• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER KELAS V SDN 01 TEMPURAN TRIMURJO LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER KELAS V SDN 01 TEMPURAN TRIMURJO LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER KELAS V SDN 01 TEMPURAN TRIMURJO LAMPUNG TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (Skripsi)

Oleh

DEVIANA MAY RITA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER KELAS V SDN 01 TEMPURAN TRIMURJO LAMPUNG TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

DEVIANA MAY RITA

Penelitian ini berawal dari masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 65 pada mata pelajaran Matematika kelas V SDN 1 Tempuran. Tujuan penelitian adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan model Cooperative Learning tipe NHT.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan daur pada setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data kegiatan dikumpulkan melalui lembar observasi dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Cooperative Learning tipe NHT pada mata pelajaran matematika kelas V SDN 1 Tempuran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang menunjukkan hasil perubahan pembelajaran siklus I, siklus II dan siklus III mengalami peningkatan setiap siklusnya yaitu persentase rata-rata aktivitas belajar siswa siklus I (46,9%), siklus II (55,8%), dan siklus III (67,19%). Begitu juga hasil belajar siswa pada siklus I terdapat 5 siswa (31,25%) mencapai ketuntasan belajar, pada siklus II terdapat 8 siswa (50%), dan untuk siklus III meningkat menjadi 12 siswa (81,25% ). Peningkatan hasil belajar didukung uji perbedaan hasil pre-tes dan post-tes, menggunakan uji t pada siklus I diperoleh hasil thitung = 11,33 > ttabel = 2,13, siklus II diperoleh hasil thitung 7,74 = > ttabel = 2,13, dan siklus III diperoleh hasil thitung 5,37 = > ttabel = 2,13 dengan α = 0,05 (taraf kepercayaan 5%), (dk): n-1 dan n = 16. Artinya ada perbedaan antara hasil pre-tes dengan hasil post-tes secara signifikan.

(3)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED

HEADS TOGETHER KELAS V SDN 01 TEMPURAN TRIMURJO LAMPUNG TENGAH

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

DEVIANA MAY RITA Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER KELAS V SDN 01

TEMPURAN TRIMURJO LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Nama Mahasiswa : DEVIANA MAY RITA

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813053022

Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan (KIP)

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Alben Ambarita, M. Pd. Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd. NIP 19570711 198503 1 004 NIP 13176021 600000 0 000

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Alben Ambarita, M.Pd.

Sekretaris : Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Muncarno, M.Pd.

2. Dekan FKIP

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP 19600315 198503 1 003

(6)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama mahasiswa : Deviana May Rita

NPM : 0813053022

Program studi : S-1 PGSD

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “ Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together Kelas V SDN 01 Tempuran Trimurjo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013” adalah asli hasil penelitian saya dan tidak plagiat, kecuali pada bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dan apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.

Metro, Februari 2013 Yang membuat pernyataan,

Deviana May Rita

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ganjaragung Kecamatan

Metro Barat, Kota Metro pada tanggal 07 Mei 1990,

sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari

pasangan Bapak Mugiono dan Ibu Suyati.

Riwayat pendidikan peneliti:

1. Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 06

Metro Barat pada tahun 2002.

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 01 Kota Metro pada

tahun 2005.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 02 Kota Metro pada

tahun 2008.

4. Tahun 2008 terdaftar sebagai mahasiswa program Sarjana Pendidikan

(8)

MOTTO

“Allah tidak membebankan sesuatu pada seseorang melainkan sesuai dengan

kemampuannya”.

(Q.S. Al-baqarah : 286)

”Ada waktunya ketika kau yakin semuanya berakhir. Padahal saat itu

merupakan awal.”

(Louis L’Amour)

(9)

ix

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Ayahandaku Bapak Mugiono dan Ibundaku tercinta Ibu Suyati yang selalu

memberiku dukungan, semangat dan mendoakan yang tebaik untuk

keberhasilanku

Adikku Ardi Irvan Mei Sandy yang selalu mendambakan keberhasilanku

Calon suamiku tercinta Tri Agung Anandha yang selalu memberiku dukungan,

semangat, dan selalu setia mendampingi dan menemani hari-hariku hingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

Sahabat terbaiku Yulisa Safitri, S.Pd dan Yulia Ratmawati yang selalu bersama

dalam suka dan duka hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Prodi S1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita Lampung

sebagai Almamaterku

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) Kelas V SDN 01 Tempuran Trimurjo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku rektor Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peneliti hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

(11)

xi

kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua S1 PGSD Metro dan selaku Pembimbing Akademik yang telah memberi kemudahan dan arahan kepada peneliti hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini. 7. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing kedua atas

kesediannya untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini. 8. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., selaku Dosen Pembahas atas kesediaannya

untuk membahas, memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam proses penyempurnaan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu dosen serta staf S1 PGSD Universitas Lampung yang turut andil dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

10. Ibu Dra. Sudarmi. Kepala SDN 1 Tempuran yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di SDN 1 Tempuran.

11. Ibu Maryam A.Ma,Pd selaku guru pamong dan teman kolaborasi dalam melaksanakan penelitian ini yang telah banyak membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

12. Seluruh guru, staf administrasi, dan seluruh karyawan di SDN 1 Tempuran yang yang telah memberikan kemudahan dan motivasi yang membangun kepada peneliti.

13. Siswa-siswi kelas V SDN 1 Tempuran yang menjadi subjek dalam penelitian ini.

14. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, Ibunda Ibu Suyati dan Ayahanda Bapak Mugiyono, dan adikku Ardi Irvan Mei Sandy beserta keluarga besar tercinta yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materil, doa, serta kasih sayang demi keberhasilan studi peneliti. 15. Tri Agung Anandha yang telah memberikan doa, semangat, motivasi dan

(12)

xii kalian.

17. Rekan-rekan S1 PGSD angkatan 2008, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah berjuang bersama demi masa depan yang cerah dan terimakasih atas kebersamaan serta dukungan yang diberikan selama ini. 18. Seluruh dosen, staf administrasi dan karyawan FKIP Unila, seluruh

teman-teman PGSD, kakak-kakak, adik-adik angkatan, 2006, 2007, 2009, 2010, 2011 terimakasih atas kerja samanya.

19. Semua pihak yang telah banyak memberikan motivasi dan informasi serta pendapat yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan dan perkembangan mutu pendidikan khususnya pendidikan dasar ke SD-an. Semoga Allah SWT melimpahkan balasan atas kebaikan dan perhatian yang diberikan kepada peneliti, serta semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Amin.

Metro, Februari 2013

Penulis

(13)

v A. Model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together NHT ... 9

(14)

vi

3) Hasil Belajar Siswa ... 56

d.Refleksi Siklus I ... 58

e. Saran Perbaikan/Tindakan Kelas untuk Siklus II ... 56

2. Siklus II ... 60

a. Perencanaan ... 60

b. Pelaksanaan ... 61

1) Pertemuan I ... 61

2) Pertemuan II ... 63

c. Hasil Observasi Siklus II ... 65

1) Aktivitas Belajar Siswa ... 62

2) Kinerja Guru ... 66

3) Hasil Belajar Siswa ... 69

d.Refleksi Siklus II ... 70

3. Siklus III... C. Pembahasan ... 70

1. Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 84

2. Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 87

3. Hasil Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(15)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Langkah-langkah dalam Model Cooperative Learning ... 12

2. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam % ... 32

3. Data Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 dan Pertemuan 2 ... 52

4. Kinerja Guru pada Siklus I ... 54

5. Hasil Belajar Siklus I ... 57

6. Data Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 dan Pertemuan 2 ... 65

7. Kinerja Guru pada Siklus II ... 67

8. Hasil Belajar Siklus II ... 70

9. Data Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 1 dan Pertemuan 2 ... 78

10. Kinerja Guru pada Siklus III ... 79

11. Hasil Belajar Siklus III ... 82

12. Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 85

13. Rekapitulasi Kinerja Guru Per-Siklus ... 88

(16)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 33

2. Grafik rekapitulasi presentase aktivitas siswa... 85

3. Grafik rekapitulasi presentase kinerja guru... 88

(17)

ix

13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Pertemuan I ... 173

14. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Pertemuan II ... 174

15. Lembar Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II Pertemuan I ... 181

16. Lembar Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II Pertemuan II ... 182

17. Daftar Nilai Pre Test dan Post Test Siklus II ... 186

18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 158

19. Silabus Siklus III ... 154

20. Pemetaan Siklus III... 151

21. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus III Pertemuan I ... 175

22. Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus III Pertemuan II ... 176

23. Lembar Observasi Aktivitas Guru pada Siklus III Pertemuan I ... 183

24. Lembar Observasi Aktivitas Guru pada Siklus III Pertemuan II ... 184

25. Daftar Nilai Pre Test dan Post Test Siklus III ... 186

26. Surat Izin Penelitian Pendahuluan dari Fakultas ... 100

27. Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 101

28. Surat Keterangan Penelitian dari Fakultas ... 102

29. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 103

30. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 104

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta

Aqib, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Edisi II. Bumi Aksara. Jakarta.

Depdiknas. 2006. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Sekolah Dasar. Balai Pustaka. Jakarta.

_____ . 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Dikti. Jakarta. Dimyati Mudjiono. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Direktorat Pendidikan Nasional. http://Direktorat Pendidikan Nasional.com./1994/ sisdiknas/(diakses pada 12 juli 2012 @ 17:15)

Fahmi, Syaiful. 2011. Cooperative Learning. http://pmat.uad.ac.id/cooperative-learning.html. Diakses pada tanggal 12 juli 2012 @ 05.45 WIB.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta. Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together).

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/. Diakses pada 13 Juli 2012 @ 13.00 WIB.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Isjoni. Kelebihan model Cooperative Laerning tipe Numbered Heads Together. 2009.http://matematika-ipa.com. Diakses pada 13 juli 2011 @14.00 WIB. Junaidi, Wawan. Pengertian Jenis-jenis Membaca. 2009.

(19)

98

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kusnandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Rajawali Pers. Jakarta.

. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Manfaat, Budi. 2010. Membumikan Matematika dari Kampus ke Kampung.

Eduvision Publishing. Cirebon. 180 hlm.

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Kewaarganegaraan Strategi Penanaman Nilai. Grasindo. Bandung.

Meyer, Dave. 2002. The Achelerated learning Handbook. Kaifa. Bandung. Muchith, Saekan, dkk.. 2010. Cooperative Learning. RaSAIL. Semarang.

Muncarno, 2009. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. FKIP PGSD. Bandar Lampung.

Mursell, J. 2008. Mengajar dengan Sukses. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo. Bandung.

Slavin, Robert, E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

,Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Sutarno. 2008. Konsep Dasar SD. Depdikbud Dirjen Dikti. Jakarta.

(20)

Syah, Muhibibn. 2002. Psikologi Belajar. PT Raja Grafindo Persada. Bandung. Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Dirjen Pendidikan

Tinggi Depdiknas. Jakarta. 167 hlm.

Tim Redaksi. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. 2008. Sinar Grafika. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Surabaya.

Wardhani, I.G.A.K, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam Undang-undang Pendidikan Nasional Republik Indonesia

No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 (ayat 1) dijelaskan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengembangan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,

dan negara. Pentingnya arti pendidikan menuntut guru untuk lebih

bertanggungjawab dalam proses pembelajaran sehingga terjadi

peningkatan pada pengetahuan dan keterampilan siswa.

Mata pelajaran matematika telah dikenalkan pada siswa mulai

dari kelas rendah. Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang

sulit dan tidak menyenangkan. Salah satu penyebab akar masalah ini

adalah karena kurangnya keterlibatan aktivitas belajar siswa dengan

kehidupan nyata mereka. Manfaat (2010: 9) mengemukakan bahwa

matematika bukanlah pulau asing yang hanya menarik untuk dilabuhi

(22)

sendiri yang setiap hari disinggahi. Belajar matematika hakikatnya

adalah membaca aktivitas dari realitas kehidupan kita sendiri.

Dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh

peneliti pada tanggal 16 Juli 2012 di SDN 01 Tempuran Trimurjo

Lampung Tengah khususnya pada kelas V diketahui bahwa dalam

proses pembelajaran Matematika guru lebih sering menggunakan

model pembelajaran yang bersifat konvensional yang menyebabkan

peran serta siswa dalam pembelajaran rendah dan membosankan yang

diakhiri dengan tanya jawab dan penugasan. Sehingga berdampak pada

aktivitas dan hasil belajar yang didapatkan siswa kurang maksimal.

Pada saat proses pembelajaran siswa terlihat kurang aktif dan

jarang bertanya mengenai materi yang sedang diajarkan. Dari hasil

belajar terlihat masih terdapat siswa yang belum mencapai nilai

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan sekolah

sebesar 65 pada Kompetensi Dasar “Melakukan pengerjaan hitung

bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan, dan

penaksiran”, hanya 8 siswa dari 16 siswa yang mencapai nilai KKM

tersebut yaitu dengan persentase 50 %.

Untuk mengatasi hal tersebut, telah dilakukan berbagai upaya

perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran Matematika di sekolah.

Salah satu pembelajaran yang ditawarkan untuk meningkatkan mutu

pembelajaran Matematika Sekolah Dasar ( SD ) adalah model

pembelajaran yang didasarkan pada pandangan konstruktivis karena

(23)

3

8.18) mengemukakan bahwa model pembelajaran konstruktivis yang

dapat diterapkan untuk memperbaiki aktivitas dan hasil belajar serta

kinerja guru. Salah satunya adalah dengan menerapkan model

pembelajaran cooperative learning tipe Numbered Heads Together

(NHT).

Menurut Solihatin dan Raharjo (2007: 4) cooperative learning

mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama

dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja

sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau

lebih dimana keberhasilan kerja sama sangat dipengaruhi oleh

keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Model cooperative learning memiliki beragam tipe dan jenis,

salah satunya yang dapat diterapkan untuk memeperbaiki kinerja guru

dalam membelajarkan Matematika yaitu model NHT.

Huda (2011: 138) mengemukakan bahwa model NHT memiliki

banyak kelebihan, salah satunya yaitu dapat meningkatkan semangat

kerja sama siswa dan model cooperative learning tipe ini dapat

digunakan untuk semua mata pelajaran dan setiap tingkatan kelas.

Mengingat segala kelebihan yang dimiliki oleh model

pembelajaran tipe ini maka dapat disimpulkan bahwa dengan

menerapkan model NHT pada pembelajaran Matematika di SD maka

dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Dengan mempertimbangkan keberhasilan tersebut maka,

(24)

Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: ”Peningkatan Aktivitas dan

Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Cooperative

Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas V SDN

01 Tempuran Tahun Pelajaran 2012/2013”.

1 . 2 Id e n t i f i k a s i M a s a l a h

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan

beberapa masalah seperti berikut.

1. Proses pembelajaran yang kurang ,menarik sehingga aktivitas

peserta didik yang mendukung proses pembelajaran pun berkurang.

2. Pembelajaran yang masih berpusat pada guru.

3. Siswa kurang aktif dan kurang bertanya dalam kegiatan

pembelajaran. Suasana belajar yang kurang menyenangkan

sehingga siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran

Matematika.

4. Hasil belajar Matematika siswa masih rendah, terbukti pada hasil

belajar Matematika, sebanyak 8 siswa (50%) mencapai nilai di

bawah KKM dengan rata-rata nilai 58. Sedangkan KKM yang

ditetapkan oleh sekolah adalah 65.

5. Guru masih melakukan pembelajaran secara konvensional dalam

proses pembelajaran Matematika.

1 . 3 Ba t a s a n M a s a l a h

Masalah dalam penelitian ini perlu dibatasi agar terarah dan

(25)

5

“Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran

Matematika melalui model NHT Tahun Pelajaran 2012/2013”.

1 . 4 R u m u s a n M a s a l a h

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui

model NHT kelas V SDN 01 Tempuran Trimurjo Lampung

Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa melalui model

NHT kelas V SDN 01 Tempuran Trimurjo Lampung Tengah

Tahun Pelajaran 2012/2013?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SDN 01 Tempuran

Trimurjo Lampung Tengah pada pembelajaran Matematika dengan

menggunakan model NHT Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 01 Tempuran

Trimurjo Lampung Tengah pada pembelajaran Matematika dengan

menggunakan model NHT Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat

(26)

1. Peserta didik, yaitu dapat lebih aktif dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran dan lebih siap untuk mengikuti proses pembelajaran

Matematika khususnya kelas V semeter 1 SDN 01 Tempuran

Trimurjo.

2. Guru, yaitu dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru

Matematika mengenai penggunaan model NHT sehingga dapat

digunakan untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan

profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

3. Lembaga Sekolah (SDN 01 Tempuran Trimurjo), yaitu dapat

memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan

mutu pembelajaran bagi tenaga pendidik di sekolah bersangkutan.

4. Peneliti, yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan

(27)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

1.1 Tinjauan Pustaka

1.1.1 Model Pembelajaran Cooperative Learning

1.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat diterapkan untuk memperbaiki

aktivitas dan hasil belajar siswa serta kinerja guru. Menurut

Komalasari (2010: 57) model pembelajaran pada dasarnya

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai

akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,

model pembelajaran merupakan bungkus atau bungkai dari

penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Sedangkan Menurut Mayer (dalam Trianto, 2010: 21)

secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep

yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal, dan sesuatu

yang nyata dan dikonversikan untuk sebuah bentuk yang lebih

komprehensif.

Lebih lanjut Suprijono (2011: 48) model pembelajaran

dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

(28)

biasanya tergantung pada tujuan, materi, karakteristik sekolah,

lingkungan, dan kebutuhannya.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dijabarkan di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

merupakan suatu kerangka konseptual yang menggambarkan

bentuk pembelajaran dari awal hingga akhir. Dengan kata lain

model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu konsep yang

digunakan untuk mempresentasikan suatu hal.

1.1.1.2 Pengertian Model Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan

strategi pembelajaran melalui kelompok kecil peserta didik yang

saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

mencapai tujuan belajar (Depdiknas dalam Komalasari, 2010: 62).

Menurut Solihatin dan Raharjo (2007: 4) cooperative learning

mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama

dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur

kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua

orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sama sangat

dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu

sendiri.

Sedangkan menurut Slavin (2009: 4) cooperative learning

merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran di mana para

peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling

(29)

9

pembelajaran. Hal senada juga diungkapkan oleh Stahl (Solihatin

dan Raharjo, 2007: 5) yang mengungkapkan bahwa model

pembelajaran cooperative learning menempatkan peserta didik

sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu

hasil yang optimal dalam belajar.

Berdasarkan pengertian model cooperative learning dari

beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat penulis simpulkan

bahwa model pembelajaran cooperative learning adalah suatu

model pembelajaran yang berdasarkan pada pendekatan

konstruktivistik, model pembelajaran ini menempatkan peserta

didik sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai

hasil belajar yang optimal.

1.1.1.3 Prinsip Dasar Cooperative Learning

Dalam menggunakan model cooperative learning di dalam

kelas, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan. Adapun

prinsip-prinsip dasar tersebut menurut Stahl (Solihatin dan Raharjo,

2007: 7), meliputi sebagai berikut:

a. Perumusan tujuan belajar peserta didik harus jelas b. Penerimaan yang menyeluruh oleh peserta didik

tentang tujuan belajar

c. Ketergantungan yang bersifat positif d. Interaksi yang bersifat terbuka e. Tanggung jawab individu f. Kelompok bersifat heterogen

g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif h. Tindak lanjut (follow up)

i. Kepuasan dalam belajar

Hal senada juga dipaparkan oleh Muchit, dkk. (2010:

(30)

harus dilakukan dalam mencapai kegiatan pembelajaran yang

optimal, yaitu (1) prinsip ketergantungan positif, (2) tanggung

jawab perseorangan, (3) interaksi tatap muka, dan (4) partisipasi

dan komunikasi.

Sedangkan menurut Muslimin, dkk., (dalam

Widyantini, 2008: 4) mengemukakan prinsip dasar cooperative

learning adalah sebagai berikut:

a. Setiap anggota kelompok (peserta didik) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (peserta didik) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (peserta didik) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (peserta didik) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. e. Setiap anggota kelompok (peserta didik) akan

diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka

penulis menyimpulkan bahwa prinsip utama dalam

pembelajaran dengan menggunakan model cooperative

learning adalah dapat membentuk peserta didik agar lebih

bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri serta dengan

kelompoknya dengan didasari prinsip kepemimpinan untuk

mencapi tujuan bersama. Dengan indikator sebagai berikut:

(31)

11

bersifat terbuka, tanggung jawab individu, kelompok bersifat

heterogen, dan tindak lanjut.

1.1.1.4 Ciri-ciri Cooperative Learning

Muchit (2010: 92) mengungkapkan bahwa model cooperative learning memiliki karakteristik tersendiri, yaitu (1) pembelajaran dilakukan secara tim, (2) pembelajaran didasarkan pada manajemen kooperatif, (3) adanya kemauan untuk bekerja sama, dan (4) keterampilan bekerja sama. Masih dalam sumber yang sama Rosyada mengungkapkan bahwa terdapat empat unsur penting dalam model cooperative yaitu (1) adanya peserta dalam kelompok, (2) adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.

Pendapat yang lain diungkapkan oleh Muslimin, dkk.

(Widyantini, 2008: 4) yang mengungkapkan bahwa ciri-ciri

cooperative learning adalah sebagai berikut; kerja kelompok,

pembentukan kelompok secara heterogen, dan penghargaan

kelompok. Hal senada juga diungkapkan oleh Arends (2009),

ciri-ciri cooperative learning adalah, (a) peserta didik bekerja dalam

kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis, (b)

anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari peserta didik

yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi, (c) jika

memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif

berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin, dan (d) sistem

penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada

individu.

Berdasarkan pada pendapat para ahli di atas dapat penulis

(32)

peserta didik yang belajar bersama dalam sebuah kelompok

heterogen, dalam hal ini berarti setiap anggota kelompoknya

mempunyai kemampuan yang berbeda-beda serta setiap individu

dalam kelompok harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri serta

dengan rekan sesama kelompoknya.

1.1.1.5 Langkah-langkah Cooperative Learning

Dalam menggunakan model cooperative learning di dalam

kelas, ada beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan.

Menurut Arends (Suwarjo, 2008: 106) dan Suprijono (2011: 65)

mengungkapkan bahwa terdapat 6 fase atau langkah utama dalam

pembelajaran kooperatif, yaitu seperti yang diungkapkan dalam

tabel di berikut ini:

Tabel 1. Langkah-langkah Cooperative Learning. No. Langkah-langkah Aktivitas Guru

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik (present goals and set)

Menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai dan memotivasi peserta didik untuk belajar.

2. Menyajikan informasi

(present information) Guru menyajikan informasi dengan berbagai bentuk aktivitas pembelajaran. 3. Mengorganisasikan

peserta didik dalam kelompok belajar

(organize students into learning teams)

Guru menyampaikan informasi tentang bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu peserta didik agar melakukan transisi dalam kelompok belajar secara efesien. pada saat kelompok melakukan tugas bersama.

5. Evaluasi

(test on the materials) Guru mengevaluasi hasil belajar kelompok melalui representasi peserta didik dalam kelompok.

6. Memberi penghargaan

(33)

13

Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh pendapat ahli di

atas maka penulis menyimpulkan bahwa kegiatan dalam

cooperative learning diawali dengan menyampaikan tujuan dan

memotivasi peserta didik untuk belajar, kegiatan ini kemudian

diakhiri dengan memberikan penghargaan atau pengakuan kepada

kelompok yang dianggap berprestasi.

1.1.1.6 Tujuan Cooperative Learning

Tujuan dari cooperative learning adalah menciptakan

situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi

oleh keberhasilan kelompoknya. Slavin (2009: 6) mengungkapkan

bahwa tujuan cooperative learning berbeda dengan kelompok

tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana

keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain.

Sedangkan

Sedangkan menurut Martati (2010: 15) model pembelajaran kooperatif dikembangkan paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu tujuan pertama, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademis yang penting. Tujuan kedua adalah toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas social, atau kemempuannya. Tujuan ketiga adalah kooperatif mengajarkan keterampilan kerjasama dan berkolaborasi kepada peserta didik

.

Lebih lanjut Ibrahim (Muchit, 2010: 90) merangkum tujuan

model cooperative learning menjadi tiga tujuan penting, yaitu:

a. Hasil belajar akademik

(34)

dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Cooperative learning member peluang bagi peserta didik dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja sama dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan social

Cooperative learning mengajarkan kepada peserta didik keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Hal ini penting untuk dimiliki peserta didik sebab saat ini banyak anak muda yang masih kurang dalam keterampilan sosial.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka penulis

menyimpulkan bahwa tujuan cooperative learning selain untuk

meningkatkan prestasi akademis peserta didik, cooperative

learning juga dapat menumbuhkan sikap toleransi dan penerimaan

terhadap kekurangan orang lain, serta dapat mengembangkan

keterampilan sosial.

1.1.1.6 Jenis-Jenis Model Cooperative Learning

Ada beberapa model pembelajaran kooperatif (Arends,

2001). Di sini akan diuraikan secara ringkas masing-masing model

tersebut.

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan

teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan

Cooperative Learning yang paling sederhana. Langkah-langkah

(35)

15

a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau

permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang

akan dicapai.

b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara

individual sehingga akan diperoleh skor awal.

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok

terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa dengan kemampuan

yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika

mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku

yang berbedaserta kesetaraan jender.

d. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam

kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran

kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan untuk penguatan

pemahaman materi (Slavin, 1995).

e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,

mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi

pembelajaran yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara

individual.

g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan

perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari

(36)

b. Investigasi Kelompok

Investigasi kelompok mungkin merupakan model

Cooperative Learning yang paling kompleks dan paling sulit untuk

diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan.

Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam

perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana

jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma

dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih

terpusat pada guru.

Dalam penerapan investigasi kelompok ini guru membagi

kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa

yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk

dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat

yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik

untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas

topik yang dipilih itu. Selanjutnya menyiapkan dan

mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

c. Pendekatan Struktural

Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan

kawan-kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan

pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada

penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh

(37)

17

tradisional, seperti resitasi, di mana guru mengajukan pertanyaan

kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah

mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan

oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam

kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif,

daripada penghargaan individual.

d. Numbered Heads Together (NHT)

NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif

yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan

untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Lagkah-langkah yang harus ditempuh dalam penerapan

model ini yaitu:

a. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok.

Masing-masing peserta didik dalam kelompok diberi nomor.

b. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing

kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang

dianggap paling benar dan memastikan semua anggota

kelompok mengetahui jawaban tersebut.

d. Guru memanggil salah satu nomor. Peserta didik dengan nomor

yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi

(38)

e. Jigsaw

Cooperative Learning tipe jigsaw adalah suatu tipe

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam

satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian

materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada

anggota lain

f. Team Assited Individualization atau Team Accelarated

Instruction (TAI)

Pembelajaran kooperatif tipe Team Assited

Individualization (TAI) ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini

mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan

pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi

kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan

pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan

masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara

individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan

oleh guru.

1.1.2 Model Cooperative Learning Tipe NHT

2.1.2.1 Pengertian Model Cooperative Learning Tipe NHT

Model cooperative learning memiliki beragam tipe dan

jenis, salah satunya yang dapat diterapkan dalam proses

pembelajaran yaitu model NHT. Herdian (2009) mengungkapkan

(39)

19

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus

yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik

dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Sedangkan Slavin (2009: 256) memaparkan bahwa NHT

pada dasarnya adalah sebuah varian dari Group Discussion,

pembelokannya yaitu hanya pada satu peserta didik yang

mewakili kelompoknya tetapi sebelumnya tidak diberi tahu siapa

yang akan menjadi wakil kelompok tersebut. Pembelokan

tersebut memastikan keterlibatan total dari semua peserta didik.

Lebih lanjut Komalasari (2010: 62) mengatakan bahwa

pada model pembelajaran ini setiap peserta didik diberi nomor

kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru

memanggil nomor dari peserta didik.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas maka

dapat penulis simpulkan bahwa model NHT adalah suatu model

pembelajaran di mana para peserta didik berkumpul dalam satu

kelompok kecil untuk berdiskusi memecahakan masalah dan

setiap anggotanya memiliki nomor yang berbeda dan setiap

peserta didik diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok

kemudian secara acak guru memanggil nomor dari peserta didik.

2.1.2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT

Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh

(40)

Salah satunya diungkapkan oleh Huda (2011: 138),

lagkah-langkah yang harus ditempuh dalam penerapan model ini yaitu:

a. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing peserta didik dalam kelompok diberi nomor.

b. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

d. Guru memanggil salah satu nomor. Peserta didik dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompomk mereka.

Hal senada juga diungkapkan oleh Muchith (2010: 107)

yang memaparkan langkah-langkah dalam pembelajaran

dengan menggunakan model NHT menjadi empat langkah

penting yaitu:

a. Langkah 1: Penomoran (Numbering), yaitu guru membagi peserta didik menjai beberapa kelompok yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap peserta didik dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda. b. Langkah 2: Pengajuan pertanyaan (Questioning), yaitu

guru mengajukan suatu pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.

c. Langkah 3: Berpikir bersama (Heads Together), yaitu peserta didik berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.

d. Langkah 4: Pemberian jawaban (Answering), yaitu guru menyebut satu nomor dan para peserta didik dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Penjabaran yang sedikit berbeda mengenai

(41)

21

oleh Komalasari (2010: 62-63), di mana langkah-langkah

tersebut yaitu:

a. Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor,

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya,

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

f. Kesimpulan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat

penulis himpun untuk langkah-langkah yang harus ditempuh

dalam pembelajaran dengan menggunakan model NHT yaitu

diawali dengan pembentukan kelompok, dimana setiap anggota

kelompok diberi nomor, selanjutnya adalah pemberian masalah

atau pertanyaan yang harus dipecahkan oleh seluruh anggota

kelompok, dan diakhiri dengan guru menyebutkan salah satu

nomor dari setiap kelompok untuk menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh guru. Dengan indikator sebagai berikut: peserta

didik dibagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing peserta

didik dalam kelompok diberi nomor, guru memberikan

tugas/pertanyaan dan setiap kelompok mengerjakannya,

kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap

paling benar dan memastikan semua anggota kelompok

(42)

nomor, peserta didik dengan nomor yang dipanggil

mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka, lalu

teman dari kelompok lain menanggapi dan yang terakhir

kesimpulan.

2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan NHT

Kelebihan dari model NHT salah satunya diungkapkan

oleh Huda (2011: 138), yaitu 1) memberikan kesempatan pada

peserta didik untuk saling sharing ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, 2) meningkatkan

semangat kerja sama, dan 3) dapat digunakan untuk semua mata

pelajaran dan tingkatan kelas.

Isjoni (2009) mengungkapkan bahwa kelebihan model

NHT ada empat yaitu:

a. Setiap peserta didik menjadi siap semua,

b. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, c. Peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta

didik yang kurang pandai, dan

d. Tidak ada peserta didik yang mendominasi dalam kelompok.

Sedangkan kelemahannya adalah kemungkinan nomor

yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru dan tidak semua

anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari beberapa

pendapat para ahli di atas adalah model NHT ialah model

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus

(43)

23

dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Dengan indikator model pembelajaran ini ialah setiap peserta

didik menjadi siap semua, dapat melakukan diskusi dengan

sungguh-sungguh, peserta didik yang pandai dapat mengajari

peserta didik yang kurang pandai, dan tidak ada peserta didik

yang mendominasi dalam kelompok, peserta didik berpikir

bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap

orang mengetahui jawaban tersebut.

1.1.3 Aktivitas Belajar

2.1.3.1 Pengertian Aktivitas

Pengertian aktivitas menurut Sardiman (2011: 100) adalah

kegiatan interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang

melibatkan fisik dan pikiran. Sedangkan Rosseau dalam

Sardiman (2011: 100) aktivitas adalah segala pengetahuan yang

diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri,

bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri yang

melibatkan kerja pikiran serta fisik.

Lebih lanjut Hamalik (2001: 28) aktivitas adalah suatu

proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan

lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut yaitu pengetahuan,

pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,

hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti.

Dari beberapa pengertian tentang aktivitas yang telah

(44)

suatu proses kegiatan yang melibatkan fisik ataupun pikiran yang

menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan tentang

tingkah laku.

2.1.3.2 Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut Mursell (2008: 22) adalah

suatu usaha mencari dan memahami pengertian, makna,

pemahaman. Bila usaha itu gagal maka dapat dikatakan

pembelajarannya juga gagal. Berikut dikemukakan oleh Sardiman

(2011: 20) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau

penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

Sedangkan menurut Syah (2002: 113) belajar adalah

tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan menetap

sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif.

Dari beberapa teori di atas, penulis menyimpulkan bahwa

belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk

mengubah perilakunya melalui pengalaman yang diperoleh secara

langsung dalam proses belajar dan pembelajaran.

2.1.3.3 Pengertian Aktivitas Belajar

Pengertian aktivitas belajar menurut Meyer (2002: 90)

(45)

25

perilakunya melalui pengalaman yang diperoleh secara langsung

dalam proses belajar dan pembelajaran.

Sedangkan menurut Kunandar (2010: 296) aktivitas dalam

kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu

dimana siswa mampu mengajukan pertanyaan, siswa dapat

merespon aktif pertanyaan yang diberikan guru, siswa

berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah dalam

pembelajaran, siswa antusias dan semangat dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran, siswa dapat memberikan tanggapan saat

mengikuti proses pembelajaran, siswa dapat memotivasi diri dan

melaksanakan instruksi dari guru, siswa aktif dalam

mengkonstruksikan bahan praktikum.

Menurut Junaidi (2009) aktivitas belajar adalah segenap

rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan

seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa

perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya bergantung

pada sedikit banyaknya perubahan.

Dari beberapa pengertian tentang aktivitas belajar yang

dikemukakan di atas, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas

belajar adalah segala kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik

ataupun pikiran dalam kegiatan pembelajaran dengan indikator

yaitu siswa mampu mengajukan pertanyaan, siswa dapat

merespon aktif pertanyaan yang diberikan guru, siswa

(46)

pembelajaran, siswa antusias dan semangat dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran, siswa dapat memberikan tanggapan saat

mengikuti proses pembelajaran, siswa dapat memotivasi diri dan

melaksanakan instruksi dari guru, siswa aktif dalam

mengkonstruksikan bahan praktikum.

1.1.4 Hasil Belajar

Pengertian hasil belajar menurut Kusnandar (2010: 277) adalah

hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari

mata pelajaran yang berupa data kualitatif maupun kuantitatif.

Pendapat yang lain diungkapkan oleh Suprijono (2011: 7) hasil

belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah

satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya hasil pembelajaran tidak

dilihat secaara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

Bloom, dkk., (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26) mengkategorikan jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar

ke dalam tiga ranah, diantaranya:

a. Ranah kognitif, terdiri dari enam perilaku, diantaranya: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah afektif, terdiri dari lima perilaku, diantaranya: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, serta pembentukan pola hidup.

c. Ranah psikomotor, terdiri dari tujuh perilaku, diantaranya: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa (berketerampilan), gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat

(47)

27

dihasilkan oleh peserta didik yang meliputi pengetahuan dan

keterampilan yang nampak pada perubahan tingkah laku setelah melalui

proses pembelajaran dengan indikator domain kognitif yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, penilaian.

1.1.5 Matematika

Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari

jenjang SD sampai dengan perguruan tinggi. Alasan pentingnya

matematika untuk dipelajari karena begitu banyak kegunaannya.

Suwangsih (2006: 9) menyebutkan kegunaan matematika yaitu sebagai

berikut :

a. Matematika sebagai pelayan ilmu yang lain.

b. Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya

dalam kehidupan sehari-hari.

Manfaat (2010: 9) mengemukakan bahwa matematika bukanlah

pulau asing yang hanya menarik untuk dilabuhi oleh orang-orang

tertentu, akan tetapi matematika adalah pulau kita sendiri yang setiap hari

disinggahi. Belajar matematika hakikatnya adalah membaca aktivitas dari

realitas kehidupan kita sendiri. Adapun Suwangsih (2006 : 3)

mengemukakan bahwa matematika terbentuk dari pengalaman manusia

dalam dunianya secara empiris. Sejalan dengan itu Hans Freudental

(dalam Tarigan, 2006:3) memandang bahwa matematika merupakan

kegiatan insani (human activities) dan terkait dengan realitas, dekat

dengan dunia anak, dan relevan bagi masyarakat, sehingga apa yang

(48)

sebagai suatu kegiatan, yakni proses matematisasi matematika”. Dengan

demikian ketika siswa melakukan kegiatan belajar matematika maka

dalam dirinya terjadi proses matematisasi.

Dari uraian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa

matematika merupakan kegiatan yang mengajak anak untuk mencari,

menemukan, dan membangun pengetahuan berdasarkan perhitungan

dengan aktivitas dalam kehidupan mereka. Matematika merupakan mata

pelajaran yang berkaitan dengan realitas kehidupan manusia dalam

perhitungan sehari-hari yang dapat mewujudkan tujuan dari pendidikan,

yaitu membentuk manusia yang cerdas, berintelektual, dan memiliki daya

nalar berdasarkan pemikiran yang logis.

1.2 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian atau tinjauan pustaka di atas dirumuskan hipotesis

penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran

Matematika menggunakan model Cooperative Learning Tipe Numbered

Heads Together (NHT) dengan langkah-langkah yang tepat maka aktivitas

dan hasil belajar siswa kelas V SD N 01 Tempuran Trimurjo Lampung

(49)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yaitu suatu Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan

di kelas (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Dalam setiap siklus terdiri dari 4

kegiatan pokok yang dirangkai menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan

(planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi

(reflecting). Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan guru kelas V

SDN 01 Tempuran Trimurjo.

3.1.1 Setting Penelitian

3.1.1.1Subjek Penelitian

Subjek PTK ini adalah siswa kelas VB yang terdiri dari 16

siswa, dengan rincian 9 siswa laki-laki dan 7 siswa

perempuan, dan guru kelas VB.

3.1.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 01

Tempuran Trimurjo Lampung Tengah Tahun Pelajaran

(50)

3.1.1.3Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil yaitu

bulan Juli sampai dengan September 2012. Penentuan waktu

penelitian mengacu pada kalender pendidikan di SD, karena

PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses

pembelajaran yang efektif di kelas.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Nontes: panduan observasi, dokumentasi dan wawancara,

instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru

kelas VB SDN 01 Tempuran Trimurjo Lampung Tengah tahun

pelajaran 2012/2013.

2. Teknik Tes: tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk menjaring

data mengenai peningkatan hasil belajar peserta didik.

3.3 Alat Pengumpulan Data

1. Lembar observasi dan wawncara, digunakan untuk mengumpulkan data

mengenai aktivitas belajar peserta didik dan kinerja guru selama

penelitian.

2. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk menjaring data

mengenai peningkatan hasil belajar peserta didik.

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan

analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif akan digunakan untuk

(51)

31

memberikan pemaknaan secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan

permasalahan penelitian, yaitu data tentang kinerja guru, peserta didik, dan

pendapat peserta didik tentang penggunaan buku cerita bergambar.

Sedangkan analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan

berbagai dinamika kemajuan kualitas hasil atau keterampilan membaca

nyaring peserta didik dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang

diajarkan guru.

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif, akan digunakan untuk menganalisis aktivitas

belajar siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

Nilai aktivitas setiap siswa dan analisis kinerja guru diperoleh dengan

rumus:

Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari tes membaca 100 = Bilangan tetap

Sumber: (Purwanto, 2008: 102)

2. Analisis Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data dari hasil aktivitas dan hasil

belajar melalui model pembelajaran cooperative learning tipe

Numbered Heads Together (NHT) pada siklus I, siklus II, dan siklus III.

(52)

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan peserta didik

pada siklus I, siklus II, dan siklus III.

Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung

nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada peserta didik

dengan rumus:

a) Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar peserta didik

secara individual dugunakan rumus:

= 100

Keterangan:

S = nilai yang diharapkan

R = jumlah skor/item yang dijawab benar

N = skor maksimum dari tes

100 = bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2008:112)

b) Nilai rata-rata seluruh peserta didik didapat dengan

menggunakan rumus:

= ∑

Keterangan:

X = Rata-rata hitung nilai

N = Banyaknya peserta didik

Xi = Nilai peserta didik

(Sumber: Herrhyanto, dkk. 2009: 4.9)

c) Sedangkan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar

(53)

33

ketuntasan klasikal = X 100%

(Sumber: Purwanto, 2008: 102)

Tabel 2. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Peserta didik dalam %.

Tingkat Keberhasilan (%) Arti

>80% (Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

d) Uji perbedaan antara hasil pre-tes dengan hasil post-tes one

group desaign, menggunakan rumus:

t =

Keterangan:

Md = mean dari perbedaan pre-tes dengan post-tes

(post-tes – pre-test)

xd = deviasi masing-masing subyek (d - Md)

∑ = jumlah kuadrat deviasi

d.b = ditemukan dengan N-1

Pengambilan keputusan menggunakan angka pembanding

ttabel dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika thitung ≥ ttabel maka hipotesis diterima, dan

b. Jika thitung ≤ ttabel maka hipotesis ditolak.

(54)

3.5 Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila:

1. Persentase siswa aktif meningkat setiap siklusnya.

2. Adanya peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa yaitu 75 setiap

siklusnya sehingga siswa yang tuntas mencapai KKM ≥75% (dengan

KKM 65).

3. Aktivitas siswa dan kinerja guru mencapai persentase sebesar ≥75%

(diadaptasi dari Arikunto, 2007: 250).

3.6 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil dan dilaksanakan

dengan tiga siklus, tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yakni;

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada akhir kegiatan

(55)

35

Gambar 2. Alur siklus PTK

Modifikasi dari Wardhani, dkk (2007: 2.4).

3.7 Urutan Tindakan Penelitian

3.7.1 Siklus I

Pada siklus I materi yang diajarkan adalah Pengerjaan Hitung

Bilangan Bulat.

a. Perencanaan (Planning)

1. Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi

dasar yang akan disampaikan kepada siswa.

2. Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan

materi pokok yang diajarkan yaitu ”Menentukan KPK dan

FPB”.

Perencanaan

SIKLUS I

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan Refleksi SIKLUS III

Pelaksanaan Pengamatan

(56)

3. Penulis bersama guru mengadakan diskusi untuk membuat

kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran.

4. Menyiapkan perangkat pembelajaran (silabus, RPP, LKS dan

media pembelajaran) yang akan digunakan selama proses

pembelajaran di kelas.

5. Menyiapkan lembar observasi terstruktur untuk melihat

aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran

berlangsung.

6. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.

7. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan (Acting)

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah

mengelola proses pembelajaran Matematika dengan

menggunakan model Cooperatitive Learning Tipe Numbered

Heads Together. Penerapan tindakan mengacu pada skenario

dan RPP yang dibuat.

Kegiatan Awal:

1. Guru mengondisikan kelas untuk siap belajar.

2. Guru menyampaikan apersepsi, misalnya guru bertanya

jawab kepada siswa untuk merangsang siswa untuk berpikir

mengenai materi yang akan diajarkan.

3. Guru menginformasikan tujuan yang akan dicapai melalui

(57)

37

Kegiatan Inti:

1. Sebelum bahan pembelajaran diberikan, guru memberikan

pengenalan topik yang akan diberikan.

2. Guru menjelaskan materi mengenai “Menentukan KPK dan

FPB” ( guru menjelaskan cara menentukan KPK dan FPB

dengan menggunakan bilangan prima dengan cara

menggunakan pohon faktor dan tabel)

3. Guru membagi kelompok belajar menjadi 4 kelompok.

Dengan jumlah 4 orang setiap kelompok.

4. Guru membagikan nomor pada setiap anggota kelompok

(misalnya 1, 2, 3, 4).

5. Guru membagikan LKS untuk dikerjakan bersama dengan

masing-masing anggota kelompoknya.

6. Guru memberikan waktu 10-15 menit untuk mengerjakan

LKS.

7. Guru memanggil satu nomor secara acak (misalnya, nomor 1)

untuk memberikan jawabannya. Anggota kelompok yang lain

yang memiliki nomor 1 dan paling cepat mengangkat

tangannya, maka dialah yang berhak ditunjuk untuk

memberikan jawabannya.

8. Setelah itu guru memanggil nomor yang lain (misalnya,

nomor 2) untuk memberikan jawaban, namun dengan cara

yang berbeda. Misalnya, siswa bernomor 2 diminta untuk

(58)

9. Setelah seluruh nomor pada setiap kelompok mendapat

giliran untuk menjawab, guru lalu memberikan sejumlah soal

untuk diselesaikan secara individu. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui sampai sejauh mana tingkat pemahaman siswa

terhadap materi yang sudah dipelajari bersama.

Kegiatan Akhir:

1. Guru bertanya kembali jika ada siswa yang belum paham

mengenai materi yang telah disampaikan.

2. Guru bersama siswa membuat kesimpulan.

c. Pengamatan (Observation)

Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan. Aspek-aspek yang diamati adalah:

1. Situasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan

siswa.

2. Aktivitas siswa diamati dengan membubuhkan tanda ceklist

(√) pada lembar observasi.

3. Data dari lembar observasi diperoleh dari setiap pertemuan

pada masing-masing siklus yang berupa skor aktivitas setiap

siswa.

d. Refleksi (Reflecting)

1. Menganalisis hasil tes dan observasi

2. Hasil analisis digunakan untuk mengadakan revisi terhadap

(59)

39

praktisi dan merevisi perencanaan sehingga pada siklus

selanjutnya menjadi lebih baik lagi.

3.7.2 Siklus II

Seperti halnya siklus I, siklus II pun terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada siklus II

materi pelajaran adalah ”Menentukan KPK dan FPB”. Siklus II ini

dilakukan sebagai usaha agar hasil pembelajaran akan lebih baik

dari siklus I.

a. Perencanaan (Planing)

Penulis membuat rencana pembelajaran berdasarkan

hasil refleksi pada siklus pertama.

1. Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi

dasar yang akan disampaikan kepada siswa.

2. Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan

materi pokok yang diajarkan yaitu ”Operasi Hitung Bilangan

Bulat”

3. Peneliti bersama guru mengadakan diskusi untuk membuat

kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran.

4. Menyiapkan perangkat pembelajaran (silabus, RPP, LKS dan

media pembelajaran) yang akan digunakan selama proses

pembelajaran di kelas.

5. Menyiapkan lembar observasi terstruktur untuk melihat

Gambar

Tabel 1. Langkah-langkah Cooperative Learning.
Tabel 2.  Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Peserta didik dalam %.
Gambar 2. Alur siklus PTK

Referensi

Dokumen terkait

NO NAMA PAKET PEKERJAAN LOKASI PAGU ANGGARAN METOOE PENGADAAN utsrponmlkjihgecbaWSRPONLKC. 1 Pembangunan Sekolah Shelter Kecamatan Wanareja Rp 1.076.865.550

lndikator atau aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian ini adalah: gagasan, ide atau tema, organisasi, kosa kata atau pilihan kata, penggunaan bahasa, dan mekanik

So that students can socialize with peers without having to leave one of the Indonesian cultural identity is “caring”, based on research from various sources of journals and

Setelah data penelitian berupa nilai gain diuji dengan menggunakan uji U Mann Whitney, didapatkan bahwa tidak ada perbedaan nilai prestasi belajar yang signfikan antara

[r]

bahwa untuk lebih meningkatkan kegiatan penanaman modal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk percepatan pembangunan dengan tetap meningkatkan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar optimasi, lembar observasi keterlaksanaan tahapan inkuiri, pedoman penilaian jawaban siswa terhadap

(2) Di KJA Gundil Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Benedenia sebesar 100% dan Dactylogyrus sebesar 0% serta intensitas ektoparasit