• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAND DISPUTE SETTLEMENT THROUGH OF COMPLETED DISPUTE OPERATION PROGRAM (OPSTASTA) IN BANDAR LAMPUNG LAND OFFICE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LAND DISPUTE SETTLEMENT THROUGH OF COMPLETED DISPUTE OPERATION PROGRAM (OPSTASTA) IN BANDAR LAMPUNG LAND OFFICE"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

LAND DISPUTE SETTLEMENT THROUGH OF COMPLETED DISPUTE OPERATION PROGRAM (OPSTASTA)

IN BANDAR LAMPUNG LAND OFFICE

By

RIRIN AFRIA SUSANTI

Land as the economic rights of each person, prone to create conflict or dispute. Settlement of land disputes can be divided into 2, that is through non-judicial / non-litigation and judicial path / litigation. Options for dispute resolution through negotiation/mediation has advantages when compared to the litigants before the court in terms of time, cost, and mind/energy. Therefore, the National Land Agency (BPN) organized a program called Operation Completed Dispute (OPSTASTA) which is a program to resolve disputes over land with emphasis on the mediation process in a systematic, consistent and coordinated within the specified period ie within 1 (one) year is divided into several periods with each period only a few months. Based on the evaluation at the end of 2008, the number of land disputes are resolved through a program OPSTASTA of 1.180 cases from 1.666 cases have been determined. From the results of these evaluations, the program OPSTASTA inconsistently implemented as many as 486 cases unresolved and from 33 provinces in Indonesia, as many as 25 provinces that are not completed on target in terms of number of cases and time of completion. Issues to be discussed in this research is how the settlement of land disputes through the Dispute Completed Operations (OPSTASTA) in Bandar Lampung city Land Office, what are the factors supporting and inhibiting the settlement of land disputes through the Dispute Completed Operations (OPSTASTA) in the Land Office of Bandar Lampung City? While the purpose of this study was to determine and analysis the settlement of land disputes through the Dispute Completed Operations (OPSTASTA) in Bandar Lampung Land Office and the supporting and inhibiting factors in the settlement of land disputes through the Dispute Completed Operations (OPSTASTA) in Bandar Lampung Land Office. Method approach to problems that are used in this research is a normative and empirical approaches. The source data of this study are primary and secondary data. Data collection techniques through quitionary and interviews. Data analysis was qualitative.

(2)

RIRIN AFRIA SUSANTI

(3)

ABSTRAK

PENYELESAIAN SENGKETA PERTANAHAN MELALUI PROGRAM OPERASI TUNTAS SENGKETA (OPSTASTA)

DI KANTOR PERTANAHAN KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

RIRIN AFRIA SUSANTI

Tanah sebagai hak ekonomi setiap orang, rawan memunculkan konflik maupun sengketa. Penyelesaian sengketa tanah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu melalui jalur non peradilan/non litigasi dan jalur peradilan/litigasi. Pilihan penyelesaian sengketa melalui cara perundingan/mediasi mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan berperkara di muka pengadilan baik dari segi waktu, biaya, dan pikiran/tenaga. Oleh karena itu, Badan Pertanahan Nasional (BPN) menyelenggarakan suatu program yang diberi nama Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) yang merupakan program untuk menyelesaikan masalah-masalah pertanahan dengan mengutamakan proses mediasi secara sistematis, konsisten dan terkoordinir dalam jangka waktu yang telah ditentukan yakni dalam waktu 1 (satu) tahun yang terbagi dalam beberapa periode dengan masing-masing periode hanya beberapa bulan saja. Berdasarkan evaluasi pada akhir tahun 2008, jumlah sengketa pertanahan yang diselesaikan melalui program OPSTASTA sebanyak 1.180 kasus dari 1.666 kasus yang telah ditetapkan. Dari hasil evaluasi tersebut, program OPSTASTA dilaksanakan secara tidak konsisten, karena sebanyak 486 kasus belum ditangani dan dari 33 provinsi di Indonesia, sebanyak 25 provinsi yang tidak menyelesaikan sesuai target baik dari segi jumlah kasus dan waktu penyelesaiannya.

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penyelesaian sengketa pertanahan melalui program Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung, apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam penyelesaian sengketa pertanahan melalui program Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa penyelesaian sengketa pertanahan melalui program Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dan faktor pendukung dan penghambat dalam penyelesaian sengketa pertanahan melalui program Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung.

(4)

RIRIN AFRIA SUSANTI

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kasus-kasus yang menyangkut sengketa di bidang pertanahan dapat dikatakan tidak pernah surut, bahkan mempunyai kecenderungan untuk meningkat di dalam kompleksitas permasalahannya maupun kuantitasnya seiring dinamika di bidang ekonomi, sosial dan politik. Terkait dengan banyak mencuatnya kasus sengketa tanah ini, Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Joyo Winoto mengatakan, bahwa terdapat sedikitnya 2.810 kasus sengketa tanah skala nasional. Kasus sengketa tanah itu tersebar di seluruh Indonesia dalam skala besar. Yang berskala kecil, jumlahnya lebih besar lagi.

Tanah sebagai hak ekonomi setiap orang, rawan memunculkan konflik maupun sengketa. Konflik menurut definisi Coser adalah sebagai berikut ; “Conflicts

involve struggles between two or more people over values, or competition for

status, power, or scarce resources.” (Coser, dikutip oleh Moore, 1996). Jika

(6)

2

dengan badan hukum atau dengan instansi pemerintah mengenai status tanah tertentu, status letak dan batas tanah tertentu, status penguasaan dan/atau pemilikan tertentu, status alas hak tertentu, status keputusan tertentu yang berkaitan dengan pertanahan.

Penyelesaian terhadap kasus-kasus terkait sengketa perdata, pada umumnya ditempuh melalui jalur pengadilan dengan dampak pihak yang bersengketa harus mengeluarkan biaya besar seiring lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sengketa tersebut.

Alternatif lain yang lebih efektif adalah melalui jalur non pengadilan yang pada umumnya ditempuh melalui cara-cara perundingan yang dipimpin atau diprakarsai oleh pihak ketiga yang netral atau tidak memihak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa. Pilihan penyelesaian sengketa melalui cara perundingan/mediasi ini mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan berperkara di muka pengadilan baik dari segi waktu, biaya, dan pikiran/tenaga. Di samping itu, kurangnya kepercayaan atas kemandirian lembaga peradilan dan kendala administratif yang melingkupinya membuat pengadilan merupakan pilihan terakhir untuk penyelesaian sengketa.

(7)

3

„Upaya untuk mencapai win-win solution ini ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya :

a. Proses pendekatan yang obyektif terhadap sumber sengketa lebih dapat diterima oleh pihak-pihak dan memberikan hasil yang saling menguntungkan, dengan catatan bahwa pendekatan itu harus menitikberatkan pada kepentingan yang menjadi sumber konflik dan bukan pada posisi atau kedudukan para pihak. Apabila kepentingan yang menjadi fokusnya, pihak-pihak akan lebih terbuka untuk berbagai kepentingan. Sebaliknya, jika tekanannya pada kedudukan, para pihak akan lebih menutup diri karena hal itu menyangkut harga diri mereka. b. Kemampuan yang seimbang dalam proses negosiasi atau musyawarah.

Perbedaan kemampuan tawar-menawar akan menyebabkan adanya penekanan oleh pihak yang satu terhadap yang lainnya.‟(Maria S.W. Sumardjono, dkk, 2008 : 4-5)

Oleh karena itu, Badan Pertanahan Nasional (BPN) menyelenggarakan suatu program yang diberi nama Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) dan Operasi Sidik Sengketa (OPSDIKTA) yang dimulai pada tahun 2008.

Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) merupakan program yang direncanakan oleh Badan Pertanahan Nasional untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah pertanahan dengan mengutamakan proses mediasi secara sistematis, konsisten dan terkoordinir dalam jangka waktu yang telah ditentukan yakni dalam waktu 1 (satu) tahun yang terbagi dalam beberapa periode dengan masing-masing periode hanya beberapa bulan saja.

(8)

4

di Indonesia sebanyak 25 provinsi tidak menyelesaikan sesuai target yang telah ditetapkan baik dari segi jumlah kasus dan waktu penyelesaiannya. Hal ini menunjukkan bahwa program Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) dilaksanakan secara tidak konsisten.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui dan mempelajari lebih mendalam tentang prosedur dan pelaksanaan Penyelesaian Sengketa dan Konflik Pertanahan melalui Program Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) khususnya di Kota Bandar Lampung, maka penulis tertarik untuk meneliti dan menuangkan dalam suatu tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul ”Penyelesaian Sengketa

Pertanahan Melalui Program Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) Di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung”.

1.2. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah penyelesaian sengketa pertanahan melalui program Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung? b. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam penyelesaian sengketa pertanahan melalui program Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung?

1.2.2. Ruang Lingkup

(9)

5

a. Ruang lingkup disiplin ilmu, yakni pada disiplin Ilmu Hukum Agraria/Pertanahan;

b. Ruang lingkup penelitian, yakni pada penyelesaian sengketa pertanahan melalui program Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung pada tahun 2008 dengan mengambil 1 (satu) contoh kasus yang telah diselesaikan melalui program Operasi Tuntas Sengketa yakni masalah tumpang tindih antara SHM No. 188/CR a.n. Hi. Achmad Zamzani Yasin seluas 18.089 m2 dengan SHM No. 280/CR a.n. Sugiono seluas 14.990 m2 yang terletak di Kelurahan Campang Raya Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dan menganalisa penyelesaian sengketa pertanahan melalui program Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung;

(10)

6

1.3.2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Secara teoritis, penelitian ini berguna sebagai pengembangan ilmu hukum khususnya Hukum Agraria dalam hal penyelesaian sengketa pertanahan di Indonesia;

b. Secara praktis :

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran kepada Instansi Badan Pertanahan Nasional dalam melaksanakan kegiatan Operasi Tuntas Sengketa Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia pada tahun selanjutnya;

2) Sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian lanjutan tentang hal pelaksanaan kegiatan Operasi Tuntas Sengketa Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia;

(11)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :

(12)

72

(overlap) tersebut akan dibagi secara proporsional sehingga terhadap SHM No. 188/CR yang semula seluas 18.098 m2 menjadi seluas 11.960 m2, sedangkan terhadap SHM No. 280/CR yang semula seluas 14.990 m2 menjadi seluas 9.906 m2 dan para pihak tidak akan mempermasalahkan lagi baik di luar maupun di muka pengadilan. Penyelesaian sengketa pertanahan melalui OPSTASTA juga mengacu pada ketentuan Juknis Penyelesaian Masalah Pertanahan dan peraturan-peraturan lainnya di bidang pertanahan. Dengan demikian, penyelesaian sengketa pertanahan melalui Program Operasi Tuntas Sengketa (OPSTASTA) di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung tahun 2008 khususnya Tahap I ini dilaksanakan secara sistematis, konsisten, terkoordinir dalam jangka waktu hanya 1 bulan 12 hari, yakni lebih cepat dari jangka waktu 3 bulan yang telah ditentukan dalam time schedule. Penyelesaian sengketa tersebut memiliki akibat hukum bagi kedua belah pihak yakni berlaku sebagai undang-undang, Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dalam hal administrasi sertipikatnya, dan pihak lain di luar kedua belah pihak untuk menghormati isi Perjanjian Penyelesaian Sengketa tersebut. Tim Kota OPSTASTA Bandar Lampung tetap memonitor kasus ini selama 1 tahun setelah kasus ini diselesaikan, yang merupakan bentuk freies ermessen dan selama kurun waktu tersebut tidak ada lagi pengaduan/keberatan dari para pihak mengenai permasalahan ini sehingga sengketa tanah ini dinyatakan telah selesai secara tuntas.

(13)

73

ditunjukkan dari itikad baik masyarakat khususnya pihak-pihak yang sengketanya diselesaikan melalui OPSTASTA yang telah jujur, terbuka dan kooperatif dalam memberikan informasi/data sehingga sengketa ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan melalui mediasi dengan prinsip saling menguntungkan para pihak. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat dalam penyelesaian sengketa pertanahan melalui OPSTASTA di Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung yakni keterbatasan sarana dan prasarana, seperti sarana transportasi dalam hal ini motor dan mobil yang dipergunakan untuk mengadakan penelitian di lokasi sengketa tidak tersedia sehingga selama ini Tim Kota OPSTASTA Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung mengadakan penelitian di lokasi sengketa menggunakan kendaraan baik motor maupun mobil pribadi; demikian halnya jumlah komputer dan printer yang ada sampai saat ini yakni komputer sejumlah 2 buah dan printer sejumlah 1 buah mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan kerja Tim Kota OPSTASTA Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dalam menyelesaikan program OPSTASTA mengingat banyaknya kelengkapan administrasi yang harus diselesaikan dalam kurun waktu 3 bulan tersebut, pelaksanaan monitoring kasus setelah selesai ditangani tidak diatur dalam Perintah Operasi Tuntas Sengketa sehingga tidak dapat secara jelas diketahui kapankah suatu sengketa yang diselesaikan melalui OPSTASTA dikatakan selesai secara tuntas, karena masih terdapat kemungkinan bahwa setelah sengketa tersebut diselesaikan timbul sengketa/permasalahan lagi.

(14)

74

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

a. Perlu dilakukan penambahan dalam mengusulkan target operasi (TO) OPSTASTA untuk tahun-tahun berikutnya sehingga jumlah sengketa pertanahan khususnya di Kota Bandar Lampung semakin berkurang;

b. Perlu dilakukan usulan penambahan dana/anggaran dalam rangka pengadaan sarana dan prasarana, seperti pengadaan sarana transportasi berupa motor sejumlah 2 buah dan mobil sejumlah 1 buah yang sebelumnya tidak tersedia; penambahan jumlah komputer dan printer yakni komputer sejumlah 2 buah menjadi 4 buah dan printer sejumlah 1 buah menjadi 2 buah.

Referensi

Dokumen terkait

Trans Halmahera- Maba, Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Timur yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala

Pengujian berikut adalah pengujian data citra pada hasil pengolahan citra, dengan melihat tampilan data citra yang sudah dikonversikan ke ruang warna HSV.Kemudian dilakukan

Derajat subsitusi CMC tertinggi yang dihasilkan pada penelitian ini diperoleh dari perlakuan asam trikloroasetat 20 % dan waktu reaksi 3 jam. Sehingga viskositas CMC

Sehubungan dengan pembukaan penawaran kurang dari 3 (tiga) penyedia yang memasukan penawaran maka Pokja V, Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Maluku Tengah atas

Perbaikan kinerja organisasi dapat dilakukan dengan (1) memaksimalkan penyerapan anggaran dengan mendanai kegiatan yang belum berjalan seperti kunjungan tenaga

Anda dapat menggunakan Malware Scanner yang free (edisi online) via URL yang tercantum pada situs web HKCERT untuk pengecekan dan membersihkan komputer anda. Apple Mac

Pada Tahun yang sama, Zhu Yuan Zhang menobatkan dirinya menjadi Kaisar dengan Gelar Kaisar Ming Tai Zu [ 明太祖 ] dan menyebutkan Dinasti yang baru didirikannya tersebut menjadi