• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI SANITASI KABUPATEN AGAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI SANITASI KABUPATEN AGAM"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN AGAM

KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN AGAM TAHUN 2011

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN AGAM Jln. Piliang No. 1 Lubuk Basung

(2)

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

TAHUN 2011

Dokumen ini disusun oleh POKJA AMPL Kabupaten Agam yang

menyajikan kondisi Aktual Sanitasi kabupaten Agam saat ini sebagai

database menyusun perencanaan Percepatan Pembangunan Sanitasi

di daerah Kabupaten yang mencakup sub sektor Air Limbah Domestik,

Sub sektor Persampahan dan Sub sektor Drainase Permukiman.

Penilaian dan Pemetaan Situasi Sanitasi Kabupaten

Dokumen Buku Putih Sanitasi ini menjadi patokan para pemangku

kebijakan daerah dan stakeholder yang berkaitan dengan sektor

pengembangan Sanitasi serta dasar dalam menyusun Strategi Sanitasi

Kabupaten (SSK) dan juga menyusun Rencana Tindak Sanitasi dalam

bentuk Memorandum Program

Sekretariat

d/a Bappeda Kabupaten Agam

Jln. Piliang No 1 Lubuk Basung. Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat

P O K J A

A M P L

(3)

Pendahuluan I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sanitasi harus dilakukan secara terintegrasi dan komprehensif dan diharapkan dapat dicapai melalui penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) yang merupakan instrumen untuk meningkatkan perencanaan dan implementasi kegiatan sanitasi dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Sanitasi Kabupaten. Hal ini sesuai dengan visi misi Kabupaten Agam terutama Misi ke Enam yaitu : Mewujudkan Pembangunan Yang Berkelanjutan, Berwawasan Lingkungan dan Ramah Bencana.

Dalam konteks yang lebih luas, SSK adalah suatu langkah penting dalam

pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) bagi Indonesia, khususnya tujuan

ke-10, yaitu berkurangnya separuh dari jumlah penduduk Indonesia yang tidak memiliki akses berkelanjutan kepada air minum dan sanitasi dasar pada tahun 2015.

Fakta Sanitasi merupakan isu krusial yang masih belum menjadi prioritas hampir di banyak daerah diantaranya Kabupaten Agam. Hal ini telah mengakibatkan secara tidak disadari tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat kurang baik serta berimplikasi pada banyaknya biaya tidak diduga yang harus dibayarkan oleh banyak pihak.

Prilaku kurang baik masyarakat dalam bidang sanitasi diantaranya adalah Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan pengelolaan limbah/sampah rumah tangga. Tidak jarang kita temukan masyarakat BAB di kolam, sumber mata air, Sungai dan kebun, padahal mereka tahu sumber air bersih untuk minum, cuci, dan mandi juga berasal di area tersebut. Hal yang sama juga terjadi dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Tumpukan sampah di pinggiran sungai, parit, selokan, kebun pinggiran jalan raya dan tempat umum lainnya juga masih kurang mendapat perhatiaan.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Agam tahun 2010, penggunaan fasilitas jamban keluarga penduduk Kabupaten Agam sekitar 67.636 KK dari 91.820 KK yang diperiksa atau sebesar 73,66%, dimana cakupan penduduk yang terlayani sebesar 342.737 Jiwa Jumlah kepemilikan jamban sehat di kabupaten Agam sebesar 54.777 KK sedangkan , jumlah KK yang memiliki saluran pengelolaan air limbah sebanyak

(4)

Pendahuluan I-2 67.308 KK dari 91.820 KK yang diperiksa atau 52,82%, dimana rumah tangga yang memiliki saluran pengelolaan air limbah secara sehat sebanyak 35.552 KK (52,82%).

Jika dikaitkan fakta sanitasi dengan resiko lainya prilaku buruk dalam bidang sanitasi juga akan memperparah keadaan masyarakat ketika terjadi bencana alam. Sebagaimana diketahui secara Umum Sumatera Barat adalah wilayah yang sangat rentan bencana alam dan wilayah Kabupaten Agam adalah daerah yang sangat lengkap ancaman kebencanaanya. Dimana Kabupaten Agam memiliki potensi seluruh jenis bencana (bahaya sesar aktif, bahaya seismisitas gempa, bahaya tsunami, letusan gunung api, bahaya gerakan tanah/longsoran, banjir dan abrasi),

Dikhawatirkan perlakuan yang kurang baik terhadap bidang sanitasi akan memperburuk keadaan ketika bencana alam datang. Penyebaran bakteri dari BABS dan sampah akan menyerang pemukiman masyarakat lebih cepat. Akses air bersih dari sumber-sumber mata air akan susah di dapat dan waktu pemulihan dari bencana akan lebih lama serta biaya yang dikeluarkan akan lebih besar.

Menyadari kondisi tersebut mendorong Kabupaten Agam ikut serta dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman, yaitu suatu program yang diprakarsai oleh pemerintah pusat untuk meningkatkan pembangunan sanitasi di Indonesia yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Hasil kajian sanitasi yang komprehensif diharapkan dapat membantu penentuan area beresiko untuk melakukan tindakan preventif agar biaya sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh sanitasi yang buruk dapat diminimalisir. Selain itu adanya opsi tehnologi dan sitem sanitasi yang tepat akan membantu efektifitas impelementasi sanitasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan tindakan aksi perencanaan dalam bentuk program dan kegiatan yang dijabarkan dari kondisi ekisting sanitasi yang dirangkum dalam buku putih. Dengan adanya SSK ini diharapkan adanya langkah-langkah yang konkrit dalam merumuskan kegiatan yang strategis dalam menanggulangi masalah sanitasi secara lebih komprehensif dan terintegrasi dengan berbagai SKPD.

(5)

Pendahuluan I-3 1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan SSK

Maksud penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah tersusunnya dokumen perencanaan Strategis Sanitasi Kabupaten yang dapat dijadikan rujukan perencanaan pembangunan sanitasi Kabupaten Agam dalam jangka menengah (5 tahun) Tujuan dari penyusunan dokumen kerangka kerja SSK ini adalah:

a. Tujuan Umum

Kerangka kerja SSK ini disusun sebagai rencana pembangunan sektor sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi mulai tahun 2011 hingga tahun 2015. b. Tujuan Khusus

1. Kerangka kerja SSK ini dapat memberikan gambaran tentang kebijakan

pembangunan Sanitasi Kabupaten Agam selama 5 tahun yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

2. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan strategi dan langkah-langkah

pelaksanaan kebijakan, serta penyusunan program jangka menengah dan tahunan sektor sanitasi.

3. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat

dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Agam.

4. Dibutuhkan sebagai motivasi dalam Percepatan pembangunan sanitasi

permukiman secara komprehensif dan berkelanjutan di wilayah Kabupaten dengan mengkaji aspek

1) Keuangan dan pendanaan daerah,

2) Kelembagaan,

3) Pemetaan media/komunikasi sebagai alat kampanye penyadaran sanitasi 4) Keterlibatan sektor swasta dalam Penyedia layanan sanitasi (Sanitation Supply

Assesment/SSA)

5) Pelibatan Masyarakat, Jender dan Kemiskinan (PMJK) dalam Sanitasi Total berbasis masyarakat (STBM)

(6)

Pendahuluan I-4

5. Kampanye penyadaran Sanitasi dan kesehatan lingkungan dalam Pola Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 1.3. Landasan Hukum

1.3.1. Peraturan Perundangan

Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Agam mengacu pada peraturan perundang-undangan Nasional dan Peraturan Daerah untuk mendukung Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Daerah. Peraturan perundangan yang terkait dengan program percepatan pembangunan sanitasi permukiman Kabupaten Agam meliputi :

1.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.

3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung jawab Keuangan Negara.

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang No. 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

10. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang.

(7)

Pendahuluan I-5

12. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial

13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

14. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

15. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga.

16. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

17. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

18. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman.

19. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.

2.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 1999 tentang

Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3892)

2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan.

3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 Tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 Tentang

Rencana Kerja Pemerintah.

6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);

(8)

Pendahuluan I-6

7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 Tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);

8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar

Akuntansi Pemerintah.

9 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2005 Tentang

Pinjaman Daerah.

10 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana

Perimbangan.

11 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2005 Tentang Hibah

Kepada Daerah.

12 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah.

13 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Standar

Pelayanan Minimum.

14 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 Tentang

Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata

Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

16 Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

17 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 Tentang

Pengelolaan Uang Negara/Daerah.

18 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang

Organisasi Perangkat Daerah.

19 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Tata

(9)

Pendahuluan I-7

20 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman

Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

21 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2008 Tentang

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

22 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan,

Tata Cara Penyusunan, pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

23 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang

Rencana Tata Ruang Nasional.

24 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang

Pengelolaan Sumber Daya Air.

25 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2008 Tentang

Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Modal di Daerah.

26 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2010 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

27 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2010 Tentang

Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.

28 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk

dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang.

29 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

30 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan.

31 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2010 Tentang Jenis Pajak Daerah yang dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak.

(10)

Pendahuluan I-8

32 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tata

Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah.

33 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011 Tentang

Pinjaman Daerah.

34 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.

3.

PERATURAN PRESIDEN

1.

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014.

4.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan.

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim

Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang

Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

5.

PERATURAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA

1. Peraturan Menteri PU No. 494 Tahun 2005 Tentang Kebijakan dan Strategi

Nasional Pembangunan Perkotaan.

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310).

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Kebijakan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM).

(11)

Pendahuluan I-9

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Kebijakan

dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP).

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Pedoman

Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan .

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah.

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2008 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Di Kabupaten/Kota.

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal.

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pedoman

Analisis Beban Kerja Di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Barang Milik Daerah.

13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007 Tentang

Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2008 Tentang Kebijakan

dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP).

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Pedoman

Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.

(12)

Pendahuluan I-10

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

6.

KEPUTUSAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA

1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7

/1995 tentang Program Kali Bersih.

2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis

Penyusunan UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum

3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata

Laksana UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum

4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang Petunjuk Teknis

Penyusunan UKL –UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum

5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001

tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL.

6. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534 Tahun 2001

Tentang Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemetaan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum.

7. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217 Tahun 2002

Tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP).

8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003

tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X

/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/KPTS/M/2005 tentang Pedoman

Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil

(13)

Pendahuluan I-11

11. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 tahun 2006 Tentang Kebijakan

dan Strategi Nasional Pengelolaan persampahan

12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX

/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

7.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM

1. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Retribusi

Pelayanan Persampahan/Kebersihan.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 1 Tahun 2001 Tentang Visi dan Misi Kabupaten Agam (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 2).

3. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pembentukan

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagari.

4. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor 11).

5. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pokok-pokok

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 03).

6. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 6). Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah.

7. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pembentukan

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 7). Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah.

8. Peraturan Bupati Agam Nomor 6 Tahun 2008 tentang Mekanisme Penata

Usahaan Pengeluaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Agam.

9. Peraturan Bupati Agam Nomor 60 Tahun 2008 tentang Kebijakan Akuntasi

(14)

Pendahuluan I-12 10. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 8 Tahun 2009 Tentang Retribusi

Pelayanan Kesehatan.

11. Peraturan Daerah Kabupaten Agam nomor 09 tahun 2009 tentang urusan

pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintahan Kabupaten Agam.

1.4. Metoda Penyusunan

Pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan Strategi Sanitasi

Kabupaten/Kabupaten Agam terdiri dari beberapa Pendekatan dan alat bantu

diantaranya “Peran Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat”. Pendekatan peran

kelembagaan Pemerintah Daerah sangat penting karena peranan lembaga/instansi daerah dianggap mampu merumuskan dan mengkaji persoalan sanitasi daerah kabupatennya, dengan asumsi bahwa kelembagaan daerah lebih tahu dengan persoalan wilayahnya sendiri dan memiliki data-data pendukung mengenai wilayahnya baik berupa data sekunder maupun data-data studi perencanaan strategis (RTRW, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD).

Strategi Sanitasi Kabupaten Agam ini disusun oleh Tim Penyusun SSK yang dibentuk oleh Pokja AMPL. SSK disusun secara partisipatif dan terintegrasi melalui berbagai diskusi secara rutin, lokakarya dan pembekalan baik yang dilalukan oleh Tim Pokja sendiri maupun dengan dukungan fasilitasi CF dan PF.

Metode penyusunan SSK ini, terdiri dari tahapan-tahapan berikut ini:

1. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan kedalam visi,

misi sanitasi kabupaten, dan tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi kabupaten. Dalam perumusan bagian ini tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan dokumen perencanaan lainnya yang ada di Kabupaten Agam.

2. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan. Analisis

kesenjangan digunakan untuk mendiskripsikan issue strategis dan kendala yang mungkin akan dihapadapi dalam mencapai tujuan.

(15)

Pendahuluan I-13 Sumber Data

a. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi kabupaten saat ini (dari Buku Putih Sanitasi), untuk belajar dari fakta sanitasi guna menetapkan kondisi sanitasi yang tidak diinginkan. Pada tahap ini Tim Penyusun SSK mengkaji kembali Buku Putih Sanitasi Kabupaten Agam untuk memastikan kondisi yang ada saat ini khususnya kondisi yang tidak diinginkan atau permasalahan-permasalahan yang ada dalam pengelolaan sanitasi kabupaten. Kondisi semua sub sektor layanan sanitasi yang terdiri; sub sektor air limbah, sub sector persampahan, sub sektor drainase lingkungan dan sektor air bersih serta aspek pendukung. Metoda yang digunakan adalah kajian data sekunder dan kunjungan lapangan untuk melakukan verifikasi informasi.

b. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing

dinas/badan/kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta.

c. Data yang dibutuhkan antara lain: Data sanitasi kabupaten Agam, Data demografi, data social ekonomi, data institusi/kelembagaan dan data tata ruang.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan berbagai teknik antara lain : 1. Desk Study (kajian Literature, data sekunder)

2. Field Research (Observasi, wawancara responden)

3. FGD dan indepth interview

Analisis Data

Analisis data dilakukan secara Deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Merumuskan strategi sanitasi kabupaten yang menjadi basis penyusunan program dan kegiatan pembangunan sanitasi kabupaten jangka menengah Strategi Sanitasi Kabupaten Agam (5 tahunan). Dengan alat analisis SWOT mengkaji kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman dan Diagram Sistem Sanitasi.

(16)

Pendahuluan I-14 1.5. Sistematika Dokumen

Penulisan dokumentasi SSK terdiri dari 7 Bab antara lain :

1 Bab pertama merupakan Pendahuluan, yang berisi latar belakang, maksud dan tujuan

penyusunan SSK, landasan hukum, medote dan sistematika penulisan Dokumen SSK

2 Bab kedua berisi Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi, di dalam bagian ini dibahas

antara lain:

a) Gambaran umum kondisi sanitasi

b) Visi dan misi sanitasi

c) Kebijakan Umum dan Strategi Sektor Sanitasi Kabupaten

d) Sasaran Umum dan Arahan Tahapan Pencapaian

3 Bab ketiga membahas Isue Strategis dan Tantangan Sektor Sanitasi antara lain:

a) Enabling and Sustainability Aspect terdiri dari Kebijakan Daerah dan Kelembagaan, Keuangan, Komunikasi, Keterlibatan pelaku bisnis, partisipasi masyarakat dan jender serta monitoring dan evaluasi

b) Sub-Sektor dan Aspek Utama dari masing-masing sektor Air Limbah,

persampahan, drainase lingkungan dan higiene

4 Bab keempat mengenai Strategi Sektor Sanitasi Kabupaten yang terdiri dari :

a) Sasaran dan Arahan Pentahapan Pencapaian

b) Strategi Sektor & Aspek Utama : Air Limbah, persampahan, drainase lingkungan dan Higiene

c) Enabling and Sustainability Aspect, meliputi Kebijakan Daerah dan Kelembagaan, Keuangan, Komunikasi, keterllibatan Pelaku Bisnis, Partisipasi Masyarakat dan Jender

5 Bab ke lima memuat program dan kegiatan masing-masing sektor antara lain berisi :

a) Program dan Kegiatan Sektor & Aspek Utama : Air Limbah, Persampahan, Drainase Lingkungan dan Higiene

b) Program dan Kegiatan Enabling and Sustainability Aspect : meliputi Kebijakan Daerah dan Kelembagaan, Keuangan, Komunikasi, keterllibatan Pelaku Bisnis, Partisipasi Masyarakat dan Jender

(17)

Pendahuluan I-15

6 Bab keenam membahas strategi monev antara lain berisi :

a) Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi meliputi: Monitoring terkait

pengambilan keputusan, Monitoring pelaksanaan dan Monitoring strategi

b) Pengembangan/penyusunan indikator input, output dan outcome

c) Pengumpulan dan penyajian/pelaporan data.

(18)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-1

BAB II

KERANGKA KERJA SEKTOR SANITASI

KABUPATEN AGAM

Gambaran umum sanitasi Kabupaten Agam merupakan deskripsi tentang kondisi sanitasi saat ini dan masa akan datang (sampai dengan lima tahun ke depan) yang dituangkan secara ringkas dalam visi, Misi dan kebijakan umum/strategi serta tujuan dan sasaran pembangunan sektor sanitasi.

2.1 GAMBARAN UMUM SANITASI KABUPATEN AGAM

2.1.1 Letak Geografis, Topografi, Adminstrasi dan Aspek Tata Ruang

Secara geografis, wilayah Kabupaten Agam terbentang mulai dari dataran tinggi sampai ke pesisir pantai dengan luas wilayah 2.232,30 km2 atau 5,2 persen dari luas Provinsi Sumatera Barat yang mencapai 42.229,04 km2. Letak Geografis Kabupaten Agam pada titik koordinat antara 00001’34” – 00028’43” Lintang Selatan dan 99046’39” – 100032’50” Bujur Timur dengan Ketinggian 0 – 2891 Mdpl.

Secara administaratif batas – batas wilayah Kabupaten Agam sebagai berikut;

 Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat.

 Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten 50 Kota

 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Kab Tanah

Datar.

 Sebelah Barat : berbatasan dengan Samudra Indonesia

Kabupaten Agam memiliki topografi yang bervariasi, mulai dari wilayah pegunungan dataran tinggi, dan dataran rendah yang sampai ke daerah pantai. Di Kabupaten ini terdapat dua buah gunung yaitu, Gunung Merapi dengan ketinggian 2.861 m, dan Gunung Singgalang dengan ketinggian 2.887 m. Disamping itu juga terdapat sebuah danau yang cukup terkenal yaitu, Danau Maninjau dengan luas 9.737,50 ha. Danau ini mempunyai multi fungsi yaitu fungsi pariwisata, fungsi energi dan jaringan ketenaga listrikan serta fungsi budidaya ikan air tawar. Kabupaten Agam juga memiliki wilayah pantai dan dua buah pulau yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai

(19)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-2 objek wisata bahari yaitu, pulau Tangah dan pulau Ujuang, sedangkan panjang garis pantai adalah 43 km.

Wilayah administrasi pemerintahan kabupaten Agam meliputi 16 Kecamatan dan 82 Nagari, serta 467 Jorong sebagaimana pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.1 Luas Kecamatan dan Jumlah Nagari Serta Jorong Kecamatan Nama Kota

Kecamatan Luas Daerah (KM2) Jumlah Nagari Jumlah Jorong 1. Tanjung Mutiara Tiku 205,73 3 18 2. Lubuk Basung Lubuk Basung 278,40 5 26 3. Ampek Nagari Bawan 268,69 4 14 4. Tanjung Raya Maninjau 244,03 9 53

5. Matur Matur 93,69 6 27

6. IV Koto Balingka 68,72 7 24

7. Malalak Malalak 104,49 4 17

8. Banuhampu Sungai Buluh 28,45 7 42 9.Sungai Pua Limo Suku 44,29 5 28 10. Ampek Angkek Biaro 30,66 7 33

11.Canduang Lasi 52,29 3 18

12.Baso Baso 70,30 6 27

13.Tilatang Kamang Pakan Kamis 56,07 3 45 14.Kamang Magek Magek 99,60 3 41 15.Palembayan Palembayan 349,81 6 28

16. Palupuh Palupuh 237,08 4 26

Jumlah 16 2.232,30 82 467

Sumber: Agam Dalam Angka Tahun 2009/2010

(20)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-3 Peta Administrasi Kabupaten Agam

Berdasarkan kondisi alamnya, Kabupaten Agam memiliki topografi yang bervariasi yaitu; relatif datar dengan kemiringan antara 0-3 % seluas 662 km²; datar bergelombang

dengan kemiringan 3-8% dengan luas 153 km²; bergelombang, dengan kemiringan 8-15

% seluas 801 km² dan; bergunung atau kemiringan >15o dengan luas 616 km². Sedangkan ketinggian wilayah antara 2 meter (Kecamatan Tanjung Mutiara) sampai 1.031 meter (Kecamatan Matur) dari permukaan laut.

Sejarah pemerintahan Kabupaten Agam berdasarkan Keputusan Gubernur Militer Sumatera Tengah Nomor 171 tahun 1949 wilayah Agam diperkecil dengan memasukkan kewedanaan Talu ke Kabupaten Pasaman dan nagari disekitar Bukittinggi dialihkan ke dalam lingkungan administrasi Kota Bukittinggi. Kemudian hal ini dikukuhkan dalam Undang-Undang nomor 12 tahun 1956 tentang pembentukan daerah tingkat II dalam lingkungan Sumatera Tengah. Secara de Facto 19 Juli 1993 ibu kota Agam pindah dari kota Bukittinggi ke Lubuk Basung. Tetapi walaupun telah ada pembagiaan yang tegas secara administrasi, secara psikologis masyarakat kedua daerah masih sangat erat kaitanya karena ajaran adat mengatakan bahwasanya Bukittinggi merupakan sebagai wilayah kesatuan adat Luhak Agam (koto rang Agam). Kota Bukittinggi sebagai daerah tetangga kabupaten Agam, dari sisi sejarah budaya tidak dapat dipisahkan dengan

(21)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-4 daerah kabupaten Agam terutama pada kecamatan yang berada disekitar kota Bukittinggi.

Kondisi Topografi Kabupaten Agam bervariasi, mulai dataran tinggi hingga dataran relatif rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 sampai 2,891 Meter dari Permukaan Laut. Sesuai dengan kondisi Topografi, maka wilayah Kabupaten Agam dikelompokkan sebagai berikut;

1. Ketinggian 0 – 500 Mdpl seluas 44,55%

Wilayah Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari dan sebagian Tanjung Raya.

2. Ketinggian 500 – 1000 Mdpl seluas 43,49%

Wilayah Kecamatan Baso, Ampek Angkek, Canduang, Malalak, Tilatang Kamang, Palembayan, Palupuh, Banuhampu dan Sungai Pua.

3. Ketinggian > 1000 Mdpl seluas 11,96%

Wilayah Kecamatan IV Koto, Matur dan sebagian Canduang dan Sungai Pua.

Secara fisiografi, elevasi atau kemiringan wilayah Kabupaten Agam dibagi dalam 3 (tiga) bagian kawasan wilayah sebagai berikut;

1. Kemiringan 0 – 8%, daerah datar hingga landai seluas 71.956 Ha.

Kawasan bagian Barat Wilayah Kabupaten Agam (Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari dan sebagian Tanjung Raya)

2. Kemiringan <45%, daerah berombak, berbukit sampai terjal seluas 129.352 Ha.

Kawasan bagian Tengah dan Timur Wilayah Kabupaten Agam (Kecamatan Baso, Ampek Angkek, Canduang, Tilatang Kamang, Kamang Magek, Banuhampu, Sungai Pua, IV Koto, Matur)

3. Kemiringan > 45%, daerah kemiringan sangat terjal seluas 21.922 Ha

Kawasan bagian Selatan dan Tenggara Wilayah Kabupaten Agam, daerah Bukit Barisan, sekitar Gunung Merapi dan Gunung Singgalang (Kecamatan Malalak, Palembayan, Palupuah, sebagian Sungai Pua, Canduang, Banuhampu, Tanjung Raya, IV Koto dan Matur)

(22)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-5 Kondisi topografi wilayah Kabupaten Agam dapat dilihat pada peta dibawah ini

Peta Topografi Kabupaten Agam

Menurut analisa pemukiman penduduk, maka kawasan terbangun berupa permukiman, yang dapat dibedakan dalam dua kelompok yakni permukiman perkotaan,

dan permukiman perdesaan. Permukiman perkotaan meliputi kawasan ibukota

kecamatan dan kawasan stategis berbatasan yang meliputi 17 nagari disekitar Kota Bukittinggi yaitu : Gadut, Kapau, Biaro Gadang, Ampang Gadang, Balai Gurah, Pasie, Batu Taba, Sekitar Bukit Batabuah, Kubang Putih, Taluak IV Suku, Padang Luar dan Sungai Tanang, Guguak Tabek Sarojo, Koto Gadang, Sianok VI Suku, Koto Panjang. Sedangkan pemukiman non perkotaan adalah seluruh kawasan non perkotaan yang ada di masing-masing wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Agam. Dengan ketentuan kawasan tersebut diluar dari kawasan lindung dan kawasan bencana serta peruntukan perkebunan, pertanian dan budidaya yang telah ditetapkan dalam rencana pola ruang.

(23)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-6 Peta Wilayah Perkotaan Kabupaten Agam Berdasarkan RTRW

2.1.2 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Agam orang Tahun 2010-2030

Potensi pengembangan wilayah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, maka klasifikasi pemanfaatan ruang kabupaten Agam yang dapat dikembangkan seluas ± 120.022 Ha atau 53,7% dari luas wilayah administrasi. Berdasarkan hasil kajian dan analisa dengan memperhatikan karakteristik potensi dan permasalahan yang dihadapi pada setiap wilayah, serta mengacu pada arah kebijakan pengembangan wilayah dan kawasan serta pola pengembangan kawasan, kawasan strategis pusat pertumbuhan di Kabupaten Agam, antara lain :

1. Kawasan Lindung

Kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, kawasan perlindungan setempat, sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan mata air, kawasan suaka alam dan kawasan rawan bencana.

2. Kawasan Budidaya

(24)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-7 Rencana struktur tata ruang Kabupaten Agam dimaksudkan untuk mewujudkan optimalisasi pemanfaatan ruang, keserasian pengembangan ruang, dan keefektifan sistem pelayanan. Kurang berkembangnya pusat-pusat kawasan akan ditangani dengan kebijakan dan program tersendiri. Struktur tata ruang Kabupaten Agam terdiri dari unsur-unsur pembagian Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), sistem permukiman perkotaan dan perdesaan, dan sistem sarana prasarana wilayah.

Beberapa prinsip dasar pertimbangan dalam pengembangan sistem perkotaan

dan perdesaan di wilayah Kabupaten Agam adalah :

 Mensinergikan perkembangan kawasan perkotaan berbatasan wilayah Kabupaten

Agam sebagai hinterland dengan Kota Bukittinggi, dalam upaya penataan kawasan serta penyediaan berbagai infrastruktur.

 Meningkatkan aksesibilitas antar sub pusat wilayah dengan mengembangkan sistem

transportasi dalam rangka mendukung struktur ruang yang direncanakan.

 Mengurangi kesenjangan wilayah antara Agam bagian Barat dengan Agam bagian

Timur.

 Mengantisipasi peluang dan tantangan pengembangan berbagai kegiatan di masa

mendatang.

Berdasarkan penggunaan lahan eksisting, pembagian wilayah Kabupaten Agam, yaitu :

1. Lahan dominan Kebun kelapa sawit, kelapa, permukiman, dan sawah yang mencakup Kecamatan Tanjung Mutiara dan Kecamatan Lubuk Basung.

2. Lahan dominan hutan lindung, hutan suaka alam, dan kebun campuran, yang mencakup sebagian Kecamatan Lubuk Basung, Ampek Nagari, Palembayan, Tanjung Raya, Matur, IV Koto, Malalak, dan Palupuh.

3. Lahan dominan Persawahan, tanaman hortikultura dan hutan lindung serta permukiman yang mencakup kecamatan Tilatang Kamang, Kamang Magek, Banuhampu, Sungai Pua, Ampek Angkek, Canduang, dan Baso.

(25)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-8 Struktur wilayah pembangunan Kabupaten Agam seperti berikut ini:

1. Rencana Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Kota Lubuk Basung

2. Rencana Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLP) di ibu kota Kec. Baso

Hal ini terkait dengan potensi yang dimiliki oleh Baso pada saat ini dan kedepan antara lain:

1. Terletak pada posisi strategis dimana Baso dilewati oleh jaringan jalan nasional dan jalan propinsi yang menghubungan Baso dengan Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, Kabupaten 50 Kota dan Kabupaten Tanah Datar;

2. Sudah berkembang sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan pusat fasilitas strategis skala regional;

3. Secara historis Baso sudah berkembang sebagai pusat koleksi dan distribusi (pasar) hasil pertanian hortikultura;

4. Secara kebijakan nasional Baso termasuk salah satu lokasi pengembangan pusat

pendidikan tinggi Departemen Dalam Negeri.

3. Rencana Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Adapun Pusat Pelayanan kawasan dipusatkan di:

1. PPK Bawan di kec IV Nagari

2. PPK Matur Di Kecamatan Matur

3. PPK Padang Lua di Kecamatan Banuhampu

Sementara untuk Pusat Pelayanan Lingkungan dimasing-masing kecamatan yang

ada di Kabupaten Agam dipusatkan pada:

1. Tiku di Kecamatan Tanjung Mutiara;

2. Palembayan di Kecamatan Palembayan;

3. Maninjau di Kecamatan Tanjung Raya;

4. Koto Tuo di Kecamatan IV Koto;

5. Malalak Timur di Kecamatan Malalak;

(26)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-9

7. Lasi di Kecamatan Canduang;

8. Biaro di Kecamatan Ampek Angkek;

9. Pakan Kamih di Kecamatan Tilatang Kamang;

10. Kamang Hilia di Kecamatan Kamang Magek; dan

11. Palupuh di Kecamatan Palupuh.

Pusat Pelayanan Kawasan Bawan di Kecamatan Ampek Nagari, yang berfungsi sebagai salah satu sentra produksi perkebunan, pusat pelayanan jasa sosial ekonomi untuk wilayah hinterlandnya, pusat kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan pendidikan dan wilayah untuk permukiman lokal. Fungsi wilayahnya adalah sebagai kawasan produksi pertanian, dan sentra kawasan budidaya kelapa sawit. Wilayah pelayanan meliputi, sebagian Kecamatan Palembayan, sebagian Kecamatan Tanjung Mutiara.

Pusat Pelayanan Kawasan Matur di Kecamatan Matur, yang berfungsi membantu pelayanan administratif pemerintahan Kabupaten, sentra produksi budidaya perkebunan rakyat (tebu), perlindungan hutan, dan pusat pelayanan jasa sosial dan ekonomi serta pariwisata. Wilayah pelayanan meliputi disamping melayani Kecamatan Matur sendiri, juga melayani sebagian Kecamatan Palupuah dan sebagian Kecamatan Palembayan. Pusat Pelayanan Kawasan Padang Lua di Kecamatan Banuhampu, yang juga membantu pelayanan administratif kabupaten, kebutuhan permukiman, dan sebagai sentra pertanian hortikultura. Sedangkan fungsi wilayahnya adalah sebagai kawasan produksi pertanian, perkebunan dan konservasi lingkungan. Wilayah pelayanan meliputi Kecamatan Sungai Pua, sebagian Kecamatan IV Koto dan Kecamatan Malalak serta sebagian Kecamatan Canduang Struktur wilayah pembangunan kabupaten Agam dapat dilihat pada peta berikut.

(27)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-10 Peta Recana Struktur Ruang Kabupaten Agam

Dari penetapan Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) tersebut diharapkan akan menghasilkan pergerakan yang sinergis dan dapat mengantisipasi perkembangan di masa depan, yaitu:

1. Untuk pergerakan yang berasal dari kecamatan yang berada pada Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Lubuk Basung, yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari dan Tanjung Raya, semua pergerakan diharapkan akan menuju ke Lubuk Basung dengan memperhitungkan waktu perjalanan dan kemudahan akses, untuk mempercepat pertumbuhan kota Lubuk Basung.

2. Untuk pergerakan yang berasal dari Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Baso, diharapkan arah pergerakan akan menuju ke Baso dari Kecamatan Ampek Angkek, Canduang, Kamang Magek serta kecamatan terdekat kabupaten tetangga yaitu Kabupaten 50 Kota dan Kabupaten Tanah Datar mengingat Baso dapat menjadi salah satu pusat kegiatan di masa depan dengan adanya konsep pengembangan agropolitan di wilayah sekitar Baso dan juga pengembangan pusat pendidikan (Kawasan Pusdiklat Departemen Dalam Negeri) serta didukung letak geografi pada daerah persimpangan.

(28)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-11

3. Untuk pergerakan yang berasal dari Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Ampek Nagari,

yaitu Kecamatan Ampek Nagari dan sebagian Kecamatan Palembayan serta sebagian Kecamatan Tanjung Mutiara, diharapkan arah pergerakan akan menuju ke Bawan.

4. Untuk pergerakan yang berasal dari Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Banuhampu,

yaitu Kecamatan Banuhampu, IV Koto, Malalak dan Sungai Pua, arah pergerakan kegiatan diharapkan akan menuju ke Pasar Padang Luar. Oleh karena itu perlu adanya pemusatan kegiatan atau sentra kegiatan berupa penyediaan fasilitas yang lengkap yang dapat menarik pergerakan menuju Banuhampu. Pada saat ini Kecamatan Banuhampu sudah memiliki beberapa daya tarik pergerakan, yaitu Pasar

Sayur Padang Lua dan Kecamatan Banuhampu sebagai Bussines Development Centre

(BDC) yang mengembangkan bordir dan sulaman. Hal ini juga ditujukan untuk mendukung perkembangan Kota Bukittinggi. Disamping itu juga dengan telah dan sedang dibangunnya Jalan Sicincin-Malalak, diharapkan PPK Banuhampu dapat berkembang cepat dimasa yang akan datang.

2.1.3 . Demografi

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Agam ±455.484 jiwa dengan kepadatan 204 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk kabupaten Agam dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: rendah, sedang dan tinggi. Kepadatan penduduk terendah terdapat pada kecamatan Palupuh (55,02), diikuti kecamatan Palembayan (84,12), Ampek Nagari (84), Malalak (88,99), Kepadatan penduduk tinggi dan sedang terdapat pada kecamatan Ampek Angkek, Banuhampu, Tilatang Kamang dan Sungai Pua.Kepadatan penduduk di Kabupaten Agam dapat dilihat pada tabel berikut.

(29)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-12 Tabel 2.2 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

Kabupaten Agam Tahun 2010

No Kecamatan Luas Wilayah

(km2) Jumlah Penduduk Kepadatan 1. Tanjung Mutiara 205.73 28.311 137,61 2. Lubuk Basung 278.40 68.198 244,96 3. Ampek Nagari 268.69 22.570 84 4. Tanjung Raya 244.03 33.307 133,49 5. Matur 93.69 16.944 180,85 6. IV Koto 68.72 23.036 335,22 7. Malalak 104.49 9.299 88,99 8. Banuhampu 28.45 36.059 1267,45 9. Sungai Pua 44.29 23.042 520,25 10. Ampek Angkek 30.66 43.347 1413,80 11. Canduang 52.29 21.886 418,55 12. Baso 70.30 33.016 469,64 13. Tilatang Kamang 56.07 34.027 606,87 14. Kamang Magek 99.60 19.972 200,52 15. Palembayan 349.81 29.426 84,12 16. Palupuh 237.08 13.044 55,02 Kabupaten Agam 2232.30 455.484 204

Sumber: Sensus Penduduk Kabupaten Agam Tahun 2010.

(30)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-13 Grafik 3 Perbandingan Kepadatan Penduduk Kecamatan di Kabupaten Agam

b. Proyeksi Penduduk

Proyeksi penduduk kabupaten Agam berdasarkan metoda proyeksi eksponensial diperkirakan penduduk kabupaten Agam pada tahun 2015 sekitar 504.629 jiwa.

Tabel 2.3 Proyeksi Penduduk Kabupaten Agam Tahun 2011 - 2015

No Tahun Proyeksi

Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. 2011 469.873

2. 2012 478.331

3. 2013 486.941

4. 2014 495.706

5. 2015 504.629

Sumber : RPJMD Kabupaten Agam Tahun 2010-2015

(31)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-14 Kepadatan Penduduk Kabupaten Agam 2011

(32)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-15 2.1.4 Gambaran Umum Situasi Sanitasi Kabupaten Agam

Paparan tentang gambaran umum situasi sanitasi kabupaten Agam merupakan ringkasan dari Buku Putih Sanitasi Kabupaten Agam yang menggambarkan tentang kondisi sanitasi kabupaten saat ini. Terdiri dari gambaran umum sub sektor air limbah domestik, sub sektor persampahan, sub sektor drainase lingkungan dan sektor air bersih. A. Sub Sektor Air Limbah Cair

Gambaran Umum:

 Kepemilikan jamban keluarga sebesar 67.636 KK dari 91.820 KK yang diperiksa atau sekitar 73,66%.

 Pengelolaan air limbah rumah tangga sebahagian besar masih dikelola dengan sistem setempat (On Site System) sebesar 67.308 Kkdari 91.820 KK yang diperiksa atau sekitar 52,82%.

 Pengelolaan air limbah rumah tangga sebahagian kecil telah menerapkan sistem

SANIMAS dengan sistem tangki septik komunal pada Nagari Kampung Pinang Kecamatan Lubuk Basung dan Nagari Simarasok Kecamatan Baso.

 Kabupaten Agam belum memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan jasa layanan sedot tinja.

 Jasa layanan sedot tinja masih dipesan atau didatangkan dari Kota Padang yang jaraknya 110 Km untuk pelayanan rumah tangga di Kecamatan Lubuk Basung.

 Pelibatan swasta dalam pengelolaan air limbah domestik belum ada.

 Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan air limbah melalui kelembagaan

BPSPAMS (Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi) dan KPP Fasum (Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara - Fasilitas Umum).

 Pengelolaan grey water (air buangan rumah tangga seperti air bekas cucian, air bekas mandi, dan lain-lain) pada trumah tangga sebahagian besar masih menggunakan saluran drainase terbuka, saluran irigasi, lubang galian belakang rumah, kolam dan kebun.

(33)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-16 Permasalahan air limbah domestik di tingkat masyarakat:

 Masih banyaknya praktek buang air besar sembarangan (BABS) baik di kebun, ditabek (kolam), sungai, kali atau sawah.

 Belum semua warga masyarakat mempunyai akses terhadap jamban (26,44%)

baik jamban keluarga maupun MCK.

 Sementara kepemilikan jamban keluarga baru mencapai 73,66%.

 Jumlah Keluarga yang memiliki saluran pembuangan air limbah baru mencapai

52,82%, sebagian besar disalurkan ke saluran, tabek, kali, sungai, kebun, halaman belakang rumah.

 Ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah domestik masih

rendah. Saluran air limbah masih menyatu dengan saluran air hujan dan irigasi.

 Rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pengolahan air

limbah.

Gambaran Fungsi Pengelolan Air Limbah Domestik :

Fungsi pengelolaan air limbah domestik baik untuk jenis grey water maupun black water yang belum ditangani oleh seluruh pihak adalah:

1. Penyediaan sarana daur ulang air limbah domestik

2. Pengolahan daur ulang air limbah domestik.

3. Monitoring dan evaluasi kapasitas infrastruktur pengelolaan air limbah domestik

Gambaran Kebijakan Pengelolaan Air Limbah Domestik:

Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kabupaten Agam yang diarahkan untuk mewajibkan masyarakat di lingkungan pemukiman rumah tangga/individu untuk melakukan pengelolaan air limbah domestik (baik untuk grey water maupun black water) yang sesuai dengan kaidah pengelolaan lingkungan hidup.

Gambaran Kapasitas Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik

Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum Kab. Agam dan observasi keadaan di lapangan ternyata belum ada satupun fasilitas sedot tinja dan prasarana IPLT.

(34)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-17 Gambaran Koordinasi dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik

 Koordinasi antar SKPD sudah berjalan dengan baik, tetapi masih ditemui

rendahnya keterpaduan perencanaan dan implementasi kegiatan.

 Optimalisasi koordinasi SKPD masih menemui beberapa kendala, seperti:

o Keterbatasan SDM, Biaya, dan Sarana Prasarana

o Belum disepaktinya ketentuan hukum yang lebih detail dan aplikatif (Perda,

Perbub, Perna) Masalah utama:

 Kabupaten Agam belum memiliki master plan pengelolaan air limbah skala

kabupaten

 Belum memiliki sarana dan prasarana Labor

 Belum adanya peraturan atau kebijakan daerah tentang pengelolaan air limbah tingkat kabupaten.

B. Sub Sektor Persampahan Gambaran Umum:

 Cakupan layanan persampahan kabupaten baru melayani 2 kecamatan, yaitu

Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Nagari.

 Peningkatan layanan persampahan akan meliputi 4 kecamatan, yaitu Kecamatan

Lubuk Basung, Ampek Nagari, Tanjung Raya dan Tanjung Mutiara untuk pelayanan sampah rumah tangga dan sampah pasar.

 Pengelolaan sampah rumah tangga pada 14 kecamatan yang tidak terlayani masih

dikelola sendiri dengan cara dibakar, dibuang ke kebun atau ke sungai.

 Kelembagaan yang menangani sub-sektor persampahan adalah Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten Agam Bidang Kebersihan dan Pertamanan Seksi kebersihan untuk pengoperasiannya bersumber dari dana APBD dan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Bidang Penataan dan Pengawasan Lingkungan untuk penyediaan sarana dan sarana sanitasi khusus persampahan bersumber dari dana DAK

(35)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-18

 Pelibatan dan pembinaan masyarakat dalam pengelolaan persampahan masih

dalam bentuk kelompok masyarakat/KSM pengelolaan pasar nagari yang diketuai penghulu pasar.

 Belum adanya keterlibatan pihak swasta dan CSR dalam pengelolaan sampah.

Gambaran Fungsi Pengelolan Sub-sektor Persampahan :

Fungsi pengelolaan persampahan yang belum ditangani oleh seluruh pihak adalah:

1. Penyediaan sarana daur ulang dan pemilahan sampah di TPA belum ada.

2. Pengelolaan daur ulang sampah dengan pola 3R belum banyak diterapkan oleh masyarakat.

3. Monitoring dan evaluasi terhadap dampak praktek pengelolaan sampah yang

berjalan di Kabupaten Agam.

Gambaran Kebijakan Pengelolaan Sampah:

Belum ada peraturan daerah Kabupaten Agam dalam pengelolaan persampahan. Pengelolaan sampah belum tertuang secara jelas didalam kebijakan daerah. Peraturan daerah yang ada sehubungan dengan pelayanan persampahan/kebersihan adalah peraturan daerah nomor 7 tahun 2000 tentang retribusi pelayanan persampahan.

Gambaran Kapasitas Layanan Pengelolaan Persampahan

1. Cakupan Layanan Pengolahan Sampah saat ini baru melayani 2 Kecamatan, yaitu

Kecamatan Lubuk Basung dan Ampek Nagari mencakup pelayanan sampah rumah tangga/pemukiman, pasar, perkantoran, pertokoan, jalan-jalan dengan cakupan layanan sebesar 9,8% dari 89,09 M3/hari sampah yang dihasilkan penduduk Kabupaten Agam.

2. Sarana dan prasarana pelayanan persampahan di Kabupaten Agam masih sangat

terbatas, hal ini dipengaruhi karena keterbatasan sarana dan prasarana persampahan yang dimiliki (4 unit dump truck, 20 unit gerobak sampah, 10 unit becak motor sampah, 8 unit kontainer, 1.182 unit bak sampah/TPS, diantaranya 771 TPS dilokasi sekolah, 42 TPS dilokasi pasar, 30 unit gantungan sampah dan 1 unit mesin pencacah plastik).

(36)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-19

3. Terbatasya jangkauan layanan, pendanaan dan petugas kebersihan sebagai

penunjang kegiatan pengelolaan persampahan, diantaranya:

 Jangkauan layanan mencakup 12,5%, yaitu 2 kecamatan dari 16 kecamatan yang

ada di Kabupaten Agam.

 Terbatasnya kemampuan pendanaan daerah terhadap pengelolaan persampahan.

 Petugas kebersihan yang ada hanya sebanyak 126 orang diantaranya 6 orang

tenaga pengawas, 6 orang tenaga monitoring lapangan, 10 orang tenaga pengemudi, 52 orang tenaga penyapu, 52 orang tenaga pengangkut.

 Pengelolaan persampahan pada pasar-pasar nagari di Kabupaten Agam masih

dikelola oleh pengurus pasar dengan fasilitas sarana pengolahan persampahan yang sangat minim.

 TPA yang ada saat sekarang menggunakan sistem open dumping yang secara

lingkungan tidak memenuhi teknis pengelolaan.

 Retribusi sampah yang berlaku sekarang tidak sesuai lagi dan perlu adanya peraturan daerah terhadap penyesuaian retribusi persampahan.

Gambaran Koordinasi dalam Pengelolaan Sampah

 Koordinasi antar SKPD sudah berjalan dengan baik, tetapi masih ditemui

rendahnya keterpaduan perencanaan dan implementasi kegiatan.

 Optimalisasi koordinasi SKPD masih menemui beberapa kendala, seperti:

o Keterbatasan SDM dan pembiayaan.

o Belum adanya peraturan daerah tentang pengelolaan persampahan, hanya

baru retribusi sampah.

o Belum disepakatinya ketentuan hukum/peraturan nagari tentang pengelolaan

sampah pada nagari di Kabupaten Agam.

 Belum terlaksananya koordinasi dengan pihak swasta atau dunia usaha.

 Koordinasi dengan masyarakat masih dalam tahap implementasi pengelolaan

sampah, terutama pada kelembagaan pengelola pasar nagari.

 Koordinasi dengan pemerintahan nagari belum optimal dalam pengelolaan

(37)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-20 Masalah utama:

 Kebijakan sektor yang parsial dan kurangnya kerjasama antar sektor

 Belum dijadikannya lingkungan hidup sebagai pertimbangan utama dalam

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

 Masih rendahnya tingkat kepedulian dunia usaha dan masyarakat terhadap

pengelolaan persampahan.

 Belum tersedianya TPA dengan sistem sanitary landfill.

 Belum optimalnya monitoring dan evaluasi terhadap praktik pengelolaan

lingkungan di Kabupaten Agam terkait pada pengelolaan sampah yang sudah dijalankan selama ini.

Permasalahan persampahan di tingkat masyarakat

 Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih kurang

 Perilaku masyarakat membuang sampah pada tempatnya masih rendah, praktek

buang sampah ke sungai, pinggir jalan, parit, kolam, kebun, badan saluran masih banyak terjadi.

 Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan

sampah dengan pola 3R

 Pemilahan sampah organik dan anorganik ditingkat masyarakat masih rendah

 Belum adanya kelembagaan masyarakat atau pihak swasta secara swadaya dalam

pengelolaan sampah rumah tangga.

Permasalahan persampahan di tingkat pemerintah

 Kabupaten Agam belum memiliki master plan pengelolaan persampahan skala

kabupaten.

 Minimnya database persampahan.

 Keterbatasan SDM dan pembiayaan.

 Keterbatasan sarana dan prasarana persampahan , termasuk belum tersedianya

(38)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-21 Permasalahan persampahan ditingkat swasta

 Jumlah pihak swasta yang terlibat dalam pengelolaan sampah masih terbatas

 Peran swasta masih terbatas pada pemanfaatan sampah yang masih dapat dijual

kembali bukan secara langsung mendaur ulang sampah tersebut. C. Sub Sektor Drainase Lingkungan

Gambaran Umum:

 Lembaga utama yang menangani sub-sektor drainase lingkungan adalah Dinas

Pekerjaan Umum Bidang Permukiman dan perumahan.

 Pelibatan masyarakat dan swasta dalam pengelolaan drainase lingkungan belum

optimal.

 Belum adanya peraturan daerah yang mengatur pengelolaan drainase lingkungan

 Belum adanya master plan drainase skala Kabupaten

 Keterpadauan jaringan drainase saat ini belum terbangun baik dan dimensinya lebih didasarkan pada perkiraan sehingga tidak mempertimbangkan daya tampung dan debit air.

Gambaran Fungsi Pengelolaan Sub-sektor Drainase Lingkungan :

Fungsi pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Agam masih dalam bentuk:

1. Drainase masih berfungsi sebagai gabungan pembuangan air hujan dan limbah domestik.

2. Konstruksi jaringan drainase bersifat konvensional dan sederhana, bahkan masih

terdapat drainase dengan galian tanpa pengerasan sisi dinding.

3. Belum berjalannya perencanaan, pembangunan dan monitoring serta evaluasi

sistem drainase terpadu dan berwawasan lingkungan (eco drain).

4. Pengelolaan drainase belum melibatkan peran serta masyarakat dan swasta.

Gambaran Kebijakan Pengelolaan Drainase Lingkungan:

 Saat ini belum ada kebijakan Pemerintah Kabupaten Agam yang diarahkan untuk

(39)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-22 Permasalahan drainase lingkungan Kabupaten Agam adalah sebagai berikut :

1. Belum terintegrasinya sistem drainase antar satu wilayah dengan wilayah di

sekitarnya

2. Terbatasnya kapasitas daya tampung drainase yang ada akibat meningkatnya

intensitas curah hujan sehingga menimbulkan terjadinya luapan dan genangan air pada jalan dan permukiman.

3. Saluran drainase mengalami penyumbatan dan pendangkalan akibat sampah.

4. Drainase menjadi fungsi mix drain, terjadi akibat penyimpangan perilaku pengelolaan

sampah dan limbah serta penggunaan lahan yang keliru diareal permukiman, pusat kegiatan perdagangan dan pasar, sehingga membebani kapasitas normal saluran drainase sehingga harus berfungsi sebagai wadah buangan limpasan air hujan maupun limbah domestik dan sampah padat. Hal ini terjadi pada Nagari Padang Lua Kecamatan Banuhampu.

5. Belum terintegrasinya infrastruktur perumahan didalam kawasan permukiman (jalan

lingkungan, drainase dan air limbah) sehingga sering terjadinya banjir dan genangan air.

6. Drainase jalan raya dimensinya ditetapkan hanya berdasarkan perkiraan dan tidak didasarkan standar baku sehingga pada saat hujan air tumpah ke jalan.

7. Hampir semua kondisi drainase mikro di Kabupaten Agam masih bergabung dengan

hasil buangan rumah tangga.

8. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk memelihara jaringan drainase yang berada

disekitarnya serta kebiasaan masyarakat membuang sampah ke saluran drainase menyebabkan tersumbatnya saluran drainase.

9. Ketersediaan Drainase yang ada masih sangat terbatas, sehingga saat curah hujan cukup tinggi pada beberapa wilayah menimbulkan limpasan dan genangan air. Hal ini biasa terjadi di nagari Padang Lua dan Jambu Air Kecamatan Banuhampu, Nagari Salereh Aie Kecamatan Palembayan, Nagari Koto kaciak dan Nagari Koto Gadang Kec.Tanjung Raya, Nagari Gadut dan Koto Tangah di Kecamatan Tilatang Kamang Nagari Pasie Laweh di Kecamatan Palupuh serta Nagari Padang Tarok di Kecamatan Baso.

(40)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-23 D. Sub Sektor Air Bersih.

Gambaran Umum:

Lembaga Utama yang menangani sektor air bersih lain adalah PDAM Kabupaten Agam, dan Dinas Pekerjaan Umum, Bidang permukiman dan Perumahan Seksi Permukiman dan Prasarana Wilayah yang bertanggung Jawab untuk memfasilitasi penyediaan air bersih bagi masyarakat miskin dan daerah rawan air.

Permasalahan Air Bersih di Kabupaten Agam di tingkat masyarakat antara lain:

1. Belum semua kecamatan terlayani oleh jaringan perpipaan PDAM. PDAM baru

mampu melayani 9 Kecamatan antara lain: Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan IV Nagari, Kecamatan Matur, Kecamatan IV Koto, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Baso, Kecamatan IV Angkek Canduang. Pelayanan air minum PDAM melalui SR dan kran umum melayani sekitar 60.353 jiwa atau 20,8% jiwa dari 290.981 jiwa penduduk Kab. Agam.

2. Faktor ekonomi masyarakat yang terbatas sehingga tidak mampu memanfaatkan air

minum PDAM yang telah tersedia melalui pipa distribusi di 9 kecamatan layanan air minum PDAM. Cakupan layanan air minum PDAM sebesar 48,6%.

3. Pelayanan air minum pada 7 kecamatan yang tidak terlayani air minum PDAM sudah

diupayakan memalui program Pamsimas, PNPM Mandiri Perkotaan dan Perdesaan, Ada beberapa daerah kecamatan yang masih membutuhkan program penyediaan air bersih.

Permasalahan khusus di PDAM antara lain :

1. Jangkauan pelayanan PDAM sebesar 48,6% pada daerah operasionalnya di 9

kecamatan dan belum bisa meningkatkan layanan karena keterbatasan jaringan distribusi.

2. Letak pemukiman penduduk yang relatif tersebar menyebabkan biaya untuk investasi

jaringan perpipaan menjadi mahal.

3. PDAM baru bisa melayani 9 wilayah (Kecamatan)

(41)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-24 5. Masih ada kurang lebih 27,9% air produksi PDAM yang belum bisa diserap oleh

masyarakat (terbuang percuma) kelebihan produksi terutama di UPAM Tanjung Raya dan IV Nagari.

6. Rasio pegawai telah mencukupi yaitu 9 orang untuk 1.000 pelanggan dibandingkan standar nasional sebesar 6 orang untuk 1.000 pelanggan

7. Rasio latar belakang pendidikan pegawai bidang teknik dan non teknik adalah 19,32%

berbanding 80,68% sementara rasio idealnya adalah 60% pegawai bidang teknik dan 40% pegawai bidang non teknik.

8. Adanya penyumbatan dalam jaringan pipa distribusi berupa akar pohon

9. Tingkat kebocoran mencapai 24%

10.Adanya pembangunan Intalasi Perpipaan Air Bersih oleh program lain di

wilayah/jaringan PDAM.

11.Berkurangnya pelanggan PDAM

12.Beberapa sumber air PDAM berhenti beroperasi dikarenakan

a. Diambil alih oleh nagari (Nagari Koto Gadang)

b. Dirusak dan diblokir oleh Masyarakat (Ampek Angkek).

c. Diserahkan kenagari Kamang pengelolaannya

13.Rendahnya penguasaan teknologi pengolahan air minum

Usulan dan prioritas program adalah sebagai berikut:

a. Optimalisasi sistem prasarana dan sarana air bersih, meliputi optimalisasi jaringan pipa transmisi, produksi dan distribusi serta bangunan-bangunan penunjang seperti reservoir dan lain-lain.

b. Mengurangi kebocoran/kehilangan air mencapai 20%.

c. Menambah kapasitas/suplai air baku dengan melakukan studi tentang air bawah

tanah maupun air permukaan.

d. Pelestarian daerah tangkapan dan perlindungan SDA

e. Pembangunan Tower dan intalasi penampungan air di kecamatan Lubuk Basung

(42)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-25

f. Mengembangkan sambungan langganan kepada daerah yang belum terlayani sesuai

dengan kapasitas debit.

g. Peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan pelayanan sesuai kapasitas debit air

dan jaringan distribusi.

h. Penanganan pengaduan dari pelanggan sampai sebesar 100%

i. Progam Penyehatan PDAM untuk mencari beberapa alternatif pemecahan masalah

yang terjadi di dalam PDAM baik aspek Teknis, Keuangan, administrasi dan Manajemen.

3.1.5. Gambaran Kondisi Area Beresiko Pelayanan Sanitasi Per Kecamatan A. Akses tiap Sektor Sanitasi per Kecamatan

Berdasarkan kesepakatan SKPD di Kabupaten Agam setelah melakukan analisa baik berdasarkan data sekunder, data primer, persepsi SKPD, serta didukung juga oleh pemangku kepentingan di tingkat Kecamatan, sanitarian puskesmas pada saat uji publik, maka ditetapkan 53 nagari beresiko sanitasi, yaitu 1 nagari beresiko sangat tinggi, yaitu nagari Padang Lua dan 52 Nagari beresiko tinggi.

Kecamatan yang beresiko tinggi sanitasi meliputi Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Tanjung Raya, Malalak, Banuhampu, Sungai Pua, Canduang, Tilatang Kamang, Palembayan dan Palupuh.

Permasalahan utama di area beresiko tinggi antara lain masih rendahnya pengelolaan air limbah yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan, belum adanya jasa layanan sedot tinja “Tangki Septik” sehingga kalau dibutuhkan harus mencari ke kabupaten/kota tetangga yang memiliki mobil pelayanan seperti Kota Bukittinggi dan Kota Padang, rendahnya sarana dan prasarana persampahan dilingkungan permukiman, masih banyak masyarakat melakukan praktek buang sampah di sembarang tempat (Kebun, halaman, saluran drainase, pinggir jalan), rendahnya ketersediaan drainase dan saluran pembuangan air limbah grey water, masih rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta keterbatasan penyediaan sumber air minum yang sehat pada masyarkat.

(43)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-26 Permasalahan ini juga terjadi hampir di setiap nagari beresiko tinggi sanitasi. Secara lebih lengkap kondisi Sanitasi pada kecamatan beresiko tinggi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4 Kondisi Sarana Sanitasi Dasar di Kecamatan Beresiko Tinggi

No Kecamatan

Ju

m

lah

KK

Jamban Pengelolaan Air Limbah Tempat/lobang Sampah

Ju m lah KK D ip er ik sa Ju m lah KK Mem ili ki/ Sehat % Sehat Ju m lah KK D ip er ik sa Ju m lah KK Mem ili ki/ Sehat % Sehat Ju m lah KK D ip er ik sa Ju m lah KK Mem ili ki/ Sehat % Sehat 1. Tanjung Mutiara 5.435 5.135 2.886 56,2 5.155 2.074 40,2 5.155 3.218 62,4 2. Lubuk Basung 14.802 13.186 9.360 70.9 13.186 7.717 58,5 13.186 7.090 53,8 3. Tanjung Raya 7.642 4.736 4.055 85,6 6.356 2.710 42,6 6.356 3.205 50,4 4. Malalak 2.888 2.273 1.516 66,7 2.273 687 30,2 2.273 1.028 45,2 5. Banuhampu 7.977 7.750 5.907 76,2 7.750 2.034 26,2 7.750 4.653 60,0 6. Sungai Pua 5.376 4.134 3.442 83,3 4.134 1.397 33,8 4.134 2.607 63,1 7. Canduang 7.672 5.259 4.201 79,9 5.259 1.967 37,4 5.259 2.668 50,7 8. Tilatang Kamang 8.877 7.648 5.585 73,0 7.648 2.811 36,8 7.648 4.138 54,1 9. Palembayan 4.886 4.464 2.888 64,7 4.464 1.758 39,4 4.464 2.170 48,6 10. Palupuh 3.324 3.050 2.270 74,4 3.050 1.163 38,1 3.050 1.087 35,6

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2010 (Dinas Kesehatan) Diolah

B. Penerapan PBHS pada Area Beresiko Tinggi

Persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2010, terlihat kepedulian masyarakat pada pola hidup bersih dan sehat. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Menurut Kecamatan Beresiko Sanitasi di Kabupaten Agam Tahun 2010

No Kecamatan Rumah Tangga Jumlah dipantau/ disurvey Ber PHBS * % 1 Tanjung Mutiara 4,602 3,330 72.36 2 Lubuk Basung 11,468 8,377 73.05 3 Tanjung raya 5,460 4,180 76.56 4 Malalak 1,724 1,060 61.48 5 Banuhampu 6,592 4,995 75.77 6 Sungai Pua 4,834 3,858 79.81 7 Canduang 5,016 3,090 61.60 8 Tilatang Kamang 6,086 4,987 81.94 9 Palembayan 3,758 2,269 60.38 10 Palupuh 2,625 1,633 62.21

Gambar

Tabel 2.1  Luas Kecamatan dan Jumlah Nagari Serta Jorong
Tabel 2.2  Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan                     Kabupaten Agam Tahun 2010
Grafik 3  Perbandingan Kepadatan Penduduk Kecamatan di Kabupaten Agam
Tabel 2.5   Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Menurut Kecamatan Beresiko Sanitasi                    di Kabupaten Agam Tahun 2010
+5

Referensi

Dokumen terkait

truk pengangkut dapat ditempatkan pada kedua sisi shovel untuk menghindari waktu tunggu, tanah permukaan rata sehingga tinggi optimal terpelihara, jalan angkut

• Kegiatan ini merupakan sering kerjasama tehnis antara Mersi Corp dengan Dinas Kesehatan dalam penyediaan makanan balita di Pengungsian. khususnya balita umur 6 bulan sampai

Pernahkah Anda dalam 1 tahun terakhir ini mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) Masa/Tahunan yang tidak sesuai dengan ketentuan formal yang disyaratkan dalam

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan kompensator PI-Lead telah mampu menghasilkan tegangan sebesar 5V dengan tegangan input sebesar 12 V tanpa menimbulkan overshoot ,

Keamanan jaringan Wireless dapat ditingkatkan dengan cara tidak hanya menggunakan salah satu teknik yang sudah dibahas diatas, tetapi dapat menggunakan kombinasi beberapa

Dipasaran beredar macam - macam bentuk kelembak den g an warna dan aromn yang berlainan; antara lain keJ.embak yang berupa potongan pangk~l ba tang dengan

1) Sikap/Pandangan Mengenai Rokok (attitude toward behavior). Sikap atau pandangan disini adalah penilaian anak bahwa merokok itu baik atau buruk, bahwa anak suka atau tidak suka

Hasil pengukuran kedalaman tembaga menunjukkan penurunan nilai tegangan pada tiap receiver pasangan koil yang paling signifikan terhadap kedalaman yaitu pada koil 400 lilitan.