• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PAJANAN LAMPU MERKURI TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PAJANAN LAMPU MERKURI TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PAJANAN LAMPU MERKURI TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA PADA MENCIT JANTAN

(Mus musculusL.)

(Skripsi)

Oleh :

Ikbal Sidiq

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah

1. Latar Belakang

Bagi manusia dan makhluk hidup yang berkembang biak secara generatif,

spermatozoa merupakan bagian dari sistem reproduksi yang penting bagi

perkembangbiakan dan kelangsungan generasi selanjutnya. Beberapa jenis sel

termasuk sel spermatozoa terbukti memiliki sensitivitas terhadap gelombang

elektromagnetik. Spermatozoa dan sel-sel tubuh yang mudah membelah

lainnya adalah bagian yang paling mudah terpengaruh radiasi (Wardhana,

2000).

Peralatan teknologi sangat dekat bagi manusia. Manusia memanfaatkan

peralatan teknologi dalam berbagai macam keperluan sehari-hari. Alat-alat

tersebut memudahkan pekerjaan manusia dalam berbagai bidang seperti

kesehatan, pertanian, pemerintahan, perekonomian ataupun komunikasi.

Namun, berbagai peralatan teknologi tidak selalu membawa hal yang positif

bagi manusia. Berbagai peralatan teknologi dapat memancarkan gelombang

elektromagnet, yang berpotensi bahaya bagi kesehatan, seperti telepon

genggam dan peralatan lain yang menghasilkan cahaya termasuk lampu

(17)

2

Bahaya pajanan gelombang elektromagnetik telah menjadi perhatian

masyarakat modern, hal ini terlihat dari berbagai macam penelitian yang telah

dilakukan. Para ilmuan telah mencoba membuktikan pengaruh medan

elektromagnetik terhadap terjadinya kanker (Valberg et al, 1997). Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa potensi gangguan kesehatan yang timbul

akibat pajanan medan elektromagnetik dapat terjadi pada berbagai sistem

tubuh, antara lain sistem darah, homeostatis ginjal, sistem saraf, sistem

kardiovaskular, sistem endokrin, psikologis, hipersensitivitas, dan sistem

reproduksi (Riedlinger, 2004).

Sistem reproduksi manusia terutama terdiri dari sistem reproduksi pria dan

system reproduksi wanita. Sistem reproduksi pria menghasilkan spermatozoa.

Spermatozoa yang berkualitas baik akan memungkinkan terjadinya fertilisasi.

Kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek, yaitu motilitas spermatozoa

yang dapat dibagi menjadi tiga kriteria (motilitas baik, motilitas kurang baik

dan tidak motil), morfologi spermatozoa meliputi bentuknya (normal atau

abnormal, abnormalitas dapat terjadi pada kepala, midpiece atau ekor),

konsentrasi atau jumlah spermatozoa dan viabilitas (daya hidup) spermatozoa

(Arsyad dan Hayati, 1994). Berdasarkan fakta tersebut mendorong peneliti

untuk mengetahui efek pajanan gelombang elektromagnetik terhadap

(18)

3

2. Perumusan Masalah

Survei kesehatan rumah tangga tahun 1996, telah memperkirakan ada 3,5 juta

pasangan (7 juta orang) yang infertil. Mereka disebut infertil karena belum

hamil setelah setahun menikah dan tidak menggunakan alat kontrasepsi. Kini,

para ahli memastikan angka infertilitas telah meningkat mencapai 15-20

persen dari sekitar 50 juta pasangan di Indonesia. Penyebab infertilitas

sebanyak 40% berasal dari pria, 40% dari wanita, 10% dari pria dan wanita,

dan 10% tidak diketahui. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa potensi

gangguan kesehatan yang timbul akibat pajanan medan elektromagnetik

dapat terjadi pada berbagai sistem tubuh, termasuk sistem reproduksi

(Riedlinger, 2004)

Sistem reproduksi terdiri atas sistem reproduksi pria dan wanita. Sistem

reproduksi pria terutama menghasilkan spermatozoa. Kualitas spermatozoa

yang baik akan meningkatkan kemungkinan fertilisasi. Dua indikator kualitas

spermatozoa antara lain motilitas dan viabilitas spermatozoa (Arsyad dan

Hayati, 1994). Motilitas spermatozoa yang lambat dan viabilitas sperma yang

rendah akan berpengaruh terhadap kemampuan spermatozoa menembus

ovum yang tentunya akan berdampak terhadap infertilitas pria.

Oleh karena itu, dapat diambil rumusan masalah: Apakah pajanan lampu

merkuri berpengaruh terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa mencit

(19)

4

B. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Tujuan

a. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui

pengaruh pajanan lampu merkuri terhadap kualitas spermatozoa mencit

jantan.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pajanan lampu merkuri terhadap motilitas

spermatozoa mencit jantan.

2. Untuk mengetahui pengaruh pajanan lampu merkuri terhadap viabilitas

spermatozoa mencit jantan.

2. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

a. Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahuan dibidang ilmu Biologi Medik

serta dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan

b. Bagi institusi/masyarakat

1. Sebagai bahan kepustakaan dalam lingkungan Fakultas kedokteran

Universitas Lampung.

2. Bagi masyarakat, agar mengetahui dampak dari pemajanan medan

(20)

5

C. Kerangka Pemikiran

Penggunaan medan elektromagnetik telah diperluas untuk tujuan terapeutik

karena interaksi mereka dengan materi hidup menghasilkan efek yang

memulai, mempercepat atau menghambat proses biologi (Repacholi et al,

1999).

Frekuensi di bawah 300 Hz dikenal sebagai medan elektromagnetik frekuensi

sangat rendah (ME-FSR) dan tidak memiliki cukup energi untuk memutuskan

ikatan molekul, misalnya, mereka tidak menyebabkan kerusakan langsung

pada sel. Menurut USEPA (1999) radiasi lampu merkuri diemisikan pada

panjang gelombang 1370nm - 180nm yang kemungkinan dapat

mempengaruhi berbagai proses di dalam tubuh.

Wisnu (2000) menyatakan di dalam tubuh makhluk hidup sendiri terdapat

medan listrik endogen yang mempunyai peranan kompleks dalam mengontrol

mekanisme fisiologis tubuh, seperti : aktivitas saraf otot, sekresi kelenjar,

fungsi membran sel, perkembangan dan pertumbuhan, serta perbaikan

jaringan. Paparan medan elektromagnetik tambahan dari luar akan

mengakibatkan stresstambahan bagi tubuh dengan akibat : transmisi sinaptik

pada saraf akan bertambah cepat dan menimbulkan respon yang berlebihan

yang akhirnya mengakibatkan kelelahan pada tubuh dan sebagainya.

Motilitas spermatozoa dan viabilitas spermatozoa adalah dua macam indikator

kualitas spermatozoa. Menurut berbagai penelitian menunjukkan bahwa

(21)

6

dari dalam tubuh atau endogen misalkan hormon, psikologis, dan genetik dan

juga faktor yang berasal dari luar (eksogen) misalkan fisik, kimia dan

obat-obatan.

Faktor Endogen: Faktor Eksogen:

Hormon Fisik

Psikologis Kimia

Genetik Obat-obatan

Kualitas spermatozoa mencit:

Pajanan 1. Motilitas

lampu merkuri 2. Viabilitas

3. Morfologi

4. Jumlah

Ket:

: Menurunkan kualitas spermatozoa

: Faktor-faktor yang mempengaruhi

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah: Pajanan lampu merkuri dapat mempengaruhi motilitas

(22)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gelombang Elektromagnetik

Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang terbentuk dari usikan

medan magnetik dan medan listrik. Kedua medan ini bergetar dalam arah

yang saling tegak lurus. Medan magnetik dan medan listrik pembentuk

gelombang elektromagnetik adalah gelombang transversal, yang arah

rambatnya tegak lurus dengan arah getarnya. Jika kita gambarkan arah getar

dan arah rambatnya adalah sebagai berikut: Bila suatu berkas foton atau

gelombang elektromagnetik dilewatkan dalam suatu benda, berkas tersebut

akan berinteraksi dengan atom-atom penyusun benda sehingga intensitas

foton dari arah akan diserap oleh benda tersebut (Ahmed, 1987).

Tidak seperti gelombang pada dawai atau bunyi dalam fluida, gelombang

elektromagnetik tidak memerlukan medium material (Young, 2003). Secara

umum sistim peralatan elektronik, elektrik dan elektromekanik jumlahnya

semakin lama semakin meningkat, terutama peralatan-peralatan yang

menggunakan sistem digital modern seperti, Terrestrial Trunket Radio,

Global System for Mobile Communication (GSM), Personal Computer,

Digital Pager, Radio genggam, Telepon selular dan peralatan wireless,

(23)

8

dan lain sebagainya, dimana peralatan tersebut membangkitkan gelombang

elektromagnetik (Hernawan, 2002).

Cahaya tampak, seperti yang dapat dilihat pada spektrum elektromagnetik,

diberikan dalam gambar 2, menyatakan gelombang yang sempit diantara

cahaya ultraviolet (UV) dan energi inframerah (panas). Gelombang cahaya

tersebut mampu merangsang retina mata, yang menghasilkan sensasi

penglihatan yang disebut pandangan. Oleh karena itu, penglihatan

memerlukan mata yang berfungsi dan cahaya yang tampak (UNEP, 2005).

Gambar 2. Radiasi elektromagnetik yang tampak (UNEP, 2005)

Spektrum gelombang elektromagnetik dibagi menjadi beberapa daerah. Pada

spektrum gelombang dengan frekuensi 60 atau 50Hz terdapat medan

elektromagnetik yang dibangkitkan oleh saluran daya listrik dan beberapa

peralatan besar maupun lecil. Pada ujung atas terdapat radiasi nuklir yang

terdiri dari sinar gamma dan sinar-x. Ditengah-tengah terdapat frekuensi radio

(RF) gelombang elektromagnetik yang membawa apa saja dari radio AM dan

(24)

9

komunikasi yang sering digunakan oleh manusia akan meradiasikan atau

membocorkan gelombang elektromagnetik RF. Gelombang elektromagnetik

energi sangat tinggi, seperti sinar UV atau sinar-x, disebut juga radiasi

ionisasi karena mereka mengionisasi molekul pada jalur yang dilalui.

Pemaparan gelombang yang tidak terkendali dari radiasi ionisasi dalam

jumlah besar diketahui sebagai penyebab penyakit dan bahkan kematian pada

manusia. Efek biologis gelombang elektromagnetik RF non-ionisasi tidak

diketahui dengan baik pada saat ini, walaupun telah dilakukan beberapa

penelitian. Belum ditemukan bukti bahwa pemaparan terhadap gelombang

elektromagnetik frekuensi rendah dari saluran transmisi akan menyebabkan

beberapa penyakit (Wardhana,2009).

Tingkat paparan gelombang elektromagnetik dari berbagai frekuensi berubah

secara signifikan sejalan dengan perkembangan teknologi yang menimbulkan

kekhawatiran bahwa paparan dari gelombang elektromagnetik ini dapat

berpengaruh buruk terhadap kesehatan fisik manusia. Banyak kalangan

mengklaim bahwa gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh

alat-alat listrik dapat mengganggu kesehatan pengguna dan orang-orang yang

berdiri di sekitarnya. Anggapan ini dibenarkan oleh para ahli bidang

telekomunikasi, namun tidak sedikit pula bantahan-bantahan oleh beberapa

pihak yang menyangkal sebaliknya (Wardhana,2009).

Pajanan medan elektromagnetik bukanlah hal yang baru. Namun, selama

abad ke-20, paparan lingkungan medan elektromagnetik buatan manusia telah

(25)

10

teknologi dan perubahan perilaku sosial telah menciptakan sumber buatan

lebih banyak lagi. Setiap orang terkena campuran kompleks medan listrik dan

medan magnet yang lemah, baik di rumah maupun di tempat kerja, dari

pembangkit dan transmisi listrik, peralatan rumah tangga dan peralatan

industri, telekomunikasi dan penyiaran (WHO, 2012).

Efek pada kesehatan umum, beberapa anggota masyarakat telah dengan

tingkat pajanan medan elektromagnetik di rumah. Gejala yang dilaporkan

termasuk sakit kepala, kecemasan, depresi, mual, kelelahan dan hilangnya

libido. Sampai saat ini, bukti ilmiah tidak mendukung hubungan antara gejala

dan pajanan medan elektromagnetik. Setidaknya beberapa masalah kesehatan

dapat disebabkan oleh kebisingan atau faktor-faktor lain dalam lingkungan,

atau kecemasan yang berhubungan dengan kehadiran teknologi baru (WHO,

2012).

B. Lampu Merkuri

Lampu merkuri merupakan model tertua lampu High Intensity Discharge

(HID) . Walaupun mereka memiliki umur yang panjang dan biaya awal yang

rendah, lampu ini memiliki efficacy yang buruk (30 hingga 65 lumens per

watt, tidak termasuk kerugian balas) dan memancarkan warna hijau pucat. Isu

paling penting tentang lampu merkuri adalah bagaimana caranya supaya

digunakan jenis sumber HID atau neon lainnya yang memiliki efficacy dan

perubahan warna yang lebih baik. Lampu uap merkuri yang bening, yang

menghasilkan cahaya biru-hijau, terdiri dari tabung pemancar uap merkuri

(26)

11

efficacyterendah dari keluarga HID, penurunan lumen yang cepat, dan indeks

perubahan warna yang rendah. Disebabkan karakteristik tersebut, lampu jenis

HID yang lain telah menggantikan lampu uap merkuri dalam banyak

penggunaannya. Walau begitu, lampu uap merkuri masih merupakan sumber

yang populer untuk penerangan taman sebab umur lampunya yang mencapai

24.000 jam dan bayangan taman yang hijaunya terlihat seperti gambaran

hidup. Pemancar disimpan di bagian dalam bola lampu yang disebut tabung

pemancar. Tabung pemancar diisi dengan gas merkuri dan argon murni.

Tabung pemancar tertutup di dalam bola lampu yang berada diluarnya, yang

diisi dengan nitrogen (UNEP, 2005).

Gambar 3. Lampu merkuri dan diagram alir energinya (UNEP, 2005).

Ultraviolet merupakan suatu bagian dari spektrum elektromagnetik dan tidak

membutuhkan medium untuk merambat. Ultraviolet mempunyai rentang

panjang gelombang antara 400 – 100 nm yang berada di antara spektrum

sinar X dan cahaya tampak. Secara umum sumber ultraviolet dapat

diperoleh secara alamiah dan buatan, dengan sinar matahari merupakan

(27)

12

berasal dari lampu fluorescentkhusus, seperti lampu merkuri tekanan rendah

(low pressure) dan lampu merkuri tekanan sedang (medium pressure). Lampu

merkuri medium pressure mampu menghasilkan output radiasi ultraviolet

yang lebih besar daripada lampu merkuri low pressure. Namun lampu

merkuri low pressure lebih efisien dalam pemakaian listrik dibandingkan

lampu merkuri medium pressure. Lampu merkurilow pressure menghasilkan

radiasi maksimum pada panjang gelombang 253,7 nm yang lethal bagi

mikroorganisme, protozoa, virus danalgae. Sedangkan radiasi lampu merkuri

medium pressure diemisikan pada panjang gelombang 180 – 1370 nm

(USEPA, 1999).

C. Mencit (Mus musculusL.)

Mencit masih merupakan satu famili, yaitu termasuk ke dalam famili Muridae

(Arrington, 1972 dan Priambodo, 1995 dalam Pribadi, 2008). Mencit hidup di

berbagai daerah mulai dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat

hidup dalam kandang atau hidup bebas sebagai hewan liar. Mencit liar lebih

suka suhu lingkungan yang tinggi namun dapat beradaptasi dengan baik pada

suhu yang rendah. Rambut mencit liar berwarna abu-abu dan warna perut

sedikit lebih pucat, mata berwarna hitam dan kulit berpigmen.

Berdasarkan sifat genetiknya terdapat tiga macam mencit (Malole dan

Pramono, 1989):

1. Random Breed Mice yaitu mencit yang dikawinkan secara acak dengan

(28)

13

2. Inbreed mice yaitu mencit hasil perkawinan antar saudara sebanyak lebih

dari 20 turunan.

3. F1-Hybridyaitu mencit hasil perkawinan antara dua galur yang inbreed.

Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa setelah dibudidayakan

dan diseleksi selama puluhan tahun, sekarang mencit memiliki warna bulu

dan galur dengan bobot badan yang bervariasi. Menurut Malole dan Promono

(1989) berdasarkan lingkungan hidupnya mencit dibagi dalam empat

kategori:

a. Mencit bebas hama yaitu mencit yang bebas dari mikroorganisme yang

dapat dideteksi.

b. Mencit yang hanya mengandung mikroorganisme tertentu.

c. Mencit yang bebas mikroorganisme patogen tertentu, dan

d. Mencit biasa yaitu mencit yang dipelihara tanpa perlakuan khusus.

Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan

model laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40-80%. Menurut

Moriwaki et al. (1994), mencit banyak digunakan sebagai hewan

laboratorium (khususnya digunakan dalam penelitian biologi), karena

memiliki keunggulan-keunggulan seperti siklus hidup relatif pendek, jumlah

anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi, mudah ditangani,

serta sifat produksi dan karakteristik reproduksinya mirip hewan lain, seperti

sapi, kambing, domba, dan babi. Menurut Malole dan Pramono (1989)

berbagai keunggulan mencit seperti: cepat berkembang biak, mudah

(29)

14

dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik. Mencit merupakan hewan

mamalia yang mempunyai peranan penting bagi manusia untuk tujuan ilmiah

karena memiliki daya adaptasi baik. Mencit yang banyak digunakan sebagai

hewan model laboratorium dan peliharaan adalah tikus putih. Mencit

memiliki beberapa keunggulan antara lain penanganan dan pemeliharaan

yang mudah karena tubuhnya kecil, sehat dan bersih, kemampuan reproduksi

tinggi dengan masa kebuntingan singkat, serta memiliki karakteristik

produksi dan reproduksi yang mirip dengan mamalia lainnya (Malole dan

Pramono, 1989).

D. Fisiologi Reproduksi Mencit Jantan

Sistem reproduksi mencit jantan terdiri dari sepasang testis yang dibungkus

skrotum, epididimis dan vas deferens, kelenjar aseksoris, uretra, dan penis.

Pada awal pembentukan sampai menjelang kelahiran, testis mencit berada

dalam rongga abdomen, kemudian testis tersebut turun dan masuk ke dalam

skrotum setelah beberapa hari dilahirkan (Rugh, 1968). Turunnya testis ke

dalam skrotum, dimaksudkan agar suhu sekitar testis tersebut lebih rendah

dari suhu rongga abdomen. Suhu testis mamalia berkisar antara 1°C - 8°C

lebih rendah daripada suhu rongga abdomen. Pada mencit suhu testis 28,5 °

C dan suhu rongga abdomen 37,1°C (Harrison dan Weiner, 1948 dalam

(30)
[image:30.595.136.511.87.377.2]

15

Gambar 4. Sistem reproduksi mencit jantan (ventral) (NIEHS, 2012)

Testis terbentuk dari lengkungan-lengkungan tubulus seminiferus yang

bergelung yang dindingnya merupakan tempat pembentukan spermatozoa

dari sel-sel germinativum primitif (spermatogenesis). Kedua ujung setiap

lengkungan disalurkan ke dalam jaringan duktus dikepala epididimis

(Ganong, 2002). Epididimis adalah tuba terlilit yang panjangnya mencapai 4

meter sampai 6 meter. Epididimis terletak pada bagian dorsolateral testis,

merupakan suatu struktur memanjang dari bagian atas sampai bagian bawah

testis. Organ ini terdiri dari bagian caput, korpus dan kauda epididimis (Rugh,

1967). Dari tubula seminiferus testis, spermatozoa lewat ke dalam saluran

mengulir pada epididimis. Selama perjalanan ini, spermatozoa menjadi motil

(31)

16

E. Spermatozoa Mencit

Spermatozoa pada umumnya memiliki 4 bagian utama, yaitu kepala,

akrosom, bagian tengah dan ekor. Kepala terutama terdiri dari nukleus, yang

mengandung informasi genetik (Sherwood, 2001). Menurut Rugh (1968),

spermatozoa mencit yang normal terbagi atas bagian kepala yang bengkok

seperti kait, bagian tengah yang pendek dan bagian ekor yang sangat panjang.

Panjang bagian kepala kurang lebih 0,0080 mm sedangkan panjang

spermatozoa seluruhnya sekitar 0,1226 (122,6 mikron). Kualitas spermatozoa

meliputi beberapa aspek, yaitu motilitas spermatozoa yang dapat dibagi

menjadi tiga kriteria (motilitas baik, motilitas kurang baik dan tidak motil),

morfologi spermatozoa meliputi bentuknya (normal atau abnormal,

abnormalitas dapat terjadi pada kepala, midpiece atau ekor), konsentrasi atau

jumlah spermatozoa dan viabilitas (daya hidup) spermatozoa (Arsyad dan

[image:31.595.134.510.487.702.2]

Hayati 1994 dalam Asfahaniet al., 2010).

(32)

17

F. Motilitas Spermatozoa

Motilitas adalah gerak maju ke depan dari spermatozoa secara progresif.

Motilitas spermatozoa berperan penting dalam suksesnya proses konsepsi,

terutama dalam menembus lendir serviks (Saputri, 2007). Ada orang yang

spermatozoanya lemah sekali gerak majunya, disebut astenozoospermia,

sedangkan jika semua spermatozoa diperiksa nampak mati, tak bergerak

disebut necrozoospermia. Menurut Hidayaturrahmah (2007), pengamatan

untuk waktu motilitas spermatozoa dilakukan dengan mencatat waktu dalam

satuan detik pada 2 jenis motilitas: fast progressive(pergerakan spermatozoa

yang bergerak sangat cepat dengan arah maju kedepan) dan motilitas slow

progressive(pergerakan spermatozoa yang bergerak cepat dengan arah maju

kedepan).

G. Viabilitas Spermatozoa

Viabilitas adalah kemampuan spermatozoa untuk bertahan hidup setelah

dikeluarkan dari organ reproduksi jantan. Kemampuan spermatozoa hidup

secara normal setelah keluar dari testis hanya berkisar antara 1-2 menit

(Effendy, 1997dalam Hidayaturrahmah, 2007). Penggunaan larutan fisiologis

yang mengandung NaCl dan urea dapat mempertahankan daya hidup

spermatozoa antara 20-25 menit (Rustidja, 1985 dalam Hidayaturrahmah,

(33)

18

Menurut Yatim (1994), menyatakan bahwa viabilitas diukur dengan melihat

% motil maju/ml setelah jangka waktu tertentu. Makin lama semen yang

tersimpan makin sedikit yang motil. Penurunan motilitas normal adalah:

a. 2-3 jam sudah ejakulasi 50-60% spermatozoa motil maju/ml

b. 7 jam sudah ejakulasi : < 50% spermatozoa motil maju/ml

Jika setelah 3 jam yang motil kurang dari 50% menandakan adanya gangguan

atau kelainan dalam genitalia. Spermatozoa yang motilitasnya rendah disebut

(34)

9

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental

dengan Rancangan Acak Lengkap. Penelitian ini menggunakan 5 (lima)

kelompok perlakuan dan 5 (lima pengulangan) terhadap hewan percobaan

mencit jantan (Mus musculusL).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

Lampung pada bulan Oktober - November 2012 selama 28 hari dan

pembuatan preparat spermatozoa dan pengamatan dilaksanakan di

Laboratorium Histologi-Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung Bandar Lampung.

C. Variabel Penelitian

a. Variabel Independen

Lampu merkuri.

b. Variabel Dependen

(35)

✁ ✂

D. Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan yaitu : kandang mencit yang terbuat dari kawat

sebanyak 5 kandang, botol yang tutupnya diberi pipa alumunium sebagai

tempat minum mencit, lampu merkuri 16 watt dan isolatornya, luxmeter,

gelas kimia, termometer, timbangan mencit, kotak mencit, papan fiksasi,

makanan mencit, botol minuman mencit dengan pipa aluminium, lampu

merkurilow pressure dengan tegangan 16 watt, alat bedah minor, mikroskop,

pipet tetes, object glass, aluminium foil, neraca analitik, hemositometer dan

cover glass.

2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan yaitu: NaCl 0,9%, pelet ayam sebagai pakan mencit,

aquadest, dan eosin.

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah mencit jantan (Mus musculus L) dewasa.

umur > 8 minggu dengan berat 30-40 gram dan sehat yang ditandai dengan

gerakan aktif, diperoleh dari BPPV Lampung. Sedangkan, banyaknya

(36)

✄ ☎

5(n-1)≥ 15

5(n-1)≥15

5n–5≥ 15 t = kelompok perlakuan (5 kelompok )

5n≥20 n = jumlah pengulangan atau sampel tiap

kelompok

n≥ 4

F. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

1. Kriteria Inklusi :

a. Sehat

b. Memiliki berat badan antara 30-40 gr

c. Jenis kelamin jantan

d. Usia > 8 minggu

2. Kriteria Eksklusi:

Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah 1 minggu masa

adaptasi di laboratorium.

(37)

✆✆

G. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Hewan Uji

Sebelum diberi perlakuan, mencit diadaptasikan selama satu minggu di

Laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Unila tempat dilaksanakannya

penelitian. Terhadap setiap mencit ditimbang berat badannya dan

diamati kesehatannya secara fisik ( gerakannya, makan dan minumnya),

sebelum diberi perlakuan.

2. Pemberian Perlakuan

Penelitian ini menggunakan intensitas lampu dipancarkan oleh lampu

merkuri sebagai bentuk perlakuan terhadap objek penelitian. Adapun

cara pajanan lampu merkuri adalah sebagai berikut :

1. Mencit ditempatkan pada ruangan fiksasi dan dilakukan

pencahayaan dengan lampu merkuri yang diletakkan pada jarak 2

meter dari mencit.

2. Dua puluh ekor mencit jantan dibagi ke dalam lima kelompok yang

masing-masing terdiri dari empat ekor mencit. Kelima kelompok

tersebut meliputi :

1. Kelompok kontrol: tidak dipajankan terhadap lampu merkuri.

2. Kelompok perlakuan 1: dipajankan terhadap lampu merkuri

menghasilkan radiasi maksimum pada panjang gelombang 253,7

(38)

✝ ✞

3. Kelompok perlakuan 2: dipajankan terhadap lampu merkuri

menghasilkan radiasi maksimum pada panjang gelombang 253,7

nm dengan intensitas delapan jam perhari selama 28 hari.

4. Kelompok perlakuan 3: dipajankan terhadap Lampu merkuri

menghasilkan radiasi maksimum pada panjang gelombang 253,7

nm dengan intensitas duabelas jam perhari selama 28 hari.

5. Kelompok perlakuan 4: dipajankan terhadap lampu merkuri

menghasilkan radiasi maksimum pada panjang gelombang 253,7

nm dengan intensitas enambelas jam perhari selama 28 hari.

3. Pengamatan

Setelah 28 hari perlakuan, masing-masing hewan coba dikorbankan

dengan cara dislokasi leher dan selanjutnya dibedah. Selanjutnya

dilakukan pengamatan sebagai berikut :

a. Pengambilan Sekresi Kauda Epididimis

Untuk mendapatkan spermatozoa di dalam sekresi kauda epididimis

dilakukan menurut Soehadi dan Arsyad (1983), yaitu sebagai

berikut: Setelah 28 hari perlakuan, masing-masing hewan coba

dikorbankan dengan cara dislokasi leher dan selanjutnya dibedah.

Kemudian organ testis dan epididimis diambil dan diletakan ke

dalam cawan petri yang berisi NaCl 0,9%. Di bawah mikroskop

bedah dengan pembesaran 400 kali kauda epididimis dipisahkan

(39)

✟ ✠

bagian distal vas defferen. Selanjutnya kauda epididimis dimasukan

ke dalam gelas arloji yang berisi 1 ml NaCl 0,9%, kemudian bagian

proximal kauda dipotong sedikit dengan gunting lalu kauda ditekan

dengan perlahan hingga cairan sekresi epididimis keluar dan

tersuspensi dengan NaCl 0,9%. Suspensi spermatozoa dari cauda

epididimis yang telah diperoleh dapat digunakan untuk pengamatan

motilitas dan viabilitas spermatozoa.

b. Motilitas Spermatozoa

Untuk menentukan motilitas spermatozoa diambil spermatozoa dari

kauda epididimis seperti penjelasan diatas kurang lebih 10µl ke atas

gelas objek dengan ukuran 25.4mm x 76.2mm lalu ditutup dengan

cover glass 22mm x 22mm. Dilakukan pengamatan pada 5 lapang

pandang pada pembesaran mikroskop 400x. Biasanya 4 sampai 6

lapangan pandang yang diperiksa untuk memperoleh seratus

spermatozoa secara berurutan yang kemudian dihitung sehingga

menghasilkan persentase motilitas spermatozoa (WHO, 2012).

c. Viabilitas Spermatozoa

Untuk menentukan viabilitas spermatozoa diambil spermatozoa dari

kauda epididimis kurang lebih 10µl ke atas gelas objek dengan

ukuran 25.4mm x 76.2mm lalu ditutup dengan cover glass 22mm x

(40)

✡ ☛

pembesaran mikroskop 400x. Kemudian dihitung sehingga

menghasilkan persentase viabilitas spermatozoa.

H. Pengolahan Data

Kelompok penelitian terdiri dari 5 kelompok, yaitu: 4 kelompok perlakuan

dan 1 kontrol. Pada tiap kelompok, data yang terkumpul dianalisis

menggunakan program perangkat lunak statistik dengan menggunakan ujione

way anova untuk menguji perbedaan rerata pada kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol.

I. Definisi Operasional

[image:40.595.138.517.454.753.2]

Variabel dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Skala Alat Ukur

Variabel Independen: - Lampu merkuri

Variabel Dependen: - Motilitas spermatozoa

- Viabilitas spermatozoa

Lampu merkuri yang digunakan adalah lampu merkuriLow Pressure

berdaya 16 Watt.

Motilitas spermatozoa normal dan abnormal yang diperoleh dari kauda epididimis

(41)
[image:41.595.66.564.96.643.2]

☞6

Gambar 5. Bagan Alir Penelitian Aklimatisasi mencit selama 7 hari

Tahap Persiapan Persiapan lampu Merkuri dan

kontrol: tanpa pajanan

lampu merkuri

Pembedahan skrotum mencit untuk diambil testis dan epididimis

Pengamatan motilitas spermatozoa & viabilitas spermatozoa

Interpretasi hasil pengamatan dan penyusunan laporan Mencit diterminasi dengan cara dislokasi leher mencit

Pengambilan spermatozoa dari kauda epididimis Perlakuan 1:

diberi pajanan lampu merkuri selama 4 jam

Perlakuan 2: diberi pajanan lampu merkuri selama 8 jam

Perlakuan 3: diberi pajanan lampu merkuri selama 12 jam

Perlakuan 4: diberi pajanan

lampu merkuri selama 16 jam

(42)

✌0

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, N.A.G. 1987. Ion Platting Technology : Development and Applications. John Wiley & Sons : New York.

Amir, A. 1992. Pengaruh penyuntikan ekstrak biji pepaya gandul (Carica papaya L.) terhadap sel-sel spermatogenik mencit dan jumlah anak hasil perkawinannya. Tesis Magister Sains. Biologi Kedokteran, Jakarta: Universitas Indonesia.

Arrington, L. R. 1972. Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care and Management of Experimental Animal Science. The Interstate Printers and Publishing, Inc., New York. dalam Pribadi, G. A. 2008. Penggunaan Mencit dan Tikus Sebagai Hewan Model Penelitian Nikotin. Available in http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10474/D08gap.pdf ?sequence=2.

Arsyad, K.M., Hayati L. 1994. Penuntun Laboratorium Semen Manusia dan Interaksi Sperma-Getah Servik. Ed. 3. Fakultas Kedokteran Sriwijya. p. 6-23. Dalam Asfahani, E.D., Wiratmini, N.I, Sukmaningsih, A.A.S.A., 2010. Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.). Jurnal Biologi Universitas Udayana. p. 20-23.

Asfahani, E.D., Wiratmini, N.I, Sukmaningsih, A.A.S.A. 2010. Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.). Jurnal Biologi Universitas Udayana. p. 20-23.

Awad, H., Halawat, F., Mostafa, T., Atta, H. 2005.Melatonin Hormone Profile in Infertile Males. Available in

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16371109✍

(43)

✎ ✏

Campbell, L. 2004. New Zealand English: its Origins and Evolution. Cambridge: Cambridge University Press.

Cordelli, E., Eleuteri, P., Grollino, M.G., Benassi, B., Blandino, G., Bartoleschi, C., Pardini, M.C., Di Caprio, E.V., Spanò, M., Pacchierotti, F., Villani, P. 2012.Direct and Delayed X-Ray-Induced DNA Damage in Male Mouse Germ Cells. Available in http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22730201.

Effendy, M.I. 1997.Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Nusatama.Dalam Hidayaturrahmah. 2007.Waktu Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Pada Beberapa Konsentrasi Fruktosa. Jurnal Bioscientiae. p 9-18.

Fidan, A.F., Enginar H, Cigerci IH, Korcan SE, Ozdemir A. 2008. The radioprotective potensial of spinacia aleracia and aasculuc hippocastannum againts ionizing radiation with their antioxidant and antimicrobial properties. Journal of animal and veterinary advances 7:1582-1536.

Frederer, W.T. 1955. Experimental Design. Theory and Application. New Delhi: Oxford and IBH Pub. Co.

Francis. 2008. Filsafat teknologi / Don Ihde tentang dunia, manusia dan alat. Kanisius : Yogyakarta. ISBN/ISSN 978-979-21-1909-1.

Ganong, W.F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta: EGC.p 408-416.

Guyton, Arthur C., John E.H. 2008. Fisiologi Kedokteran. EGC. Edisi 9: 1048-1063.

Gye, M.C., Park, C.J. 2012.Effect of Electromagnetic Field Exposure on The Reproductive System. Seoul: Department of Life Science and Institute for Natural Sciences, Hanyang University. Available in

(44)

✑ ✒

Harrison, G.A., Weiner, I.S., Tanner, J.M., Banicot, N.A. 1948.Human Biology. London: Oxford University Press. Dalam Amir, A. 1992. Pengaruh penyuntikan ekstrak biji pepaya gandul (Carica papaya L.) terhadap sel-sel spermatogenik mencit dan jumlah anak hasil perkawinannya. Tesis Magister Sains. Biologi Kedokteran, Jakarta: Universitas Indonesia.

Hernawan, S. 2002. Efek Interferensi Medan Elektromagnetis terhadap Lingkungan. Jurnal Teknik Elektro Emitor Vol. 2, No. 2, September 2002. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available in http://eprints.ums.ac.id/822/1/Emitor_HNS_EfekInterferensiME.pdf✓

Hidayaturrahmah. 2007.Waktu Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Pada Beberapa Konsentrasi Fruktosa. Jurnal Bioscientiae. hal 9-18.

Kumar , S., Behari, J., Sisodia, R. 2012.Influence of electromagnetic fields on reproductive system of male rats. New Delhi: Bioelectromagnetic Laboratory, School of Environmental Sciences, Jawaharlal Nehru University, New Delhi available in

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23078358.

Lim, F. 2008. Filsafat teknologi / Don Ihde tentang dunia, manusia dan alat. Kanisius: Yogyakarta. ISBN/ISSN 978-979-21-1909-1.

Malole, M. B. M. dan C. S. Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan Laboratorium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.

Merhi, Z.O. 2012. Challenging Cell Phone Impact on Reproduction: A Review. New York: Department of Obstetrics and Gynecology and Women's Health, Division of Reproductive Endocrinology and Infertility, Albert Einstein College of Medicine and Montefiore Medical Center, Bronx, USA. Available in http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22350528.

(45)

✔ ✕

NIEHS. 2012. National Institute of Enviroment Health Science✖Male

Reproductive and Urinary System, Revised Guides for Organ Sampling and Trimming in Rats and Mice. Available in

http://www.niehs.nih.gov/research/atniehs/labs/lep/path-support/core-support/necropsy-support/guides/male-repro/index.cfm✗

Nisbet, O., Nisbet, C., Akar, A., Cevik, M., Karayigit, M.O. 2012.Effects of exposure to electromagnetic field (1.8/0.9 GHz) on testicular function and structure in growing rats. Samsun: Department of Surgery, Veterinary Faculty, University of Ondokuz Mayis, Turkey. Available in

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22130559✗

Priambodo, Swastiko. 1995. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta: Penebar Swadaya Dalam Pribadi, G. A. 2008.Penggunaan Mencit dan Tikus Sebagai Hewan Model Penelitian Nikotin. Available in

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10474/D08gap.pdf ?sequence=2.

Pribadi, G. A. 2008.Penggunaan Mencit dan Tikus Sebagai Hewan Model Penelitian Nikotin. Available in

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10474/D08gap.pdf? sequence=2.

Repacholi, M.H, Greenebaum, B, 1999.Interaction of static and extremely low frequency electric and magnetic fields with living systems: health effects and research needs.Bioelectromagnetics Volume 20, Issue 3, : Wiley Online Library. Available in http://onlinelibrary.wiley.com/ p 133–160.

Riedlinger. 2004.Virtual Environtments. Available in

www.rics.org/NR/rdonlyres/ 184EA66- ED72-4597-8497 D02039286652/0/Virtual_environtments 20051202.pdf.

Rouge, M. 2003.Sperm Motility. Available in http://www.vivo.colostate.edu/ hbooks/pathphys/reprod/semeneval/motility.html.

Rugh, R. 1967. The mouse its reproducton and development. Burgess Pub. Co. p 1-23.

(46)

✘ ✘

Rustidja. 1985.Pengantar Ilmu Reproduksi Ikan. Fisheries Project. Malang: Universitas Brawijaya. DalamHidayaturrahmah. 2007.Waktu Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Pada Beberapa

Konsentrasi Fruktosa. Jurnal Bioscientiae. P l 9-18.

Saputri, A. 2007. Pengaruh pemberian ekstrak kedelai (Glysine max) terhadap motilitas sperma mencit Balb/c jantan. Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP.

Samkhan dan Sri. 2006. Tata Cara Penanganan Dan Pengirimam Contoh ke Laboratorium. Dalam : Bultin Laboratorium Veteriner. Vol: 6 No:3. Edisi Tahun: September 2003. ISSN: 0853-7968. Available in http://itp08ub.files.wordpress.com/2012/01/pedoman-kode-etik-hewan-coba.doc✙

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (edisi ke-2). Jakarta: EGC.

Siswono. 2005.Gangguan Kesehatan akibat Radiasi Elektromagnetik,Available in http://mahardikaholic.files.wordpress.com/2009/12/efek-radiasi-gelombang-elektromagnetik-pada-ponsel.pdf✙

Smith dan Mangkoewidjojo. 1988. Data Biologis Mencit (Roza Rianita Nursetia, 2004:27) Bandung: tidak diterbitkan.

Soehadi, K., Arsyad, K. 1983.Analis Sperma. Surabaya: Universitas Erlangga.

Supranto, J. 2000.Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutyarso. 2010.Hubungan antara Lama Penggunaan Ponsel dengan Jumlah dan Kualitas Spermatozoa pada Laki-Laki Fertil. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 60 No. 3.

Swamardika, A .I.B. 2009.Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik

(47)

✚ ✛

UNEP. 2005. United Nation Environtment Programme: “Best Practice Manual Lighting”. Biro Efisiensi Energi, Kementrian Ketenagaan, India. Available in

http://www.energyefficiencyasia.org/docs/ee_modules/indo/Chapter%20% 20Boilers%20and%20thermic%20fluid%20heaters%20(Bahasa%20Indon esi.pdf✜

USEPA. 1999. United States Environmental Protection Agency: EPA Guidance Manual Alternative Disinfectant and Oxidants, Center for Environmental Research Information, Cincinati, OH. p.8-2.

Valberg, V.A., Kavet, R., C. Rafferty, N.1997. “Can Low Level 50/60 Hz Electric and Magnetic Field Cause Biological Effects” Radiation Reaserch. Available in http://www.scribd.com/doc/37531663/Can-Low-Level-50-60-Hz-Electric-and-Magnetic-Fields-Cause-Biological-Effects. p 2–21.

WHO. 2012. World Health Organization: Electromagnetic Field (EMF). http://www.who.int/peh-emf/about/WhatisEMF/en/index1.html diakses 19 September 2012.

Wardhana, W. A. 2000.Dampak Radiasi Elektromagnetik Ponsel. Jurnal Elektro Indonesia no 3 th 2000.

http://www.elektroindonesia.com/elektro/ut32.html. diakses 19 juli 2012.

Yatim, W. 1994.Reproduksi dan EmbriologiBandung: Tarsito. p.47-54.

Gambar

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian
Gambar 2. Radiasi elektromagnetik yang tampak (UNEP, 2005)
Gambar 3. Lampu merkuri dan diagram alir energinya (UNEP, 2005).
Gambar 4. Sistem reproduksi mencit jantan (ventral) (NIEHS, 2012)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dalam rangka melaksanakan kegiatan Seminar Internasional di Dalam/Luar Negeri*) yang pendanaannya dibantu oleh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah- Nya yang memberikan kemudahan dalam penulisan skripsi dengan judul “Kajian Peringkat

mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,. tidak mengandung benzoin, stirak, dan bahan sejenis

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya retur dikalangan pedagang baju di Pekan Jumat di Lubuk Palas adalah barang tidak habis terjual, adanya kerusakan atau

Phytoremediation may be used for remediation of soil and groundwater contaminated with toxic heavy metals, radio nuclides, and organic contaminants such as chlorinated solvents,

Berdasarkan uraian diatas, mengilhami peneliti untuk menyelidiki adanya pengaruh ukuran kantor akuntan publik dan spesialisasi industri kantor akuntan publik terhadap

1204 Pengadaan penutupan saluran got jalan rambutan Rt.003 Rw.07 Jakarta Selatan V 1 1.03.031 Suku Dinas Sumber

Pada hari ini selasa tanggal tiga puluh satu bulan juli tahun dua ribu dua belas, berdasarkan hasil evaluasi dokumen kualifikasi, penawaran dan pembuktian