• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PERANGKAT PELAYANAN KONSELING FORMAT KEGIATAN KLASIKAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PERANGKAT PELAYANAN KONSELING FORMAT KEGIATAN KLASIKAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL PERANGKAT PELAYANAN KONSELING FORMAT KEGIATAN KLASIKAL

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Oleh

Kris Saptana

Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) mengembangkan model perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal (2) mengetahui tingkat kesetujuan penggunaan produk yang dikembangkan. Setelah menggunakan produk pengembangan hasil penelitian ini guru bimbingan dan konseling dapat melaksakan pelayanan konseling melalui format kegiatan klasikal yang merupakan sebagaian dari tugas pokok dan fungsi guru bimbingan dan konseling secara keseluruhan.

Metode penelitian dan pengembangan menggunakan model Borg & Gall dengan lima langkah utama. Yang diawali (1) analisis kebutuhan, (2) perumusan tujuan untuk menciptakan produk berupa perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal yang mengklaborasikan perpaduan sistematik penyusunan perangkat pembelajaran dengan isi materi bimbingan dan konseling, (3) untuk uji validasi menggunakan uji ahli kepada dosen sesuai bidangnya. (4) uji terbatas dan (5) uji pengguna dari populasi guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Lampung Selatan dengan sampel beberapa guru bimbingan dan konseling yang aktif di Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling Kabupaten Lampung Selatan.

Hasil penelitian adalah (1) model perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal untuk guru bimbingan dan konseling, merupakan program atau pedoman dalam melaksanakan sebagaian dari keseluruhan program pelayanan konseling, (2) tingkat kesetujuan oleh pengguna adalah 85,33%. Berarti produk tersebut dapat dinyatakan baik dan layak digunakan oleh guru bimbingan dan konseling khususnya pada layanan orientasi, informasi, pemenuhan konten, penempatan dan penyaluran serta kegiatan pendukung himpunan data yang dilakukan melalui format kegiatan klasikal, sehingga pelaksanaannya akan terprogram, terarah, rutin dan merata pada sasaran siswa asuh.

(2)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1. Simpulan

Hasil penelitian dan pengembangan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil pengembangan perangkat pelayanan konseling format klasikal sesuai kebutuhan guru BK untuk melaksanakan pelayanan konseling melalui klasikal dengan tingkat kesetujuan oleh pengguna adalah 85,33%, berarti dinyatakan baik dan layak untuk dipergunakan.

2. Dapat digunakan oleh guru bimbingan dan konseling dalam pelayanan konseling format kegiatan klasikal yang merupakan salah satu atau sebagian dari pelaksanaan secara leseluruhan sehingga membantu mempermudah guru bimbingan dan konseling untuk melaksanakan layanan orientasi, informasi, pemenuhan konten, penempatan dan penyaluran serta kegiatan pedukung berupa pengumpulan dan himpunan data.

5.2. Implikasi

(3)

kesiswaan, sarana dan prasarana, hubungan masyarakat, wali kelas, guru mata pelajaran, pembina, staf tata usaha, guru piket, hingga komite sekolah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi masing-masing tetapi tetap merupakan tim atau mitra untuk program sekolah.

Kepala Sekolah mempunyai bahan rujukan agar guru bimbingan dan konseling melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Sekaligus pelayanan konseling format klasikal dapat dimasukan pada jadwal klasikal bersamaan jadwal pelajaran yang ada di kurikulum pembelajaran di sekolah. Siswa asuh mendapatkan pelayanan konseling format kegiatan klasikal terprogram, rutin, merata dan tidak tumpang

tindih. Penggunaan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal ini

sebagai alat, panduan, pedoman untuk melaksanakan salah satu dari lima format kegiatan pelayanan konseling. Jadi pelaksanaan kegiatan klasikal merupakan bagian dari keseluruhaan program pelayanan konseling. Yang artinya guru bimbingan dan konseling bukan melaksanakan layanan hanya di kelas saja. Melainkan yang lebih penting, terkhusus dilaksanakan secara format individu yang memiliki masalah pribadi, pelaksanaan format kelompok untuk layanan konseling dan bimbingan kelompok. Demikian juga format lapangan dan format khusus tidak sama dengan format klasikal.

(4)

82

potensi..Yang belum memiliki jadwal masuk kelas, perangkat ini dapat dipergunakan untuk persiapan sewaktu-waktu melaksanakan format kegiatan klasikal.

5.3. Saran-saran

Dengan memperhatikan hasil penelitian dan pengembangan berupa perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal untuk guru bimbingan dan konseling, maka dibagian berikut penulis berikan sara-saran yang mungkin dapat amemberikan manfaat, baik kepada guru bimbingan dan konseling, kepala sekolah, pengawas pembina pendidikan dan siswa asuh. Komponen di atas adalah merupakan factor yang dapat mempengaruhi dan menunjang kemanfaatan produk yang dihasilkan oleh penulis.

1. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling.

Setelah adanya perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal, guru pembimbing dapat memprogramkan untuk memanfaatkan kesempatan untuk menyampaikan layanan yang tepat pada kegiatan klasikal. Perangkat ini merupakan acuhan atau pedoman agar selalu siap dalam memberikan layanan yang dibutuhkan oleh siswa asuh. Kegiatan klasikal hanya sebagian dari tugas tugas pokok dan fungsi guru bimbingan dan konseling, jadi tetap memprogramkan dan melaksanakan pelayanan konseling format yang lain yairtu: individu, kelompok, lapangan dan khusus.

2. Kepada Kepala Sekolah.

(5)

bimbingan dan konseling. Kepala sekolah tentunya memprogramkan dan memfasilitasi pelaksanaan layanan konseling format kegiatan klasikal agar pemecahan masalah dan pengembangan potensi diri siswa asuh tercapai sesuai program sekolah.

3. Kepada Kepala Dinas Pendidikan melalui Pengawas Pembina.

Melalui pengawas pembina dimohon bantuan dan dukungan untuk mensosialisasikan produk pengembangan profesi guru bidang bimbingan dan konseling yang merupakan langkah pengembangan dan peningkatan mutu di dunia pendidikan.

4. Kepada Siswa Asuh.

(6)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1. Simpulan

Hasil penelitian dan pengembangan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Produk hasil pengembangan perangkat pelayanan konseling format klasikal tingkat kesetujuan oleh pengguna adalah 85,33%, berarti dinyatakan baik dan layak untuk dipergunakan.

2. Layak digunakan oleh guru bimbingan dan konseling dalam pelayanan konseling format kegiatan klasikal yang merupakan salah satu atau sebagian dari pelaksanaan secara leseluruhan.

3. Terpenuhi kebutuhan guru bimbingan dan konseling untuk melaksanakan layanan orientasi, informasi, pemenuhan konten, penempatan dan penyaluran serta kegiatan pedukung berupa pengumpulan dan himpunan data.

5.2. Implikasi

(7)

mempunyai tugas pokok dan fungsi masing-masing tetapi tetap merupakan tim atau mitra untuk program sekolah.

Kepala Sekolah mempunyai bahan rujukan agar guru bimbingan dan konseling melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Sekaligus pelayanan konseling format klasikal dapat dimasukan pada jadwal klasikal bersamaan jadwal pelajaran yang ada di kurikulum pembelajaran di sekolah. Siswa asuh mendapatkan pelayanan konseling format kegiatan klasikal terprogram, rutin, merata dan tidak tumpang

tindih. Penggunaan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal ini

sebagai alat, panduan, pedoman untuk melaksanakan salah satu dari lima format kegiatan pelayanan konseling. Jadi pelaksanaan kegiatan klasikal merupakan bagian dari keseluruhaan program pelayanan konseling. Yang artinya guru bimbingan dan konseling bukan melaksanakan layanan hanya di kelas saja. Melainkan yang lebih penting, terkhusus dilaksanakan secara format individu yang memiliki masalah pribadi, pelaksanaan format kelompok untuk layanan konseling dan bimbingan kelompok. Demikian juga format lapangan dan format khusus tidak sama dengan format klasikal.

(8)

99

dipergunakan untuk persiapan sewaktu-waktu melaksanakan format kegiatan klasikal.

5.3. Saran-saran

Dengan memperhatikan hasil penelitian dan pengembangan berupa perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal untuk guru bimbingan dan konseling, maka dibagian berikut penulis berikan sara-saran yang mungkin dapat amemberikan manfaat, baik kepada guru bimbingan dan konseling, kepala sekolah, pengawas pembina pendidikan dan siswa asuh. Komponen di atas adalah merupakan factor yang dapat mempengaruhi dan menunjang kemanfaatan produk yang dihasilkan oleh penulis.

1. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling.

Setelah adanya perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal, guru pembimbing dapat memprogramkan untuk memanfaatkan kesempatan untuk menyampaikan layanan yang tepat pada kegiatan klasikal. Perangkat ini merupakan acuhan atau pedoman agar selalu siap dalam memberikan layanan yang dibutuhkan oleh siswa asuh. Kegiatan klasikal hanya sebagian dari tugas tugas pokok dan fungsi guru bimbingan dan konseling, jadi tetap memprogramkan dan melaksanakan pelayanan konseling format yang lain yairtu: individu, kelompok, lapangan dan khusus.

2. Kepada Kepala Sekolah.

(9)

memfasilitasi pelaksanaan layanan konseling format kegiatan klasikal agar pemecahan masalah dan pengembangan potensi diri siswa asuh tercapai sesuai program sekolah.

3. Kepada Kepala Dinas Pendidikan melalui Pengawas Pembina.

Melalui pengawas pembina dimohon bantuan dan dukungan untuk mensosialisasikan produk pengembangan profesi guru bidang bimbingan dan konseling yang merupakan langkah pengembangan dan peningkatan mutu di dunia pendidikan.

4. Kepada Siswa Asuh.

(10)

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggariskan ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengembalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu dalam penyelenggaraannya tidak cukup hanya dilakukan melalui transpormasi ilmu pengetahuan, teknologi, tetapi harus didukung oleh peningkatan profesionalisasi dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi tercapai cita–citanya.

(11)

tuntutan akan pengelolaan sekolah. Oleh sebab itu sekolah harus dikelola oleh Sumber Daya Manusia yang mempunyai kinerja profesional. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang didalamnya memuat struktur kurikulum, telah mempertajam perlunya disusun dan dilaksanakannya program pengembangan diri yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga pendidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

(12)

3

Pengampu bimbingan dan konseling adalah guru bimbingan dan konseling atau konselor yang merupakan salah satu kualifikasi pendidik.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 dirumuskan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan diri (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity development) yang dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan. Sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan secara signifikan menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian.

Agar pelaksanaan amanah dari pemerintah pusat melalui Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) berupa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sudah selayaknya kita mendapatkan, memahami yang akhirnya melaksanakan dengan lancar, optimal dan hasilnya maksimal.

Khusus pada struktur kurikulum baik jenjang pendidikan dasar dan menengah terdapat komponen ”Pengembangan Diri” sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 23 tahun 2006 dan juga ditegaskan oleh BNSP, konselor maupun guru Bimbingan dan Konseling (BK) punya peran yang tidak boleh dianggap ringan. Karena kegiatan pengembangan diri berkaitan dengan potensi– potensi secara psikologis.

(13)

Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru BK sampai saat ini belum optimal, belum dapat kepercayaan ataupun belum diakui oleh selain guru BK. Dianggap tidak jelas, walaupun sudah ada Bimbingan dan Konseling Pola Tujuh Belas (17), bahkan disempurnakan lagi menjadi Pola 17 Plus. Hal ini terbukti guru BK masih diberi tugas selain tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari bimbingan dan konseling. Ada yang mengajar mata pelajaran, petugas usaha kesehatan sekolah (UKS), perpustakaan, bendahara dan lain sebagainya. Memang karena juga personil yang mau kerja, baik, ikhlas, menerima, jujur, sabar dan budi luhur. Namun aneh lagi posisi guru bimbingan dan konseling diisi oleh non profesi akademis guru BK. Sebagai contoh: mantan kepala sekolah non akademis, personal yang sudah sibuk (wakil, kepala sekolah), sisa-sisa guru mata pelajaran yang lebih distatuskan sebagai petugas BK

Guru BK sendiri bingung, apa lagi guru mata pelajaran, termasuk kepala sekolah dan stafnya, bahkan dinas pendidikan kabupaten juga tidak semua ”nyambung”.

Hal ini menurut hasil observasi, wawancara dengan rekan-rekan pada kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling melalui Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK), studi banding dan kunjungan-kunjungan ke sekolah lain. Sehingga para siswapun belum bisa menikmati dari pelayanan konseling yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah masing-masing.

(14)

5

[image:14.595.111.510.205.442.2]

Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) SMP/MTs Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008, sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data Guru BK yang Membuat Program dan Melaksanakan Pelayanan Konseling NO MEMBUAT PROGRAM PELAYANAN KONSELING MELAKSANAKAN PELAYANAN KONSELING JUMLAH GURU % BK PREDIKAT 1 2 3 4 * Ya Tidak Ya Tidak JUMLAH Ya Ya Tidak Tidak =

7 14

11 22

19 38

13 26

50 100

B a i k Kurang baik

Tidak baik Sangat tidak baik

-

Sumber : MGBK SMP/MTs Lampung Selatan (2008)

Dari data di atas menunjukkan pelaksanaan pelayanan konseling belum sesuai dengan tugas pokok guru untuk menyusun program pelaksanaan, melaksanakan program, mengevaluasi program pelaksanaan, analisis hasil evaluasi program dan tindak lanjut pelaksanaan.

(15)
[image:15.595.110.519.425.583.2]

menggunakan sampel guru BK yang aktif di kegiatan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) sejumlah 42 responden orang guru BK adalah sebagai berikut: 35 responden perlu atau membutuhkan, 5 responden tidak atau belum mengerti karena guru baru dan mutasi darri guru mata pelajaran dan 2 responden tidak menjawab pada pertanyaan akan kebutuhan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal. Untuk lebih jelas analisa kebutuhan akan perangkat pelayanan konseling klasikal oleh sampel guru bimbingan dan konseling yang aktif di MGBK SMP/MTs Lampung Selatan, membutuhkan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal sebesar delapan puluh tiga koma tiga puluh tiga persen.

Tabel 1.2 Data Analisis Kebutuhan Perangkat BK

NO KEBUTUHAN TERHADAP

PERANGKAT BK KLASIKAL

JUMLAH

GURU PROSENTASI

1 2 3

Membutuhkan Tidak membutuhkan Absen / Tidak menjawab

35 5 2

83,33 % 11,91 % 4,76 %

* JUMLAH 42 100 %

(16)

7

1.2. Idendifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Guru BK masih banyak yang belum membuat program maupun perangkat dan kesulitan melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kebutuhan.

2. Guru BK membutuhkan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal.

3. Guru BK belum memiliki kesempatan jadwal waktu dan materi yang teratur untuk pelayanan konseling klasikal.

4. Belum ada perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal agar guru bimbingan dan konseling dapat melaksanakan layanan melalui klasikal. 5. Belum diketahui tingkat kesetujuan penggunaan perangkat pelayanan

konseling format kegiatan klasikal oleh guru bimbingan dan konseling. 6. Masih ada kegiatan bimbingan dan konseling keluar dari fungsinya. 7. Bimbingan dan konseling belum mendapat kepercayaan sepenuhnya.

8. Belum diketahui tingkat kemudahan bagi guru BK dalam menggunakan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal.

1.3. Batasan Masalah

(17)

yang akan dikembangkan. Pembatasan permasalahan yang akan diteliti dan dikembangkan tersebut adalah:

1. Belum ada perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal agar guru BK dapat melaksanakan layanan melalui klasikal.

2. Belum diketahui tingkat kesetujuan dan kemudahan oleh guru BK dalam penggunaan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah penulis kemukanan di atas, maka masalah dalam penelitian dan pengembangan ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal sesuai kebutuhan guru BK agar dapat melaksanakan layanan melalui klasikal ?

2. Bagaimana tingkat kesetujuan dan kemudahan oleh guru BK dalam penggunaan perangkat pelayanan konseling format kegiatan klasikal.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yaitu :

(18)

9

2. Mengetahui tingkat kestujuan kemudahan bagi guru BK dalam menggunakan perangkat pelayanan konseling format klasikal.

1.6. Manfaat Penelitian

Berikut penulis harapkan akan kegunaan penelitian ini dalam arti merupakan manfaat yang dapat dipetik dari pemecahan masalah yang didapat dari hasil penelitian, yaitu :

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mencapai kawasan teknologi pendidikan yaitu desain dan pengembangan.

2. Manfaat praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat

- Untuk guru bimbingan dan konseling, agar terpenuhi kebutuhan akan perangkat pelayanan konseling berupa format kegiatan klasikal

- Untuk bahan rujukan kepada kepala sekolah agar guru bimbingan dan konseling dapat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sesuau tugas pokok dan fungsinya.

- Agar peserta didik dapat menikmati dari kegiatan bimbingan dan konseling format kegiatan klasikal.

Gambar

Tabel 1.1  Data Guru BK yang Membuat Program dan Melaksanakan        Pelayanan Konseling
Tabel 1.2  Data Analisis Kebutuhan Perangkat BK

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran umum kinerja Guru bimbingan dan konseling Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Cimahi menurut evaluasi diri guru bimbingan dan konseling dalam aspek

Pengembangan Model Hipotetik Bimbingan dan Konseling Kolaboratif untuk Meningkatkan Keterampilan Belajar Siswa SMA .... Konsep Bimbingan dan Konseling

Subyek dalam penelitian ini adalah berhubungan dengan sistem elolaan layanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 2 dan SMP Negeri 4 Kota Bengkulu dengan rincian sebagai

1) Sebagai konsultan, guru Bimbingan dan Konseling atau konselor memberi masukan, saran, berbagi akses bagi peserta didik yang berperan sebagai peer konselor, guru mata

Penyebutan guru bimbingan dan penyuluhan ini akhirnya berubah menjadi guru bimbingan dan konseling (guru BK) seiring dengan perubahan istilah penyyuluhan yang

Assessment siswa untuk penyusunan program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Pekanbaru adalah (1) guru bimbingan konseling melakukan

Perkembangan teknologi yang pesat membuat perubahan terhadap lingkup pendidikan termasuk bimbingan dan konseling, adapun media online yang diminati guru BK dalam pelaksanaan konseling

ABSTRAK Efektifitas Pelatihan Wawasan Dasar Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Pemahaman Guru Sekolah Dasar terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar..