ANALISISPERKEMBANGAN,UPAYAPENINGKATAN,DAN
PREDIKSIPENDAPATANPAJAKSARANGBURUNG
Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Cilacap
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Emerensia Mutiasari
NIM: 062114045
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
MOTTO
“God doesn`t make no junk!”. Siapa bilang kamu tidak berharga? Tuhan tidak membuat ciptaan yang jelek. Semua baik, termasuk kamu!
(Ethel Wathers)
“Sukses adalah seberapa tinggi kamu terpental ketika kamu jatuh...” (Goerge Palton)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tri Tunggal Mahakudus serta Bunda Maria
Papa dan Mama (Rion Suprihadi dan Lucia Dwi A.S) serta kedua adikku
(Bonaventura C.P dan Garnida Anggit C.V) tercinta.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Bapa Yang Maha Kasih atas
segala kasih, berkat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta sebagai pembelajaran dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh selama di bangku kuliah
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini banyak
mengalami hambatan namun berkat doa, dukungan, bimbingan, dan nasehat
berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu dengan terselesaikannya skripsi ini selayaknya penulis menyampaikan
rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ., selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Drs. Yusef Widya Karsana, M.Si., Akt., QIA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Firma Sulistiyowati, S.E., M.Si, QIA, selaku Dosen Pembimbing terimakasih
5. M. Trisnawati Rahayu, S.E, M.Si, Akt., QIA, terimakasih atas bimbingan,
bantuan dan masukan yang sangat berarti bagi penulis selama penulis duduk
di bangku kuliah.
6. Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
beserta staf yang telah memudahkan penulis dalam mengurus surat
rekomendasi penelitian.
7. Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah beserta staf
yang telah membantu penulis dalam mengurus surat rekomendasi penelitian.
8. Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Cilacap beserta staf yang
membantu penulis untuk mengurus surat rekomendasi penelitian di Dinas
Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Cilacap.
9. Kepala DPKD Kabupaten Cilacap beserta staf yang telah mengijinkan penulis
melaksanakan penelitian.
10.Segenap dosen dan seluruh staf Fakultas Ekonomi yang telah memberi
bimbingan dan bantuan selama penulis duduk di bangku kuliah.
11.Papa dan Mamaku, serta adik-adikku (Aven&Viery) yang tak henti-hentinya
memberikan doa, cinta, semangat, dukungan dan perhatian bagi penulis.
12.Kekasihku Petrus Catur Yunianto dan keluarga di Batam yang senantiasa
memberikan doa, dukungan, saran dan kritik bagi penulis dalam
Nancy, Om Nu dan Bulik Suci. Terimakasih atas segala dukungannya baik
material maupun spiritual.
14.Sepupu-sepupuku: Mbak Dian, Mbak Lintang, Mas Dhimas, Dik Putri, Dik
Rafa, Dik Chandra, Dik Bayu, Dik Ocel, Dik Gissel, Dik Shinta dan Dik Aji.
Terimakasih atas doa dan semangatnya.
15.Teman-teman akuntansi angkatan 2006: Ika, Rara, Ria, Merry, Fani, Pranti,
Benny, Ino, Frans dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Terimakasih atas saran, kritik, semangat dan kebersamaan selama ini.
I love U, guys..
16.Anak-anak Kost Brojodento 5A: Ria, Henny, Sofi, Yenni, Tata, Siska, Aik.
Terimakasih atas semangat dan kebersamaan selama ini.
17.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang berguna bagi penyempurnaan
skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Yogyakarta, 31 Juli 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii
HALAMAN DAFTAR ISI ... xi
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiv
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xv
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
G. Penerimaan Daerah ... 16
H. Pajak Daerah ... 18
I. Pajak Sarang Burung ... 20
J. Tata Cara Perhitungan dan Penetapan Pajak Daerah Kabupaten Cilacap... 22
K. Tata Cara Pembayaran Pajak Daerah Kabupaten Cilacap ... 24
B. Keterbatasan Penelitian ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 65
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten
Cilacap tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 ... 45
Tabel 5.2 Realisasi Pendapatan Pajak Sarang Burung Kabupaten
Cilacap tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 ... 46
Tabel 5.3 Jarak tahun yang akan diprediksi dengan tahun tengah
(Nilai X) ... 53
Tabel 5.4 Perhitungan Tren Pajak sarang burung Kabupaten Cilacap tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dengan Metode
Least Square ... 53
Tabel 5.5 Angka Indeks Pajak Sarang Burung Kabupaten Cilacap
Tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 ... 57
Tabel 5.6 Prediksi Pendapatan Pajak Sarang Burung Kabupaten
Cilacap tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 ... 60
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 5.1 Perkembangan Pendapatan Pajak Sarang Burung Pemerintah Kabupaten Cilacap tahun 2005
sampai dengan tahun 2009 ... 58
Gambar 5.2 Prediksi Pendapatan Pajak Sarang Burung Pemerintah Kabupaten Cilacap tahun 2010
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Pedoman Wawancara ... 67
Lampiran II Letak Geografis, Ketinggian Tempat Tertentu, dan
Batas Wilayah Kabupaten Cilacap Tahun 2008 ... 69
Lampiran III Banyaknya Penduduk dan Pertumbuhannya di
Kabupaten Cilacap Tahun 1988-2008 ... 70
Lampiran IV Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2005 ... 71
Lampiran V Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2006 ... 77
Lampiran VI Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2007 ... 82
Lampiran VII Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2008 ... 87
Lampiran VIII Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Cilacap Tahun Anggaran 2009 ... 91
Lampiran IX Surat Rekomendasi dari Universitas Sanata Dharma ... 94
Lampiran X Surat Rekomendasi dari Badan Kesbanglinmas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ... 95
Lampiran XI Surat Rekomendasi dari Badan Kesbanglinmas Provinsi Jawa Tengah ... 97
Lampiran XII Surat Rekomendasi dari Badan Kesbanglinmas
Lampiran XIII Surat Rekomendasi dari BAPPEDA Pemerintah
Kabupaten Cilacap ... 100
Lampiran XIV Surat Keterangan dari Dinas Pengelola Keuangan
ABSTRAK
ANALISISPERKEMBANGAN,UPAYAPENINGKATAN,DAN
PREDIKSIPENDAPATANPAJAKSARANGBURUNG
Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Cilacap
Emerensia Mutiasari 062114045
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2010
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui (1) perkembangan pendapatan pajak sarang burung tahun anggaran 2005 sampai dengan tahun 2009, (2) upaya-upaya apa saja yang dapat meningkatkan pajak sarang burung yang dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT, dan (3) prediksi pendapatan pajak sarang burung tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis yaitu: (1) teknik analisis indeks berantai, digunakan untuk menjawab masalah pertama yaitu bagaimana perkembangan pendapatan pajak sarang burung tahun anggaran 2005 sampai dengan tahun 2009; (2) teknik analisis SWOT, digunakan untuk menjawab masalah kedua yaitu upaya-upaya apa saja yang dapat meningkatkan pajak sarang burung; dan (3) teknik analisis tren, digunakan untuk menjawab masalah terakhir yaitu prediksi pendapatan pajak sarang burung tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perkembangan pendapatan pajak sarang burung di Kabupaten Cilacap untuk tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami peningkatan dan penurunan. Hal ini ditunjukkan dengan angka indeks pada tahun 2005 sebesar 100%, tahun 2006 sebesar 101%, tahun 2007 sebesar 102%, tahun 2008 sebesar 99%, dan tahun 2009 sebesar 103%.
(2) Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan pajak sarang di Kabupaten Cilacap yaitu adanya sosialisasi tentang peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pajak sarang burung dan penyuluhan bagi para pengusaha sarang burung tentang pentingnya membayar pajak, adanya pengawasan yang optimal bagi pihak yang berwenang dalam pengelolaan pajak, adanya sanksi tegas pada para wajib pajak yang tidak taat membayar pajak, dan adanya asas timbal balik yang dapat dirasakan dan dinikmati oleh para wajib pajak.
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF DEVELOPMENT, IMPROVEMENT EFFORTS, AND INCOME PREDICTION OF NEST TAX
A Case Study at Cilacap Government
Emerensia Mutiasari 062114045
Sanata Dharma University Yogyakarta
2010
The aim of writing this paper was to find out about three things. The first was development of the nest tax income from 2005 up to 2009, the second was what efforts could be used to increase the nest tax using SWOT analysis, and the third was the income prediction of the nest tax from 2010 up to 2014.
The type of this research was a case study. The data were gathered through interview and documentation. There were three data analysis techniques used in this research. The first was Chain’s Index analytical technique used to answer the first problem, that was how was the development of the nest tax income from 2005 up to 2009. The second was SWOT analytical technique used to answer the second problem, that was what efforts could be used to increase the nest tax. The third was trend analytical technique used to answer the last problem, that was the income prediction of the nest tax from 2010 up to 2014.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah
merupakan salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di
Indonesia. Dalam undang-undang ini disebutkan bahwa pengembangan
otonomi daerah diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Otonomi yang diberikan
Pemerintah Pusat kepada daerah dilaksanakan dengan memberikan
kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada Pemerintah
daerah secara proporsional. Pemerintah pusat memberikan kesempatan dan
kewenangan yang sangat luas bagi pemerintah daerah dalam menghimpun
berbagai jenis pendapatan daerah yang konvensional yaitu dari pajak daerah
dan retribusi daerah.
Sejalan dengan kewenangan otonomi daerah tersebut pemerintah
daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan
khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan
pembangunan daerah melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD), mengingat PAD
sangat penting dalam penerimaan daerah sebagai cermin kemampuan daerah
dalam melaksanakan otonomi. Kemandirian daerah dalam PAD tidak hanya
dalam menentukan jenis pungutan saja, tetapi daerah juga diberi keluasaan
pada pengalokasian anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
Cilacap adalah salah satu dari tiga kawasan industri utama di Jawa
Tengah, selain Semarang dan Surakarta. Perekonomian Kabupaten Cilacap
tidak hanya berasal dari sektor industri tetapi juga berasal dari sektor pertanian
dan pariwisata. Namun potensinya yang cukup besar akan penerimaan pajak
masih belum banyak tersentuh. Padahal semakin besar sumber pendapatan
yang berasal dari potensi daerah dan bukan dari bantuan pemerintah pusat,
maka daerah akan semakin mampu untuk lebih mensukseskan pembangunan
di daerah sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Sumber pendapatan pajak
daerah Kabupaten Cilacap yang masih perlu dimaksimalkan antara lain pajak
sarang burung.
B. Rumusan Masalah
Dalam skripsi ini penulis ingin membahas hal-hal sebagai berikut:
1.Bagaimana perkembangan pendapatan pajak sarang burung di Pemerintah
Kabupaten Cilacap tahun 2005 sampai dengan tahun 2009?
2.Bagaimana upaya meningkatkan pendapatan pajak sarang burung di
Pemerintah Kabupaten Cilacap yang dianalisis dengan menggunakan
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Mengetahui perkembangan pendapatan pajak sarang burung di Pemerintah
Kabupaten Cilacap tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
2. Mengetahui upaya-upaya apa saja yang dapat meningkatkan pendapatan
pajak sarang burung di Pemerintah Kabupaten Cilacap yang dianalisis
dengan menggunakan analisis SWOT.
3. Mengetahui prediksi pendapatan pajak sarang burung di Pemerintah
Kabupaten Cilacap tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, antara lain:
1. Bagi Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam
upaya-upaya untuk lebih meningkatkan PAD, terutama dalam hal
penggalian sumber-sumber PAD khususnya pada sektor pajak daerah.
2. Bagi Penulis
Dengan mengadakan penelitian ini, penulis dapat menerapkan
teori-teori yang telah dipelajari ke dalam suatu praktek nyata di daerah
untuk lebih memperdalam pemahaman penulis mengenai teori tersebut
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi di
universitas khususnya bagi para mahasiswa atau pembaca lainnya yang
memerlukan informasi-informasi tertentu dalam hubungan dengan
masalah yang dibahas oleh penulis tentang pajak sarang burung.
4. Bagi Pembaca
Semoga hasil penelitian ini dapat membantu pembaca sekalian
dalam mengembangkan wawasan dan pemahamannya mengenai masalah
perekonomian daerah.
E. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
Bab II Landasan Teori
Bab ini dijelaskan mengenai hasil kajian pustaka yang relevan
dengan permasalahan yang diangkat.
Bab III Metode Penelitian
Bab IV Gambaran Umum Kabupaten Cilacap
Bab ini menjelaskan sejarah berdirinya Kabupaten Cilacap, letak
geografis, pembagian administratif, wacana pemekaran,
transportasi, perekonomian dan pariwisata.
Bab V Analisis dan Pembahasan
Bab ini membahas analisis data yang diperoleh dari Dinas
Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Cilacap dengan
menggunakan metode dan teknik yang diuraikan pada bagian
metode penelitian.
Bab VI Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh langkah proses analisis data
dan pembahasan serta berisi beberapa saran yang diharapkan dapat
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pajak
Ada bermacam-macam batasan atau definisi tentang “pajak” yang
dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
Menurut Andriani dalam Zain (2008: 10)
“Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang daya gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”
Menurut Soemitro dalam Zain (2008: 11)
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapatkan jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R
dalam Zain (2008: 11)
Menurut Soeparman Soemahamidjaja dalam Pudyatmoko (2002: 2):
“Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.”
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang
melekat pada pengertian pajak (Pudyatmoko, 2002: 4) yaitu :
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya
yang sifatnya dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pemungutannya dapat dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah, karena itu ada istilah pajak pusat dan pajak daerah.
4. Hasil dari uang pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan,
dan apabila terdapat kelebihan maka sisanya dipergunakan untuk
membiayai public investment.
5. Disamping mempunyai fungsi sebagai alat untuk memasukkan dana dari
rakyat ke dalam kas negara (fungsi budgetair), pajak juga mempunyai
B. Fungsi Pajak
Mardiasmo dalam bukunya yang berjudul Perpajakan menyatakan
bahwa fungsi pajak dibagi menjadi dua yaitu (Mardiasmo, 2008: 4) : fungsi
penerimaan (budgetair) dan fungsi mengatur (regulerend). Dalam fungsi
penerimaan (budgetair) pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya seperti contoh dimasukkannya
pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negri sedangkan dalam fungsi
mengatur (regulerend) pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi
seperti pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras, pajak yang tinggi terhadap
barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif dan tarif pajak untuk
ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran
dunia.
C. Jenis-jenis Pajak
Pajak dapat dikelompokkan ke dalam berbagai jenis dengan
menggunakan kriteria-kriteria tertentu (Mardiasmo, 2008: 5-6) :
1.Menurut pihak yang memungut/lembaga pemungutnya, pajak digolongkan
b) Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri
dari pajak propinsi dan pajak kabupaten atau kota. Yang termasuk
pajak propinsi adalah pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas
air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor. Sedangkan pajak
kabupaten atau kota terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan.
2. Menurut sifatnya, pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak langsung dan
pajak tidak langsung.
a) Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : PPh.
b) Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : PPN.
3. Menurut sasaran/obyeknya, pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a) Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Contoh : PPh dimasukkan dalam pajak subjektif karena untuk
memungut pajak atas penghasilan tentu melihat dulu berapa besar
penghasilan yang diterima seorang wajib pajak dan kemampuan wajib
b) Pajak obyektif yakni pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : PPN dan PPnBM.
Dalam hal ini pemungut tidak memperhatikan keadaan diri wajib
pajak karena dengan sendirinya apabila seseorang mampu membeli
barang mewah tentu dia akan mampu juga untuk membayar PPN dan
PPnBM tersebut.
D. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut (Mardiasmo, 2008: 2-3):
1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan).
Syarat keadilan berarti pemungutan pajak harus sesuai dengan tujuan
hukum yaitu untuk mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan
pemungutannya harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya
berarti mengenakan pajak secara umum dan merata serta disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaannya
yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan
keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis).
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara
maupun warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis).
Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan
produksi maupun perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perkenomoian masyarakat.
4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil).
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat
ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat
ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.
E. Tata Cara Pemungutan Pajak
1. Stelsel Pajak.
Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan tiga stelsel (Waluyo, 2000:
9-10) :
a) Stelsel nyata (real stelsel), pengenaan pajak didasarkan pada objek
(penghasilan yang nyata) sehingga pemungutannya baru dapat
sesungguhnya telah dapat diketahui. Stelsel nyata mempunyai
kebaikan dan kekurangan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang
dikenakan lebih realistis. Sedangkan kelemahannya adalah pajak baru
dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil
diketahui).
b) Stelsel anggapan (fictive stelsel), pengenaan pajak didasarkan pada
satu anggapan yang diatur oleh undang-undang misalnya penghasilan
suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada
awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang
untuk tahun pajak berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat
dibayar selama setahun berjalan tanpa harus menunggu pada akhir
tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak
selalu berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
c) Stelsel campuran, stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata
dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung
berdasarkan suatu anggapan kemudian pada akhir tahun besarnya
pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya
pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut
anggapan, maka wajib pajak harus menambah. Sebaliknya jika lebih
2. Sistem Pemungutan Pajak.
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi (Waluyo, 2000: 10) :
a) Official assesment system, adalah suatu sistem untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri dari sistem ini adalah
wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
atau pemerintah, wajib pajak bersifat pasif dan utang pajak timbul
setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
b) Self assesment system, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak
untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayarkan. Ciri-ciri dari sistem ini adalah wewenang
untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak
sendiri, wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang. Fiskus tidak ikut campur
tangan dan hanya mengawasi.
c) Witholding assesment system, adalah suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya adalah
wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
3. Asas Pemungutan Pajak
Terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak (Waluyo, 2000:
10) :
a) Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal). Dalam asas ini pemungutan
pajak tergantung domisili atau tempat tinggal seseorang dalam suatu
negara. Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan
wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan
yang berasal dari dalam maupun dari luar negri. Asas ini berlaku untuk
wajib pajak dalam negri.
b) Asas Kebangsaan. Dalam asas ini pemungutan pajak didasarkan pada
kebangsaan seseorang. Pengenaan pajak dihubungkan dengan
kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia
dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia
yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk wajib
pajak luar negri.
c) Asas Sumber. Dalam asas ini pemungutan pajak tergantung dari atau
didasarkan pada adanya sumber pendapatan atau penghasilan yang
bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib
F. Tarif Pajak
Ada empat macam tarif pajak yaitu (Waluyo dan Wiryawan, 2000: 11-12):
1. Tarif Proporsional (Sebanding)
Tarif proporsional adalah tarif dengan prosentase tetap berapapun
jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Dalam hal ini dapat
digambarkan pada saat penyerahan barang kena pajak di dalam daerah
pabean akan dikenakan pajak pertambahan nilai sebesar 10%.
2. Tarif Progresif
Tarif progresif adalah tarif dengan prosentase yang semakin
meningkat atau naik apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak
meningkat. Seperti pada pasal 17 UU PPh No. 36 tahun 2008, tarif pajak
semakin meningkat sesuai dengan tingkat penghasilan yang diperoleh.
Dengan memperhatikan kenaikan persentase tarifnya, tarif
progresif dapat dibagi menjadi :
a) Tarif progresif-progresif, dalam hal ini kenaikan persentase pajaknya
semakin besar.
b) Tarif progresif tetap, kenaikan persentasenya tetap.
c) Tarif progresif-degresif, kenaikan persentasenya semakin kecil.
3. Tarif Degresif
Tarif degresif adalah tarif dengan persentase tarif pajak yang
semakin menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak
4. Tarif Tetap
Tarif Tetap adalah tarif dengan jumlah angka yang tetap berapapun
jumlah yang menjadi dasar pengenaan. Misalnya besar tarif Bea Materai
untuk cek dan bilyet giro dengan nominal berapapun adalah Rp6.000,00.
G. Penerimaan Daerah
Untuk meningkatkan jumlah pendapatan daerah, pemerintah daerah
harus mampu menggali sumber-sumber penerimaan dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah. Sumber-sumber penerimaan daerah antara lain
meliputi:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PAD merupakan sumber utama bagi daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. PAD suatu daerah meliputi: pajak daerah,
retribusi daerah, hasil BUMD, dan pengelolaan kekayaan daerah serta
pendapatan lain. Dana perimbangan dan penerimaan lain merupakan
sumber pendapatan tambahan untuk mendukung PAD sedangkan unsur
terpenting dalam PAD adalah pajak daerah dan retribusi daerah.
Penerimaan daerah dari bagian laba perusahaan daerah (BUMD) relatif
kecil karena jika BUMD tersebut rugi maka tidak ada kontribusi terhadap
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari
penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai
kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi. Dana ini digunakan oleh
pemerintah pusat dengan tujuan untuk menyeimbangkan hubungan
keuangan pusat dan daerah serta hubungan keuangan antar daerah.
Unsur-unsur penerimaan dalam dana pembangunan ini, antara lain:
a) Dana Bagi Hasil
Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam,
seperti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB), penerimaan kehutanan, penerimaan
pertambangan umum, penerimaan perikanan, penerimaan
pertambangan minyak dan lain-lain.
b) Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan
kepada daerah dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan
antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.
c) Dana Alokasi Khusus (DAK)
DAK adalah dana yang juga berasal dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk membantu daerah membiayai
kebutuhan tertentu atau apabila daerah mengalami masalah-masalah
3. Penerimaan Lain-lain yang Sah
Bagian ini merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan
dana perimbangan yang meliputi hibah, dana darurat dan pendapatan
lain-lain yang ditetapkan pemerintah.
H. Pajak Daerah
1. Pengertian Pajak Daerah
Berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah yang dimaksud dengan:
“Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib
kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Dari definisi di atas jelas bahwa pajak daerah merupakan iuran
wajib yang dapat dipaksakan kepada setiap orang (wajib pajak) tanpa
kecuali.
2. Jenis Pajak Daerah
Berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2009 jenis pajak daerah
3)Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
4)Pajak Air Permukaan, dan
5)Pajak Rokok.
b) Jenis pajak kabupaten/kota terdiri dari :
1)Pajak Hotel;
2)Pajak Restoran;
3)Pajak Hiburan;
4)Pajak Reklame;
5)Pajak Penerangan Jalan;
6)Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
7)Pajak Parkir;
8)Pajak Air Tanah;
9)Pajak Sarang Burung Walet;
10)Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, dan
11)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak yang
ditetapkan oleh Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. Jenis-jenis pajak
daerah di atas dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai
dan atau disesuaikan dengan kebijakan daerah yang ditetapkan dengan
I. Pajak Sarang Burung
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pajak sarang burung
walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan atau pengusahaan sarang
burung. Burung walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia,yaitu
collocalia fuchliap harga, collocalia maxina, collocalia esculanta dan
collocalia linchi. Objek pajak sarang burung walet adalah pengambilan dan
atau pengusahaan sarang burung walet. Yang tidak termasuk objek pajak
sarang burung walet adalah pengambilan sarang burung walet yang telah
dikenakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan kegiatan
pengambilan sarang burung walet yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
Subjek pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pengambilan dan atau mengusahakan sarang burung walet.
Dasar pengenaan pajak sarang burung adalah nilai jual sarang burung
walet. Nilai jual sarang burung walet dihitung berdasarkan perkalian antara
harga pasaran umum sarang burung walet yang berlaku di daerah yang
bersangkutan dengan volume sarang burung walet. Tarif pajak sarang burung
walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10%. Tarif pajak sarang burung walet
ditetapkan dengan peraturan daerah.
Besaran pokok pajak sarang burung walet yang terutang dihitung
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Kabupaten Cilacap Nomor
19 Tahun 2003 tentang Pajak Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung,
yaitu:
1. Pengertian
Pajak sarang burung adalah pajak yang dikenakan terhadap
pengelolaan dan pengusahaan sarang burung.
Sarang burung adalah sarang burung walet atau sebangsanya yang
dapat diperdagangkan dan digunakan sebagai bahan makanan atau
obat-obatan yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Cilacap.
Tempat pengelolaan dan pengusahaan adalah rumah-rumah,
bangunan-bangunan, gua-gua dan tempat lain yang digunakan untuk
pemeliharaan sarang burung.
2. Obyek dan Subyek Pajak
Obyek pajak adalah sarang burung walet atau sebangsanya yang
dapat diperdagangkan dan yang digunakan sebagai bahan makanan dan
obat-obatan.
Subyek pajak adalah orang pribadi atau badan hukum yang
mengelola dan atau mengusahakan sarang burung di wilayah Kabupaten
3. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak
Dasar pengenaan pajak adalah jumlah nilai jual hasil panen yang
dilakukan oleh pengusaha. Tarif pajak ditetapkan sebesar 6% dari jumlah
nilai jual hasil panen sarang burung. Besarnya pajak terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.
4. Masa Pajak
Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat melaksanakan
panen sarang burung. Tahun pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1
(satu) tahun takwim kecuali apabila wajib pajak menggunakan tahun buku
yang tidak sama dengan tahun takwim.
J. Tata Cara Perhitungan dan Penetapan Pajak Daerah Kabupaten Cilacap
Berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Bupati
menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD). Apabila SKPD tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu paling
lama 30 hari sejak diterimanya SKPD dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga 2% sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak
Daerah (STPD).
SPTPD yang telah diisi oleh wajib pajak digunakan sebagai bahan
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) dan
Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN). SKPDKB diterbitkan apabila:
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat bayar
untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya
pajak.
2. SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah
ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk
jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
3. Kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung
secara jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
25% dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk
jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
SKPDKBT diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang
semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang
terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100%
dari jumlah kekurangan pajak tersebut. SKPDN diterbitkan apabila jumlah
pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Apabila kewajiban membayar pajak
jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD
ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 20% sebulan dan ditagih
dengan menerbitkan STPD.
K. Tata Cara Pembayaran Pajak Daerah Kabupaten Cilacap
Pembayaran pajak dilakukan di kas daerah atau tempat lain yang
ditunjuk oleh bupati sesuai waktu yang ditentukan dalam SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT dan STPD. Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain
yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetorkan ke kas daerah
selambat-lambatnya 1x24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh bupati.
Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
Daerah (SSPD). Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.
Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara teratur berturut-turut
dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum
atau kurang bayar.
L. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 1997: 18-20). Analisis
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
1. Strengths (kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan
faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu
sendiri.
2. Weakness (kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri.
3. Opportunities (peluang)
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang
terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi,
proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Misalnya kompetitor, kebijakan
pemerintah dan kondisi lingkungan sekitar.
4. Threats (ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Secara mudah analisis SWOT bisa dikelompokkan dalam dua kategori,
yaitu internal organisasi (strengths dan weakness) dan eksternal organisasi
Analsis SWOT dapat dibagikan dalam lima langkah:
1. Menyiapkan sesi SWOT.
2. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.
3. Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman.
4. Melakukan ranking terhadap kekuatan dan kelemahan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian studi kasus yaitu
penelitian terhadap suatu obyek tertentu dan hasil yang diperoleh dari analisis
data hanya berlaku untuk obyek tertentu serta dalam waktu tertentu.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian: Penelitian dilakukan di Kantor Dinas Pengelola
Keuangan Daerah Kabupaten Cilacap.
2. Waktu: 16 Februari- 31 Maret 2010
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang-orang atau badan yang berhubungan
dengan obyek penelitian atau mereka yang memberikan informasi tentang
obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian
adalah staf dinas pengelola keuangan daerah Kabupaten Cilacap.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok penelitian. Dalam
penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah data pendapatan asli
daerah Kabupaten Cilacap yang berasal dari sektor pajak, khususnya pajak
D. Data yang akan dicari
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1. Gambaran umum Kabupaten Cilacap.
2. Data PAD Kabupaten Cilacap dari sektor pajak khususnya pajak sarang
burung selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
3. Data mengenai peraturan daerah yang berkaitan dengan pajak sarang
burung di Kabupaten Cilacap.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data yang diperlukan, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan
informasi-informasi berdasarkan sumber data.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh informasi
yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang dilakukan secara langsung
F. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisis data
kuantitatif dan kualitatif sebagai berikut:
1. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu tentang
perkembangan pendapatan pajak sarang burung selama tahun 2005 sampai
dengan tahun 2009 digunakan analisis indeks berantai (Budiyuwono,
1987: 179) dengan rumus sebagai berikut:
Angka Indeks Pajak Sarang Burung
Dari hasil perhitungan angka indeks ini, dapat dilihat perkembangan
jumlah pendapatan pajak sarang burung selama lima tahun mulai tahun
2005 sampai dengan tahun 2009. Berapa persen perubahan pendapatan
pajak sarang burung dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
2. Dalam menjawab rumusan masalah kedua tentang bagaimana upaya
meningkatkan pendapatan pajak sarang burung di pemerintah Kabupaten
Cilacap, yaitu dengan menggunakan analisis SWOT. Adapun unsur-unsur
yang digunakan, yaitu:
1) Strength (kekuatan).
Analisis untuk mengetahui kekuatan atau keunggulan dari pajak
2) Weaknes (kelemahan).
Analisis untuk mengetahui kekurangan-kekurangan pemerintah
daerah Kabupaten Cilacap dalam pemungutan pajak sarang burung.
3) Opportunity (kesempatan).
Merupakan kesempatan atau peluang yang dapat memungkinkan
peningkatan pendapatan pajak sarang burung.
4) Threat (ancaman).
Merupakan kemungkinan yang dapat terjadi dan menghambat
peningkatan pendapatan pajak sarang burung.
3. Untuk menjawab rumusan masalah terakhir tentang prediksi pendapatan
pajak sarang burung untuk periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014
di pemerintah Kabupaten Cilacap, menggunakan perhitungan peramalan
dengan analisis tren metode least square - jumlah kuadrat terkecil
(Budiyuwono, 1995: 211-212). Persamaan garis tren yang digunakan:
Y’ = a + bX
Di mana:
Y’ = Nilai tren pajak sarang burung
X = Tahun tertentu yang akan diteliti
a = Jumlah Y pada saat X=0 atau besarnya pendapatan pajak
Dengan metode least square, maka nilai a dan b dapat dicari dengan
rumus sebagai berikut:
Di mana:
a = Jumlah Y pada saat X=0 atau besarnya pendapatan pajak sarang
burung pada tahun tengah.
Y = Jumlah realisasi pendapatan pajak sarang burung.
n = Jumlah tahun yang akan diprediksi.
Di mana:
b = Jumlah kenaikan/penurunan pendapatan pajak sarang burung per
tahun.
BAB IV
GAMBARAN UMUM KABUPATEN CILACAP
A. Sejarah Kabupaten Cilacap
1. Zaman Kerajaan Jawa
Penelusuran sejarah zaman kerajaan jawa diawali sejak zaman
kerajaan Mataram Hindu sampai dengan kerajaan Surakarta. Pada akhir
zaman kerajaan Majapahit (1294-1478) daerah cikal-bakal Kabupaten
Cilacap terbagi dalam wilayah-wilayah kerajaan Majapahit, Adipati Pasir
Luhur dan kerajaan Pakuan Pajajaran, yang wilayahnya membentang dari
timur ke arah barat :
a) Wilayah Ki Gede Ayah dan wilayah Ki Ageng Donan dibawah
kekuasaan kerajaan Majapahit.
b) Wilayah kerajaan Nusakambangan dan wilayah Adipati Pasir Luhur
c) Wilayah kerajaan Pakuan Pajajaran.
Menurut Husein Djayadiningrat, kerajaan Hindu Pakuan Pajajaran
setelah diserang oleh kerajaan Islam Banten dan Cirebon jatuh pada tahun
1579, sehingga bagian timur kerajaan Pakuan Pajajaran diserahkan kepada
kerajaan Cirebon. Oleh karena itu seluruh wilayah cikal-bakal Kabupaten
Cilacap yang semula di bawah kekuasaan kerajaan Islam Pajang
diserahkan kepada kerajaan Mataram.
Pada tahun 1595 kerajaan Mataram mengadakan ekspansi ke
Kabupaten Galuh yang berada di wilayah kerajaan Cirebon. Menurut
catatan harian kompeni Belanda di Benteng Batavia, tanggal 21 Pebruari
1682 diterima surat yang berisi terjemahan perjalanan darat dari Citarum,
sebelah utara Karawang ke Bagelen. Nama-nama yang dilalui dalam
daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap adalah Dayeuhluhur dan
Limbangan.
2. Zaman Penjajahan Belanda
Karena daerah Banyumas Selatan dianggap terlalu luas untuk
dipertahankan oleh Bupati Purwokerto dan Bupati Banyumas maka
dengan beslui tanggal 27 Juni 1841 Nomor 10 ditetapkan :"patenschap"
Dayeuhluhur dipisahkan dari Kabupaten Banyumas dan dijadikan satu
afdeling tersendiri yaitu : afdeling Cilacap dengan ibu kota Cilacap, yang
menjadi tempat kedudukan kepala bestuur Eropa asisten residen dan
kepala bestuur pribumi Rangga atau onder regent. Dengan demikian
pemerintah pribumi dinamakan onder regentschap setaraf dengan Patih
Kepala Daerah Dayeuhluhur. Bagaimanapun pembentukan afdeling
memenuhi keinginan Bupati Purwokerto dan Banyumas yang sudah lama
ingin mengurangi daerah kekuasaan masing-masing dengan Patenschap
Adapun batas Distrik Adiraja yang bersama pattenschap
Dayeuhluhur membentuk Onder Regentschap Cilacap menurut rencana
Residen Banyumas De Sturier tertanggal 31 Maret 1831 adalah sebagai
berikut : Dari muara Sungai Serayu ke hulu menuju titik tengah ketinggian
Gunung Prenteng. Dari Gunung Prenteng menuju puncak, turun ke arah
tenggara pegunungan Kendeng, menuju puncak Gunung Gumelem (Igir
Melayat). dari puncak Gunung Gumelum ke arah selatan mengikuti batas
wilayah Karesidenan Banyumas menuju ke laut, kemudian kearah barat
sepanjang pantai menuju muara Sungai Serayu. Dari batas-batas Distrik
Adiraja dapat diketahui bahwa Distrik Adiraja sebagai cikal-bakal eks
Kawedanan Kroya lebih besar dari pada eks. Kawedanan Kroya , karena
waktu itu belum terdapat Distrik Kalireja, yang dibentuk dari sub bagian
Distrik Adiraja dan sebagai Distrik Banyumas. Sehingga luas kawasan
Onder Regentschap Cilacap masih lebih besar dari luas Kabupaten Cilacap
sekarang.
Pada masa residen Banyumas ke-9 Van de Moore mengajukan
usul Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 3 Oktober 1855 yang
ditandatangani Gubernur Jenderal Duijmaer Van Tuist, kepada Menteri
Kolonial Kerajaan Belanda dalam Kabinet Sreserpt pada tanggal 29
Cilacap dan organisasi bestir pribumi serta pengeluaran anggaran yang
tinggi per tahun keduanya memerlukan persetujuan Raja Belanda,setelah
menerima surat rahasia Menteri Kolonial Pemerintah Hindia Belanda
dengan besluit Gubernur Jenderal tanggal 21 Maret 1856 Nomor 21 antara
lain menetapkan Onder Regentschap Cilacap ditingkatkan menjadi
Regentschap (Kabupaten Cilacap).
B. Keadaan Geografis
1. Letak Geografis
Kabupaten Cilacap merupakan salah satu bagian dari wilayah
Provinsi Jawa Tengah, terletak diantara 108o4'30" – 109o30'30" Bujur
Timur dan 7o30' – 7o45'20" Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten
Cilacap mencapai 225.360,840 Ha, terbagi menjadi 24 kecamatan, 15
kelurahan, dan 269 desa.
Batas wilayah Kabupaten Cilacap, meliputi sebelah Selatan
berbatasan Laut Selatan (Samudra Indonesia), sebelah Utara berbatasan
dengan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Brebes, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Kebumen, dan sebelah Barat berbatasan
dengan Provinsi Jawa Barat.
Wilayah tertinggi adalah Kecamatan Dayeuhluhur dengan
ketinggian 198 m dari permukaan laut, dan wilayah terendah adalah
Kecamatan Cilacap Tengah dengan ketinggian 6 m dari permukaan laut.
Nusawungu sepanjang 152 Km, dan dari Utara ke Selatan adalah dari
Cilacap ke Sampang sepanjang 35 Km.
Jarak dengan kota besar terdekat adalah ke Yogyakarta sepanjang
±200 Km, dan jarak ke kota-kota besar lainnya, yaitu ke Semarang
sepanjang ±250 Km, ke Bandung sepanjang ±250 Km, ke Jakarta
sepanjang ±500 Km, dan ke Surabaya sepanjang ±600 Km.
2. Luas Penggunaan Lahan
Secara administratif Kabupaten Cilacap terbagi menjadi 24
kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Cilacap pada Tahun 2008 tercatat
seluas 225.361 Ha (termasuk Pulau Nusakambangan seluas 11.511 Ha)
atau sekitar 6,94% dari luas Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah tersebut
terbagi menjadi dua bagian yaitu lahan sawah dan lahan kering, lahan
sawah seluas 63.093 Ha atau 29,50% dan 150.757 Ha atau 70,50%
merupakan lahan kering atau bukan lahan sawah.
Menurut penggunaannya lahan bukan sawah terbagi dalam
berbagai penggunaan yaitu 32.920 Ha merupakan pekarangan/bangunan
atau sekitar 15,39%, tegal/kebun seluas 45.213 Ha atau sekitar 21,14%,
ladang/huma seluas 719 Ha atau sekitar 0,34%, hutan rakyat seluas 4.206
3. Keadaan Iklim
Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika
Kabupaten Cilacap, banyaknya curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
November (10.360 mm) dan terendah bulan Juli (0 mm). Dan jumlah hari
hujan terbanyak terjadi pada bulan November sebanyak 20 hari, sedangkan
jumlah hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan Juli sebanyak 0 hari.
Suhu maksimum 34,60oC terjadi pada bulan Maret, suhu minimum 19oC
terjadi pada bulan Juli.
C. Penduduk dan Tenaga Kerja
1. Jumlah dan Komposisi Penduduk
Penduduk Kabupaten Cilacap setiap tahun terus bertambah,
menurut hasil registrasi penduduk pada akhir tahun 2008 mencapai
1.738.603 jiwa yang terdiri dari laki-laki 870.295 jiwa dan perempuan
868.308 jiwa. Selama 5 tahun terakhir rata-rata pertumbuhan penduduk
per tahun sebesar 0,40%, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun
2008 (sebesar 0,47%), dan terendah pada tahun 2004 (sebesar 0,31%),
pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan penduduk yang terendah sejak
tahun 1987.
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
jumlah penduduk laki-laki sedikit lebih banyak dibanding penduduk
perempuan, yang diindikasikan dengan angka sex ratio sebesar 1001.
memperlihatkan Kecamatan Majenang adalah yang paling banyak
penduduknya yaitu sebesar 123.008 jiwa atau sebesar 7,08%, diikuti
Kecamatan Kroya sebesar 102.013 jiwa atau sebesar 5,87%. Kemudian
Kecamatan Gandrungmangu sebesar 101.325 jiwa atau sebesar 5,82%.
Sedangkan yang berpenduduk paling kecil adalah Kecamatan Kampung
Laut yaitu sebesar 15.349 jiwa atau sebesar 0,88%.
Bila diamati dari umur penduduk, diperoleh jumlah penduduk yang
berusia dibawah 15 tahun (penduduk anak-anak) adalah 404.109 jiwa atau
sebesar 23,34%, yang berarti penduduk Kabupaten Cilacap termasuk
kategori umur “sedang”. Dari umur penduduk dapat diketahui pula angka
rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Cilacap tahun 2008 sebesar
45,08%, yang berarti tiap 100 orang usia produktif harus menanggung 45
orang usia non produktif.
Bertambahnya penduduk menyebabkan kepadatan penduduk juga
meningkat yaitu dari 809 jiwa/km2 pada tahun 2007 menjadi 813
jiwa/km2 pada tahun 2008. Seperti tahun sebelumnya penduduk yang
terpadat berada di Kecamatan Cilacap Selatan (sebesar 8.587 jiwa/km2),
dan yang paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan Kampung Laut
2. Tenaga Kerja
Dalam konsep ketenagakerjaan, angkatan kerja adalah penduduk
usia kerja yang bekerja ditambah penduduk pencari kerja. Data dari Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Cilacap menyebutkan banyaknya pencari kerja
yang mendaftarkan diri pada Dinas Tenaga Kerja mengalami kenaikan dari
21.359 orang pada tahun 2007 menjadi 27.482 orang pada tahun 2008,
atau naik sekitar 28,67%. Pencari kerja tahun 2008 lebih banyak
perempuan daripada laki-laki, masing-masing sebanyak 17.021 orang dan
10.461 orang, dan sebagian besar pencari kerja tahun 2008 berpendidikan
SLTP.
Terbatasnya lapangan kerja menjadikan tidak semua pencari kerja
segera mendapatkan tempat kerja. Penempatan tenaga melalui Dinas
Tenaga Kerja tahun 2008 sebanyak 11.514 atau sebesar 41,90% dari
jumlah pencari kerja. Secara persentase angka ini lebih rendah
dibandingkan persentase penempatan tenaga kerja tahun 2007 yang
tercatat 47,22% (10.086 orang dari 21.359).
Penyaluran tenaga kerja ke luar negeri (AKAN) yang terdaftar di
Dinas Tenaga Kerja mengalami kenaikan sebesar 13,38% yaitu dari 9.239
orang pada tahun 2007 menjadi 10.666 orang pada tahun 2008. Sebagian
Angkatan Kerja Antar Negara (AKAN) adalah perempuan 91,86%,
sementara tenaga kerja laki-laki lebih banyak disalurkan sebagai Angkatan
D. Transportasi
Dapat dikatakan, Kabupaten Cilacap memiliki sarana transportasi
cukup lengkap, karena infrastruktur jalannya meliputi jalan darat (kereta api
dan mobil/motor), laut (kapal), dan udara (pesawat terbang). Kabupaten
Cilacap dilalui jalan negara lintas selatan Pulau Jawa, yakni jalur
bertemu dua jalur kereta, dari
jalur kereta api ini juga melayani pergerakan barang baik itu semen, pupuk,
BBM, dan produk industri lainnya. Transportasi angkutan darat dilayani oleh
Panjang Jalan di Kabupaten Cilacap lebih dari 2.000 km. Jalan Nasional dan
Jalan Provinsi sebagaian besar dalam kondisi cukup baik dan baik. Di
beberapa bagian ruas jalan nasional mengalami kerusakan ringan, sedang,
sampai kerusakan berat, terutama jalan dari Kesugihan menuju Kota Cilacap.
Jalur jalan Cilacap-Wangon via Jeruklegi juga mengalami kerusakan.
Cilacap memiliki se
yang dalam rencananya akan dijadikan bandara komersial, sementara ini
Cilacap--Intan adalah pelabuhan ekspor-impor terutama untuk komoditas pertanian.
Beberapa perusahaan besar memiliki pelabuhan khusus tersendiri, seperti
Pelabuhan Minyak Pertamina UP IV, pelabuhan Semen milik Holcim, dll.
E. Perekonomian
Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Kabupaten
Cilacap. Subsektor nelayan digeluti sebagian besar penduduk yang tinggal di
pesisir pantai selatan. Cilacap adalah satu dari tiga kawasan industri utama di
Jawa Tengah (selain Semarang dan Surakarta). Sektor perikanan laut masih
harus banyak digali dan dimaksimalkan. Potensinya yang begitu besar masih
belum banyak tersentuh. Sebaiknya investasi diarahkan untuk
mengembangkan potensi tersebut. Di Cilacap terdapat 5 industri terbesar
diantara industri lain :
1.
2. Pabrik Semen HOLCIM
3. Pabrik Tepung Panganmas Inti Persada
4. PLTU Karangkandri
5. Pengolahan Ikan PT Juifa Internasional
Dengan digalakkannya investasi, diharapkan banyak investor yang
berkeinginan untuk menanamkan modal di Cilacap. Infrastruktur yang ada
diharapkan lebih dapat ditingkatkan untuk mendukung program investasi
tersebut. Di samping itu di Kota Cilacap sendiri telah tersedia Kawasan
kawasan ini masih tersedia lahan yang dapat dikembangkan untuk industri.
Beberapa kawasan juga telah disiapkan untuk pengembangan Kawasan
Industri Baru seperti di Desa Bunton Kec. Adipala dan di Desa Karangkandri
Kec. Kesugihan. Menurut penelitian yang pernah dilakukan, industri di
Cilacap banyak yang bersifat footloose, sehingga kurang memberikan
dampak yang berarti bagi kesejahteraan penduduk di Kabupaten Cilacap
sendiri.
Pekerja migran dari kabupaten Cilacap juga menyumbangkan banyak
devisa, terutama karena kiriman uang mereka (remitan) ke daerah asal. Buruh
migran tersebut berasal dari seluruh kecamtan yang ada. Untuk saat ini
kencenderungan buruh migran menuju ke Asia Timur, tidak lagi ke Malaysia,
Singapura atau Brunei Darussalam. Beberapa negara asia timur yang
dijadikan tujuan adalah Korea Selatan dan Taiwan. Apabila dicermati,
remitan dan devisa dari buruh migran tersebut (TKI/TKW) merupakan
potensi ekonomi yang besar. Sebenarnya pemerintah daerah perlu
mempersiapkan sumberdaya yang memadai agar pekerja migran dari Cilacap
lebih banyak mengisi sektor formal di luar negeri. Sudah tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa remitan yang dikirimkan merupakan salah satu
penggerak perekonomian di sebagian wilayah Kabupaten Cilacap. Untuk
di desa sedang tidak ada pekerjaan di sektor pertanian. Buruh migran tersebut
seringkali hanya sebagai buruh migran musiman. Di samping sektor
pertanian, pendapatan Domestik Regional Brutto (PDRB) Kabupaten Cilacap
terutama diperoleh dari Sektor Industri, Gas, Listrik, dan Air Minum.
F. Pariwisata
Kabupaten Cilacap tercatat memiliki beberapa objek wisata yang kerap
dikunjungi, baik oleh wisatawan domestik dan mancanegara. Dari sisi budaya,
setiap tahun Kabupaten Cilacap menyelenggarakan ritual Sedekah Laut yang
diikuti oleh ribuan nelayan setempat, dan dihadiri oleh ratusan ribu orang dari
berbagai daerah di Indonesia
Pendapatan dan Belanja Daerah
laut, kesenian daerah yang berkembang di daerah ini adal
Adapun objek wisata Kabupaten Cilacap yang dapat dikunjungi adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
Bagi penggemar wisata kuliner, Cilacap mempunyai makanan khas
yang cukup terkenal, di antaranya tempe mendoan Cilacap, tahu masak, lotek
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan pada data PAD Kabupaten Cilacap dengan
tujuan untuk mengetahui perkembangan, upaya peningkatan dan prediksi
pendapatan pajak sarang burung. Data yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah data realisasi PAD khususnya pada sektor pajak daerah yang dapat
dipantau oleh Dinas Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Cilacap untuk
tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Data realisasi pendapatan pajak daerah
Pemerintah Kabupaten Cilacap tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 dapat
dilihat pada tabel 5.1. Data tersebut dapat menunjukkan tingkat kemampuan
Tabel 5.1
Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Pemerintah Kabupaten Cilacap Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2009
Jenis Pajak Daerah 2005 (Rp) 2006 (Rp) 2007 (Rp) 2008 (Rp) 2009 (Rp)
Pajak Hotel 312.148.152 327.124.824 334.771.403 402.034.741 410.063.829
Pajak Restoran 197.173.297 221.557.134 216.302.000 589.605.227 716.039.174
Pajak Hiburan 112.598.951 89.291.133 107.983.018 121.359.362 121.241.112
Pajak Reklame 259.408.535 309.850.313 453.759.208 501.945.003 561.050.387
Pajak Penerangan Jalan 19.332.509.062 23.101.882.535 23.270.111.076 28.429.479.344 30.491.429.528
Pajak Bahan Galian Golongan C 9.102.442.501 8.004.487.362 8.439.833.257 11.040.254.047 11.947.244.850
Pajak Sarang Burung 18.650.000 18.750.000 19.150.000 19.000.000 19.500.000
B. Analisis Data
1. Perkembangan Pendapatan Pajak Sarang Burung selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 dengan Analisis Indeks Berantai
Untuk mengetahui perkembangan pendapatan pajak sarang burung
digunakan angka indeks. Angka indeks ini berfungsi sebagai angka
perbandingan yang perubahan relatifnya dinyatakan dalam bentuk
prosentase terhadap yang lain, dengan memilih tahun 2005 sebagai tahun
dasar.
Berikut ini adalah data pendapatan pajak sarang burung dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2009:
Tabel 5.2
Realisasi Pendapatan Pajak Sarang Burung Kabupaten Cilacap Tahun 2005 sampai dengan tahun 2009
Tahun Realisasi Pendapatan Pajak Sarang Burung (Rp)
a. Tahun 2005
Pendapatan Pajak Sarang Burung Th. 2005
Angka indeks = x 100% Pendapatan Pajak
Sarang Burung Th. 2005
Rp18.650.000,00
= x 100% Rp18.650.000,00
= 100%
Angka indeks pada tahun 2005 sebesar 100% menunjukkan bahwa
pada tahun 2005 diasumsikan dalam keadaan normal (tidak terjadi
perubahan), sehingga dijadikan sebagai tahun dasar untuk
membandingkan pendapatan pajak sarang burung di tahun-tahun
berikutnya.
b. Tahun 2006
Pendapatan Pajak Sarang Burung Th. 2006
Angka indeks = x 100% Pendapatan Pajak
Sarang Burung Th. 2005
Rp18.750.000,00
= x 100% Rp18.650.000,00
= 101%
Angka indeks pada tahun 2006 sebesar 101% menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan pendapatan pajak sarang burung sebesar 1% dari
tahun sebelumnya (tahun 2005).
c. Tahun 2007
Pendapatan Pajak Sarang Burung Th. 2007
Angka indeks = x 100% Pendapatan Pajak
Sarang Burung Th. 2006
Rp19.150.000,00
= x 100% Rp18.750.000,00
= 102%
Angka indeks pada tahun 2007 sebesar 102% menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan pendapatan pajak sarang burung sebesar 1% dari
tahun sebelumnya (tahun 2006).
d. Tahun 2008
Pendapatan Pajak Sarang Burung Th. 2008
Angka indeks = x 100% Pendapatan Pajak
Sarang Burung Th. 2007
Rp19.000.000,00
= x 100% Rp19.150.000,00
= 99%
Angka indeks tahun 2008 sebesar 99% menunjukkan bahwa terjadi
e. Tahun 2009
Pendapatan Pajak Sarang Burung Th. 2009
Angka indeks = x 100% Pendapatan Pajak
Sarang Burung Th. 2008
Rp19.500.000,00
= x 100% Rp19.000.000,00
= 103%
Angka indeks tahun 2009 sebesar 103% menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan pendapatan pajak sarang burung sebesar 4% dari tahun
sebelumnya (tahun 2008).
2. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan pajak sarang burung di Kabupaten Cilacap yang dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT
Pajak daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah
yang dapat diandalkan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan daerah, di mana ada tujuh sektor pajak daerah yang
dipungut di Kabupaten Cilacap, yaitu:
a. Pajak hotel
b. Pajak restoran
c. Pajak hiburan
d. Pajak reklame
e. Pajak penerangan jalan
f. Pajak bahan galian golongan C
Dari ketujuh sektor pajak daerah yang dipungut tersebut pendapatan
dari pajak sarang burung masih rendah, sehingga diperlukan usaha-usaha
yang dapat meningkatkan pendapatan pajak sarang burung. Untuk
mengetahui upaya-upaya peningkatan pendapatan pajak sarang burung
digunakan analisis SWOT (Strenght, Weaknes, Opportunity, dan Threat).
Adapun faktor-faktor yang digunakan, yaitu:
1) Strength (kekuatan)
Meskipun pendapatan pajak sarang burung di Kabupaten Cilacap
masih rendah tetapi hasil yang diperoleh dari pemungutan pajak ini
dapat menunjang APBD dan menjadi salah satu andalan sumber
pendapatan bagi Pemerintah Kabupaten Cilacap.
2) Weaknes (kelemahan)
Kurangnya sanksi tegas terhadap para wajib pajak sarang
burung yang tidak taat merupakan kelemahan bagi pemerintah
Kabupaten Cilacap dalam meningkatkan pendapatan pajak sarang
burung.
3) Opportunity (kesempatan)
a) Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang bertugas
memungut pajak dan penyuluhan pada wajib pajak sarang burung
b) Hubungan baik yang terjalin antara pemerintah Kabupaten Cilacap
dengan para wajib pajak sarang burung di Kabupaten Cilacap
merupakan kesempatan bagi pemerintah daerah dalam
meningkatkan pendapatan pajak sarang burung. Hubungan baik
tersebut misalnya membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi wajib pajak dengan masyarakat sekitar tempat
pengelolaan sarang burung.
4) Threat (ancaman)
Kurangnya kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak akan
pentingnya membayar pajak dan kurangnya kepercayaan masyarakat
pada pemerintah dalam pengelolaan pajak merupakan ancaman bagi
pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan pajaknya.
3.Prediksi Pendapatan Pajak Sarang Burung di Kabupaten Cilacap pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014
Untuk mengetahui pendapatan pajak sarang burung tahun 2010
sampai dengan tahun 2014 di Kabupaten Cilacap, akan digunakan
perhitungan peramalan dengan analisis tren dengan metode Least Square
(Jumlah Kuadrat Terkecil), persamaan garis tren yang digunakan adalah
Y’ = a + bX.
Tren merupakan gerak naik/turun dalam jangka panjang yang
biasanya digambarkan dalam bentuk suatu garis lurus berdasarkan data
yang ada. Namun, di sini tidak akan digambarkan bentuk garis lurusnya
Adapun langkah-langkah dalam perhitungan tren tersebut, antara
lain:
a. Menentukan nilai a dengan rumus:
Di mana:
a = Jumlah Y pada saat X=0 atau besarnya pendapatan pajak sarang
burung pada tahun tengah.
Y = Jumlah realisasi pendapatan pajak sarang burung.
n = Jumlah tahun yang akan diprediksi.
b. Menentukan nilai b dengan rumus:
Di mana:
b = Jumlah kenaikan/penurunan pendapatan pajak sarang burung per
tahun.
X = Jarak antara tahun yang akan diprediksi dengan tahun tengah.
c. Menentukan persamaan garis tren dengan rumus:
Y’ = a + bX