wiley-Interscience Publication, John Wiley and Sons, New York.

Sunarma, A. 2007. Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius). Diakses dari http: www.dkp.go.id. Pada tanggal 6 Febuari 2009.

Supriyadi, H. 2003. Penyakit pada Ikan Hias Serta Cara Penanggulangannya. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sukamandi. Jawa Barat.

Suriawiria, U. 1986. Buku Materi Pokok Mikrobiologi Modul 1 – 5. Karunika Jakarta. Hal 1 – 8.

Susanto, H dan Khairul A. 2007. Budidaya Ikan Patin. Penebar Swadaya. Jakarta. Tim Penyusun Pusat Bahasa. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :

Balai Pustaka.

Trust, T.J. A. G. Khouri, R.A. Austen, dan L. D. Ashburner. 1980. First isolation in Australia of atypical A. Salmonicida. FEMS Microbiologi Letter. 9 : 39 – 42.

(14)
(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar asli Indonesia yang tersebar di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan (Djarijah, 2001). Ikan patin termasuk komoditi yang memiliki prospek cerah untuk dibudidayakan. Hal tersebut dikarenakan ikan patin mempunyai kelebihan yaitu rasa dagingnya yang lezat dan gurih, ukuran per individunya besar, pertumbuhannya yang pesat, dan mudah dibudidayakan (Susanto dan Khairul, 2007). Di Indonesia terdapat 13 jenis ikan patin, namun baru 2 spesies yang telah berhasil dibudidayakan yakni ikan patin siam dan patin jambal. Selain di Indonesia, ikan patin juga banyak ditemukan di kawasan Asia lainnya seperti di Vietnam, Thailand, dan Cina (Ghufran, 2010).

(16)

Akan tetapi padat penebaran yang tinggi, jika tidak didukung dengan kualitas air yang baik, seperti kandungan pH dan oksigen terlarut rendah, pakan yang diberikan kurang tepat baik mutu maupun jumlahnya, serta penanganan ikan yang kurang sempurna. Hal tersebut mengakibatkan ikan mengalami stres sehingga ikan mudah terserang penyakit (Sarig 1971 dalam Supriyadi, 2003).

Salah satu kendala yang dihadapi dalam budidaya ikan adalah masalah penyakit. Penyakit ikan merupakan masalah serius yang harus dihadapi oleh para pembudidaya ikan, karena sangat berpotensi menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Kerugian tersebut dapat berupa kematian ikan dan penurunan kualitas ikan sehingga secara ekonomis akan berakibat pada penurunan harga. Penyakit bakterial misalnya seringkali menimbulkan kerugian yang besar bagi para pembudidaya ikan karena penyakit tersebut dapat mengakibatkan kematian sekitar 50 – 100 % (Supriyadi et al., 1981).

Penyakit yang menyerang ikan disebabkan interaksi antara patogen, lingkungan dan inang sehingga timbul penyakit dalam usaha budidaya (Anonim, 2010a). Penyakit pada budidaya ikan air tawar dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu penyakit infeksi dan non-infeksi (Kurniastuti et a.l., 2001). Salah satu penyakit infeksi pada ikan adalah Furunculosis dan Erytrodermatitis yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas salmonicida.

(17)

3

(Afrianto dan Liviawaty, 1999). Pada tahun 1989, di Skotlandia terjadi wabah furunkulosis yang disebabkan A. salmonicida sebanyak 15 kali pada ikan-ikan air tawar dan 127 kali pada ikan-ikan air laut (Anonimus, 2000).

Bakteri A. salmonicida merupakan bakteri patogen obligat pada ikan yang dapat diisolasi dari ikan yang sakit atau ikan sehat yang carrier. Bakteri ini mampu hidup beberapa minggu diluar inang tergantung salinitas, pH, temperatur dan detritus level air (Anonim, 2008). Secara umum bakteri A salmonicida adalah bakteri penyebab utama penyakit furunkulosis pada ikan. Awalnya bakteri ini hanya dideteksi menyerang ikan-ikan salmon. Namun, beberapa dekade berikutnya bakteri ini juga ditemukan pada ikan-ikan selain salmon seperti karper dan koi (Cyprins carpio Linneaus), sidat (Anguilla anguilla), lamprey, dan ikan koki (Carrasius auratus). Ikan-ikan tersebut selain menjadi inang utama dalam infeksi A. salmonicida juga beberapa inang hanya menjadi vector (perantara) (Buller, 2004).

(18)

pemindahan ikan yang telah terserang Aeromonas dari satu tempat ke tempat lain (Afrianto dan Liviawaty, 1999).

Namun, sejauh ini belum ada kajian patogenisitas pada ikan patin (Pangasius hypophthalmus). Hal ini sangat penting mengingat saat ini sedang digalakkan budidaya ikan patin untuk memenuhi pasar lokal dan internasional.

Menurut Dachlan (2001), patogenitas adalah kemampuan untuk menimbulkan penyakit. Sedangkan menurut Jawetz dkk (1995), patogenisitas adalah kemampuan suatu penyebab infeksi untuk menimbulkan penyakit.

Pengetahuan mengenai patogenisitas A. salmonicida terhadap ikan patin akan menjadi dasar dalam penanganan dan pencegahan terhadap munculnya wabah penyakit baru yang disebabkan A. salmonicida. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian mengenai patogenisitas A. salmonicida pada ikan patin untuk mengantisipasi munculnya wabah penyakit yang disebabkan bakteri A. salmonicida.

B. Tujuan Penelitian

(19)

5

C. Kerangka Pemikiran

Ikan patin merupakan komoditas ikan air tawar unggulan di Indonesia dan telah mangalami perkembangan budidaya yang cukup pesat. Penerapan intensifikasi budidaya dengan padat tebar yang tinggi tidak dapat dihindarkan untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Namun, intensifikasi budidaya dapat menimbulkan berbagai dampak negatif antara lain penyakit. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang harus dihadapi oleh para pembudidaya ikan, karena sangat berpotensi menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Kerugian tersebut dapat berupa kematian ikan dan penurunan kualitas ikan sehingga secara ekonomis akan berakibat pada penurunan harga. Penyakit bakterial misalnya seringkali menimbulkan kerugian yang besar bagi para pembudidaya ikan karena penyakit tersebut dapat mengakibatkan kematian sekitar 50-100% (Supriyadi dan Taufik, 1981).

Salah satu bakteri yang sering menyerang ikan air tawar dan bersifat patogen adalah A. salmonicida. Serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini sangat cepat hingga dalam waktu 2-3 hari sejak ikan mengalami gejala-gejala sakit, seperti nafsu makan menurun, berenang ke arah pinggir, ikan lemah atau megap-megap di atas permukaan air hingga dapat menimbulkan kematian.

Sejauh ini belum ada kajian mengenai patogenisitas bakteri A. salmonicida terhadap ikan patin siam (P. hypophthalmus). Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai patogenisitas bakteri A. salmonicida terhadap ikan patin.

(20)

disebabkan oleh bakteri A. salmonicida, sehingga penanggulangannya dapat dilakukan sejak dini.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi awal tentang ada tidaknya sifat patogen bakteri A. salmonicida pada ikan patin, sehingga bisa di upayakan penanggulangannya sejak dini.

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus)

1. Klasifikasi dan Identifikasi

Klasifikasi ikan patin menurut Ghufran (2010) sebagai berikut : Filum : Chordata

Kelas : Pisces Ordo : Siluriformes Famili : Pangasidae Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius hypophthalmus

Patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, agak pipih, tidak bersisik, kepala kecil, mata kecil, serta mulut diujung kepala dan lebar. Panjang tubuh ikan patin dapat mencapai ukuran 120 cm. Warna tubuh ikan patin pada bagian punggung keabu-abuan atau kebiru-biruan dan bagian perut putih keperak perakan (Susanto dan Khairul, 2007).

(22)

6 jari-jari lunak. Sedangkan sirip dada terdapat 1 jari-jari keras yang berubah menjadi patil dan 12-13 jari-jari lunak. Sirip ekor bercagak dan bentuknya simetris (Ghufron, 2005).

[image:22.595.163.462.180.384.2]

Gambar 1. Ikan Patin Keterangan :

1. Mulut, 2. Mata, 3. Sirip Pektoral, 4. Sirip Ventral, 5. Sirip Anal, 6. Sirip Caudal, 7. Sirip Dorsal

2. Habitat dan Distribusi

Patin merupakan ikan air tawar yang hidup di sungai dan muara-muara sungai serta danau yang mampu bertahan pada lingkungan perairan yang jelek, misalnya kekurangan oksigen. Patin dikenal sebagai hewan nokturnal, yaitu hewan yang aktif pada malam hari dan sebagai hewan dasar yang suka bersembunyi di liang-liang tepi sungai (Ghufron, 2005).

Penyebaran patin meliputi berbagai negara diantaranya adalah Thailand, Malaysia, Myanmar, Laos, India, dan Indonesia. Di Indonesia, patin terdapat di

2

6 7

3

4

(23)

9

sungai dan danau-danau di pulau Sumatera, Kalimantan, dan Jawa (Djarijah, 2001).

3. Makan dan Kebiasaan Makan

Patin merupakan jenis ikan omnivora dan cenderung bersifat karnivora. Di alam, patin memakan ikan-ikan kecil, cacing, detritus, serangga, biji-bijian, potongan daun tumbuh-tumbuhan, rumput-rumputan, udang-udang kecil dan moluska. Dalam pemeliharaannya ikan patin dapat diberi pakan buatan (artificial foods), yaitu berupa pelet (Ghufron, 2005).

B. Aeromonas salmonicida

(24)

[image:24.595.181.485.401.620.2]

Gambar 2. Bakteri Aeromonas salmonicida (sumber : http://agus krisno

(25)

11

Berikut adalah klasifikasi Aeromonas salmonicida menurut Holt et. al. (1994) : Superkingdom : Bakteria

Filum : Proteobakteria

Kelas : Gammaproteobakteria

Ordo : Aeromonadales

Famili : Aeromonadaceae

Genus : Aeromonas

Spesies : Aeromonas salmonicida

Bakteri Aeromonas merupakan jenis bakteri yang sering menginfeksi ikan air tawar. Namun dari beberapa spesies Aeromonas, A. salmonicida yang paling pathogen dan penyebarannya paling luas sehingga cukup meresahkan pembudidaya ikan. A. salmonicida banyak terdapat di daerah budidaya salmonid Australia (Trust et al., 1980; Humphrey dan Ashburner 1993), Kanada (Hammel, 1995) dan di Atlantik (Carson et a.l., 1988).

(26)

Bakteri A. salmonicida memiliki banyak subspesies yang memiliki perbedaan sifat dan patogenisitas. Holt et al., (1994), menyatakan paling tidak ada 4 subspesies A. salmonicida yang telah diketahui, yaitu subspesies salmonicida, achromogenes, masoucida dan smithia. Secara taksonomi, A. salmonicida dibagi menjadi dua jenis yaitu typical dan atypical. A. salmonicida subspesies salmonicida merupakan strain typical penyebab furunkulosis dan septisemia yang parah sampai menyebabkan kematian pada ikan. Strain ini memiliki karakteristik yang homogen sifat morfologi dan biokimianya. Sedangkan subspesies yang lain merupakan strain atypical yang biasanya dikarakteristikkan dengan adanya pemborokan pada kulit dan ciri eksternal dengan atau tanpa disertai septisemia. Strain ini memiliki banyak varial sifat fisiologi, biokimia dan serologi serta ketahanan tubuh terhadap antibiotik.

Patogenisitas serangan bakteri A. salmonicida yang menyebabkan furunkulosis dapat terbagi menjadi beberapa bentuk :

1. Bentuk sub - akut atau kronis

Biasa menyerang ikan dewasa dengan tanda berkurangnya aktivitas renang, kongesti pada sirip dan pandarahan pada insang. Secara internal dapat ditemui hemoragi pada hati, pembengkakan limpa dan nekrosis pada ginjal. Tingkat kematian akibat bentuk sub - akut ini rendah.

2. Bentuk akut

(27)

13

darah, haemoragi pada dinding abdominal, visceral dan jantung serta limpa yang membengkak (McCarthy dan Robert, 1980). Bentuk akut biasanya muncul secara tiba –tiba. Gejala eksternal sedikit bahkan tidak ada. Terjadi dalam waktu singkat dan menyebabkan kematian pada ikan setelah 2 – 3 hari (Afrianto dan Liviawaty, 1999).

3. Bentuk per akut

Terjadi pada fingerling, ditandai dengan warna tubuh yang menggelap. Ikan mati dengan cepat tanpa gejala eksternal. Bentuk per akut ini dapat menimbulkan kerugian yang besar pada hatchery. Selain furunculosis, A. salmonicida dapat menimbulkan penyakit lain misalnya erythrodermatitis pada ikan carp. Bootsma dan Blommert (1978) menyatakan bahwa dari hasil isolasi agen pembawa penyakit carp Erythrodermatitis yang telah dilakukan, diketahui merupakan jenis strain atypical yaitu achromogenic yang merupakan salah satu varian A. salmonicida (Supriyadi, 2010).

Penularan A. salmonicida dapat terjadi melalui kontak fisik antar ikan dalam kolom air, ikan sakit (carier), telur yang terkontaminasi atau melalui bulu burung air (Cipriano dan Bullock, 2001).

Menurut Afrianto dan Liviawaty (1999), ikan yang terserang bakteri Aeromonas salmonicida menunjukkan gejala klinis sebagai berikut :

1. Luka yang khas yaitu nekrosis dalam otot, berupa pembengkakan di bawah kulit (furuncle)

(28)

3. Pada serangan akut tanda-tanda yang menyeluruh mungkin tidak tampak 4. Mungkin juga terdapat pendarahan dari luka jaringan pada pangkal sirip

dada dan sirip perut

5. Mata menonjol (exophthalmus) 6. Warna tubuh menjadi lebih gelap

Secara patologi ikan yang terserang bakteri A. salmonicida memiliki ciri seperti : Usus bagian belakang lengket dan bersatu, pembengkakan limpa dan ginjal yang berkembang menjadi nekrosis, dan septicemia sangat jelas.

Patogenesis infeksi bakteri mencakup inisiasi dari proses infeksi dan mekanisme yang menyebabkan pemunculan tanda – tanda dan simtom penyakit. Ciri khas bakteri pathogen antara lain kemampuan transmisi, perlekatan pada sel inang, invasi sel dan jaringan inang, toksigenisitas, dan kemampuan untuk menghindari sistem imun inang. Banyak infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang secara umum merupakan pathogen bersifat tidak tampak. Penyakit terjadi jika bakteri atau reaksi imunologik terhadap keberadaannya menyebabkan cukup kerusakan terhadap seseorang.

(29)

15

Pelekatan ini merupakan salah satu langkah dalam proses infeksi, akan diikuti dengan munculnya mikrokoloni dan langkah – langkah berikutnya dalam patogenesis infeksi. Bakteri juga mempunyai molekul permukaan khusus yang berinteraksi dengan sel inang. Banyak bakteri mempunyai pili, organ mirip rambut yang menjulur dari permukaan sel bakteri dan membantu memperantarai pelekatan bakteri pada permukaan sel inang.

Setelah bakteri menetap pada tempat infeksi pertama, bakteri berkembang biak dan menyebar langsung melalui jaringan atau lewat system getah bening menuju aliran darah. Infeksi ini (bakteremia) dapat bersifat sementara atau menetap. Bakteremia memungkinkan bakteri untuk menyebar luas dalam tubuh dan mencapai jaringan yang cocok bagi perkembangbiakannya.

Setelah berada di dalam sel inang, bakteri dapat bersembunyi dalam suatu vakuola yang terdiri atas selaput sel inang dan bakteri disebarkan dalam sitoplasma. Invasi adalah istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan masuknya bakteri ke dalam sel inang, meliputi peran aktif bagi organisme dan peran pasif bagi sel inang. Pada kebanyakan infeksi, bakteri menghasilkan faktor virulen yang mempengaruhi sel inang, yang menyebabkan sel inang menelan (memakan) bakteri. Sel inang sangat berperan aktif dalam proses ini.

(30)

Furunculosis Agar (FA) membentuk pigmen, terutama untuk subspecies salmonicida (Anonim, 2007).

C. Patogenisitas Mikroba 1. Lethal Dosis 50 (LD50)

Uji LD50 adalah salah satu cara untuk mengetahui patogenitas bakteri dimana suatu uji dosis bakteri yang mampu menyebabkan kematian pada inang sebanyak 50 % (Michael dkk, 2003). Metode ini dapat dilakukan melalui infeksi, rendaman maupun suntikan. Metode suntik lebih mudah dilakukan, sementara metode rendaman lebih alami karena memanfaatkan kemampuan bakteri dalam menerobos pertahanan tubuh ikan paling luar, namun metode rendaman ini memerlukan waktu lebih lama (Anonim, 2007).

Media yang digunakan untuk uji LD50 adalah TSB (Tripticase Soy Broth). Masa inkubasi dilakukan pada suhu 370C yang merupakan suhu optimum bagi pertumbuhan bakteri (Afrianto & Liviawaty, 1999).

2. Uji Hemaglutinasi

Uji hemaglutinasi adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam mengaglutinasi sel darah merah ikan yang telah disuntikkan bakteri A. salmonicida (Anonim, 2011a). Menurut Alexander (1996), hemaglutinasi (HA) merupakan salah satu uji yang prinsipnya berdasarkan kemampuan bakteri untuk mengaglutinasi sel darah merah.

(31)

17

Apakah bakteri A. salmonicida bersifat patogen atau tidak terhadap ikan patin siam (P. hypophthalmus). Uji ini dilakukan dengan melihat ada tidaknya reaksi aglutinasi sel darah merah ikan patin siam (P. hypophthalmus).

Reaksi aglutinasi tersebut merupakan salah satu indikator terjadinya perlekatan adhesi antara patogen dengan inang. Adhesi merupakan tahapan pertama mikroba dalam melakukan infeksi terhadap inangnya.

Media yang digunakan Phospat Buffer Saline (PBS), aquades dan suspensi sel darah merah ikan patin. Bakteri yang digunakan bakteri A. salmonicida yang akan diinfeksikan ke ikan patin. Setelah semua dihomogenkan, diamati pada suhu ruang. Jika terjadi hemaglutinasi sel darah merah menunjukkan ada pathogen bakteri A. salmonicida pada ikan patin. Menurut standard OIE (Office International des Epizooties), RBC (Red Blood Cell) yang aglutinan bentuknya seperti butiran pasir yang halus, sedangkan yang tidak aglutin RBC bentuknya buram seperti disajikan pada gambar 3.

a b

[image:31.595.127.501.527.686.2]
(32)

3. Postulat Koch

Robert Koch (1843 - 1910) seorang dokter Jerman, yang banyak jasanya di dalam bidang mikrobiologi, kedokteran dan kemanusiaan. Atas penemuan dan penelitiannya, kaitan dan peranan mikroba sebagai jasad penyebab penyakit dapat terjawab dan diterangkan secara jelas. Sehingga salah satu batasan (postulat) yang telah disusunnya saat itu, masih tetap berlaku sampai sekarang ini, yang umum dikenal dengan nama Postulat Koch, yang terdiri dari 4 atau 5 masalah. Berkat penelitian Koch ini maka ihwal dan penyebab penyakit TBC, tifus, difteri, kolera dan gonorhu serta antraks, dapat terungkap dan dipisahkan secara murni. Yang paling penting adalah Postulat Koch yang menjadi dasar bagi seorang ahli untuk mencari, menemukan dan mengetahui jasad penyebab suatu penyakit di dalam suatu wabah yang sedang berkecamuk (Suriawiria, 1986).

Tahap – tahap kerja Postulat Koch sebagai berikut

1) Bahwa mikroba yang disangka penyebab harus selalu didapatkan pada semua penderita dan tidak didapatkan pada bukan penderita (misal yang sehat).

2) Bahwa mikroba penyebab harus dapat dibiakkan secara murni di dalam media tanpa kehadiran bagian / jaringan jasad yang tadinya dikenai.

3) Bahwa biakan jasad yang sudah dibiakkan, bila diinokulasikan (disuntikkan) kepada hewan percobaan, akan menimbulkan gejala penyakit yang sama seperti pada (1).

(33)

19

Setelah ikan patin diinfeksi bakteri A. salmonicida kemudian dilanjutkan uji Postulat Koch, yaitu dengan mengisolasi bakteri dari ginjal ikan patin yang diinfeksi bakteri A. salmonicida ke dalam medium GSP. Sebagaimana petunjuk pabrik, medium GSP merupakan medium spesifik untuk bakteri Aeromonas dan Pseudomonas. Untuk bakteri Aeromonas warna kuning, Pseudomonas warna merah (Anonim, 2012a).

Bakteri yang tumbuh di medium GSP selanjutnya dikultur di medium TSB dan diinkubasi selama 24 jam, kemudian bakteri tersebut disuntikkan ke 10 ekor ikan patin (Lampiran 10).

D. Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan kegiatan budidaya ikan patin. Hal tersebut dikarenakan kualitas air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Kualitas air yang diukur meliputi 1. Suhu

Ikan merupakan binatang berdarah dingin (poikilothermal) sehingga metabolisme yang berlangsung di dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya. Suhu rendah akan mengurangi imunitas atau kekebalan tubuh, sedangkan suhu tinggi dapat mempercepat terjadinya infeksi bakteri.

(34)

2. DO (Dissolved Oxygen)

Kebutuhan oksigen terlarut untuk setiap jenis ikan tidak sama. Kebutuhan oksigen terlarut pada ikan yang gesit lebih banyak dibandingkan dengan ikan yang yang tenang. Kadar oksigen terlarut untuk pemeliharaan ikan antara 4-5 mg/l. Jika kadar oksigen terlarutnya rendah maka ikan biasa stres atau bahkan bisa menyebabkan kematian (Darti dan Iwan, 2006).

3. pH (puisanche of the H)

(35)

18

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan September – November 2011 yang bertempat di Laboratorium Bioteknologi Lantai 3 Program Studi Budidaya Perairan Universitas Lampung, Bandar Lampung dan di Laboratorium Basah Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah timbangan digital, mikropipet, spuit, autoklaf, lemari es, cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur, erlenmeyer, pH meter, termometer, spektrofotometer, jarum ose, bunsen, semprotan alkohol, tisu, plastik wrapping, kertas kopi, alat bedah, peralatan aerasi, akuarium, aluminium foil, falcon, ependorf, rak tabung reaksi, mikrotiter dilution plate, kapas, blue tip, yellow tip, sentrifuge, vortex, hot stirer magnetic plate, face mask, kain lap, sarung tangan, ember, serok, kamera, gayung.

(36)

Tetra Acetate), RBC (Red Blood Cell) ikan patin, GSP (Glutamat Starch Phenile), alkohol, minyak cengkeh.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoadmodjo, 2005).

Data dan sumber data

Data dalam penelitian ini berupa 1) LD50

2) Uji Hemaglutinasi 3) Uji Postulat Koch 4) Gejala Klinis

Data pada penelitian ini diperoleh melalui beberapa teknik yang meliputi hal – hal sebagai berikut

1. Teknik Observasi

(37)

23

2. Teknik Penelitian Pustaka

Teknik Penelitian Pustaka adalah suatu teknik pengumpulan data melalui buku bacaan dan internet (KBBI, 1998).

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari 3 tahap, yaitu

 Tahap persiapan, meliputi sterilisasi alat dan bahan, persiapan wadah dan ikan uji, pembuatan media bakteri, penumbuhan dan pengenceran bakteri A. salmonicida.

 Tahap pelaksanaan, meliputi uji Hemaglutinasi dan uji Postulat Koch.  Tahap pengamatan, meliputi respon makan, mortalitas, pengukuran

(38)

Gambar 4. Tahapan penelitian Pembuatan media bakteri A.

salmonicida, penumbuhan dan pengenceran bakteri A.

salmonicida

Uji HA eritrosit ikan patin terhadap A. salmonicida yang akan diinfeksikan

Ikan uji di injeksi bakteri A. salmonicida dengan konsenterasi yang didapatkan

pada uji Postulat Koch

Parameter yang diamati :  gejala klinis

 respon makan

 kualitas air (suhu, pH, dan DO)  mortalitas

Ikan uji yang telah diinfeksikan diamati Aklimatisasi ikan uji selama 3

hari

Uji Postulat Koch dari ginjal ikan infeksi di

medium GSP dalam cawan petri

(39)

25

1. Tahap Persiapan

a. Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisasi bertujuan untuk membebaskan alat dan bahan dari mikroorganisme kontaminan. Terdapat beberapa jenis sterilisasi, diantaranya adalah sterilisasi basah dan sterilisasi kering. Alat yang digunakan untuk sterilisasi basah adalah autoklaf, sedangkan untuk sterilisasi kering menggunakan oven. Alat -alat yang akan disterilisasi sebelumnya dibungkus dengan kertas kopi, bertujuan untuk mencegah masuknya air pada saat dilakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf ataupun oven. Sterilisasi basah dimulai pada suhu 1210C, tekanan 1 atm dengan waktu 15-20 menit. Sedangkan pada sterilisasi kering dengan menggunakan oven pada suhu 1200C dengan waktu 2 jam.

b. Persiapan Wadah dan Ikan Uji

Wadah budidaya yang akan digunakan adalah akuarium dengan ukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm. Akuarium diisi air sampai ketinggian 20 cm dan diaerasi kuat selama 24 jam. Sebelum digunakan, akuarium dicuci dengan sabun dan didesinfeksi dengan menggunakan Kalium Permanganat dan didiamkan selama 30 menit lalu dibilas dengan air bersih.

(40)

terhadap pakan dan lingkungannya yang baru selama 3 hari. Ikan uji diberi pakan buatan berupa pellet terapung (kadar protein 28%) sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan sore secara ad libitum.

c. Pembuatan Media Bakteri

Dalam penelitian ini penggunaan media agar dan broth untuk penumbuhan bakteri. Adapun media yang dipakai antara lain : TSB dan GSP.

d. Penumbuhan dan Pengenceran Bakteri A. salmonicida

Stok bakteri yang telah tersedia diambil secara aseptic dengan menggunakan jarum ose dan ditumbuhkan dalam media TSB (Tripticase Soy Broth) dan diinkubasi selama 24 jam, kemudian diambil koloni terpisah secara aseptic untuk digores ke dalam TSB. Isolat murni bakteri A. salmonicida yang telah dimurnikan dalam TSB, lalu diinfeksikan ke ikan uji. Pengenceran konsentrasi bakteri disajikan di lampiran 5.

e. Kohabitasi

(41)

27

2. Tahap Pelaksanaan a. Uji Hemaglutinasi

Uji hemaglutinasi adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam mengaglutinasi sel darah merah ikan yang telah disuntikkan bakteri A. salmonicida. Adapun bahan dan alat yang digunakan yaitu eritrosit ikan patin yang diinfeksikan bakteri A. salmonicida, PBS, alkohol, mikrodilution plate, mikropipet, yellow dan bluetip, tisu, kamera, alat tulis, plastik, karet gelang, kertas label.

b. Uji Postulat Koch

Uji Postulat Koch merupakan teknik pendeteksian virus dan agen – agen mikrobiologi yang lain dan merupakan teknik yang popular sejak 1880. Tetap dianggap essensial untuk menentukan diagnosis yang handal mengenai penyakit infeksi (Anonim, 2010b). Cara kerja uji Postulat Koch ada di lampiran 8.

Ikan yang telah diinfeksi selanjutnya diamati perkembangan gejala penyakit yang timbul (patologi) dan tingkat mortalitas yang terjadi. Dicatat semua gejala penyakit yang terjadi dan selanjutnya dicocokkan dengan gejala penyakit ikan yang terinfeksi pada awal. Jika gejala klinis yang timbul sama maka bakteri tersebut adalah sebagai penyebab penyakit (pathogen). Dan apabila tidak timbul gejala penyakit dan tidak menyebabkan kematian, maka bakteri yang diujikan bukan pathogen pada ikan (Anonim, 2007).

3. Tahap Pengamatan

(42)

makan, mortalitas, kualitas air (suhu, pH dan DO), serta gejala klinis sebagai data penunjang.

a. Respon makan ikan patin

Pengamatan respon makan ikan dilakukan selama 14 hari. Dengan melihat respon ikan uji pada saat pemberian pakan dan sisa pakan yang tersisa.

b. Mortalitas (kematian) ikan patin

Pengamatan terhadap kematian ikan dilakukan setiap hari hingga akhir perlakuan setelah penginfeksian dengan bakteri A. salmonicida. Menurut Effendi (1997), untuk mengetahui tingkat kematian ikan uji selama penelitian dilakukan penghitungan dengan rumus :

x100%

populasi jumlah mati yang ikan jumlah M

c. Pengukuran kualitas air

Kualitas air yang diukur selama penelitian meliputi suhu, pH dan DO (Disolved oxygen). Pengukuran ini dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Selama penelitian setiap akuarium perlakuan kualitas airnya tetap dijaga agar tetap optimum dengan cara :

1. Penyiponan, dilakukan setiap pagi hari sebelum pemberian pakan. Bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa pakan dan kotoran (feses) ikan didasar akuarium.

(43)

29

3. Penggunaan sistem aerasi, bertujuan untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut (DO) dalam akuarium agar ikan tumbuh dengan baik.

d. Gejala klinis

(44)

Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya

Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang

Khusyu. (Al Baqarah : 45).

Usaha dan doa mengalahkan segalanya

Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai

sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak

diketahui, dan Anda tak akan mengetahui masa depan jika Anda

menunggu-nunggu. - William Feather

Jika orang dapat empat hal, ia dapat kebaikan dunia akhirat: Hati yang

bersyukur, lidah yang berzikir, badan yang tabah pada cobaan, dan

pasangan yang setia menjaga dirinya dan hartanya.

Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putus-nya dipukul

ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menenteramkan

(45)

Aku tahu, Alloh selalu melihatku karenanya aku malu jika Alloh

mendapatiku melakukan maksiat.- Ary Ginanjar

Aku tahu, kematian menantiku,maka aku persiapkan bekal untuk

berjumpa dengan Rabbku. – Ary Ginanjar

Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati

anda. - Heather Pryor

Tak ada sesuatu yang lebih menyenangkan daripada menimbulkan

senyum pada wajah orang lain, terutama wajah orang yang kita cintai

(RA Kartini)

Bukan kecerdasan anda, melainkan sikap andalah yang yang akan

mengangkat anda dalam kehidupan.

Dalam perkataan, tidak mengapa anda merendahkan diri, tetapi dalam

aktivitas tunjukkan kemampuan Anda.

Watak keras belum tentu bisa tegas, tetapi lemah lembut tak jarang bisa

(46)

Judul Skripsi : PATOGENISITAS Aeromonas salmonicida PADA IKAN PATIN SIAM (Pangasius hypophthalmus)

Nama Mahasiswa : Elmunah Wahidah

NPM : 0514111042

Program Studi : Budidaya Perairan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Agus Setyawan, S.Pi., M.P. Sumino, S.Si.

NIP. 198408052009121003 NIP. 197503122005021001

2. Ketua Program Studi Budidaya Perairan

(47)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Agus Setyawan, S.Pi., M.P ...

Sekretaris : Sumino, S.Si ...

Penguji Bukan

Pembimbing : Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 196108261987021001

(48)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa Syukur Kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepadaku, kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

 Allah SWT, Rabb semesta alam, yang selalu ada untuk hamba- Nya ;

 Papa Zamrud dan Mama Yusnawati yang tidak pernah berhenti melantunkan

senandung doa demi keberhasilan penulis ;

 Diriku pribadi ;

 Adekku Jau yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam

menghadapi setiap masalah ;

 Rossi ku “om Nawan” yang dengan ikhlas mengantar jemput keponakan ini ;

 Seseorang yang kelak menjadi Imam bagi diriku dan keluargaku dunia

akhirat ;

 Almamaterku tercinta.

(49)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotaagung, 5 Januari 1984. Dengan nama Elmunah Wahidah anak pertama dari dua bersaudara. Putri dari Bapak Drs. Hi. Zamrud Somad dan Ibu Yusnawati, S.Pd.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah Taman Kanak – Kanak Dharma Wanita Kotaagung diselesaikan tahun 1990. Sekolah Dasar Negeri 3 Kuripan

Kotaagung diselesaikan tahun 1996. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1

Kotaagung diselesaikan tahun 1999. Sekolah Menengah Umum Negeri 1

Kotaagung diselesaikan tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis terdaftar sebagai

mahasiswi pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Diploma III,

Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Melalui Jalur non – SPMB dan lulus

pada tahun 2005. Tahun 2005, penulis melaksanakan Program Tugas Akhir di

Balai Besar Perikanan Budidaya Air Laut Lampung. Dengan judul Tugas Akhir.

“Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) di Perairan Teluk Hurun, Desa Hanura,

Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Lampung Selatan. “.

Pada tahun 2008, penulis aktif dalam organisasi di Lembaga Indonesia Amerika

(LIA) Lampung. Organisasi tersebut bernama LLC (LIA Lampung Community)

(50)

2012, penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis skripsi yang berjudul

“Patogenisitas Aeromonas salmonicida pada Ikan Patin Siam (Pangasius

(51)

SANWACANA

Penulis bersyukur kepada Allah SWT atas Ridho – Nya, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mencapai

gelar sarjana pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung.

Skripsi ini berjudul: ” Patogenisitas Aeromonas salmonicida pada Ikan Patin Siam

(Pangasiushypophthalmus)”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai

pihak. Sehubungan dengan itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

setulusnya kepada pihak – pihak berikut ini.

1. ALLAH SWT karena atas nikmat dan ridho–NYA, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Amiin…..

2. Bapak Agus Setyawan, S.Pi, M.P, selaku Pembimbing I dan Pembimbing

Akademik yang telah banyak memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Sumino, S.Si, selaku Pembimbing II dan Pelaksana Tugas (Plt)

Kepala Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan Kelas I Lampung yang telah memberikan saran, waktu, dan

(52)

pengetahuan kepada penulis.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, MS., selaku Dekan Fakultas Pertanian.

6. Bapak Suardi, S.Pi, selaku Kepala Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Lampung, Bandar Lampung

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan

penelitian.

7. Seluruh Dosen Budidaya Perairan yang telah memberikan dukungan dan

nasehat selama kuliah maupun dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Staf Karantina Ikan yang telah memberikan bantuannya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Pertanian yang telah memberikan

dukungan dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

10.Papa, Mama, Adek Jau, Om Nawan serta seluruh keluarga besar yang

senantiasa memberikan dukungan dan mendoakan kesuksesanku.

11.Sahabat – sahabatku seperjuangan, Saraswati Dwi Febriani, S.Pi, Asep

Supriyadi, S.Pi, Apriza Panca Putra, S.Pi, yang telah membantu dan

memberikan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

12.Zulfikar yang telah membantu dan menjadi partner selama penelitian.

Rama, Nisa, Heri, Sunny yang telah memberikan bantuan dan dukungan

(53)

13.Nyekti, Dedi, Doni, Eko, Hardiman S.Kom, Yulyanti, Rini Dwi Astuti,

S.Pd, Drs. Ahmad Rusli, Mb Tunggul, drh. Suryo, drh. Alfi, Sri Okfarina,

SE, Yeti Kurniawati, S.Pd, Siska, Pak Warji (dosen Tektan), Heri Tektan

(05), Bainah Sari Dewi (Dosen Menhut), Yuk Nur, Kiai Udin, yang telah

memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

14.Teman – teman 2002 dan 2005, seluruh adik tingkat angkatan ’03, ’04,

’06, ’07, ’08, ’09, ’10, ’11, semua kakak tingkat angkatan ’99, ’00, ’01.

15.Bu Yuli (BBPBL), Bu Rini (BBPBL), Bu Eva (BBPBL), Bu Ana

(BBPBL), Pak Hendri (BBL Bangka), Pak Mujiono (BBPBL), Pak

Selamet dan Istri, serta Keluarga Pak Naryat yang telah membantu dan

memberikan dukungan kepada penulis.

16.Teman – teman LLC, Mr Suratno, Mr Novandi, Mr Eko, Mr Dedi, Mr

Winarno, Ms wiwit, Ms Herna, Ms Derma, Tini, Mb Mala yang telah

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

17.Teman – teman di Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri

Solo, Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia, STAN , yang telah

memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis. “thanks alot for

(54)

sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT menilai sebagai ibadah atas kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, kakak, adik, dan teman-teman. Dan Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak... Amin Allahumma Amin.

Bandar Lampung, 25 januari 2012 Penulis,

(55)

39

V. SIMPULAN

A. Simpulan

Gambar

Gambar 1.  Ikan Patin
Gambar 2.  Bakteri Aeromonas salmonicida (sumber : http://agus krisno blog.files.wordpress.com.2011/01/anatomi_bakteri.jpg.)
Gambar 3.  (a) RBC (Red Blood Cell)                                          (b)  aglutinan,  dan  RBC (Red Blood Cell) tidak aglutinan

Referensi

Dokumen terkait

Adapun contohnya, yaitu dadih (yogurt tradisional dari susu kerbau), beberapa penelitian diketahui bahwa dadih mengandung bakteri baik yaitu asam laktat (Lactobacillus

Progam dan kegiatan perencanaan dan pengelolaan drainase dituangkan dalam misi sanitasi Kabupaten Agam, yaitu misi ke-1 “Mempercepat pembangunan sanitasi

Artinya bila terjadi peningkatan 1 satuan variabel Jenis Rute dan Pelayanan Trip dimana faktor-faktor lain konstan akan dapat meningkatkan keputusan masyarakat

(2) Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan pajak sarang di Kabupaten Cilacap yaitu adanya sosialisasi tentang peraturan-peraturan yang berkaitan dengan

Jika dalam 1 hari bakso goreng tersebut tidak habis terjual, langkah apa yang anda lakukan?. Jawab :

Adapun faktor ancaman tersebut meliputi jumlah pesaing, perkembangan fasilitas kesehatan yang dimiliki pesaing, Regulasi/aturan yang membatasi dokter untuk

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor keluarga, lingkungan pergaulan dan lingkungan masyarakat sekitar dapat mendorong anak petani desa Mulia