• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA POLRI DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN YANG DILAKUKAN OLEH GENG MOTOR (Studi di Wilayah Hukum Polres Metropolitan Jakarta Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA POLRI DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN YANG DILAKUKAN OLEH GENG MOTOR (Studi di Wilayah Hukum Polres Metropolitan Jakarta Utara)"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Publik Jakarta tersentak tatkala geng motor mengamuk. Mereka menebar teror pada dini hari tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta memang abai terhadap keberadaan geng motor.Mereka juga lupa bahwa teror yang ditebar geng motor sudah begitu mengkhawatirkan. Bayangkan saja, pada 2009 ada 68 orang tewas di arena balapan liar, tempat geng motor berkumpul. Pada 2010 ada 62 orang tewas dan 2011 ada 65 tewas.1

Korban tewas umumnya akibat kecelakaan dalam balapan liar, pengeroyokan, dan kecelakaan lalu lintas. Pada April ini saja ada dua korban tewas setelah dikeroyok geng motor. Satu di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan dan satu lagi anggota TNI AL yang dikeroyok di Jakarta Utara . Saat itu tak ada publik Jakarta yang peduli. Para pejabat di negeri ini pun seperti tidak peduli menyikapi teror yang ditebar geng motor tersebut. Geng motor mengamuk pada Jumat dini hari, publik Jakarta langsung terbeliak. Menko Polhukam bahkan angkat bicara. Fenomena ini menunjukkan bahwa geng motor Jumat dini hari itu adalah geng motor yang luar biasa sehingga begitu mendapat perhatian yang luar biasa pula dari publik dan para pejabat negara. Perhatian yang luar biasa ini dapat dipahami sebab aksi mereka memang luar biasa, mulai dari

Jakarta Utara hingga Jakarta Pusat.

1

(2)

Mereka bisa mengamuk selama tiga jam di ibu kota negara tanpa diketahui dan dicegah aparat keamanan. Mereka bisa bebas melempari kantor polisi, menganiaya sejumlah orang,menusuk anggota masyarakat hingga tewas, dan melakukan penyerangan di delapan lokasi.

Keadaan seperti ini telah memberikan dorongan yang kuat untuk membahas dan mencari alternatif jalan keluar yang terbaik menanggulangi masalah kenakalan remaja dalam. Hal ini dapat dipandang sebagai perilaku yang berada di luar kemampuan pengendalian diri remaja, gejala yang timbul dalam suatu proses perubahan, dimana terjadi perubahan pada nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku. Oleh karena itu penting sekali tanggapan terhadap persoalan mengenai cara dan tindakan guna menghantarkan generasi muda yang bertanggung jawab serta ikut dalam memberikan bantuan yang nyata kepada bangsa dan negara di masa depan.

Praktik geng motor tersebut diharapkan sudah dapat diakomodir dengan penegakan hukum secara konsisten dari para penegak hukum di Indonesia. Namun pada kenyataannya masih banyak kita jumpai tindak kekerasan yang terjadi di masyarakat fenomena semacam ini mengindikasikan bahwa ternyata hukum pidana yang mempunyai sanksi yang bersifat sebagai hukuman (punishment) belum mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat secara maksimal.

(3)

tersebut dilepaskan, tanpa memikirkan apa manfaat mereka ditangkap dan apa efeknya bagi geng motor tersebut. Setelah dilepaskan, geng motor itu akan mengulangi kembali perbuatannya, ditangkap lagi, kemudian dibina, dan dilepaskan kembali. Demikianlah siklus pemberantasan geng motor di Indonesia sekarang ini yang tidak kunjung henti. Apabila geng motor tersebut kembali beraksi, maka teori yang dikemukakan oleh Durkheim adalah sangat tepat, yaitu kejahatan itu merupakan hal normal dan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat.2

Kepolisian dalam hal ini berkaitan dengan fungsinya sebagai pengayom masyarakat mempunyai peran yang sangat besar dalam upaya penanggulangan terhadap geng motor. Pihak kepolisian yang begitu dekat dengan masyarakat diharapkan mampu mengambil tindakan yang tepat dalam menyikapi fenomena- fenomena geng motor di masyarakat. Tentu saja ini tidak terlepas dari partisipasi seluruh masyarakat untuk membantu pihak kepolisian dalam mengungkap aksi-aksi geng motor yang terjadi di sekeliling mereka. Operasi-operasi yang dilakukan pihak kepolisian terhadap para pelaku geng motor yang pada umumnya hanya menangkap, memberikan hukuman seperti lari, push up, jalan jongkok kemudian melepaskannya lagi sama sekali tidak mendatangkan manfaat bagi pemberantasan geng motor. Pemikiran ini kiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi para pengambil kebijakan baik di tingkat pusat maupun di daerah. Sehingga harapan kita tentang kondisi masyarakat yang nyaman, aman, dan tertib dapat tercapai dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini mendorong diusahakannya berbagai alternatif untuk mengatasi fenomena-fenomena yang meresahkan masyarakat tersebut, baik oleh para penegak hukum maupun oleh para ahli-ahli hukum. Harus dicari suatu cara yang tepat dan dapat mengatasi geng motor yang meresahkan masyarakat.3

2

http://kardomantumangger.blogspot.com

3

(4)

Untuk itu penulis melakukan penelitian dalam bentuk penulisan Hukum atau skripsi yang berjudul :“Upaya Penanggulangan Kejahatan Yang Dilakukan Oleh Geng Motor”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan

Berdasarkan pada latar belakang di atas, dapatlah dirumuskan permasalahan dalam skripsi ini sebagai berikut :

1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh geng motor?

2. Bagaimanakah upaya penanggulangan kejahatan yang dilakukan geng motor ? 3. Faktor penghambat dalam penanggulangan kejahatan yang dilakukan geng motor ?

2. Ruang Lingkup

Agar penulisan ini tidak terlalu luas penulis membatasi ruang lingkupnya. Ruang lingkup permasalahan dalam skripsi ini hanya dibatasi terhadap subtansi dalam artian hukum pidana yang bertempat di wilayah hukum Polres Metro Jakarta Utara dan waktu dapat disesuaikan oleh penulis dalam upaya penanggulangan terhadap kejahatan geng motor yang mengganggu ketertiban umum.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penulisan

Sesuai dengan Pokok bahasan, tujuan dari penelitian ini adalah:

(5)

b.Untuk mengetahui upaya penanggulangan kegiatan geng motor yang menimbulkan kejahatan.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis, adapun kegunaan teoritis dan praktis itu adalah:

a. Kegunaan Teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka melakukan pengembangan ilmu hukum, khususnya hukum pidana menngenai faktor apa yang menyebabkan geng motor melakukan kejahatan.

b. Kegunaan Praktis, diharapkandapat digunakan sebagai bahan masukan kepada para praktisi hukum terutama kepada para kepolisian sebagai aparat penegak hukum yang mempunyai tugas dan wewenang menindak pelaku kejahatan geng motor.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan dari suatu kesatuan yang logis yang menjadi landasan, acuan, dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian atau penulisan.4

1. Teori-teori sebab-sebab orang melakukan kejahatan

Masalah sebab-sebab kejahatan selalu merupakan permasalahan yang sangat menarik. Berbagai teori yang menyangkut sebab kejahatan telah diajukan oleh para ahli dari

4

(6)

berbagai disiplin dan bidang ilmu pengetahuan. Namun, sampai dewasa ini masih belum juga ada satu jawaban penyelesaian yang memuaskan.

Suatu kejahatan harus memahami tingkah laku manusia baik dengan pendekatan deskriptif maupun dengan pendekatan kausal, sebenarnya dewasa ini tidak lagi dilakukan penyelidikan sebab musabab kejahatan, karena sampai saat ini belum dapat ditentukan faktor penyebab pembawa risiko yang lebih besar atau lebih kecil dalam menyebabkan orang tertentu melakukan kejahatan, dengan melihat betapa kompleksnya perilaku manusia baik individu maupun secara berkelompok.

Sebagaimana telah di kemukakan, kejahatan merupakan problem bagi manusia karena meskipun telah ditetapkan sanksi yang berat kejahatan masih saja terjadi. Hal ini merupakan permasalahan yang belum dapat dipecahkan sampai sekarang.

Separovic (Weda, 1996:76) mengemukakan, bahw ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan yaitu:

(1) Faktor personal, termasuk di dalamnya faktor biologis (umur, jenis kelamin, keadaan mental dan lain-lain) dan psikologis (agresivitas, kecerobohan, dan keteransingan), dan

(2) Faktor situasional, seperti situasi konflik, faktor tempat dan waktu.

2. Teori penanggulangan kejahatan

Fenomena kejahatan sebagai salah satu bentuk dari “perilaku menyimpang”

(7)

kemanusiaan maka kejahatan perlu segera ditanggulangi. Upaya penanggulangan kejahatan atau biasa disebut sebagai kebijakan kriminal. Menurut Marc Ancel kebijakan kriminal

(criminal policy) adalah suatu usahayang rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. Secara garis besar kebijakan kriminal ini dapat ditempuh melalui dua cara yaitu : (1). Upaya Penal, merupakan upaya penanggulangan kejahatan yang lebih menitikberatkan

pada upaya – upaya yang sifatnya repressive (penindasan/pemberantasan/penumpasan) dengan menggunakan sarana penal (hukum penal)

(2) Upaya Non-Penal, merupakan upaya penanggulangan kejahatan yang lebih menitikberatkan pada upaya-upaya yang sifatnya preventif (pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan tersebut terjadi. Sasaran utama dari kejahatan ini adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan.5

3. Teori faktor pengghambat penanggulangan kejahatan

Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk meniptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya.6

1. Faktor hukumnya sendiri

5

Muladi, Barda Nawawi Arief., Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, 2005

6

(8)

2. Faktor penegak hukum

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum 4. Faktor masyarakat

5. Faktor kebudayaan. 2. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin diteliti atau diketahui.

Adapun batasan pengertian dan istilah yang ingin dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah :

a. Penanggulangan adalah proses, cara, perbuatan menanggulangi (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

b. Kejahatan merupakan suatu tindakan anti sosial yang menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdapat kegelisahan, dan untuk menentramkan masyarakat, Negara harus menjatuhkan hukuman kepada penjahat. (Bemmelem)

c. Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang suka kebut- kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai.

(9)

Agar skripsi ini dapat tersusun secara teratur dan berurutan sesuai apa yang hendak dituju dan dimaksud dengan judul skripsi, maka dalam sub bab ini penulis akan membuat sistematika sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan gambaran umum mengenai penulisan hukum yang mencakup latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang digunakan dan sistematika penulisan hukum.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan judul. Pada bab II memberikan penjelasan mengenai tinjauan umum tentang kejahatan, dan tinjauan umum tentang geng motor.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini mengemukakan tentang langkah langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian, meliputi pendekatan masalah sumber dan jenis data, lokasi penelitian, penentuan populasi dari sempel, metode pengumpulan data dan pengolahan data, serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(10)

yang menyajikan hasil penelitian disertai dengan pembahasan mengenai tindak pidana-tindak pidana yang dilakukan oleh geng motor dan upaya penanggulangan premanisme yang dilakukan oleh Polres Metro Jakarta Utara.

V. PENUTUP

(11)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Kriminologi dan Metode Pendekatan kriminologi.

Secara harafiah, kriminologi berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan

“logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Apabila dilihat dari kata tersebut, maka kriminologi mempunyai arti se

bagai pengetahuan tentang kejahatan.1

Pengertian secara harafiah tersebut memberikan pengertian yang sempit bahkan dapat mengarah pada pengertian yang salah. Pengertian kriminologi secara harafiah tersebut menimbulkan suatu persepsi bahwa hanya kejahatan saja yang dibahas dalam kriminologi.

Sutherland mengatakan kriminologi adalah keseluruhan ilmu-ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kejahatan sebagai gejala masyarakat. Termasuk terjadinya undang-undang dan pekanggaran atas itu. Sedangkan Michael dan Adle merumuskan bahwa kriminologi adalah keseluruhan keterangan tentang perbuatan dan sifat, lingkungan penjahat dan pejabat memperlakukan penjahat serta reaksi masyarakat, terhadap penjahat.2

Kriminologi terbagi dalam dua arti, antara lain kriminologi dalam arti sempit yaitu ilmu pengetahuan yang membahas masalah-masalah kejahatan istimewa mengenai

1

Made Darma Weda, 1996Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta

2

(12)

a. Bentuk-bentuk kejahatan (paenomenologi)

b. Sebab-sebab kejahatan (aetiologi)

c. Akibat-akibat kejahatan (penologi)

Kriminologi dalam arti luas adalah kriminologi dalam arti sempit ditambah dengan kriminalistik. (Ridwan Hasibuan, Kriminologi Dalam Arti Sempit)

Upaya dalam rangka mempelajari kejahatan, ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan, antara lain :

1) Pendekatan Deskriptif Yang dimaksud dengan pendekatan deskriptif adalah suatu pendekatan dengan cara melakukan observasi dan pengumpulan data yang berkaitan dengan fakta-fakta tentang kejahatan dan pelaku kejahatan seperti :

a. Bentuk tingkah laku kriminal b. Bagaimana kejahatan dilakukan

c. Frekuensi kejahatan pada waktu dan tempat yang berbeda

d. Ciri-ciri khas pelaku kejahatan, seperti usia, jenis kelamin, dan sebaginya e. Perkembangan karir seorang pelaku kejahatan.

Di kalangan ilmuan, pendekatan deskriptif sering dianggap sebagai pendekatan yang bersifat sangat sederhana. Meskipun demikian pendekatan ini sangat bermanfaat sebagai studi awal sebelum melangkah pada studi yang bersifat lebih mendalam. 3

3

(13)

2) Pendekatan Sebab-Akibat. Pendekatan sebab-akibat berarti fakta-fakta yang terdapat di dalam masyarakat dapat ditafsirkan untuk mengetahui sebab-musabab kejahatan, baik dalam kasus-kasus yang bersifat individual maupun yang bersifat umum.

3) Pendekatan Secara Normatif Kriminologi dikatakan sebagai idiographic-discipline dan

nomothetic-discipline. Dikatakan sebagai “ideographic discipline”, karena kriminologi

mempelajari fakta-fakta, sebab-akibat, dan kemungkinan-kemungkinan dalam kasus yang bersifat individual. Sedangkan yang dimaksud dengan “nomotethic-discipline” adalah

bertujuan untuk menemukan dan mengungkapkan hukum-hukum yang bersifat ilmiah, yang diakui keseragaman dan kecenderungan-kecenderungannya.

B. Tinjauan Tentang Penyebab Kejahatan

Semua fenomena baik maupun buruk yang dapat menimbulkan kriminalitas (faktor kriminogen) diperhatikan dalam meninjau dan menganalisa terjadinya suatu kejahatan. Apabila kita membicarakan mengenai kejahatan termasuk sebab-sebabnya tentu tidak akan terlepas dari ilmu kriminologi. Menurut Bonger mengatakan bahwa kriminologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kejahatan seluas-luasnya. Menurut sumber yang didapat penulis dari menyatakan bahwa dalam teori kriminologi sendiri kejahatan terbagi ke dalam tiga perspektif yaitu perspektif biologis dan psikologis, kemudian perspektif sosiologis dan yang ketiga adalah dari perspektif lainnya.4

a. Teori Kejahatan dari Perspektif Biologis dan Psikologis

“Cesare Lombroso” seorang Italia yang sering dianggap sebagai “the father of modern

criminology” menjelaskan tentang kejahatan dari mashab klasik menuju mashab positif.

4

(14)

(http://www.scribd.com/doc/101197159/Menjelaskan-Kejahatan-Dari-Perspektif-Biologis-Dan-Psikologis)

Perbedaan signifikan antara mashab klasik dan mashab positif adalah bahwa yang terakhir tadi mencari fakta empiris untuk mengkonfirmasi gagasan bahwa kejahatan itu ditentukan oleh berbagai faktor dimana para tokoh psikologis mempertimbangkan suatu variasi dari kemungkinan cacat dalam kesadaran, ketidakmatangan emosi, sosialisasi yang tidak memadai dimasa kecil, kehilangan hubungan dengan ibu dan lain-lain.

Sementara dari tokoh biologis mengukuti tradisi Charles Goring dalam upaya menelusuri tentang tingkah laku kriminal.

1) Penjelasan Biologis Atas Kejahatan

Auguste Comte membawa pengaruh penting bagi para tokoh mazhab positif menurutnya ”

there could be no real knowledge of social phenomena unless it was based on a positivist.”

Tokoh yang terkenal diantaranya yaitu:

a) Cesare Lombroso

(15)

Teorinya tentang born criminal menyatakan bahwa para penjahat adalah suatu bentuk yang lebih rendah dalam kehidupan, lebih mendekati nenek moyang mereka yang mirip kera dalam sifat bawaan dan watak dibandingkan mereka yang bukan penjahat.

b) Enrico Ferri

Ferri berpendapat bahwa kejahatan dapat dijelaskan melalui studi pengaruh pengaruh interaktif diantara faktor fisik dan faktor sosial. Dia juga berpendapat bahwa kejahatan dapat dikontrol dengan perubahan sosial misalnya kontrol kelahiran5

c) Raffaela Garafola

Menurut teori ini kejahatan-kejahatan alamiah ditemukan di dalam seluruh masyarakat manusia, tidak peduli pandangan pembuat hukum dan tidak ada masyarakat yang beradab dapat mengabaikannya.

d) Charles Buchman Goring

Goring menyimpulkan tidak ada perbedaan-perbedaan signifikan antara penjahat dan non penjahat kecuali dalam hal tinggi dan berat tubuh. Para penjahat didapat lebih kecil dan ramping. Ia menafsirkan temuan ini sebagai penegasan dari hipotesanya bahwa para penjahat secara biologi lebih inferior tetapi tidak menemukan satu pun tipe fisik penjahat.

2) Teori-Teori Fisik (Body Types Theories)

a) Ernst Kretchmer ( 1888-1964)

5

(16)

Ernst Kretchmer mengidentifikasi empat tipe fisik yakni

(1)Asthenic,dengan ciri-ciri kurus, bertubuh ramping dan berbahu kecil

(2)Athletic, dengan ciri fisik menengah tinggi, kuat, berotot dan bertulang kasar (3)Pyknic,dengan ciri fisik tinggi sedang, figur tegap, leher besar dan wajah luas (4) dan beberapa tipe campuran yang tidak terklasifikasi

b) Ernest A. Hooten

Beliau adalah seorang antropolog fisik. Perhatiannya terhadap kriminalitas yang secara biologis ditentukan dengan publikasinya yang membandingkan penghuni penjara di Amerika dengan suatucontrol groupdari non kriminal.

c) William H. Sheldon

Ia memformulasikan sendiri sendiri kelompok samatotypes. Menurutnya orang yang didominasi sifat bawaan mesomorph (secara fisik kuat, agresif dan atletis) cenderung lebih dari orang lainnya untuk terlibat perilaku ilegal.

d) Sheldon Glueck

Sheldon Glueck melakukan studi komparatif antara pria delinquentdengannon-dilenquent. 3) Penjelasan Psikologis Atas Kejahatan

a) Teori Psikoanalisis ( Sigmund Freud)

Teori ini menghubungkan dilequent dan perilaku kriminal dengan suatu conscienceyang baik dia begitu menguasai sehingga menimbulkan perasaan bersalah atau ia begitu lemah sehingga tidak dapat mengontrol dorongan si individu dan bagi kebutuhan yang harus segera dipenuhi.

(17)

Lawrence Kohlberg seorang psikolog menemukan bahwa pemikiran moral tumbuh dalam tiga tahap yakni,preconvensional stage, conventional level, dan postconventional.

Sedangkan John Bowlhy mempelajari kebutuhan akan kehangatan dan afeksi sejak lahir dan konsekuensi bila tidak mendapatkan itu, dia mengajukantheory of attachment.

c)Social Learning Theory

Teori pembelajaran ini berpendirian bahwa perilaku dilenquent ini dipelajari melalui proses psikologis yang sama sebagai mana semua perilaku non dilenquent. Tokoh yang mendukung teori ini diantaranya adalah :

(1) Albert Bandura

Ia berpendapat bahwa individu-individu yang mempelajari kekerasan dan agresi melalui behavioural modeling. Misalnya anak belajar bertingkah laku melalui peniruan tingkah laku orang lain.

(2) Gerard Peterson

Ia menguji bagaimana agresi dipelajari melalui pengalaman langsung. Ia melihat bahwa anak-anak yang bermain secara pasif sering menjadi korban anak-anak-anak-anak lainnya, tetapi kadang-kadang mereka berhasil mengatasi serangan itu dengan agresi balasan. Dengan berlalunya waktu anak-anak ini belajar membela diri dan akhirnya mereka mulai perkelahian.

(18)

Dimana mereka menggabungkan learning theory dari Bandura yang berdasarkan psikologi dengan theory differential association dari Erwin Sutherland yang berdasarkan sosiologi dan kemudian menghasilkan teoridifferential association rein forcemt.

b. Teori Kejahatan dari Perspektif Sosiologis.

Dimana teori-teori sosiologis mencari alasan perbedaan dalam angka kejahatan didalam lingkungan sosial. Teori ini dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) kategori umum yakni; strain, culture divience, dan social control.6

1) Strain Theories

Salah satu teori dari kategori strain theories adalah Theory Anomie dari Emile Durhkeim. Ia menyakini jika sebuah masyarakat sederhan bekembang menuju suatu masyarakat yang modern dan kota maka kedekatan yang dibutukan untuk melanjutkan satu set norma akan merosot dimana kelompok-kelompok akan terpisah dan dalam ketiadaan dalam satu set aturan-aturan umum tidakantindakan dan harapan orang dalam satu sektor mungkin akan bertentangan tindakan dan harapamn orang lain dengan tidak dapat diprediksi perilaku sistem tersebut secara bertahap akan runtuh dan masyarakat itu dalam kondisi anomie.

Durkheim mempercayai bahwa hasrat manusia adalah tak terbatas satu. Karena alam tidak mengatur batas-batas biologis yang ketat untuk kemampuan manusia.

2) Teori-Teori Penyimpangan Budaya (Cultural Deviance Theories)

6

(19)

Tiga teori utama daricultural deviance theories yakni: a)Social Disorganization

Teori ini terfokus pada perkembangan disintegrasi nilai konvensional yang disebabkan industrialisasi yang cepat, peningkatan imigrasi dan urbanisasi. Tokoh yang terkenal diantaranya adalah:

(1) W.I Thomas dan Florian Znanieck

Dalam buku mereka yang berjudul The polish peasant in Ueropa and America

mengambarkan pengalaman sulit yang dialami petani Polandia ketika mereka meninggalkan dunia lamanya yaitu pedesaan untuk menuju kota industri didunia baru. Selain itu mereka menyelidiki asimilasi dari para imigran dimana para imigran tua tidak begitu terpengaruh akan kepindahan itu meski berada di daerah kumuh. Tidak demikian dengan generasi muda mereka memiliki sedikit tradisi lama tetapi tidak terasimilasi dengan tradisi dunia baru.

(2) Robert Park dan Ernest Burgess.

Mereka mengembangkan lebih lanjut studi tentang social disorganization dari Thomas dan Znaniecki dengan mengintrodusir analisa ekologis dari masyarakat dunia.

Dalam studinya tentang disorganization social mereka meneliti karakter daerah dan bukan meneliti para penjahat untuk penjelasan tentang tingginya angka kejahatan. Mereka mengembangkan pemikiran tentang natural urban areas yang terdiri atas zona-zona konsentrasi yang memanjang keluar dari distrik pusat bisnis di tengah kota.

(3) Clifford Shaw dan Hendri McKay

(20)

kesimpulan bahwa faktor yang paling menentukan bukanlah etnisitas melainkan posisi kelompok didalam penyebaran status ekonomi dan nilai-nilai budaya.

b)Culture Conflick Theory

Menegaskan bahwa kelompok-kelompok yang berlainan belajar conduck normyang berbeda dan bahwa conduck norms dari suatu kelompok mungkin berbenturan dengan aturan konvensional kelas menengah. Tokohnya yang terkenal adalah Thorsten Sellin dimana ia mengatakan conduck norm merupakan aturan yanmg merefleksikan dari sikap-sikap dari kelompok yang masing-masing dari kita memilikinya.

c)Differential Association Theory

Memegang pendapat bahwa orang belajar melakukan kejahatan sebagai akibat hubungan dengan nilai-nilai dan siap anti sosial serta pola tingkah laku kriminal. Tokohnya yang terkenal adalah Edwind H. Sutherland dimana ia menggantikan konsep social disorganized

dengan konsepnya tentangdifferential social organization.

3) Kontrol Sosial (Social Control)

Konsep kontrol sosial lahir pada peradaban dua puluhan, E.A.Ros salah seorang Bapak sosialog Amerika berpendapat bahwa sistem keyakinanlah yang membimbing apa yang dilakukan oleh orang-orang dan yang secara universal mengontrol tingkah laku, tidak peduli apapun bentuk keyakinan yang dipilih.

(21)

Ia menyebutkan empatsocial bondsyangn mendorongsocializationdanconformitydiri yaitu;

attecment (kasih sayang), commitment, involvement, dan bilief. Menurutnya semakin kuat ikatan-ikatan ini semakin kecil kemungkinan terjadidilenquency.

b) Michael Gotfredson Dan Travis Hirschi (Self Control Theory)

Mereka justru menegaskan bahwa self control yang terpendam pada awal kehidupan seseorang menentukan siapa yang jatuh sebagai pelaku kejahatan. Jadi kontrol merupakan suatu keadaan internal yang permanen dibandingkan pada hasil dari perjalanan faktor biologis. Menurut mereka self control merupakan alat pencegah yang membuat sesorang menolak kejahatan dan pemuasan sesaat.

c) David Matza (Techniques Of Netralization)

Pada tahun 1960an ia mengembangkan suatu perspektif yang berbeda secara signifikan pada sosial kontrol dengan menjelaskan mengapa sebagian remaja hanyut kedalam atau keluar dari dilequency. Menurutnya remaja merasakan suatu kewajiban moral untuk menaati atau terikat dengan hukum. Jika seorang remaja terikat oleh aturan sosial bagaimana menjustifikasikan tindakan mereka. Jawabnya bahwa mereka mengembangkan techinis quest of netralisir untu merasionalisasikan tindakan mereka.

d) Albert J. Reiss (Personal And Sosial Control)

Menurutnya dilenquency merupakan hasil dari kegagalan dalam menanamkan norma berperilaku yang secara sosial diterima dan ditentukan, runtuhnya kontrol sosial, dan tiadanya aturan aturan yang menentukan tingkah laku dikeluarga sekolah dan kelompok sosial lainnya.

(22)

Containment theory menurutnya adalah untuk menjelaskan mengapa ditengah berbagai dorongan dan tarikan tarikan kriminogenik yang beraneka macam apapun itu bentuknya,

comformnitytetaplah menjadi sikap yang umum.

f) Romli Atmasasmita

Jika kenakalan remaja yang berupa geng motor dikaitkan dengan teori control atau control theory, bahwa pengertian teori kontrol sosial merujuk kepada pembahasan delinkuensi dan kejahatan yang dikaitkan dengan variable-variabel yang bersifat sosiologis, antara lain stuktur keluarga, pendidikan, dan kelompok yang dominan.

a. Teori Kejahatan dari Perspektif Kriminologi

1. Lingkungan Keluarga

(23)

kondisi. Istilah situasi dan kondisi itu atau lebih tepat daripada istilah tersebut adalah tergantung pada keadaan.7

Berbicara tentang situasi dan kondisi ialah istilah dua patah kata yang memiliki arti luas dan dalam. Lingkungan keluarga sebagai faktor yang akan menentukan kearah mana pertumbuhan pribadi si kecil tadi, memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda-beda dalam corak, sifat keluarga tertentu dengan keluarga lain. Salah satu ciri yang menjadi yang menjadi perhatian didalam menelaah dari suatu kejahatan adalahThe Broken Home.

Broken Home dapat dikatakan sebagai lingkungan keluarga yang ditimpa kemalangan dan dapat terdiri dari beberapa jenis, misalnya salah seorangayah/ibu telah meninggal dunia, bercerai terpisah jauh, sehubungan dengan delikuensi dan kejahatan.

2. Pengaruh Sosial

Lingkungan sosial juga merupakan salah satu latar belakang yang memberikan pengaruh pada tingkah laku kriminalitas dari setiap individu-individu. Dalam Teori-teori Strain yang merupakan hasil karya dari Emile Durkheim, satu cara dalam mempelajari suatu masyarakat adalah dengan melihat pada bagian-bagian komponennya dalam usaha mengetahui bagaimana masing-masing berhubungan satu sama lain. Dengan kata lain, kita melihat kepada struktur dari masyarakat guna melihat bagaimana ia berfungsi. Jika masyarakat itu stabil, bagian-bagiannya beroperasi dengan lancar, susunan sosial berfungsi. Masyarakat seperti itu ditandai oleh kepaduan, kerjasama, dan kesepakatan. Namun, jika bagian-bagiannya tertata dalam suatu keadaan yang membahayakan keteraturan/ketertiban sosial, susunan masyarakat itu disebutdysfunctional(tidak berfungsi). Ada tiga unsur yang perlu dipergunakan sebagai bekal untuk berhasilnya seorang guru adalah:

7

(24)

a. Bahwa guru harus memiliki pengetahuan mengenai alam pribadi anak didik, b. Penguasaan mengenai subjek yang diajarkan

c. Kemahiran serta teknik mengajarnya.

Agama tidak dapat disangkal lagi sebagai wadah yang tertinggi nilainya dalam usaha memerangi kejahatan. Sebab agama bertujuan untuk mencapai kesempurnaan pengikutnya dan dengan sendirinya kesempurnaan itu hanya dapat dicapai dengan cara menghindari kejahatan yang merupakan larangan dari setiap agama dimuka bumi ini.

3. Faktor Ekonomi

Latar belakang masalah ekonomi ini merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya suatu kejahatan adalah kejahatan-kejahatan yang menyangkut harta benda, kekayaan, dan perniagaan atau hal-hal yang sejenisnya. Kejahatan-kejahatan ini terjadi karena adanya tekanan ekonomi dimana rakyatnya berada dalam kemiskinan, yang serba kekurangan di bidang pangan, apalagi sandang dan perumahan. Salah satu contoh yaitu pencurian yang terjadi dimana-mana.

4. Dampak Urbanisasi dan Industrial

Kejahatan juga dapat ditimbulkan oleh urbanisasi dan industrialisasi. Indonesia sebagai suatu negara berkembang sebenarnya menghadapi suatu dilemma. Pada satu pihak merupakan suatu keharusan untuk melaksanakan pembangunan, dan pada pihak lain pengakuan yang bertambah kuat, bahwa harga diri pembangunan itu, adalah peningkatan yang menyolok dari kejahatan. Luasnya problema yang timbul karena banyaknya perpindahan, dan peningkatan fasilitas kehidupan, bisanya dinyatakan sebagai urbanisasi yang berlebihan (overurbanization) dari suatu negara. Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan peningkatan kejahatan yang tambah lama tambah kejam diluar kemanusiaan.

(25)

Demikian juga media komunikasi massa tidak ketinggalan, karena media komunikasi massa ikut serta memberikan rangsangan terhadap jalan pemikiran dan sepak terjang dalam kehidupan bermasyarakat.

Media yang dimaksudkan itu adalah misalnya melalui bacaan-bacaan, seperti surat kabar, majalah, buku-buku bahkan melalui internet. Menurut Elmer H. Johnson dalam bukunya Crime Correction and Societymengemukakan beberapa argumentasi mengenai pengaruh televisi, film, surat-surat kabar, komik-komik serta internet pada jaman sekarang ini dapat menimbulkan rangsangan kearah kejahatan. Argumentasi tersebut adalah:

d. Teori Kejahatan dari Perspektif Lain.

Teori dari perpektif lainnya ini merupakan suatu alternative penjelasan terhadap kejahatan yang berbeda dengan teori sebelumnya. Penjelasan alternatif ini secara tegas menolak model konsensus tentang kejahatan dimana semua teori sebelumnya. Menurut teori ini kalau perbuatan tidak dibuat kejahatan oleh hukum maka tidak seorang pun yang melakukan perbuatan itu dapat disebut sebagai seorang penjahat. Teori-teorinya antara lain:

1)Labeling Theory

Para pakar memandang para kriminal bukan sebagai orang yang bersifat yang terlibat dalam perbuatan-perbuatan bersifat salah tetapi merea adalah individu yang sebelumnya pernah berstatus jahat sebagai pemberian system peradilan pidana maupun masyarakat secara luas. 2)Conflick Theory

Teor konflik ini menyoalkan mengenai proses pembuatan hukum itu sendiri.

B. Tinjauan Umum dan Bentuk-Bentuk Kejahatan Oleh Geng Motor

(26)

Istilah geng umumnya dipakai untuk kelompok yang lebih besar dan terbatas pada kelompok yang kecil. Devinisi tentang gengsangat jelas identik dengan kehidupan berkelompok. Hanya saja geng memang memiliki makna yang sedemikian negatif. Geng bukan sekedar kumpulan remaja yang bersifat informal. Geng dalam bahasa inggris adalah sebuah kelompok penjahat yang terorganisasi secara rapi. Dalam sebuah konsep yang moderat, geng merupakan sebuah kelompok kaum muda yang pergi secara bersama-sama dan sering kali menyebabkan keributan.8 Kaum remaja yang terlibat dalam kehidupan geng sebenarnya sedang mengalami distorsi komunikasi. Kaum remaja tidak mampu memahami atau sengaja tidak sudi untuk menyepakati aturan-aturan budaya, masyarakat, dan komunitas tempat berfungsinya dengan baik.

Terbentuk dalam suatu geng atau gerombolan anak muda, fokusnya bukan lagi pelanggaran individuil tetapi sudah terhadap kelompok sebagai keseluruhan dalam arti bahwa kolektifitas itu dipandang sebagai suatu kesatuan yang mengandung kualitas-kualitas di luar jumlah individu anggota semata-mata.

Menurut Albert K. Cohen dan James F. Short dua orang ahli kriminologi, pada tingkat kolektif atau geng, kenakalan dibagi ke dalam beberapa bentuk atas dasar tipe-tipe berbeda dari sub kebudayaan yang terdiri dari sebagai berikut:

a. Yang mewujudkan dirinya dalam kelompok-kelompok kecil atau klik dengan bentuk-bentuk kenakalan yang tanpa tujuan, bersifat jahil, tidak tetap, dan bercirikan pengejaran kesenangan sesaat serta otonomi kelompok.

8

(27)

b. Yang merupakan jenis perkembangan lebih tinggi dalam kenakalan kolektif, dipertunjukkan dalam bentuk geng-geng yang besar, keanggotaannya mungkin berkisar ratusan orang, mereka diketemukan mempunyai organnisasi yang rapi dengan adanya peranan-peranan, nama, hasrat yang kuat untuk menegakkan identitas geng, serta mempunyai kepribadian umum dalam dunia geng.

c. Dalam tipe ini para remaja mengelompokkan diri dalam suatu sub kebudayaan obat bius, tindakannya pada umumnya tidak menggunakan kekerasan dan kerapkali disertai usaha-usaha yang bisa menghasilkan uang untuk memelihara keberlangsungan kebiasaan mereka menghisap narkotika yang tersedia hanya lewat cara-cara gelap serta memakan biaya yang besar.

d. Sub kebudayaan pencuri profesionil. Ini adalah suatu tahapan khusus sebelum kenakalan itu mencapai tingkat pencurian elit seperti yang dilakukan oleh orang-orang dewasa secara profesional.

e. Tipe sub kebudayaan lain adalah remaja yang mengekspresikan kenakalan khas kelas menengah.

f. Tipe sub kebudayaan pemudi. Menurut Chohen dan Short pengelompokan dan status pemudi terutama menyangkut status pemudi terutama menyangkut “status dari laki-laki terhadap siapa ia mengidentifikasikan dirinya”. Sebagai kecuali, misalnya, pemudi -pemudi yang mengorganisir diri dalam geng-geng dalam rangka aktifitas seksual atau narkotika.

(28)

Geng motor berbeda dengan club motor. Geng motor adalah kumpulan orang-orang pecinta motor yang doyan kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Sedangkan club motor biasanya mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (harley davidson club), scooter (kelompok pecinta vespa), kelompok honda, kelompok suzuki, tiger, mio, dan lain sebagainya. Ada juga brotherhood, yaitu kelompok pecinta motor besar tua.9

Geng motor bukanlah hal yang baru di negara Indonesia, sebenarnya geng motor sudah ada dari tahun 1978 yang namanya melegenda saat itu adalah geng motor “M2R” atau Moonraker.

Kelahiran geng motor, rata-rata diawali dari kumpulan remaja yang doyan balapan liar dan aksi-aksi menantang bahaya pada malam menjelang dini hari di jalan raya. Setelah terbentuk kelompok, bukan hanya hubungan emosi para remaja saja yang menguat, dorongan untuk unjuk gigi sebagai komunitas bikers juga ikut meradang. Mereka ingin tampil beda dan dikenal luas. Caranya yaitu dengan membuat aksi-aksi yang sensasional. Mulai dari kebut-kebutan, tawuran antar geng, tindakan kriminal tanpa pandang bulu, hingga perlawanan terhadap aparat keamanan. 10

Ada 4 (empat) geng motor yang paling besar di Bandung dan Jakarta antara lain yaitu:

1. Moonraker Moonraker didirikan pada tahun 1978 oleh siswa SMA yang ada di jalan Dago yang mencintai balap motor. Nama moonraker diambil dari salah satu judul film James Bond yang kondang saat itu. Awalnya mereka mengusung bendera berwarna putih-biru-dan merah

9

Mulyani(Mulyani Hasan Mulyani, H. 2007. Geng Motor di Bandung. http://mulyanihasan.wordpress.com

10

(29)

dengan gambar palu arit ditengahnya. Namun, karena pemerintahan indonesia saat itu melarang ideologi tertentu yang identik dengan komunisme (yang bersimbol palu arit), mereka lalu mengganti bendera kebangsaannya dengan warna merah-putih-biru, bergambar kelelawar. Gambar ini mereka adopsi dari lambang “Hell Angel”, sebuah kelompok motor di Amerika Serikat. Kelompok ini konsisten dengan sistem keorganisasiannya. Setiap tahun ada penggantian kepengurusan dan membuat program-program kerja. Struktur organisasinya terdiri atas Divisi Balap, Panglima Perang, dan Tim SWAT ( regu penyelamat ). Panglima perang bertugas mengkoordinir anggota pada saat terjadi tawuran, atau sebagai pembuat keputusan pada saat terjadi bentrok dengan kelompok lain.

2.XTC ( Exalt To Coitus )XTC lahir pada tahun 1982 oleh 7 oleh 7 orang pemuda. Belakangan nama itu diganti menjadi Exalt To Creativity, karena nama semula agak berbau porno. Mereka mengusung bendera berwarna putih-biru muda-biru tua, dan di tengahnya ada gambar lebah yang menggambarkan solidaritas antar anggota. Bila salah satu diantara mereka ada yang diserang maka yang lainnya akan membela. Pasukan XTC juga memiliki koordinator perang yang bertugas untuk mempermudah kordinasi pada saat terjadi tawuran dan pada saat akan melakukan perebutan wilayah.

(30)

4. GBR ( Grab on Road ) GBR juga lahir pada tahun 1980-an. Kelompok yang anggotanya mayoritas anak SMP ini mengidentifikasikan diri dengan segala sesuatu yang berbau Jerman. Mereka mengusung bendera berwarna merah-kuning-hitam.

5. Y-GEN atau Young Generation

Punya slogan “Don’t Make Us Angry”. Geng ini berdiri sejak tahun 1990an di Jakarta.

Pengalaman pengguna motor di milis-milis menyebut Y-Gen tidak ubahnya kelompok begal motor. Biasanya mereka konvoi puluhan hingga ratusan motor setelah lewat jam 12 malam. Dimulai dari sekitar markas Y-Gen di daerah Tanjung Priok, dilanjutkan ke Sunter Mall, Kemayoran, Yos Sudarso, Senayan, Sudirman, Kuningan, Menteng, Senen, Pramuka, kembali ke Priok Konvoi Gen biasanya juga masuk Tol Plumpang. Banyak cerita, jika Y-Gen konvoi lebih baik menghindar. Pengalaman motor yang dibegal ketika iring-iringan klub motor harus berpapasan dengan Y-Gen, motor langsung diambil paksa.

Ciri geng motor Y-Gen tidaksafety ridingalias konvoi tanpa pakai helm dan spion serta mematikan lampu. Usia anggota Y-Gen rata-rata ABG usia SMP-SMA. Motor anggota geng beda dengan klub motor, Y-Gen mengendarai bermacam merek. Namun, mesin sudah ditrondol dengan suara knalpotracing. Jika sedang konvoi, kelompok ini tidak takut pada polisi. Beberapa komunitas biker mempunyai pengalaman melihat kawanan geng Y-Gen merampok pengendara mobil yang sedang parkir tanpa bisa dicegah polisi.11

3. Bentuk-Bentuk Kejahatan Oleh Geng Motor

11

(31)

Berdasarkan hal di atas, menurut Kartini Kartono tentang wujud perilaku delinkuen tersebut sangat erat kaitannya dengan dampak dari maraknya geng motor. Wujud perilaku delinkuen ini yaitu:

1. Kebut-kebtan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas, dan membahayakan jiwa sendiri dan orang lain.

2. Perilaku ugal-ugalan, berandalan, urakan yang mengacaukan ketentraman milieu sekitar. Tingkah ini bersumber pada kelebihan energi dan dorongan primitif yang tidak terkendali serta kesukaan meneror lingkungan.

3. Perkelahian antar geng, antara kelompok, antar sekolah, antar suku (tawuran), sehingga membawa korban jiwa.

4. Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi di tempat-tempat terpencil sambil melakukan eksperimen kedurjanaan dan tindak asusila.

5. Kriminalitas anak, remaja dan adolesens, antara lain berupa perbuatan mengancam, intimidasi, memeras, mencuri, mencopet, merampas, menjambret, menyerang, merampok, menggarong, melakukan pembunuhan, dengan jalan menyembelih korbannya, mencekik, meracun, tindak kekerasan, dan pelanggaran lainnya.

6. Berpesta pora, sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas, atau (mabuk-mabukan hemat dan menimbulkan keadaan yang kacau balau) yang mengganggu lingkungan. 7. Perkosaan, agrevitas seksual, dan pembunuhan dengan motif seksual atau dorongan oleh

reaksi-reaksi kompensantoris dari perasaan inferior, menuntut pengakuan diri, depresi hebat, rasa kesunyian, emosi balas dendam, kekecewaan ditolak cintanya oleh seseorang wanita, dan lain-lain.

8. Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (obat bius, drugs) yang erat bergandengan dengan tindak kejahatan.

9. Tindak-tindak immoral seksual secara terang-terangan, tanpa tedeng aling-aling, tanpa rasa malu dengan cara yang kasar. Ada seks cinta dan cinta tanpa batas kendali(Promiscuity) yang didorong oleh hiper seksualitas, Geltungsrieb (dorongan menuntut hak) dan usaha-usaha kompensasi lainnya yang kriminal sifatnya.

10. Homoseksualitas, erotisme, erotisme anal dan oral, dan gangguan seksual lain pada anak remaja disertai dengan sadistis.

11. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga mengakibatkan ekses kriminalitas.

(32)

13. Tindakan radikal dan ekstrem, dengan cara kekerasan, penculikan, dan pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.

14. Perbuatan asocial dan anti social lain disebabkan oleh gangguan kejiwaan dan remaja psikopatik, psikotik, neoritik, dan menderita gangguan-gangguan kejiwaan lainnya.

15. Tindak kejahatan disebabkan oleh penyakit tidur (encephalitislethargical), dan ledakan meningitis serta post-encephalitics; juga luka di kepala dengan kerusakan pada otak ada kalanya menimbulkan kerusakan mental, sehingga orang yang bersangkutan tidak mampu melakukan kontrol diri.

16. Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menurut kompensasi, disebabkan karena organ-organ yang inferior.12

D. Teori Penanggulangan Kejahatan

Tindak pidana kriminal merupakan salah satu bentuk dari “perilaku yang menyimpang. Yang

selalu ada dan melekat pada tiap bentuk masyarakat, tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Menurut Saparinah Sadli, perilaku menyimpang itu merupakan suatu ancaman yang nyata atau ancaman terhadap norma-norma sosial yang mendasari kehidupan atau keteraturan sosial, dapat menimbulkan ketegangan individual maupun ketegangan-ketegangan sosial dan merupakan ancaman riil atau potensial bagi berlangsungnya ketertiban sosial.

Pencegahan kejahatan dapat dibagi kedalam tiga pendekatan, yaitu : a. Pendekatan sosial

12

(33)

Pencegahan kejahatan melalui pendekatan sosial biasa disebut sebagai Sosial Crime Prevention, segala kegiatannya bertujuan untuk menumpas akar penyebab kejahatan dan kesempatan individu untuk melakukan pelanggaran.

b. Pendekatan Situasional

Pencegahan kejahatan melalui pendekatan situasional biasanya disebut sebagai Situasional Crime Prevention, perhatian utamanya adalah mengurangi kesempatan seseorang atau kelompok untuk melakukan pelanggaran.

c. Pendekatan Kemasyarakatan

Pencegahan kejahatan melalui pendekatan kemasyarakatan disebut sebagai

Community Based Prevention, segala langkahnya ditujukan untuk memperbaiki kapasitas masyarakat untuk mengurangi kejahatan dengan jalan meningkatkan kapasitas mereka untuk menggunakan kontrol sosial formal.

Masalah pencegahan kejahatan dapat dilakukan dengan 2 teori pencegahan kejahatan yaitu dengan cara tindakanPreventifdan tindakanRepresif

1. Tindakan Preventif

Tindakan preventive adalah tindakan yang dilakukan apabila kejahatan belum terjadi atau tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk pencegahan agar tidak terjadi suatu kejahatan. Tindakan preventive juga disebut sistem Non Penal. Sistem Non Penal adalah pemberian pengarahan, ceramah-ceramah yang sifatnya positif (sifatnyapreventive).

(34)

a. Sistem Abiolisionistik

Yang dimaksud dengan sistem ini adalah penanggulangan kejahatan dengan menghilangkan faktor-faktor yang menjadi sebab musabab kejahatan. Cara ini sangat berhubungan dengan perkembangan studi tentang sebab-sebab kejahatan, yang memerlukan pengembangan teori dan penelitian-penelitian lapangan.

b. Sistem Moralistik

Yang dimaksud dengan ini adalah penanggulangan kejahatan melalui penerangan atau penyebarluasan dikalangan masyarakat sarana-sarana untuk memperteguh moral dan mental seseorang agar dapat terhindar dari nafsu ingin berbuat jahat.

2. Tindakan Represif

Tindakan represive mempunyai pengertian merupakan tindakan yang dilakukan apabila kejahatan telah terjadi atau tindakan-tindakan seperti mengadili, menjatuhi hukuman terhadap seseorang yang melakukan kejahatan. Cara repressive adalah dengan jalan memberikan tindakan :

Sistem Penal yang dimaksud dengan sistem penal adalah tahapan penangkapan yang dilanjutkan dengan pemberian hukuman. Abdulsyani dalam sistem penal ini beliau menggunakan istilah Punishment(penghukuman). Yang dimaksudkan dengan penghukuman ini adalah sebagai suatu rangkaian pembalasan atas perbuatan si pelanggar hukum.

(35)

yang memberikan atau yang menjatuhkan hukuman pada seseorang adalah lembaga pemerintahan. Dalam hukum pemidanaan Indonesia sistem penal ini dikenal dengan sistem pemasyarakatan. Dalam hal ini Sahardjo dikutip oleh Soedjono Dirdjosisworo, mengatakan bahwa : Dengan singkat tujuan pidana penjara adalah pemasyarakatan yang mengandung makna bahwa tidak hanya masyarakat yang diayomi terhadap diulanginya perbuatan jahat oleh narapidana, tetapi juga orang-orang yang menurut Sahardjo telah tersesat diayomi oleh pohon beringin dan diberikan bekal hidup sehingga akan menjadi kalau yang berfaedah di dalam masyarakat Indonesia.

(36)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian merupakan suatu rencana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Hal ini disebabkan karena penelitian untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisis konstruksi terhadap data yang dikumpulkan dan diolah1

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara yuridis normatif dan pendekatan secara yuridis empiris. Dengan lebih memfokuskan pada pendekatan yuridis empiris. Pendekatan secara yuridis normatif dimaksudkan untuk mempelajari kaedah hukum, yaitu dengan mempelajari, menelaah asas-asas hukum, peraturan perundang-undangan, teori-teori dan konsep-konsep yang berhubungan dengan penelitian ini. Secara operasional pendekatan ini dilakukan dengan studi kepustakaan atau studi literatur.

Pendekatan yuridis empiris adalah suatu pendekatan melalui penelitian lapangan yang dilakukan untuk mempelajari hukum dalam kenyataan baik berupa penilaian, perilaku, pendapat, sikap yang berkaitan dengan penelitian ini.

B. Sumber dan Jenis Data

1

(37)

Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersumber pada yaitu2:

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari observasi di lapangan. Dalam rangka penelitian lapangan terutama yang menyangkut pokok bahasan skripsi ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang tidak diperoleh langsung di lapangan, tetapi data yang diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan bahan-bahan hukum, yang terdiri dari :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Dalam hal ini bahan hukum primer terdiri dari :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 2. Undang-Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009

3. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981

b. Bahan hukum sekunder, yaitu semua bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, meliputi:

a) Buku-buku ilmiah di bidang hukum yang berkaitan dengan topik penelitian;

b) Hasil penelitian dari para sarjana;

2

(38)

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang berguna untuk memberikan informasi, petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas atau diteliti dalam skripsi ini. (Soerjono Soekanto, 2001:113).

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan dari obyek atau seluruh individu atau seluruh gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti.3 Prosedur sampling dalam penelitian adalah

Purposive Sampling, yaitu suatu metode pengambilan sampling yang dalam penentuan dan pengambilan anggota sampel berdasarkan atas pertimbangan dan tujuan penulis yang telah ditetapkan.

Responden dalam penelitian ini sebanyak 4 (empat) orang, yaitu :

1. Kepolisian Polres Metro Jakarta Utara : 1 orang

2. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila : 1 orang

3. Anggota Geng Motor Jakarta Utara : 1 orang

Jumlah : 3 orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

3

(39)

Dalam penulisan skripsi ini, prosedur pengumpulan data yang dilakukan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu :

a.Studi Kepustakaan (Library research)

Yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan penulis dengan maksud untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mencatat dan mengutip dari berbagai literatur, buku-buku, media massa dan informasi lain yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.

b.Studi Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara wawancara (interview) yaitu sebagai usaha mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, maupun dengan menggunakan pedoman pertanyaan secara tertulis.

2. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, baik studi kepustakaan maupun studi lapangan, maka data diproses melalui pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa kembali kembali kelengkapan jawaban, kejelasan, dan relevansi dengan penelitian.

b. Klasifikasi data, yaitu mengklarifikasi jawaban para responden menurut jenisnya, klarifikasi ini dilakukan dengan kode tertentu agar memudahkan dalam menganalisis data.

c. Sistematisasi data, yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada setiap pokok secara sistematis.

(40)

Pada kegiatan ini data yang dipeoleh kemudian dianalasis secara kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan data yang dihasilkan dari penelitian di lapangan kedalam bentuk penjelasan atau uraian kalimat.

(41)

1

BAB V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh geng motor: Faktor penyebab kejahatan remaja yaitu faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal adalah (umur, jenis kelamin, keadaan mental dan lain-lain) dan psikologis (agresivitas, kecerobohan, dan keteransingan). Faktor situasional adalah pengaruh negatif dari orang tua, pengaruh negatif dari lingkungan sekolah, pengaruh negatif dari lingkungan masyarakat, tidak ada/ kurangnya pengawasan orang tua, tidak ada/ kurangnya pengawasan pemerintah, tidak ada/ kurangnya pengawasan masyarakat, tidak ada pengisian waktu yang sehat, tidak ada pekerjaan, lingkungan fisik kota besar, dan anonimitas karena banyaknya penduduk kota-kota besar

2. Upaya penanggulangan kejahatan yang dilakukan geng motor: Dalam melaksanakan upaya penanggulangan geng motor pihak kepolisian dalam hal ini khususnya Polres Metro Jakarta Utara menempuh dengan dua cara yaitu secara preventif dan represif.

(42)

2

Upaya penanggulangan geng motor, upaya preventif (pencegahan) dirasa mempunyai peran yang sangat penting dan sangat bermanfaat. Beberapa alasan mengapa mencurahkan perhatian yang lebih besar pada upaya pencegahan sebelum praktik geng motor terjadi adalah sebagai berikut:

1). Tindakan pencegahan adalah lebih baik daripada tindakan represif. Contoh kongkritnya adalah dengan ikut berperannya orangtua diharapkan dapat mencegah anak-anak tersebut bergabung kedalam kelompok geng motor yang kini telah membuat keresahan masyarakat dan menjaga diri jangan sampai menjadi korban aksi geng motor, dan tindak kejahatan yang lain.

2). Usaha pencegahan tidak perlu menimbulkan akibat yang negatif seperti antara lain: mengadakan operasi terhadap kendaraan bermotor setiap malam di daerah-daerah yang dianggap rawan kejahatan geng motor. Usaha ini dimaksudkan untuk memberikan efek jera kepada pelaku geng motor. Dalam upaya secara represif pihak Polres Metro Jakarta Utara melaksanakan operasi khusus dengan sandi “Operasi Street Crime” yang pelaksanaanya telah diatur

secara terstruktur oleh POLRI.. Razia dilakukan menyusul seruan dari Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Komisaris Jenderal Polisi Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri Komisaris Jendral Polisi Sutarman.

(43)

3

b. Upaya Penal atau Penanggulangan Secara Represif

Penanggulangan geng motor secara represif pihak Polres Metro Jakarta Utara telah terjadi. Tindakan represif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum dan pihak yang terkait dengan kejahatan yang dilakukan sesudah terjadi kejahatan. Tindakan represif antara lain mencakup tindakan menyelidiki, pemeriksaan tersangka, penahanan, penyitaan benda (barang bukti), pemeriksaan saksi, pemeriksaan di tempat kejadian dan dengan berpedoman pada KUHAP, KUHP, serta peraturan perundang-undangan lainnya. Masyarakat dianggap mempunyai peran penting dalam pengungkapan terjadinya aksi geng motor yang terjadi di sekitar mereka. Kebanyakan aksi geng motoryang ditangani oleh Polres Metro Jakarta Utara dapat terungkap setelah ada laporan dari masyarakat. Perlu peran masyarakat bersama, tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan kualitas mental masyarakat.

3. Faktor Penghambat Penanggulangan Kejahatan Geng Motor

a) Faktor penegak hukum adalah: Polisi harus lebih sigap mengantisipasi aksi kejahatan geng motor, yakni dengan menekannya semaksimal mungkin karena dampak aksi kekerasan ini sangat luas bagi masyarakat. Polisi tidak boleh lagi memberikan toleransi kepada geng motor. Karena hanya itu satu-satunya solusi untuk menangani masalah kejahatan geng motor. Penindakan dilakukan dengan lebih tegas, gelar operasi.

(44)

4

manusia yang berpendidikan dan trampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya.

c) Faktor Masyarakat adalah: Masyarakat sebagai sumber keterangan terjadinya aksi geng motor yang mengancam jika melapor ke pihak yang berwajib.

d) Faktor Kebudayaan adalah: Kurangnya nilai ketertiban dan nilai ketentraman, jasmani/kebendaan dan nilai rohani/keakhlakan, nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai kebaruan/inovatisme.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dalam skripsi ini, Maka saran yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut :

1. Menangani masalah geng motor harus melibatkan berbagai pihak dalam masyarakat. Upaya pembinaan dilakukan tidak hanya terhadap pelaku kejahatan geng motor juga terhadap unsur dalam masyarakat, yaitu aparat penegak hukum, instansi-instansi yang terkait dan masyarakat luas.

Pemerintah, instansi-instansi terkait khususnya keluarga dapat melakukan hal-hal sebagai berikut untuk para remaja, yaitu:

(45)

(b) memberikan bentuk kegiatan dan pendidikan yang lebih relevan dengan kebutuhan anak muda zaman sekarang, serta adanya kaitan dengan pengembangan bakat dan potensi anak remaja

(c) memberikan bekal yang cukup bagi remaja untuk menyongsong tahap berikutnya sebagai manusia dewasa seutuhnya yang berbaur dengan kehidupan bermasyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK. Jakarta banyak memiliki beragam potensi, salah satu diantaranya berupa wisata kota. Melihat potensi ini Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta merencanakan

Masalah tersedianya tempat tinggal atau rumah bagi karyawan mempunyai pengaruh cukup besar pada pelaksanaan kerja. Penyediaan rumah dinas, messatau asrama perusahaan

Upaya-upaya PO merupakan pendekatan yang terprogram dan sistematik dalam rangka mewujudkan perubahan dengan sasaran utamanya adalah: (1) Peningkatan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa rataan bobot lahir, bobot sapih anak domba yang induknya diberikan perlakuan UMS bobot lahir dan bobot sapihnya

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas dan diameter zona hambat yang dihasilkan fraksi n-heksan kulit buah naga merah terhadap bakteri Staphylococcus

dari luar lingkungan baik secara makro maupun secara mikro pada perusahaan NV. NTC Ruteng Flores NTT. Peluang perusahaan adalah preferensi dan pendapatan konsumen,

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa peningkatan berat kering akar tanaman akibat pemberian pupuk kandang ayam lebih baik daripada pemberian pupuk hijau maupun kapur

Berdasarkan matriks SWOT di atas maka dapat diambil 4 bagian alternatif strategi adalah sebagaimana terurai sebagai berikut 1) Alternatif strategi pertama –