• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI ASURANSI KECELAKAAN TERHADAP KARYAWAN DI LUAR HUBUNGAN KERJA (Studi pada PT Rabobank International Cabang Kartini Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESKRIPSI ASURANSI KECELAKAAN TERHADAP KARYAWAN DI LUAR HUBUNGAN KERJA (Studi pada PT Rabobank International Cabang Kartini Bandar Lampung)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

DESKRIPSI ASURANSI KECELAKAAN TERHADAP KARYAWAN DI LUAR HUBUNGAN KERJA

(Studi Pada PT Rabobank International Cabang Kartini Bandar Lampung)

OLEH APRIL RAWANDI

Asuransi kecelakaan diluar hubungan kerja terjadi dikarenakan adanya hubungan kerja antara karyawan dan perusahaan. Salah satu bentuk hak yang dimiliki oleh seorang karyawan adalah mendapat perlindungan dan jaminan selama masih menjadi karyawan diperusahaan tersebut. Risiko-risiko dalam bekerja bukan saja terjadi selama seorang karyawan menjalankan pekerjaannya melainkan dapat juga terjadi saat karyawan tersebut sedang diluar hubungan kerja. Dan dalam hal tersebut maka perusahaan bekerjasama dengan perusahaan asuransi guna memberikan perlindungan terhadap karyawannya dengan cara mengikutsertakan para karyawannya dalam asuransi kecelakaan diluar hubungan kerja. Penelitian ini dilakukan di PT Rabobank International Cabang Kartini Bandar Lampung dan Permasalahannya adalah bagaimana hubungan hukum antara para pihak dalam asuransi AKDHK, serta bagaimana tata cara pengajuan klaim asuransi AKDHK apabila terjadi evenement.

(2)

pengajuan klaimnya, dan disertai keterangan-keterangan yang dibutuhkan guna pengajuan klaim tersebut.

(3)

DESKRIPSI ASURANSI KECELAKAAN TERHADAP KARYAWAN DI LUAR HUBUNGAN KERJA

(Studi pada PT Rabobank International Cabang Kartini Bandar Lampung)

Oleh

APRIL RAWANDI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Candimas Lampung Selatan pada tanggal 05 April 1991, sebagai anak Kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Gedimin Susanto dan Ibu Surami.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Eka Darma Candimas pada tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD N 2 Candimas pada tahun 2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan di SMPN 1 Natar pada tahun 2006, dan sekolah menengah atas (SMA) diselesaikan di SMAN 1 Natar pada tahun 2009.

(7)

MOTO

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”

(Aris Toteles)

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah” (Lessing)

“Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri”

(Benyamin Franklin)

“Barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di

sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada ALLAH SWT atas rahmat dan hidayahnya lah skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang

tuaku tercinta yang senantiasa selalu mendukung, mendoakan setiap saat, mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengajarkan

banyak hal dalam hidup..

Adikku Rivan Aditya yang sangat aku sayangi yang selalu mendukung dan mendoakan keberhasilanku, terima kasih atas dukungannya selama ini.

“Almamaterku tercinta Fakultas Hukum Universitas Lampung”

(9)

SANWACANA

Puji syukur kepada ALLAH SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Deskripsi Asuransi

Kecelakaan Terhadap Karyawan Di luar Hubungan Kerja (Studi pada PT Rabobank International Cabang Kartini Bandar Lampung)”. Adapun maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum di Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu berbagai saran, koreksi serta kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa ini bukanlah hasil jerih payah sendiri akan tetapi juga berkat bimbingan dari berbagai pihak, baik moril maupun materiil sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu di dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum. sebagai ketua jurusan bagian hukum keperdataan fakultas hukum universitas lampung.

(10)

4. Bapak Dita Febrianto, S.H., M.H. selaku selaku pembimbing 2 (dua) yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi, serta petunjuk dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Aprilianti, S.H., M.H. selaku pembahas 1 (satu) yang telah memberikan

kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

6. Ibu Diane Eka Rusmawati, S.H., M.H. selaku pembahas 2 (dua) yang telah memberikan kritik, saran serta demi kebaikan penulisan skripsi ini.

7. Bapak Charles Jackson, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi, bantuan dan saran dalam menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi penulis serta memberikan kemudahan dan bantuannya selama ini.

9. Teristimewa kepada mama, papa, adikku dan Desi Zauhana Arifin yang selalu memberi nasihat, motivasi, doa serta bantuan selama ini;

(11)

pengalaman-pengalamannya selama ini.

12. Keluarga besar Fakultas Hukum Angkatan 2009, khususnya jurusan Perdata Ekonomi yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan, dukungan, dan kerjasamanya.

13. Staf keperdataan: Pak Tarno dan Mbak Siti atas segala bantuannya.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya.

Semoga Tuhan menerima dan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Amin yarobalallamin

Bandar lampung, 11 September 2013 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... .. i

ABSTRAK ... .. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... .. iii

HALAMAN PENGESAHAN ... .. iv

RIWAYAT HIDUP ... .. v

PERSEMBAHAN ... .. vi

MOTTO ... .. vii

SANWACANA ... .. viii

DAFTAR ISI ... .. ix

DAFTAR LAMPIRAN ... .. x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... .. 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... .. 5

C. Tujuan Penelitian ... .. 6

D. Kegunaan Penelitian... .. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Perjanjian ... .. 8

1. Pengertian ... .. 8

2. Syarat Sah Perjanjian ... .. 9

3. Akibat Perjanjian ... .. 13

4. Berakhirnya Perjanjian ... .. 14

B.Asuransi ... .. 15

1. Pengertian ... .. 15

2. Jenis-jenis Asuransi ... .. 18

3. Konsep Resiko Dalam Asuransi ... .. 20

4. Subjek dan Objek Asuransi ... .. 25

5. Tujuan Asuransi ... .. 29

6. Prinsip - prinsip Dalam Asuransi ... .. 30

7. Polis Asuransi ... .. 35

8. Berakhirnya Perjanjian Asuransi ... .. 37

C.Tenaga Kerja ... .. 38

D.Kecelakaan Kerja ... .. 39

E.Kerangka Pikir ... .. 41

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tipe Penelitian ... .. 43

B. Pendekatan Masalah ... .. 44

(13)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam ... .. 48

Asuransi AKDHK 1. Pengertian Hubungan Hukum ... .. 49

2. Manfaat Asuransi AKDHK ... .. 50

3. Pihak-Pihak Dalam Asuransi ... .. 51

B. Tata Cara Pengajuan Klaim Asuransi AKDHK... .. 53

Apabila Terjadi Evenement 1. Cara Pendaftaran Asuransi AKDHK ... .. 53

2. Isi Permohonan Asuransi AKDHK ... .. 55

3. Prosedur Pembayaran Iuran / Premi ... .. 55

4. Evenement Yang Dijaminkan Oleh Asuransi AKDHK ... .. 56

5. Jaminan/Benefit Program AKDHK ... .. 59

6. Prosedur Pengajuan Klaim Asuransi AKDHK ... .. 64

Apabila Terjadi Evenement 7. Pengecualian Pertanggungan AKDHK ... .. 67

V. KESIMPULAN ... .. 70 DAFTAR PUSTAKA

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupannya manusia selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu mengalami risiko, yaitu suatu peristiwa yang belum dapat dipastikan terjadinya dan bila terjadi dapat menimbulkan kerugian baik bagi dirinya sendiri, keluarga, orang lain dan harta bendanya. Risiko yang dimaksud adalah suatu ketidaktentuan atau uncertainty yang berarti kemungkinan terjadinya suatu kerugian (loss) di masa yang akan datang.1 Salah satu upaya untuk mengatasi risiko yang tidak tentu adalah dengan mengasuransikan objek hak tanggungan kepada perusahaan asuransi. Jadi asuransi menjadikan suatu ketidakpastian menjadi suatu kepastian yaitu dalam hal terjadinya kerugian maka akan memperoleh ganti rugi.

Berdasarkan ketentuan Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan suatu penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.

1

(15)

Menurut ketentuan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian (UUUP) asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan di derita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang di pertanggungkan”. Terdapat beberapa macam bentuk asuransi yaitu :

a. Asuransi jiwa b. Asuransi kerugian c. Asuransi sosial d. Reasuransi

Asuransi sosial adalah asuransi yang khusus bergerak di bidang jasa perlindungan terhadap keselamatan jiwa dan raga masyarakat umum dari ancaman bahaya kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, penyakit, berkurangnya pendapatan karena pensiun, berkurangnya kemampuan kerja karena usia lanjut.

(16)

kerjanya dalam menjalankan pekerjaan yaitu bagaimana perusahaan menjadikan suatu ketidakpastian menjadi suatu kepastian dalam hal terjadinya kerugian maka akan memperoleh ganti rugi. Untuk mempermudah usahanya dalam menangulangi risiko kecelakaan kerja baik diluar maupun didalam jam kerja yang dialami tenaga kerja, perusahaan bekerjasama dengan perusahaan asuransi.

Di dalam asuransi sosial terdapat berbagai jenis program, dan salah satunya adalah jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK). Didalam jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK) terdapat beberapa program yaitu : Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Program JPK), Jaminan Kecelakaan Kerja (Program JKK), Jaminan Kematian (Program JK), Jaminan Hari Tua (Program JHT), Jaminan Pensiun (Program Pensiun), Asuransi Kecelakaan Diluar Hubungan Kerja (Untuk Selanjutnya Disebut Asuransi AKDHK).

(17)

Sebagai penyelenggara asuransi AKDHK adalah PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda (yang selanjutnya disebut BUMIDA).

Salah satu Perusahaan yang mengikuti asuransi AKDHK adalah PT Rabobank International. Sebagai Perusahaan yang telah memilki 90 kantor cabang di Indonesia dengan total karyawan sebanyak 1.400 orang (terhitung bulan juni 2013). PT Rabobank International sangatlah memperhatikan kesejahteraan karyawannya, maka dari itu Rabobank International mengikutsertakan karyawannya dalam asuransi AKDHK. Hal tersebut juga tak lepas dikarenakan karyawan merupakan motor perusahaan, partner kerja, juga asset perusahaan. Jaminan kesejahteraan yang diberikan oleh Pengusaha terhadap karyawannya adalah investasi jangka panjang untuk peningkatan produktivitas. Dengan program asuransi AKDHK maka para karyawan dapat memperoleh jaminan atas kecelakaan-kecelakaan yang terjadi kepada mereka saat sedang di luar hubungan kerja.

(18)

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan

Dalam suatu penelitian agar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka peneliti haruslah merumuskan masalah dengan jelas. Perumusan masalah juga diperlukan untuk mempermudah menginterpretasikan data dan fakta yang diperlukan dalam suatu penelitian.2

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hubungan hukum antara para pihak dalam asuransi AKDHK tersebut?

2. Bagaimana tata cara pengajuan klaim asuransi AKDHK apabila terjadi evenement?

2. Ruang Lingkup

a. Lingkup penelitian ini termasuk lingkup ilmu perdata ekonomi khususnya hukum asuransi.

b. Lingkup substansi penelitian ini adalah proses penyelesaian klaim ganti kerugian asuransi kecelakaan di luar hubungan kerja yang dialami oleh karyawan PT Rabobank International Cabang Kartini Bandar Lampung pada saat terjadinya evenement.

2

(19)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana hubungan hukum dan siapa saja yang menjadi para pihak dalam asuransi AKDHK tersebut.

b. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana tata cara pengajuan klaim asuransi AKDHK apabila terjadi evenement.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun keguanaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini secara teoritis berguna untuk menambah wawasan pengetahuan serta memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum asuransi mengenai perusahaan yang melakukan pengalihan resiko kecelakaan diluar hubungan kerja yang dialami karyawannya kepada perusahaan asuransi sebagai bentuk wujud meningkatkan kesejahteraan karyawan.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi peneliti, seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih memantapkan penguasaan keilmuan yang dipelajari selama mengikuti perkuliahan Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(20)
(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. PERJANJIAN 1. Pengertian

Definisi Perjanjian berdasarkan Pasal 1313 BW adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih. Pengertian perjanjian ini mengandung unsur :

1. Perbuatan

Penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang Perjanjian ini lebih tepat

jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau tindakan hukum, karena perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang memperjanjikan;

2. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih

(22)

3. Mengikatkan dirinya

Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang terikat kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri.

2. Syarat sahnya Perjanjian

Agar suatu Perjanjian dapat menjadi sah dan mengikat para pihak, perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 BW yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

Kata “sepakat” tidak boleh disebabkan adanya kekhilafan mengenai hakekat barang yang menjadi pokok persetujuan atau kekhilafan mengenai diri pihak lawannya dalam persetujuan yang dibuat terutama mengingat dirinya orang tersebut; adanya paksaan dimana seseorang melakukan perbuatan karena takut ancaman (Pasal 1324 BW); adanya penipuan yang tidak hanya mengenai kebohongan tetapi juga adanya tipu muslihat (Pasal 1328 BW). Terhadap perjanjian yang dibuat atas dasar “sepakat” berdasarkan alasan-alasan tersebut, dapat diajukan pembatalan.

2. Cakap untuk membuat perikatan;

(23)

tidak stabil dan bukan orang-orang yang dalam undang-undang dilarang membuat suatu perjanjian.

Pasal 1330 BW menentukan yang tidak cakap untuk membuat perikatan :

a. Orang-orang yang belum dewasa

b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan

c. Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Namun berdasarkan fatwa Mahkamah Agung, melalui Surat Edaran Mahkamah Agung No.3/1963 tanggal 5 September 1963, orang-orang perempuan tidak lagi digolongkan sebagai yang tidak cakap. Mereka berwenang melakukan perbuatan hukum tanpa bantuan atau izin suaminya.

Akibat dari perjanjian yang dibuat oleh pihak yang tidak cakap adalah batal demi hukum (Pasal 1446 BW).

3. Suatu hal tertentu;

(24)

4. Suatu sebab atau causa yang halal.

Sahnya causa dari suatu persetujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat. Perjanjian tanpa causa yang halal adalah batal demi hukum, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang. Syarat pertama dan kedua menyangkut subyek, sedangkan syarat ketiga dan keempat mengenai obyek. Terdapatnya cacat kehendak (keliru, paksaan, penipuan) atau tidak cakap untuk membuat perikatan, mengenai subyek mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan. Sementara apabila syarat ketiga dan keempat mengenai obyek tidak terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum.1

Ada dua akibat yang dapat terjadi jika suatu perjanjian tidak memenuhi syarat di atas.

Pasal 1331 (1) KUH Perdata:

Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Apabila perjanjian yang dilakukan obyek/perihalnya tidak ada atau tidak didasari pada itikad yang baik, maka dengan sendirinya perjanjian tersebut batal demi hukum.

Dalam kondisi ini perjanjian dianggap tidak pernah ada, dan lebih lanjut para pihak tidak memiliki dasar penuntutan di depan hakim. Sedangkan untuk perjanjian yang tidak memenuhi unsur subyektif seperti perjanjian dibawah paksaan dan atau terdapat pihak dibawah umur atau dibawah pengawasan, maka perjanjian ini dapat dimintakan pembatalan (kepada hakim) oleh pihak yang tidak mampu termasuk wali atau pengampunya. Dengan kata lain, apabila tidak dimintakan pembatalan maka perjanjian tersebut tetap mengikat para pihak.

1

(25)

Pada prinsipnya, hukum perjanjian menganut asas konsensualisme. Artinya bahwa perikatan timbul sejak terjadi kesepakatan para pihak.

Ada 4 akibat yang dapat terjadi jika salah satu pihak melakukan wanprestasi yaitu:

1. Membayar kerugian yang diderita oleh pihak lain berupa ganti-rugi

2. Dilakukan pembatalan perjanjian

3. Peralihan resiko

4. Membayar biaya perkara jika sampai berperkara dimuka hakim

Mencari pengakuan akan kelalaian atau wanprestasi tidaklah mudah. Sehingga apabila yang bersangkutan menyangkal telah dilakukannya wanprestasi dapat dilakukan pembuktian di depan pengadilan.

Sebelum kita melangkah pada proses pembuktian di pengadilan, terdapat langkah-langkah yang dapat kita tempuh yaitu dengan membuat surat peringatan atau teguran, yang biasa dikenal dengan istilah “Somasi”.

Pedoman penting dalam menafsirkan suatu perjanjian:

1. Jika kata-kata dalam perjanjian jelas, maka tidak diperkenankan menyimpangkan dengan penafsiran.

2. Jika mengandung banyak penafsiran, maka harus diselidiki maksud perjanjian oleh kedua pihak, dari pada memegang teguh arti kata-kata.

(26)

4. Jika kata-kata mengandung dua pengertian, maka dipilih pengertian yang selaras dengan sifat perjanjian.

5. Apa yang meragukan, harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi kebiasaan. 6. Tiap janji harus ditafsirkan dalam rangka perjanjian seluruhnya.

3. Akibat Perjanjian

Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang menyatakan bahwa semua kontrak (perjanjian) yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dari Pasal ini dapat disimpulkan adanya asas kebebasan berkontrak, akan tetapi kebebasan ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa, sehingga para pihak yang membuat perjanjian harus menaati hukum yang sifatnya memaksa. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

Perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang.

Suatu perjanjian tidak diperbolehkan membawa kerugian kepada pihak ketiga.

4. Berakhirnya Perjanjian

Perjanjian berakhir karena :

(27)

b. Undang-undang menentukan batas berlakunya perjanjian;

c. Para pihak atau undang-undang menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa

d. Tertentu maka persetujuan akan hapus;

Peristiwa tertentu yang dimaksud adalah keadaan memaksa (overmacht) yang diatur dalam Pasal 1244 dan 1245 KUH Perdata. Keadaan memaksa adalah suatu keadaan dimana debitur tidak dapat melakukan prestasinya kepada kreditur yang disebabkan adanya kejadian yang berada di luar kekuasaannya, misalnya karena adanya gempa bumi, banjir, lahar dan lain-lain. Keadaan memaksa dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :

Keadaan memaksa absolute adalah suatu keadaan di mana debitur sama sekali tidak dapat memenuhi perutangannya kepada kreditur, oleh karena adanya gempa bumi, banjir bandang, dan adanya lahar (force majeur).

Akibat keadaan memaksa absolut (force majeur) :

a. Debitur tidak perlu membayar ganti rugi (Pasal 1244 KUH Perdata);

b. Kreditur tidak berhak atas pemenuhan prestasi, tetapi sekaligus demi hukum bebas dari kewajibannya untuk menyerahkan kontra prestasi, kecuali untuk yang disebut dalam Pasal 1460 KUH Perdata.

(28)

seimbang atau menggunakan kekuatan jiwa yang di luar kemampuan manusia atau kemungkinan tertimpa bahaya kerugian yang sangat besar. Keadaan memaksa ini tidak mengakibatkan beban resiko apapun, hanya masalah waktu pelaksanaan hak dan kewajiban kreditur dan debitur.

d. Pernyataan menghentikan persetujuan (opzegging) yang dapat dilakukan oleh kedua belah pihak atau oleh salah satu pihak pada perjanjian yang bersifat sementara misalnya perjanjian kerja;

e. Putusan hakim;

f. Tujuan perjanjian telah tercapai;

g. Dengan persetujuan para pihak (herroeping).

B. ASURANSI

1. Pengertian asuransi

Asuransi dalam Bahasa Belanda disebut ”Verzekering” atau juga berarti pertanggungan. Secara yuridis, pengertian asuransi atau pertanggungan menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, di mana istilah asuransi menurut Pasal 1 angka (1) adalah :

(29)

Menurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) asuransi adalah:

”Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tertentu”.

Menurut Abdulkadir Muhammad, berdasarkan definisi tersebut dapat di uraikan unsur-unsur asuransi atau pertanggungan sebagai berikut:

1) Unsur pihak-pihak

Subjek asuransi adalah pihak-pihak dalam asuransi, yaitu penanggung dan tertanggung yang mengadakan perjanjian asuransi. Penanggung dan tertanggung memiliki hak dan kewajiban. Penanggung wajib memikul risiko yang dialihkan kepadanya dan berhak memperoleh pembayaran premi. Sedangkan tertanggung wajib membayar premi dan berhak memperoleh perlindungan dan ganti rugi atas harta miliknya.

2) Unsur status

Penanggung harus berstatus sebagai perusahaan badan hukum, dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Perseroan (Persero) atau Koprasi. Tertanggung berstatus sebagai perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang sebagai pemilik atau pihak berkepentingan atas harta benda yang diasuransikan.

3) Unsur objek

(30)

4) Unsur peristiwa

Peristiwa asuransi adalah perbuatan hukum berupa persetujuan atau kesepakatan bebas antara penanggung dan tertanggung mengenai objek asuransi, peristiwa tidak pasti (evenement) yang mengancam benda asuransi dan syarat-syarat yang berlaku dalam asuransi.

5) Unsur hubungan asuransi

Hubungan asuransi yang terjadi antara penanggung dan tertanggung adalah keterikatan (legally bound) yang timbul karena persetujuan atau kesepakatan bebas. Keterikatan tersebut berupa kesediaan secara sukarela dari penanggung dan tertanggung untuk memenuhi kewajiban dan hak masing-masing terhadap satu sama lain, yang artinya sejak tercapainya kesepakatan asuransi tertanggung terikat dan wajib membayar premi asuransi kepada penanggung dan sejak itu pula penanggung menerima pengalihan risiko. ,2

Menurut ketentuan Pasal 264 KUHD, asuransi tidak hanya dapat diadakan untuk kepentingan sendiri, tetapi dapat juga untuk kepentingan pihak ketiga (the third

party), baik berdasarkan kuasa umum atau kuasa khusus, bahkan tanpa

sepengetahuan pihak ketiga. Apabila asuransi ini diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, maka menurut ketentuan Pasal 265 KUHD, hal itu harus ditegaskan dalam polis apakah terjadi berdasarkan pemberian kuasa atau tanpa sepengetahuan pihak ketiga yang berkepentingan. Apabila asuransi untuk kepentingan pihak ketiga itu diadakan tanpa pemberian kuasa dan tanpa pengetahuan pihak ketiga yang berkepentingan, sedangkan pihak ketiga yang berkepentingan itu sudah mengasuransikan terlebih dahulu bendanya, maka akibat hukumnya asuransi yang

(31)

diadakan untuk kepentingan pihak ketiga itu batal. Ketentuan yang menyatakan batalnya asuransi untuk kepentingan pihak ketiga itu bertujuan untuk mencegah terjadinya asuransi rangkap yang dilarang termuat dalam Pasal 266 KUHD.

2. Jenis-jenis Asuransi

Menurut Abdulkadir Muhammad, asuransi dapat diklarifikasikan menurut berbagai kriteria yang dapat ditinjau dari segi ketentuan undang-undang yang mengaturnya.

a. Menurut Sifat Perikatannya 1) Asuransi Sukarela

Asuransi sukarela adalah asuransi secara bebas tanpa ada paksaan yang dilakukan antara penanggung dan tergugat sesuai dengan perjanjian secara sukarela. Contohnya asuransi kerugian dan asuransi jiwa.

2) Asuransi Wajib

Asuransi wajib adalah asuransi yang ditentukan oleh Pemerintah bagi warganya yang bersifat wajib dan ditentukan oleh undang-undang, salah satunya adalah asuransi sosial.

b. Menurut Jenis Risiko

1) Asuransi risiko perseorangan (personal lines)

(32)

2) Asuransi risiko usaha

Asuransi risiko usaha dalah asuransi yang bergerak dibidang perlindungan terhadap usaha dari ancaman bahaya atau peristiwa tidak pasti berkaitan dengan risiko usaha yang mungkin dihadapi, misalnya armada angkutan, gedung, pertokoan.

c. Menurut Jenis Usaha

Berdasarkan jenis usahanya asuransi dibedakan menjadi 4 (empat) macam seperti yang diatur dalam undang-undang asuransi, yaitu:

1) Asuransi Kerugian

Asuransi kerugian adalah asuransi khusus yang bergerak di bidang jasa perlindungan terhadap harta kekayaan dari ancaman bahaya atau peristiwa tidak pasti, misalnya asuransi kebakaran, asuransi tanggung gugat, asuransi pengangkutan barang, asuransi kendaraan bermotor dan asuransi kredit. 2) Asuransi Jiwa

Asuransi jiwa adalah asuransi khusus yang bergerak di bidang jasa perlindungan terhadap keselamatan jiwa seseorang dari ancaman bahaya kematiann. Contohnya adalah asuransi kecelakaan diri, asuransi jiwa berjangka, asuransi jiwa seumur hidup.

3) Reasuransi

(33)

4) Asuransi Sosial

Asuransi sosial adalah asuransi yang khusus bergerak di bidang jasa perlindungan terhadap keselamatan jiwa dan raga masyarakat umum dari ancaman bahaya kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, penyakit, berkurangnya pendapatan karena pensiun, berkurangnya kemampuan kerja karena usia lanjut. 3

3. Konsep risiko dalam asuransi

Dalam asuransi, konsep risiko sangat diperlukan untuk menganalisis berbagai cara untuk memberikan perlindungan terhadap obyek pertanggungan. Definisi atau pengertian risiko diartikan beragam oleh para ilmuwan. Hal ini merupakan akibat luasnya ruang lingkup serta banyaknya segi-segi yang mempengaruhinya, sehingga tergantung dari sudut pandang dan titik berat dari mana seseorang itu melihat dan mengamati.

”Risiko dapat diartikan sebagai suatu kewajiban memikul kerugian yang diakibatkan karena suatu sebab atau kejadian diluar kesalahan sendiri.”4

Menurut Radiks Purba, risiko adalah:

”Kemungkinan kerugian yang akan dialami, yang diakibatkan oleh bahaya yang

mungkin terjadi tapi tidak diketahui lebih dahulu apakah akan terjadi dan kapan akan terjadi.” 5

Sedangkan Sri Rejeki Hartono mengartikan risiko sebagai :

3 Abdulkadir Muhammad, Ibid, hlm 135

4

Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahan Asuransi, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm 58

5

(34)

“ketidakpastian tentang terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa yang menciptakan kerugian.”6

Jadi Risiko adalah suatu ketidaktentuan yang berarti kemungkinan terjadinya suatu kerugian dimasa yang akan datang, dan asuransi menjadikan suatu ketidakpastian tersebut menjadi suatu kepastian yaitu dalam hal memberikan ganti rugi saat terjadinya kerugian.

Untuk mempelajari tentang asuransi, khususnya asuransi kerugian risiko cukup dilihat sebagai ketidakpastian akan terjadinya kerugian atau peristiwa yang tidak diharapkan terjadi. Dengan demikian setiap terjadi kejadian hanya perlu memfokuskan pada dua hal pokok, yakni ”ketidakpastian” (uncertainty) dan ”kerugian” (loss). Segala sesuatu yang dapat dipastikan akan terjadi, tidak dapat disebut sebagai risiko. Misalnya, kematian. Kematian adalah suatu hal yang pasti terjadi, sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai risiko. Namun kapan matinya seseorang adalah sesuatu hal yang tidak pasti sehingga dapat dikategorikan sebagai risiko. Berdasarkan sifatnya risiko dibagi menjadi dua, yaitu : risiko murni (pure risk) dan risiko spekulatif (speculative risk). Dalam risiko murni kemungkinan yang akan timbul hanyalah dua hal yaitu adanya kerugian (loss) atau tidak adanya kerugian (no loss). Sebagai contoh, jika kita mengemudikan mobil untuk menuju ke suatu tempat, kita menghadapi risiko kecelakaan atau tidak terjadi kerugian apapun sampai di tujuan. Sedangkan dalam risiko spekulatif, kemungkinan yang timbul tidak hanya kemungkinan adanya kerugian atau tidak adanya kerugian, namun juga adanya kemungkinan dapat menimbulkan keuntungan bagi salah satu pihak dan menimbulkan kerugian bagi pihak lain.

6

(35)

Sebagai contoh, A menjual mobilnya kepada B dengan harga murah. Di satu pihak merugikan A, sedangkan di lain pihak menguntungkan B. Risiko yang bersifat spekulatif pada umumnya tidak dapat diasuransikan.

Risiko berdasarkan obyek yang dikenai dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 7 a. risiko perorangan atau pribadi (personal risk)

b. risiko harta kekayaan (property risk) c. risiko tanggung jawab (liability risk)

Risiko perorangan berhubungan dengan kematian atau ketidakmampuan dari seseorang, dapat mengenai jiwa atau kesehatan seseorang. Misalnya, kematian merupakan suatu hal yang sudah pasti terjadi, akan tetapi mengenai kapan matinya seseorang itu tidak dapat dipastikan. Seseorang juga pada suatu dapat tidak mampu lagi bekerja karena kecelakaan. Risiko harta kekayaan dapat terjadi, karena suatu peristiwa secara tiba-tiba tanpa diduga sebelumnya. Misalnya, seseorang tiba-tiba dapat saja mengalami musibah pabrik miliknya terbakar, sehingga secara langsung pabrik miliknya musnah, dan secara tidak langsung seseorang tersebut kehilangan keuntungan akibat pabriknya terbakar. Risiko tanggung jawab berhubungan dengan kerugian yang menimpa pihak ketiga akibat perbuatan seseorang. Misalnya karena kelalaian seseorang dalam mengemudikan kendaraan menimbulkan kecelakaan dan mengakibatkan kerugian kepada pihak ketiga, maka sesorang tersebut bertanggung jawab untuk mengganti kerugian. Di dalam kenyataannya, ada beberapa usaha manusia untuk mengatasi suatu risiko, yaitu:

1. menghindari risiko (avoidance),

7

(36)

2. mencegah risiko (prevention) 3. memperalihkan risiko (transfer)

4. menerima risiko (assumption or retention)

Usaha untuk mengatasi risiko yang berhubungan dengan asuransi adalah memperalihkan risiko. Adalah tidak mungkin bagi para penanggung untuk menanggung segala risiko. Risiko-risiko yang dapat dialihkan kepada penanggung adalah risiko-risiko yang dapat diasuransikan (insurable risk). Karakteristik risiko-risiko yang dapat diasurasikan dalam asuransi kerugian, adalah sebagai berikut :

a. Risiko tersebut dapat menimbulkan kerugian yang dapat diukur dengan uang. Misalnya, kerusakan harta benda dimana tingkat ganti rugi dapat diukur dari biaya perbaikannya.

b. Harus ada sejumlah besar risiko yang sama dengan risiko yang diasuransikan

(homogeanus exposure), sehingga perusahaan asuransi dapat menggunakan

statistik kerugian yang telah tersedia.

c. Risiko tersebut haruslah risiko murni, sehingga usaha untuk mencari keuntungan dari adanya kerugian dapat dicegah.

d. Kerugian yang ditimbulkan oleh risiko itu harus terjadi secara tiba-tiba, tidak terduga sebelumnya bagi pihak tertanggung.

Sedangkan karakteristik risiko-risiko yang dapat diasuransikan dalam asuransi sejumlah uang adalah :

(37)

mengakibatkan kesulitan ekonomi bagi keluarga / tanggungan yang ditinggalkan.

b. Risiko hari tua, adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi dan dapat diperkirakan kapan akan terjadi, tetapi tidak diketahui berapa lama terjadi. Hari tua menyebabkan kekurangmampuan untuk memperoleh penghasilan dan mengakibatkan kesulitan ekonomi bagi diri sendiri dan keluarga / tanggungan. c. Risiko kecelakaan, suatu peristiwa yang tidak pasti terjadi, tetapi tidak mustahil

terjadi. Kecelakaan dapat mengakibatkan kematian atau ketidakmampuan. Merosotnya kondisi kesehatan apalagi menjadi cacat seumur hidup menyebabkan kesukaran ekonomi bagi diri sendiri dan keluarga / tanggungan.8

4. Subyek dan obyek asuransi

Subyek dalam perjanjian asuransi adalah pihak-pihak yang bertindak aktif yang mengamalkan perjanjian itu, yaitu pihak tertanggung, pihak penanggung dan pihak-pihak yang berperan sebagai penunjang perusahaan asuransi.

a. Penanggung

Pengertian penanggung secara umum, adalah pihak yang menerima pengalihan risiko dimana dengan mendapat premi, berjanji akan mengganti kerugian atau membayar sejumlah uang yang telah disetujui, jika terjadi peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya, yang mengakibatkan kerugian bagi tertanggung.

Dari pengertian penanggung tersebut di atas, terdapat hak dan kewajiban yang mengikat penanggung. Hak-hak dari penanggung adalah :

8

(38)

1. menerima premi

2. mendapatkan keterangan dari tertanggung berdasar prinsip itikad terbaik. (Pasal 251 KUHD)

3. hak-hak lain sebagai imbalan dari kewajiban tertanggung.

Menurut Man Suparman Sastrawidjaja. hak penanggung antara lain:

a. menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan perjanjian. b. meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang

berkaitan dengan obyek yang diasuransikan kepadanya.

c. memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri. (Pasal 276 KUHD).

d. memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung. (Pasal 282 KUHD).

e. melakukan asuransi kembali kepada penanggung yang lain, dengan maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya. (Pasal 271 KUHD). 9

Sedangkan kewajiban dari penanggung adalah : a. memberikan polis kepada tertanggung

b. membayar ganti rugi atas kerugian yang diderita tertanggungdalam hal asuransi kerugian dan membayar santunan pada asuransi jiwa sesuai dengan kondisi polis.

Menurut Man Suparman Sastrawidjaja. kewajiban penanggung antara lain:

9

(39)

a. Memberikan ganti kerugian atau memberikan sejumlah uang kepada tertanggung apabila peristiwa yang diperjanjian terjadi, kecuali jika terdapat hal yang dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari kewajiban tersebut. b. Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung (Pasal 259, 260

KUHD).

c. Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau gugur, dengan syarat tertanggung belum menanggung risiko sebagian atau seluruhnya (premi restorno, Pasal 281 KUHD).

d. Dalam asuransi kebakaran, penanggung harus mengganti biaya yang diperlukan untuk membangun kembali apabila dalam asuransi tersebut diperjanjikan demikian (Pasal 289 KUHD).

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian menyebutkan bahwa penyelenggara usaha perasuransian atau pihak yang bertindak sebagai pihak penanggung hanya boleh dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk Perusahaan Perseroan (persero), Koperasi, Perseroan Terbatas dan Usaha Bersama (mutual). Badan hukum penyelenggara perasuransian dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, disebut perusahaan perasuransian. Perusahaan Perasuransian tersebut adalah :

(40)

b. Perusahaan asuransi jiwa, yaitu perusahaan atau usaha asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.

c. Perusahaan reasuransi, yaitu perusahaan atau usaha asuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan atau perusahaan asuransi jiwa.

b. Tertanggung

Pengertian tertanggung secara umum adalah pihak yang mengalihkan risiko kepada pihak lain dengan membayarkan sejumlah premi. Berdasar Pasal 250 KUHD yang dapat bertindak sebagai tertanggung adalah sebagai berikut :

“Bilamana seseorang yang mempertanggungkan untuk diri sendiri, atau seseorang, untuk tanggungan siapa diadakan pertanggungan oleh seorang yang lain, pada waktu pertanggungan tidak mempunyai kepentingan atas benda tidak berkewajiban mengganti kerugian.”

(41)

yang tidak diharapkan yang terjamin kondisi polis maka penanggung dapat melaksanakan kewajibannya. Hak-hak tertanggung adalah :

a. menerima polis

b. mendapatkan ganti rugi bila terjadi peristiwa yang tidak diharapkan yang terjamin kondisi polis.

Menurut Man Suparman Sastrawidjaja. hak tertanggung antara lain:

a. menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung (Pasal 259 KUHD) b. menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung (Pasal 260 KUHD) c. meminta ganti kerugian

Sedangkan kewajiban dari tertanggung adalah : a. membayar premi

b. memberikan keterangan kepada penanggung berdasar prinsip utmost good faith c. mencegah agar kerugian dapat dibatasi

d. kewajiban khusus yang tercantum dalam polis

Menurut Man Suparman Sastrawidjaja. kewajiban tertanggung adalah : a. membayar premi kepada penanggung (Pasal 246 KUHD)

b. memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai obyek yang diasuransikan (Pasal 251 KUHD)

(42)

untuk mencegah terjadinya peristiwa tersebut10 dapat menjadi salah satu alasan bagi penanggung untuk menolak memberikan ganti kerugian bahkan sebaliknya menuntut ganti kerugian kepada tertanggung (Pasal 283 KUHD) d. memberitahukan kepada penanggung bahwa telah terjadi peristiwa yang

menimpa obyek yang diasuransikan, berikut usaha-usaha pencegahannya.

c. Obyek Pertanggungan Pasal 268 KUHD mengatur :

”Pertanggungan dapat berpokok semua kepentingan, yang dapat dinilai dengan

uang, diancam oleh suatu bahaya, dan oleh undang-undang tidak terkecualikan.”

Kepentingan sebagaimana diatur dalam Pasal 268 KUHD tersebut tidak berlaku bagi asuransi sejumlah uang (jiwa), dimana terdapat hal-hal tertentu yang tidak dapat dinilai dengan uang atau bersifat hubungan material, yang bersifat hubungan kekeluargaan dan hubungan cinta kasih antar keluarga. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 menyatakan obyek asuransi adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang rusak, rugi, dan atau berkurang nilainya.

5. Tujuan asuransi

Tujuan dari asuransi adalah untuk meringankan beban risiko yang dihadapi oleh tertanggung dengan memperoleh ganti rugi dari penanggung sedemikian rupa hingga: 11

10

Man Suparman Sastrawidjaja, ibid, hlm 20

11

(43)

1. tertanggung terhindari dari kebangkrutan sehingga dia masih mampu berdiri seperti sebelum menderita kerugian

2. mengembalikan tertanggung kepada posisinya semula seperti sebelum menderita kerugian

6. Prinsip - prinsip dalam asuransi

Suatu perjanjian asuransi tidak cukup hanya dipenuhi syarat umum perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata saja, tetapi harus pula memenuhi asas-asas khusus yang diatur dalam KUHD. Hal ini agar supaya sistem perjanjian asuransi tersebut dapat dipelihara dan dipertahankan, sebab suatu norma tanpa dilengkapi dengan prinsip tidak mempunyai kekuatan mengikat.

a. Prinsip Kepentingan Yang Dapat Diasuransikan (Principle of Insurable

Interest)

Prinsip ini dijabarkan dalam Pasal 250 KUHD yang menentukan bahwa :

” Apabila seorang yang telah mengadakan pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seorang, yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu, maka penanggung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi.” Kepentingan yang terdapat dalam Pasal 250 KUHD harus memenuhi

syarat yang diatur dalam Pasal 268 KUHD di mana kepentingan tersebut dapat dinilai dengan uang, dapat diancam oleh suatu bahaya dan tidak dikecualikan oleh undang-undang. Dari keterangan di atas, maka terdapat 4 (empat) hal penting yang harus dikandung dalam prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan, yaitu: a. Bahwa harus ada harta benda, hak, kepentingan, jiwa, anggota tubuh, atau

(44)

b. Bahwa harta benda, hak, kepentingan, jiwa, anggota tubuh, atau tanggung gugat itu harus menjadi pokok pertanggungan.

c. Bahwa tertanggung harus mempunyai hubungan dengan pokok pertanggungan, dengan hubungan mana tertanggung tidak akan mengalami kerugian apabila pokok pertanggungan itu selamat atau bebas dari tanggung gugat, dan akan menderita kerugian apabila pokok pertanggungan itu mengalami kerusakan atau menimbulkan tanggung gugat.

d. Bahwa hubungan antara tertanggung dengan pokok pertanggungan itu diakui oleh hakim.

Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan dapat timbul dari beberapa hal sebagai berikut :

a. Adanya kepemilikan atas harta benda atau tanggung gugat seseorang kepada orang lain dalam hal kelalaian.

b. Adanya kontrak. Menempatkan suatu pihak dalam suatu hubungan yang diakui secara hukum dengan harta benda atau tanggung jawab yang menjadi pokok perjanjian itu. Misalnya, dalam perjanjian kontrak sewa bangunan, perjanjian kredit.

c. Adanya undang-undang. Misalnya, di Indonesia terdapat asuransi keselamatan kerja yang diatur dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

b. Prinsip Itikad Terbaik (Utmost Good Faith)

(45)

baik.” Penekanan terhadap berlakunya prinsip itikad terbaik dalam perjanjian

asuransi diatur secara tegas delam Pasal 251 KUHD yang menyatakan bahwa : “Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap memberitahukan

hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung, betapapun itikad baik ada padanya, yang demikian sifatnya, sehingga, seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama mengakibatkan batalnya perjanjian.”

(46)

posisi tertanggung. Fakta-fakta yang harus diungkapkan oleh tertanggung kepada penanggung pada saat penutupan asuransi adalah :

a. Fakta-fakta yang menunjukkan bahwa risiko yang hendak dipertanggungkan itu lebih besar dari biasanya, baik karena pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal dari risiko tersebut.

b. Fakta-fakta yang sangat memungkinkan jumlah kerugian akan lebih besar dari jumlah kerugian yang normal.

c. Pengalaman-pengalaman kerugian dan klaim-klaim pada polis-polis lainnya. d. Fakta-fakta bahwa risiko yang sama pernah ditolak oleh penanggung lain, atau

pernah dikenakan persyaratan secara ketat oleh penanggung lain.

e. Fakta-fakta yang membatasi hak subrogasi karena tertanggung meringankan pihak-pihak ketiga dalam segi tanggung jawab yang semestinya.

f. Fakta-fakta lengkap yang berkenaan dengan pokok pertanggungan.

Selain fakta-fakta yang perlu diungkapkan tertanggung pada saat penutupan asuransi, terdapat beberapa fakta yang tidak perlu diungkapkan oleh tertanggung pada saat penutupan asuransi, yaitu :

a. Fakta-fakta hukum (facts of law); setiap orang dianggap mengetahui hukum. b. Fakta-fakta yang dianggap telah diketahui oleh penanggung.

c. Fakta-fakta yang memperkecil risiko

d. Fakta-fakta yang sudah dapat disimpulkan sendiri oleh penanggung dari hal-hal yang pernah diberitahukan oleh tertanggung kepadanya.

(47)

f. Fakta-fakta yang tidak perlu diungkapkan karena polis yang bersangkutan. Hal ini terdapat pada ketentuan polis yang menetapkan adanya warranty.

g. Fakta-fakta yang tidak diketahui oleh tertanggung. c. Prinsip Sebab Akibat (Causalitiet Principle)

Menurut definisi asuransi yang diatur dalam Pasal 246 KUHD, pihak penanggung hanya akan wajib membayar ganti rugi, apabila kerugian atau kerusakan itu disebabkan oleh suatu peristiwa yang tidak tertentu, yang dimaksud dengan suatu peristiwa yang tidak tertentu disini adalah suatu peristiwa yang tak tertentu yang telah diperjanjikan antara pihak tertanggung dengan pihak tertanggung. Dari aspek hubungan sebab akibat, untuk menentukan apakah penyebab terjadinya kerugian dijamin atau tidak dijamin oleh polis, terdapat 3 (tiga) pendapat, yaitu : a. Pendapat menurut peradilan Inggris terutama dianut yaitu sebab dari kerugian

itu adalah peristiwa yang mendahului kerugian itu secara urutan kronologis terletak terdekat pada kerugian itu. Inilah yang disebut Causa Proxima.

b. Pendapat yang kedua ialah di dalam pengertian hukum pertanggungan, sebab itu tiap-tiap peristiwa yang tidak dapat ditiadakan tanpa juga akan melenyapkan kerugian itu. Dengan perkataan lain ialah tiap-tiap peristiwa yang dianggap sebagai conditio sinequa non terhadap peristiwa itu.

c. Causa remota : bahwa peristiwa yang menjadi sebab dari timbulnya kerugian

(48)

kerugian terjamin kondisi polis digunakan Causa Proxima (Proximate Cause). Definisi standar dari proximate cause adalah sebagai berikut :

“Proximate cause means the active, efficient cause that sets in motion a train

of events which brings about a result, without the intervention of any force

started and working actively from a new and independent source.”

Artinya :

“Penyebab proximate artinya penyebab aktif, efisien yang menggerakkan suatu rangkaian peristiwa yang membawa akibat, tanpa adanya intervensi dari suatu kekuatanpun yang timbul dan bekerja secara aktif dari sumber yang baru dan berdiri sendiri.”

7. Polis asuransi

Hal-hal yang telah disepakati oleh pihak tertanggung dan pihak penanggung berkenaan dengan risiko yang hendak dipertanggungkan dituangkan dalam suatu dokumen atau akta yang disebut polis. Hal ini tercantum dalam Pasal 255 KUHD yang menyatakan bahwa : ”Suatu pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis.” Polis asuransi merupakan dokumen hukum utama yang dibuat secara sah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata dan Pasal 251 KUHD. Polis bukanlah suatu kontrak atau perjanjian asuransi, melainkan sebagai bukti adanya kontrak atau perjanjian itu. Hal ini tercantum dalam Pasal 258 KUHD ayat (1) dan (2) yang menyatakan :

(49)

” Namun demikian bolehlah ketetapan-ketetapan dan syarat-syarat khusus, apabila tentang itu timbul suatu perselisihan, dalam jangka waktu antara penutupan perjanjian dan penyerahan polisnya, dibuktikan dengan segala alat bukti, tetapi dengan pengertian bahwa segala hal yang dalam beberapa macam pertanggungan oleh ketentuan undang-undang atas ancaman-ancaman batal, diharuskan penyebutannya dengan tegas dalam polis, harus dibuktikan dengan tulisan.”

Kontrak dianggap telah terjadi pada saat pihak tertanggung dan penanggung mencapai kata sepakat (konsensus), sebagaimana dinyatakan oleh Pasal 257 KUHD sebagai berikut:

” Perjanjian pertanggungan diterbitkan seketika setelah ia ditutup; hak-hak dan kewajiban-kewajiban bertimbal balik dari si penanggung dan si tertanggung mulai berlaku semenjak saat itu, bahkan sebelum polisnya ditandatangani.”

” Ditutupnya perjanjian menerbitkan kewajiban bagi si penanggung untuk menandatangani polis tersebut dalam jangka waktu yang ditentukan dan menyerahkannya kepada si tertanggung.”

(50)

menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda mengenai risiko yang ditutup asuransinya, kewajiban penanggung dan kewajiban tertanggung atau mempersulit tertanggung mengurus haknya.

8. Berakhirnya Perjanjian Asuransi

Berakhirnya perjanjian asuransi dapat dikarenakan hal-hal berikut:12

1. Bila asuransi telah selesai dengan tibanya waktu yang telah diperjanjikan. 2. Bila terjadi pemusnahan keseluruhan atau terjadi kerugian yang mencapai jumlah yang dipertanggungkan. (dalam hal asuransi jiwa pertanggungan berakhir bila obyek pertanggungan meninggal dunia).

3. Bila asuradur (penanggung) dibebaskan oleh verzekerdenya (tertanggung). 4. Bila perjanjian gugur karena :

a. obyek dari bahaya tidak lagi terancam bahaya (jika tidak ada kemungkinan lagi, bahwa tertanggung akan menderita kerugian terhadap mana telah diadakan asuransi).

b. penambahan bahaya

c. bila perjanjian asuransi diputuskan, sebab salah satu pihak melakukan wanprestasi.

C. TENAGA KERJA

Bekerja merupakan suatu wujud dari pada pemenuhan kebutuhan, itu dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai akal dan pikiran yang melebihi makhluk lain dan memiliki berbagai kebutuhan. Untuk terpenuhnya kebutuhan

12

(51)

harus melakukan usaha dan bekerja, kebebasan berusaha untuk menghasilkan pendapatan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari merupakan hak seseorang. Hal tersebut berdasarkan ketentuan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 27 ayat (1) dan (2) yang menyatakan :

(1) “Segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.

(2) “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak”.

Didalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan memberikan pengertian tenaga kerja adalah “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. Sedangkan pengertian

pekerja/buruh menurut Pasal 3 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah “Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”.

D. KECELAKAAN KERJA

(52)

yang paling ringan sampai yang paling berat, baik bagi pengusaha maupun bagi pekerja/ buruh.13

Sedangkan yang dimaksud kecelakaan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977, tidak hanya kecelakaan yang terjadi di ruangan kerja saja, tetapi juga kecelakaan yang terjadi sejak pekerja meninggalkan rumahnya menuju tempat bekerjanya sampai dia pulang kembali ke rumahnya dengan melalui jalan yang biasa ia lalui. Kecelakaan yang terjadi di jalan raya atau yang terjadi selama seorang pekerja melakukan pekerjaan atas perintah atasan dianggap kecelakaan kerja. Sebaliknya tidak dianggap, sebagai kecelakaan kerja, apabila seorang pekerja di dalam perjalanannya menuju ke tempat kerja atau pulang kerja mampir terlebih dahulu ke suatu tempat, dan terjadi kecelakaan di tempat itu. Kecelakaan yang demikian tidak dianggap kecelakaan kerja kalau mampirnya itu untuk tugas pribadi atau tugas rumah. Disamping itu penyakit yang timbul sebagai akibat langsung dari pekerjaan juga dapat dianggap sebagai kecelakaan kerja. Namun kalau penyakit itu menyebabkan cacat atau meninggal dunia. Maka untuk dapat dianggap sebagai penyakit kecelakaan kerja haruslah dia memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat itu adalah :

a. Pekerjaan tenaga kerja harus menanggung risiko penyebab penyakit itu.

b. Pekerja/tenaga kerja yang bersangkutan berhubungan langsung dengan risiko itu.

c. Penyakit tersebut telah berlangsung selama suatu masa tertentu.

13

(53)

d. Tidak ada kelalaian yang disengaja oleh tenaga kerja sehingga ia terkena penyakit itu.

(54)

E. KERANGKA PIKIR

Keterangan :

Karyawan dan Rabobank International (selaku perusahaan) memiliki suatu hubungan kerja yang mana hubungan tersebut dituangkan dalam suatu perjanjian

Hubungan hukum para pihak dalam asuransi AKDHK

Tertanggung (Seluruh Karyawan Tetap

PT Rabobank International)

Pemegang Polis/Pihak Ketiga

(Rabobank International)

Penanggung (PT Asuransi

Bumi Putera Muda)

Perjanjian asuransi AKDHK

Evenement Perjanjian Kontrak Kerja

(55)
(56)

III. METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh gambaran yang lengkap terhadap masalah yang diteliti digunakan metode-metode tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode penelitian tersebut diperlukan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar objektif dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah.1

A. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-terapan, yaitu penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (in

abstracto) pada peristiwa hukum tertentu (in concreto). Fokus penelitian ini

adalah pada penerapan hukum atau implementasi ketentuan hukum tentang perasuransian dalam bagaimana tata cara pengajuan klaim asuransi AKDHK.2

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan, memaparkan secara rinci, jelas, dan sistematis mengenai tata cara pengajuan

1

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2004), hlm 134

2

(57)

klaim asuransi AKDHK pada PT Rabobank International Cabang Kartini Bandar Lampung.

B. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif analitis subtansi hukum (approach of legal content analysis). Substansi hukum dalam hal ini adalah substansi implementasi pengajuan klaim asuransi AKDHK pada Rabobank International Cabang Kartini Bandar Lampung.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka. Adapun dalam mendapatkan data atau jawaban yang tepat dalam membahas skripsi ini, serta sesuai dengan pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitin ini maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui Studi kepustakaan terhadap bahan hukum yang terdiri dari:

a. bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian, antara lain sebagai berikut :

a). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

b). Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. c). Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja.

(58)

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat hubungannya dengan bahan baku primer dan dapat membantu dalam menganalisa serta memahami bahan hukum primer, seperti literatur dan norma-norma hukum yang berhubugan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

c. Bahan Hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi, petunjuk maupun penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum skunder, antara lain berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, Media Massa, Artikel, Makalah, Naskah, Paper, Jurnal, Internet yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas atau diteliti dalam skripsi ini.

2. Data Primer

Data primer adalah data yang bersumber dari pihak-pihak yang terlibat dalam Asuransi AKDHK pada PT Rabobank International Cabang Kartini Bandar Lampung tersebut. Untuk memperoleh data primer ini penulis menggali dari informan dengan wawancara langsung kepada Pimpinan dan SDM Rabobank International Cabang Kartini Bandar Lampung.

D. Metode Pengumpulan Dan Pengolahan Data 1. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggungakan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Studi Kepustakaan (Library Reserch)

(59)

membaca/mempelajari, membuat catatan-catatan, dan kutipan-kutipan serta menelaah bahan-bahan pustaka yaitu berupa karya tulis dari para ahli yang tersusun dalam literatur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini.

b) Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh data primer dengan cara memberikan pertanyaan dan meminta penejelasan kepada beberapa pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode yang digunakan dalam wawancara adalah wawancara langsung yang bersifat terbuka, dengan menyiapkan daftar pertanyaan yang berupa pokok-pokoknya sebagai panduan yang dikembangkan pada saat wawancara.

2. Pengolahan Data

Sedangkan untuk metode yang digunakan dalam pengelolahan data adalah :

a. Pemeriksaan Data, yaitu mengkoreksi apakah data yang terkumpul sudah cukup lengkap, sudah benar, dan sudah sesuai atau relevan, sehingga data yang terkumpul benar-benar bermanfaat untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

b. Rekonstruksi Data, yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, logis sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan.

(60)

E. Analisis data

Setelah tahap pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya menganalisis data tersebut. Dalam penelitian ini dipergunakan metode analisis kualitatif dengan cara menggambarkan kenyataan-kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu obyek dalam bentuk kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian ini yang tidak dapat diwujudkan dengan angka-angka atau tidak dapat dihitung dengan menguraikan data secara sistematis,3 sehingga diperoleh arti dan kesimpulan secara induktif sebagai jawaban terhadap permasalahan diatas.

3

(61)

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Hubungan hukum antara para pihak dalam asuransi AKDHK tersebut adalah pihak PT Rabobank International selaku pemegang polis memiliki kepentingan terhadap pihak tertanggung (karyawan PT Rabobank International Cabang Kartini Bandar Lampung) yaitu hubungan kerjasama, jadi secara hukum apa yang terjadi pada pihak tertanggung merupakan tanggung jawab pihak PT Rabobank International dikarenakan pihak tertanggung berada di bawah pengawasannya maka untuk menghindari risiko-risiko yang mungkin terjadi maka PT Rabobank International melakukan kerjasama dengan mendaftarkan para karyawannya kepada PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda (Pihak Penanggung) untuk mengalihkan risiko-risiko tersebut.

(62)
(63)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Arikunto. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 1996.

Asyhadie, Zaeni, Hukum Kerja, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan

Kerja, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2007.

Hariwijaya, M, Cara Mudah Menyusun Proposal Skripsi, Tesis dan Disertasi

Cetakan Pertama, Yogyakarta : Pararaton, 2008.

Hartono, Sri Rejeki, Hukum Asuransi dan Perusahan Asuransi, Jakarta : Sinar Grafika, 2008.

Husni, Lalu, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Mashudi, Chidir Moch, Hukum Asuransi, Bandung : Mandar Maju, 1995.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2004.

, Hukum Asuransi Indonesia Cetakan keempat, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006.

Purba, Radiks, Memahami Asuransi di Indonesia Seri Umum No.10, Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1992.

, Mengenal Asuransi Angkutan Darat dan Udara, Jakarta : Djambatan, 1997.

Salim, Abbas, Asuransi Dan Manajemen Risiko, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Sastrawidjaja, Man Suparman, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat

(64)

Soekanto, Sarjono, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : Rajawali Pers, 1990. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta : Intermasa, 2005.

2. Peraturan Per- Undang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

Undang - Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.

Undang - Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan.

Peraturan Daerah Provinsi Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 6 Tahun 2004.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 10 Tahun 2011 sebagai peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah 04 Tahun 2010 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa: variabel periklanan tergolong pada kategori cukup sebesar 68,72%, variabel promosi penjualan tergolong pada

Gambar 2.5 Gerakan smash yang beresiko menyebabkan cedera .Cedera berawal dari penyerang yang melompat dengan cepat dan lebih rendah untuk mendekati arah net sehingga

Saat mendatangi dokter 2, barulah BB mengetahui bahwa jerawat yang dideritanya bukanlah merupakan jerawat biasa dan bahan yang terdapat dalam krim tersebut dapat memperparah

Suarat Keputusan Pembayaran Fasilitas Pengembalian Bea Masuk dan/atau Cukai (SKPFP BM-C) adalah surat keputusan pengembalian Bea Masuk dan/atau Cukai yang telah dibayar atas

merupakan negara pulau yang hanya memiliki luas wilayah 697 km² dengan jumlah penduduk 5.781.728 jiwa, yang kini menjadi negara percontohan dalam hal

Tulislah terlebih dahulu nomor kode sekolah dan nomor kode peserta anda baris atas (baris nomor 1) pada lembar jawaban yang disediakan.. Periksa dan bacalah soal-soal dengan

Hasil simulasi A menunjukkan bahwa peningkatan impor produk sensitif Indonesia terutama beras dan gula lebih banyak berasal dari sesama negara ASEAN, antara