• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sub Sektor Air Bersih. Gambaran Umum:

Dalam dokumen STRATEGI SANITASI KABUPATEN AGAM (Halaman 40-45)

Lembaga Utama yang menangani sektor air bersih lain adalah PDAM Kabupaten Agam, dan Dinas Pekerjaan Umum, Bidang permukiman dan Perumahan Seksi Permukiman dan Prasarana Wilayah yang bertanggung Jawab untuk memfasilitasi penyediaan air bersih bagi masyarakat miskin dan daerah rawan air.

Permasalahan Air Bersih di Kabupaten Agam di tingkat masyarakat antara lain:

1. Belum semua kecamatan terlayani oleh jaringan perpipaan PDAM. PDAM baru mampu melayani 9 Kecamatan antara lain: Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan IV Nagari, Kecamatan Matur, Kecamatan IV Koto, Kecamatan Banuhampu, Kecamatan Baso, Kecamatan IV Angkek Canduang. Pelayanan air minum PDAM melalui SR dan kran umum melayani sekitar 60.353 jiwa atau 20,8% jiwa dari 290.981 jiwa penduduk Kab. Agam.

2. Faktor ekonomi masyarakat yang terbatas sehingga tidak mampu memanfaatkan air minum PDAM yang telah tersedia melalui pipa distribusi di 9 kecamatan layanan air minum PDAM. Cakupan layanan air minum PDAM sebesar 48,6%.

3. Pelayanan air minum pada 7 kecamatan yang tidak terlayani air minum PDAM sudah diupayakan memalui program Pamsimas, PNPM Mandiri Perkotaan dan Perdesaan, Ada beberapa daerah kecamatan yang masih membutuhkan program penyediaan air bersih.

Permasalahan khusus di PDAM antara lain :

1. Jangkauan pelayanan PDAM sebesar 48,6% pada daerah operasionalnya di 9 kecamatan dan belum bisa meningkatkan layanan karena keterbatasan jaringan distribusi.

2. Letak pemukiman penduduk yang relatif tersebar menyebabkan biaya untuk investasi jaringan perpipaan menjadi mahal.

3. PDAM baru bisa melayani 9 wilayah (Kecamatan)

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-24

5. Masih ada kurang lebih 27,9% air produksi PDAM yang belum bisa diserap oleh masyarakat (terbuang percuma) kelebihan produksi terutama di UPAM Tanjung Raya dan IV Nagari.

6. Rasio pegawai telah mencukupi yaitu 9 orang untuk 1.000 pelanggan dibandingkan standar nasional sebesar 6 orang untuk 1.000 pelanggan

7. Rasio latar belakang pendidikan pegawai bidang teknik dan non teknik adalah 19,32% berbanding 80,68% sementara rasio idealnya adalah 60% pegawai bidang teknik dan 40% pegawai bidang non teknik.

8. Adanya penyumbatan dalam jaringan pipa distribusi berupa akar pohon 9. Tingkat kebocoran mencapai 24%

10. Adanya pembangunan Intalasi Perpipaan Air Bersih oleh program lain di wilayah/jaringan PDAM.

11. Berkurangnya pelanggan PDAM

12. Beberapa sumber air PDAM berhenti beroperasi dikarenakan a. Diambil alih oleh nagari (Nagari Koto Gadang)

b. Dirusak dan diblokir oleh Masyarakat (Ampek Angkek). c. Diserahkan kenagari Kamang pengelolaannya

13. Rendahnya penguasaan teknologi pengolahan air minum

Usulan dan prioritas program adalah sebagai berikut:

a. Optimalisasi sistem prasarana dan sarana air bersih, meliputi optimalisasi jaringan pipa transmisi, produksi dan distribusi serta bangunan-bangunan penunjang seperti reservoir dan lain-lain.

b. Mengurangi kebocoran/kehilangan air mencapai 20%.

c. Menambah kapasitas/suplai air baku dengan melakukan studi tentang air bawah tanah maupun air permukaan.

d. Pelestarian daerah tangkapan dan perlindungan SDA

e. Pembangunan Tower dan intalasi penampungan air di kecamatan Lubuk Basung bersumber dari air Ampek Nagari.

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-25

f. Mengembangkan sambungan langganan kepada daerah yang belum terlayani sesuai dengan kapasitas debit.

g. Peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan pelayanan sesuai kapasitas debit air dan jaringan distribusi.

h. Penanganan pengaduan dari pelanggan sampai sebesar 100%

i. Progam Penyehatan PDAM untuk mencari beberapa alternatif pemecahan masalah yang terjadi di dalam PDAM baik aspek Teknis, Keuangan, administrasi dan Manajemen.

3.1.5. Gambaran Kondisi Area Beresiko Pelayanan Sanitasi Per Kecamatan A. Akses tiap Sektor Sanitasi per Kecamatan

Berdasarkan kesepakatan SKPD di Kabupaten Agam setelah melakukan analisa baik berdasarkan data sekunder, data primer, persepsi SKPD, serta didukung juga oleh pemangku kepentingan di tingkat Kecamatan, sanitarian puskesmas pada saat uji publik, maka ditetapkan 53 nagari beresiko sanitasi, yaitu 1 nagari beresiko sangat tinggi, yaitu nagari Padang Lua dan 52 Nagari beresiko tinggi.

Kecamatan yang beresiko tinggi sanitasi meliputi Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Tanjung Raya, Malalak, Banuhampu, Sungai Pua, Canduang, Tilatang Kamang, Palembayan dan Palupuh.

Permasalahan utama di area beresiko tinggi antara lain masih rendahnya pengelolaan air limbah yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan, belum adanya jasa layanan sedot tinja “Tangki Septik” sehingga kalau dibutuhkan harus mencari ke kabupaten/kota tetangga yang memiliki mobil pelayanan seperti Kota Bukittinggi dan Kota Padang, rendahnya sarana dan prasarana persampahan dilingkungan permukiman, masih banyak masyarakat melakukan praktek buang sampah di sembarang tempat (Kebun, halaman, saluran drainase, pinggir jalan), rendahnya ketersediaan drainase dan saluran pembuangan air limbah grey water, masih rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta keterbatasan penyediaan sumber air minum yang sehat pada masyarkat.

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-26

Permasalahan ini juga terjadi hampir di setiap nagari beresiko tinggi sanitasi. Secara lebih lengkap kondisi Sanitasi pada kecamatan beresiko tinggi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4 Kondisi Sarana Sanitasi Dasar di Kecamatan Beresiko Tinggi

No Kecamatan

Ju

m

lah

KK

Jamban Pengelolaan Air Limbah Tempat/lobang Sampah

Ju m lah KK D ip er ik sa Ju m lah KK Mem ili ki/ Sehat % Sehat Ju m lah KK D ip er ik sa Ju m lah KK Mem ili ki/ Sehat % Sehat Ju m lah KK D ip er ik sa Ju m lah KK Mem ili ki/ Sehat % Sehat 1. Tanjung Mutiara 5.435 5.135 2.886 56,2 5.155 2.074 40,2 5.155 3.218 62,4 2. Lubuk Basung 14.802 13.186 9.360 70.9 13.186 7.717 58,5 13.186 7.090 53,8 3. Tanjung Raya 7.642 4.736 4.055 85,6 6.356 2.710 42,6 6.356 3.205 50,4 4. Malalak 2.888 2.273 1.516 66,7 2.273 687 30,2 2.273 1.028 45,2 5. Banuhampu 7.977 7.750 5.907 76,2 7.750 2.034 26,2 7.750 4.653 60,0 6. Sungai Pua 5.376 4.134 3.442 83,3 4.134 1.397 33,8 4.134 2.607 63,1 7. Canduang 7.672 5.259 4.201 79,9 5.259 1.967 37,4 5.259 2.668 50,7 8. Tilatang Kamang 8.877 7.648 5.585 73,0 7.648 2.811 36,8 7.648 4.138 54,1 9. Palembayan 4.886 4.464 2.888 64,7 4.464 1.758 39,4 4.464 2.170 48,6 10. Palupuh 3.324 3.050 2.270 74,4 3.050 1.163 38,1 3.050 1.087 35,6

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2010 (Dinas Kesehatan) Diolah B. Penerapan PBHS pada Area Beresiko Tinggi

Persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Agam Tahun 2010, terlihat kepedulian masyarakat pada pola hidup bersih dan sehat. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Menurut Kecamatan Beresiko Sanitasi di Kabupaten Agam Tahun 2010

No Kecamatan Rumah Tangga Jumlah dipantau/ disurvey Ber PHBS * % 1 Tanjung Mutiara 4,602 3,330 72.36 2 Lubuk Basung 11,468 8,377 73.05 3 Tanjung raya 5,460 4,180 76.56 4 Malalak 1,724 1,060 61.48 5 Banuhampu 6,592 4,995 75.77 6 Sungai Pua 4,834 3,858 79.81 7 Canduang 5,016 3,090 61.60 8 Tilatang Kamang 6,086 4,987 81.94 9 Palembayan 3,758 2,269 60.38 10 Palupuh 2,625 1,633 62.21

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-27

Berdasarkan tabel diatas, rata rata persentase penerapan PHBS pada kecamatan beresiko tinggi mencapai 72,4% dimana kecamatan penerapan PHBS tertinggi terdapat pada Kecamatan Tilatang Kamang sebesar 81,94 dan penerapan PHBS terendah terdapat pada Kecamatan Palembayan sebesar 60,38%.

Perilaku hidup bersih dan sehat pada kecamatan beresiko tinggi sanitasi berdasarkan hasil survai EHRA Kabupaten Agam Tahun 2011, sebagai berikut:

1. Praktek cuci tangan pakai sabun pada masyarakat masih rendah sekitar 29,3%. 2. Ketersediaan sarana pendukung CTPS dimasyarakat cukup tinggi sebesar 81,7%. 3. Penanganan makanan yang aman pada rumah tangga sangat tinggi sebesar 93% 4. Tempat/wadah penyimpanan air yang aman untuk minum, masak, cuci piring dan

gosok gigi mencapai 72,2%.

5. Jarak air aman dengan tangki septik lebih 10 meter mencapai 40,9%.

6. Saluran pembuangan air limbah (SPAL) melalui kepemilikan tangki septik rumah tangga sebesar 42,3%

7. Prilaku Bang Air Besar Sembarangan (BABS) sebesar 28,8%. 8. Pengelolaan sampah rumah tangga sebesar 75,8%.

9. Sistim penanganan sampah rumah tangga melalui pembakaran langsung sebesar 41,9%.

2.2 VISI DAN MISI SANITASI KABUPATEN AGAM A. VISI

Visi sanitasi Kabupaten Agam dirumuskan sebagai berikut:

“Terciptanya Lingkungan Bersih dan Sehat menuju Kabupaten Agam yang ALAMI

Tahun 2015”.

B. MISI

Misi pembangunan sanitasi Kabupaten Agam tahun 2010 – 2015 adalah :

1. Mempercepat pembangunan sanitasi dasar melalui pendanaan dan perencanaan pembangunan Kabupaten Agam.

Kerangka Kerja Sektor Sanitasi Kabupaten Agam II-28

2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat melalui peningkatan pembangunan sarana dan prasarana sanitasi.

3. Meningkatkan peran aktif masyarakat, pemerintah dan sektor swasta dalam pengelolaan sarana sanitasi.

4. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui kampanye penyadaran masyarakat dan pemberdayaan nagari.

5. Menciptakan kepedulian dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap penyehatan lingkungan melalui gerakan thaharah masjid dan WC bersih.

6. Mewujudkan lingkungan permukiman yang sehat dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.

Dalam dokumen STRATEGI SANITASI KABUPATEN AGAM (Halaman 40-45)