PENGARUH ATRIBUT SUPERMARKET, MOTIF BELANJA HEDONIK, DAN
MOTIF BELANJA UTILITARIAN TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN
Oleh
Alvin Hadiyanto
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA ADMINISTRASI BISNIS
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
THE EFFECT OF SUPERMARKET ATTRIBUTES, HEDONIC SHOPPING
MOTIVES, AND UTILITARIAN SHOPPING MOTIVES TOWARDS CONSUMER
LOYALITY
(Study at Chandra Superstore Tanjung Karang)
By
ALVIN HADIYANTO
The growth of the retail business has affected consumer loyalty. This study aimed to
determine the effect of supermarket attributes, hedonic shopping motives and utilitarian
shopping motives on consumer loyalty. The study sample of 100 respondents who shop in
Tanjung Karang Chandra Supermarket using accidental sampling. This study used a
questionnaire as a measurement instrument that has tested the validity and reliability to
maintain the validity and the validity of the instrument. While the analysis of the data with
the classical assumption test, regression analysis, and correlation analysis.
Results of data analysis using multiple regression showed that the variables attribute hedonic
shopping motives supermarket and significant effect on customer loyalty. These three
variables simultaneously influence on consumer loyalty to the F value of 15.623 which the F
value is greater than the table value. This means that there are significant between
supermarket attributes, hedonic motives, utilitarian motives on consumer loyalty.
Practical implications for retailers retailers should focus more on the attributes of a
supermarket and entertainment facilities improvement that can stimulate consumer hedonic
shopping motives.
ABSTRAK
PENGARUH ATRIBUT SUPERMARKET, MOTIF BELANJA HEDONIK, DAN
MOTIF BELANJA UTILITARIAN TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN
(
Studi Pada Chandra Supermarket Tanjung Karang)Oleh
ALVIN HADIYANTO
Pertumbuhan bisnis ritel telah mempengaruhi loyalitas konsumen. Studi ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh atribut supermarket, motif belanja hedonik, dan motif belanja utilitarian
terhadap loyalitas konsumen. Sampel penelitian ini sebanyak 100 orang responden yang
berbelanja di Chandra Supermarket Tanjung Karang dengan menggunakan
accidental
sampling
. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrument pengukuran yang sudah
dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk menjaga kevalidan dan keabsahan instrumen.
Sementara analisis data dengan uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, dan analisis
korelasi.
Hasil analisis data dengan menggunakan regresi berganda menunjukan bahwa variabel atribut
supermarket dan motif belanja hedonik berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen.
Ketiga variabel berpengaruh secara simultan terhadap loyalitas konsumen dengan nilai F
sebesar 15,623 dimana nilai F lebih besar dari nilai tabel. Hal ini berarti bahwa terdapat
pengaruh antara atribut supermarket, motif hedonik, motif utilitarian terhadap loyalitas
konsumen.
Implikasi praktis untuk peritel sebaiknya peritel lebih fokus terhadap atribut supermarket dan
peningkatan fasilitas hiburan yang dapat menstimulasi motif belanja hedonik konsumen.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
... i
DAFTAR GAMBAR ...
iii
DAFTAR LAMPIRAN ...
iv
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Rumusan Masalah ... 9
C.
Tujuan Penelitian ... 9
D.
Manfaat Penelitian ... 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pemasaran ... 12
1.
Pengertian dan Lingkup Manajemen Pemasaran ... 12
2.
Jenis Pasar ... 14
B.
Manajemen Pemasaran ... 16
C.
Pemasaran Jasa ... 16
D.
Perilaku Konsumen ... 17
E.
Loyalitas Konsumen ... 20
1.
Pengertian Loyalitas Konsumen ... 20
2.
Kepuasan Pelanggan ... 28
F.
Atribut ... 31
1.
Pengertian Atribut ... 31
2.
Manfaat Atribut ... 32
G.
Motif ... 34
1.
Pengertian Motif ... 34
2.
Motif Belanja Hedonik ... 36
3.
Motif Belanja Utilitarian ... 38
BAB III. METODE PENELITIAN
A.
Tipe Penelitian ... 41
B.
Sumber Data ... 41
1.
Data Primer ... 41
2.
Data Sekunder ... 41
C.
Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
1.
Populasi ... 42
2.
Sampel ... 42
a.
Besar Sampel ... 42
b.
Teknik Sampling ... 42
c.
Teknik Penarikan Sample ... 43
D.
Objek dan Subjek Penelitian ... 43
1.
Objek Penelitian ... 43
2.
Subjek Penelitian ... 43
E.
Definisi Konseptual ... 43
F.
Definisi Operasional Variabel ... 44
G.
Skala Pengukuran ... 46
1.
Pengujian Validitas Instrumen ... 47
2.
Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 48
J.
Teknik Pengolahan Data ... 49
1.
Editing ... 49
2.
Coding ... 49
3.
Tabulating ... 50
K.
Teknik Analisis Data ... 50
1.
Analisis Korelasi ... 50
2.
Analisis regresi Linier Berganda ... 51
3.
Uji Asumsi Klasik ... 51
a.
Uji Normalitas ... 52
b.
Uji Autokorelasi ... 52
c.
Uji Heteroskedasitas ... 53
d.
Uji Multikolinearitas ... 53
4.
Uji Hipotesis ... 54
a.
Uji
... 54
b.
Uji t ... 55
c.
Uji F ... 56
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Analisis Deskriptif ... 57
B.
Hasil dan Pembahasan ... 58
1.
Gambaran Responden ... 58
a.
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin ... 58
b.
Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 58
c.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 59
d.
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 60
2.
Deskripsi Jawaban Responden ... 60
a.
Penilaian Responden Berdasarkan Atribut Supermarket ... 61
b.
Penilaian Responden Berdasarkan Motif Hedonik ... 68
c.
Penilaian Responden Berdasarkan Motif Utilitarian ... 72
d.
Penilaian Responden Berdasarkan Loyalitas Konsumen ... 77
3.
Persentase Rata-Rata Jawaban Responden Berdasarkan Variabel ... 84
C.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 86
1.
Validitas Instrumen Penelitian ... 86
2.
Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 88
D.
Analisis Regresi Linear Berganda ... 89
E.
Analisis Korelasi ... 91
F.
Uji Asumsi Klasik ... 93
1.
Multikolinearitas ... 93
2.
Heterokedastisitas ... 94
3.
Autokorelasi ... 95
4.
Uji Normalitas ... 96
G.
Uji Hipotesis ... 98
1.
Uji
... 98
3.
Uji t ... 100
H.
Pembahasan ... 102
1.
Pengaruh Atribut Supermarket Terhadap Loyalitas Konsumen ... 102
2.
Pengaruh Motif Belanja Hedonik Terhadap Loyalitas Konsumen ... 103
3.
Pengaruh Motif Belanja Utilitarian Terhadap Loyalitas Konsumen .. 104
4.
Pengaruh Atribut Supermarket, Motif Belanja Hedonik, dan Motif Belanja
Utilitarian Terhadap Loyalitas Konsumen ... 105
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ... 106
B.
Saran ... 107
DAFTAR PUSTAKA
... 108
A. Latar Belakang
Perkembangan dan peningkatan fasilitas pada perusahaan retail seperti
supermarket dari tahun ke tahunsemakin menjadi perhatian masyarakat.Hal ini
terlihat dari semakin ketatnya persaingan kualitas pelayanan, lokasi, harga di
antara sekian banyak supermarket. Supermarket sebagai sarana berbelanja
keluarga dirasakan menjadi semakin penting peranannya karena tumbuhnya
masyarakat kelas menengah terutama diperkotaan yang mengutamakan kualitas
produk, kualitas pelayanan seperti kecepatan, kenyamanan, dan keamanan dalam
berbelanja, yang tidak akan mereka dapatkan bila berbelanja di pasar tradisional.
Dalam kondisi persaingan yang semakin kompetitif saat ini, saat perusahaan yang
ada dalam suatu industri berusaha untuk saling merebut pangsa pasar yang ada,
hal utama yang harus diprioritaskan oleh perusahaan adalah kepuasan pelanggan
agar perusahaan dapat bertahan, bersaing dan menguasai pangsa pasar. Pimpinan
perusahaan harus tahu hal-hal apa saja yang dianggap penting oleh para pelanggan
dan pimpinan berusaha untuk menghasilkan kinerja sebaik mungkin sehingga
dapat memuaskan pelanggan. Karena itu adalah penting untuk mengukur dan
meneliti kualitas layanan perusahaan dan perusahaan pesaing karena dengan
mengetahui kualitas layanan maka perusahaan akan mempunyai dasar untuk
memuaskan loyalitas konsumen, yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi
2
Untuk memenangkan persaingan yang semakin kompetitif diantara pelaku
industry ritel dan meraih pangsa pasar, diperlukan suatu strategi pemasaran ritel
yang baik.Strategi pemasaran ritel merupakan hal urgen dalam menjalankan bisnis
ritel yang akhir-akhir ini makin berkembang dan menggeliat.Industri ritel kini
terus melaju seiring dengan beragamnya kebutuhan konsumen, berubahnya
teknologi informasi, dan berkembangnya dunia usaha.Usaha ritel ini merupakan
seluruh aktifitas bisnis yang berkenaan dengan pemberian layanan dan penjualan
barang-barang kepada konsumen baik untuk memenuhi kebutuhan individu
maupun keluarga.Pelaku ritel harus berusaha menetapkan strategi pemasaran agar
mencapai kepuasan pelanggan yang tinggi.Kepuasan pelanggan ini merupakan
barometer penentu keberhasilan penjualan.
Kepuasan pelanggan ditentukan oleh kualitas barang/jasa yang dikehendaki
pelanggan, sehingga jaminan kualitas semestinya menjadi prioritas utama bagi
setiap perusahaan supermarket, yang dapat dijadikan tolak ukur keunggulan daya
saing perusahaan.Pada dasarnya, pengertian kepuasan pelanggan merupakan
perbedaan antara harapan dan kinerja yang dirasakan. Jadi, pengertian kepuasan
pelanggan berarti bahwa kinerja suatu barang/jasa sekurang-kurangnya sama
dengan apa yang diharapkan. Meskipun timbul banyak kesulitan dalam
pengukuran, namun pada prinsipnya, kepuasan pelanggan dapat diukur. Pada
hakikatnya pengukuran kepuasan pelanggan menyangkut penentuan 3 faktor,
yaitu :
2. Proses pengukuran secara normatif.
3. Instrumen dan teknik pengukuran yang dipergunakan untuk menciptakan
suatu indikator.
Ada beberapa jenis ukuran kinerja yaitu :
1.
Ukuran kinerja
deskriptif
yang menyediakan wawasan tentang operasi
suatu sistem tanpa menilai kualitas dari operasi tersebut.
2.
Ukuran kinerja
evaluatif
menyediakan suatu norma atau ukuran yang
dipergunakan sebagai pedoman untuk menilai situasi yang sebenarnya.
3.
Ukuran kinerja
ekonomis
merupakan bagian dari kinerja evaluatif yang
berlandaskan norma ekonomis
Proses pengukuran dimulai dari penentuan siapa yang menjadi pelanggan,
kemudian dipantau dari tingkat kualitas yang diinginkan dan pada akhirnya
formulasi strategi. Disini di analisis pula bagaimana posisi pesaing dan
kemampuan kita.Artinya apakah pimpinan sudah memperhatikan hal-hal yang
dianggap penting oleh pelanggan sehingga dapat memuaskan.Kalau kinerja dinilai
baik/bagus berarti dapat memuaskan.
Hal ini membuat beban pemasaran semakin berat karena tugas dari pemasaran
semakin berat karena tugas dari pemasaran merupakan fungsi paling penting dari
perusahaan .Usaha dalam memenuhi kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi
konsumen supermarket terdiri dari dua faktor, yaitu faktor internal supermarket
4
keunggulan atribut supermarket dalam menarik loyalitas konsumen untuk
berbelanja di supermarket tersebut.Sedangkan faktor eksternal psikologis adalah
faktor perilaku konsumen dalam diri pelanggan itu sendiri yang ikut berkontribusi
terhadap loyalitas konsumen.
Dalam penelitian ini atribut supermarket merupakan salah satu stimulus yang
meliputi faktor
Ambient, Design,Social
.
Ambient
adalah kenyamanan suasana
yang dirasakan pembelanja saat mengamati barang dan jasa yang
ditawarkan.
Design
adalah rancangan fisik supermarket yang meliputi tatanan
layout dan fungsinya, tanda dan symbol, keindahan seperti tatanan warna dan
visual yang memberikan kenyamanan kepada pembelanja termasuk juga
penempatan posisi, eskalator, lift dan elemen arsitek lainnya. Faktor
Social
adalah
faktor yang berkaitan dengan keberadaan karyawan dan pembelanja lainnya dalam
supermarket yang bersangkutan, (Donovan et al, 1982:25). Faktor sosial ini akan
berdampak pada bagaimana penilaian pembelanja pada kualitas barang dan jasa
serta citra supermarket tersebut. Berdasarkan beberapa pertimbangan, penelitian
ini memberikan komponen attribut, sebagai indikator yang paling banyak
digunakan adalah pertama atmosfir supermarket meliputi fasilitas fisik
supermarket, suhu, layout, dan display, kedua lokasi supermarket kemudahan
mencapai, letak strategis, fasilitas transportasi, ketiga adalah fasilitas kemudahan,
parkir, pembayaran, pengembalian barang, keempat adalah layanan pramuniaga
responsif,
empathi,
reliable,
keramahan.
Kelima
adalah
barang
Konsumen yang berbelanja didorong oleh suatu motivasi pembelian untuk
membeli suatu produk dalam memenuhi kebutuhannya. Motivasi adalah sebagai
proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau
sekelompok orang agar mereka mau membeli sesuatu. Motivasi dalam membeli
suatu produk didorong oleh suatu kebutuhan.Kebutuhan dapat didefinisikan
sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan
dengan dorongan yang ada dalam diri. (Mangkunegara, 2005:7) mengemukakan
bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
1.
Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan
fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat
terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.
2.
Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari
ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.
3.
Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima
oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai
serta dicintai.
4.
Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai
oleh orang lain.
5.
Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk
berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap
6
Motivasi pembelian dan konsumsi diklasifikasikan dalam bentuk dua jenis, yaitu
motif hedonik dan motif utilitarian.Motif belanja hedonik didasarkan pada emosi,
perasaan nyaman, gembira.Sedangkan motif belanja utilitarian didasarkan pada
motif kemanfaatan fungsi belanja.
Berdasarkan teori Maslow diatas, motif belanja utilitarian memberi prioritas pada
point satu yaitu kebutuhan fisiologis. Dimana motif belanja utilitarian melakukan
suatu pembelian untuk memenuhi kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan
lainnya secara langsung.Motif utilitarian adalah evaluasi yang menilai kualitas
barang dagangan, kualitas layanan dan harga suatu produk.Menurut (Baker
et al
,
1994:37) penilaian pembelanja atas mutu barang dan jasa dan kenyamanan dalam
supermarket menyebabkan motif utilitarian semakin meningkat. Sementara motif
belanja hedonik lebih mengedepankan pada point dua, tiga, empat, dan lima.
Dimana pada motif ini pembelanja berbelanja di suatu supermarket tujuannya
untuk memenuhi kebutuhan akan rasa memiliki (sosial) dengan pergi ke
supermarket dengan keluarga dan teman untuk bergaul atau bertemu dengan
pelanggan lain dan melakukan perbincangan, memenuhi kebutuhan akan harga
diri dengan pergi ke supermarket untuk sekedar bergaya, dll.
Motif belanja hedonik dikembangkan oleh (Arnold dan Reynolds, 2003:80)
dengan indikator meliputi pertama adalah
Adventure shopping
. Belanja adalah
tantangan, suatu sensasi, menggembirakan, masuk lingkungan universal yang
menyenangkan. Kedua adalah
Social shopping
. Sosialiasi adalah tujuan utama
shopping
. Kehidupan yang kompleks saat ini dan tingkat stress meningkat di
masyarakat. Beberapa orang belanja untuk menghilangkan stress.Motif hedonik
adalah dasar untuk mengevaluasi pengalaman belanja lebih dari informasi yang
mereka kumpulkan atau produk yang dibeli.Konsumen berbelanja mencari
kesenangan, Motif hedonik berbelanja tidak hanya untuk membeli barang tetapi
juga kegiatan sosialisasi dengan teman untuk mencari hiburan.Manfaat hedonis
adalah manfaat yang bersifat perasaan yaitu perasaan senang, perasaan lega,
perasaan nikmat.(Mehrabian and Russel, 1974:50).
Rangsangan didalam supermarket memberikan informasi penting yang
mendorong konsumen untuk membentuk penilaian tentang harga, produk dan jasa
didalam supermarket.(Singh, 2006:78) dalam penelitiannya membuktikan bahwa
stimulus atau rangsangan mempengaruhi motif pembelian utilitarian yang diukur
dengan evaluasi kognitif dan juga stimulus atau rangsangan mempengaruhi motif
hedonik yang dievaluasi afektif dan keduanya berpengaruh berbeda dalam
perilaku belanja yaitu memberikan waktu didalam supermarket lebih lama untuk
belanja dan pembelian ulang.
Kota Bandar Lampung memiliki prospek yang kuat untuk berkembang menjadi
kota besar dalam skala regional, nasional, bahkan internasional. Dalam sektor
ekonomi, kota Bandar Lampung memiliki peluang yang besar untuk
memantapkan diri menjadi pusat perdagangan dan jasa pada skala Sumatera
bagian Selatan. Sejalan dengan aktifitas ekspor-impor dan perdagangan
8
pertanian dan industri dari Sumatera bagian Selatan maupun yang didatangkan
dari daerah luar.Bandar Lampung memiliki 16 Mall dan Supermarket.Diantara 16
supermarket tersebut pusat perbelanjaan yang paling popular bagi masyarakat
Bandar Lampung yaitu Chandra Superstore.
Tabel 1.Laju Inflasi Bandar Lampung Agustus 2012, Tahun Kalender 2012 dan Agustus 2012 terhadap Agustus 2011 menurut Kelompok Pengeluaran (2007 = 100)
Kelompok Pengeluar an IHK Desember 2011 IHK Juli 2012 IHK Agustus 2012 Inflasi Agustus 2012 Laju Inflasi Tahun Kalender 2012 Inflasi Tahun ke tahun
Umum 141,24 144,35 145,97 1,12 3,35 4,77
1. Bahan Makan an
153,97 159,26 163,91 2,92 6,46 7,83
2. Makan an jadi, minu man, rokok dan temba kau
168,44 172,84 173,06 0,13 2,74 4,81
3. Perum ahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
139,99 141,93 141,91 -0,01 1,37 1,86
4. Sanda ng
139,54 143,38 143,80 0,29 3,05 2,47
5. Keseh atan
127,33 129,89 130,73 0,65 2,67 4,05
6. Pendid ikan, Rekre asi dan Olahra ga
139,70 140,46 146,57 4,35 4.92 12,80
Sumber : BPS Bandar Lampung 2012
Kota Bandar Lampung mengalami inflasi tertinggi sepanjang tahun
di Kota Bandar Lampung dan hanya satu kelompok yang menahan laju inflasi
yaitu kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Kenaikan harga
berbagai komoditi di enam kelompok pengeluaran tersebut membentuk inflasi di
Kota Bandar Lampung sebesar 1,12 persen.
Enam kelompok pengeluaran pada bulan Agustus 2012 mengalami kenaikan
indeks yang menyebabkan inflasi. Inflasi di Kota Bandar Lampung menempati
peringkat ke 30 dari 66 kota yang diamati perkembangan harganya. Dari 66 kota,
seluruhnya mengalami inflasi, inflasi tinggi terjadi di Palu 2,81 persen; Samarinda
2,29 persen; dan Manado 2,16 persen, sedangkan inflasi rendah terjadi di Medan
sebesar 0,04 persen; Pematang Siantar 0,10 persen; dan Batam 0,16 persen.
Dengan tingginya tingkat inflasi di Bandar lampung hal ini semakin mempersulit
laju pemasaran produk kepada pelanggan khususnya para pelanggan yang
berbelanja di supermarket.Oleh karena itu diperlukan strategi yang baik untuk
mengantisipasi hambatan penjualan dikarenakan inflasi harga produk hasil
pasokan dari supplier asal Lampung.
Berdasarkan kondisi diatas permasalahan dalam penelitian ini adalah “seberapa
besarkah atribut supermarket, motif belanja hedonik, dan motif belanja utilitarian
mempengaruhi loyalitas konsumen?”Penelitian bertujuan untuk memperoleh
jawaban atas masalah yang ada yaitu untuk menganalisis seberapa besar atribut
supermarket dan motif belanja hedonik dan utilitarian dalam loyalitas konsumen.
10
B. Perumusan Masalah
Dengan semakin ketatnya persaingan dalam bisnis retail seperti supermarket dan
berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang ingin diteliti oleh
penulis adalah sejauh mana pengaruh atribut supermarket, motif belanja hedonik,
dan motif belanja utilitarian terhadap loyalitas konsumen di supermarket Bandar
Lampung.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari
atribut supermarket, motif belanja hedonik, dan motif belanja utilitarian terhadap
tingkat loyalitas konsumen di supermarket Bandar Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah
1.
Manfaat Akademis
Penelitian
ini
berhubungan
dengan
mata
kuliah
di
konsentrasi
pemasaran.Sehingga diharapkan baik penulis dan pihak yang berkepentingan
dapat memahami masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.
2.
Manfaat Praktis
Penulis dapat mengetahui seberapa besar pengaruh atribut supermarket, motif
hasil penelitian dapat dijadikan bahan analisis bagi pihak yang berkepentingan
khususnya pihak pemasar.
3.
Manfaat bagi pihak lain dan masyarakat
Manfaatnya adalah dapat dijadikan informasi yang diperlukan bagi masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Lingkup Manajemen Pemasaran
Pemasaran adalah hal yang begitu mendasar sehingga tidak dapat dipandang sebagai
fungsi yang terpisah
.
Pemasaran adalah keseluruhan bisnis yang dilihat dari hasil
akhirnya, yaitu dari sudut pelanggan. Keberhasilan usaha tidak ditentukan oleh
produsen melainkan oleh pelanggan.
(Philip Kotler, 1994:6) mendefinisikan pemasaran sebagai berikut :
“Marketing is a social and managerial process by individuals and groups obtain
what they need and want through creating,offering, and exchanging products of value
with others”.
Pemasaran
adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok
mendapatkan apa yang dibutuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,
dan mempertukarkan produk yang bernilai di dalam pasar.
Definisi tersebut mencakup beberapa pemahaman utama yaitu :
•
Pemasar tidak menciptakan kebutuhan ; kebutuhan mendahului pasar.
•
Karena suatu produk memberikan solusi atas suatu kebutuhan, ia hanyalah
manfaat atau jasa yang ada dalam fisik suatu produk, bukannya menjual
produk tersebut.
•
Pemasar berusaha mengumpulkan tanggapan perilaku pihak lain. Dengan
demikian pemasar tidak terbatas pada barang konsumsi, ia juga digunakan
secara luas untuk menjual gagasan dan program sosial.
Pada kenyataannya pemasaran mencakup hal-hal sebagai berikut :
o
Mendefinisikan dan mengukur kebutuhan dan keinginan konsumen.
o
Mendorong penciptaan barang dan jasa.
o
Mengkomunikasikan keunggulan, kebaikan, harga dan lain-lain kepada
pembeli potensial.
o
Mendistribusikan produk kepada konsumen.
Ada lima konsep persaingan yang dapat dipilih perusahaan untuk menjalankan
kegiatan pemasarannya, yaitu konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan,
konsep pemasaran, dan konsep pemasaran sosial.
Konsep pemasaran
menyatakan
bahwa tugas utama dari perusahaan adalah menetapkan kebutuhan dan keinginan
pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan
efisien daripada pesaing. Konsep ini dimulai dengan pasar yang didefinisikan dengan
baik, pemusatan perhatian pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan seluruh
kegiatan yang akan mempengaruhi pelanggan, dan laba yang dihasilkan dengan
14
(Philip Kotler, 1994:151) membagi lingkup manajemen pemasaran menjadi dua
bagian, yaitu :
•
Pemasaran Mikro
yaitu aktivitas pemasaran yang terjadi dalam lingkup
jenjang perusahaan seperti riset pasar, promosi, distribusi, riset &
pengembangan produk, servis dan sebagainya, yang kesemuanya ditujukan
untuk memahami, mendorong, dan memuaskan kebutuhan/permintaan
konsumen agar konsumen dapat loyal.
•
Pemasaran Makro
yaitu interaksi pemasar dengan lingkungan eksternal yang
dampaknya akan sangat mempengaruhi perusahaan karena lingkungan
eksternal ini bersifat “tidak dapat dikendalikan”. Perusahaan yang berhasil
menyadari bahwa lingkungan pemasaran memberikan rangkaian peluang dan
ancaman yang tidak ada habis-habisnya. Tanggung jawab utama pemasar
adalah mengidentifikasi perubahan signifikan dalam lingkungan makro yang
menimpa perusahaan. Bahkan manajer pemasaran harus menjadi pelacak
trend dan mencari peluang. Dalam situasi global yang berubah pesat, pemasar
harus memantau enam kekuatan lingkungan utama, yaitu lingkungan
demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik/hukum, dan sosial budaya agar
perusahaan dapat beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah.
A.2. Jenis Pasar
Jenis pasar jika dilihat dari bentuk kegiatannya, pasar dibagi menjadi 2 jenis yaitu
•
Pasar Nyata
Pasar nyata adalah pasar yang pembelinya membeli barang langsung ketempat
kejadian dan nyata dapat dilihat langsung oleh konsumen.Contoh supermarket dan
pasar tradisional.
•
Pasar Abstrak
Pasar abstrak adalah pasar yang pembeli dan penjualnya tidak saling menukarkan
barangnya secara langsung di lokasi kejadian namun dengan menggunakan surat
bisnis, e-mail, database penjualan barang.Contoh pasar abstrak adalah e-commerce,
pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.
Jenis pasar jika dilihat dari cara transaksinya, pasar dibagi menjadi 2 jenis yaitu pasar
tradisional dan pasar modern :
•
Pasar Tradisional
Dalam pasar tradisional pelanggan dapat membeli barang dagangannya dari penjual
dengan cara tawar-menawar barang secara langsung.Biasanya barang yang
diperjualbelikan adalah barang kebutuhan pokok.
•
Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang pedagang menjual barangnya kepada konsumen
dengan harga yang telah ditetapkan dan tidak dapat ditawar lagi.Contoh pasar modern
adalah supermarket, mall, plaza.
Jenis pasar jika dilihat dari keleluasaan distribusi. Pasar dibagi menjadi 4 jenis yaitu
pasar lokal, pasar daerah, pasar nasional dan pasar internasional.
16
Manajemen pemasaran terjadi apabila sekurang-kurangnya satu pihak dari pertukaran
potensial memikirkan cara untuk mendapatkan tanggapan dari pihak lain sesuai
dengan yang dikehendakinya. Menurut American Marketing Association pada 1995,
manajemen pemasaran dapat didefinisikan sebagai berikut :
“Marketing (management) is the process of planning and executing the conception,
pricing, promotion, and distribution of goods, services and ideas to create exchange
with target groups that satisfy customer and organizational objectives”
Definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan
analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang mencakup barang, jasa dan
gagasan yang tergantung pada pertukaran dan dengan tujuan untuk menghasilkan
kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat. Manajemen pemasaran pada dasarnya
adalah manajemen permintaan dan tugasnya adalah mempengaruhi tingkat, waktu,
dan komposisi permintaan.
C. Pemasaran jasa
Pada mulanya pemasaran berkembang dari penjualan produk fisik seperti pasta gigi,
mobil, dan baja, tetapi kemudian terjadi pertumbuhan bisnis jasa yang fenomenal.
Industri jasa sangat bervariasi, baik dari sektor pemerintah seperti rumah sakit,
pemadam kebakaran, kantor pos, sekolah, pengadilan, telepon dan sebagainya
perbankan, hotel, asuransi, praktik dokter, perusahaan real estate dan sebagainya.
Semakin maju ekonomi suatu negara, semakin besar kontribusi sektor jasa terhadap
pendapatan negara dan daya serap/kesempatan kerja yang disediakan.
D. Perilaku Konsumen
(American Marketing Association, 1996:8) mendefinisikan :
“Perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai interaksi dinamis antara pengaruh
dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek
pertukaran dalam hidup mereka”
Bidang perilaku konsumen mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan
organisasi memilih, membeli, memakai, dan membuang barang, jasa, gagasan, atau
pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka.
(Philip Kotler, 1994:174) membuat model perilaku konsumen melalui model
rangsangan tanggapan seperti yang diperlihatkan dalam tabel 2.
TABEL 2.MODEL PERILAKU KONSUMEN
RangsanganPemasaran
18
Rangsangan pemasaran yang meliputi produk, harga, tempat, promosi dan
rangsangan lain yang meliputi faktor ekonomi, teknologi, politik, dan budaya akan
memasuki kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli yang dipengaruhi oleh faktor
budaya, sosial, pribadi, psikologis dan proses pengambilan keputusan menimbulkan
keputusan pembelian tertentu. Pemasar harus memahami apa yang terjadi dalam
kesadaran pembeli mulai dari kedatangan rangsangan dari luar dan keputusan
pembelian konsumen.
(Menurut Philip Kotler, 1994:174) ada beberapa faktor utama yang dapat
mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu :
1.
Faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku
peran budaya, sub-budaya, dan kelas sosial pembeli sangatlah penting.
2.
Faktor Sosial
Sebagai tambahan atas faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi
oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran status.
3.
Faktor Pribadi
Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik
tersebut adalah usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya
hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
4.
Faktor psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama,
Untuk meraih keberhasilan, pemasar harus memahami dan melewati
bermacam-macam pengaruh yang mempengaruhi pembeli dan mengembangkan pemahaman
mengenai bagaimana konsumen melakukan keputusan pembelian. Pengambilan
keputusan konsumen yang berbeda-beda, tergantung pada jenis keputusan pembelian.
Keputusan untuk membeli pasta gigi, stick golf, komputer, dan mobil merupakan
hal-hal yang sangat berbeda. Pembelian yang rumit dan mahal-hal biasanya melibatkan lebih
banyak pertimbangan. (Henry Assael, 1987:87) membedakan empat jenis perilaku
konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat diferensiasi merek,
yaitu :
1.
Perilaku Pembelian Yang Rumit
Biasanya terjadi bila produk yang akan dibeli mahal, jarang dibeli, berisiko,
dan sangat mengekspresikan pribadi, serta adanya perbedaan yang signifikan
diantara berbagai merek. Konsumen akan mencari informasi sebanyak
mungkin sebelum membuat pilihan pembelian yang cermat. Contohnya,
seseorang yang membeli komputer pribadi.
2.
Perilaku Pembelian pengurang Disonansi
Konsumen sangat terlibat dalam pembelian namun melihat sedikit perbedaan
dalam merek. Pembeli akan berkeliling untuk mempelajari apa yang tersedia
namun akan membeli dengan cukup cepat, terutama bereaksi terhadap harga
yang baik atau terhadap kenyamanan berbelanja. Contohnya pembelian karpet
merupakan keputusan dengan keterlibatan yang tinggi karena karpet mahal
dan mengekspresikan, namun pembeli mungkin menganggap sebagian besar
20
3.
Perilaku Pembelian Karena Kebiasaan
Banyak produk dibeli dalam kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan
tidak adanya perbedaan merek yang signifikan. Contohnya membeli garam
atau gula.
4.
Perilaku Pembelian Yang Mencari Variasi
Pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah namun
perbedaan merek yang signifikan, misalnya dalam membeli sabun.
E. Loyalitas Konsumen
Secara harfiah loyal berarti setia, atau loyalitas dapat diartikan sebagai suatu
kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran
sendiri pada masa lalu. Usaha yang dilakukan untuk menciptakan kepuasan
konsumen lebih cenderung mempengaruhi sikap konsumen. Sedangkan konsep
loyalitas konsumen lebih menekankan kepada perilaku pembeliannya.
Loyalitas pelanggan merupakan salah satu tujuan inti yang diupayakan dalam
pemasaran modern. Hal ini dikarenakan dengan loyalitas diharapkan perusahaan akan
mendapatkan keuntungan jangka panjang atas hubungan mutualisme yang terjalin
dalam kurun waktu tertentu. (Ali Hasan, 2008:83) mengemukakan bahwa terjadinya
loyalitas merek pada konsumen disebabkan oleh adanya pengaruh kepuasan dan
ketidakpuasan terhadap merek tersebut yang terakumulasi secara terus – menerus
disamping adanya persepsi tentang kualitas produk.
Customer loyalty
atau loyalitas
jasa, atau entitas lain berdasarkan sikap yang menguntungkan dan tanggapan yang
baik seperti pembelian ulang. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
ada unsur perilaku dan sikap dalam loyalitas pelanggan. Loyalitas adalah respon
perilaku pembelian yang dapat terungkap secara terus menerus oleh pengambil
keputusan dengan memperhatikan satu atau lebih merek alternative dari sejumlah
merek sejenis dan merupakan fungsi proses psikologis. (Olson, 2004:128)
berpendapat bahwa loyalitas pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk
melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan
pelanggan terhadap suatu produk maupun jasa yang dihasilkan oleh badan usaha
tersebut yang membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses pembelian yang
terjadi secara berulang-ulang.
Loyalitas pelanggan memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan,
mempertahankan mereka berarti meningkatkan kinerja keuangan dan
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini menjadi alasan utama bagi
sebuah perusahaan untuk menarik dan mempertahankan mereka. Dua hal yang
menjadi pertimbangan utama perusahaan dalam mempertahankan loyalitas pelanggan
adalah, pertama karena semakin mahalnya biaya perolehan pelanggan baru dalam
iklim kompetisi yang sedemikian ketat, kedua adalah adanya kenyataan bahwa
tingkat profitabiliti perusahaan berbanding lurus dengan pertumbuhan hubungan
22
Keuntungan dari adanya loyalitas pelanggan adalah berkurangnya pengaruh serangan
dari para kompetitor dari perusahaan sejenis, tidak hanya kompetisi dalam hal produk
namun juga kompetisi dalam hal persepsi. Selain itu konsumen yang loyal dapat
mendorong perkembangan perusahaan. karena mereka biasanya memberikan ide atau
saran kepada perusahaan agar meningkatkan kualitas produknya dan pada akhirnya
mereka tidak akan begitu mempermasalahkan harga karena mereka percaya pada
produk dan kualitas yang dimiliki perusahaan. Loyalitas pelanggan berawal dari
penilaian pelanggan terhadap kualitas produk atau jasa yang diterimanya (persepsi)
berdasarkan harapan yang telah terkonsep dalam pikirannya. Harapan tersebut
muncul dari produk atau jasa yang teah diterima sebelumnya (pengalaman) serta
berita dari mulut ke mulut yang sampai pada pelanggan. Penilaian tersebut akan
menimbulkan kepuasan dan ketidakpuasan. Pelanggan akan merasa puas jika kualitas
yang diberikan telah sesuai atau bahkan melebihi harapan pelanggan. Namun
sebaliknya jika kualitas produk atau jasa yang diberikan kurang atau berada di bawah
harapan, maka pelanggan akan kecewa.
Pelanggan yang merasa puas saja belum menjamin pelanggan akan loyal karena,
seperti dilaporkan Harvard Business Schooll Review, tiap tahun 15% – 40% dari
pelanggan yang semula puas kemudian beralih ke pesaing. Dengan kata lain,
kepuasan tidak lantas berarti loyalitas. Loyalitas ditunjukan oleh aksi yang dilakukan
pelanggan tanpa ada keterpaksaan dan tekanan dari pihak manapun. Sikap loyal
Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan dalam meningkatkan
laba dan prospek perusahaan di masa datang.
Konsumen yang loyal tentu tidak terbentuk begitu saja, namun melalui beberapa
proses tahapan, Griffin (2003) membagi tahapan loyalitas sebagai berikut:
1. Suspect
Suspect adalah orang yang mungkin membeli produk atau jasa anda. Kita
menyebutnya suspect karena kita percaya, atau “menyangka” mereka akan membeli,
tetapi kita masih belum cukup yakin.
2. Prospect
Prospect adalah orang yang membutuhkan produk atau jasa anda dan memiliki
kemampuan membeli. Meskipun prospect belum membeli dari anda, ia mungkin telah
mendengar tentang anda, membaca tentang anda, atau ada seseorang yang
merekomendasikan anda kepadanya. Prospect mungkin tahu siapa, di mana, dan apa
yang anda jual, tetapi mereka masih belum membeli dari anda.
3. Disqualified Prospect
Disqualified prospect adalah prospect yang telah cukup anda pelajari untuk
menetahui bahwa mereka tidak membutuhkan, atau tidak memiliki kemampuan
membeli produk anda.
4. First time Customer
First time customer adalah orang yang telah membeli dari anda satu kali. Orang
tersebut bisa jadi merupakan pelangan anda sekaligus juga pelanggan pesaing anda.
24
Repeat customer adalah orang yang telah membeli dari anda dua kali atau lebih.
Mereka mungkin telah membeli produk yang sama dua kali atau membeli dua produk
tau jasa yang berbeda pada dua kesempatan atau lebih.
6. Client
Client membeli apapun yang anda jual dan dapat ia gunakan. Orang ini membeli
secara teratur. Anda memiliki hubungan yang kuat dan berlanjut, yang
menjadikannya kebal tehadap tarikan pesaing.
7. Advocate
Seperti client, advocate membeli apapun yang anda jual dan dapat ia gunakan serta
membelinya secara teratur. namun advocate juga mendorong orang lain untuk
membeli dari anda. Ia membicarakan anda, melakukan pemasaran bagi anda, dan
membawa pelanggan anda.
Fakta bahwa orang-orang memilih untuk menggunakan toko tertentu atau membeli
satu produk tertentu, daripada menggunakan toko-toko lain atau membeli produk
yang dibuat oleh perusahaan lain. Pelanggan menunjukkan loyalitas konsumen ketika
mereka secara konsisten membeli produk tertentu atau merek selama jangka waktu
tertentu. Sebagai contoh, banyak pelanggan tetap operator perjalanan tertentu karena
pengalaman positif yang mereka miliki dengan produk itu dan layanan mereka.
Loyalitas pelanggan adalah tujuan utama dari manajemen hubungan pelanggan dan
menjelaskan loyalitas yang dibentuk antara pelanggan dan, perusahaan orang, produk
atau merek. Segmen pasar individu harus ditargetkan dalam hal mengembangkan
Empat alasan yang berbeda mengapa loyalitas harus dipromosikan:
1. Psikologis
Pelanggan juga bisa mengembangkan rasa kesetiaan kepada orang tertentu yang
bekerja untuk sebuah perusahaan. Orang dapat membangun hubungan yang baik
dengan penasihat bank yang telah mereka kenal selama beberapa tahun dan yang
selalu memenuhi harapan mereka. Fakta bahwa orang-orang mengembangkan rasa
kesetiaan dapat digambarkan sebagai alasan psikologis untuk tetap berpegang pada
produk tertentu.
2. Teknis
Selain itu, ada kemungkinan bahwa sebuah perusahaan disesuaikan prosedur teknis
untuk pemasok tertentu dan perubahan akan menyebabkan masalah teknis besar,
dengan demikian, alasan teknis atau fungsional adalah alasan untuk loyalitas
pelanggan.
3. Ekonomi
Dalam pasar bisnis ke bisnis, itu juga mungkin bahwa hasil loyalitas pelanggan
membuahkan kenyataan bahwa beralih ke perusahaan lain akan menyebabkan
perusahaan menghadapi kerugian ekonomi. Dalam kasus ini, loyalitas didasarkan
pada alasan ekonomi
4.Kontraktual
Alasan kontraktual untuk kesetiaan ada jika pelanggan terikat kepada perusahaan
untuk jangka waktu tertentu karena perjanjian kontrak dan untuk alasan hukum.
26
dan pengabdian antusias untuk negara, masyarakat, atau individu. Ini juga telah
digunakan dalam konteks bisnis, untuk menggambarkan kesediaan pelanggan untuk
terus menyarankan perusahaan dalam jangka panjang, sebaiknya secara eksklusif, dan
merekomendasikan produk perusahaan kepada teman dan rekan (Lovelock dan Wirtz
2011:94).
Loyalitas pelanggan secara luas dilihat sebagai kunci penentu profitabilitas
perusahaan.Kita dapat membedakan antara loyalitas perilaku dan sikap, juga disebut
sebagai
share-of-wallet
dan berbagi hati masing-masing. Loyalitas perilaku mengacu
pada pelanggan yang membeli secara eksklusif atau kebanyakan hanya satu merek,
sedangkan loyalitas sikap adalah semua memiliki keterikatan emosional dengan
merek, menyukainya lebih dari yang lain, dan bahkan mencintai itu. Kedua jenis
loyalitas yang independen, misalnya, seseorang dapat memberikan 100 persen
share-of-wallet
ke perusahaan bus yang melewati rumah seseorang untuk bekerja, tetapi
masih akan sangat senang dengan layanan terorganisasi dan siap untuk beralih segera
terhadap alternatif yang ditawarkan.Loyalitas sejati membutuhkan keduanya
share-of-wallet
dan
share-of-heart
atau berbagi hati sehingga pelanggan terus membeli
bahkan ketika faktor-faktor situasional untuk melakukan pembelian berulang menjadi
sulit, seperti penutupan saham atau penyedia alternatif mencoba untuk membujuk
pelanggan untuk beralih menggunakan penawaran promosi. Namun, loyalitas sikap
itu sendiri bukanlah jaminan profitabilitas dan perusahaan harus efisien dalam
Ini meliputi:
Meningkatkan
share-of-wallet
seperti mendorong pelanggan untuk membeli lebih
banyak dari merek, dan sedikit dari para pesaingnya yang dapat menjual lebih banyak
unit ke pelanggan;
up-selling untuk produk tingkat yang lebih tinggi, yang berarti menjual lebih mahal,
produk bernilai tinggi, yang menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dari
pelanggan untuk sejumlah konstan produk yang dijual;
cross-selling product
, pelanggan saat ini tidak membeli, ini berarti selain produk
pelanggan sudah membeli, perusahaan menjual produk yang berbeda kepada
pelanggan bahwa; arahan seperti pelanggan memberikan positif pemasaran dari mulut
ke mulut dan rekomendasi untuk membeli produk perusahaan kepada teman dan
rekan yang mengarah ke penjualan.
E.2 Model bisnis loyalitas
Model bisnis loyalitas bergantung pada pelatihan karyawan untuk mencapai
paradigma tertentu: kualitas produk atau jasa menyebabkan kepuasan pelanggan,
yang mengarah ke loyalitas pelanggan, yang mengarah ke profitabilitas. Pemasaran
loyalitas merupakan perpanjangan dari upaya itu, mengandalkan kata-mulut-dan iklan
untuk memanfaatkan pengalaman positif mereka yang terkena usaha model bisnis
loyalitas terinspirasi untuk menarik pelanggan baru. Fred Reichheld membuat point
dalam buku-bukunya dimana seseorang atau perusahaan dapat memanfaatkan
"kekuatan ekstensi" untuk menarik pelanggan baru.Ekspansi yang cepat dari program
28
yang diperoleh dari pelanggan saat ini untuk menarik loyalitas baru dari pelanggan
masa depan. Program insentif yang eksklusif harus menjaga keseimbangan antara
manfaat yang meningkat untuk pelanggan baru atas setiap rencana yang ada loyalitas
mereka sedang dalam dan menjaga pelanggan yang sudah ada dari pindah ke rencana
baru. Hallmark sebuah perusahaan fotografi melakukan ini melalui merancang sebuah
program yang secara langsung pelanggan dihargai tidak hanya untuk membeli barang
dagangan dan memanfaatkan Hallmark.com, namun mendapatkan keuntungan
tambahan melalui rujukan teman-teman mereka. Program loyalitas terbaru pemasaran
mengandalkan teknik
viral marketing
untuk menyebarkan kata program insentif dan
bujukan dari mulut ke mulut.
E.3 Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah istilah yang sering digunakan dalam pemasaran,
merupakan ukuran seberapa produk dan jasa yang disediakan oleh perusahaan dapat
memenuhi atau melampaui harapan pelanggan. Kepuasan pelanggan didefinisikan
sebagai "jumlah pelanggan, atau persentase dari total pelanggan, yang dilaporkan
memiliki pengalaman dengan sebuah perusahaan, produk, atau layanan (peringkat)
memperoleh kepuasan melebihi sasaran yang diharapkan." Dalam sebuah survei
menemukan kepuasan pelanggan metrik yang sangat berguna dalam mengelola dan
memantau bisnis mereka.
Kepuasan pelanggan memberikan indikator utama dari niat pembelian konsumen dan
loyalitas. Data kepuasan pelanggan adalah salah satu indikator yang paling sering
dikumpulkan dari persepsi pasar, penggunaan utama mereka adalah dua:
1.
Dalam organisasi, pengumpulan, analisis dan penyebaran data ini mengirim
pesan tentang pentingnya merawat pelanggan dan memastikan bahwa mereka
memiliki pengalaman positif dengan barang dan jasa perusahaan.
2.
Meskipun penjualan atau pangsa pasar dapat menunjukkan seberapa baik
sebuah perusahaan saat ini, kepuasan mungkin merupakan indikator terbaik
bagaimana pelanggan perusahaan akan melakukan pembelian lebih lanjut di
masa depan. Banyak penelitian telah difokuskan pada hubungan antara
kepuasan pelanggan dan retensi. Studi menunjukkan bahwa konsekuensi dari
kepuasan yang paling kuat direalisasikan secara ekstrem. Pada skala lima
poin, adalah individu yang menilai tingkat kepuasan mereka sebagai '5
'mungkin menjadi pelanggan kembali dan bahkan mungkin menguntungkan
bagi perusahaan.
Dalam rangka menciptakan iklim pelanggan yang loyal pada suatu produk atau jasa
yang dihasilkan sebuah perusahaan harus adanya usaha untuk melahirkan kepuasan
pelanggan. Dengan adanya kepuasan pelanggan maka akan tercipta loyalitas
konsumen. Pelanggan yang loyal tidak akan terpengaruh oleh kompetitor lain dan
30
Menurut Kotler dalam buku prinsip-prinsip marketing, bahwa perasaan senang atau
kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau respon
terhadap kinerja hasil dari produk yang diharapkan. istilah kepuasan pelanggan
merupakan tindakan pelanggan yang terlihat, terkait dengan produk atau jasa.
Contohnya bila seorang pelanggan tersenyum saat melihat produk atau jasa yang
sedang dipromosikan maka seseorang itu telah merasakan kepuasan pada produk atau
jasa yang dilihat. Kepuasan pelanggan terjadi bila anggapan kinerja atau
perceived
performance
produk akan sesuai dengan harapan seorang pelanggan. Artinya
pelanggan puas apabila sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan oleh pelanggan.
Bila kinerja produk jauh lebih rendah dibandingkan harapan pelanggan, pembelinya
tidak puas. Sebaliknya bila kinerja sesuai dengan harapan atau melebihi harapan,
pembelinya merasa puas atau merasa puas atau merasa amat gembira.
Terdapat lima dimensi kualitas pelayanan yang dapat menjadikan kepuasan
pelanggan, yaitu:
1. Tangible (bukti fisik)
kemampuan perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal.
Yang dimaksud bahwa penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik
perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dan pelayanan
yang diberikan.
Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara
akurat dan terpercaya.
3. Responsiveness (ketanggapan)
Suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat
kepadapelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas.
4. Assurance (jaminan kepastian)
yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan
untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari
beberapa komponen antara lain komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi dan
sopan santun.
5. Empathy
yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang
diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pelanggan.
Sebagai contoh perusahaan harus mengetahui keinginan pelanggan secara spesifik
dari bentuk fisik produk atau jasa sampai pendistribusian yang tepat.
F. Atribut
F.1 Pengertian atribut
Atribut adalah segala kelengkapan, kekuatan dan fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh
sesuatu yang dapat memberikan dampak terhadap sesuatu yang lain. Atribut produk
dapat memberikan gambaran yang jelas tentang produk itu sendiri. Agar dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian atribut produk, maka di
32
(Tjiptono, 2007:65) atribut produk merupakan unsur-unsur produk yang dipandang
penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian.
Kemudian menurut (Kotler dan Amstrong, 2003:105) :
“
Atribut produk adalah pengembangan suatu produk atau jasa yang melibatkan
penentuan manfaat yang akan diberikan
”
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa atribut produk adalah
unsur-unsur dari sebuah produk yang dipandang penting oleh konsumen dan
mencerminkan pengembangan suatu produk untuk dapat dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan pembelian.
F.2 Manfaat atribut
(Kotler dan Amstrong, 2003:104) mengemukakan bahwa manfaat yang ditawarkan
oleh atribut produk dalam bentuk:
1. Kualitas Produk
Kualitas adalah salah satu alat penting bagi pemasar untuk menetapkan posisi.
Kualitas mempunyai dua dimensi, yaitu tingkat dan konsistensi. Ketika
mengembangkan suatu produk, pemasar mula-mula harus memilih tingkat kualitas
yang akan mendukung posisi produk di pasar sasaran. Disini kualitas produk berarti
kemampuan produk untuk melaksanakan fungsi-fungsinya. Selain tingkatan kualitas,
kualitas yang tinggi juga dapat berarti konsistensi tingkatan kualitas yang tinggi.
bebas dari kecacatan dan kekonsistenan dalam memberikan tingkatan kualitas yang
dijanjikan.
2. Fitur Produk
Sebuah produk yang ditawarkan dengan berbagai fitur. Sebuah model awal tanpa
tambahan yang menyertai produk tersebut menjadi titik awalnya. Perusahaan yang
dapat menciptakan model dari tingkat lebih tinggi dengan menambahkan berbagai
fitur. Fitur adalah alat persaingan untuk membedakan produk perusahaan terhadap
produk sejenis yang menjadi pesaingnya. Menjadi produsen awal yang mengenalkan
fitur baru yang dibutuhkan dan dianggap bernilai menjadi salah satu cara yang efektif
untuk bersaing.
3. Gaya dan Desain Produk
Cara lain untuk menambah nilai bagi pelanggan adalah melalui gaya dan desain
produk yang khas. Konsep desain lebih luas dibandingkan gaya. Gaya semata-mata
penampilan produk tertentu. Gaya mengedepankan tampilan luar dan membuat orang
bosan. Gaya yang sensasional mungkin akan mendapatkan perhatian dan mempunyai
nilai seni, tetapi tidak selalu membuat produk tertentu berkinerja lebih baik. Berbeda
dengan gaya, desain bukan sekedar tampilan setipis kulit ari, desain masuk ke jantung
produk. Desain yang baik dapat memberikan kontribusi dalam hal kegunaan produk
dan juga penampilannya. Gaya dan desain yang baik dapat menarik perhatian,
meningkatkan kinerja produk, memotong biaya produksi, dan memberikan
34
G. Motif
G.1 Pengertian motif
Motif adalah ciri psikologis yang mendorong suatu organisme untuk bertindak
menuju tujuan yang diinginkan, kontrol, dan memelihara perilaku tujuan tertentu.
Sebagai contoh: Seorang individu tidak makan, dia merasa lapar, dan sebagai respon
dia makan dan mengurangi rasa lapar. Ada banyak pendekatan untuk motif:
fisiologis, perilaku, kognitif, dan sosial. Motif mungkin berakar dalam kebutuhan
dasar untuk meminimalkan rasa sakit fisik dan memaksimalkan kesenangan, atau
mungkin termasuk kebutuhan spesifik seperti makan dan beristirahat, atau untuk
mendapatkan objek yang diinginkan. Secara konseptual, motif berkaitan dengan,
tetapi berbeda dari, emosi.Motif dapat dibagi menjadi dua jenis: eksternal dan
internal. Motif internal dianggap sebagai kebutuhan yang dialami setiap manusia,
sedangkan eksternal menunjukkan adanya situasi tertentu di mana kebutuhan ini
muncul.
1.
Motif internal
mengacu pada motivasi yang didorong oleh minat atau kesenangan dalam
tugas itu sendiri, dan ada sendiri dalam diri individu daripada mengandalkan
pada setiap tekanan eksternal. Motif internal didasarkan pada mengambil
kesenangan dalam suatu kegiatan daripada bekerja menuju penerimaan
eksternal. Motif internal telah dipelajari sejak awal 1970-an. Siswa yang
serta bekerja dalam meningkatkan keterampilan mereka, yang akan
meningkatkan kemampuan mereka. Siswa cenderung secara intrinsik
termotivasi jika mereka.:
•
atribut hasil pendidikan mereka dengan faktor-faktor di bawah kontrol
mereka sendiri, juga dikenal sebagai otonomi.
•
percaya bahwa mereka memiliki keterampilan yang akan
memungkinkan mereka untuk menjadi agen efektif dalam mencapai
tujuan yang diinginkan (yaitu hasilnya tidak ditentukan oleh
keberuntungan).
•
tertarik dalam menguasai suatu topik, bukan hanya hafalan-belajar
untuk mencapai nilai yang baik.
2.
Motif eksternal
mengacu pada kinerja suatu kegiatan untuk mencapai hasil, yang kemudian
bertentangan dengan motif internal. Hal ini secara luas diyakini bahwa motif
melakukan dua fungsi. Yang pertama sering disebut sebagai komponen
aktivasi energik dari membangun motivasi. Yang kedua diarahkan pada
perilaku tertentu dan membuat referensi kepada komponen orientasi arah.
Motif eksternal berasal dari luar individu. Motif eksternal yang umum adalah
penghargaan seperti uang dan nilai, dan ancaman hukuman. Persaingan dalam
ekstrinsik umumnya karena mendorong pemain untuk menang dan
36
dari aktivitas. Kerumunan bersorak pada individu dan piala juga insentif
ekstrinsik. Konsep motivasi dapat ditanamkan pada anak-anak pada usia yang
sangat muda, dengan mempromosikan dan membangkitkan minat dalam
sebuah buku tertentu atau novel. Idenya adalah untuk memiliki diskusi yang
berkaitan dengan buku individu muda, serta untuk menghargai karya
mereka.Penelitian psikologi sosial telah menunjukkan bahwa imbalan
ekstrinsik dapat menyebabkan penilaian berlebihan dan penurunan berikutnya
dalam motif internal. Dalam satu studi menunjukkan efek ini, anak-anak yang
diharapkan dan dihargai dengan pita dan bintang emas untuk hasil gambar
menggambar menghabiskan sedikit waktu bermain dengan bahan
menggambar dalam pengamatan selanjutnya dibandingkan anak-anak yang
ditugaskan untuk kondisi hadiah tak terduga. Bagi anak-anak yang tidak
menerima imbalan ekstrinsik, penentuan nasib sendiri teori mengusulkan
bahwa motif eksternal dapat diinternalisasi oleh individu jika tugas sesuai
dengan nilai-nilai dan keyakinan mereka dan karena itu membantu untuk
memenuhi kebutuhan psikologi dasar mereka.
G.2 Motif belanja hedonik
Motivasi pembelian dan konsumsi diklasifikasikan dalam bentuk dua jenis, yaitu
motif hedonik dan motif utilitarian. Motif belanja hedonik didasarkan pada emosi,
perasaan nyaman, gembira. Sedangkan motif belanja utilitarian didasarkan pada motif
kemanfaatan fungsi belanja.Motif belanja hedonik dikembangkan oleh (Arnold dan
Belanja adalah tantangan, suatu sensasi, menggembirakan, masuk lingkungan
universal yang menyenangkan. Kedua adalah
Social shopping
. Sosialiasi adalah
tujuan utama dari pembelanja ketika mereka pergi belanja. Ketiga adalah
Gratification shopping
. Kehidupan yang kompleks saat ini dan tingkat stress
meningkat di masyarakat. Beberapa orang belanja untuk menghilangkan stress. Motif
hedonik adalah dasar untuk mengevaluasi pengalaman belanja lebih dari informasi
yang mereka kumpulkan atau produk yang dibeli. Konsumen berbelanja mencari
kesenangan, Motif hedonik berbelanja tidak hanya untuk membeli barang tetapi juga
kegiatan sosialisasi dengan teman untuk mencari hiburan. Manfaat hedonis adalah
manfaat yang bersifat perasaan yaitu perasaan senang, perasaan lega, perasaan
nikmat. (Mehrabian and Russel, 1974:50). Berdasarkan studi untuk motif Hedonik,
ada sedikit penelitian tentang bagaimana motivasi jenis ini dapat mempengaruhi
kebiasaan belanja masyarakat.Pengaruh hedonik positif berasal dari pembelian
barang-barang mewah untuk kesenangan dan stimulasi. Barang hedonis yang
dikonsumsi untuk tujuan mewah, yang merupakan benda yang memungkinkan
konsumen untuk merasakan kenikmatan, rasa senang, dan kenikmatan dari membeli
produk. Ini berbeda dari barang Utilitarian, yang dibeli untuk keperluan praktis dan
didasarkan pada kebutuhan konsumen. Karena itu, konsumen umumnya bersedia
untuk menghabiskan lebih banyak pada barang-barang mewah hedonis karena mereka
mempunyai alasan bahwa barang-barang yang lebih menyenangkan, dan tidak akan
dibeli secara sering, yang membuat pembeli untuk membeli barang dengan kurang
sensitif terhadap harga barang tersebut.Barang-barang ini bisa merupakan sesuatu
38
pada dasarnya segala sesuatu dimana konsumen mengonsumsi barang ini secara tidak
teratur atau jarang. Rasa bersalah juga memiliki kecenderungan dalam hubungannya
dengan pembelian hedonis. Hal ini disebabkan barang-barang yang dibeli adalah
sarana yang berhubungan dengan kesenangan dan kelebihan, bukan barang-barang
yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari dan karena itu tidak sesederhana
membeli berbagai item utilitarian.
G.3 Motif belanja utilitarian
Motif belanja utilitarian adalah motivasi yang dilakukan konsumen dalam pembelian
suatu produk atau barang berdasarkan kebutuhan sehari-hari. Konsumen berbelanja
barang tujuannya bukan untuk mencari hiburan atau kesenangan belaka melainkan
tujuan utama adalah memenuhi kebutuhan yang penting. Barang utilitarian adalah
barang yang dibeli sering dan teratur bagian dari kehidupan konsumen, yang
membuat konsumen untuk memperhatikan harga secara lebih sensitif terhadap
barang-barang karena produk tersebut sering dibeli dan digunakan. Barang ini
meliputi cairan pembersih, deterjen , pakaian, kertas toilet, atau barang-barang lain
yang konsumen menggunakannya secara teratur.Rasa bersalah juga memiliki
kecenderungan dalam hubungannya dengan pembelian hedonis. Barang hedonik dan
barang utilitarian sama-sama baik dalam melayani tujuan bagi konsumen saat
berbelanja. Barang-barang utilitarian adalah barang dibeli dari kebutuhan dan tidak
Konsumen yang berbelanja didorong oleh suatu motivasi pembelian untuk membeli
suatu produk dalam memenuhi kebutuhannya. Motivasi adalah sebagai proses
mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau sekelompok orang
agar mereka mau membeli sesuatu. Motivasi dalam membeli suatu produk didorong
oleh suatu kebutuhan. Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau
pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam
diri. (Mangkunegara, 2005:7) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia
adalah sebagai berikut :
1.
Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan
fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau
disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.
2.
Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman,
bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.
3.
Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh
kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
4.
Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh
orang lain.
5.
Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan
mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu.
Berdasarkan teori Maslow diatas, motif belanja utilitarian memberi prioritas pada
40
suatu pembelian untuk memenuhi kebutuhan makan, minum, dan kebutuhan lainnya
secara langsung. Motif utilitarian adalah evaluasi yang menilai kualitas barang
dagangan, kualitas layanan dan harga suatu produk. Menurut (Baker et al, 1994:37)
penilaian pembelanja atas mutu barang dan jasa dan kenyamanan dalam supermarket
menyebabkan motif utilitarian semakin meningkat. Sementara motif belanja hedonik
lebih mengedepankan pada point dua, tiga, empat, dan lima. Dimana pada motif ini
pembelanja berbelanja di suatu supermarket tujuannya untuk memenuhi kebutuhan
akan rasa memiliki (sosial) dengan pergi ke supermarket dengan keluarga dan teman
untuk bergaul atau bertemu dengan pelanggan lain dan melakukan perbincangan,
memenuhi kebutuhan akan harga diri dengan pergi ke supermarket untuk sekedar
A.
Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian Asosiatif.Tipe
pe